Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Personal Hygiene

Personal Hygiene atau kebersihan perorangan adalah suatu tindakan yang

dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang dalam rangka

memelihara kesehatannya. Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri apabila,

orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit,

gigi dan mulut, rambut, mata, hidung dan telinga, tangan, kaki dan kuku, kebersihan

genitalia serta kebersihan dan kerapian pakaiannya (Crissey, 2005). Personal Hygiene

dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit,

meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan (sebagaian sumber

diambil dari Tarwoto dan wartonah, 2003). Upaya-upaya yang dilakukan seseorang

untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya meliputi (Tarwoto dan

Wartonah, 2003) :

a. Memelihara kebersihan

b. Makanan yang sehat

c. Cara hidup yang teratur

d. Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani

e. Menghindari terjadinya penyakit

f. Meningkatkan taraf kecerdasan dan rohaniah

g. Melengkapi rumah dengan fasilitas-fasilitas yang menjamin hidup sehat

11
12

h. Pemeriksaan kesehatan

Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit kecacingan maka personal

hygiene yang dapat dilakukan adalah :

a. Menjaga kebersihan Kulit

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung, sekresi, ekskresi,

pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman

atau trauma sehingga perawatan yang cukup (adekuat) sangat diperlukan agar kulit

dapat mempertahankan fungsinya. Untuk selalu memelihara kebersihan kulit

kebiasaan kebiasaan sehat yang harus dilakukan seperti (Potter, 2005)

1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri

2. Mandi menggunakan sabun mandi secara rutin minimal 2x sehari

3. Mengganti pakaian dengan teratur

4. Menjaga kebersihan pakaian

5. Hindari menggunakan pakaian yang lembab/basah

6. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah

7. Menjaga kebersihan lingkungan.

b. Perawatan kebersihan tangan dan kuku

Menjaga kebersihan tangan sangat penting terutama untuk mencegah

terjadinya infeksi kecacingan. Orang Indonesia umunya menggunakan tangan untuk

makan, mempersiapkan makanan, memberi makan pada anak, dan sebagainya,

sehingga dapat menjadi jalan bagi telur atau larva cacing untuk masuk kedalam

tubuh. Selain itu anak anak paling sering terkena penyakit cacingan karena biasanya
13

jari jari tangan mereka dimasukkan ke dalam mulut atau makan tanpa mencuci

tangan. Oleh karena itu menjaga kebersihan tangan dan kuku sangat penting untuk

dilakukan baik sebelum maupun setelah melakukan aktivitas. Membersihkan tangan

dapat dilakukan minimal 2 kali dalam sehari atau setiap kotor dengan (1) Mencuci

tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir (2) menyabuni dan

mancuci harus meliputi area antara jari tangan, kuku dan punggung tangan (3)

mengeringkan tangan dengan handuk yang bersih (4) Cuci tangan dilakukan sebelum

makan atau sebelum memegang makanan dan setelah tangan kotor misalnya, setelah

memegang uang, memegang binatang, berkebun, setelah buang air besar atau buang

air kecil.

Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam

mempertahankan perawatan diri karena kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui

kuku khusunya untuk menghindari terjadinya penularan cacing dari tangan ke mulut

(Gandahusada et al., 2006). Oleh karena itu, memotong kuku minimal 1 kali

seminggu atau saat terlihat panjang sangat penting untuk dilakukan (Potter, 2005).

c. Perawatan kebersihan kaki

Kebersihan dan kesehatan kaki dapat dijaga dengan menggunakan alas kaki yang

lembut, aman dan nyaman, terutama jika berada di luar rumah ataupun ruangan.

Pemakaian alas kaki bertujuan untuk mencegah cacing masuk kedalam pori pori

kulit kaki yang menginjak larva atau telur cacing. (Tanner, et.al., 2011).
14

d. Kebiasaan ibu memilih makanan

Kebiasaan penggunaan feses manusia sebagai pupuk tanaman menyebabkan

semakin luasnya pengotoran tanah, persediaan air rumah tangga dan makanan

tertentu, misalnya sayuran akan meningkatkan jumlah penderita cacingan. Demikian

juga kebiasaan makan masyarakat, menyebabkan terjadinya penularan penyakit

cacing tertentu. Misalnya, kebiasaan makan secara mentah atau setengah matang,

ikan, kerang, daging dan sayuran. Bila dalam makanan tersebut terdapat kista atau

larva cacing, maka siklus hidup cacingnya menjadi lengkap, sehingga terjadi infeksi

pada manusia (Entjang, 2003).

2.2 Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai

lingkungan yang sehat melalui upaya pengendalian faktor lingkungan fisik khususnya

hal hal yang mempunyai dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan

kelangsungan hidup manusia. Sanitasi lingkungan mencakup perumahan,

pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Chandra, 2007). Sanitasi

lingkungan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh karena itu untuk

mencapai kemampuan hidup yang sehat di masyarakat, beberapa hal yang harus

diperhatikan adalah :

2.2.1 Jamban

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh

tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh berupa tinja (faeces), air seni (urine),
15

dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia yang

dimaksudkan adalah tempat pembuangan tinja dan urine, pada umumnya disebut

latrine, jamban atau kakus. Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk

membuang dan mengumpulkan kotoran/najis yang lazim disebut WC, sehingga

kotoran atau najis tersebut berada dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi

penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman

(Notoatmodjo, 2007).

Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang

cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan

kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan

sumber air. Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai macam

penyakit seperti : thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing ( gelang, kremi,

tambang dan pita ), schistosomiasis dan sebagainya. Beberapa persyaratan yang harus

diperhatikan dalam membuat jamban sehat adalah :

1. Tidak mencemari air

2. Tidak mencemari tanah permukaan

3. Bebas dari serangga terutama lalat, kecoa dan binatang lainnya

4. Tidak menimbulkan bau

5. Nyaman dan aman digunakan oleh pemakainya

6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang baik


16

2.2.2 Lantai Rumah

Rumah memiliki fungsi beragam, selain sebagi tempat berlindung dari

panasnya sinar matahari dan hujan, rumah juga menjadi tempat untuk melakukan

sosialisasi antar penghuninya. Hampir sebagian aktivitas manusia dilakukan dirumah,

oleh sebab itu, kondisi rumah dapat mempengaruhi perkembangan dan kesehatan

fisik dan mental penghuninya. Rumah yang sehat dan layak tidak harus berwujud

rumah mewah dan besar namun rumah yang sehat adalah rumah yang memenuhi

persyaratan rumah sehat salah satunya adalah rumah dengan bangunan yang kuat dan

memiliki lantai yang mudah untuk dibersihkan. Lantai yang memenuhi persyaratan

adalah lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim

hujan. Oleh karena itu lantai rumah sebaiknya terbuat dari ubin, keramik atau semen

agar tidak lembab dan tidak menimbulkan genangan atau becek (Kusnoputranto,

2000).

2.3 Penyakit Kecacingan

Penyakit kecacingan merupakan penyakit yang dapat menyebabkan berbagai

penyakit serius pada anak terutama pada masyarakat dengan sosio ekonomi rendah

yang berada di daerah pedesaan atau daerah pinggiran. Jenis cacing yang sering

ditemukan pada anak anak yaitu cacing yang ditularkan melalui tanah ( Soil

Transmitted Helminthes ) seperti Ascaris Lumbricoides, Nekator Americanus,

Ancylostoma Duodenale dan Trichuris Trichuria (Gandahusada et al., 2006).


17

2.3.1 Cacing Gelang (Ascaris Lumbricoides)

Cacing gelang berukuran 20-25 cm, cacing ini tinggal dan menyebar di usus

kecil. Telur cacing yang keluar bersama tinja dapat mencemari tanah di lingkungan

sekitar dan sayuran yang ditanam di tanah tersebut akan ikut tercemar apabila

dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu ( dijadikan sebagai lalapan). Bila telur

tertelan setelah melalui berbagai tahap perkembangan di dalam tubuh maka cacing

usus akan timbul di usus kecil. Manusia adalah satu-satunya hospes cacing gelang

(Ascaris lumbricoides), penyakit yang di sebabkan oleh cacing ini disebut Askariasis

(Gandahusada et al., 2006).

Gambar 2.1. Cacing Gelang (Ascaris Lumbricoides)

2.3.1.1 Morfologi dan Daur hidup

Cacing jantan berukuran 10 30 cm, sedangkan yang betina 22 35 cm.

Stadium dewasa hidup di rongga usus muda. Seekor cacing betina dapat bertelur

sebanyak 100.000 200.00 butir sehari; terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak

dibuahi. Telur yang dibuahi, besarnya kurang lebih 60 x 45 mikron dan yang tidak

dibuahi 90 x 40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi

berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu.


18

Bentuk infektif ini, bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus.

Larvanya akan menembus dinding usus halus dan menuju pembuluh darah atau

saluran limfe, lalu dialirkan kejantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru.

Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk

rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari

trakea larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring.

Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan kedalam eksofagus,

lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak

telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2

bulan (Gandahusada et al., 2006).

Gambar 2.2. Daur hidup Cacing Gelang (Ascaris Lumbricoides)

Sumber : Gandahusada, S, et al. 2006. Parasitologi Kedokteran. UGM. Jogjakarta


19

2.3.1.2 Gejala Klinis

Penderita akan mengalami gejala yang disebabkan oleh cacing dewasa dan

larva. Gangguan yang di sebabkan oleh larva biasanya terjadi ketika larva tersebut

berada di paru, apabila tubuh orang tersebut rentan maka akan terjadi perdarahan

kecil pada dinding alveolus yang akan menimbulkan gangguan pada paru yang di

sertai dengan batuk, demam dan eosinofilia. Keadaan ini disebut sindrom Loeffler.

Gejala yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya hanya gejala ringan, kadang-

kadang penderita mengalami gangguan usus ringan seperti mual-mual, nafsu makan

berkurang, perut buncit, diare dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak

dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperkuat keadaan malnutrisi. Efek yang serius

terjadi bila cacing cacing ini menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi

usus (ileus). Pada keadaan tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu,

apendiks atau ke bronkus dan menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga kadang

kadang perlu tindakan operatif (Gandahusada et al., 2006).

2.3.1.3 Pengobatan

Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara massal pada

masyarakat. Untuk perorangan dapat digunakan bermacam macam obat misalnya

piperasin, pirantel pamoat, mebendazol atau albendazol. Obat ini di minum agar

cacing dapat di lumpuhkan sehingga cacing dapat keluar hidup-hidup bersama tinja

(Gandahusada et al., 2006).


