Вы находитесь на странице: 1из 135

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

DISTRO

BANK INDONESIA
KATA PENGANTAR

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional


memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki
kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan
usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami
kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis,
misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya
keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku
UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk
komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi
tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi


perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan
informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan
usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan
untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas
(lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 88 judul buku pola
pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan
konvensional dan 21 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan
lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah
dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK)
yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses
melalui internet di alamat www.bi.go.id.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
bersedia membantu dan bekerjasama serta memberikan masukan selama penyusunan

BANK INDONESIA i
buku lending model. Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan
bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku
ini dapat menghubungi:

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM


Biro Pengembangan UMKM
Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM
Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat
Telp. (021) 381.8922 atau 381.7794
Fax. (021) 351.8951

Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola
pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi
pembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut.

Jakarta, Desember 2008

ii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN DISTRO
No. Uraian Besaran Parameter
1 Jenis usaha Distro

2 Dana yang diperlukan Makloon


Maklon Produksi Sendiri
Investasi 178.000.000 189.835.000
Modal kerja 93.240.000 112.558.915
Total 271.240.000 302.393.915
3 Sumber dana
a Porsi pendanaan
Investasi harta tetap Makloon
Maklon Produksi Sendiri
Pinjaman bank 70,0% 70,0%
Modal Sendiri 30,0% 30,0%
Total 100,0% 100,0%
Modal kerja
Pinjaman bank 70,0% 70,0%
Modal Sendiri 30,0% 30,0%
Total 100,0% 100,0%

b Pendanaan
Investasi harta tetap Makloon
Maklon Produksi Sendiri
Pinjaman bank 124.600.000 132.884.500
Modal Sendiri 53.400.000 56.950.500
Total 178.000.000 189.835.000
Modal kerja
Pinjaman bank 65.268.000 65.268.000
Modal Sendiri 27.972.000 27.972.000
Total 93.240.000 93.240.000
c Jangka waktu pinjaman (tahun) 3 3
d Tingkat bunga pinjaman
Kredit investasi 16,0% 16,0%
Kredit modal kerja 16,0% 16,0%

4 Penjualan
a Produk Makloon
Maklon Produksi Sendiri
(Unit) (Unit)
- T-shirt 3.120 13.550
- Kemeja 1.872
- Jaket 1.872
- Blazer 1.872
b Harga jual (Rp/Unit) (Rp/Unit)
- T-shirt 70.000 70.000
- Kemeja 90.000
- Jaket 150.000
- Blazer 150.000
c Nilai penjualan (Rp) (Rp)
- T-shirt 218.400.000 948.480.000
- Kemeja 168.480.000
- Jaket 280.800.000
- Blazer 280.800.000
Total 948.480.000 948.480.000

5 Kelayakan usaha Makloon


Maklon Produksi Sendiri
a NPV 121.135.602 523.356.275
b IRR 31,7% 71,7%
c Payback period 3,52 1,66
d BC Ratio 1,45 2,69
e Penilaian Layak Layak

Break even sales


6 Breakeven Sales Makloon
Maklon Produksi Sendiri
- Rerata penjualan (Rp) 776.030.214 592.206.400
- Rerata penjualan per hari (Rp) 2.155.639 1.645.018
- % terhadap penjualan 81,8% 62,4%

7 Analisis sensitivitas Makloon


Maklon Produksi Sendiri
a Kenaikkan investasi barang modal 89,5% 365,5%
b Margin di atas biaya produksi 90,9% -3,8%
c Diskon Pembelian Tunai 9,9% 42,7%
d Diskon konsinyasi 18,2% 78,4%
e Harga Kain (Rp/Kg) 116.866
f Biaya Gaji 12,2% 41,0%
g Biaya Administrasi 73,3% 165,7%
h Biaya pemasaran per bulan (Rp) 8.586.525 20.495.281
i Tingkat Bunga Pinjaman 34,1% 78,7%

BANK INDONESIA iii


DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR .... i


RINGKASAN ... iii
DAFTAR ISI .. iv
DAFTAR TABEL ........................ vii
DAFTAR GAMBAR DAN DAFTAR PHOTO ................... viii

BAB I PENDAHULUAN .................... 1

BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN


2.1 Profil Usaha .................. 5
2.2 Pola Pembiayaan ..................... 9

BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN


3.1 Aspek Pasar .................. 13
3.1.1 Permintaan ................. 13
3.1.2 Penawaran .................. 14
3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ................ 15
3.2 Aspek Pemasaran .................... 17
3.2.1 Produk ............. 17
3.2.2 Harga Jual ..................................... 17
3.2.3 Sistem Distribusi .................... 18
3.2.4 Promosi ................................. 19
3.2.5 Kendala Pemasaran ............... 20

BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI


4.1 Lokasi Usaha .................... 21
4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan .................. 21
4.3 Bahan Baku .................. 26

iv POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Hal

4.4 Proses Produksi .................. 26


4.5. Lay-out Ruangan Produksi ......... 27
4.6 Kebutuhan Bahan Pembantu ............................................ 28
4.7 Bahan Pembungkus ....................................................... 29
4.8 Biaya Perawatan ............................................................ 29
4.9 Kapasitas Produksi ......................................................... 30
4.10 Pengawasan Kualitas ..................................................... 31
4.11 Limbah .......................................................................... 32
4.12 Kendala Produksi ........................................................... 32

BAB V ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI


5.1 Jumlah Karyawan ........................................ 35
5.2 Penggajian .................................................. 36
5.3 Pelatihan ............................ 39
5.4 Biaya-biaya Perizinan ................................................. 40

BAB VI ASPEK KEUANGAN


6.1 Pemilihan Pola Usaha .................... 41
6.2 Asumsi-asumsi Perhitungan ......................... 42
6.3 Biaya Investasi Barang Modal dan Modal Kerja .................. 45
6.3.1 Biaya Investasi Harta Tetap ....................................... 45
6.3.2 Biaya Produksi, Biaya Operasional dan Modal Kerja
47
Awal ........................................................................
6.3.3 Pendanaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja..... 48
6.4 Produksi dan Penjualan ........................ 50
6.5 Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Sales .................... 51
6.6 Proyeksi Arus Kas Operasional ........................................... 52
6.7 Perhitungan Kelayakan Usaha ...................... 53
6.8 Analisis Sensitivitas ............................................................ 53

BANK INDONESIA v
Hal

BAB VII ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN


7.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ........................ 59
7.2 Aspek Dampak Lingkungan ................... 60

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN


8.1 Kesimpulan ............................................... 61
8.2 Saran ........................................................ 63

DAFTAR LAMPIRAN ......................... 66

MENU DAN CARA MENGOPERASIKAN PROGRAM SIMULASI BISNIS


(USAHA DISTRO) ...................... 95

vi POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3.1. Jumlah Penduduk Indonesia Usia 15-34 Tahun.......... 17


4.1. Kebutuhan Barang Modal (Kapasitas Produksi 6 lusin T-shirt perhari).... 22
4.2. Kebutuhan Bahan Baku Untuk Membuat 2 lusin T-shirt.......................... 26
4.3. Bahan-Bahan Pembantu Proses Sablon................................................... 29
5.1. Jumlah Karyawan Distro Bandung.......................................................... 36
5.2 Perkiraan Jumlah dan Gaji Karyawan Distro (Sistem Makloon)................ 38
5.3 Perkiraan Jumlah dan Gaji Karyawan Distro (Sistem Produksi Sendiri)...... 38
5.4. Perkiraan Jumlah Karyawan Bagian Produksi.......................................... 39
5.5. Biaya-biaya Perizinan............................................................................. 40
6.1. Asumsi Parameter Teknis dan Keuangan................................................ 44
6.2. Biaya Pendirian dan Biaya Harta Tetap Usaha Distro............................... 46
6.3. Modal Kerja Awal.................................................................................. 48
6.4. Pembelanjaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja (Sistem Makloon)..... 49
6.5. Pembelanjaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja (Sistem Produksi
Sendiri).................................................................................................. 49
6.6. Cicilan dan Biaya Bunga Kredit Investasi (Sistem Makloon)........................ 49
6.7. Cicilan dan Biaya Bunga Kredit Investasi (Sistem Produksi Sendiri)........... 50
6.8. Produksi dan Penjualan Distro Per Tahun................................................ 51
6.9. Perbandingan Kelayakan Distro Sistem Makloon dan Produksi Sendiri....... 54
6.10. Pengujian Sensitivitas NPV Terhadap Beberapa Asumsi Penting (Sistem
Makloon).............................................................................................. 56
6.11. Pengujian Sensitivitas NPV Terhadap Beberapa Asumsi Penting (Sistem
Produksi Sendiri).................................................................................... 57

BANK INDONESIA vii


DAFTAR FOTO

Foto Hal

III.1 Contoh Display Sebuah Distro.................................. 19


IV.1 Ruang Potong.......................... 23
IV.2 Pola...................................................................................................... 23
IV.3 Mesin Jahit............................................................................................ 24
IV.4 Mesin Obras.......................................................................................... 24
IV.5 Bahan yang sudah disablon dan siap dijahit........................................... 25
IV.6 Sebagian Gudang.................................................................................. 25

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

IV.1. Layout Ruangan Produksi...................................................................... 30


IV.2. Skema Pengawasan Kualitas Produk...................................................... 32
V.1. Bagan Organisasi Distro Bandung.......................................................... 37

viii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB I
PENDAHULUAN

Distro atau distribution store merupakan toko distribusi yang menjual berbagai
produk. Jadi, peranannya adalah sebagai distributor. Sedangkan clothing adalah
produsen yang memproduksi sendiri semua produk mereka dengan label sendiri pula.
Sebuah clothing bisa memiliki toko sendiri atau hanya sekedar menitipkan produk
mereka ke distro. Produk suatu clothing bermacam-macam terutama berhubungan
dengan kehidupan anak muda pada umumnya seperti kaos, kemeja, jaket, sandal, tas,
sepatu, bahkan produk elektronik seperti kaset, compact disk (CD), jam tangan digital
dan lain-lain. Dalam perkembangannya, terminologi distro mencakup pengertian
sebagai distributor dan clothing karena distro merupakan tempat menjual produk-
produk clothing.

Distro berbeda dari butik dan factory oultlet (FO) di mana butik hanya menjual
barang-barang yang ada di butik itu sendiri dan tidak ada di tempat lain dengan
harga yang mahal. FO dan toko-toko pengecer lainnya tidak membuat produk, tetapi
hanya sebagai tempat menjual atau penyalur produk yang dibuat oleh pabrik lain.
Sedangkan distro selain membuat dan menjual produk sendiri dalam jumlah terbatas
juga memasarkan produknya melalui penyalur lain dan menerima produk distro lain
(konsinyasi). Perkembangan distro sangat erat kaitannya dengan kreatifitas anak muda
dalam mendesain produk untuk komunitas anak muda itu sendiri. Distro tidak bisa
lepas dari kreatifitas dan komunitas, sehingga mereka rajin membuat desain produk
baru dan melakukan kegiatan promosi yang berhubungan dengan komunitasnya,
seperti mensponsori pertunjukan, pentas musik, perlombaan, bazar dan lain-lain.

Pada mulanya distro tumbuh dan berkembang di kalangan pelaku musik indie.
Distro ini dimaksudkan sebagai tempat menjual semua produk dari band indie, mulai
dari kaset, CD dan merchandise dari band tersebut seperti pin, stiker dan kaos. Distro
sudah ada sejak tahun 1993, tetapi baru berkembang penuh pada tahun 1998. Pada

BANK INDONESIA 1
PENDAHULUAN

mulanya, distro lahir karena keinginan anak muda untuk membangun identitas dan
kebebasan dalam mengekspresikan dirinya, tetapi dalam kondisi yang serba terbatas.
Perkembangan tersebut didorong pula oleh krisis keuangan yang melanda Indonesia
sehingga anak muda tidak mampu lagi membeli barang impor sebagai penanda
identitas. Kemudian mereka menciptakan sendiri perlengkapan komunitasnya dengan
modal yang relatif terbatas. Pada mulanya produk-produk tersebut diciptakan bukan
untuk tujuan bisnis, tetapi untuk identitas diri (Kompas, 21 Sep 2008, p.18). Distro
mengutamakan nilai keunikan yang ada pada produk-produk yang dijualnya, sehingga
produk yang dijual diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas (non masal).

Di Indonesia distro bermula dari Bandung, kemudian berkembang lebih jauh


menjadi distributor bagi produk clothing lokal dan menjadi sebuah industri kreatif
yang bukan lagi sebuah usaha kecil-kecilan. Menurut Kepala Bagian Perekonomian
Kota Bandung Ema Sumarna, ada tiga dari 14 item industri kreatif yang menjadi
unggulan Kota Bandung, yakni clothing, kuliner dan craft. Industri tersebut mampu
menyerap 650.000 tenaga kerja (Sindo, 23 April 2008). Sementara 400 distro yang
ada di kota Bandung menyerap sekitar 300.000 tenaga kerja (Fikri C. Satari, Ketua
KICK, Sinar Harapan, 9 Agustus 2008).

Distro menjual produk-produk dalam jumlah terbatas dengan desain dan motive
yang berbeda dari produk-produk yang sudah ada, sehingga memenuhi keinginan
pemakai untuk tampil beda dibandingkan dengan orang lain. Dalam segmen pasar
anak muda semangat untuk tampil beda cukup menonjol. Selera anak muda yang
beragam dan ingin tampil lain dari yang lain menyuburkan bermunculan berbagai
desain pakaian dan asesoriesnya. Hal ini juga didorong oleh kreatifitas dari anak muda
itu sendiri untuk menciptakan kebutuhan yang sesuai dengan selera mereka. Distro
juga menyediakan kebutuhan produk-produk yang unik untuk komunitasnya, bahkan
tidak dapat diperoleh di toko-toko lain seperti asesories untuk komunitas penggemar
motor tua, sepeda BMX, skateboard, penggemar musik rock, hip-hop, break dance,
penggemar musik punk, musik indie, penggemar film dan lain-lain.

2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Ide produk dapat lahir dari ketertarikan akan satu model, gaya hidup (life style),
dan hobby yang sama sehingga membentuk suatu komunitas. Kemudian mereka
mulai memproduksi barang atau musik rilisan mereka sendiri yang dilengkapi dengan
segala macam pernak-pernik dari mulai kaset, merchandise band, T-shirt, topi dan
sebagainya. Kebutuhan yang spesifik semacam inilah yang mendorong komunitasnya
datang ke distro mencari barang yang tidak terdapat di toko, shopping mall atau
departement store.

Produk-produk yang dijual distro sangat beragam, baik yang diciptakan sendiri
maupun produk impor. Perkembangan distro juga didukung oleh ketersediaan bahan
baku yang banyak dan mudah didapat, tekonologi produksi dan media komunikasi
yang semakin canggih, teknologi rekaman yang memungkinkan band-band baru
merekam musik mereka dengan menggunakan komputer, sehingga tidak lagi
harus bersandar pada produser tertentu. Saat ini, industri musik di Bandung sudah
bisa diproduksi di studio-studio kecil, rumah, maupun di kamar kos. Selain itu,
perkembangan di bidang teknologi informasi juga memudahkan setiap komunitas
yang ada untuk berhubungan dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Melalui
jaringan internet, telepon dan mesin fax orang dapat membangun komunitas dan
jaringan untuk mendukung pemasaran suatu produk.

Pertumbuhan media seperti stasiun TV, radio, majalah, katalog dan brosur yang
didukung teknologi percetakan yang canggih ikut pula mendorong perkembangan
distro dan komunitas anak muda di Bandung. Kehadiran MTV juga memiliki peran
yang tidak sedikit karena melalui stasiun inilah beberapa band underground Bandung
mendapat kesempatan untuk didengar oleh publik secara lebih luas. Selain itu, para
presenter MTV siaran nasional pun ikut memasarkan produk-produk distro dengan
memakai produk-produk dari clothing lokal yang berasal dari kota Bandung, sehingga
produk mereka menjadi semakin populer.

BANK INDONESIA 3
PENDAHULUAN

Distro merupakan muara dari kreatifitas anak muda dalam memproduksi berbagai
produk: pakaian, musik dan asesories lainnya. Setiap distro menampilkan tema desain
produk yang berbeda dan mempromosikan merek sendiri. Ada yang mengambil tema
pelestarian lingkungan, flora & fauna, tokoh, artis, berita (news), musik dan lain-
lain. Namun demikian tema tersebut juga tidak tetap sepanjang waktu, Distro dapat
mengganti tema desainnya setiap enam bulan, disesuaikan dengan perkembangan
selera anak muda.

Dalam penampilannya kita melihat kelompok anak muda bergaya hippie dan
punk. Gaya hippie mencirikan diri mereka dengan baju motif berbunga, baju dengan
jurai di bagian tepi dan rambut panjang. Sedangkan punk menegaskan identitas
melalui pakaian yang disertai dengan asesories berupa rantai, jins koyak, serta rambut
berdiri yang dicat warna pucat (Kompas, 21 Sep 2008, p.18). Distro mengusung ciri
khas tersendiri dan membangun komunitas yang setia mengunjungi distro tersebut.
Sejalan dengan kreatifitas anak muda dan ingin tampil beda, mereka terus bergerak
menciptakan kreasi-kreasi baru bagi komunitasnya dan mampu memproduksi
kebutuhan mereka secara mandiri, sehingga tidak tergantung pada produk impor
yang diproduksi oleh industri mapan.

4 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1. Profil Usaha


Usaha distro dapat dikelompokkan kedalam skala usaha kecil dan menengah.
Badan usahanya ada yang berupa perorangan, komanditer (CV) dan perseroan
terbatas (PT). Pemilik distro pada umumnya adalah anak muda dan bahkan memulai
usahanya semenjak masih mahasiswa. Distro memproduksi pakaian berupa baju kaos,
jaket, kemeja, topi, tas, dan sepatu. Selain menjual produk buatan sendiri, distro juga
menjual barang-barang elektronik seperti jam tangan digital, kaset, CD, dan asesories
yang medukung penampilan atau hobby seperti penggemar skateboard, sepeda BMX,
pencinta alam, penggemar terhadap suatu aliran musik tertentu, seperti rock, indie,
punk, dan lain-lain. Dalam studi ini produk distro dibatasi pada pakaian, yaitu T-shirt,
kemeja, blazer, dan jaket. Skala usaha yang digunakan adalah usaha kecil dengan
omset sekitar Rp.950.000.000 per tahun.
Distro menjual produk dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Personalized service, yaitu memberikan pelayanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan komunitasnya, khususnya anak muda.
2. Freedom expression, produk dibuat dengan desain yang terus berganti sepanjang
waktu dan terbebas dari status dan embel-embel lainnya.
3. Limited edition, produk dibuat dalam jumlah terbatas, unik, dan tidak melayani
repeat order. Dari penelitian yang dilakukan, repeat order dapat dilakukan satu
sampai dua kali saja selama bahan baku masih tersedia (biasanya untuk pasokan ke
kota lain), tetapi tetap dalam jumlah yang terbatas karena ingin mempertahankan
image bahwa produk tersebut bukan produk masal.
4. Distribution network, produk disalurkan ke berbagai kota di Indonesia melalui
jaringan kerjasama dengan penyalur lain, bahkan sebagian ada yang diekspor ke
Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Australia.

BANK INDONESIA 5
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

Persaingan dipandang oleh pemilik distro sebagai persaingan ide, desain dan
kreativitas. Persaingan merupakan tantangan untuk terus menciptakan kreasi baru
dan membangun komunitas. Produk yang dibuat sangat terbatas, bahkan suatu
desain pakaian yang disukai oleh konsumen tidak akan diproduksi ulang, sehingga
peluang tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan garmen lainnya untuk memproduksi
secara masal dengan harga yang relatif lebih murah. Tetapi dari kaca mata distro dan
kumunitasnya, produk tersebut sudah ketinggalan zaman (out of date). Target pasar
yang dituju adalah anak muda baik pria maupun wanita yang sedang mengalami
masa pencarian jati diri dan berkeinginan untuk menjadi pribadi yang unik namun
tetap mengikuti perkembangan dunia fashion. Secara umum, target market produk-
produk distro adalah konsumen berusia antara 14-35 tahun.

Setiap distro membuat produk dalam jumlah terbatas dengan desain yang
unik. Hal ini menjadi andalan distro untuk menarik pelanggan atau komunitasnya.
Konsumen menyukai produk-produk distro dan rela membayar pakaian atau
produk yang relatif langka tersebut sebesar dua kali lipat dari harga produksi masal.
Penciptaan komunitas juga merupakan ciri khas sebuah distro. Jika sudah terbentuk
satu komunitas, diharapkan mereka tidak akan pindah ke komunitas lain sebagaimana
halnya komunitas penggemar motor Harley Davidson tidak akan pindah ke penggemar
motor Honda, Yamaha atau Kawasaki.

