Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
UNIT HEMODIALISA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena atas rahmat-Nya
Pedoman Pelayanan Hemodialisa ini dapat selesai dan menjadi ketentuan dasar di Rumah Sakit
Harapan Jayakarta.
Terbitnya pedoman ini adalah sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan penyehatan
lingkungan. Dan diharapkan Pedoman Pelayanan Unit Hemodialisa ini dapat meningkatkan
mutu lingkungan Rumah Sakit yang berpengaruh terhadap mutu pelayanan kesehatan di Rumah
HarapanJayakarta. Peran serta dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk
Akhir kata kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dr. SuhermiYenti
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Kebijakan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Unit Hemodialisa Rs. Harapan Jayakarta
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Ruang Lingkup Unit Hemodialisa
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas
BAB V LOGISTIK
BAB IX PENUTUPAN
RUMAH SAKIT HARAPAN JAYAKARTA
Nomor :
T E N TAN G
PEDOMAN PELAYANAN
UNIT HEMODIALISA
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Peningkatan pembangunan kesehatan di Indonesia seharusnya diikuti secara
seimbang oleh perbaikan mutu pelayanan kesehatan baik di sarana pelayanan kesehatan
maupun praktik perorangan. Adanya globalisasi serta industrialisasi yang cepat di sektor
kesehatan berdampak pada cara melakukan tindakan, baik berupa terapi, pemakaian alat,
pemberian resep dan sebagainya sehingga tindakan tersebut sesuai indikasi yang tepat.
Di samping itu dengan adanya Undang Undang Perlindungan Konsumen serta
terkaitnya praktik kedokteran terhadap aspek medis, legal, etis, psikologis, sosial budaya
serta finansial maka perlu dibuat suatu pedoman pelayanan kesehatan yang bertujuan
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat dan memberikan rasa aman
bagi dokter atau tenaga medis dalam melakukan praktik kedokteran. Hal ini juga berlaku
pada pelayanan dialysis dimana umumnya pasien dengan penyakit ginjal kronik
membutuhkan pengobatan yang berulang dan melibatkan peralatan atau mesin dengan
teknologi tinggi serta kompetensi tenaga kesehatan yang memadai.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas pelayanan pasien gagal ginjal melalui pedoman pelayanan
hemodialisis yang berorientasi pada keselamatan dan keamanan pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Kebijakan Memberi acuan regulasi pelayanan hemodialisis
b. Memberi acuan manajemen pelayanan hemodialisis
c. Memberi acuan tugas pokok dan fungsi serta kompetensi masing-masing tenaga
yang terlibat dalam pelayanan hemodialisis.
d. Memberi acuan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelayanan
hemodialisis
e. Memberikan acuan sistem/pola pembiayaan yang berkaitan dengan pelayanan
hemodialisis.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit Harapan Jayakarta
memberikan pelayanan terapi pengganti fungsi ginjal sebagai bagian dari pengobatan
pasien gagal ginjal dalam upaya mempertahankan kualitas hidup yang optimal yang
terdiri dari Hemodialisis(HD)
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Kriteria pasien yang ditangani adalah:
a. Pasien yang mengalami gagal ginjal kronik (GGK) yaitu pasien yang sudah
mengalami penurunan fungsi ginjal yang lebih dari 3 bulan
b. Pasien yang mengalami gagal ginjal akut (GGA), yaitu pasien yang mengalami
penurunan fungsi ginjal diketahui masih baik dalam kurun waktu kurang dari 3
bulan terkahir.
c. Pasien dengan indikasi segera yaitu pasien dengan GGK atau GGA yang disertai
kondisi berikut:
1) Hiperkalemia, yaitu :kadar kalium dalam darah >6mEq/L.
2) Asidosis Metabolik berat
3) Kegagalan terapi konservatif/gagal terapi medikamentosa.
4) Kadar ureum dan kreatinin tang tinggi dalam darah.
5) Perikarditis : radang pada lapisan jantung.
6) Gangguan kongfusi berat, yaitu gangguan kognisi, perhatian, memori dan
orientasi dengan sumber yang tidak diketahui.
