Вы находитесь на странице: 1из 19

1

BAB I

LAPORAN PASIEN

A. Anamnesis
Nama : Ny. R
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kota gajah
Suami : Tn. R
Agama : Islam
Suku : Jawa
Masuk RS : 24 November 2016 (jam 12.30).

B. Keluhan Utama
Perdarahan warna merah segar dari jalan lahir.

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien G4P2A1 usia 36 tahun, hamil 36 minggu mengeluh perdarahan dari jalan lahir.
Perdarahan keluar secara tiba-tiba, darah yang keluar berwarna merah segar, lendir (-), air
(-), disertai dengan kenceng kenceng sejak dua hari yang lalu. Perdarahan yang keluar
dirasakan pasien cukup banyak disertai dengan prongkolan tadi pagi.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat abortus (+)
Riwayat kuretase (+)
Riwayat perdarahan/flek2 selama kehamilan ini sebelumnya disangkal
Riwayat operasi sesar disangkal
Riwayat DM (-), Hipertensi (-)

E. Riwayat Obstetri :
Haid :
- Menarche umur 10 tahun
- Lamanya haid 7 hari
- Siklus 28 hari
- HPHT: 22-3-2016
- Taksiran persalinan: 15-12-2016
KB
2

- Menggunakan pil KB dari 1999-2016

Pernikahan
- Menikah 1 kali, usia menikah 19 tahun, lama menikah dengan suami
sekarang : 16 tahun
Riwayat persalinan
- Anak 1: keguguran , kuretase +
- Anak II: laki-laki, hidup, BB 3000 gram lahir di bidan
- Anak III: perempuan, hidup, BB 3200 gram lahir di bidan
- Hamil saat ini, usia kehamilan 36 minggu

F. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
Vital Sign :
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,60C
TB : 156 cm
BB : 53 kg

Status Internus
Kepala : Normocephale
Mata : Conjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), septum deviasi (-/-).
Telinga : Discharge (-/-), bentuk normal
Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-), lidah kotor (-)
Tenggorokan : Faring hiperemesis (-), pembesaran tonsil (-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
Paru-paru : Suara dasar vesikuler (+/+),Rhonkhi (-/-),Wheezing (-/-)
Jantung : Suara I-II intensitas reguler, bising jantung (+)

Abdomen
Inspeksi : perut cembung , striae gravidarum (+), linea nigra (+), luka bekas operasi (-)
Palpasi :
Leopold I : TFU 2 jari di atas umbilicus, teraba massa bulat, besar, lunak
Leopold II : janin membujur, teraba tahanan keras memanjang di sebelah kiri, dan
teraba bagian keci-kecil di sebelah kanan
Leopold III : bagian bawah janin teraba bulat, besar, keras
Leopold IV : kepala tidak masuk PAP.
Auskultasi : DJJ 140
3

HIS :+
TFU : 27 cm
TBJ : (26-12) x 155 = 1940 gram

Genitalia
Eksterna : air ketuban (-), Lendir darah (-), darah segar (+), vulva oedem (-), pus
(-), ulcus (-)
Interna : pemeriksaan dalam vagina tidak dilakukan
Inspikulo : tidak dilakukan

G. Pemeriksaan Penunjang:
Hematologi
Hb : 8,8 g/dl
Hematokrit : 30,2%
Leukosit : 9,6 ribu/uL
Trombosit : 297 ribu/uL
BT : 200
CT : 500
Gol. Darah/Rh : B/Positif
GDS : 92 mg/dl
Immunoserologi
HbsAg Kualitatif: Non reakif

USG
Kesan: Gravida tunggal, hidup, letak kepala punggung kiri sesuai dengan usia hamil 36
minggu. Berat janin sekarang 2000 gr. Plasenta previa totalis.

H. Resume
Pasien G4P2A1 usia 36 tahun, hamil 36 minggu mengeluh perdarahan dari jalan lahir.
Perdarahan keluar secara tiba-tiba sekitar 2 gelas, darah yang keluar berwarna merah
segar, lendir (-), air (-), disertai dengan kencang kencang sejak dua hari yang lalu, nyeri
(-). Pada pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan perut cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+),
HIS (+), pada pemeriksaan leopold didapatkan:
Leopold I : TFU 2 jari di atas umbilicus, teraba massa bulat, besar, lunak
Leopold II : janin membujur, teraba tahanan keras memanjang di sebelah
kiri, dan teraba bagian keci-kecil di sebelah kanan
Leopold III : bagian bawah janin teraba bulat, besar, keras
Leopold IV : kepala tidak masuk PAP.