Komunitas yang menjadi target market utama sebuah distro juga bermacam-
macam. Dalam bidang pakaian misalnya, ada yang lebih fokus pada pakaian pria,
ada yang fokus pada pakaian wanita atau remaja atau lebih fokus pada produknya
seperti T-shirt, jaket, blazer, dan lain-lain. Jadi, setiap distro mempunyai target market
yang berbeda. Produk yang dijual sebuah distro bisa sama dengan distro lain, seperti
T-shirt, tetapi tema yang diusung dalam desainnya tidak sama: misalnya berkaitan
dengan aliran musik tertentu, tokoh, artis, wanita, politik, dan lain-lain. Setiap distro
menerapkan pengawasan yang ketat terhadap desain produknya untuk menjaga
supaya jangan sampai desain tersebut meniru desain orang lain yang sudah ada.

Pada umumnya distro tidak mempunyai alat produksi sendiri. Mereka membuat
produknya melalui kerjasama dengan penjahit dan tukang sablon, sehingga kebutuhan

6 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

dananya hanya untuk modal kerja, yaitu untuk membeli bahan baku, upah, dan sewa
tempat. Dalam kerjasama tersebut, bahan baku yang digunakan dapat berupa milik
sendiri yang dibeli dari produsen (perusahaan tekstil) atau disediakan oleh penjahit
itu sendiri.

Desain suatu produk dapat dipicu oleh motive bahan yang tersedia, tetapi
tetap memperhatikan tema pokok dari rancangan distro tersebut, misalnya tentang
lingkungan hidup, fauna, perdamaian, musik, politik, dan masalah-masalah sosial
lainnya. Volume produk yang dibuat dibatasi sesuai dengan ketersediaan bahan baku.
Pada umumnya, setiap desain hanya dibuat sekitar dua hingga lima lusin saja (2460
potong).

Dalam kegiatan pemasaran, beberapa distro berkumpul pada suatu lokasi


sehingga akumulasi pengunjung di lokasi tersebut menjadi besar. Di kota Bandung,
distro banyak dijumpai di Jl. Trunojoyo, Jl Setiabudi, Jl. Sultan Agung, dan Jl. Riau.
Walaupun setiap distro menjual produk yang unik, tetapi tidak memilih lokasi yang
terpencil dari pusat keramaian atau lokasi komunitas distro lainnya karena akan
sepi pengunjung. Sementara, konsumen lebih suka berbelanja di satu lokasi yang
menawarkan banyak pilihan, hemat waktu dan tenaga.

Distro sudah berkembang menjadi industri besar meskipun pelakunya pada


umumnya berskala kecil dengan omset penjualan berkisar antara Rp20.000.000
sampai dengan Rp400.000.000 per bulan. Jumlah distro di kota Bandung sekitar 400
buah dengan total omset penjualan mencapai Rp25 milyar per bulan.

Usaha distro tergabung dalam organisasi yang diberi nama Kreative Independent
Clothing Komunity (KICK). Penulisan nama organisasi ini juga tidak mengikuti tata
bahasa yang benar sebagai cerminan dari kebebasan dan pemberontakan anak muda
untuk keluar dari tatanan baku yang ada. Organisasi ini digunakan untuk melindungi
anggotanya dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan usahanya.
Kata independent menunjukkan bahwa mereka tidak berafiliasi dengan industri ritel
dan bisnis garmen besar karena usaha ini berangkat dari keterbatasan, yaitu modal.
Perusahaan ritel besar mensyaratkan volume pasokan yang kontinyu dan besar,

BANK INDONESIA 7
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

sementara itu penjualan melalui distro tidak memerlukan pasokan besar. Bahkan
untuk setiap desain produk dibuat dalam volume yang sangat terbatas, hanya sekitar
dua hingga lima lusin saja atau bahkan lebih sedikit lagi tergantung pada bahan baku
yang tersedia, sehingga produk yang dihasilkan terkesan eksklusif. Dari sekitar 400
distro yang ada di kota Bandung, 160 di antaranya sudah menjadi anggota KICK.

Ditinjau dari segi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman,usaha


distro dapat diuraikan sebagai berikut:
Kekuatan
a. Memiliki produk yang unik yang diproduksi dengan jumlah terbatas (sebanyak
dua sampai dengan lima lusin untuk setiap desainnya).
b. Target pasar yang dituju adalah kaum muda yang sedang dalam masa pencarian
jati diri dan berkeinginan untuk menjadi pribadi yang unik namun tetap mengikuti
perkembangan dunia fashion. Secara umum target pasar berumur antara 15-34
tahun. Jumlah penduduk Indonesia dalam kelompok umur tersebut sekitar 77
juta jiwa.

Kelemahan
a. Free entry and exit. Para pesaing baru dapat masuk pasar setiap waktu sehingga
memiliki potensi pesaing yang tidak sedikit.
b. Harga produk distro relatif tinggi, sehingga membuat target konsumen terbatas
hanya pada kaum muda kalangan menengah ke atas.

Kesempatan
a. Sikap konsumerisasi kaum muda sebagai pembeli yang akan membuat penjualan
stabil.
b. Sedang berkembangnya bisnis clothing dan distro sehingga peluang industri
untuk terus tumbuh adalah sangat besar yang didukung oleh potensi pasar yang
disasar.
c. Mahalnya pakaian impor sebagai penanda identitas bagi anak muda, sehingga
membuka kesempatan untuk membuat sendiri produk-produk unik sebagai
identitas suatu komunitas.

8 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Ancaman
a. Terus bermunculannya pesaing-pesaing baru yang juga membuka usaha sejenis.
Baik dengan tema yang mirip maupun berbeda, tetapi target konsumennya
sama.
b. Kemungkinan butik menurunkan harga jual produknya sehingga menggeser
kedudukan distro.
c. Masuknya pengusaha besar kedalam industri distro. Pengusaha besar dapat
membuat bermacam distro yang berbeda untuk berbagai komunitas di satu
lokasi tertentu, sehingga mengancam keberadaan distro-distro yang dimiliki oleh
pengusaha kecil.
d. Perlindungan terhadap hak cipta masih lemah, sehingga produk-produk distro
yang bagus ditiru oleh perusahaan garmen lain.

2.2. Pola Pembiayaan


Sebagian besar distro didanai sendiri oleh pemiliknya. Sumber dana dapat
berasal dari pinjaman orang tua atau tabungan yang bersangkutan. Seorang pemula
dapat memulai usahanya dengan menyewa tempat (toko) dan menyalurkan atau
menjual produk-produk distro lain. Sebuah distro kecil yang tergabung dalam
Distro house di Jl. Setiabudi Bandung dengan ukuran tempat usaha 3x4m dapat
memberikan omset penjualan rata-rata Rp20.000.000 per bulan. Sewa tempat
dibayar melalui potongan penjualan, yaitu 25% dari omset sebulan. Pada tahap awal,
distro tersebut menjual produk distro. Sejalan dengan perkembangan usahanya juga
mengembangkan produk sendiri dengan merek Bride. Jadi, dalam komunitas distro
baik yang tergabung dalam KICK maupun yang di luar organisasi tersebut terjalin
kerjasama yang baik. Mereka bersaing dalam ide dan desain dari suatu produk
(clothing) untuk menciptakan komunitas sendiri.

Menurut Kepala Bagian Kredit UKM Bank Mandiri Bandung, pemilik distro pada
umumnya adalah anak orang kaya yang kreatif dan mandiri, sehingga dalam memulai
usahanya tidak membutuhkan pinjaman bank. Bank Mandiri Cabang Bandung aktif

BANK INDONESIA 9
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

memantau perkembangan distro dan baru memberikan kredit kepada empat distro
yang dipilih secara selektif karena selain bukan merupakan kredit program juga
resiko distro dinilai oleh bank masih cukup besar karena produksi dijual langsung
kepada konsumen lepas (komunitas), yaitu anak muda yang belum mapan secara
ekonomi, sehingga diragukan loyalitasnya. Selain itu, distro masih mendapatkan
perlindungan dari pejabat yang notabene orang tua pemilik distro supaya tidak
dimasuki oleh pengusaha besar.

Selain itu, pemantauan Bank Mandiri tampak bahwa outlet-outlet yang


terletak di sepanjang Jalan Cihampelas dan lokasi lain di Bandung dimiliki hanya oleh
satu kelompok usaha, yaitu Group Korek Api. Hal yang sama dapat pula dilakukan
oleh pengusaha besar tersebut terhadap distro, dalam arti membuat beberapa distro
dengan nama yang berbeda pada suatu lokasi. Jika tidak ada perlindungan terhadap
distro yang ada sekarang ini, maka keberadaan distro dengan modal kecil akan
terancam mati oleh pemodal besar. Pinjaman Bank Mandiri adalah untuk kebutuhan
modal kerja yang diberikan kepada empat distro yang sudah berjalan dengan baik
(mapan).

Pihak bank Mandiri secara aktif terus memantau perkembangan distro di


kota Bandung dengan cara ikut berdiskusi dengan anak-anak muda pemilik distro,
khususnya yang tergabung dalam KICK. Untuk fasilitas kredit tersebut diberlakukan
standar prosedur pelayanan kredit biasa dan disertai dengan jaminan, yaitu tanah
dan rumah pemiliknya. Perkembangan usaha distro di mata bank Mandiri cukup baik,
namun demikian tetap harus hati-hati dan selektif dalam menyalurkan pinjaman.

Pembiayaan yang dibutuhkan distro adalah untuk modal kerja, terutama


untuk pembelian bahan baku dan talangan piutang usaha. Distro menerapkan pola
pembayaran tunai atas penjualan kepada konsumen individu, sedangkan untuk
pembelian dalam partai besar oleh pedagang di luar kota Bandung seperti Jakarta,

10 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Semarang, Jogyakarta, Malang, Medan, Padang, dan Makassar pada umumnya


diberikan diskon tetapi dibayar tunai. Kepada sebagian kecil pembeli besar juga
diberikan tenggang waktu pembayaran sampai 30 hari. Total omset penjualan distro
kota Bandung (baik yang dijual di Bandung maupun ke luar kota) sekitar Rp25 milyar
per bulan. Sementara itu, volume ekspor masih relatif kecil, yaitu sekitar 5% dari total
penjualan (Fiki C. Satari, Ketua KICK).

BANK INDONESIA 11
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

12 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

3.1. ASPEK PASAR

3.1.1. Permintaan

Permintaan terhadap produk-produk distro (clothing) sejalan dengan


perkembangan selera target market-nya, yaitu remaja dan orang dewasa berusia
antara 14-35 tahun. Keinginan anak muda untuk tampil beda akan mendorong
tingginya permintaan terhadap produksi distro karena tidak diproduksi secara masal,
tetapi dengan harga yang terjangkau. Selama konsumen mampu membeli produk
distro mereka akan lebih memilih untuk membeli produk dengan desain yang tidak
pasaran tersebut. Secara statistik belum ada catatan perkembangan permintaan
produk distro. Menjamurnya pertumbuhan distro di kota-kota besar , khususnya di
Bandung dan Jakarta adalah cerminan dari permintaan terhadap produk distro yang
semakin besar. Hal ini didorong oleh:
1. Banyaknya desain baru yang menampilkan ide-ide kreatif yang inovatif, sehingga
distro menciptakan mode (trend setter) dan mempengaruhi perilaku konsumen.
2. Adanya keinginan untuk keluar dari formalitas berpakaian dari anak muda dan
kebebasan untuk mengekspresikan diri, sehingga melahirkan permintaan pakaian
yang beraneka rupa yang sesuai dengan selera anak muda.
3. Semakin mahalnya pakaian impor sebagai penanda identitas, sehingga
menimbulkan kesadaran dari anak muda untuk membuat sendiri ciri identitas
mereka yang unik.
4. Adanya saluran (channel) Fashion TV, MTV dan juga majalah mode yang
menampilkan berbagai model pakaian dan musik yang ingin ditiru oleh anak
muda.

BANK INDONESIA 13
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

5. Khusus untuk Indonesia yang beriklim tropis dan cuaca yang panas mendorong
permintaan terhadap T-shirt khususnya yang berbahan katun dan rayon semakin
tinggi. Sementara itu, T-shirt dapat pula dipakai untuk berbagai situasi: santai,
kuliah dan kegiatan sehari-hari, bahkan untuk bekerja, khususnya hari Jumat.

3.1.2. Penawaran

Jumlah distro di kota Bandung yang tergabung dalam KICK sebanyak 160
buah, sementara yang belum bergabung dengan organisasi tersebut sekitar 200
buah dengan omset penjualan sekitar Rp25 milyar per bulan. Dari wawancara yang
dilakukan terhadap tiga distro di kota Bandung diketahui bahwa penjualan mereka
rata-rata Rp100 juta per bulan. Secara statistik juga belum ada catatan tentang volume
penjualan produk-produk distro secara rinci.

Dari kaca mata pemerintah kelihatannya juga belum ada perlakuan khusus
yang diberikan kepada distro, semuanya disamakan sebagai toko pakaian dan pihak
pengusaha distro juga belum merasakan adanya bantuan pemerintah daerah, baik
pembinaan maupun pendanaan. Faktor-faktor pendorong penawaran produk distro
adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan teknologi penenunan (weaving), pewarnaan (dying) dalam industri
tekstil serta teknik penjahitan dan sablon yang semakin canggih, sehingga semakin
banyak variasi produk yang dapat dibuat.
2. Promosi dan jaringan distribusi yang semakin luas didukung oleh jaringan internet
sehingga membuka kesempatan bagi anak muda di seluruh Indonesia bahkan
dunia, terutama di kota-kota besar untuk mengakses website berbagai distro dan
memilih produk yang diinginkannya.
3. Sistem distribusi yang semakin baik dan luas, pelayanan kepada konsumen akan
semakin cepat dan baik, sehingga mendorong pertumbuhan permintaan produk-
produk distro.
4. Banyaknya sekolah desain yang melahirkan lulusan kreatif untuk menciptakan
kreasi dan inovasi baru khususnya dalam bidang pakaian (fashion).

14 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

5. Adanya semangat kewirausahaan baik yang timbul akibat kondisi lingkungan yang
semakin sulit mendapatkan pekerjaan di perusahaan maupun karena pendidikan
telah mendorong anak muda untuk mendirikan usaha sendiri.
6. Bahan-bahan baku yang dibutuhkan mudah diperoleh mengingat banyaknya
penyedia bahan-bahan utama pakaian dan asesories lainnya seperti kain katun,
kerah rip, label, kancing, dan lain-lain. Di Indonesia, Jawa Barat khususnya, banyak
terdapat perusahaan tekstil penyedia bahan baku pakaian. Pada tahun 2006 di
Indonesia terdapat 2.000 buah perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) dengan
kapasitas produksi 6,1 juta ton di mana 57% di antaranya berlokasi di Jawa Barat
(Ermina Miranti, Economic Review, No.29. Sept., 2007).

3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

Persaingan dipandang oleh pemilik distro sebagai tantangan untuk terus


menciptakan produk dengan desain baru dan memperbesar komunitasnya melalui
penciptaan jaringan pemasaran ke berbagai kota di Indonesia. Masing-masing distro
mempunyai tema rancangan yang berbeda dengan yang lainnya dan ditujukan untuk
komunitas tertentu. Oleh karena itu persaingan terletak pada jaringan pemasaran
dan kreatifitas dalam menciptakan desain produk yang menarik bagi komunitasnya.

Terbatasnya volume produk untuk setiap desain, mendorong distro untuk


membuat dan mempersiapkan puluhan desain baru setiap bulan. Ancaman terhadap
distro datang dari perusahaan garmen lain yang meniru desain produk distro dan
memproduksinya dalam jumlah yang besar. Tetapi, komitmen distro untuk hanya
membuat suatu produk dengan desain tertentu dalam jumlah terbatas dan tidak
melayani permintaan ulang (repeat order), sehingga produk tiruan dianggap sebagai
produk yang sudah ketinggalan zaman. Beberapa distro hanya akan melayani repeat
order satu kali saja. Hal ini menunjukkan konsistensi distro dalam membangun
eksklusifitas komunitasnya dan menekankan persaingan pada kreatifitas penciptaan
desain baru, sehingga distro mampu bertahan dalam persaingan dan sekaligus
mendorong menjamurnya pertumbuhan distro di Indonesia.

BANK INDONESIA 15
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Sampai saat ini, perlindungan atas hak cipta masih lemah, bahkan
pengurusan hak paten juga masih sulit dan mahal. Selain itu, hambatan untuk masuk
kedalam industri distro (entry barrier) sangat rendah karena tidak harus mempunyai
pabrik sendiri atau tidak memerlukan modal yang besar. Pertumbuhan industri distro
sejalan dengan munculnya anak-anak muda kreatif dan inovatif dalam dunia fashion
dan musik, baik yang dilahirkan melalui jalur pendidikan formal maupun informal.
Hal ini juga diperkuat oleh kecenderungan anak muda untuk membentuk komunitas
yang mempunyai ciri, karakter, dan kesukaan (hobby) tersendiri yang didasarkan pada
kesamaan selera dalam aliran musik tertentu, kecintaan terhadap lingkungan hidup,
tokoh, artis, aliran gaya seperti hippie, punk, dan sebagainya.

Persaingan antara satu distro dan distro lainnya didasarkan pada persaingan
kreatifitas desain produk dan menciptakan sebanyak mungkin anggota komunitasnya.
Sejalan dengan dorongan pemerintah untuk menciptakan pengusaha-pengusaha
baru (wirausahawan), persaingan dalam industri fashion, termasuk distro juga akan
semakin meningkat.

Dalam produk pakaian misalnya, pada umumnya orang mempunyai


beberapa koleksi pakaian yang berbeda, baik karena fungsinya: formal dan kasual,
misalnya pakaian untuk bekerja, sekolah, pesta, santai, dan lain-lain. Pilihan terhadap
pakaian juga dipengaruhi oleh motif, warna, dan perancangnya. Jumlah penduduk
Indonesia yang menjadi target market distro, yaitu yang berumur antara 15-34 tahun
adalah 77,1 juta jiwa Lihat Tabel 3.1. Jumlah penduduk tersebut menggambarkan
besarnya potensi pasar pakaian yang dapat dilayani oleh berbagai produsen pakaian,
musik, dan asesories lainnya. Jika setiap orang dalam kelompok umur 15-34 tahun
mempunyai lima lembar T-shirt, tiga celana jeans, satu jaket, dan satu topi, maka total
kebutuhan terhadap pakaian tersebut sangat besar. Jika harga T-shirt, celana jeans,
jaket dan topi masing-masing Rp.50.000, Rp100.000, Rp.150.000 dan Rp20.000,
maka total nilai perdagangan jenis pakaian tersebut sekitar Rp.55,5 triliun.

16 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Indonesia Usia 15-34 Tahun


Kelompok Umur Pria Wanita Total
15-19 10.370.890 9.918.783 20.289.673
20-24 9.754.543 10.150.607 19.905.150
25-29 9.271.546 9.821.617 19.093.163
30-34 8.709.370 9.054.955 17.764.325
Jumlah 38.106.349 38.945.962 77.052.311
Sumber: BPS, 2005

3.2. ASPEK PEMASARAN

3.2.1. Produk

Produk-produk distro pada umumnya berupa pakaian: T-shirt, kemeja, jaket,


blazer, tas, topi, dan sepatu, kaset, CD, dan asesories lainnya baik untuk pria maupun
wanita. Produk dibuat dengan desain yang unik dalam jumlah terbatas (2-5 lusin
untuk setiap desain). Untuk setiap desain pakaian (T-shirt, kemeja, blazer, dan jaket)
terdiri dari tiga ukuran: S, M, dan L. Sepatu dibuat dalam beberapa ukuran (nomor)
yang disesuaikan dengan ukuran kaki rata-rata dan usia target market (usia 14-35
tahun).

3.2.2. Harga Jual

Harga jual produk berkisar antara Rp.70.000 sampai dengan Rp.200.000


per potong. Harga T-shirt sekitar Rp.70.000Rp.80.000, Jaket dan blazer sekitar
Rp.120.000Rp.200.000 per potong, topi Rp.25.000Rp.60.000 per unit dan
sendal sekitar Rp.45.000 sepasang. Harga jual ditetapkan berdasarkan harga pokok
penjualan ditambah dengan komponen biaya lain, seperti biaya operasi, fee designer
dan keuntungan (margin). Selain itu, juga ditentukan oleh kualitas dari desain produk.
Semakin bagus desainnya, semakin tinggi harga jual yang dikenakan pada produk
tersebut. Harga jual produk distro rata-rata dua kali biaya produksinya dan harga jual
tersebut lebih mahal dari produk sejenis yang diproduksi secara massal.

BANK INDONESIA 17
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Untuk penjualan dalam partai besar, distro memberikan diskon berkisar antara
10%-35%. Diskon diberikan sampai 35% atas pembelian tunai, minimal untuk nilai
pembelian Rp20 juta. Terdapat distro yang memberikan diskon 25% untuk distributor
yang menjual 1.000 potong selama tiga bulan. Distro Ians Report memberikan diskon
10%-30% untuk pembelian lusinan secara tunai.

