Вы находитесь на странице: 1из 15

MAKALAH FARMASETIKA

PREFORMULASI dan PERALATAN YANG DIGUNAKAN DI


LABORATORIUM SEDIAAN CAIR

DISUSUN OLEH:

1. NENENG NUR AMALIYAH E0014046


2. NINA SETYANINGSIH E0014047
3. NOVA RIYANI E0014048
4. NUROKHAENI E0014049
5. PUNGKI FAJARWATI E0014050
6. WINDA AGUSTIN E0014058
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Slawi, Juni 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II ISI
2.1 Pengertian
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bagi masyarakat indonesia begitu mendengar kata obat itu sebenarnya bukan hal yang
baru, telah lama obat-obatan digunakan secara turun temurun dan diyakini mamapu
mengobati suatu penyakit dan dirasakan khasiatnya. Kepercayaan pada obat juga terus
meningkat seiring dengan perkembangan ilmu tentang obat yang semakin meningkat setiap
tahunya.

Dalam sediaan farmasi terdapat beberapa bentuk obat yang umumnya untuk menentukan
bentuk obat yang akan dibuat. Setiap bentuk sediaan memiliki fungsi dan kegunaan masing-
masing sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pemakaian, secar garis besar ada tiga bentuk
sediaan obat yaitu sediaan Padat, Semipadat, dan Liquit atau sediaan cair.

Bentuk sediaan cair sering digunakan untuk pasien yang susah mengkonsumsi tablet atau
kapsul terutama pada anak-anak, karena sediaan cair mudah untuk di konsumsi dari pada
bentuk tablet. Selain itu sediaan cair biasanya dapat menutupi rasa tidak enak atau rasa pahit
dari obat, tetapi sediaan cair lebih mudah rusak oleh tempat penyimpanan sediaan, sediaan
bentuk ini juga mudah terkontaminasi oleh bakteri karena air merupakan media yang paling
bagus untuk pertumbuhan bakteri.

Seorang ahli farmasi harus dapat membuat formulasi yang tepat dengan b ahan tambahan
yang sesuai dan tempat penyimpanan harus di perhatikan, simpan pada suhu ruangan agar
sediaan tidak cepat rusak.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa yang dimaksud dengan sediaan cair ?
b. Apa yang dimaksud dengan preformulasi ?
c. Alat apa saja yang digunakan di laboratorium sediaan cair ?

1.3 TUJUAN
a. Mahasiswa mengetahui dan memahami sediaan cair.
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami preformulasi sediaan cair.
Mahasiswa mengetahui alat apa saja yang digunakan di laboratorium sediaan cair.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI SEDIAAN CAIR

Menurut Farmakope Indonesia edisi III halaman 32, larutan adalah sediaan cair yang

mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air

suling.

Menurut FI IV, solutiones atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau

lebih zat kimia yang terlarut. Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut

secara kimia maupun fisika ke dalam bahan cair. Larutan dapat digolongkan menjadi larutan

langsung (direct) dan larutan tidak langsung (indirect).

Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pennganti gula dengan atau
tanpa penambahan pewangi dan zat obat. Sirup yang mengandung bahan pemberi rasa tapi
tidak mengandung zat-zat obat dinamakan pembawa bukan obat. Pembawa Sirup ini
dimaksudkan sebagai pemberi rasa enak pada zat obat yang ditambahkan kemudian, baik
dalam peracikan resep secara mendadak dalam pembuatan formula standar untuk sirup obat,
yaitu sirup yang mengandung bahan terapeutik atau bahan obat.

Sirup obat adalah sirup yang mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa
zat tambahan lain yang dimaksudkan untuk pengobatan. Larutan gula encer merupakan
medium yang baik bagi pertumbuhan mikroba, oleh karena itu alat-alat yang dipakai dalam
pembuatan sirup haruslah bersih. Air yang digunakan adalah air suling segar dan selama
pembuatan harus dihindari pencemaran mikroba ke dalam sediaan. Pertumbuhan mikroba
umumnya diperlambat jika kadar sakarosa lebih dari 65%, tetapi pada kepekatan ini mungkin
terjadi penghabluran sakarosa.

