Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
LAPORAN PASIEN
A. Anamnesis
Nama : Ny. R
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kota gajah
Suami : Tn. R
Agama : Islam
Suku : Jawa
Masuk RS : 24 November 2016 (jam 12.30).
B. Keluhan Utama
Perdarahan warna merah segar dari jalan lahir.
Pasien G4P2A1 usia 36 tahun, hamil 36 minggu mengeluh perdarahan dari jalan lahir.
Perdarahan keluar secara tiba-tiba, darah yang keluar berwarna merah segar, lendir (-), air
(-), disertai dengan kenceng kenceng sejak dua hari yang lalu. Perdarahan yang keluar
dirasakan pasien cukup banyak disertai dengan prongkolan tadi pagi.
E. Riwayat Obstetri :
Haid :
- Menarche umur 10 tahun
- Lamanya haid 7 hari
- Siklus 28 hari
- HPHT: 22-3-2016
- Taksiran persalinan: 15-12-2016
KB
2
Pernikahan
- Menikah 1 kali, usia menikah 19 tahun, lama menikah dengan suami
sekarang : 16 tahun
Riwayat persalinan
- Anak 1: keguguran , kuretase +
- Anak II: laki-laki, hidup, BB 3000 gram lahir di bidan
- Anak III: perempuan, hidup, BB 3200 gram lahir di bidan
- Hamil saat ini, usia kehamilan 36 minggu
F. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
Vital Sign :
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,60C
TB : 156 cm
BB : 53 kg
Status Internus
Kepala : Normocephale
Mata : Conjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), septum deviasi (-/-).
Telinga : Discharge (-/-), bentuk normal
Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-), lidah kotor (-)
Tenggorokan : Faring hiperemesis (-), pembesaran tonsil (-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
Paru-paru : Suara dasar vesikuler (+/+),Rhonkhi (-/-),Wheezing (-/-)
Jantung : Suara I-II intensitas reguler, bising jantung (+)
Abdomen
Inspeksi : perut cembung , striae gravidarum (+), linea nigra (+), luka bekas operasi (-)
Palpasi :
Leopold I : TFU 2 jari di atas umbilicus, teraba massa bulat, besar, lunak
Leopold II : janin membujur, teraba tahanan keras memanjang di sebelah kiri, dan
teraba bagian keci-kecil di sebelah kanan
Leopold III : bagian bawah janin teraba bulat, besar, keras
Leopold IV : kepala tidak masuk PAP.
Auskultasi : DJJ 140
3
HIS :+
TFU : 27 cm
TBJ : (26-12) x 155 = 1940 gram
Genitalia
Eksterna : air ketuban (-), Lendir darah (-), darah segar (+), vulva oedem (-), pus
(-), ulcus (-)
Interna : pemeriksaan dalam vagina tidak dilakukan
Inspikulo : tidak dilakukan
G. Pemeriksaan Penunjang:
Hematologi
Hb : 8,8 g/dl
Hematokrit : 30,2%
Leukosit : 9,6 ribu/uL
Trombosit : 297 ribu/uL
BT : 200
CT : 500
Gol. Darah/Rh : B/Positif
GDS : 92 mg/dl
Immunoserologi
HbsAg Kualitatif: Non reakif
USG
Kesan: Gravida tunggal, hidup, letak kepala punggung kiri sesuai dengan usia hamil 36
minggu. Berat janin sekarang 2000 gr. Plasenta previa totalis.
H. Resume
Pasien G4P2A1 usia 36 tahun, hamil 36 minggu mengeluh perdarahan dari jalan lahir.
Perdarahan keluar secara tiba-tiba sekitar 2 gelas, darah yang keluar berwarna merah
segar, lendir (-), air (-), disertai dengan kencang kencang sejak dua hari yang lalu, nyeri
(-). Pada pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan perut cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+),
HIS (+), pada pemeriksaan leopold didapatkan:
Leopold I : TFU 2 jari di atas umbilicus, teraba massa bulat, besar, lunak
Leopold II : janin membujur, teraba tahanan keras memanjang di sebelah
kiri, dan teraba bagian keci-kecil di sebelah kanan
Leopold III : bagian bawah janin teraba bulat, besar, keras
Leopold IV : kepala tidak masuk PAP.
Pada pemeriksaan genitalia didapatkan darah segar dari vagina. Pada pemeriksaan
hematologi didapatkan Hb 8,8 gr/Dl, pada USG : plasenta previa totalis.