20

2.3.2 Cacing Cambuk (Trichuris Trichiura)

Dalam bahasa Indonesia cacing ini dinamakan cacing cambuk karena secara

menyeluruh bentuknya seperti cambuk. Infeksi dengan cacing cambuk (Trichuriasis)

lebih sering terjadi di daerah panas, lembab dan sering bersama sama dengan infeksi

Ascaris. Sampai saat ini dikenal lebih dari 20 species Trichuris spp, namun yang

menginfeksi manusia hanya Trichruis Trichuria dan Trichuris Vulpis. Penyakit yang

disebabkan cacing ini dinamakan trichuriasis atau trichocepaliasis. Penyakit ini

terutama terjadi di daerah subtropis dan tropis, dimana kebersihan lingkungan yang

buruk serta iklim yang hangat dan lembab memungkinkan telur dari parasit ini

mengeram di dalam tanah. (Gandahusada et al., 2006)

Gambar 2.3. Cacing Cambuk (Trichuris Trichiura)

2.3.2.1 Morfologi

a) Cacing jantan panjangnya 3 4 cm, dengan bagian anterior halus seperti

cambuk, bagian ekor melingkar dan mengandung sebuah spicule.


21

b) Cacing betina panjangnya 4 -5 cm, bagian anterior halus seperti cambuk,

bagian ekor lurus berujung tumpul. Vulva terdapat di bagian tubuh yang

mulai membesar, sedangkan anusnya terletak di bagian posterior tubuh.

c) Telurnya berukuran 50 x 22 mikron, bentuknya seperti tempayan dengan

kedua ujung menonjol, berdinding tebal dan berisi larva. Kulit bagian luar

berwarna kekuning kuningan dan bagian dalamnya jernih.

d) Cacing dewasa berwarna merah muda, melekat pada dinding apendiks,

kolon atau bagian posterior ileum. Bagian tiga perlima anterior tubuh

langsing, dan bagian posterior tebal sehingga menyerupai cambuk.

2.3.2.2 Siklus Hidup

Manusia akan terinfeksi cacing ini karena menelan telur matang yang berasal

dari tanah yang terkontaminasi. Telur telur yang tertelan akan menetas di usus kecil

dan akhirnya akan melekat pada mukosa usus besar. Cacing dewasa menjadi mature

kira kira dalam 3 bulan dan mulai memproduksi telur. Cacing tersebut akan

membenamkan bagian anteriornya di mukosa usus dan mulai memproduksi telur

sebanyak 2000 7000 butir perhari, cacing dewasa ini dapat hidup untuk beberapa

tahun. Telur yang dihasilkan akan dikeluarkan dari tubuh manusia bersama tinja.

Telur ini akan mengalami pematangan dalam waktu 2 4 minggu di luar tubuh. Bila

telur berada di tempat yang mendukung perkembangannya seperti di tempat yang

lembab, hangat maka telur akan matang dan siap menginfeksi host lain. Pada infeksi

yang berat, cacing dapat pula ditemukan pada ileum, appendiks, bahkan seluruh usus

besar.
22

Gambar 2.4. Daur Hidup Cacing Cambuk (Trichuris Trichiura)

Sumber : Gandahusada, S, et al. 2006. Parasitologi Kedokteran. UGM. Jogjakarta

2.3.2.3 Gejala Klinis

Tidak ada gejala klinis yang khas pada infeksi ringan. Disentri, prolapsus

rekti, apendisitis, anemia berat, mual dan muntah dapat terjadi karena adanya infeksi

yang berat dan menahun. Disentri yang terjadi dapat menyerupai amebiasis.

Perkembangan larva trichuris di dalam usus biasanya tidak memberikan gejala klinik

yang berarti walaupun dalam sebagian masa perkembangannya larva memasuki

mukosa intestinum tenue. Cacing di dalam tubuh dapat menimbulkan bahaya akibat
23

dari trauma yang berasal dari cacing dan toksik yang dikeluarkannya. Trauma pada

dinding usus terjadi karena cacing ini membenamkan kepalanya pada dinding usus.

Cacing ini biasanya menetap pada sekum akan tetapi dapat juga ditemukan di kolon

asendens (Gandahusada et al., 2006).

2.3.2.4 Pengobatan

Pengobatan pada Cacing cambuk sama seperti pengobatan pada Ascariasis,

untuk perseorangan dapat dipergunakan obat misalnya piperasin, pirantel pamoat,

mebendazol atau albendazol.

2.3.3 Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)

Disebut cacing tambang karena pertama kali ditemukan di daerah

pertambangan, yang fasilitas sanitasinya kurang memadai. Hospes cacing tambang

adalah manusia dan akan menyebabkan Nekatoriasis dan Ankilostomiasis.

Gambar 2.5. Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma


duodenale)
24

2.3.3.1 Morfologi

a) Cacing betina Ancylostoma duodenale mampu bertelur 10.000 butir setiap

harinya, sedangkan pada Necator americanus mengeluarkan telur kira-kira

9000 butir setiap harinya.

b) Pada Ancylostoma duodenale cacing betinanya berukuran 10-30 mm dan

cacing jantannya berukuran 8-11 mm, cacing ini menyerupai huruf C dan

dan mulutnya mempunyai 2 pasang gigi.

c) Sedangkan pada Necator americanus cacing betinanya berukuran 9-11 mm

dan cacing jantannya berukuran 5-9 mm, cacing ini menyerupai huruf S

dan mulutnya mempunyai 2 pasang gigi.

d) Telur cacing tambang keluar bersama-sama dengan feses, bentuknya

bundar, oval dan besarnya sekitar 20-50 mikron. Di dalam telur dapat

terlihat seperti ada sel-sel berjajar.