7) Hiperkalsemia.
8) Hipertensi emergensi.
2. Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit Harapan Jayakarta melakukan pelayanan untuk
pasien reguler dan emergency dengan rincian sebagai berikut
a. Reguler : dilaksanakan dari hari senin hingga hari sabtu dengan 2 shift yaitu:
1) Pagi mulai jam 06.00 10.00 WIB
2) Siang mulai jam 10.00 15.00 WIB
b. Emergency dilakukan di luar jadwal reguler, dengan menghubungi petugas Unit
Hemodialisa terlebih dahulu.
c. Unit Hemodialisa Rumah Sakit Harapan Jayakarta memiliki 5 (lima) Mesin
Dialisis, dan memiliki ketenagaan sebagai berikut
1) 1 orang Konsulen ginjal Hipertensi sebagai konsultan.
2) 1 orang Ahli Penyakit Dalam (Internist) sebagai penanggung jawab Instalasi
Hemodialisa.
3) 1 Dokter Umum ( dokter Jaga )
4) 1 wakil kepala unit yang bersertifikat HD dan berpengalaman
5) 6 Orang perawat yang berpengalaman di HD
E. Landasan Hukum
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga yang terlibat di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Harapan Jayakarta akan
menyelenggarakan pelayanan Dialisis. Dan untuk itu dibutuhkan kompetensi dan
kewenenangan yang diatur oleh Rumah Sakit sesuai klasifikasi pelayanan Hemodialisa Primer,
mengacu pada buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Unit Hemodialisa Kemenkes No
1778/MenKes/SK/XII/ 2010
Jumlah perawat pada Unit Hemodialisa ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur dan
ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat dan pasien yang menggunakan ventilasi
mekanik adalah 1:1, sedangkan perbandingan perawat dan pasien yang tidak menggunakan
ventilasi mekanik adalah 1:2 (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010).
C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan jadwal dinas dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh Kepala Unit dan
disetujui oleh Manager Pelayanan Medis dan Keperawatan
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan dan disosialisasikan kepada
perawat pelaksana
3. Untuk perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu dapat
mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan ruangan apabila tenaga mencukupi dan berimbang
serta tidak menggangu pelayanan maka permintaan disetujui
4. Setiap tugas jaga atau shift harus ada perawat penanggung jawab shift dengan
syarat dan kualifikasi yang ditetapkan
5. Jadwal dinas terdiri dari 2 shift yaitu Pagi dan Sore
a. Shift Pagi : 06.00-10.00 WIB
b. Shift Sore : 10.00-15.00 WIB
6. Apabila ada perawat yang oleh karna satu dan lain hal tidak dapat menjalankan
tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan maka yang bersangkutan
harus memberitahu atasan minimal 4 jam sebelum jam dinas berlangsung untuk
dicarikan pengganti dinasnya tersebut
7. Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut :
a. Batas keterlambatan karyawan maksimal 15 menit dari dimulai jadwal shift
b. Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberikan, maka karyawan
tersebut akan memdapatkan evaluasi kedisiplinan dari atasan langsung
c. Apabila terjadi keterlambatan secara terus menerus, akan diberikan surat
peringatan
d. Izin meninggalkan dinas maksimal 3 jam dalam 1 hari kerja atas persejutuan
Kepala Unit atau Katim
.BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
B. Standar fasilitas
Fasilitas Unit Hemodialisa Rumah Sakit Harapan Jayakarta
No Nama Alat Jumlah
1 Ambu Bag 1
2 Bak Instrument 5
3 Bantal 10
4 Duk Tidak Bolong 8
5 Duk Bolong 5
6 Ember Tempat Sampah Medis 2
7 Gunting 1
8 Jam dinding 1
9 Kursi Penunggu Pasien 9
10 Kursi Perawat 7
11 Komputer 1
12 Korentang 2
13 Kom Sedang + Tutup 5
14 Lemari Obat 2
15 Rak Berkas 1
16 Laken 35
17 Mesin HD 10
18 Regulator 02 2
19 Stetoscope 2
20 Sarung Bantal Pasien 17
21 Sarung Tabung 02 2
22 Selimut Pasien 10
23 Tempat Sampah Non Medis 3
24 Tabung 02 2
25 Tempat Tidur Pasien 10
26 Tempat Korentang 1
27 Tensimeter 1
28 Termometer 1
29 Timbangan BB 1
30 Tromol Kecil 1
31 Tromol Sedang 1
32 Tromol Besar 1
33 Trolly Tindakan 1
34 Ruang Re Use 1 Unit
35 Tempat dialiser Re Use 1 Unit
36 Ruang RO 1 Unit
37 Gluco DR 1
38 Sterilisator 1
39 Tv 1
40 Meja Pasien 5
41 AC 2 PK 2
42 AC 1 PK 1
43 Hexos Kipas Angin 3
BAB IV
TATA LAKSANA PE;AYANAN
A. Pengertian Hemodialisis
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk
limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut (Smeltzer dan
Bare, 2002). Hemodialisis dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi
dengan membran penyaring semi permiabel (ginjal buatan) yang memindahkan produk-produk
limbah yang terakumulasi dari darah ke dalam mesin dialisis.