Sistem pembayaran produk distro untuk penjualan ritel adalah tunai. Untuk
penjualan besar kepada beberapa distributor di kota-kota lain seperti di Jakarta,
Surabaya, Jogyakarta, Medan, Padang, dan Makasar diberikan tenggat waktu
pembayaran (terms of payment) sampai 30 hari. Untuk produk-produk sendiri yang
dititipkan pada distro lain (konsinyasi) juga diterima pembayarannya rata-rata dalam
waktu 30 hari.

3.2.3. Sistem Distribusi

Distro memilih lokasi yang ramai dikunjungi konsumen. Di lokasi tersebut


berkumpul banyak distro atau di sana ada merek-merek terkenal, seperti di Jl.
Trunojoyo, Jl. Sultan Agung, Jl. Setiabudi, dan Jl. Riau, Bandung. Di Jakarta banyak
ditemui di Kemang dan Tebet. Walaupun persaingan di tempat tersebut terasa ketat,
tetapi banyak pengunjungnya. Setiap distro menyediakan produk dengan desain
tertentu dalam jumlah terbatas. Setiap distro dapat pula menitipkan produknya pada
distro lain (konsinyasi).

Produk-produk yang dipajang di suatu distro diganti secara periodik (biasanya


sekali seminggu), sehingga distro selalu menampilkan produk-produk baru. Beberapa
distro juga bekerjasama dengan toko-toko pengecer di berbagai kota lain di Indonesia.
Tetapi, ada juga distro seperti Ians Report membatasi penjualan ke luar Bandung
untuk menjaga eksklusifitas dan image produknya hanya ada di Bandung. Pemesanan
ulang (repeat order) sangat terbatas, hanya melayani 1-2 kali saja, khususnya untuk
melayani jaringan distribusi yang sudah ada. Dalam penjualan kepada distributor
dibuatkan kontrak yang juga memuat aturan (klausul) supaya tidak terjadi pembajakan
dan peniruan produk oleh rekan bisnis tersebut.

18 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Foto III.1 Contoh Display Sebuah Distro

Distro, Jl. Trunojoyo Bandung (Foto Zalmi Zubir, 25/10/2008)

3.2.4. Promosi

Media promosi yang digunakan bermacam-macam, di antaranya brosur,


leaflet, flier, poster, free magazine, pameran, bazar, pertunjukkan (penampilan
artis atau musik), katalog Suave dan internet. Kegiatan promosi ditujukan untuk
memperkenalkan merek (brand) produknya. Semua distro menjual produk-produk yang
sejenis, oleh karena itu merek sangat penting untuk di promosikan kepada konsumen
atau komunitasnya dan pada akhirnya merek tersebut dapat mengindikasikan
produknya dalam arti kualitas, tema desain, dan harga.

Free magazine adalah sejenis tabloid yang beredar gratis di kafe-kafe dan
distro-distro. Tabloid ini terdistribusi dengan baik, gratis dan isinya pun menarik untuk
dibaca. Tabloid ini sangat mendukung promosi produk distro karena pasar yang dituju
oleh free magazine sama dengan target pasar distro.

BANK INDONESIA 19
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Kegiatan lain yang juga efektif digunakan untuk mempromosikan produk-


produk distro adalah melalui bazar dan sponsor acara musik anak muda. Selain untuk
memperkenalkan merek (brand awareness) sekaligus untuk menjual produk-produk
distro. KICK secara reguler (tiap tahun) mengadakan bazar (KICK Fest) yang diikuti
oleh distro-distro yang ada di Indonesia.

3.2.5. Kendala Pemasaran


Kendala yang dihadapi distro dalam memasarkan produknya antara lain
adalah:
1. Pembajakan ide dan desain. Dari wawancara yang dilakukan dengan pengusaha
distro, diketahui bahwa banyak perusahaan garmen lain yang meniru (menjiplak)
desain produk-produk distro, terutama produk yang laku atau merek terkenal.
Walapun distro selalu membuat desain produk yang baru dan tidak lagi
memproduksi yang lama, tetapi pembajakan atau tiruan desain tersebut tetap
mengancam pasar distro karena produk tiruan tersebut dijual dengan harga
murah (setengah dari harga produk yang asli) dan di mata komunitasnya produk
tersebut tidak lagi eksklusif. Sampai saat ini belum ada perlindungan hukum atas
pembajakan, tiruan ide dan desain produk distro tersebut.
2. Persyaratan dan izin untuk memasang billboard dan pengurusan hak paten dari
pemerintah masih mahal.
3. Pada umumnya tempat usaha distro berstatus sewa, sementara biaya sewa naik
rata-rata 25% setiap tahun, sedangkan dengan pesaing yang semakin banyak
harga jual sulit di naikkan. Pada waktu studi ini dilakukan, biaya sewa toko rata-
rata di Jl. Trunojoyo Bandung adalah Rp500.000/m2 per tahun.
4. Umumnya distro tidak mempunyai alat produksi. Sistem produksinya berupa
makloon atau diupahkan pada penjahit lain. Pada waktu tertentu, seperti lebaran
dan natal penjahit juga tidak mampu melayani semua distro yang ada dan mereka
meminta cash booking yang besar. Kondisi ini membatasi volume penjualan
distro.

20 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB IV
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4.1. Lokasi Usaha


Distro berkumpul di pusat-pusat keramaian karena banyak pengunjungnya.
Pada mulanya ada satu distro dengan merek terkenal di suatu lokasi. Karena banyak
pengunjung ke sana, maka distro yang lain akan memilih lokasi berdekatan dengan
distro yang sudah terkenal tersebut. Melihat perkembangan pusat-pusat perbelanjaan
di kota Bandung, seorang pemodal kuat dapat menciptakan satu lokasi bisnis jika
ditempat tersebut dibangun beberapa distro miliknya. Hal ini dilakukan oleh Group
Korek Api dalam mengembangkan kawasan bisnis Cihampelas di mana hampir
semua toko-toko pakaian di sepanjang Jl. Cihampelas tersebut milik Group Korek
Api. Di Bandung distro berkembang di beberapa lokasi, seperti Jl. Trunojoyo, Jl. Sultan
Agung, Jl. Riau, dan Jl. Setiabudi. Di Jakarta distro berkembang di wilayah Kemang
dan Tebet. Pada mulanya di kedua lokasi tersebut berkembang restoran dan cafe yang
banyak dikunjungi anak muda, keramaian pengunjung tersebut menarik pengusaha
untuk membangun distro di lokasi tersebut.

4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan


Sebagian besar distro tidak mempunyai alat produksi sendiri. Proses produksi
diserahkan kepada penjahit lain (outsourcing). Namun demikian, pengawasan kualitas
tetap dilakukan oleh pemilik distro. Salah satu ciri distro yang menonjol adalah
pengawasan terhadap kualitas yang ketat untuk menjaga image dari produk yang
dihasilkannya. Peralatan yang dibutuhkan jika suatu distro ingin membuat sendiri
produknya dengan kapasitas 6 lusin (72 potong) T-shirt per hari adalah seperti pada
Tabel 4.1. Mesin-mesin yang digunakan dapat berupa mesin baru atau mesin bekas.
Harga mesin-mesin bekas sekitar separuh dari mesin baru. Total kebutuhan investasi
barang modal antara Rp.8,3 juta sampai dengan Rp.15,8 juta.

BANK INDONESIA 21
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Dari wawancara dengan W. Satrio Aji, pemilik distro dan Yogi Jayakusuma,
manejer Distro diketahui bahwa mereka akan konsentrasi pada penciptaan produk
baru dan pemasarannya, sementara produksi dilakukan dengan cara makloon. Distro
yang dimiliki W. Satrio Aji semula hanya memiliki 7 buah mesin jahit, tetapi sebagian
sudah dijual dan hanya ingin mempunyai satu mesin saja untuk membuat contoh
produk. Sedangkan distro yang di manejeri Yogi Jayakusuma juga sudah menjual
mesin-mesin produksinya.

Tabel 4.1 Kebutuhan Barang Modal


(Kapasitas Produksi 6 lusin T-shirt per hari)

Harga/Unit Harga/Unit Nilai Nilai


No. Jenis Peralatan Jumlah Satuan Bekas Baru (Mesin Bekas) (Mesin Baru)
(Unit) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Mesin jahit 1 Unit 2.500.000 5.000.000 2.500.000 5.000.000
2 Mesin kam 1 Unit 2.000.000 4.000.000 2.000.000 4.000.000
3 Mesin obras 1 Unit 1.500.000 3.000.000 1.500.000 3.000.000
4 Mesin pemotong 1 Unit 1.500.000 3.000.000 1.500.000 3.000.000
5 Meja Potong 1 Unit 500.000 1.000.000 500.000 1.000.000
5 Semprotan 1 Unit 10.000 10.000 10.000
6 Hair dryer 1 Unit 50.000 50.000 50.000
7 Lampu neon 1 Unit 40.000 40.000 40.000
8 Triplek 72 Unit 5.000 360.000 360.000
9 Pemasang label 2 Unit 50.000 100.000 100.000
10 Setrika 2 Unit 75.000 150.000 150.000
11 Meja Setrika 1 Unit 125.000 125.000 125.000
12 Furnitur (meja, kursi) 1 Set 3.000.000 3.000.000
Total 8.835.000 19.835.000
Sumber: 1. Triza Mudita dalam tugas Simulasi Bisnis, 2005
2. Hasil penelitian

22 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Foto IV.1 Ruang Potong

Foto IV.2 Pola

BANK INDONESIA 23
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Foto IV.3 Mesin Jahit

Foto IV.4 Mesin Obras

24 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Foto IV.5 Bahan yang sudah disablon dan siap dijahit

Foto IV.6 Sebagian Gudang

BANK INDONESIA 25
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4.3. Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan untuk kemeja dan T-shirt adalah kain katun
(Combed 30S dan 20S), rayon, dan polyester. Sedangkan untuk jaket juga
menggunakan bahan parasut. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat dua
lusin (24 potong) T-shirt adalah seperti pada Tabel 4.2.

Price tag dan pengaitnya dimasukkan kedalam kelompok bahan baku (bukan
bagian dari packaging) karena price tag memang merupakan bagian dari produk
yang akan dijual. Produk tidak mungkin diproduksi tanpa price tag sebab kode untuk
setiap desain atau batch dipasang pada price tag tersebut.

4.4. Proses Produksi


Proses produksi pembuatan baju kaos (T-shirt) melewati empat tahap, yaitu:
1. Pemotongan: Bahan baku kain dipotong mengikuti pola baju dan menurut
ukuran, yaitu ukuran kecil (small/S), sedang (medium/M), dan besar (large/L).
Pada umumnya distro membuat ketiga ukuran tersebut dan sangat jarang yang
membuat ukuran ekstra kecil (extra small/XS) dan ekstra besar (extra large/XL).

Tabel 4.2 Kebutuhan Bahan Baku


Untuk Membuat 2 lusin T-shirt
Harga/Unit**)
BAHAN KEBUTUHAN*) SATUAN
Bahan Kebutuhan*) Satuan (Rp)
Kain 4,8 Kg 50.000
Kerah rip 0,4 Kg 30.000
Benang 0,04 Gulung 150.000
Label merk 24 Lembar 500
Label size 0,12 Gulung 15.000
Cat karet 0,08 Liter 40.000
Price tag 24 Lembar 400
Pengait price tag 0,01 Kotak 25.000
Sumber: *)Triza Mudita dalam tugas Simulasi Bisnis, 2005
**) Hasil penelitian

26 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

2. Penyablonan: Proses selanjutnya adalah proses memberi gambar yang sudah


didesain ke baju dengan menggunakan peralatan sablon. Untuk menyelesaikan
satu batch (24 unit) T-shirt memakan waktu sekitar 3 jam. Penyablonan dilakukan
sebelum penjahitan sebab resiko rusak lebih besar pada tahap penyablonan ini.

3. Penjahitan: Bahan yang sudah disablon kemudian dijahit menjadi baju yang
sudah diberi label di kerahnya. Tahap penjahitan ini sendiri terdiri dari 3 tahap
sebab bahan harus melalui 3 mesin yang berbeda yaitu: mesin kam, mesin obras,
dan mesin jahit.

4. Pengepakan: Kaos yang sudah selesai kemudian diberi price tag berupa stiker
berlogo atau bermerek produk. Tujuannya adalah sebagai alat promosi gratis
melalui konsumen yang ingin menempelkan stiker tersebut di kaca mobil mereka
atau berbagai tempat lainnya. Dibalik stiker tersebut terdapat kode desain kaos
tersebut dan tempat untuk menempelkan harga. Kemudian baju tersebut disetrika
supaya lebih rapi dan sablonannya tidak retak atau pecah-pecah, Selanjutnya,
satu per satu baju tersebut dimasukkan ke dalam plastik agar ketika ditumpuk,
sablon dari setiap baju tidak menempel satu sama lain. Setelah itu, setiap batch
(24 unit) diikat dengan tali rafia dan dikelompokkan agar mudah dibawa dan
didistribusikan. Total waktu yang dibutuhkan untuk memproses (work in process)
tiap batch adalah sekitar 3 jam. Jadi, untuk memproduksi 72 unit T-shirt (3 batch)
dibutuhkan waktu 9 jam.

4.5. Layout Ruangan Produksi


Tata letak ruangan disusun supaya tidak terjadi saling tabrak dalam proses
produksi. Pada umumnya lokasi produksi dan penjualan terpisah. Lokasi produksi
berada di tempat lain, misalnya di rumah pemilik distro sedangkan lokasi toko berada
di pusat keramaian di mana berbagai distro berkumpul di sana. Kebutuhan ruangan
adalah untuk kegiatan produksi (workshop) dan kantor. Pembagian ruangan adalah
sebagai berikut:

BANK INDONESIA 27
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

1. Ruang potong dan sablon: Pemotongan dan penyablonan dapat dilaksanakan


dalam satu ruangan. Dalan ruangan tersedia dua meja besar untuk masing-masing
kegiatan.
2. Ruang jahit dan packaging: Penjahitan dan packaging dapat ditempatkan
dalam satu ruangan pula. Di dalam ruangan ini ditempatkan meja setrika dan 3
mesin jahit.
3. Kantor: Ruang kerja ini dipisah-pisah dengan menggunakan sekat (partisi) untuk
setiap meja kerja atau sesuai kebutuhan. Ruangan lain yang berhubungan dengan
kegiatan kantor adalah ruang rapat dan ruang direktur.
4. Ruang Jemur: Halaman belakang: berfungsi untuk tempat penjemuran.
Layout ruangan produksi adalah seperti pada Gambar IV.1. Dari wawancara
yang dilakukan dengan pemilik distro di Bandung, mereka pada umumnya hanya
mempunyai mesin untuk membuat contoh produk dan tidak mempunyai alat sablon
sendiri. Pada umumnya distro tidak mempunyai workshop sendiri. Proses produksi
diserahkan pada penjahit lain yang sudah mempunyai mesin-mesin yang canggih.
Dengan demikian, pengelola distro hanya berkonsentrasi pada penciptaan desain
produk baru dan pemasarannya. Selain itu, juga menghemat biaya sewa tempat
produksi dan biaya-biaya overhead produksi. Menurut Satrio Aji, pemilik distro, pada
mulanya efisiensi produksi mempunyai mesin produksi sendiri bisa mencapai 30%-
40% dibanding makloon. Tetapi sekarang hanya sekitar 10%-15% saja. Penghematan
tersebut tidak sebanding dengan tenaga dan biaya yang harus ditanggung, terutama
biaya sewa tempat usaha.

4.6. Kebutuhan Bahan Pembantu


Proses sablon memerlukan bahan-bahan pembantu yang diganti setiap 5
sampai 6 bulan sekali, seperti jarum, film, kain screen, dan lain-lain. Bahan-bahan
yang dibutuhkan adalah seperti pada Tabel 4.3.

28 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel 4.3 Bahan-Bahan Pembantu Proses Sablon

Nama Bahan Harga


Nama Bahan (Rp/Unit)
Jarum (isi 10 pcs) 20.000
Film 1.000.000
Screen 65.000
Rakel 150.000
Ulano 25.000
Lakban 5.000
Busa 30.000
Lem kayu 15.000

4.7. Bahan Pembungkus


Bahan lain yang dibutuhkan adalah pembungkus (packaging) berupa kantong
kertas, kantong plastik, dan tali rafia. Produk diikat dan dikelompokkan agar mudah
dibawa oleh konsumen atau didistribusikan ke distro lain. Bahan pembungkus berupa
kantong kertas juga digunakan sebagai alat promosi dengan membubuhkan merek
produk. Distro membuat kantong packaging produknya menggunakan kertas supaya
tidak menimbulkan limbah yang mencemari lingkungan.

4.8. Biaya Perawatan


Setiap mesin di-service sekali dua bulan. Kemudian penggantian aki dinamo
dilakukan sebulan sampai dua bulan sekali. Sedangkan pemberian gemuk (grease)
dilakukan seminggu sekali. Biaya perawatan per bulan (belum termasuk) suku
cadangnya sekitar Rp.500.000 sampai Rp.1.000.000.

BANK INDONESIA 29
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Gambar IV.1 Layout Ruangan Produksi

WC
Halaman Ruang Potong dan
Belakang Sablon
Gudang

Teras
Belakang

Ruang Jahit dan


Packaging

Ruang
Rapat

20 m
R. Administrasi
Dapur

Ruang
Garasi
Direktur

WC Teras depan

20 m Halaman depan Parkir

15 m

4.9. Kapasitas Produksi


Kapasitas produksi yang digunakan sebagai contoh dalam tulisan ini adalah
adalah 3 batch atau 6 lusin kaos per hari. Tetapi produk yang dibuat sebagai contoh
adalah T-shirt sebanyak 5 lusin per minggu, kemeja, jaket, dan blazer masing-masing
3 lusin per minggu. Walaupun kemampuan produksi 6 lusin per hari, tetapi produksi
disesuaikan dengan kemampuan pemasarannya. Produk sebanyak 14 lusin tersebut
diperkirakan akan habis dalam waktu seminggu.

30 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Dengan aliran yang continuous, setiap proses dapat dilakukan secara


bersamaan untuk batch kaos yang berbeda selama kapasitas produksi yang ada
mampu mengerjakannya. Tetapi dengan sistem makloon proses produksi lebih mudah
dilakukan, bahkan dalam volume kecil. Oleh karena itu, pada umumnya distro memilih
untuk tidak mempunyai alat produksi sendiri. Tetapi dalam studi lending model distro
ini akan dilakukan perhitungan kelayakan usaha berdasarkan dua pendekatan, yaitu:
a. Produksi dilakukan dengan peralatan alat milik sendiri.
b. Produksi dilakukan melalui penjahit lain (makloon).

4.10. Pengawasan Kualitas


Distro menerapkan pengawasan kualitas yang cukup ketat terhadap produknya
(lihat Gambar IV.2). Pengecekan kualitas dimulai dari pemeriksaan bahan baku oleh
bagian Quality Control yang berada di bawah Bagian Produksi. Pemeriksaan terhadap
barang jadi dilakukan dua kali, yaitu ketika produk selesai dibuat (oleh bagian Quality
Control), kemudian sebelum didistribusikan (oleh Bagian Gudang dan Distribusi). Jika
produk rusak, maka akan dikembalikan kepada penjahit untuk diperbaiki. Produk
yang rusak di gudang akan dijual dengan harga diskon. Produk-produk dengan
kualitas bagus dijual dengan harga premium. Jika produksi dilakukan dengan sistem
makloon, kerusakan barang dapat terjadi dalam kasus sebagai berikut:
1. Bahan baku disediakan oleh distro: Kerusakan produk yang tidak dapat
diperbaiki akan diganti oleh penjahit. Masalahnya, belum tentu bahan yang sama
tersedia di pasar. Penyelesaiannya, upah penjahit dipotong dengan nilai barang
yang rusak. Tetapi konsekuensinya jumlah produk yang dibuat berkurang.
2. Bahan baku disediakan oleh penjahit: Distro dapat mengembalikan produk
yang rusak kepada penjahit untuk diganti. Jika tidak ada penggantinya, maka
distro hanya menerima sebanyak produk yang bagus saja.

BANK INDONESIA 31
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4.11. Limbah
Produksi pakaian juga menghasilkan limbah berupa sisa-sia potongan kain
(kain paco). Untuk produksi sekitar 20 potong per hari dihasilkan sekitar 10 karung
kain paco per bulan. Limbah ini dijual kepada pihak lain sebagai bahan baku untuk
membuat boneka. Kain paco di jual dengan harga Rp10.000,00 per karung atau
Rp800 per kg. Dalam perhitungan ini, nilai limbah tersebut diabaikan.

Gambar IV.2

No
Kulitas Ya
Bahan Baku Desain Produksi sendiri
Bagus?
Ya
Kulitas Jual
Sablon Bagus?
Masuk Gudang
(harga premium)
No
Mark loan
No
Stop Cek Ulang
Kualitas

Kulitas Ya
Bagus?