2.3.3.2 Siklus Hidup

Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari

keluarlah larva rabditiform. Dalam waktu kira-kira 3 hari larva rabditiform tumbuh

menjadi larva filariform, yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7-8

minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60 x 40 mikron,

berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat 4-8 sel. Larva

rabditiform panjangnya kira-kira 250 mikron, sedangkan larva filariform panjangnya

kira-kira 600 mikron. (Gandahusada et al, 2006)


25

Gambar 2.6. Daur Hidup Cacing Tambang (Necator americanus dan


Ancylostoma duodenale)

Sumber : Gandahusada, S, et al. 2006. Parasitologi Kedokteran. UGM. Jogjakarta

2.3.3.3 Gejala Klinis

Larva cacing tambang yang menginfeksi manusia pada umumnya tidak

menjadi dewasa dan mengakibatkan terjadinya kelainan kulit yang disebut creeping

eruption, creeping disease atau cutaneous larva migrans. Creeping eruption adalah
26

suatu dermatitis dengan gambaran khas berupa kelainan intrakutam serpigmosa, yang

antara lain disebabkan Anyclostoma Braziliense dan Anyclostoma Caninum. Kulit

yang ditembus oleh larva filariform akan menjadi keras, merah dan gatal. Dalam

beberapa hari akan terbentuk terowongan intrakutan sempit, yang tampak sebagai

garis merah, sedikit menimbul, gatal dan bertambah panjang sesuai dengan gerakan

larva di dalam kulit. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya infeksi sekunder yang

diakibatkan karena kulit digaruk (Gandahusada et al., 2006).

2.3.3.4 Pengobatan

Obat anti cacing antara lain Piperasin, Mebendazol, Pyrantel bemoat. Obat

cacing lainnya tetrachlorathylena (TCE) diberikan 0,1 ml/kg berat badan. Obat ini

harus diberikan dalam bentuk cairan pada perut yang belum terisi, dapat di ulang

selama tiga hari. Apabila kadar haemoglobin penderita rendah sebaiknya dinaikkan

dahulu sampai 40% dengan transfusi atau dengan pemberian Fe Sulfat sebelum

memakai obat cacing.

2.4 Dampak Infeksi Kecacingan

Kecacingan jarang menyebabkan kematian secara langsung, namun sangat

mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing gelang yang berat akan

menyebabkan malnutrisi dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak-

anak. Infeksi cacing tambang dapat mengakibatkan anemia defesiensi besi. Berbagai

penelitian membuktikan bahwa sebagian kalori yang dikonsumsi manusia tidak dapat

dimanfaatkan tubuh secara maksimal karena adanya parasit dalam tubuh. Pada
27

infeksi ringan akan menyebabkan gangguan penyerapan nutrien lebih kurang 3% dari

kalori yang dicerna, pada infeksi berat mencapai 25% dari kalori yang dicerna tidak

dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Infeksi Ascaris Lumbrocoides yang berkepanjangan

dapat menyebabkan kekurangan kalori protein dan diduga dapat mengakibatkan

efisiensi vitamin A (Hidayat, 2002). Pada infeksi Trichuris Trichuria berat sering

dijumpai diare darah, turunnya berat badan dan anemia. Anemia ini terjadi karena

Trichuris Trichuria mampu menghisap darah sekitar 0.005 ml/hari/cacing

(Gandahusada et al, 2006)

Infeksi cacing tambang umumnya berlangsung secara menahun, cacing

tambang sudah dikenal sebagai penghisap darah. Seekor cacing tambang mampu

menghisap darah 0.2 ml per hari. Apabila terjadi infeksi berat maka penderita akan

kehilangan darah secara perlahan dan dapat menyebabkan anemia berat. Seorang

anak yang menderita kecacingan memiliki tanda tanda : berat badan turun, wajah

pucat, kulit dan rambut jarang, keadaan tubuh lemah, lesu dan mudah sakit. Selera

makan berkurang, kulit telapak tangan tidak merah, kurang darah dan mungkin

jantung berdebar debar, sesak nafas dan sering pusing (Hendrawan, 1997).

2.5 Pencegahan dan Penanggulangan Kecacingan

Upaya pencegahan cacingan dapat dilakukan melalui upaya kebersihan

perorangan ataupun kebersihan lingkungan. Kegiatan tersebut dapat dirinci sebagai

berikut :
28

A. Menjaga kebersihan Perorangan

1) Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan

menggunakan air dan sabun.

2) Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi

3) Memasak air untuk minum

4) Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan

5) Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari

6) Memotong dan membersihkan kuku

7) Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila

melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah

8) Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat

mencemari makanan tersebut

B. Menjaga Kebersihan Lingkungan

1) Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan.

2) Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai.

3) Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.

4) Membuang sampah pada tempatnya untuk menghindari lalat dan lipas.

5) Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.

C. Pengobatan

Tujuan :

a. Memutuskan mata rantai penularan.

b. Menurunkan prevalensi dan intensitas infeksi.


29

c. Meningkatkan kesehatan dan produktivitas.

Prinsip Pengobatan

Prinsip pengobatan infeksi cacingan adalah membunuh cacing yang ada dalam

tubuh manusia yaitu dengan dengan menggunakan obat yang aman berspektrum luas,

efektif untuk jenis cacing yang ditularkan melalui tanah. Menurut berbagai

pengalaman frekuensi pengobatan dilakukan 2 kali dalam setahun.