4
I. Diagnosis Banding
G4P2A1 usia 36 tahun usia kehamilan 36 minggu, JTH Intra Uterin Preskep Puki,
Belum Inpartu + Antepartum Hemoragik e.c Plasenta Previa Totalis
G4P2A1 usia 36 tahun usia kehamilan 36 minggu, JTH Intra Uterin Preskep Puki,
Belum Inpartu + Antepartum Hemoragik e.c Plasenta Previa letak rendah
J. Diagnosis
G4P2A1 usia 36 tahun usia kehamilan 36 minggu, JTH Intra Uterin Preskep Puki, Belum
Inpartu + Antepartum Hemoragik e.c Plasenta Previa Totalis.
K. Terapi
Observasi:
1. KU
2. vital sign
3. Laboratorium : darah rutin
4. Evaluasi Perdarahan pervaginam
Bed rest total
infus RL 20 tpm
Pemberian obat-obatan untuk mengurangi his (Duvadilan IV), menghentikan
perdarahan (Kalnex IV)
Bila fluksus aktif Pro CITO SC
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.1 Definisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 28 minggu.
Karena perdarahan antepartum terjadi pada kehamilan di atas 28 minggu maka sering
disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.5
Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada trimester ketiga, akan tetapi
tidak jarang juga terjadi sebelum kehamilan 28 minggu karena sejak itu segmen bawah
uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.5
Perdarahan yang keluar dari vagina pada usia kehamilan lebih dari 24 minggu
diklasifikasikan sebagai perdarahan antepartum, namun perbedaan sebenarnya antara
abortus dan perdarahan antepartum didasarkan atas kondisi janin.6
I.2 Etiologi
Perdarahan antepartum seringkali disebabkan oleh:7
Perdarahan plasenta (75%), termasuk kedalamnya plasenta previa dan solusio
plasenta.
Penyebab di luar plasenta (5%), antara lain lesi serviks dan vagina, polip
serviks, karsinoma serviks, trauma.
Penyebab yang tidak diketahui (25%), selain perdarahan plasenta dan lesi pada
jalan lahir.
6
I.3 Klasifikasi
Perdarahan antepartum diklasifikasikan berdasarkan letak plasenta:
- Perdarahan tidak disengaja (Accidental Hemorrhage) atau solusio plasenta,
adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya di segmen atas uterus
sebelum janin lahir.7
- Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa, perdarahan yang
berasal dari plasenta yang terletak di segmen bawah uterus.7
- Perdarahan antepartum yang tidak terklasifikasikan. Perdarahan antepartum
yang tidak disebabkan oleh plasenta previa ataupun solusio plasenta.7
Perdarahan Antepartum
Plasenter Non-Plasenter
Unclassified
PLASENTA PREVIA
7
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian
rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.8
Sejalan dengan bertambah besarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim kearah
proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut
berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan
kala I bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena
ini berpengaruh terhadap derajatatau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan
dilakukanbaik dalam masa antenatal ataupun intranatal, baik dengan ultrasonografi
maupun pemeriksaan digital.oleh karena itu, pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang
secara berkala dalam asuhan antenatal ataupun intranatal.8
Insidensi
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia di atas
30 tahum. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada kehamilan tunggal.
Uterus bercacat juga mempertinggi angka kejadiannya. Dengan meluasnya penggunaan
ultrasonografi dalam obstetrik yang menungkinkan deteksi lebih dini, insiden plasenta
previa bisa lebih tinggi.8
Etiologi
Plasenta previa disebakan karena keterlambatan implantasi dari blastokista sehingga
blastokista berimplantasi di segmen bawah rahim. Hal ini sering terjadi pada paritas
tinggi dan pada kondisi di mana area plasenta luas, seperti pada kehamilan ganda.6
sesar berperan menaikkan insiden dua sampai tiga kali. Pada wanita perokok dijumpai
insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat. Hipoksemia akibat karbon monoksida
hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya
kompensasi. Plasenta terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan eritoblastosis
fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostuim uteri internum.8
Faktor Predisposisi
1. Multiparitas dan umur lanjut ( >/ = 35 tahun).
2. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan
atrofik dan inflamatorotik.
3. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC, Kuret,
dll).
4. Chorion leave persisten.
5. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi.
6. Konsepsi dan nidasi terlambat.
7. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis
Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepi nya berada pada pinggir ostium
uteri internum.
4. Plaseta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari
ostium uteri internum. Jarak lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.8
9
Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan juga mungkin
lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta
akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari
jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri.
Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang
berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada
desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar
(effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada
tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu
dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen
bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi
(unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relative dipermudah dan diperbanyak
10
oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat
karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah di
tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena
terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari
plasentapada mana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh
karena pembentukan segmen bawah rahim itu berlangsung progresif dan bertahap,
maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan
berulang tanpa sesuatu sebab yang lain. Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa
rasa nyeri (painless). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum terjadi
lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu
pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta
previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau
mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak
pada perdarahan berikutnya. Untuk berjaga-jaga mencegah syok hal tersebut perlu
dipertimbangkan. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30
minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke atas.
Berhubung tempat perdarahan dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan
lebih mudah mengalir ke luar rahim dan tidak membentuk hematoma retroplasenta
yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam
sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta
previa.9
Hal lain yang diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis mudah
diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat
pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta, bahkan
plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa menembus ke buli-buli dan ke rectum
bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus
yang sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh
mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat di sana. Kedua kondisi
ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pascapersalinan pada plasenta previa,
misalnya pada kala tiga karena plasenta suakr melepas denga sempurna (retensio
plasentae), atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu
berkontraksi dengan baik.8
11
Gambaran Klinik
Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan melalui vagina tanpa rasa nyeri.
Kadang-kadang dijumpai rasa nyeri pada abdomen bagian bawah dengan kualitas nyeri
di bawah solusio plasenta. Tanda dari plasenta previa adalah perdarahan melalui vagina,
malpresentasi, dan hipotonus uterus.6
Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan
pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi
tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada
pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Berhubung
plasenta terletak pada bagian bawah, maka palpasi abdomen sering ditemui bagian
terbawah janin masih tinggi di atas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak
memanjang.
Diagnosis
a. Gejala klinis
Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari
biasanya berulang darah biasanya berwarna merah segar. Bagian terdepan janin
tinggi (floating). sering dijumpai kelainan letak janin. Pendarahan pertama (first
bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa
dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi
perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. Janin
biasanya masih baik.
b. Pemeriksaan inspekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium
uteri eksternum atau dari kelainan cervix dan vagina. Apabila perdarahan
berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta harus dicurigai.
e. Pemeriksaan Ultrasonografi
Pada pertengahan trimester II, plasenta menutup ostium internum pada 30%
kasus. Dengan perkembangan segmen bawah rahim, sebagian besar implantasi
yang rendah tersebut terbawa ke lokasi yang lebih atas. Penggunaan color Doppler
dapat menyingkirkan kesalahan pemeriksaan. USG transvaginal secara akurat
dapat menentukan adanya plasenta letak rendah pada segmen bawah uterus.
Penanganan
Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga,
dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok
karena pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya
dengan pemberian infus atau tranfusi darah. Selanjutnya penanganan plasenta previa
bergantung kepada :
- Keadaan umum pasien, kadar hb.
- Jumlah perdarahan yang terjadi.
- Umur kehamilan/taksiran BB janin.
- Jenis plasenta previa.
- Paritas dan kemajuan persalinan
Penanganan Ekspektatif
Kriteria:
Umur kehamilan kurang dari 36 minggu.
Perdarahan sedikit
Belum ada tanda-tanda persalinan
Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Rencana Penanganan :
13
1. Uji pematangan paru janin dengan test kocok dari hasil amniosentesis
2. Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar
ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat
3. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 36 minggu masih lama, pasien
dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan
jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam)
4. Terapi aktif (tindakan segera)
Penanganan Aktif
Kriteria :
umur kehamilan >/ = 36 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.
Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
Ada tanda-tanda persalinan.
Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.
Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginum, dilakukan
pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi darah terpasang.
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak
sudah meninggal atau prematur.
a. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah
(amniotomi) jika his lemah, diberikan oksitosin drips.
b. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.
c. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan
perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap
plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat, anak masih kecil atau sudah
mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan operasi.
Bila usia kehamilan kurang 36 minggu/TBF < 2500 g: Perdarahan sedikit keadaan ibu
dan anak baik maka biasanya penanganan konservatif sampai umur kehamilan
aterm. Penanganan berupa tirah baring, hematinik, antibiotika dan tokolitik bila ada his.