Pada pemeriksaan genitalia didapatkan darah segar dari vagina. Pada pemeriksaan
hematologi didapatkan Hb 8,8 gr/Dl, pada USG : plasenta previa totalis.
4

I. Diagnosis Banding
G4P2A1 usia 36 tahun usia kehamilan 36 minggu, JTH Intra Uterin Preskep Puki,
Belum Inpartu + Antepartum Hemoragik e.c Plasenta Previa Totalis
G4P2A1 usia 36 tahun usia kehamilan 36 minggu, JTH Intra Uterin Preskep Puki,
Belum Inpartu + Antepartum Hemoragik e.c Plasenta Previa letak rendah

J. Diagnosis
G4P2A1 usia 36 tahun usia kehamilan 36 minggu, JTH Intra Uterin Preskep Puki, Belum
Inpartu + Antepartum Hemoragik e.c Plasenta Previa Totalis.

K. Terapi

Observasi:
1. KU
2. vital sign
3. Laboratorium : darah rutin
4. Evaluasi Perdarahan pervaginam
Bed rest total
infus RL 20 tpm
Pemberian obat-obatan untuk mengurangi his (Duvadilan IV), menghentikan
perdarahan (Kalnex IV)
Bila fluksus aktif Pro CITO SC
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.1 Definisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 28 minggu.
Karena perdarahan antepartum terjadi pada kehamilan di atas 28 minggu maka sering
disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.5

Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada trimester ketiga, akan tetapi
tidak jarang juga terjadi sebelum kehamilan 28 minggu karena sejak itu segmen bawah
uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.5

Perdarahan yang keluar dari vagina pada usia kehamilan lebih dari 24 minggu
diklasifikasikan sebagai perdarahan antepartum, namun perbedaan sebenarnya antara
abortus dan perdarahan antepartum didasarkan atas kondisi janin.6

Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta.


Hal ini disebabkan perdarahan yang bersumber pada kelainan plasenta biasanya lebih
banyak, sehingga dapat mengganggu sirkulasi O2 dan CO2 serta nutrisi dari ibu kepada
janin. Sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta seperti
kelainan serviks biasanya relatif tidak berbahaya. Oleh karena itu, pada setiap
perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber
pada kelainan plasenta.5

I.2 Etiologi
Perdarahan antepartum seringkali disebabkan oleh:7
Perdarahan plasenta (75%), termasuk kedalamnya plasenta previa dan solusio
plasenta.
Penyebab di luar plasenta (5%), antara lain lesi serviks dan vagina, polip
serviks, karsinoma serviks, trauma.
Penyebab yang tidak diketahui (25%), selain perdarahan plasenta dan lesi pada
jalan lahir.
6

I.3 Klasifikasi
Perdarahan antepartum diklasifikasikan berdasarkan letak plasenta:
- Perdarahan tidak disengaja (Accidental Hemorrhage) atau solusio plasenta,
adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya di segmen atas uterus
sebelum janin lahir.7
- Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa, perdarahan yang
berasal dari plasenta yang terletak di segmen bawah uterus.7
- Perdarahan antepartum yang tidak terklasifikasikan. Perdarahan antepartum
yang tidak disebabkan oleh plasenta previa ataupun solusio plasenta.7

Peradaran yang melalui vagina dapat disebabkan oleh:6


- Perdarahan yang berasal dari letak plasenta dan kavum uteri
- Lesi di vagina atau serviks
- Perdarahan fetus yang berasal dari vasa previa

Perdarahan Antepartum

Plasenter Non-Plasenter
Unclassified

Letak normal Letak abnormal Ruptur uteri


Lesi serviks dan vagina
Solusio plasenta Plasenta previa Polip serviks
Ruptur sinus marginalis
Vasa previa Karsinoma serviks
Plasenta sirkumvalata Trauma jalan lahir

PLASENTA PREVIA
7

Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian
rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.8