No

Jual dengan
diskon

Skema Pengawasan Kualitas Produk

4.12. Kendala Produksi

Kendala yang dihadapi oleh distro dalam proses produksi antara lain adalah:
1. Distro cenderung untuk tidak mempunyai alat produksi sendiri karena lebih
efisien untuk makloon dibanding mempunyai fasilitas produksi sendiri. Pengelola
atau pemilik distro lebih berkonsentrasi pada penciptaan produk baru dan
pemasarannya. Sementara itu, penjahit dengan mesin-mesin canggih dan bahkan
untuk produk-produk khusus sudah banyak tersedia. Tidak mungkin bagi distro
untuk menyediakan semua peralatan tersebut karena nilai investasinya cukup
mahal. Sebuah distro di Bandung semula mempunyai alat produksi sendiri, tetapi
kemudian di jual karena tidak sanggup mengikuti perkembangan teknologi

32 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

produksi dan ternyata produksi lebih efisien melalui makloon. Distro lainnya juga
sudah menjual mesin-mesinnya dan menyisakan satu mesin jahit dan satu mesin
obras untuk membuat contoh produk. Tetapi penjahit lebih cenderung melayani
pembuatan produk dalam jumlah besar, sementara distro membuat produk dalam
jumlah terbatas, sehingga penjahit lebih mendahulukan pembuatan produk-
produk dalam skala besar.
2. Kualitas bahan baku tidak stabil, sehingga untuk produk-produk yang repeat
order tidak bisa dilayani dengan baik. Tetapi, hal ini tidak menjadi kendala yang
signifikan karena distro membuat produk yang unik dan tidak sama dengan
produksi sebelumnya.
3. Diskon diberikan oleh pemasok (perusahaan tekstil) bila pembelian bahan baku
dilakukan dalam volume besar dan kontinyu, sementara kebutuhan distro hanya
sedikit dan berpindah-pindah dari satu pemasok ke pemasok lain, tergantung
pada motive dan warna bahan yang dibutuhkan, sehingga tidak memperoleh
diskon yang maksimal.
4. Pembayaran atas pembelian baku dilakukan tunai, sehingga membutuhkan modal
kerja yang relatif besar.

BANK INDONESIA 33
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

34 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB V
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI

5.1. Jumlah Karyawan


Jumlah tenaga kerja dibagi atas karyawan tetap dan tidak tetap. Jumlah
karyawan distro sangat tergantung pada besar-kecilnya usaha tersebut dan scope
kegiatannya (produksi, pemasaran, dan administrasi). Distro yang membuat
produknya dengan sistem makloon mempunyai mempunyai karyawan yang lebih
sedikit dibandingkan dengan yang mempunyai unit produksi sendiri karena karyawan
hanya untuk desain dan pemasaran. Karyawan pemasaran, khsususnya pelayan toko
berstatus titak tetap. Jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan
karyawan tetap hanya sekitar 5 sampai 10 orang saja. Sebagai contoh, jumlah
karyawan distro yang mempunyai unit produksi sendiri ada sebanyak 25 orang, yang
terdiri dari 15 orang karyawan tetap dan 10 orang karyawan tidak tetap dengan
rincian seperti pada Tabel 5.1. Jumlah karyawan sesuai dengan organisasi perusahaan
dikelompokkan seperti pada Bagan Organisasi pada Gambar V.1.

Karyawan bagian produksi di bawah kendali manager produksi dengan tugas


meliputi: pemotongan, penyablonan, dan penjahit. Sedangkan karyawan operasional
dibagi atas kegiatan toko, promosi dan desain, serta gudang dan distribusi. Manejer
toko membawahi kegiatan toko dan pelayannya. Jumlah pelayan dapat ditambah
atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Pada hari Senin dan Selasa hanya digunakan
5 orang pelayan. Pada akhir pekan (Jumat-Sabtu-Minggu) jumlah pelayan ditambah
menjadi 7 orang.

Manejer promosi dan desain membuat rancangan pakaian, melakukan


promosi, membuat dan mengikuti event promosi, seperti bazar dan pameran yang
diadakan oleh KICK. Manejer promosi dan desain juga bertanggung jawab terhadap
pengendalian kualitas. Produk yang diterima dari bagian produksi akan diperiksa satu
per satu oleh bagian promosi dan desain. Jika ditemukan kesalahan, akan dikembalikan
ke bagian produksi untuk diperbaiki.

BANK INDONESIA 35
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI

Manejer gudang dan distribusi bertanggung jawab terhadap penyaluran


produk baik yang dijual di toko sendiri, konsinyasi, dan pengiriman ke daerah lain.
Selain itu, bagian gudang dan distribusi juga bertanggung jawab untuk memeriksa
kembali kualitas produk sebelum dipajang di toko, dikirimkan atau dititipkan
diberbagai distro lain. Karyawan di bagian produksi, toko, dan distribusi ada yang
bekerja dua shift per hari, khususnya pada akhir pekan dan acara bazar. Sedangkan
jam kerja bagian desain tidak diatur dengan tegas, karena ide desain dapat muncul
setiap waktu. Bagian desain dituntut untuk menciptakan desain produk yang bagus,
biasanya sekitar 10 sampai 15 desain setiap bulan. Sebagai contoh, sebuah distro
membuat sekitar 50 desain produk baru setiap bulan.

Tabel 5.1 Jumlah Karyawan Distro Bandung


Karyawan Karyawan
Jumlah
Jabatan Tetap Tidak Tetap Jumlah
(Orang)
(Orang) (Orang) (Orang)
Direktur 1 1
Wakil Direktur 1 1
Staf Administrasi 2 2
Bagian Desain & Promosi
Manejer Desain & Promosi 1 1
Staf Desain 1 1
Bagian Produksi
Manejer Produksi 1 1
Staf Produksi 4 4
Bagian Toko
Manejer Toko 1 1
Pelayan 0 7 7
Bagian Gudang & Distribusi
Manejer Distribusi 1 1
Staf Distribusi 2 3 5
Jumlah 15 10 25

Sumber: Distro, Hasil Survei

5.2. Penggajian
Dari penelitian yang dilakukan terhadap tiga distro di Bandung diketahui bahwa
sistem penggajian terdiri dari gaji pokok dan uang makan. Untuk karyawan tetap,
upah minimum adalah sebesar UMR, yaitu Rp.700.000 sampai dengan Rp.800.000

36 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

per bulan. Sedangkan gaji manejer rata-rata Rp.2.000.000 per bulan. Karyawan
tidak tetap digaji Rp.100.000 per hari. Perusahaan memberikan uang makan kepada
karyawan baik berupa uang maupun natura dengan nilai sekitar Rp.7.000 sampai
dengan Rp.8.000 per hari. Untuk menghemat biaya, distro dapat menyediakan
catering senilai Rp.5.000 untuk sekali makan. Jam kerja karyawan pada hari Senin
dan Selasa adalah satu shift, sedangkan hari Rabu sampai dengan Minggu dua shift.
Upah lembur 1,5 kali upah jam kerja biasa. Hari kerja setiap karyawan diatur 5 hari
per minggu dan 2 hari libur, kecuali designer tidak ditentukan hari kerjanya.

Gambar V.1 Bagan Organisasi Distro Bandung

Direktur

Wakil Direktur Staf Administrasi

Manejer Manejer Manejer Promosi Manejer Gudang


Toko Produksi & Desain & Distribusi

Pelayan Staf Penjahit Staf Desain Staf Distribusi

Sumber: Distro, Bandung.

Untuk perhitungan kelayakan usaha distro dengan sistem makloon akan


digunakan struktur karyawan dan penggajian seperti pada Tabel 5.2. Jumlah karyawan
dan penggajian tersebut berpedoman pada struktur organisasi dan penggajian pada

BANK INDONESIA 37
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI

distro dengan sedikit penyesuaian, seperti meniadakan wakil direktur. Jika distro
mempunyai unit produksi sendiri, maka dibutuhkan 9 orang karyawan dan satu orang
manejer untuk menangangi kegiatan tersebut (lihat Tabel 5.3 dan Tabel 5.4).

Tabel 5.2 Perkiraan Jumlah dan Gaji Karyawan Distro (Sistem Makloon)
Karyawan Gaji Uang Makan Total Total Total
Jabatan Tetap Kar. Tetap Per orang Gaji Uang Makan Gaji & U. Makan
(Orang) (Rp/Bulan) (Rp/Hari) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
Direktur 1 2.500.000 0 30.000.000 0 30.000.000
Staf Administrasi 2 800.000 7.000 19.200.000 1.820.000 21.020.000
Bagian Desain & Promosi
Manejer Desain & Promosi 1 2.000.000 0 24.000.000 0 24.000.000
Staf Desain 1 800.000 7.000 9.600.000 1.820.000 11.420.000
Bagian Produksi
Manejer Produksi
Staf Produksi
Bagian Toko
Manejer Toko 1 1.500.000 0 18.000.000 0 18.000.000
Pelayan 3 800.000 7.000 28.800.000 1.820.000 30.620.000
Bagian Gudang & Distribusi
Manejer Distribusi 1 1.500.000 0 18.000.000 0 18.000.000
Staf Distribusi 2 700.000 7.000 16.800.000 1.820.000 18.620.000
Jumlah 12 10.600.000 164.400.000 7.280.000 171.680.000
Catatan:
Hari kerja karyawan 5 hari dalam seminggu.

Tabel 5.3 Perkiraan Jumlah dan Gaji Karyawan Distro (Sistem Produksi Sendiri)
Karyawan Gaji Uang Makan Total Total Total
Jabatan Tetap Kar. Tetap Per orang Gaji Uang Makan Gaji & U. Makan
(Orang) (Rp/Bulan) (Rp/Hari) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
Direktur 1 2.500.000 30.000.000 0 30.000.000
Staf Administrasi 2 800.000 7.000 19.200.000 1.820.000 21.020.000
Bagian Desain & Promosi
Manejer Desain & Promosi 1 2.000.000 24.000.000 0 24.000.000
Staf Desain 1 800.000 7.000 9.600.000 1.820.000 11.420.000
Bagian Produksi
Manejer Produksi 1 2.000.000 24.000.000 0 24.000.000
Staf Produksi 9 800.000 7.000 86.400.000 1.820.000 88.220.000
Bagian Toko
Manejer Toko 1 1.500.000 18.000.000 0 18.000.000
Pelayan 3 800.000 7.000 28.800.000 1.820.000 30.620.000
Bagian Gudang & Distribusi
Manejer Distribusi 1 1.500.000 18.000.000 0 18.000.000
Staf Distribusi 2 700.000 7.000 16.800.000 1.820.000 18.620.000
Jumlah 22 13.400.000 274.800.000 9.100.000 283.900.000

38 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel 5.4
Perkiraan Jumlah Karyawan Bagian Produksi
Jumlah
Tugas/Jabatan
Tugas/Jabatan (Orang)
Manejer Produksi 1
Tukang Potong 1
Tukang Obras 1
Tukang Jahit 1
Tukang Kam 1
Tukang Sablon 3
Tukang Strika 1
Petugas Gudang dan Pengepakan 1
Total 10

5.3. Pelatihan
Karyawan distro pada umumnya berpendidikan S1, D3 dan SMA dengan
usia antara 15-45 tahun. Pelatihan untuk karyawan disesuaikan dengan bidang
pekerjaannya, baik yang dilaksanakan oleh perusahaan sendiri (internal) maupun
oleh pihak lain di luar perusahaan. Dalam bidang pemasaran, pelatihan lebih banyak
ditekankan pada cara menjual dan pengenalan produk. Untuk tenaga administrasi
diberikan pelatihan pengoperasian komputer, kursus kasir, dan mengikuti seminar
manajemen untuk manejer. Untuk bagian produksi diberikan pelatihan tentang cara
mencuci, pembuatan pola dan teknik produksi lain yang dibutuhkan.

Tenaga produksi pada umumnya menekuni pekerjaannya sebagai penjahit


karena hobby. Dalam recruitment karyawan pada distro juga dilakukan psikotes.
Hasilnya cukup efektif dalam mendapatkan karyawan yang tepat, sehingga turnover
karyawan menjadi jauh lebih rendah dibandingkan dengan cara recruitment tanpa
psikotes. Biaya-biaya untuk pelatihan karyawan diasumsikan sudah tercakup dalam
biaya operasional perusahaan.

BANK INDONESIA 39
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI

5.4. Biaya-biaya Perizinan


Untuk mendirikan sebuah distro dibutuhkan perzinan dan dokumen-dokumen
yang disyaratkan oleh pemerintah, seperti Akte Pendirian Usaha, Surat Izin Usaha
dan Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat izin dari BKPMD,
Surat izin Domisili, dan lain-lain. Biaya-biaya untuk mendapatkan dokumen perizinan
tersebut adalah seperti pada Tabel 5.5. Total biaya dokumen pendirian dan perizinan
diperkirakan sebesar Rp13,1 juta.

Tabel 5.5
Biaya-biaya Perizinan
Biaya
Jenis Biaya
Jenis Biaya (Rp)
Akte Notaris 9.000.000
SIUP 1.500.000
NPWP 0
Izin BKPM 2.000.000
Izin Domisili dari RT/Camat 500.000
Lain-lain 100.000
Total 13.100.000

40 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB VI
ASPEK KEUANGAN

6.1. Pemilihan Pola Usaha


Model usaha distro dapat dibagi atas dua bagian, yaitu distro dengan unit
produksi tersendiri dan sistem makloon. Pada umumnya distro tidak memiliki peralatan
produksi sendiri karena:
a. Beragamnya produk yang dibuat sehingga tidak ekonomis kalau memiliki semua
mesin-mesin untuk berbagai jenis produk tersebut karena biaya investasinya
mahal.
b. Tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi produksi yang semakin canggih.
c. Biaya SDM yang semakin mahal.
Distro yang menjadi responden studi ini, semula mempunyai mesin-mesin dan
alat produksi sendiri sekarang hanya mempunyai satu mesin jahit dan satu mesin
obras untuk membuat contoh produk saja. Disro lainnya juga sudah menjual semua
mesin jahitnya. Dalam studi lending model ini dilakukan perhitungan kelayakan untuk
kedua pendekatan tersebut, yaitu distro mempunyai alat produksi sendiri dan tanpa
alat produksi sendiri (makloon).

Distro dikelompokan sebagai industri kreatif. Persaingan ditekankan pada


desain, tema yang diusung dalam desain dan kualitas produk yang ditujukan untuk
kelompok atau komunitas tertentu, misalnya pencinta skateboard, sepeda BMX,
musik indie, musik rock, penggemar mobil VW Combi, pecinta lingkungan hidup dan
sebagainya. Desain produk, khususnya pakaian berubah-ubah setiap waktu. Dalam
sebulan dibuat beberapa bahkan puluhan desain produk baru, sementara produk
dengan desain lama tidak diproduksi lagi. Produk dibuat dalam jumlah terbatas
sehingga terkesan eksklusif dan dijual dengan harga yang lebih mahal dari produk
yang dibuat secara massal.

BANK INDONESIA 41
ASPEK KEUANGAN

Sebagai sebuah industri kreatif, nilai yang melekat pada produk-produk


distro sangat ditentukan oleh desain dan kualitasnya. Oleh karena itu, pengusaha
distro lebih fokus pada penciptaan desain produk baru, kualitas, dan pemasarannya.
Sementara proses produksinya, yaitu sablon dan penjahitan diupahkan pada pihak lain
(outsourcing). Dalam perkembangan suatu distro, pada tahap awal dimulai dengan
menjual produk-produk distro lain dengan sistem konsinyasi sambil mengembangkan
produk-produk rancangan sendiri.

6.2. Asumsi-Asumsi Perhitungan


Analisis kelayakan usaha ini sangat tergantung pada asumsi-asumsi yang
digunakan yang meliputi aspek produksi, pemasaran, SDM, dan keuangan yang
mempengaruhi biaya dan pendapatan usaha. Asumsi-asumsi dan parameter yang
digunakan didasarkan pada hasil survei lapangan, hasil studi, data sekunder, dan
wawancara dengan pengusaha distro seperti pada Tabel 6.1. Distro beroperasi
sepanjang waktu. Hari libur dan persiapan perayaan lebaran, natal, dan hari-hari
besar lainnya merupakan kesempatan bagi distro untuk menjual produknya sebanyak-
banyaknya. Jadi, dalam perhitungan ini diasumsikan hari kerjanya adalah 360 hari.

T-shirt adalah produk yang paling banyak dijual oleh distro, tetapi porsi
penjualan T-shirt setiap distro berbeda-beda. Porsi penjualan T-shirt distro Ians Report
sekitar 70%, sedangkan pada distro lainnya sekitar 40%. Data-data (parameter) pada
Tabel 6.1 adalah untuk produksi 5 lusin T-shirt per minggu, sedangkan kemeja, jaket
dan blazer masing-masing 3 lusin per minggu. Pertimbangan ini diambil karena tiga
distro yang disurvei menjual produknya rata-rata 10 potong T-shirt per hari. Pada
akhir minggu (Sabtu dan Minggu) penjualan bisa mencapai 30 potong, tetapi untuk
perhitungan yang konservatif, kita asumsikan penjualan rata-rata 10 potong per hari
dan produksi dilakukan secara makloon. Sedangkan produk lain, rata-rata separuh
dari penjualan T-shirt.

42 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Jika distro diasumsikan mempunyai peralatan produksi sendiri, maka produk


yang dibuat diasumsikan hanya T-shirt. Perhitungan volume penjualannya didasarkan
pada nilai penjualan pada pola usaha makloon di atas kemudian dibagi dengan harga
jual per unit, sehingga diperoleh volume penjualan dalam seminggu.

Kegiatan usaha diproyeksikan untuk 5 tahun kedepan yang disesuaikan


dengan perkiraan umur ekonomis barang modalnya. Dari wawancara yang dilakukan
dengan pemilik distro diketahui bahwa biaya produksi sendiri lebih rendah sekitar
10%-15% dari biaya makloon. Harga jual ditetapkan berdasarkan harga pokok
penjualan ditambah dengan biaya operasional dan margin. Sacara rata-rata harga
jual 100% atau dua kali lipat di atas biaya produksinya.

BANK INDONESIA 43
ASPEK KEUANGAN

Tabel 6.1 Asumsi Parameter Teknis dan Keuangan


No. Asumsi Satuan Nilai/Jumlah
1 Periode Proyek Tahun 5
2 Hari kerja per tahun Hari 360
3 Kapasitas produksi/minggu
a T-shirt Lusin 5
b Kemeja Lusin 3
c Jaket Lusin 3
d Blazer Lusin 3
4 Tenaga Kerja
a Tetap Orang 20
b Tidak Tetap Orang 10
5 Biaya Produksi (Makloon)
(Maklon)
T-shirt Rp/Potong 35.000
Kemeja Rp/Potong 45.000
Jaket Rp/Potong 100.000
Blazer Rp/Potong 75.000
6 Harga Jual
a T-shirt Rp/Potong 70.000
b Kemeja Rp/Potong 90.000
c Jaket Rp/Potong 200.000
d Blazer Rp/Potong 150.000
7 Penjualan
a Penjualan Tunai % 90
b Kredit % 10
c Kredit Penjualan Hari 30
d Pembelian Bahan Baku Tunai % 100
e Kredit Hari 0
f Kredit Pembelian Hari 0
g Pembayaran kepada penjahit dan sablon Hari 15-30
8 Diskon atas pembelian tunai (vol. besar) % 20%-30%
9 Diskon untuk penjualan konsinyasi % 20%
10 Pendanaan
a Kebutuhan Barang Modal
Modal Sendiri % 30,0%
Pinjaman Bank % 70,0%
Jangka waktu pinjaman (tenor) Tahun 3
b Modal Kerja
Modal Sendiri % 30,0%
Pinjaman Bank % 70,0%
Jangka waktu pinjaman (tenor) Tahun 1 (roll over)
11 Tingkat Bunga Pinjaman
a Kredit Investasi % 16,0%
b Modal Kerja % 16,0%
c Biaya provisi KI dan KMK % 1,0%

44 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

6.3. Biaya Investasi Barang Modal dan Modal Kerja


Biaya yang dibutuhkan untuk memulai usaha distro terdiri dari biaya investasi
barang modal, perizinan, biaya-biaya administrasi selama periode pembangunan,
modal kerja untuk sewa tempat dan pembelian bahan baku.

6.3.1. Biaya Investasi Harta Tetap


Biaya untuk membangun usaha distro meliputi biaya perizinan dan pengadaan
harta tetap. Biaya perizinan dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan adalah Akte
Pendirian Usaha, Surat Izin Usaha dan Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), Surat izin dari BKPMD, Surat izin Domisili, dan lain-lain. Biaya-biaya untuk
mendapatkan dokumen perizinan tersebut adalah seperti pada Tabel 6.2. Total biaya
dokumen pendirian dan perizinan diperkirakan sebesar Rp.13.100.000 juta.

Pembangunan sebuah distro memakan waktu sekitar dua bulan. Lamanya


waktu persiapan ini juga tergantung pada besar kecilnya toko dan interior desain yang
diinginkan. Desain dan asesories distro sangat erat dengan tema yang diusungnya dan
komunitas yang akan dilayaninya, tetapi pada umumnya toko-toko distro menerapkan
konsep minimalis.