Jenis Pengobatan

Jenis pengobatan penyakit cacingan ada dua macam yaitu pengobatan massal

dan pengobatan selektif.

1. Pengobatan Massal (Blanket Treatment)

a. Blanket Mass Treatment

Suatu jenis pengobatan yang dilakukan secara menyeluruh kepada seluruh

penduduk yang menjadi sasaran program. Blanket Treatment dilakukan bila sarana

dan prasarana laboratorium tidak ada/tidak memadai atau ada sarana laboratorium

tapi kondisi geografis menyulitkan pengumpulan sampel tinja, pengobatan massal ini

dapat dilakukan sampai 3 tahun tanpa survei evaluasi. Daerah yang melaksanakan

sistem Blanket, agar diikuti dengan kegiatan penyuluhan tentang hidup bersih dan

memperbaiki sanitasi lingkungan di wilayah tersebut. Disamping itu agar diupayakan

meningkatkan SDM dan sarana laboratorium untuk menunjang kemampuan

pemeriksaan tinja, dengan harapan suatu saat mampu melaksanakan pengobatan

selektif di wilayahnya. Selain itu pengobatan massal dilakukan apabila di daerah

sasaran pernah mempunyai prevalensi 30 % atau lebih.


30

b. Selective Mass Treatment

Pengobatan yang dilakukan terhadap penduduk yang menjadi sasaran

program, tetapi hanya kepada penduduk yang hasil pemeriksaan tinjanya positif. Hal

ini dilakukan pada daerah yang mempunyai sarana dan prasarana laboratorium yang

memadai, karena pemeriksaan tinja harus dilakukan pada seluruh sasaran. Di samping

itu kondisi geografis memungkinkan untuk pengumpulan sediaan tinja secara berkala.

Pengobatan dilakukan secara berurutan (satu per satu) dan harus diminum didepan

petugas (tidak boleh dibawa pulang).

2. Pengobatan Selektif (Selective Treatment)

Pengobatan dilakukan di sarana kesehatan bagi penderita yang datang berobat

sendiri dan hasil pemeriksaan mikroskopik tinja positif atau hasil pemeriksaan klinis

dinyatakan positif menderita cacingan.

Pemilihan obat cacing dengan kriteria dan spesifikasi sebagai berikut :

a. Aman (efek samping minimal)

b. Efektif untuk beberapa jenis cacing

c. Harga terjangkau baik oleh pemerintah maupun masyarakat.

Sebaiknya dipilih satu macam obat dengan dosis tunggal, hal ini untuk

mempermudah pelaksanaan pengobatan. Program pemberantasan penyakit cacingan

menganjurkan Pyrantel pamoate dengan dosis 10 mg/kg berat badan (dosis tunggal),

untuk pengobatan pertama pada pengobatan massal. Untuk pengobatan kedua dapat

menggunakan Albendazole. Jika infeksi cacing gelang rendah dan infeksi cacing

cambuk menjadi masalah, dianjurkan memakai Mebendazole atau Albendazole.


31

Untuk pengobatan massal dosis Mebendazole 500 mg (dosis tunggal) dan

Albendazole 400 mg (dosis tunggal). Untuk pengobatan selektif Mebendazole

dosisnya 100 mg x 2 kali selama 3 hari (Kemenkes, 2006)

2.6 Metode Pemeriksaan Telur Cacing pada Feces

1. Cara Langsung (Sediaan Basah)

Pemeriksaan tinja secara langsung ada dua cara yaitu pemeriksaan tinja secara

langsung dengan kaca penutup dan tanpa kaca penutup (Hadidjaja, 1990).

a. Dengan Penutup Kaca

Letakkan satu tetes cairan diatas kaca benda kemudian diambil feces (1-2

mm3) dengan lidi dan diratakan menjadi homogen, bila terdapat bahan yang

kasar dikeluarkan dengan lidi, kemudian ditutup dengan kaca penutup, di

usahakan supaya cairan merata dibawah kaca penutup tanpa ada gelembung

udara, kemudian dibaca dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x.

(Hadidjaja, 1990).

b. Tanpa Kaca Penutup

Diletakkan setetes air diatas kaca benda, dengan lidi diambil feses (2-3 mm3)

dan diratakan hingga homogen menjadi lapisan tipis tetapi tetap basah,

kemudian diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10x. (Hadidjaja, 1990)

2. Cara Tidak Langsung

a. Metode Sedimentasi ( Metode Faust dan Russell, 1964)


32

Prinsip pemeriksaan metode sedimentasi adalah dengan adanya gaya

sentrifugal dari sentrifuge dapat memisahkan antara suspensi dan

supernatannya sehingga telur cacing akan terendapkan. (Hadidjaja, 1990).

b. Metode Flotasi dengan NaCl Jenuh (Willis, 1921)

Prinsip pemeriksaan metode Flotasi NaCl jenuh adalah adanya perbedaan

antara berat jenis telur yang lebih kecil dari berat jenis NaCl sehingga telur

dapat mengapung. (Hadidjaja, 1990).

c. Metode Teknik Kato Katz (Kato dan Miura, 1954)

Prinsip pemeriksaan ini adalah feses direndam pada larutan gliserin hijau,

dikeringkan dengan kertas saring dan diamkan 20- 30 menit pada inkubator

dengan suhu 40oC untuk mendapatkan telur cacing dan larva. (Hadidjaja,

1990).

d. Metode Suzuki

Metode yang satu-satunya yang dipakai untuk pemeriksaan telur cacing yang

sampelnya dari tanah. Metode ini menggunakan larutan hipoklorit 30% dan

menggunakan larutan MgSO4 yang mempunyai berat jenis (Bj) 1,260. Bj

larutan tersebut lebih besar dari Bj telur cacing sehingga telur cacing

mengapung dipermukaan dan menempel pada deck glass dan menghasilkan

sediaan yang dapat diperiksa dengan mikroskop. (Hadidjaja, 1990)


33

2.7 Kerangka Teori

Menurut teori John Gordon bahwa timbulnya suatu penyakit sangat dipengaruhi

oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (Agent), pejamu (Host) dan lingkungan

(Environment).