Sejalan dengan bertambah besarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim kearah
proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut
berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan
kala I bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena
ini berpengaruh terhadap derajatatau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan
dilakukanbaik dalam masa antenatal ataupun intranatal, baik dengan ultrasonografi
maupun pemeriksaan digital.oleh karena itu, pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang
secara berkala dalam asuhan antenatal ataupun intranatal.8

Insidensi
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia di atas
30 tahum. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada kehamilan tunggal.
Uterus bercacat juga mempertinggi angka kejadiannya. Dengan meluasnya penggunaan
ultrasonografi dalam obstetrik yang menungkinkan deteksi lebih dini, insiden plasenta
previa bisa lebih tinggi.8

Etiologi
Plasenta previa disebakan karena keterlambatan implantasi dari blastokista sehingga
blastokista berimplantasi di segmen bawah rahim. Hal ini sering terjadi pada paritas
tinggi dan pada kondisi di mana area plasenta luas, seperti pada kehamilan ganda.6

Penyebab blastokista berimplantasi de segmen bawah rahim belumlah diketahui dengan


pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen
bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan
sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai,
mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat
rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi , dan sebagainya berperan
dalam proses peradanagn dan kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat
dipandang sebagai faktor resiko bagi terjadinya plasenta previa. Cacat bekas bedah
8

sesar berperan menaikkan insiden dua sampai tiga kali. Pada wanita perokok dijumpai
insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat. Hipoksemia akibat karbon monoksida
hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya
kompensasi. Plasenta terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan eritoblastosis
fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostuim uteri internum.8

Faktor Predisposisi
1. Multiparitas dan umur lanjut ( >/ = 35 tahun).
2. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan
atrofik dan inflamatorotik.
3. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC, Kuret,
dll).
4. Chorion leave persisten.
5. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi.
6. Konsepsi dan nidasi terlambat.
7. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis

Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepi nya berada pada pinggir ostium
uteri internum.
4. Plaseta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari
ostium uteri internum. Jarak lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.8
9

Dilihat dari manajemen plasenta previa dibagi menjadi 3 derajat: 6


1. Lateral, plasenta berada segmen bawah rahim tetapi tidak mencapai ostium uteri
internum
2. Marginal, plasenta berada pada atau menutupi ostium uteri internum sebelum
serviks berdilatasi
3. Sentral, plasenta seluruhnya menutupi ostium uteri internum ketika serviks
berdilatasi.6

Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan juga mungkin
lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta
akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari
jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri.
Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang
berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada
desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar
(effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada
tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu
dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen
bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi
(unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relative dipermudah dan diperbanyak
10

oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat
karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah di
tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena
terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari
plasentapada mana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh
karena pembentukan segmen bawah rahim itu berlangsung progresif dan bertahap,
maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan
berulang tanpa sesuatu sebab yang lain. Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa
rasa nyeri (painless). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum terjadi
lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu
pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta
previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau
mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak
pada perdarahan berikutnya. Untuk berjaga-jaga mencegah syok hal tersebut perlu
dipertimbangkan. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30
minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke atas.
Berhubung tempat perdarahan dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan
lebih mudah mengalir ke luar rahim dan tidak membentuk hematoma retroplasenta
yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam
sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta
previa.9

Hal lain yang diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis mudah
diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat
pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta, bahkan
plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa menembus ke buli-buli dan ke rectum
bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus
yang sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh
mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat di sana. Kedua kondisi
ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pascapersalinan pada plasenta previa,
misalnya pada kala tiga karena plasenta suakr melepas denga sempurna (retensio
plasentae), atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu
berkontraksi dengan baik.8
11

Gambaran Klinik
Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan melalui vagina tanpa rasa nyeri.
Kadang-kadang dijumpai rasa nyeri pada abdomen bagian bawah dengan kualitas nyeri
di bawah solusio plasenta. Tanda dari plasenta previa adalah perdarahan melalui vagina,
malpresentasi, dan hipotonus uterus.6

Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan
pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi
tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada
pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Berhubung
plasenta terletak pada bagian bawah, maka palpasi abdomen sering ditemui bagian
terbawah janin masih tinggi di atas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak
memanjang.