Selain biaya dokumen perizinan, selama periode pembangunan juga


dikeluarkan biaya untuk upah/gaji dan biaya administrasi lainnya yang besarnya
diperkirakan sekitar Rp.3.000.000. Biaya perizinan dan biaya praoperasi lainnya
dianggap sebagai sunk cost sehingga tidak diperhitungkan sebagai biaya investasi
dan tidak mempengaruhi kelayakan usaha.

Untuk memulai usaha distro tidak diperlukan peralatan yang banyak dan
mahal. Peralatan yang perlu dimiliki hanyalah sebuah mesin jahit untuk membuat
contoh produk (sample). Jika kita membuat model usaha yang ideal, maka pengadaan
barang modal membutuhkan dana yang cukup besar, yaitu untuk membeli berbagai
jenis mesin dan kendaraan operasional.

BANK INDONESIA 45
ASPEK KEUANGAN

Dalam contoh model makloon ini diasumsikan mesin jahit dan obras masing-
masing satu unit senilai Rp.8.000.000 (harga mesin baru), kendaraan berupa sepeda
motor sebanyak 2 unit senilai Rp.25.000.000. Biaya sewa toko sekitar Rp.75.000.000
per tahun. Biaya sewa ini berpedoman pada bangunan di sepanjang Jalan Trunojoyo
Bandung dengan ukuran 15mx10m atau Rp.500.000 pe m2 per tahun. Biaya renovasi
sangat bervariasi tergantung pada lokasi, besarnya ruangan, interior design, dan
bahan yang digunakan. Sebagai contoh, biaya renovasi sebuah distro seluas 5mx11m
adalah Rp.150.000.000. Sedangkan biaya renovasi distro lainnya seluas 6mx10m
adalah Rp.100.000.000. Kedua distro tersebut terletak bertetangga di Jl. Trunojoyo
Bandung.

Peralatan toko seperti cash register, gantungan baju, dan lain-lain senilai
Rp.10.000.000. Peralatan kantor dan administrasi seperti komputer, printer, brankas
kecil, file cabinet, telepon, mesin faks, tabung pemadam kebakaran, peralatan pantry
dan lain-lain diperkirakan Rp 25.000.000. Furnitur berupa meja dan kursi kerja untuk
manejer dan karyawan sebanyak 4 set senilai Rp 10.000.000. Total biaya perizinan,
biaya praoperasi, biaya sewa, dan harta tetap adalah Rp 194.100.000. Rencana
penarikan dana untuk kebutuhan investasi harta tetap dapat dilihat pada Lampiran
L1 (Tabel L1.1 dan L1.2).

Jika distro mempunyai peralatan produksi sendiri, maka total biaya investasi
menjadi Rp 205.935.000. Perbedaan tersebut hanya pada investasi mesin dan
peralatannya.

Tabel 6.2 Biaya Pendirian dan Biaya Harta Tetap Usaha Distro
Produksi
No.
No.
Uraian
Uraian
Makloon
Maklon Sendiri
1 Biaya Perzinan dan Praoperasi 16.100.000 16.100.000
2 Tanah 0 0
3 Bangunan (Renovasi Toko) 100.000.000 100.000.000
4 Mesin-mesin dan Peralatan 8.000.000 19.835.000
5 Kendaraan 25.000.000 25.000.000
6 Peralatan Toko 10.000.000 10.000.000
7 Peralatan kantor 25.000.000 25.000.000
8 Furniture 10.000.000 10.000.000
Total 194.100.000 205.935.000

46 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

6.3.2. Biaya Produksi, Biaya Operasional, dan Modal Kerja Awal


Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, upah tenaga kerja produksi,
biaya listrik, telepon, perawatan mesin dan peralatan. Biaya produksi akan
mempengaruhi harga pokok penjualan, sedangkan biaya operasional meliputi biaya-
biaya administrasi untuk mendukung aktifitas usaha dan pemasaran, seperti biaya
gaji tenaga administrasi, pelayan toko (pramuniaga), biaya komunikasi, transportasi,
dan perawatan toko akan mempengaruhi laba rugi perusahaan. Biaya produksi dan
operasional dapat dikelompokkan sebagai biaya tetap dan variabel. Pengelompokkan
biaya ini akan digunakan untuk menghitung titik penjualan pulang pokok (breakeven
sales).

Modal kerja pada awal periode adalah untuk membeli bahan baku dan biaya-
biaya untuk membuat produk yang sudah dimulai pada periode awal. Produk baru
dikeluarkan setiap minggu. Kebutuhan dana (modal kerja) yang dicadangkan biasanya
dua kali dari kebutuhan produksi atau untuk kebutuhan operasi selama dua minggu.
Kebutuhan modal kerja awal kedua pola usaha distro tersebut adalah seperti pada
Tabel 6.3. Kebutuhan dana untuk pembelian bahan baku dan proses produksinya
selama dua minggu dengan sistem makloon adalah Rp 18.240.000. Sedangkan
untuk sewa toko sebesar Rp75.000.000 per tahun yang dibayarkan di muka. Jadi,
total modal kerja yang dibutuhkan pada awal periode adalah Rp 93.240.000.

Jika distro mempunyai peralatan produksi sendiri, maka dibutuhkan ruangan


produksi (rumah) yang dikontrak di pinggiran kota. Sebagai contoh, biaya sewa rumah
di pinggir kota Bandung sekitar Rp25.000.000 setahun, sehingga total modal kerja
yang dibutuhkan pada periode awal adalah Rp112.558.915. Jumlah modal kerja untuk
kedua pola usaha tersebut berbeda karena selain ada perbedaan dalam biaya sewa
tempat juga nilai barang jadi produksi sendiri lebih rendah dari pada sistem makloon.
Proyeksi kebutuhan modal kerja selengkapnya adalah seperti pada Lampiran L1 Tabel
L1.3, Tabel L1.4 dan L1.5. Bagi pengusaha distro yang menggunakan rumah sendiri
untuk berproduksi dan toko, biaya sewa tetap diperhitungkan sebagai kebutuhan
modal kerja, tetapi dalam prakteknya, pinjaman hanya untuk pembelian bahan baku
saja.

BANK INDONESIA 47
ASPEK KEUANGAN

Tabel 6.3 Modal Kerja Awal


Produksi
No. Uraian MMaklon
akloon Sendiri
Rp
(Rp) (Rp)
1 Bahan baku 0 6.254.040
2 Bahan Dalam Proses 0 598.044
3 Barang Jadi 18.240.000 12.558.915
4 Biaya Sewa Toko 75.000.000 100.000.000
Total 93.240.000 112.558.915

6.3.3. Pendanaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja


Kebutuhan dana untuk harta tetap dan modal kerja awal didanai dengan
pinjaman bank dan modal sendiri dengan porsi masing-masing 70% dan 30%,
sehingga total kebutuhan dan sumber pendanaan usaha distro dengan sistem
makloon dan sistem produksi sendiri adalah seperti pada Tabel 6.4 dan Tabel 6.5.
Rencana penarikan dana investasi harta tetap lihat pada Lampiran L1 (Tabel L1.1 dan
Tabel L1.2). Jangka waktu pinjaman kredit investasi adalah 3 tahun. Tingkat bunga
pinjaman investasi harta tetap dan modal kerja diasumsikan sama besar, yaitu 16%
per tahun dan biaya provisi kredit 1% dari pinjaman. Biaya provisi kredit investasi
dibayarkan hanya sekali, yaitu pada saat kredit pertama kali dicairkan, sedangkan
biaya provisi pinjaman modal kerja dibayarkan setiap tahun yang diperhitungkan
terhadap besarnya pinjaman modal kerja yang ditarik (pinjaman outstanding).

Biaya bunga selama periode pembangunan dapat dilihat pada Lampiran 1


Tabel L1.1 dan Tabel L1.2. Perhitungan cicilan dan biaya bunga kredit investasi selama
periode pinjaman untuk sistem makloon dan sistem produksi sendiri adalah seperti
pada Tabel 6.6 dan Tabel 6.7. Cicilan dan biaya bunga dihitung flat. Rincian rencana
pembayaran cicilan dan biaya bunga pinjaman bulanan dapat dilihat pada Lampiran
L1 (Tabel L1.4 dan Tabel L1.5). Sedangkan pinjaman modal kerja adalah untuk jangka
waktu satu tahun, tetapi dapat diperpanjang (rollover) setiap tahun.

Total modal sendiri yang dibutuhkan pada awal periode dengan sistem
makloon adalah Rp81.372.000, sedangkan dengan sistem produksi sendiri adalah
Rp 94.922.500. Dalam kebutuhan dana tersebut belum termasuk biaya perizinan,

48 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

biaya bunga, biaya provisi pinjaman, upah/gaji, dan biaya administrasi pada periode
pembangunan. Setelah memperhitungkan biaya-biaya tersebut, maka kebutuhan
dana yang harus disediakan oleh pemilik pada awal periode adalah Rp101.732.013
untuk sistem makloon dan Rp113.510.315 untuk sistem produksi sendiri (lihat Proyeksi
Neraca pada Lampiran L1 Tabel L1.14 dan Tabel L1.15).

Tabel 6.4
Pembelanjaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja
(Sistem Makloon)
Investasi Barang Modal Modal Kerja
Total
Komponen Biaya Besarnya Besarnya Total
(Rp)
Porsi Porsi
Komponen Biaya Porsi (Rp) Porsi (Rp) (Rp)
Pinjaman Bank 70% 124.600.000 70% 65.268.000 189.868.000
Modal Sendiri 30% 53.400.000 30% 27.972.000 81.372.000
Total 100% 178.000.000 100% 93.240.000 271.240.000
Tabel 6.5
Pembelanjaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja
(Sistem Produksi Sendiri)
Investasi Barang Modal Modal Kerja
Total
Komponen Biaya Besarnya Besarnya Total
(Rp)
Porsi Porsi
Komponen Biaya Porsi (Rp) Porsi (Rp) (Rp)
Pinjaman Bank 70% 132.884.500 70% 65.268.000 198.152.500
Modal Sendiri 30% 56.950.500 30% 27.972.000 84.922.500
Total 100% 189.835.000 100% 93.240.000 283.075.000

Tabel 6.6
Cicilan dan Biaya Bunga Kredit Investasi
(Sistem Makloon)
Uraian Uraian 0 1 2 3
Pokok pinjaman 124.600.000 89.056.869 47.826.837 0
Biaya Bunga 19.936.000 14.249.099 7.652.294
Cicilan 35.543.131 41.230.032 47.826.837
Biaya Bunga dan Cicilan 55.479.131 55.479.131 55.479.131

BANK INDONESIA 49
ASPEK KEUANGAN

Tabel 6.7
Cicilan dan Biaya Bunga Kredit Investasi
(Sistem Produksi Sendiri)
Uraian Uraian 0 1 2 3
Pokok pinjaman 132.884.500 94.978.150 51.006.784 0
Biaya Bunga 21.261.520 15.196.504 8.161.085
Cicilan 37.906.350 43.971.366 51.006.784
Biaya Bunga dan Cicilan 59.167.870 59.167.870 59.167.870

6.4. Produksi dan Penjualan


Asumsi perhitungan ini didasarkan pada produksi T-shirt, kemeja, jaket, dan
blazer. Tshirt dibuat sebanyak 5 lusin per minggu, sedangkan kemeja, jaket, dan blazer
sebanyak 3 lusin per minggu. Dari survei yang dilakukan diketahui bahwa untuk
setiap desain produk distro hanya dibuat sebanyak dua sampai lima lusin saja. Volume
produksi distro ditentukan oleh kemampuan dalam menciptakan desain produk baru
dan modal kerja yang dimiliki. Karena pada umumnya distro tidak mempunyai alat
produksi sendiri, maka volume produksinya juga ditentukan oleh kapasitas produksi
penjahit yang juga melayani distro-distro lainnya.

Jenis produk yang dibuat dan dijual oleh distro sangat beragam, terutama
pakaian dan pernak-pernik asesoriesnya baik yang dibuat sendiri maupun titipan orang
lain (konsinyasi) dan barang-barang impor. Pembatasan asumsi tentang jenis produk
dan volume penjualannya hanya merupakan contoh model usaha yang didasarkan
pada tiga distro yang disurvei.

Perhitungan dapat dibuat untuk berbagai jenis dan volume produksi dan
penjualan, sehingga nilai penjualannya memenuhi kriteria kelompok usaha yang
digariskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dimana nilai penjualan kelompok usaha mikro
paling banyak Rp300.000.000, kelompok usaha kecil Rp300.000.000 sampai
Rp2.500.000.000, dan kelompok usaha menengah Rp2.500.000.000 sampai
Rp50.000.000.000 per tahun.

50 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Volume dan nilai penjualan pada contoh model usaha ini adalah seperti pada
Tabel 6.8. Total penjualan adalah Rp948.480.000 yang dihasilkan dari penjualan 5
lusin T-shirt per minggu, kemeja, jaket dan blazer masing-masing 3 lusin per minggu.
Harga jual ditetapkan berdasarkan biaya produksi ditambah dengan biaya operasional,
biaya desain dan margin. Secara total harga jual dua kali biaya produksinya. Sesuai
dengan kriteria UU No.20 di atas, usaha ini termasuk kelompok usaha kecil.
Tabel 6.8
Produksi dan Penjualan Distro Per Tahun
Biaya
No. Produk Penjualan Produksi Margin Harga Jual Penjualan
(Unit) (Rp/Unit) (Rp/Unit) (Rp/Unit) (Rp)
1 T-shirt 3.120 35.000 100,0% 70.000 218.400.000
2 Kemeja 1.872 45.000 100,0% 90.000 168.480.000
3 Jaket 1.872 75.000 100,0% 150.000 280.800.000
4 Blazer 1.872 75.000 100,0% 150.000 280.800.000
Total 230.000 948.480.000

Untuk membandingkan kinerja keuangan sistem makloon dan sistem produksi


sendiri, diasumsikan bahwa distro hanya memproduksi T-shirt, tetapi dengan nilai
penjualan yang tetap sama seperti semula, yaitu Rp948.480.000. Untuk mendapatkan
nilai penjualan tersebut harus dijual sebanyak 22,7 lusin atau 13.550 unit T-shirt
dalam setahun.

6.5. Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Sales


Proyeksi laba rugi adalah dengan sistem makloon dan sistem produksi sendiri
dapat dilihat pafa Lampiran L1 Tabel L1.6 dan Tabel L1.7. Dari kedua proyeksi laba
rugi tersebut tampak bahwa usaha ini memberikan laba bersih yang positif. Volume
penjualan dipengaruhi pula oleh diskon dan biaya pemasaran yang dikeluarkan.
Dari studi yang dilakukan diketahui bahwa distro memberikan diskon atas penjualan
tunai antara 10%-35% dan biaya pemasaran antara Rp 2.000.000 sampai dengan
Rp10.000.000 per bulan.

BANK INDONESIA 51
ASPEK KEUANGAN

Biaya operasional yang dirasakan sangat memberatkan bagi pengusaha distro


adalah biaya sewa toko dan cenderung meningkat setiap tahun. Dalam perhitungan
ini biaya sewa diasumsikan tetap sebesar Rp 75.000.000 per tahun. Selain itu,
biaya pemasaran juga relatif besar, yaitu 8,5% terhadap nilai penjualan. Jika distro
menerapkan sistem produksi makloon, maka selama proyeksi lima tahun ke depan
rasio laba bersih terhadap penjualan (profit margin) diperkirakan hanya sekitar 5,7%-
7,5% per tahun. Sedangkan dengan sistem produksi sendiri dapat diperoleh sekitar
19,6% -21,5%.

Proyeksi harga pokok penjualan dengan sistem makloon dan sistem produksi
sendiri dapat dilihat pada Lampiran L1 Tabel L1.8 dan Tabel L1.9. Biaya produksi
T-shirt per unit dengan sistem produksi sendiri diperhitungkan sekitar 32,9% lebih
rendah dari biaya produksi sistem makloon atau Rp23.834 per unit. Sedangkan biaya
produksi dengan sistem makloon sebesar Rp35.525 per unit (sudah termasuk biaya
transportasi dan bongkar muat).

Perhitungan titik penjualan pulang pokok (breakeven sales) sistem makloon


dan sistem produksi sendiri adalah seperti pada Lampiran L1 Tabel L1.10 dan Tabel
L1.11. Tampak bahwa titik pulang pokok pada sistem makloon dicapai pada penjualan
rata-rata Rp776.030.214 per tahun atau sekitar 81,8% dari penjualan per tahun.
Sedangkan dengan sistem produksi sendiri penjualan pulang pokok rata-rata pada
Rp592.206.400 atau 62,4% dari penjualan per tahun.

Jika distro hanya menjual T-shirt, maka titik pulang pokok dengan sistem
makloon dicapai pada penjualan sebanyak 30 potong per hari atau senilai Rp2.100.000
per hari. Sedangkan dengan sistem produksi sendiri dicapai pada pada penjualan
sebanyak 24 potong per hari atau Rp1.680.000 per hari.

6.6. Proyeksi Arus Kas Operasional


Proyeksi arus kas (cash flow) operasional dengan metode langsung (direct
method) adalah seperti pada Lampiran L1 Tabel L1.12 dan Tabel L1.13. Tampak bahwa
usaha ini dapat memberikan arus kas yang positif dan tidak ada tambahan pinjaman

52 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

baru selama periode proyeksi. Dalam menguji kelayakan usaha, selain memperhatikan
net present value (NPV) yang positif, juga perlu diperhatikan supaya tidak terjadi cash
shortage atau cash bleeding pada arus kas operasionalnya. Dari kas yang dihasilkan
pada tahun pertama usaha ini sudah tidak memerlukan pinjaman modal kerja karena
dapat ditutupi dari kas hasil operasi sendiri (dana interen).

6.7. Perhitungan Kelayakan Usaha


Kelayakan usaha diukur dengan net present value (NPV), internal rate of
return (IRR), jangka waktu pengembalian investasi (Payback Period) dan rasio manfaat
dan biaya usaha (Benefit-Cost Ratio). Penjelasan mengenai pengertian ukuran-ukuran
kelayakan investasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran L2. Perbandingan kelayakan
usaha dengan sistem makloon dan sistem produksi sendiri adalah seperti pada Tabel
6.9. Sistem produksi sendiri memberikan kelayakan usaha yang lebih baik daripada
sistem makloon.

Perhitungan kelayakan usaha selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran L1


Tabel L1.16 dan Tabel L1.17. Dari ukuran-ukuran kelayakan investasi tersebut dapat
dikatakan bahwa usaha ini layak untuk dilaksanakan dan distro yang mempunyai alat
produksi sendiri dapat memberikan hasil yang lebih baik dari pada sistem makloon.
Namun demikian, hasil perhitungan tersebut sangat tergantung pada asumsi yang
digunakan. Untuk menganalisis kelayakan usaha lebih lanjut, perlu dilakukan pengujian
sensitivitas NPV terhadap perubahan besaran asumsi-asumsi yang digunakan.

6.8. Analisis Sensitivitas


Analisis sensitivitas ditujukan untuk melihat besarnya pengaruh perubahan
setiap asumsi terhadap NPV. Pengujian dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan
besaran suatu asumsi sehingga NPV menjadi nol. Pada posisi NPV sama dengan nol,
maka IRR akan sama dengan biaya modalnya, payback period akan sama dengan
panjangnya periode proyeksi (bila proyeksi keuangannya dibuat 5 tahun, maka payback
period akan sama dengan 5 tahun), dan Benefit-Cost rasio akan sama dengan satu.

BANK INDONESIA 53
ASPEK KEUANGAN

Tabel 6.9 Perbandingan Kelayakan Distro


Sistem Makloon dan Produksi Sendiri
Sistem
Sistim Produksi
Produksi
Uraian
Uraian Makloon
Maklon Sendiri
Sendiri
NPV (Rp) 121.135.602 523.356.275
IRR 31,7% 71,7%
Payback Period (Tahun) 3,5 1,7
Benefit-Cost Ratio 1,4 2,7

Pengujian dilakukan terhadap asumsi satu per satu. Ketika dilakukan pengujian
sensitivitas NPV terhadap satu asumsi, maka asumsi yang lain tetap seperti semula
(ceteris paribus). Jika perubahan sedikit saja dari besaran suatu asumsi menyebabkan
NPV menjadi negatif, maka dikatakan bahwa usaha ini sensitif terhadap asumsi
tersebut. Cara menguji sensitivitas kelayakan usaha ini dapat dilihat pada Buku
Manual Program Simulasi Bisnis Distro.

Analisis sensitivitas penting dilakukan karena memberikan indikasi kepada


calon investor dan kreditur untuk memerhatikan variabel asumsi yang sangat
berpengaruh terhadap kelayakan suatu usaha dan mengambil langkah-langkah
strategik untuk mengatasi kelemahan usaha yang mungkin dihadapi di masa yang
akan datang. Misalnya, suatu usaha sensitif terhadap harga bahan bakunya, maka
untuk mengatasi fluktuasi harga bahan baku yang mengancam keberlangsungan
usaha tersebut dilakukan kontrak pengadaan bahan baku dalam jangka panjang
pada tingkat harga tertentu yang menjamin NPV positif dan cash flow operasionalnya
tidak mengalami shortage.