B. Etiologi hemodialisa
Dialisis dilakukan pada ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan limbah tubuh yang
dalam keadaan normal diekskresikan oleh ginjal yang sehat. Dialisis juga dilakukan dalam
penanganan pasien dengan edema yang membandel (tidak responsif terhadap terapi), koma
hepatikum, hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan uremia. Dialisis akut diperlukan bila
terdapat kadar kalium yang tinggi atau yang meningkat, kelebihan muatan cairan atau edema
pulmoner yang mengancam, asidosis yang meningkat, perikarditis dan konfusi yang berat.
Sedangkan dialisis kronis atau pemeliharaan dibutuhkan pada gagal ginjal kronis
(Smeltzer dan Bare, 2002)( penyakit ginjal stadium terminal) dalam keadaan terjadinya tanda-
tanda dan gejala uremia yang mengenai seluruh sistem tubuh (mual serta muntah, anoreksia
berat, peningkatan letargi, konfusi mental);
1. Kadar kalium serum meningkat.
2. Muatan cairan berlebih yang tidak responsif terhadap terapi diuretik serta pembatasan
cairan.
3. Penurunan status kesehatan yang umum.
4. Terdengarnya suara gesekan perikardium (pericardial friction rub) melalui auskultasi.
C. Metode Hemodialisis
Metode terapi dialisa mencakup hemodialisis, hemofiltrasi, dan peritoneal dialisis.
Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk
mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian. Hemofiltrasi digunakan untuk
mengeluarkan cairan yang berlebihan. Sedangkan, peritoneal dialisis mengeluarkan cairan lebih
lambat daripada bentuk-bentuk dialisis yang lain (Smeltzer dan Bare, 2002).
D. Indikasi Hemodialisis
Hemodialisis diindikasikan pada gagal ginjal akut dan kronis, intoksikasi obat dan zat
kimia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat dan sindrom hepatoreanal (Faisal, 2007). Di
samping itu, terdengarnya suara gesekan perikardium (pericardial friction rub) melalui
auskultasi merupakan indikasi yang mendesak untuk dilakukan dialisis untuk pasien gagal ginjal
kronis (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut konsensus Pernefri (2003) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala
uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani
dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat
komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, dan nefropatik
diabetik.
Menurut Pernefri (2003) waktu atau lamanya Hemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan
individu. Tiap Hemodialisa dilakukan 4 5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu. Hemodialisa
idealnya dilakukan 10 15 jam/minggu dengan QB 200300 mL/menit. Sedangkan menurut
Corwin (2000) Hemodialisa memerlukan waktu 3 5 jam dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada
akhir interval 2 3 hari diantara Hemodialisa, Sedangkan hemodialisa rutin menurut Pernefri
(2003) dijelaskan bahwa hemodialisa rutin ini dilakukan pada keadaan yang sudah direncanakan
atau ditentukan waktunya. Umumnya dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronik yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sedangkan pasien hemodialisa rutin adalah
pasien-pasien yang sudah terencana dalam menjalani program hemodialisa sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
F. Komplikasi Hemodialisa
1. Hipervolemia, ditandai dengan peningkatan tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan,
tekanan vena sentral, dispnea, rales basah, batuk, edema, dan peningkatan berat badan
yang berlebihan sejak dialisis terakhir.