Setiap obat yang dapat larut dalam air dan stabil dalam larutan berair dapat ditambahkan
pada sirup yang telah siap digunakan namun harus diperhatikan ketercampuran dan
stabilitasnya. Kebanyakan di masyarakat umum jenis obat yang diberikan dalam bentuk sirup
adalah antitusif dan antihistamin.

Sirup merupakan alat yang sangat menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk
cairan dari suatu obat yang rasanya tidak enak. Sirup-sirup terutama efektif dalam pemberian
obat untuk anak-anak untuk meminum obat. Kenyataan bahwa sirup-sirup mengandung
sedikit alkohol atau tidak, menambah kesenangan diantara orang tua (Ansel,1989).

Sirup dibagi menjadi 2 :


1. Non Medicated Syrup/Flavored vehicle Sirup
Contoh:Cherry Syrup, Cocoa Syrup, orange syrup.
2. Medicated syrup/ sirup obat
Contoh:Sirup Piperazina Sitrat, Sirup Isoniazid
Komponen-komponen dari sirup adalah :
1. Gula, biasanya sukrosa/pengganti gula yang digunakan untuk memberi rasa manis dan
kental.
2. Pengawet mikroba
3. Pembau
4. Pewarna

2.2 DEFINISI PREFORMULASI


Preformulasi merupakan langkah awal pengembangan bentuk suatu sediaan dari suatu
bahan obat secara rasional dengan memanfaatkan data-data fisikokimia, fisikomekanik dan
biofarmakokinetik dari obat sendiri maupun kombinasinya dengan bahan pembantu, data-data
ini dapat digunakan untuk mendisain suatu sediaan yang stabil, manjur, ketersediaan hayati
terpenuhi, tidak toksik dan dapat diproduksi secara masal.
Tahap awal yang perlu dilakukan adalah mengumpulkan informasi tentang sifat fisikokimia
dan fisiko mekanik obat yang akan diproduksi meliputi :
A. Struktur kimia
Untuk menentukan metoda analisis yang tepat baik obat sendirim aupun hasil urainya
di dalam sediaan farmasi (TLC, HPLC, UV Spekrskopi). Memodifikasi obat yang
sudah ada atau biosintesa atau semisintesa tujuaan : mengurangi toksisitas, efek
samping, memperbesar kelarutan, untuk memperbaiki efek dan absorsi rasa,
perubahan ini dapat dilakukan dengan membentuk senyawa komplek, senyawa
garamnya, memasukkan gugus tertentu dsb.
Prednison (dosis 5 mg) dengan subsitusi gugus methyl dan F, akan mempertinggi kelarutan
dalaam lemak dan aktivitasnya menjadi Dexamethason (dosis 0,75 mg)
Biosintesa penisilin derivate, menjadi penisilin tahan asam Phenethicillin kalium. Penisillin
tahan enzyme penisllinase Methisillin Na, Oxacillin, Dicloxacillin Hetacillin (prodrug
ampicillin) merupakan hasil kondensasi Ampicillin dan acetone, dalam saluran cerna akan
terhidrolisis menjadi Ampicillin yag aktif. Larutan hetacilli lebih stabil dari pada
Ampicillin Asam salisilat, digunakan sebagai obat luar (keratolitik) dengan memasukkan
gugus asetat --> Asetosal (obat dalam).

B. Kelarutan
Intrinsic solubility (Co) dan dissociation constant (pKa) adalah data yang perlu
diketahui menyangkut ketersediaan hayati dari obat.
Senyawa obat 75% bersifat basa lemah, 20% asam lemah dan 5% non-ionik yang
sukar larut dalam air, didalam lambung yang asam, akan terurai dalam bentuk ion dan tidak
dapat diabsorbsi. Kelarutan merupakan parameter yang penting dalam biofarmasi, karena itu
penentuan kelarutan sangat penting ditentukan pada berbagai pH( 1-8 ) dari segmen saluran
cerna tempat terjadinya absorbsi obat. Jika kelarutan dipertimbangkan terlalu rendah atau
kecil, usaha untuk mengubah dapat dilakukan dengan :
2.3 DATA PREFORMULASI