Pada sistem makloon pengujian sensitivitas tidak dilakukan pada biaya


produksi dan harga jual produk karena produk yang dijual distro bermacam-macam.
Pengujian dilakukan terhadap asumsi-asumsi seperti pada Tabel 6.10. Dari pengujian
sensitivitas tersebut tampak bahwa usaha ini sensitif terhadap margin yang digunakan
untuk menentukan harga harga jual, diskon yang diberikan atas penjualan tunai dan
konsinyasi, serta biaya gaji. Jika margin diturunkan dari 100% menjadi 90,9%, maka
NPV menjadi nol.

54 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Untuk dapat menetapkan harga jual yang lebih rendah, maka distro harus
mengelola biaya-biaya produksi dan operasinya se-efisien mungkin. Selain itu, untuk
dapat menjual produk distro dua kali lipat dari biaya produksinya dan bersaing dengan
produk sejenis, khususnya pakaian, maka kualitas desain dan ekslusivitas dari produk
distro menjadi faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kelanjutan usaha
ini. Disamping itu, perlindungan terhadap hak cipta atas desain produk-produk
distro sangat penting supaya dapat menjual produknya pada harga yang lebih tinggi
dibanding produk sejenis yang dibuat secara masal.
Faktor kedua yang sensitif terhadap NPV adalah diskon, baik yang diberikan
atas penjualan tunai, maupun untuk penjualan konsinyasi. Diskon atas penjualan
tunai maksimum yang dapat diberikan hanya sebesar 9,9%, sedangkan diskon atau
komisi konsinyasi maksimum sebesar 18,2%. Pemberian diskon yang lebih besar
dapat dilakukan, tetapi harus dibarengi dengan efisiensi dalam biaya produksi dan
operasi. Semakin efisien sebuah distro, semakin besar diskon yang dapat diberikan.
Dalam persaingan yang semakin ketat, diskon menjadi salah satu senjata yang
digunakan untuk mendongkrak penjualan. Untuk dapat memberikan diskon yang
besar atau survive dalam persaingan, maka efisiensi biaya menjadi faktor strategik
yang harus menjadi perhatian pengusaha distro. Dari survei yang dilakukan diketahui
bahwa distro memberikan diskon atas penjualan tunai antara 10%-35%. Diskon yang
besar biasanya diberikan kepada pembeli produk-produk yang kurang laku atau stok
lama dalam program obral (sale).

Faktor ketiga yang sensitif terhadap kelayakan distro dengan sistem makloon
adalah biaya gaji. Jika biaya gaji naik lebih besar dari 12,2%, maka usaha ini menjadi
tidak layak. Persentase perubahan biaya pemasaran sebesar 71,7% menunjukkan
bahwa biaya tersebut tidak begitu sensitif terhadap NPV, tetapi secara absolut biaya
pemasaran dapat lebih besar dari Rp8.586.525. Oleh karena itu, tetap harus menjadi
perhatian dan dikontrol dengan baik oleh manajemen perusahaan. Asumsi-asumsi
lain seperti kenaikan biaya barang modal, biaya administrasi, dan tingkat bunga
pinjaman tidak sensitif terhadap NPV.

BANK INDONESIA 55
ASPEK KEUANGAN

Pengujian sensitivitas NPV terhadap asumsi-asumsi yang sama pada sistem


produksi sendiri (Tabel 6.11) tampak bahwa harga jual dapat diturunkan sebesar
3,8%. Diskon atas pembelian tunai maksimum 42,7% dan komisi konsinyasi dapat
diberikan sampai 78,4%. Biaya gaji dapat naik maksimum 41%. Besaran perubahan
asumsi-asumsi tersebut jauh di atas kondisi bisnis yang berlaku. Dengan demikian,
kondisi usaha distro yang mempunyai peralatan produksi sendiri lebih baik daripada
sistem makloon. Tetapi adanya kecenderungan pemilik distro untuk memilih sistem
makloon dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Sewa tempat usaha yang semakin mahal.
2. Biaya tenaga kerja yang juga semakin tinggi serta masalah-masalah dalam
pengelolaan karyawan.
3. Harga bahan baku cenderung meningkat.
4. Perubahan teknologi proses produksi yang semakin cepat, sementara pemilik
distro tidak fleksibel dalam mengganti peralatan produksi tersebut.

Tabel 6.10
Pengujian Sensitivitas NPV Terhadap Beberapa Asumsi Penting
(Sistem Makloon)

Asumsi Uji
No. Uraian Dasar Sensitivitas Perubahan
1 Kenaikan investasi barang modal 0,0% 89,5% 89,5%
2 Margin 100,0% 90,9% -9,1%
3 Diskon Pembelian Tunai 0,0% 9,9% 9,9%
4 Diskon konsinyasi 0,0% 18,2% 18,2%
5 Harga Kain (Rp/Kg)
6 Biaya Gaji 0,0% 12,2% 12,2%
7 Biaya Administrasi 0,0% 73,3% 73,3%
8 Biaya pemasaran per bulan (Rp) 5.000.000 8.586.525 71,7%
9 Tingkat Bunga Pinjaman 16,0% 34,1% 113,1%

56 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel 6.11
Pengujian Sensitivitas NPV Terhadap Beberapa Asumsi Penting
(Sistem Produksi Sendiri)

Asumsi Uji
No. Uraian Dasar Sensitivitas Perubahan
1 Kenaikan investasi barang modal 0,0% 365,5% 365,5%
2 Margin 100,0% -3,8% -103,8%
3 Diskon Pembelian Tunai 0,0% 42,7% 42,7%
4 Diskon konsinyasi 0,0% 78,4% 78,4%
5 Harga Kain (Rp/Kg) 50.000 116.866 133,7%
6 Biaya Gaji 0,0% 41,0% 41,0%
7 Biaya Administrasi 0,0% 165,7% 165,7%
8 Biaya pemasaran per bulan (Rp) 5.000.000 20.495.281 309,9%
9 Tingkat Bunga Pinjaman 16,0% 78,7% 391,9%

BANK INDONESIA 57
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

58 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB VII
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN

7.1. Aspek Ekonomi dan Sosial


Usaha distro termasuk dalam kelompok industri kreatif yang melibatkan anak
muda, khususnya mahasiswa dalam membuat dan menjual berbagai produk dengan
desain yang diciptakan sendiri yang ditujukan untuk komunitasnya. Dilihat dari ukuran
usaha, distro dapat berukuran mikro, kecil, dan menengah dengan omset penjualan
antara Rp240.000.000 sampai dengan Rp5.000.000.000 per tahun. Dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir industri kreatif berkembang pesat di kota Bandung. Nilai
perputaran uang dalam industri ini mencapai Rp79.000.000.000 per bulan. Menurut
Ema Sumarna, Kepala Bagian Perekonomian Kota Bandung, ada tiga dari 14 item
industri kreatif yang menjadi unggulan Kota Bandung, yakni clothing, kuliner, dan
craft. Industri tersebut mampu menyerap 650.000 tenaga kerja. Sampai saat ini, di
kota Bandung setidaknya ada 250 merek distro. Setiap distro menjual rata-rata 1.625
buah produk atau merek per bulan. Dengan rata- rata harga Rp50.000 per buah,
total arus uang yang beredar di kota Bandung mencapai Rp20,3 miliar per bulan atau
Rp243,7 miliar per tahun (Evi Panjaitan, Koran Seputar Indonesia, 23 April 2008).

Distro di kota Bandung khususnya mempekerjakan mahasiswa dan tenaga


kerja muda. Distro dengan ukuran mikro menyerap 4 orang karyawan, sedangkan
yang berukuran menengah dapat menyerap sampai 50 orang karyawan. Dalam
kondisi ekonomi yang sulit saat ini, di mana lapangan kerja juga sempit, distro
merupakan salah satu alternatif usaha yang dapat memperkecil angka pengangguran
di Indonesia. Selain itu, keberadaan distro juga akan menghidupkan industri tekstil,
musik, asesories pakaian, dan perdagangan lainnya.

Distro sangat memperhatikan kualitas produknya. Hal ini dapat menjadi


motor dan contoh bagi usaha kecil lainnya untuk membuat produk atau jasa yang
berkualitas baik, sehingga dapat bersaing degan produk-produk impor yang sejenis
dan dijual dengan harga yang lebih tinggi.

BANK INDONESIA 59
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Perkembangan distro dan industri kreatif lainnya memberikan umpan balik


kepada dunia pendidikan, khususnya sekolah desain dan keterampilan teknis lainnya
untuk terus menciptakan lulusan yang mandiri dan mampu menciptakan lapangan
kerja baru.

7.2. Aspek Dampak Lingkungan


Distro tidak memcemari lingkungannya. Keberadaan distro terkait dengan
industri lainnya, seperti tekstil, musik, konfeksi, dan asesories fashion lainnya. Limbah
yang ditimbulkan distro yang memproduksi pakaian adalah potongan-potongan
kain (kain paco) yang dapat diolah lebih lanjut menjadi bahan baku untuk membuat
produk-produk kerajinan, lukisan, dan boneka.

60 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan
1. Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda dalam membuat
dan menjual produk dengan desain yang berbeda dari yang lainnya. Perbedaan
tersebut terletak pada tema yang diusung dalam desain produk tersebut, seperti
pencinta lingkungan, fauna, flora, musik, film, artis, tokoh, dan masalah-masalah
sosial disekitarnya. Kreatifitas untuk menciptakan produk-produk dengan desain
baru dalam jumlah terbatas dan menciptakan komunitas tersendiri menjadi
prasyarat penting untuk bersaing dengan distro dan perusahaan fashion lainnya
dan dapat menjual produk lebih mahal daripada produk sejenis yang diproduksi
secara masal. Dapat dikatakan bahwa kelanjutan usaha ini sangat ditentukan
oleh kreatifitas pengelolanya untuk membuat produk-produk baru dan unik bagi
komunitasnya. Penciptaan jaringan dan memperbesar komunitas yang mempunyai
hobby atau selera yang sama merupakan strategi pemasaran yang harus terus
dikembangkan oleh pengusaha distro.

2. Walaupun desain produk distro ditujukan untuk komunitas tertentu, tetapi


dalam dunia fashion, khususnya pakaian sehari-hari (casual) dengan harga yang
relatif murah rasanya sulit untuk mengelompokkan konsumen secara tegas dan
mempertahankan loyalitas konsumen pada tema desain yang diusung oleh sebuah
distro. Jika ada, komunitasnya relatif kecil. Konsumen membeli produk-produk
distro karena kualitasnya yang baik.

3. Pada umumnya distro tidak memiliki alat produksi sendiri. Pengelola distro lebih
fokus pada penciptaan desain produk baru dan pemasarannya. Khusus untuk
produksi pakaian dilakukan secara makloon. Walaupun kalkulasi biaya produksi
per unit barang yang dibuat (dalam contoh ini T-shirt) lebih rendah sekitar 32,9%

BANK INDONESIA 61
KESIMPULAN DAN SARAN

daripada sistem makloon. Distro di kota Bandung dapat memperoleh bahan


baku yang murah karena banyak perusahaan pemasok disekitarnya serta banyak
tersedia usaha-usaha proses produksi dengan teknologi canggih, sehingga distro
tidak perlu memiliki mesin-mesin sendiri. Pada umumnya, distro lebih fokus pada
desain produk dan pemasarannya, sehingga menghemat waktu dan tenaga
dan tidak direpotkan dengan peraturan ketenagakerjaan yang memberatkan
pengusaha.

4. Distro berkumpul di lokasi sekitar pusat-pusat keramaian khususnya tempat


mangkal anak muda, sehingga mudah mendapatkan konsumen dan bagi
konsumen juga memudahkan dari segi waktu, tenaga, dan tersedia pilihan produk
distro yang beragam. Pilihan lokasi juga mengikuti distro yang sudah terkenal dan
banyak dikunjungi konsumen, sehingga dengan menempatkan diri berdekatan
dengan distro tersebut diharapkan juga akan dikunjungi oleh konsumen. Dalam
persaingan yang semakin ketat, baik dengan usaha distro lain yang tumbuh
menjamur maupun dengan usaha garmen dan fashion lainnya, efisiensi dalam
biaya produksi dan operasi harus menjadi perhatian pengelola distro, sehingga
mampu menjual dengan harga yang kompetitif dan memberikan diskon yang
relatif besar kepada pembeli, khususnya dalam jumlah besar secara tunai.

5. Karena distro tidak membutuhkan alat produksi sendiri, maka kebutuhan


dananya hanya untuk modal kerja. Sementara itu, distro memilih lokasi di pusat-
pusat keramaian, di mana sewa tempat di lokasi tersebut cenderung mahal. Oleh
karena itu, persoalan yang dihadapi oleh pengusaha distro adalah modal kerja
yang harus disediakan untuk sewa tempat. Sementara itu, biaya sewa tempat
usaha cenderung meningkat setiap tahun.

6. Ukuran (size) distro bermacam-macam. Ada yang mempunyai omset Rp


20.000.000,00 per bulan dan ada pula yang Rp 300.000.000,00 lebih per bulan.
Perbedaan tersebut sangat tergantung pada besarnya modal usaha yang dimilikinya
dan didukung oleh merek produk yang sudah terkenal. Dalam perhitungan ini

62 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

digunakan distro dengan omset penjualan rata-rata R79.000.000 per bulan,


yaitu rata-rata omset tiga distro yang disurvei dalam studi ini. Baik distro dengan
sistem makloon maupun yang mempunyai peralatan produksi sendiri layak untuk
dijalankan.

7. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa distro dengan peralatan produksi sendiri


lebih baik dari pada sistem makloon. Usaha distro dengan sistem makloon sensitif
terhadap margin yang ditetapkan untuk menentukan harga jual di atas biaya
produksinya, diskon, dan biaya gaji. Penurunan margin dari 100% menjadi
90,9% terhadap biaya produksinya menyebabkan NPV menjadi nol. Jika margin
turun lebih besar lagi, maka usaha ini menjadi tidak layak dijalankan. Usaha ini
juga sensitif terhadap besarnya diskon yang diberikan kepada konsumen maupun
toko konsinyasi. Jika diskon atas penjualan tunai diberikan melebihi 9,9% dari
harga jual atau biaya komisi toko konsinyasi lebih besar dari 18,2%, maka usaha
ini menjadi tidak layak dilaksanakan. Selain itu, usaha ini juga sensitif terhadap
biaya gaji. Kenaikkan biaya gaji maksimum adalah 12,5% dari gaji yang berlaku
saat ini. Semakin ketat persaingan yang dihadapi baik sesama distro maupun
dengan usaha lain yang sejenis akan menekan harga jual dan menaikkan diskon.
Akibatnya, usaha baru akan kesulitan untuk masuk kedalam industri ini.

8.2. Saran
1. Perlindungan terhadap hak cipta supaya desain produk-produk distro tidak ditiru
oleh perusahaan lain menjadi faktor yang sangat penting untuk diperjuangkan
kepada pemerintah melalui organisasi yang mengayomi usaha distro, yaitu KICK.
Dengan demikian, eksklusivitas produk distro dapat terjamin dan dijual pada
harga yang lebih tinggi daripada produk sejenis yang dibuat secara masal.

2. Pemerintah daerah harus melindungi usaha ini supaya tidak didominasi oleh
pengusaha besar dan mempermudah proses pengurusan hak paten dengan biaya
yang murah. Bila terjadi pelanggaran hak cipta, pemerintah harus menindak tegas
pelanggarnya.

BANK INDONESIA 63
KESIMPULAN DAN SARAN

3. Distro cenderung berkelompok ditempat keramaian, oleh karena itu dalam rangka
pengembangan usaha industri kreatif, khususnya distro, Pemerintah Daerah perlu
membuka pusat-pusat usaha baru.

4. Pada umumnya pengusaha distro adalah anak muda, bahkan sebagian masih
berstatus mahasiswa. Pendanaan yang dibutuhkan oleh usaha distro adalah untuk
modal kerja yang besarnya sangat tergantung pada skala usaha yang dijalankan
(usaha mikro, kecil, atau menengah). Bagi pihak perbankan yang akan menyalurkan
kredit kedalam usaha distro ini sebaiknya juga memberikan pelatihan manajemen
kepada pengusaha muda tersebut karena pengusaha distro pada mulanya lebih
banyak mengandalkan kemampuan dalam merancang produk baru, tetapi lemah
dalam bidang pengelolaan usaha. Dari survei yang dilakukan diketahui beberapa
pengusaha distro menjadi korban penipuan dari rekan usahanya.

64 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


LAMPIRAN

BANK INDONESIA 65
LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

LAMPIRAN 1
1 Penarikan Dana dan Biaya Bunga ......................................................... 67
2 Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja .................. 68
3 Proyeksi Laba Rugi ....... 70
4 Proyeksi Harga Pokok Penjualan ........................... 71
5 Break Even Sales ................................................................................... 73
6 Proyeksi Arus Kas Operasional ...................... 75
7 Proyeksi Neraca .......................... 77
8 Perhitungan NPV, IRR, Payback Period dan BC Ratio (Sistem Makloon).... 79
9 Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman .... 81

LAMPIRAN 2 : RUMUS PERHITUNGAN DALAM ASPEK KEUANGAN


1 Menghitung Net Present Value (NPV) ................................. 83
2 Menghitung Internal Rate Of Return (IRR) .......................... 89
3 Menghitung Payback Period ............................................................ 91
4 Menghitung Benefit-Cost Ratio ..................................................... 92
5 Menghitung Titik Penjualan Pulang Pokok ............................................ 93

66 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

LAMPIRAN 1.

1. Penarikan Dana dan Biaya Bunga

Tabel L1.1
Penarikan dana, Biaya Bunga dan Provisi Kredit (Sistem Makloon)
BULAN
HARTA TETAP
HARTA TETAP % 1 2 Total
Tanah 0,0% 0 0 0
Renovasi Toko 56,2% 50.000.000 50.000.000 100.000.000
Mesin-mesin dan Peralatan 4,5% 0 8.000.000 8.000.000
Kendaraan 14,0% 25.000.000 0 25.000.000
Peralatan Toko 5,6% 0 10.000.000 10.000.000
Peralatan kantor 14,0% 0 25.000.000 25.000.000
Furniture 5,6% 0 10.000.000 10.000.000
Total 100,0% 75.000.000 103.000.000 178.000.000
FINANCING 1 2 Total
Modal Sendiri 30,0% 22.500.000 30.900.000 53.400.000
Pinjaman 70,0% 52.500.000 72.100.000 124.600.000
Total 100,0% 75.000.000 103.000.000 178.000.000
BIAYA BUNGA 1 2 Total
Biaya Bunga 16,0% 1.400.000 961.333 2.361.333
Pembayaran Bunga 100,0% 1.400.000 961.333 2.361.333
Bunga Terutang 0,0% 0 0 0
Biaya Provisi 1,0% 1.246.000 0 1.246.000

BANK INDONESIA 67
LAMPIRAN 1

Tabel L1.2
Penarikan Dana, Biaya Bunga dan Provisi Kredit (Sistem Produksi Sendiri)
BULAN
HARTA TETAP
HARTA TETAP % 1 2 Total
Tanah 0,0% 0 0 0
Renovasi Toko 56,2% 50.000.000 50.000.000 100.000.000
Mesin-mesin dan Peralatan 4,5% 0 8.000.000 8.000.000
Kendaraan 14,0% 25.000.000 0 25.000.000
Peralatan Toko 5,6% 0 10.000.000 10.000.000
Peralatan kantor 14,0% 0 25.000.000 25.000.000
Furniture 5,6% 0 10.000.000 10.000.000
Total 100,0% 75.000.000 103.000.000 178.000.000
FINANCING 1 2 Total
Modal Sendiri 30,0% 22.500.000 30.900.000 53.400.000
Pinjaman 70,0% 52.500.000 72.100.000 124.600.000
Total 100,0% 75.000.000 103.000.000 178.000.000
BIAYA BUNGA 1 2 Total
Biaya Bunga 16,0% 1.400.000 961.333 2.361.333
Pembayaran Bunga 100,0% 1.400.000 961.333 2.361.333
Bunga Terutang 0,0% 0 0 0
Biaya Provisi 1,0% 1.246.000 0 1.246.000

2. Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja



Tabel L1.3
Modal Kerja Awal (Untuk Bahan Baku)
Barang Volume Modal Kerja Produk yang Kebutuhan
No. Barang Penjualan Awal dibuat Biaya Modal Kerja
Dagangan
Dagangan (Unit) (Minggu) (Unit) (Rp/Unit) (Rp)
1 T-shirt 3.120 2 120 35.000 4.200.000
2 Kemeja 1.872 2 72 45.000 3.240.000
3 Jaket 1.872 2 72 75.000 5.400.000
4 Blazer 1.872 2 72 75.000 5.400.000
5
6
7
8
9
10
Total 18.240.000