2. Ultrafiltrasi yang berlebihan, ditandai dengan gejala-gejala: hipotensi, mual, muntah,
berkeringat, pusing, dan pingsan.
3. Hipovolemia, ditandai dengan penurunan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi dan
pernapasan, turgor kulit buruk, mulut kering, tekanan vena sentral menurun, dan
penurunan haluaran urine.
4. Hipotensi, pada awal dialisis dapat terjadi pada pasien dengan volume darah sedikit,
seperti anak-anak dan orang dewasa yang kecil. Sedangkan hipotensi lanjut pada dialisis
biasanya karena ultrafiltrasi berlebihan atau terlalu cepat.
5. Hipertensi, penyebab yang paling sering adalah kelebihan cairan, sindrom disequilibrium,
respons renin terhadap ultrafiltrasi, dan ansietas.
6. Sindrom disequilibrium dialisis, dimanifestasikan oleh sekelompok gejala-gejala yang
diduga disfungsi serebral. Rentang beratnya gejala-gejala dari mual ringan, muntah, sakit
kepala, dan hipertensi sampai agitasi, kedutan, kekacauan mental, dan kejang.
7. Infeksi, yang diperkirakan karena penurunan respons imunologik pada pesien uremik yang
mengalami penurunan resisten terhadap infeksi.
F. Akses Vaskuler
Setelah mesin siap untuk di sambungkan dengan pasien, maka terlebih dahulu tentukan
akses vaskuler yang akan di gunakan. Akses vaskuler terdiri atas:
2 Akses permanen
a. Cimino Shunt atau graft
1) Pasien mencuci daerah yang akan dilakukan insersi.
2) Anjurkan pasien baring atau duduk dengan posisi yang nyaman.
3) Beritahukan pada pasien tindakan akan dimulai
4) Ukur TTV pasien
5) Dekatkan alat yang akan di gunakan pada pasien
6) Lakukan kebersihan tangan dan gunakan APD.
7) Tentukan daerah yang akan dilakukan insersi
8) Letakkan duk steril di bawah lengan pasien yang akan di insersi.
9) Lakukan desinfeksi daerah yang akan di insersi.
10) Buka AV fistula dan letakkan diatas duk steril atau dalam bak alat.
11) Isi Fistula dengan NACl hingga penuh dengan spoit.
12) Lakukan penusukan pada vena sebagai inlet. (tempat masuknya darah), dan
fiksasi dengan plester pada daerah sayap fistula
13) Kemudian lakukan penusukan pada daerah cimini atau graf sebagai outlet
(tempat keluarnya darah).
14) Sambungkan dengan mesin untuk memulai dengan proses dilaisis.
15) Buka APD dan buang di tempat sampah infeksius.
16) Lakukan kebersihan tangan.
G. Memulai Hemodialisis
Setalah melakukan akses vaskuler dan melakukan pungsi atau insersi, maka proses dialisis
dapat dimulai dengan cara:
I. Mengakhiri Hemodialisis
1. Lakukan kebersihan tangan dan gunakan APD.
2. Tekan End Of Treatment pada mesin Bbrau dan Retrans pada mesin Nipro.
3. Tutup klem pada V Blood line dan V fistula, sedang pada A blood line dan A
fistula di biarkan terbuka
4. Buka klem NACL dan biarkan mengalir ke A fistula hingga nampak bening
kemudian klem.
5. Buka klem pada V blood line dan V fistula, dan jalankan pompa darah hingga
kecepatan maksimal 150 ml/menit hingga nampak bening.
6. Matikan pompa darah dan klem V blood line dan V Fistula.
7. Lepaskan ujung AV blood line denga ujung AV fistula.
8. Cabut AV fistula, kemudian tekan daerah penusukan lembut hingga darah
berhenti keluar, kemudian tutup dengan kasa steril dan fiksasi dengan plester.