Host (Pejamu)

Environment Agen (Penyebab Penyakit)


(Lingkungan)
Gambar 2.7. Segitiga Epidemiologi

Ketiga faktor tersebut akan terus menerus berinteraksi satu sama lain. Jika

interaksinya seimbang, terciptalah keadaan seimbang. Begitu terjadi gangguan

keseimbangan, maka akan muncul penyakit. Agen penyakit, manusia,dan lingkungan

bersama-sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga

memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak langsung masuk ke

dalam tubuh manusia. Penyakit kecacingan adalah penyakit yang disebabkan karena

masuknya telur infektif kedalam tubuh seseorang. Sesuai dengan teori diatas interaksi

yang tidak seimbang antara manusia (host) dengan lingkungan dalam hal ini tanah,

makanan atau minuman yang disebabkan karena lingkungan tercemar dapat

memudahkan agent penyakit dalam hal ini adalah larva cacing infektif untuk masuk

kedalam tubuh manusia dan menyebabkan terjadinya penyait. (Sutrisno, 2010).


34

2.8 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut :


Variabel Independent

1. Umur
2. Pendidikan
Variabel Dependent

Personal Hygiene Ibu


Kebiasaan Mencuci Tangan
Kebersihan Kuku
Kebiasaan dalam memilih
makanan Kejadian Infeksi
Kecacingan pada
anak balita

Personal Hygiene Anak


Kebiasaan Cuci Tangan
Pemakaian alas kaki
Kebersihan Kuku
Pemeriksaan
Laboratorium