68 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel L1.4
Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja (Sistem Makloon)
TAHUN
Uraian
Uraian 0 1 2 3 4 5
Piutang usaha 0 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000
Persediaan bahan baku 0 0 0 0 0 0
Persediaan bahan dalam proses 0 0 0 0 0 0
Persediaan Barang Jadi 18.240.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000
Sewa dibayar dimuka 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Persediaan Barang Jadi 18.240.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000
Utang usaha 0 19.769.583 19.760.000 19.760.000 19.760.000 19.760.000
Kebutuhan Modal Kerja 93.240.000 97.412.417 97.422.000 97.422.000 97.422.000 97.422.000
Incremental Working Capital 93.240.000 4.172.417 9.583 0 0 0
Financing
Modal Sendiri 27.972.000 1.251.725 2.875 0 0 0
Pinjaman 65.268.000 2.920.692 6.708 0 0 0
Total 93.240.000 4.172.417 9.583 0 0 0
Biaya Bunga 0 10.910.191 10.911.264 10.911.264 10.911.264 10.911.264
Biaya Provisi 652.680 681.887 681.954 681.954 681.954 681.954

Tabel L1.5
Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja (Sistem Produksi Sendiri)
TAHUN
Uraian
Uraian 0 1 2 3 4 5
Piutang usaha 0 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000
Persediaan bahan baku 6.254.040 6.254.040 6.254.040 6.254.040 6.254.040 6.254.040
Persediaan bahan dalam proses 598.044 598.044 598.038 598.038 598.038 598.038
Persediaan Barang Jadi 12.558.915 12.558.915 12.558.795 12.558.795 12.558.795 12.558.795
Sewa dibayar dimuka 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000
Total 119.410.998 143.122.998 143.122.873 143.122.873 143.122.873 143.122.873
Utang usaha 0 0 0 0 0 0
Kebutuhan Modal Kerja 119.410.998 143.122.998 143.122.873 143.122.873 143.122.873 143.122.873
Incremental Working Capital 119.410.998 23.712.000 (125) (0) 0 0
Financing
Modal Sendiri 35.823.299 7.113.600 (38) (0) 0 0
Pinjaman 83.587.699 16.598.400 (88) (0) 0 0
Total 119.410.998 23.712.000 (125) (0) 0 0
Biaya Bunga 0 16.029.776 16.029.762 16.029.762 16.029.762 16.029.762
Biaya Provisi 835.877 1.001.861 1.001.860 1.001.860 1.001.860 1.001.860

BANK INDONESIA 69
LAMPIRAN 1

3. Proyeksi Laba-Rugi

Tabel L1.6
Proyeksi Laba-Rugi (Sistem Makloon)
Uraian 0 1 2 3 4 5
Penjualan 0 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
Diskon 0 0 0 0 0 0
Penjualan Bersih 0 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
Harga pokok penjualan 0 481.357.050 481.353.600 481.353.600 481.353.600 481.353.600
Laba kotor 0 467.122.950 467.126.400 467.126.400 467.126.400 467.126.400
Biaya Operasional
Biaya upah/gaji 0 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000
Biaya penyusutan 0 35.600.000 35.600.000 35.600.000 35.600.000 35.600.000
Biaya asuransi 0 1.304.940 1.304.480 1.304.480 1.304.480 1.304.480
Biaya administrasi dan umum 16.100.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
Biaya Admin Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Biaya pemasaran 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya sewa 0 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Total biaya operasional 16.100.000 382.584.940 382.584.480 382.584.480 382.584.480 382.584.480
Laba operasi (16.100.000) 84.538.010 84.541.920 84.541.920 84.541.920 84.541.920
Biaya bunga 2.361.333 19.936.000 14.249.099 7.652.294 0 0
Pendapatan (biaya) lain-lain (1.898.680) (681.887) (681.954) (681.954) (681.954) (681.954)
Laba sebelum pajak (20.360.013) 63.920.123 69.610.867 76.207.672 83.859.966 83.859.966
Pajak perusahaan 0 9.588.018 10.441.630 11.431.151 12.578.995 12.578.995
Laba bersih (20.360.013) 54.332.105 59.169.237 64.776.521 71.280.971 71.280.971

70 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel L1.7
Proyeksi Laba-Rugi (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian 0 1 2 3 4 5
Penjualan 0 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
Diskon 0 0 0 0 0 0
Penjualan Bersih 0 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
Harga pokok penjualan 0 322.943.516 322.940.566 322.940.442 322.940.441 322.940.441
Laba kotor 0 625.536.484 625.539.434 625.539.558 625.539.559 625.539.559
Biaya Operasional
Biaya upah/gaji 0 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000
Biaya penyusutan 0 37.967.000 37.967.000 37.967.000 37.967.000 37.967.000
Biaya asuransi 0 701.306 701.306 701.306 701.306 701.306
Biaya administrasi dan umum 16.100.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
Biaya Admin Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Biaya pemasaran 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya sewa 0 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Total biaya operasional 16.100.000 384.348.306 384.348.306 384.348.306 384.348.306 384.348.306
Laba operasi (16.100.000) 241.188.177 241.191.127 241.191.252 241.191.252 241.191.252
Biaya bunga 2.471.793 21.261.520 15.196.504 8.161.085 0 0
Pendapatan (biaya) lain-lain (2.164.722) (1.001.861) (1.001.860) (1.001.860) (1.001.860) (1.001.860)
Laba sebelum pajak (20.736.515) 218.924.796 224.992.763 232.028.306 240.189.392 240.189.392
Pajak perusahaan 0 32.838.719 33.748.914 34.804.246 36.028.409 36.028.409
Laba bersih (20.736.515) 186.086.077 191.243.849 197.224.060 204.160.983 204.160.983

4. Proyeksi Harga Pokok Penjualan

Tabel L1.8
Proyeksi Harga Pokok Penjualan (Sistem Makloon)
Uraian 1 2 3 4 5
Persedian awal barang dagangan 18.240.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000
Pembelian 474.470.000 474.240.000 474.240.000 474.240.000 474.240.000
Persediaan akhir barang dagangan 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000
Penjualan 474.240.000 474.240.000 474.240.000 474.240.000 474.240.000
Biaya Transportasi 4.744.700 4.742.400 4.742.400 4.742.400 4.742.400
Biaya Bongkar-muat 2.372.350 2.371.200 2.371.200 2.371.200 2.371.200
Biaya Penyimpanan 0 0 0 0 0
Harga Pokok Penjualan 481.357.050 481.353.600 481.353.600 481.353.600 481.353.600

BANK INDONESIA 71
LAMPIRAN 1

Tabel L1.9
Proyeksi Harga Pokok Penjualan (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian 1 2 3 4 5
Persediaan awal bahan baku 6.254.040 6.254.040 6.254.040 6.254.040 6.254.040
Pembelian 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171
Persediaan akhir bahan baku 6.254.040 6.254.040 6.254.040 6.254.040 6.254.040
Bahan baku 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171
Upah langsung 88.220.000 88.220.000 88.220.000 88.220.000 88.220.000
Biaya Overhead Produksi 0 0 0 0 0
Biaya Administrasi Produksi 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Biaya Upah Tak Langsung 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Biaya Maintanance 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Biaya Sewa 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Biaya alat-alat jahit dan sablon 2.590.000 2.590.000 2.590.000 2.590.000 2.590.000
Biaya Transportasi 4.744.700 4.742.400 4.742.400 4.742.400 4.742.400
Biaya Bongkar-muat 2.372.350 2.371.200 2.371.200 2.371.200 2.371.200
Biaya Penyimpanan 0 0 0 0 0
Biaya Asuransi 31.670 31.670 31.670 31.670 31.670
Biaya Penyusutan 3.167.000 3.167.000 3.167.000 3.167.000 3.167.000
Total Factory Overhead 73.905.720 73.902.270 73.902.270 73.902.270 73.902.270
Biaya Pabrikasi 322.943.891 322.940.441 322.940.441 322.940.441 322.940.441
Persediaan awal WIP 598.044 598.044 598.038 598.038 598.038
Persediaan akhir WIP 598.044 598.038 598.038 598.038 598.038
Total biaya produksi 322.943.891 322.940.448 322.940.441 322.940.441 322.940.441
Persediaan awal barang jadi 12.558.929 12.558.929 12.558.795 12.558.795 12.558.795
Persediaan akhir barang jadi 12.558.929 12.558.795 12.558.795 12.558.795 12.558.795
Harga Pokok Penjualan 322.943.891 322.940.582 322.940.442 322.940.441 322.940.441
Biaya produksi/unit 23.834 23.834 23.834 23.834 23.834

72 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

5. Break Even Sales


Tabel L1.10
Break Even Sales (Sistem Makloon)
Uraian Jenis Biaya 1 2 3 4 5
Biaya sewa T 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Biaya upah/gaji T 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000
Biaya penyusutan T 35.600.000 35.600.000 35.600.000 35.600.000 35.600.000
Biaya Bunga T 19.936.000 14.249.099 7.652.294 0 0
Biaya asuransi T 1.304.940 1.304.480 1.304.480 1.304.480 1.304.480
Nilai Perolehan Barang Dagangan V 474.240.000 474.240.000 474.240.000 474.240.000 474.240.000
Biaya pemasaran V 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya administrasi dan umum V 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
Pajak V 9.588.018 10.441.630 11.431.151 12.578.995 12.578.995
Biaya Transportasi V 4.744.700 4.742.400 4.742.400 4.742.400 4.742.400
Biaya Bongkar-muat V 2.372.350 2.371.200 2.371.200 2.371.200 2.371.200
Biaya Admin Lain-lain V 0 0 0 0 0
Biaya Penyimpanan V 0 0 0 0 0
TOTAL 893.466.009 888.628.809 883.021.525 876.517.075 876.517.075
Biaya Variabel 589.945.069 590.795.230 591.784.751 592.932.595 592.932.595
Biaya Tetap 303.520.940 297.833.579 291.236.774 283.584.480 283.584.480
Penjualan 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
BE Sales 802.944.193 789.771.376 774.420.899 756.507.301 756.507.301
BE Sales/Penjualan 84,7% 83,3% 81,6% 79,8% 79,8%
Jika yang dijual hanya T-Shirt
Harga T-Shirt 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000
Volume Penjualan (Unit) 11.471 11.282 11.063 10.807 10.807
Volume Penjualan (Lusin) 956 940 922 901 901
Volume Penjualan/Bulan (Lusin) 80 78 77 75 75
Volume Penjualan/Hari (Lusin) 2,7 2,6 2,6 2,5 2,5
Volume Penjualan/Hari (Potong) 31,9 31,3 30,7 30,0 30,0
Penjualan/Hari (Rp) 2.230.401 2.193.809 2.151.169 2.101.409 2.101.409
Penjualan/Minggu(Rp) 15.612.804 15.356.666 15.058.184 14.709.864 14.709.864

T = biaya tetap dan V = biaya variabel

BANK INDONESIA 73
LAMPIRAN 1

Tabel L1.11
Break Even Sales (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian Jenis Biaya 1 2 3 4 5
Bahan baku V 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171
Upah langsung V 88.220.000 88.220.000 88.220.000 88.220.000 88.220.000
Biaya Administrasi Produksi T 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Biaya Upah Tak Langsung T 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Biaya Maintanance T 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Biaya Sewa T 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Biaya alat-alat jahit dan sablon V 2.590.000 2.590.000 2.590.000 2.590.000 2.590.000
Biaya Asuransi T 1.336.610 1.336.150 1.336.150 1.336.150 1.336.150
Biaya Penyusutan T 38.767.000 38.767.000 38.767.000 38.767.000 38.767.000
Biaya Transportasi V 4.744.700 4.742.400 4.742.400 4.742.400 4.742.400
Biaya Bongkar-muat V 2.372.350 2.371.200 2.371.200 2.371.200 2.371.200
Biaya Penyimpanan V 0 0 0 0 0
Biaya upah/gaji T 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000
Biaya administrasi dan umum T 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
Biaya Admin Lain-lain T 0 0 0 0 0
Biaya pemasaran V 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya sewa T 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Biaya bunga T 19.936.000 14.249.099 7.652.294 0 0
Pajak perusahaan V 9.588.018 10.441.630 11.431.151 12.578.995 12.578.995
Total Biaya 735.052.850 730.215.651 724.608.366 718.103.916 718.103.916
Biaya Variabel 352.333.240 353.183.402 354.172.922 355.320.766 355.320.766
Biaya Tetap 382.719.610 377.032.249 370.435.444 362.783.150 362.783.150
Penjualan 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
BE Sales 608.913.643 600.721.638 591.193.716 580.101.502 580.101.502
BE Sales/Penjualan 64,2% 63,3% 62,3% 61,2% 61,2%
Jika yang dijual hanya T-Shirt
Harga T-Shirt 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000
Volume Penjualan (Unit) 8.699 8.582 8.446 8.287 8.287
Volume Penjualan (Lusin) 725 715 704 691 691
Volume Penjualan/Bulan (Lusin) 60 60 59 58 58
Volume Penjualan/Hari (Lusin) 2,0 2,0 2,0 1,9 1,9
Volume Penjualan/Hari (Potong) 24,2 23,8 23,5 23,0 23,0
Penjualan/Hari (Rp) 1.691.427 1.668.671 1.642.205 1.611.393 1.611.393
Penjualan/Minggu(Rp) 11.839.988 11.680.699 11.495.433 11.279.751 11.279.751

T = biaya tetap dan V = biaya variabel

74 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

6. Proyeksi Arus Kas Operasional

Tabel L1.12
Arus Kas Operasional (Sistem Makloon)
Uraian 0 1 2 3 4 5
PENERIMAAN
Penerimaan dari penjualan 0 924.768.000 924.768.000 924.768.000 924.768.000 924.768.000
Diskon 0 0 0 0 0 0
Penerimaan piutang usaha 0 0 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000
Pendapatan lain-lain 0 0 0 0 0 0
Total penerimaan 0 924.768.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
PEMBAYARAN
Pembayaran pembelian 18.240.000 454.700.417 454.480.000 454.480.000 454.480.000 454.480.000
Pembayaran utang usaha 0 0 19.769.583 19.760.000 19.760.000 19.760.000
Biaya upah/gaji 0 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000
Biaya asuransi 0 1.304.940 1.304.480 1.304.480 1.304.480 1.304.480
Biaya administrasi dan umum 16.100.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
Biaya Admin Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Biaya pemasaran 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya sewa 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Pajak perusahaan 0 0 9.588.018 10.441.630 11.431.151 12.578.995
Pembayaran cicilan utang bank 0 35.543.131 41.230.032 47.826.837 0 0
Pembayaran bunga 2.361.333 19.936.000 14.249.099 7.652.294 0 0
Biaya provisi bank 1.898.680 681.887 681.954 681.954 681.954 681.954
Deviden 0 0 54.332.105 59.169.237 64.776.521 71.280.971
Pembelian harta tetap baru 178.000.000 0 0 0 0 0
Total pembayaran 291.600.013 864.963.425 948.428.871 954.110.032 905.227.706 912.880.000
Selisih penerimaan dan pembayaran (291.600.013) 59.804.575 51.129 (5.630.032) 43.252.294 35.600.000
Kas awal 0 0 63.976.992 64.037.704 58.407.672 101.659.966
Kas sebelum financing (291.600.013) 59.804.575 64.028.121 58.407.672 101.659.966 137.259.966
FINANCING
Investasi Harta Tetap
Modal Sendiri 73.107.333 0 0 0 0 0
Pinjaman Bank 124.600.000 0 0 0 0 0
Modal Kerja
Modal Sendiri 28.624.680 1.251.725 2.875 0 0 0
Pinjaman Bank 65.268.000 2.920.692 6.708 0 0 0
Pinjaman Baru 0 0 0 0 0 0
Total financing 291.600.013 4.172.417 9.583 0 0 0
Kas akhir 0 63.976.992 64.037.704 58.407.672 101.659.966 137.259.966

BANK INDONESIA 75
LAMPIRAN 1

Tabel L1.13
Arus Kas Operasional (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian 0 1 2 3 4 5
PENERIMAAN
Penerimaan dari penjualan 0 924.768.000 924.768.000 924.768.000 924.768.000 924.768.000
Diskon 0 0 0 0 0 0
Penerimaan piutang usaha 0 0 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000
Pendapatan lain-lain 0 0 0 0 0 0
Total penerimaan 0 924.768.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
PEMBAYARAN
Pembayaran pembelian 19.410.998 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171
Pembayaran utang usaha 0 0 0 0 0 0
Biaya upah/gaji 0 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000
Biaya asuransi 0 701.306 701.306 701.306 701.306 701.306
Biaya administrasi dan umum 16.100.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
Biaya Admin Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Biaya pemasaran 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya sewa 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000
Pajak perusahaan 0 0 32.838.719 33.748.914 34.804.246 36.028.409
Pembayaran cicilan utang bank 0 37.906.350 43.971.366 51.006.784 0 0
Pembayaran bunga 2.471.793 21.261.520 15.196.504 8.161.085 0 0
Biaya provisi bank 2.164.722 1.001.861 1.001.860 1.001.860 1.001.860 1.001.860
Deviden 0 0 186.086.077 191.243.849 197.224.060 204.160.983
Pembelian harta tetap baru 189.835.000 0 0 0 0 0
Total pembayaran 329.982.513 729.494.554 948.416.274 954.484.241 902.351.914 910.513.000
Selisih penerimaan dan pembayaran (329.982.513) 195.273.446 63.726 (6.004.241) 46.128.086 37.967.000
Kas awal 0 0 218.985.446 219.049.047 213.044.806 259.172.892
Kas sebelum financing (329.982.513) 195.273.446 219.049.172 213.044.807 259.172.892 297.139.892
FINANCING
Investasi Harta Tetap
Modal Sendiri 76.851.138 0 0 0 0 0
Pinjaman Bank 132.884.500 0 0 0 0 0
Modal Kerja
Modal Sendiri 36.659.176 7.113.600 (38) (0) 0 0
Pinjaman Bank 83.587.699 16.598.400 (88) (0) 0 0
Pinjaman Baru 0 0 0 0 0 0
Total financing 329.982.513 23.712.000 (125) (0) 0 0
Kas akhir 0 218.985.446 219.049.047 213.044.806 259.172.892 297.139.892

76 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

7. Proyeksi Neraca

Tabel L1.14
Proyeksi Neraca (Sistem Makloon)
Uraian 0 1 2 3 4 5
HARTA
HARTA LANCAR
Kas dan bank 0 63.976.992 64.037.704 58.407.672 101.659.966 137.259.966
Piutang usaha 0 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000
Persediaan Barang Dagangan 18.240.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000
Sewa dibayar di muka 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Total harta lancar 93.240.000 181.158.992 181.219.704 175.589.672 218.841.966 254.441.966
HARTA TETAP
Nilai perolehan 178.000.000 178.000.000 178.000.000 178.000.000 178.000.000 178.000.000
Akumulasi penyusutan 0 (35.600.000) (71.200.000) (106.800.000) (142.400.000) (178.000.000)
Harta tetap (net) 178.000.000 142.400.000 106.800.000 71.200.000 35.600.000 0
TOTAL HARTA 271.240.000 323.558.992 288.019.704 246.789.672 254.441.966 254.441.966
UTANG
Utang usaha 0 19.769.583 19.760.000 19.760.000 19.760.000 19.760.000
Utang bunga 0 0 0 0 0 0
Utang pajak 0 9.588.018 10.441.630 11.431.151 12.578.995 12.578.995
Utang Deviden 0 54.332.105 59.169.237 64.776.521 71.280.971 71.280.971
Utang bank jangka pendek 65.268.000 68.188.692 68.195.400 68.195.400 68.195.400 68.195.400
Utang bank jangka panjang 124.600.000 89.056.869 47.826.837 0 0 0
Pinjaman Baru 0 0 0 0 0 0
Total Utang 189.868.000 240.935.267 205.393.104 164.163.072 171.815.366 171.815.366
MODAL SENDIRI
Modal disetor 101.732.013 102.983.738 102.986.613 102.986.613 102.986.613 102.986.613
Laba ditahan 0 (20.360.013) (20.360.013) (20.360.013) (20.360.013) (20.360.013)
Laba tahun berjalan (20.360.013) 0 0 0 0 0
Total ekuitas 81.372.000 82.623.725 82.626.600 82.626.600 82.626.600 82.626.600
TOTAL UTANG DAN MODAL SENDIRI 271.240.000 323.558.992 288.019.704 246.789.672 254.441.966 254.441.966