1. Zat aktif
CTM (Farmakope Indonesia edisi IV halaman 210 ).
Struktur kimia:
Rumus molekul = C16H19ClN2.C4H4O4
Berat Molekul = 390,87
Pemerian = serbuk Hablur putih, tidak berbau. Larutan mempunyai ph
antara 4 dan 5.
Kelarutan = Mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan kloroform;
sukar larut dalam eter dan dalam benzena..
Titik Lebur = Antara 1300 dan 1350 C.
Stabilitas = Mengalami peruraian pada suasana asam.
OTT = Inkompatibel dengan kalsium klorida, kanamisin sulfat,
noradrenalin acid tartrat, pentobarbital sodium, dan meglumine adipiodone
Dosis = Larutan oral 2 mg/5ml (BNF 54 h.166)

Anak 6-12 tahun: 2 mg setiap 4-6 jam, maks 12 mg/hr.

Dewasa: 4mg setiap 4-6 jam, maks. 24mg/hr

Khasiat = Antihistamin, sedative

pKa dan koefisien partisi = 9,2

Penyimpanan = Wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya.

2. Propilen glikol ( Farmakope Indonesia IV hal. 712, Excipient edisi 6 hal. 592 )
Rumus Molekul = CH3CH(OH)CH2OH
Berat Molekul = 76, 09
Pemerian = Cairan kental, jernih,tidak berwarna ,rasa khas, praktis
tidak berbau, menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan = Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan
dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak essensial tetapi tidak
dapat bercampur dengan minyak lemak.
BJ = 1,038 g/cm3
OTT = Dengan zat pengoksidasi seperti Pottasium
Permanganat
Konsentrasi = 10-25%
Stabilitas = Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat, lindungi dari cahaya, ditempat dingin dan kering. Pada suhu yang tinggi
akan teroksidasi menjadi propionaldehid asam laktat, asam piruvat& asam asetat.
Stabil jika dicampur dengan etanol, gliserin, atau air.
Khasiat = Bersifat antimikroba, desinfektan, pelembab,
plastisazer, pelarut, stabilitas untuk vitamin.
Penyimpanan = Disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya , sejuk dan kering.
3. CMC Na. (Carboxymethylcellulose sodium) (Handbook Of Pharmaceutical
Exipent edisi VI halaman 120; Farmakope Indonesia Edisi IV halaman 175;
Remington edisi 21 halaman 1073).
Pemerian = Serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopis.
Kelarutan = Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan
koloida, tidak larut dalam etanol, eter, dan pelarut organik.
Stabilitas = Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada
pH dibawahn2. Viscositas larutan berkurang dengan cepat jika pH diatas
10. Menunjukan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9.
Bisa disterilisasi dalam kondisi kering pada suhu 160 selama 1 jam, tapi terjadi
pengurangan viskosas.
Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat.
OTT = Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan
larutan garam besi dan beberapa logam seperti aluminium, merkuri dan zink
juga dengan gom xanthan; pengendapan terjadi pada pH dibawah 2 dan pada saat
pencampuran dengan etanol 95%.; Membentuk kompleks dengan gelatin
dan pektin.
Kegunaan = Suspending agent, bahan penolong tablet, peningkat
viskositas. Konsentrasi = 3-6%.

4. Natrium Benzoat (FI IV hal 584 , Pharmaceutical Excipient hal 433)


Rumus struktur = C6H5COONa
BM = 144,11
Pemerian = Granul atau serbuk hablur, tidak berbau atau praktis tidak
berbau.
Kelarutan = Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan
lebih mudah larut dalam etanol 90 %.
OTT = Inkompatibel dan gelatin, garam besi, garam kalsium
dan garam dari logam berat, termasuk perak dan merkuri.
Kegunaan = Pengawet.
Stabilitas = Stabil diudara.
Penyimpanan = Dalam wadah yang tertutup baik.
Konsentrasi = 0,02-0,5% pada sediaan oral.