Diagnosis
a. Gejala klinis
Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari
biasanya berulang darah biasanya berwarna merah segar. Bagian terdepan janin
tinggi (floating). sering dijumpai kelainan letak janin. Pendarahan pertama (first
bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa
dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi
perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. Janin
biasanya masih baik.

b. Pemeriksaan inspekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium
uteri eksternum atau dari kelainan cervix dan vagina. Apabila perdarahan
berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta harus dicurigai.

c. Penentuan letak plasenta tidak langsung


Dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotop dan ultrasonografi. Akan tetapi
pada pemerikasaan radiografi clan radiosotop, ibu dan janin dihadapkan pada
bahaya radiasi sehingga cara ini ditinggalkan. Sedangkan USG tidak
menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri dan cara ini dianggap sangat
tepat untuk menentukan letak plasenta.
12

d. Penentuan letak plasenta secara langsung dengan PDMO


Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak.
Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi. Perabaan forniks. Mulai dari forniks
posterior, apa ada teraba tahanan lunak (bantalan) antara bagian terdepan janin
dan jari kita. Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Jari di masukkan hati-hati
kedalam OUI untuk meraba adanya jaringan plasenta.

e. Pemeriksaan Ultrasonografi
Pada pertengahan trimester II, plasenta menutup ostium internum pada 30%
kasus. Dengan perkembangan segmen bawah rahim, sebagian besar implantasi
yang rendah tersebut terbawa ke lokasi yang lebih atas. Penggunaan color Doppler
dapat menyingkirkan kesalahan pemeriksaan. USG transvaginal secara akurat
dapat menentukan adanya plasenta letak rendah pada segmen bawah uterus.

Penanganan
Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga,
dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok
karena pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya
dengan pemberian infus atau tranfusi darah. Selanjutnya penanganan plasenta previa
bergantung kepada :
- Keadaan umum pasien, kadar hb.
- Jumlah perdarahan yang terjadi.
- Umur kehamilan/taksiran BB janin.
- Jenis plasenta previa.
- Paritas dan kemajuan persalinan

Penanganan Ekspektatif
Kriteria:
Umur kehamilan kurang dari 36 minggu.
Perdarahan sedikit
Belum ada tanda-tanda persalinan
Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Rencana Penanganan :
13

a) Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis


b) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin
c) Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
d) Awasi tanda vital ibu, perdarahan, dan detak jantung janin.
e) Berikan tokolitik bila ada kontraksi :
- MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam
- Nifedipin 3 x 20 mg/hari
- Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin

1. Uji pematangan paru janin dengan test kocok dari hasil amniosentesis
2. Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar
ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat
3. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 36 minggu masih lama, pasien
dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan
jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam)
4. Terapi aktif (tindakan segera)

Penanganan Aktif
Kriteria :
umur kehamilan >/ = 36 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.
Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
Ada tanda-tanda persalinan.
Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.
Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginum, dilakukan
pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi darah terpasang.

Indikasi Seksio Sesarea :


Plasenta previa totalis.
Plasenta previa pada primigravida.
Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
Anak berharga dan fetal distres
Plasenta previa lateralis jika :
Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat.

Partus per vaginam.


14

Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak
sudah meninggal atau prematur.
a. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah
(amniotomi) jika his lemah, diberikan oksitosin drips.
b. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.
c. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan
perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap
plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat, anak masih kecil atau sudah
mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan operasi.

Pengelolaan plasenta previa tergantung dari banyaknya perdarahan, umur


kehamilan dan derajat plasenta previa. Setiap ibu yang dicurigai plasenta previa hams
dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi. Sebe-
lum penderita syok, pasang infus NaCl/RL sebanyak 2 -3 kali jumlah darah yang
hilang. Jangan melakukan pemeriksaan dalam atau tampon vagina, karena akan
memperbanyak perdarahan dan menyebabkan infeksi.