9. Lepaskan dializer dan blood line dari mesin.
10. Jalankan program desinfeksi pada mesin
11. Rapikan pasien dan onservasi TTV
12. Buka APD dan buang pada tempat sampah infeksius
13. Timbang BB pasien setelah proses dialisis
14. Lakukan kebersihan tangan.
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Definisi
Keselamatan pasien (patient safety) Rumah Sakit adalah suatu system dimana Rumah
Sakit membuat asuhan pasien lebih aman
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunya kejadian tidak diharapkan ( KTD ) di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan kerja merupakan suatu system dimana Rumah Sakit membuat
kerja / aktivitas karyawan lebih aman. System tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun Rumah Sakit
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit Harapan Jayakarta
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan
atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, dan kebijakan yang ditetapkan dapat mencapai
sasaran yang dikehendaki. Pengawasan memberikan dampak positif berupa :
B. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan yang terjadi
sesuai dengan tujuan arah pengawasan dan pengendalian. Bertujuan agar semua kegiatan dapat
tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna. Dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian
tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan peraturan yang berlaku.
Empat langkah yang dapat dilakukan dalam pengawasan dan pengendalian mutu
pelayanan yaitu :
1. Penyusunan standar biaya, standar performance mutu, standar kualitas pelayanan.
2. Penilaian kesesuaian yaitu membandingkan dari produk yang dihasilkan atau pelayanan
yang ditawarkan terhadap standar tersebut.
3. Melakukan koreksi bila diperlukan, yaitu dengan mengoreksi penyebab dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan.
4. Perencanaan peningkatan mutu, yaitu ; membangun upaya-upaya-upaya yang
berkelanjutan untuk memperbaiki standar yang ada.
1. Melakukan pertemuan ruangan untuk menetapakan indikator mutu unit kerja, indikator
mutu area klinis, dan indikator sasaran keselamatan pasien dan insiden lain.
2. Menetapkan penanggung jawab untuk pengumpulan data, pencatatan, analisis dan
pelaporan data.
3. Pelaporan data dilakukan setiap bulan dan diserahkan kepada Komite Mutu dan
Keselamatan Pasien (KMKP).
4. Menyusun instrument penilaian staf dan melakukan penilaian kinerja setiap bulannya.
5. Melakukan analisis dan tindak lanjut hasil analisis kinerja staf Unit Hemodialisa setiap
enam bulan.
6. Melaporkan hasil anlisis kinerja staf Unit Hemodialisa kepada yang berwenang.
7. Melakukan penilaian kinerja unit dan analisis kinerja Unit Hemodialisa setiap bulannya,
serta membuat laporan dan rencana tindak lanjut serta rekomendasi kepada bidang
pelayanan medik.
D. Pembinaan
Pembinaan terhadap staf dan karyawan Rumah Sakit Harapan Jayakarta, Kuhusunya Unit
Hemodialisa sangat diperlukan untuk menjaga mutu atau meningkatkan mutu layanan Unit
Hemodialisa dengan melakukan:
E. Pengembangan
1. Pengembangan sarana dan prasanana yang ada di Unit Hemodialisa berupa penambahan
jumlah mesin HD dan perluasan ruangan.
2. Peningkatan Sumber Daya Manusia yang ada di Unit Hemodialisa dengan mengikuti
kegiatan keilmuan berupa:
a. Pelatihan Hemodialisa
b. Mengikuti Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(PERNEFRI) maupun Ikakatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI).
c. Mengikuti seminar dan Workshop khusunya di bidang Dialisis.
d. Mengikuti pelatihan, Seminar dan Workshop tentang kesehatan selain Dialisis.
BAB IX
PENUTUP
Upaya terus menerus untuk mengacu pada standar pelayanan terbaik adalah harapan dari
para konsumen kesehatan. Melalui pelayanan prima, diharapkan kualitas hidup para penderita
gagal ginjal kronis dapat ditingkatkan dan dapat berperan produktif pada bangsa dan negara