5. Eritrosin (Martindle 28 hal 427)


Rumus Molekul = C20H6C4Na2O5.H2O
Pemerian = Serbuk merah atau merah kecoklatan, tidak berbau,
higroskopis.
Kegunaan = Pewarna
Penyimpanan = Dalam wadah tertutup baik.

6. Essence Strawberry
Pemerian = Cairan jernih tidak berwarna.
Kegunaan = Flavoring agent
Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat.

2.4 Alat dan Bahan


2.4.1 Alat yang digunakan
Beaker glass

Digunakan sebagai tempat larutan atau bisa juga untuk memanaskan suatu
larutan.
Stirer

Batang pengaduk

Digunakan untuk mengocok atau mengaduk suatu baik akan direaksikan


maupun ketika reaksi sementara berlangsung.

Erlenmeyer
Digunakan untuk tempat dari zat yang dititrasi atau untuk memanaskan
larutan.

Cawan penguap

Digunakan sebagi wadah misalnya penguapan larutan dan suatu bahan yang
tidak mudah menguap.

Gelas ukur

Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair.

Alat piknometer
Timbangan analitik

Digunakan untuk menimbang bahan dalam jumlah sedikit.

Pipet Tetes
Digunakan untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan jumlah sedikit.

2.4.2 Bahan
Klorfeniramin maleat
Propilen glikol
Na Benzoat
Na CMC
Eritrosin
Essence Strawberry
Aquadest
Sukrosa

2.5 Cara Kerja

Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.


Ditimbang masing-masing bahan.
Dilakukan kalibrasi botol 60 ml.
Dikembangkan Na CMC dengan menggunakan air hangat di beaker
glass sejumlah 20 X berat Na CMC, diamkan kurang lebih 24 jam
untuk mengembangkan Na CMC (M1).
Dilarutkan klorfeniramin maleat dalam air.
Dilarutkan 85 gram sukrosa dalam 100 ml air, diletakkan di waterbath
sambil diaduk ad larut, kemudian disaring dengan kertas saring.
Ditambahkan Na CMC yang sudah mengembang sedikit demi sedikit,
digerus ad homogen.
Ditambahkan sedikit demi sedikit propilen glikol ke dalam larutan
obat, homogenkan.
Dilarutkan Na benzoat dalam air, kemudian tambahkan ke dalam
larutan campuran digerus ad homogen.
Ditambahkan larutan sukrosa ke dalam lumpang, digerus ad homogen.
Ditambahkan Erythrosin 1 tetes ad warna merah, digerus ad homogen.
Ditambahkan essence strawberry, digerus ad homogen.
Ditambahkan aquadest ad 200ml.
Dimasukkan sediaan ke dalam botol sesuai tanda kalibrasi, kemas
kemudian serahkan.
Sisa sediaan digunakan untuk evaluasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pennganti gula dengan atau
tanpa penambahan pewangi dan zat obat. Sirup yang mengandung bahan pemberi
rasa tapi tidak mengandung zat-zat obat dinamakan pembawa bukan obat.

2. Preformulasi merupakan langkah awal pengembangan bentuk suatu sediaan dari suatu
bahan obat secara rasional dengan memanfaatkan data-data fisikokimia,
fisikomekanik dan biofarmakokinetik dari obat sendiri maupun kombinasinya dengan
bahan pembantu, data-data ini dapat digunakan untuk mendisain suatu sediaan yang
stabil, manjur, ketersediaan hayati terpenuhi, tidak toksik dan dapat diproduksi secara
masal.
DAFTAR PUSTAKA

American hospital formulary services Drug Information, 1998


Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1995, Farmakologi
dan terapi, Edisi IV Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 1999, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta
Howard, ansel C 1982, Pengantar bentuk sediaan farmasi, Jakarta
Kibbe, orthur H, 2000. Hand book of pharmaceutical excipient, edisi III. Penerbit:
Pharmaceutical Press. USA

Вам также может понравиться