Bila usia kehamilan kurang 36 minggu/TBF < 2500 g: Perdarahan sedikit keadaan ibu
dan anak baik maka biasanya penanganan konservatif sampai umur kehamilan
aterm. Penanganan berupa tirah baring, hematinik, antibiotika dan tokolitik bila ada his.
Bila selama 3 hari tak ada perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila setelah
pasien berjalan tetap tak ada perdarahan pasien boleh pulang. Pasien dianjurkan agar
tidak coitus, tidak bekerja keras dan segera ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
Nasihat ini juga dianjurkan bagi pasien yang didiagnosis plasenta previa dengan
USG namun tidak mengalami perdarahan. Jika perdarahan banyak dan diperkirakan
membahayakan ibu dan janin maka dilakukan resusitasi cairan dan penanganan secara
aktif Bila umur kehamilan 36 minggu/lebih dan TBF 2500 g maka dilakukan
penanganan secara aktif yaitu segera mengakhiri kehamilan, baik secara
pervagina/perabdominal.

Persalinan pervagina diindikasikan pada plasentaprevia marginalis, plasenta previa


letak rendah dan plasenta previa lateralis dengan pembukaan 4 cm/lebih. Pada kasus
tersebut bila tidak banyak perdarahan maka dapat dilakukan pemecahan kulit ketuban
agar bagian bawah anak dapat masuk pintu atas panggul menekan plasenta yang
15

berdarah. Bila his tidak adekuat dapat diberikan pitosin drip. Namun bila perdarahan
tetap ada maka dilakukan seksio sesar. Persalinan dengan seksio sesar diindikasikan
untuk plasenta previa totalis baik janin mati atau hidup, plasenta previa lateralis dimana
perbukaan <4 cm atau servik belum matang, plasenta previa dengan perdarahan yang
banyak dan plasenta previa dengan gawat janin. Plasenta previa dengan
perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan
yang baik.

Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah:


Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan
anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melukakan pertolongan lebih lanjut.
Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan:
- Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan
- Sedapat mungkin diantar oleh petugas
- Dipersiapkan donor darah untuk transfusi darah.

Pertolongan persalinan seksio sesaria merupakan bentuk pertolongan yang paling


banyak dilakukan. Bentuk operasi lainnya seperti:
a. Cunam Willet Gausz
Menjepit kulit kepala bayi pada plasenta previa yang ketubannya telah
dipecahkan
Memberikan pemberat sehingga pembukaan dipercepat
Diharapkan persalinan spontan
Sebagian besar dilakukan pada janin telah meninggal.

b. Versi Braxton Hicks


- Dilakukan versi ke letak sungsang
- Satu kaki dikeluarkan sebagai tampon dan diberikan pemberat
untuk mempercepat pembukaan dan menghentikan perdarahan.
- Diharapkan persalinan spontan
- Janin sebagian besar akan meninggal
16

c. Pemasangan kantong karet metreurynter


kantong karet dipasang untuk menghentikan perdarahan dan
mempercepat pembukaan sehingga persalinan dapat segera
berlangsung.Dengan kemajuan dalam operasi kebidanan, pemberiam
transfusi, dan cairan maka tatalaksana pertolongan perdarahan
plasenta previa hanya dalam bentuk :
- memecahkan ketuban
- melakukan seksio sesaria
- untuk bidan segera melakukan rujukan sehingga mendapat
pertolongan yang cepat dan tepat.

ANALISIS KASUS
17

Seorang wanita G4P2A1 usia 36 tahun, hamil 36 minggu datang dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir. Perdarahan keluar secara tiba-tiba sekitar 2 gelas, darah yang
keluar berwarna merah segar, lendir (-), air (-), disertai dengan kencang kencang sejak
dua hari yang lalu, nyeri (-). Pada pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital dalam batas
normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan perut cembung, striae gravidarum (+),
linea nigra (+), HIS (+), pada pemeriksaan leopold didapatkan:
Leopold I : TFU 2 jari di atas umbilicus, teraba massa bulat, besar, lunak
Leopold II : janin membujur, teraba tahanan keras memanjang di sebelah
kiri, dan teraba bagian keci-kecil di sebelah kanan
Leopold III : bagian bawah janin teraba bulat, besar, keras
Leopold IV : kepala tidak masuk PAP.

Pada pemeriksaan genitalia didapatkan darah segar dari vagina. Pada pemeriksaan
hematologi didapatkan Hb 8,8 gr/Dl, serta USG didapatkan hasil plasenta previa totalis.