Sanitasi Lingkungan Rumah


Jamban
Lantai Rumah

Gambar 2.8. Kerangka Konsep Penelitian

Вам также может понравиться

  • Manfaat Gerakan Wudhu Untuk Kesehatan Tubuh Manusia
    Manfaat Gerakan Wudhu Untuk Kesehatan Tubuh Manusia
    От Everand
    Manfaat Gerakan Wudhu Untuk Kesehatan Tubuh Manusia
    Рейтинг: 5 из 5 звезд
    5/5 (3)
  • Bab
    Bab
    Документ21 страница
    Bab
    AdeLidya
    Оценок пока нет
  • Pertemuan 8
    Pertemuan 8
    Документ15 страниц
    Pertemuan 8
    Gilang Ramadhan
    Оценок пока нет
  • Kontaminasi Udara
    Kontaminasi Udara
    Документ19 страниц
    Kontaminasi Udara
    ekatifany2349
    Оценок пока нет
  • Higiene Perseorangan
    Higiene Perseorangan
    Документ5 страниц
    Higiene Perseorangan
    Rini Puspitadewi
    Оценок пока нет
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Документ16 страниц
    Bab I Pendahuluan
    Yuniar Fresinta Dewi
    Оценок пока нет
  • Buku Kegiatan DR Ilzia
    Buku Kegiatan DR Ilzia
    Документ16 страниц
    Buku Kegiatan DR Ilzia
    Puskesmas Muarapanas
    Оценок пока нет
  • 3) Materi
    3) Materi
    Документ8 страниц
    3) Materi
    Khalwati Afdhaliya
    Оценок пока нет
  • Kecacingan Kel. 6
    Kecacingan Kel. 6
    Документ18 страниц
    Kecacingan Kel. 6
    Riska Wati
    Оценок пока нет
  • Mutd-Sanitasi Dan Pengendalian Kesehatan
    Mutd-Sanitasi Dan Pengendalian Kesehatan
    Документ31 страница
    Mutd-Sanitasi Dan Pengendalian Kesehatan
    Ratu Haulah Kholillah Yusuf
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ11 страниц
    Bab Ii
    dwi
    Оценок пока нет
  • Modul Pentingnya Menjaga Kebersihan
    Modul Pentingnya Menjaga Kebersihan
    Документ17 страниц
    Modul Pentingnya Menjaga Kebersihan
    Najwa Rahmauli Daviani
    Оценок пока нет
  • K3 Kel 1
    K3 Kel 1
    Документ13 страниц
    K3 Kel 1
    elisnawati damanik
    Оценок пока нет
  • TA ttd-23-32
    TA ttd-23-32
    Документ10 страниц
    TA ttd-23-32
    Bidayatul K.
    Оценок пока нет
  • Makalah Rumah Sehat SARI FIX
    Makalah Rumah Sehat SARI FIX
    Документ17 страниц
    Makalah Rumah Sehat SARI FIX
    Jeremia Purba
    Оценок пока нет
  • 4b Modul Lesu
    4b Modul Lesu
    Документ3 страницы
    4b Modul Lesu
    Ferisa paraswati
    Оценок пока нет
  • SArcoptes (Etio Dan F. Resiko)
    SArcoptes (Etio Dan F. Resiko)
    Документ4 страницы
    SArcoptes (Etio Dan F. Resiko)
    faris
    Оценок пока нет
  • Makalah Steward
    Makalah Steward
    Документ14 страниц
    Makalah Steward
    Nurfa dilla
    Оценок пока нет
  • BAB 2 Personal Hygiene
    BAB 2 Personal Hygiene
    Документ17 страниц
    BAB 2 Personal Hygiene
    Klinik Lapassustik Pamekasan
    Оценок пока нет
  • Pengendalian Vektor Dan Tikus
    Pengendalian Vektor Dan Tikus
    Документ14 страниц
    Pengendalian Vektor Dan Tikus
    yasmin p zahwa
    Оценок пока нет
  • Ning Sih
    Ning Sih
    Документ10 страниц
    Ning Sih
    Rizhal Fahmi Kelrey
    Оценок пока нет
  • Analisis Lingkungan PM 10
    Analisis Lingkungan PM 10
    Документ16 страниц
    Analisis Lingkungan PM 10
    Zessy Octa
    Оценок пока нет
  • Analisis Masalah TB
    Analisis Masalah TB
    Документ14 страниц
    Analisis Masalah TB
    Abdul Khalik Adam
    Оценок пока нет
  • Personal Hygiene (Eka)
    Personal Hygiene (Eka)
    Документ4 страницы
    Personal Hygiene (Eka)
    anisa zulfitri
    Оценок пока нет
  • Laporan Sanitasi Hygiene
    Laporan Sanitasi Hygiene
    Документ8 страниц
    Laporan Sanitasi Hygiene
    Tri Lediana Tressa
    Оценок пока нет
  • Laporan Praktikum Kelompok 2
    Laporan Praktikum Kelompok 2
    Документ16 страниц
    Laporan Praktikum Kelompok 2
    Yosi Purnama Sari
    Оценок пока нет
  • 166-Article Text-593-1-10-20201211
    166-Article Text-593-1-10-20201211
    Документ16 страниц
    166-Article Text-593-1-10-20201211
    Aldy Pratama
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ19 страниц
    Bab Ii
    Maura pfs
    Оценок пока нет
  • BAB I Hygiene
    BAB I Hygiene
    Документ21 страница
    BAB I Hygiene
    Hasnah Aziz
    Оценок пока нет
  • Makalah Konsep Teori PHBS Kelompok 3-1
    Makalah Konsep Teori PHBS Kelompok 3-1
    Документ20 страниц
    Makalah Konsep Teori PHBS Kelompok 3-1
    intan mega
    Оценок пока нет
  • Penjamah Makanan
    Penjamah Makanan
    Документ4 страницы
    Penjamah Makanan
    nv
    Оценок пока нет
  • Kel. 1 Pendekatan Ekologi Dalam Kesehatan Dan Upaya Pembangunannya
    Kel. 1 Pendekatan Ekologi Dalam Kesehatan Dan Upaya Pembangunannya
    Документ19 страниц
    Kel. 1 Pendekatan Ekologi Dalam Kesehatan Dan Upaya Pembangunannya
    Muhamad Nur Alif
    Оценок пока нет
  • Sanitasi Jamban Sehat
    Sanitasi Jamban Sehat
    Документ13 страниц
    Sanitasi Jamban Sehat
    kencanaa_
    Оценок пока нет
  • Makalah Cacingan Keperawatan
    Makalah Cacingan Keperawatan
    Документ10 страниц
    Makalah Cacingan Keperawatan
    Annisaiishak
    100% (1)
  • Asuhan Keperawatan Keluarga 7
    Asuhan Keperawatan Keluarga 7
    Документ19 страниц
    Asuhan Keperawatan Keluarga 7
    NERSpolkesdo Gorontalo2022
    Оценок пока нет
  • PHBS
    PHBS
    Документ22 страницы