Bila selama 3 hari tak ada perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila setelah
pasien berjalan tetap tak ada perdarahan pasien boleh pulang. Pasien dianjurkan agar
tidak coitus, tidak bekerja keras dan segera ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
Nasihat ini juga dianjurkan bagi pasien yang didiagnosis plasenta previa dengan
USG namun tidak mengalami perdarahan. Jika perdarahan banyak dan diperkirakan
membahayakan ibu dan janin maka dilakukan resusitasi cairan dan penanganan secara
aktif Bila umur kehamilan 36 minggu/lebih dan TBF 2500 g maka dilakukan
penanganan secara aktif yaitu segera mengakhiri kehamilan, baik secara
pervagina/perabdominal.
berdarah. Bila his tidak adekuat dapat diberikan pitosin drip. Namun bila perdarahan
tetap ada maka dilakukan seksio sesar. Persalinan dengan seksio sesar diindikasikan
untuk plasenta previa totalis baik janin mati atau hidup, plasenta previa lateralis dimana
perbukaan <4 cm atau servik belum matang, plasenta previa dengan perdarahan yang
banyak dan plasenta previa dengan gawat janin. Plasenta previa dengan
perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan
yang baik.
ANALISIS KASUS
17
Seorang wanita G4P2A1 usia 36 tahun, hamil 36 minggu datang dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir. Perdarahan keluar secara tiba-tiba sekitar 2 gelas, darah yang
keluar berwarna merah segar, lendir (-), air (-), disertai dengan kencang kencang sejak
dua hari yang lalu, nyeri (-). Pada pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital dalam batas
normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan perut cembung, striae gravidarum (+),
linea nigra (+), HIS (+), pada pemeriksaan leopold didapatkan:
Leopold I : TFU 2 jari di atas umbilicus, teraba massa bulat, besar, lunak
Leopold II : janin membujur, teraba tahanan keras memanjang di sebelah
kiri, dan teraba bagian keci-kecil di sebelah kanan
Leopold III : bagian bawah janin teraba bulat, besar, keras
Leopold IV : kepala tidak masuk PAP.
Pada pemeriksaan genitalia didapatkan darah segar dari vagina. Pada pemeriksaan
hematologi didapatkan Hb 8,8 gr/Dl, serta USG didapatkan hasil plasenta previa totalis.
Pada kasus ini penatalaksanaan lebih kepada konservatif untuk menunggu masa aterm
untuk dilakukannya persalinan, dengan selalu mengobservasi perdarahan, keadaan janin
dan keadaan ibu. Pasien juga diberikan obat-obatan tokolitik untuk mempertahankan
kehamilan hingga aterm dan juga diberikan asam traneksamat untuk menghentikan
adanya perdarahan. Setelah memasuki masa aterm pasien akan direncanakan dengan
persalinan perabdominan. Penanganan tersebut sudah sesuai dengan plasenta previa yaitu
bila usia kehamilan kurang 36 minggu/TBF < 2500 g: Perdarahan sedikit keadaan ibu
dan anak baik maka biasanya penanganan konservatif sampai umur kehamilan
aterm. Penanganan berupa tirah baring, hematinik, antibiotika dan tokolitik bila ada his.
Bila selama 3 hari tak ada perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila setelah
18
pasien berjalan tetap tak ada perdarahan pasien boleh pulang. Pasien dianjurkan agar
tidak coitus, tidak bekerja keras dan segera ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
Nasihat ini juga dianjurkan bagi pasien yang didiagnosis plasenta previa dengan
USG namun tidak mengalami perdarahan. Jika perdarahan banyak dan diperkirakan
membahayakan ibu dan janin maka dilakukan resusitasi cairan dan penanganan secara
aktif Bila umur kehamilan 36 minggu/lebih dan TBF 2500 g maka dilakukan
penanganan secara aktif yaitu segera mengakhiri kehamilan, baik secara
pervagina/perabdominal.
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2004. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun
2005. Medan.
2. Djaja, S., 2005. The Determinant of Maternal Morbidity in Indonesian.WHO South East
Asia New Region vol 4 number 1 and 2. New Delhi.
4. Rukmini, LK, 2008. Gambaran Penyebab Kematian Maternal di Rumah Sakit: Studi di
RSUD Pesisir Selatan, RSUD Padang Pariaman, RSUD Sikka, RSUD Larantuka dan
RSUD Serang, 2005. http://www.kalbe.co.id. Cermin Dunia Kedokteran vol 34
no.5/158 Sep-Okt 2007. Diakses pada tanggal 11 September 2012.
5. Winkjosastro, H., 1999. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga cetakan V. Penerbit Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta.
8. Prawihardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
10. Norwitz, Errol dan Schorge, John. 2007. At a Glance Obstetri & Ginekologi Edisi kedua.
Penerbit Erlangga. Jakarta.