Berdasarkan data-data diatas, pasien dapat dipastikan terdiagnosa sebagai plasenta


previa. Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada
pasien ini, terjadi perdarahan warna merah segar dan tidak disertai adanya nyeri. Pasien
juga ada riwayat perdarahan segar dari jalan lahir pada waktu sebelumnya serta memiliki
faktor resiko yaitu multigravida dengan riwayat abortus dengan kuretase. Pada pasien ini
diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan USG, dimana didapatkan plasenta previa
totalis

Pada kasus ini penatalaksanaan lebih kepada konservatif untuk menunggu masa aterm
untuk dilakukannya persalinan, dengan selalu mengobservasi perdarahan, keadaan janin
dan keadaan ibu. Pasien juga diberikan obat-obatan tokolitik untuk mempertahankan
kehamilan hingga aterm dan juga diberikan asam traneksamat untuk menghentikan
adanya perdarahan. Setelah memasuki masa aterm pasien akan direncanakan dengan
persalinan perabdominan. Penanganan tersebut sudah sesuai dengan plasenta previa yaitu
bila usia kehamilan kurang 36 minggu/TBF < 2500 g: Perdarahan sedikit keadaan ibu
dan anak baik maka biasanya penanganan konservatif sampai umur kehamilan
aterm. Penanganan berupa tirah baring, hematinik, antibiotika dan tokolitik bila ada his.
Bila selama 3 hari tak ada perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila setelah
18

pasien berjalan tetap tak ada perdarahan pasien boleh pulang. Pasien dianjurkan agar
tidak coitus, tidak bekerja keras dan segera ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
Nasihat ini juga dianjurkan bagi pasien yang didiagnosis plasenta previa dengan
USG namun tidak mengalami perdarahan. Jika perdarahan banyak dan diperkirakan
membahayakan ibu dan janin maka dilakukan resusitasi cairan dan penanganan secara
aktif Bila umur kehamilan 36 minggu/lebih dan TBF 2500 g maka dilakukan
penanganan secara aktif yaitu segera mengakhiri kehamilan, baik secara
pervagina/perabdominal.

Alur tatalaksana plasenta previa:

DAFTAR PUSTAKA
19

1. Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2004. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun
2005. Medan.

2. Djaja, S., 2005. The Determinant of Maternal Morbidity in Indonesian.WHO South East
Asia New Region vol 4 number 1 and 2. New Delhi.

3. WHO, 2007. Maternal Mortality in 2005. http://www.who.int. Diakses pada tanggal 11


September 2012.

4. Rukmini, LK, 2008. Gambaran Penyebab Kematian Maternal di Rumah Sakit: Studi di
RSUD Pesisir Selatan, RSUD Padang Pariaman, RSUD Sikka, RSUD Larantuka dan
RSUD Serang, 2005. http://www.kalbe.co.id. Cermin Dunia Kedokteran vol 34
no.5/158 Sep-Okt 2007. Diakses pada tanggal 11 September 2012.

5. Winkjosastro, H., 1999. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga cetakan V. Penerbit Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta.

6. Bader, Thomas J. 2005. Ob/Gyn Secrets, Updated Edition, 3rd Edition.


http://www.us.elsevierhealth.com/media/us/samplechapters diakses tanggal 11
September 2012.