    PHBS
    Iin Suhartini
    Оценок пока нет
  • Dasar Kesehatan Lingkungan
    Dasar Kesehatan Lingkungan
    Документ44 страницы
    Dasar Kesehatan Lingkungan
    Dpw Beringin Karya
    Оценок пока нет
  • Kesehatan Lingkungan
    Kesehatan Lingkungan
    Документ6 страниц
    Kesehatan Lingkungan
    Acha Laide
    Оценок пока нет
  • Makalah Jamban Keluarga
    Makalah Jamban Keluarga
    Документ16 страниц
    Makalah Jamban Keluarga
    viana merti
    Оценок пока нет
  • VEKTOR Daskes
    VEKTOR Daskes
    Документ2 страницы
    VEKTOR Daskes
    Syawalina Putri F.
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ23 страницы
    Bab Ii
    morsi mo
    Оценок пока нет
  • Landasan Teori
    Landasan Teori
    Документ19 страниц
    Landasan Teori
    Tya
    Оценок пока нет
  • Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
    Документ8 страниц
    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
    Septario Rahmandia
    Оценок пока нет
  • Personal Hygiene
    Personal Hygiene
    Документ47 страниц
    Personal Hygiene
    Nengnisa
    Оценок пока нет
  • Alat Makan
    Alat Makan
    Документ18 страниц
    Alat Makan
    Elva Cristy Irianti
    Оценок пока нет
  • Spmi Kel 11
    Spmi Kel 11
    Документ12 страниц
    Spmi Kel 11
    Rosa Natalin
    Оценок пока нет
  • Kecacingan 1
    Kecacingan 1
    Документ21 страница
    Kecacingan 1
    Della Retno Ningrum
    Оценок пока нет
  • Makalah Penjagaan Kebersihan Meliza Ningsih
    Makalah Penjagaan Kebersihan Meliza Ningsih
    Документ17 страниц
    Makalah Penjagaan Kebersihan Meliza Ningsih
    Fitria Ade
    Оценок пока нет
  • Acara 9-10 Pengendalian Tikus Dan Serangga
    Acara 9-10 Pengendalian Tikus Dan Serangga
    Документ5 страниц
    Acara 9-10 Pengendalian Tikus Dan Serangga
    Firda Adelia
    Оценок пока нет
  • Makalah Keperawatan Komunitas Kel 3 Edit
    Makalah Keperawatan Komunitas Kel 3 Edit
    Документ83 страницы
    Makalah Keperawatan Komunitas Kel 3 Edit
    Putri Rahmi
    Оценок пока нет
  • Hygiene Dan Sanitasi Dalam Industri Pangan I
    Hygiene Dan Sanitasi Dalam Industri Pangan I
    Документ18 страниц
    Hygiene Dan Sanitasi Dalam Industri Pangan I
    Fransiskus Dumohar Matondang
    Оценок пока нет
  • Sanitasi Produk Pangan-1
    Sanitasi Produk Pangan-1
    Документ19 страниц
    Sanitasi Produk Pangan-1
    KaDo Palembang
    Оценок пока нет
  • Hubungan Personal Hygiene & Sanitasi Lingkungan
    Hubungan Personal Hygiene & Sanitasi Lingkungan
    Документ31 страница
    Hubungan Personal Hygiene & Sanitasi Lingkungan
    Mahda Rizki Liana
    Оценок пока нет
  • Hygiene Dan Sanitasi Kesehatan (Hanjar)
    Hygiene Dan Sanitasi Kesehatan (Hanjar)
    Документ50 страниц
    Hygiene Dan Sanitasi Kesehatan (Hanjar)
    Oke Eko
    Оценок пока нет
  • Higiene Sanitasi Di Tempat Kerja
    Higiene Sanitasi Di Tempat Kerja
    Документ20 страниц
    Higiene Sanitasi Di Tempat Kerja
    DESVITA ARDHINI
    Оценок пока нет
  • Makalah Higiene Sanitasi Makanan
    Makalah Higiene Sanitasi Makanan
    Документ12 страниц
    Makalah Higiene Sanitasi Makanan
    FachrozaFachzyiesArmia
    Оценок пока нет
  • Sanitasi Produk Pangan-1
    Sanitasi Produk Pangan-1
    Документ19 страниц
    Sanitasi Produk Pangan-1
    KaDo Palembang
    Оценок пока нет
  • Pengertian Dan Ruang Lingkup
    Pengertian Dan Ruang Lingkup
    Документ3 страницы
    Pengertian Dan Ruang Lingkup
    Tiffany Anderson
    Оценок пока нет
  • Bab 8
    Bab 8
    Документ14 страниц
    Bab 8
    Ruwina Ulia
    Оценок пока нет
  • LP CKD
    LP CKD
    Документ20 страниц
    LP CKD
    khaerunnisa yunus
    Оценок пока нет
  • Skrining Nyeri
    Skrining Nyeri
    Документ3 страницы
    Skrining Nyeri
    SepTiana Yollandha
    Оценок пока нет
  • Laporan KKN Nadia
    Laporan KKN Nadia
    Документ25 страниц
    Laporan KKN Nadia
    SepTiana Yollandha
    Оценок пока нет
  • Proker Triska Ananda
    Proker Triska Ananda
    Документ8 страниц
    Proker Triska Ananda
    SepTiana Yollandha
    Оценок пока нет
  • Laporan KKN Olippppppp
    Laporan KKN Olippppppp
    Документ41 страница
    Laporan KKN Olippppppp
    SepTiana Yollandha
    Оценок пока нет
  • Laporan KKN Nadia
    Laporan KKN Nadia
    Документ37 страниц
    Laporan KKN Nadia
    SepTiana Yollandha
    Оценок пока нет
  • Kover Sma 3 Pariaman
    Kover Sma 3 Pariaman
    Документ1 страница
    Kover Sma 3 Pariaman
    SepTiana Yollandha
    Оценок пока нет
  • Laporan KKN Yoza Afria
    Laporan KKN Yoza Afria
    Документ19 страниц
    Laporan KKN Yoza Afria
    SepTiana Yollandha
    Оценок пока нет
  • Triska Ananda Loogbook
    Triska Ananda Loogbook
    Документ30 страниц
    Triska Ananda Loogbook
    SepTiana Yollandha
    Оценок пока нет
  • ASKEP Chest Pain
    ASKEP Chest Pain
    Документ7 страниц
    ASKEP Chest Pain
    Sri S Yani
    0% (1)
  • Askep Hipertensi
    Askep Hipertensi
    Документ23 страницы
    Askep Hipertensi
    Jufri Sumariyo
    Оценок пока нет
  • Uji Beda Rata-Rata Dengan SPSS PDF
    Uji Beda Rata-Rata Dengan SPSS PDF
    Документ9 страниц
    Uji Beda Rata-Rata Dengan SPSS PDF
    SepTiana Yollandha
    Оценок пока нет