7. Kumara, Karuna. 2011. Antepartum hemorrhage. Seminar. Jakarta.

8. Prawihardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

9. Cunningham, F Gary. 2006. Obstetri William Edisi 21. Jakarta: EGC

10. Norwitz, Errol dan Schorge, John. 2007. At a Glance Obstetri & Ginekologi Edisi kedua.
Penerbit Erlangga. Jakarta.

Вам также может понравиться

  • Isi Makalah Wabah
    Isi Makalah Wabah
    Документ19 страниц
    Isi Makalah Wabah
    bella
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan Pneumonia
    Penyuluhan Pneumonia
    Документ13 страниц
    Penyuluhan Pneumonia
    septyne
    Оценок пока нет
  • 7 Reaksi Kusta
    7 Reaksi Kusta
    Документ11 страниц
    7 Reaksi Kusta
    septyne
    Оценок пока нет
  • Epid2 Wabah Penyakit
    Epid2 Wabah Penyakit
    Документ13 страниц
    Epid2 Wabah Penyakit
    septyne
    Оценок пока нет
  • Referat Parkinsonisme
    Referat Parkinsonisme
    Документ28 страниц
    Referat Parkinsonisme
    septyne
    0% (1)
  • Sangkuriang 1
    Sangkuriang 1
    Документ7 страниц
    Sangkuriang 1
    septyne
    Оценок пока нет
  • Refrat Pityriasis Rosea
    Refrat Pityriasis Rosea
    Документ11 страниц
    Refrat Pityriasis Rosea
    Leo Fernando
    100% (4)
  • Hukum Kesehatan
    Hukum Kesehatan
    Документ33 страницы
    Hukum Kesehatan
    septyne
    Оценок пока нет
  • Case Report Disfagia
    Case Report Disfagia
    Документ25 страниц
    Case Report Disfagia
    septyne
    Оценок пока нет
  • Absen Bagian Ilmu Penyakit THT
    Absen Bagian Ilmu Penyakit THT
    Документ1 страница
    Absen Bagian Ilmu Penyakit THT
    septyne
    Оценок пока нет
  • Referst
    Referst
    Документ46 страниц
    Referst
    septyne
    Оценок пока нет
  • Arsip Koass THT Periode Ini (Dokumentasi)
    Arsip Koass THT Periode Ini (Dokumentasi)
    Документ4 страницы
    Arsip Koass THT Periode Ini (Dokumentasi)
    septyne
    Оценок пока нет
  • Cover Naskah Ujian Desti
    Cover Naskah Ujian Desti
    Документ2 страницы
    Cover Naskah Ujian Desti
    septyne
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan Cephalgia
    Penyuluhan Cephalgia
    Документ12 страниц
    Penyuluhan Cephalgia
    septyne
    Оценок пока нет
  • Akut Abdomen Dan Ileus
    Akut Abdomen Dan Ileus
    Документ50 страниц
    Akut Abdomen Dan Ileus
    Miftakhul Khoery
    Оценок пока нет
  • Absen Harian Koass THT
    Absen Harian Koass THT
    Документ3 страницы
    Absen Harian Koass THT
    septyne
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan ANC Dan PNC - Ani, Putri, Redo, Resti
    Penyuluhan ANC Dan PNC - Ani, Putri, Redo, Resti
    Документ12 страниц
    Penyuluhan ANC Dan PNC - Ani, Putri, Redo, Resti
    septyne
    Оценок пока нет
  • IMD Inisiasi Menyusu Dini
    IMD Inisiasi Menyusu Dini
    Документ25 страниц
    IMD Inisiasi Menyusu Dini
    septyne
    Оценок пока нет
  • BAB II - Fetal Distress
    BAB II - Fetal Distress
    Документ6 страниц
    BAB II - Fetal Distress
    Bety Jalanita
    Оценок пока нет
  • CR Morbus Hansen
    CR Morbus Hansen
    Документ11 страниц
    CR Morbus Hansen
    septyne
    Оценок пока нет
  • CR Pterigium
    CR Pterigium
    Документ31 страница
    CR Pterigium
    septyne
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan Epilepsi
    Penyuluhan Epilepsi
    Документ9 страниц
    Penyuluhan Epilepsi
    septyne
    Оценок пока нет
  • Referat Jiwa Aul
    Referat Jiwa Aul
    Документ29 страниц
    Referat Jiwa Aul
    septyne
    Оценок пока нет
  • Referat Parkinson
    Referat Parkinson
    Документ22 страницы
    Referat Parkinson
    septyne
    Оценок пока нет
  • Trauma Thorax
    Trauma Thorax
    Документ46 страниц
    Trauma Thorax
    septyne
    Оценок пока нет
  • CR Paraplegia
    CR Paraplegia
    Документ7 страниц
    CR Paraplegia
    Nisrina Pradya
    Оценок пока нет
  • Epi Lepsi
    Epi Lepsi
    Документ42 страницы
    Epi Lepsi
    septyne
    Оценок пока нет
  • Buku Saku
    Buku Saku
    Документ23 страницы
    Buku Saku
    septyne
    Оценок пока нет
  • Case Report
    Case Report
    Документ9 страниц
    Case Report
    Nisrina Pradya
    Оценок пока нет