BANK INDONESIA 77
LAMPIRAN 1

Tabel L1.15
Proyeksi Neraca (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian 0 1 2 3 4 5
HARTA
HARTA LANCAR
Kas dan bank 0 218.985.446 219.049.047 213.044.806 259.172.892 297.139.892
Piutang usaha 0 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000
Persediaan Barang Dagangan 19.410.998 19.410.998 19.410.873 19.410.873 19.410.873 19.410.873
Sewa dibayar di muka 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000
Total harta lancar 119.410.998 362.108.444 362.171.920 356.167.679 402.295.765 440.262.765
HARTA TETAP
Nilai perolehan 189.835.000 189.835.000 189.835.000 189.835.000 189.835.000 189.835.000
Akumulasi penyusutan 0 (37.967.000) (75.934.000) (113.901.000) (151.868.000) (189.835.000)
Harta tetap (net) 189.835.000 151.868.000 113.901.000 75.934.000 37.967.000 0
TOTAL HARTA 309.245.998 513.976.444 476.072.920 432.101.679 440.262.765 440.262.765
UTANG
Utang usaha 0 0 0 0 0 0
Utang bunga 0 0 0 0 0 0
Utang pajak 0 32.838.719 33.748.914 34.804.246 36.028.409 36.028.409
Utang Deviden 0 186.086.077 191.243.849 197.224.060 204.160.983 204.160.983
Utang bank jangka pendek 83.587.699 100.186.099 100.186.011 100.186.011 100.186.011 100.186.011
Utang bank jangka panjang 132.884.500 94.978.150 51.006.784 0 0 0
Pinjaman Baru 0 0 0 0 0 0
Total Utang 216.472.199 414.089.045 376.185.558 332.214.317 340.375.403 340.375.403
MODAL SENDIRI
Modal disetor 113.510.315 120.623.915 120.623.877 120.623.877 120.623.877 120.623.877
Laba ditahan 0 (20.736.515) (20.736.515) (20.736.515) (20.736.515) (20.736.515)
Laba tahun berjalan (20.736.515) 0 0 0 0 0
Total ekuitas 92.773.799 99.887.399 99.887.362 99.887.362 99.887.362 99.887.362
TOTAL UTANG DAN MODAL SENDIRI 309.245.998 513.976.444 476.072.920 432.101.679 440.262.765 440.262.765

78 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

8. Perhitungan NPV, IRR, Payback Period, dan BC Ratio

Tabel L1.16
Pehitungan NPV, IRR, Payback Period dan BC Ratio (Sistem Makloon)
Uraian 0 1 2 3 4 5
CASH INFLOW
EBIT (1-T) 0 71.857.308 71.860.632 71.860.632 71.860.632 71.860.632
Biaya Penyusutan 0 35.600.000 35.600.000 35.600.000 35.600.000 35.600.000
Nilai Sisa Harta Tetap 0 0 0 0 0 0
Modal Kerja Akhir Priode 0 0 0 0 0 82.626.600
Total Cash Inflow 0 107.457.308 107.460.632 107.460.632 107.460.632 190.087.232
CASH OUTFLOW
Harga Tetap 178.000.000 0 0 0 0 0
Incremental Working Capital 93.240.000 4.172.417 9.583 0 0 0
Total Cash Outflow 271.240.000 4.172.417 9.583 0 0 0
Net Cash Flow (271.240.000) 103.284.892 107.451.049 107.460.632 107.460.632 190.087.232
PVIF 15,5% 1,0000 0,8657 0,7494 0,6487 0,5615 0,4861
PV (271.240.000) 89.408.667 80.518.615 69.707.234 60.342.135 92.398.952
NPV 121.135.602 LAYAK
IRR 31,7%
Payback Period 3,5 tahun
Benefit-Cost Ratio 1,4

BANK INDONESIA 79
LAMPIRAN 1

Tabel L1.17
Pehitungan NPV, IRR, Payback Period, dan BC Ratio (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian 0 1 2 3 4 5
CASH INFLOW
EBIT (1-T) 0 205.009.951 205.012.458 205.012.564 205.012.564 205.012.564
Biaya Penyusutan 0 37.967.000 37.967.000 37.967.000 37.967.000 37.967.000
Nilai Sisa Harta Tetap 0 0 0 0 0 0
Modal Kerja Akhir Priode 0 0 0 0 0 99.887.362
Total Cash Inflow 0 242.976.951 242.979.458 242.979.564 242.979.564 342.866.926
CASH OUTFLOW
Harga Tetap 189.835.000 0 0 0 0 0
Incremental Working Capital 119.410.998 23.712.000 (125) (0) 0 0
Total Cash Outflow 309.245.998 23.712.000 (125) (0) 0 0
Net Cash Flow (309.245.998) 219.264.951 242.979.583 242.979.564 242.979.564 342.866.926
PVIF 15,5% 1,0000 0,8657 0,7494 0,6487 0,5615 0,4861
PV (309.245.998) 189.806.917 182.077.140 157.615.240 136.439.786 166.663.191
NPV 523.356.275 LAYAK
IRR 71,7%
Payback Period 1,7 tahun
Benefit-Cost Ratio 2,7

80 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

9. Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman

Tabel L1.18
Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman (Sistem Makloon)
TAHUN
Kredit Investasi
KREDIT INVESTASI 0 1 2 3
Pokok pinjaman (USD) 124.600.000 89.056.869 47.826.837 0
Biaya bunga 19.936.000 14.249.099 7.652.294
Cicilan 35.543.131 41.230.032 47.826.837
Cicilan dan bunga 55.479.131 55.479.131 55.479.131

SKEDULE PEMBAYARAN CICILAN DAN BIAYA BUNGA BULANAN


TAHUN 1 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL
Bulan 1 2.961.928 1.661.333 4.623.261
Bulan 2 2.961.928 1.661.333 4.623.261
Bulan 3 2.961.928 1.661.333 4.623.261
Bulan 4 2.961.928 1.661.333 4.623.261
Bulan 5 2.961.928 1.661.333 4.623.261
Bulan 6 2.961.928 1.661.333 4.623.261
Bulan 7 2.961.928 1.661.333 4.623.261
Bulan 8 2.961.928 1.661.333 4.623.261
Bulan 9 2.961.928 1.661.333 4.623.261
Bulan 10 2.961.928 1.661.333 4.623.261
Bulan 11 2.961.928 1.661.333 4.623.261
Bulan 12 2.961.928 1.661.333 4.623.261
Total 35.543.131 19.936.000 55.479.131
TAHUN 2 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL
Bulan 1 3.435.836 1.187.425 4.623.261
Bulan 2 3.435.836 1.187.425 4.623.261
Bulan 3 3.435.836 1.187.425 4.623.261
Bulan 4 3.435.836 1.187.425 4.623.261
Bulan 5 3.435.836 1.187.425 4.623.261
Bulan 6 3.435.836 1.187.425 4.623.261
Bulan 7 3.435.836 1.187.425 4.623.261
Bulan 8 3.435.836 1.187.425 4.623.261
Bulan 9 3.435.836 1.187.425 4.623.261
Bulan 10 3.435.836 1.187.425 4.623.261
Bulan 11 3.435.836 1.187.425 4.623.261
Bulan 12 3.435.836 1.187.425 4.623.261
Total 41.230.032 14.249.099 55.479.131
TAHUN 3 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL
Bulan 1 3.985.570 637.691 4.623.261
Bulan 2 3.985.570 637.691 4.623.261
Bulan 3 3.985.570 637.691 4.623.261
Bulan 4 3.985.570 637.691 4.623.261
Bulan 5 3.985.570 637.691 4.623.261
Bulan 6 3.985.570 637.691 4.623.261
Bulan 7 3.985.570 637.691 4.623.261
Bulan 8 3.985.570 637.691 4.623.261
Bulan 9 3.985.570 637.691 4.623.261
Bulan 10 3.985.570 637.691 4.623.261
Bulan 11 3.985.570 637.691 4.623.261
Bulan 12 3.985.570 637.691 4.623.261
Total 47.826.837 7.652.294 55.479.131

BANK INDONESIA 81
LAMPIRAN 1

Tabel L1.19
Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman (Sistem Produksi Sendiri)
TAHUN
Kredit
KREDIT Investasi
INVESTASI 0 1 2 3
Pokok pinjaman (USD) 132.884.500 94.978.150 51.006.784 0
Biaya bunga 0 21.261.520 15.196.504 8.161.085
Cicilan 0 37.906.350 43.971.366 51.006.784
Cicilan dan bunga 0 59.167.870 59.167.870 59.167.870

SKEDULE PEMBAYARAN CICILAN DAN BIAYA BUNGA BULANAN


TAHUN 1 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL
Bulan 1 3.158.862 1.771.793 4.930.656
Bulan 2 3.158.862 1.771.793 4.930.656
Bulan 3 3.158.862 1.771.793 4.930.656
Bulan 4 3.158.862 1.771.793 4.930.656
Bulan 5 3.158.862 1.771.793 4.930.656
Bulan 6 3.158.862 1.771.793 4.930.656
Bulan 7 3.158.862 1.771.793 4.930.656
Bulan 8 3.158.862 1.771.793 4.930.656
Bulan 9 3.158.862 1.771.793 4.930.656
Bulan 10 3.158.862 1.771.793 4.930.656
Bulan 11 3.158.862 1.771.793 4.930.656
Bulan 12 3.158.862 1.771.793 4.930.656
Total 37.906.350 21.261.520 59.167.870
TAHUN 2 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL
Bulan 1 3.664.280 1.266.375 4.930.656
Bulan 2 3.664.280 1.266.375 4.930.656
Bulan 3 3.664.280 1.266.375 4.930.656
Bulan 4 3.664.280 1.266.375 4.930.656
Bulan 5 3.664.280 1.266.375 4.930.656
Bulan 6 3.664.280 1.266.375 4.930.656
Bulan 7 3.664.280 1.266.375 4.930.656
Bulan 8 3.664.280 1.266.375 4.930.656
Bulan 9 3.664.280 1.266.375 4.930.656
Bulan 10 3.664.280 1.266.375 4.930.656
Bulan 11 3.664.280 1.266.375 4.930.656
Bulan 12 3.664.280 1.266.375 4.930.656
Total 43.971.366 15.196.504 59.167.870
TAHUN 3 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL
Bulan 1 4.250.565 680.090 4.930.656
Bulan 2 4.250.565 680.090 4.930.656
Bulan 3 4.250.565 680.090 4.930.656
Bulan 4 4.250.565 680.090 4.930.656
Bulan 5 4.250.565 680.090 4.930.656
Bulan 6 4.250.565 680.090 4.930.656
Bulan 7 4.250.565 680.090 4.930.656
Bulan 8 4.250.565 680.090 4.930.656
Bulan 9 4.250.565 680.090 4.930.656
Bulan 10 4.250.565 680.090 4.930.656
Bulan 11 4.250.565 680.090 4.930.656
Bulan 12 4.250.565 680.090 4.930.656
Total 51.006.784 8.161.085 59.167.870

82 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

LAMPIRAN 2
RUMUS PERHITUNGAN DALAM ASPEK KEUANGAN

1. Menghitung Net Present Value (NPV)


NPV adalah nilai sekarang dari arus yang dihasilkan usaha di masa yang akan
datang dikurangi nilai investasi pada awal periode. NPV dirumuskan sebagai berikut:

n CFn
NPV = ------------------ - I0
t=1 (1+WACC)n

Keterangan:
CFn = arus kas pada periode ke n
WACC = rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital)
I0 = investasi pada awal periode.

Arus kas (CFn) terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar. Selisih kedua
arus kas tersebut disebut sebagai arus kas bersih. Dengan mendiskontokan arus kas
bersih tersebut dengan biaya modal (WACC), maka diperoleh nilai sekarang (present
value) dari arus kas tersebut. Arus kas bisa positif bisa pula negatif. Pengeluaran
investasi awal tentu merupakan arus kas negatif. Total seluruh arus kas tersebut akan
menghasilkan nilai bersih arus kas (net present value).
Jika NPV positif berarti, usaha tersebut memberikan nilai tambah terhadap
pemiliknya dan juga perekonomian secara umum. Dengan demikian, usaha tersebut
layak untuk dijalankan. Jika NPV negatif berarti usaha tersebut tidak layak dijalankan.
Jika NPV sama dengan nol berarti imbal hasil (return) investasi tersebut sama persis
dengan biaya modalnya. Investasi di sektor ril mempunyai resiko yang lebih besar
daripada deposito misalnya. Untuk mengkompensasi resiko yang besar tersebut,
investor meminta imbal hasil (return) yang besar pula. Jika imbal hasil usaha yang
dianalisis ini tidak lebih baik daripada investasi lain yang resikonya lebih kecil, maka
investor tidak akan menjalankan usaha ini. Cara menghitung NPV adalah seperti pada
Tabel L2.1.

BANK INDONESIA 83
LAMPIRAN 2

Tabel L2.1
Contoh Perhitungan NPV
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Uraian
Uraian 0 1 2 3 4 5
ARUS KAS MASUK
Laba Operasi x (1 - Tarif Pajak) 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500
Biaya Penyusutan 200 200 200 200 200
Nilai Sisa Harta Tetap 500
Nilai Sisa Modal Kerja Bersih 750
Total Arus Kas Masuk 2.700 2.700 2.700 2.700 3.950

ARUS KAS KELUAR


Harta Tetap 6.000
Perubahan Modal Kerja Bersih 370 300 0 0 0 0
Total Arus Kas Keluar 6.370 300 0 0 0 0
Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950
Discount Rate = WACC 15,5% 1,0000 0,8657 0,7494 0,6487 0,5615 0,4861
PV -6.370 2.078 2.023 1.751 1.516 1.920
NPV 2.918

Cara mendapatkan angka-angka pada Tabel L2.1 di atas adalah sebagai berikut:
1. Laba operasi diperoleh dari proyeksi laba rugi. Nilai tambah yang diberikan oleh
suatu usaha adalah sebesar laba operasinya (earning before interest and tax =
EBIT). Sedangkan biaya bunga, pajak, dan laba bersih merupakan bagian dari laba
operasi yang diberikan kepada kreditur, negara (pemerintah), dan pemilik. Dari
kaca mata usaha, pajak diperhitungkan terhadap nilai tambah yang diciptakan
tersebut. Jika laba operasi negatif, pajak tetap diperhitungkan, sehingga usaha
tersebut seperti mendapatkan benefit dari pajak. Dengan kata lain, negara
memberikan subsidi atas fasilitas negara yang digunakan.
2. Biaya penyusutan dan nilai sisa harta tetap didapatkan dari nilai perolehan harta
tetap dibagi dengan nilai ekonomisnya (metode penyusutan garis lurus). Nilai sisa
harta tetap adalah selisih antara nilai perolehan dan akumulasi penyusutannya
pada akhir tahun proyeksi (dalam contoh ini akhir tahun kelima).
3. Nilai sisa modal kerja diperoleh dari selisih harta lancar dan utang lancar pada
akhir tahun proyeksi (dalam contoh ini akhir tahun kelima). Untuk mendapatkan
nilai sisa modal kerja pada tahun kelima dibutuhkan proyeksi neraca karena pada
bagian harta lancarnya akan terdapat proyeksi kas. Kas tersebut merupakan
akumulasi kas yang berasal dari proyeksi arus kas usaha. Jika kas yang dihasilkan

84 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

besar, maka nilai sisa modal kerja akan besar pula. Tetapi setelah dikurangi
dengan bagian keuntungan untuk pemilik (deviden), maka nilai sisa modal kerja
akan sama dengan nilai aset bersih (total modal sendiri) pada akhir tahun kelima
tersebut. Jika arus kas operasional usaha tidak mengalami shortage atau tidak
ada tambahan pinjaman baru selama periode proyeksi, maka nilai sisa modal kerja
akan sama dengan total ekuitas pada tahun awal. Dengan demikian, bila anda
tidak membuat proyeksi neraca dan arus kas operasional, tetap dapat menghitung
nilai sisa modal kerja tersebut pada akhir tahun proyeksi, yaitu sebesar total ekuitas
pada tahun awal.
4. Harta tetap pada awal periode adalah total investasi harta tetap yang
dibutuhkan.
5. Perubahan modal kerja bersih diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a. Hitung kebutuhan modal kerja yaitu untuk mendanai harta lancar yang terdiri
dari kas untuk transaksi, piutang usaha, persediaan bahan baku, barang
dalam proses, barang jadi, dan biaya sewa. Dana tersebut sebagian sudah
dibutuhkan sejak awal periode, misalnya untuk biaya sewa, membeli bahan
baku dan biaya pengolahannya.
b. Hitung utang lancar yang dapat digunakan untuk menalangi sebagian
kebutuhan dana untuk harta lancar di atas, khususnya utang yang diberikan
oleh pemasok bahan baku.
c. Hitung selisih harta lancar dan utang lancar, sehingga diperoleh modal kerja
bersih. Jadi, kebutuhan dana yang masih harus dicarikan adalah sebesar
modal kerja bersih tersebut. Sumber dananya bisa berasal dari modal sendiri
atau pinjaman. Pada Tabel L2.2 tampak bahwa modal kerja bersih pada
awal periode sebesar Rp370 dan pada tahun pertama dan seterusnya adalah
Rp670.
d. Hitung perubahan modal kerja bersih dari waktu ke waktu. Modal kerja bersih
pada awal periode adalah Rp370. Sedangkan pada tahun kedua dibutuhkan
sebesar Rp670. Jadi, tambahan modal kerja yang dibutuhkan pada tahun
pertama adalah Rp300. Dengan cara yang sama diperoleh tambahan modal

BANK INDONESIA 85
LAMPIRAN 2

kerja untuk tahun-tahun berikutnya sebesar Rp0. Angka-angka perubahan


modal kerja inilah yang dimasukkan kedalam Tabel L1.1
e. Perubahan modal kerja bersih dapat didanai dengan modal sendiri dan
pinjaman. Jika 30% didanai dengan modal sendiri dan sisanya dengan
pinjaman, maka besarnya dana yang harus disediakan oleh pemilik pada awal
periode adalah Rp111 dan pinjaman Rp259. Pada tahun pertama tambahan
dana untuk modal kerja dari pemilik adalah Rp90 dan pinjaman Rp210.
f. Bunga pinjaman dihitung atas pinjaman yang sudah ditarik. Karena pinjaman
modal kerja bisa diperpanjang setiap tahun (roll over), maka baki kredit modal
kerja usaha ini adalah Rp259 + Rp210 = Rp469. Biaya bunga dihitung atas
pinjaman yang sudah ditarik tersebut (outstanding loan).
g. Untuk menghitung biaya modal (WACC) digunakan formula berikut:

E D
WACC = ------- Ke + ------- Kd (1-t)
E+D E+D

Keterangan:
E = modal sendiri
D = pinjaman
Ke = biaya modal sendiri
Kd = biaya modal pinjaman
t = tarif pajak

86 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel L2.2
Perhitungan Modal Kerja

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun


Uraian
Uraian 0 1 2 3 4 5
Kas 20 20 20 20 20 20
Piutang Usaha 0 250 250 250 250 250
Persediaan Bahan Baku 200 200 200 200 200 200
Persediaan Barang Dalam Proses 300 300 300 300 300 300
Persesiaan Barang Jadi 0 50 50 50 50 50
Biaya Sewa 150 150 150 150 150 150
Total 670 970 970 970 970 970
Utang Usaha 300 300 300 300 300 300
Modal Kerja Bersih 370 670 670 670 670 670
Perubahan Modal Kerja Bersih 370 300 0 0 0 0
Pendanaan
Modal Sendiri 30% 111 90 0 0 0 0
Pinjaman Bank 70% 259 210 0 0 0 0
Total 100% 370 300 0 0 0 0

Langkah-langkah untuk menghitung biaya modal usaha tersebut adalah sebagai


berikut:
1. Hitung porsi pendanaan harta tetap yang berasal dari modal sendiri dan pinjaman.
Misalnya 30% dari modal sendiri dan sisanya pinjaman bank. Buat perhitungan
seperti pada Tabel L2.3.
2. Tentukan biaya modal pinjaman, misalnya 16% per tahun (biasanya disamakan
dengan tingkat bunga pinjaman). Kemudian tentukan biaya modal sendiri, yaitu
dengan menambahkan tingkat bunga pinjaman dengan persentase tertentu
(spread) untuk menutupi resiko usaha, misalnya 4% di atas tingkat bunga
pinjaman, sehingga biaya modal sendiri adalah 20%.
3. Hitung biaya modal pinjaman setelah pajak, sementara biaya modal sendiri tidak
dikenakan pajak. Mengapa biaya modal sendiri tidak dikenakan pajak? Proses
penurunan rumusnya adalah sebagai berikut:

BANK INDONESIA 87
LAMPIRAN 2

a. Perhatikan bagian bawah dari laporan laba rugi (mulai dari laba operasi sampai
dengan laba bersih) yang terdiri dari:
Laba Operasi (EBIT)
- Biaya Bunga (I)
= Laba sebelum pajak (EBT)
- Pajak (T)
= Laba Bersih (NI)

Keterangan:
NI = laba bersih (net income = NI)
EBT = laba setelah pajak (earning before tax = EBT)
T = Pajak, t = tarif pajak
EBIT = laba sebelum biaya bunga bunga dan pajak (eaning before interest
and taxes = EBIT)

b. Dalam bentuk persamaan bagian laba rugi di atas dapat dibuat sebagai
berikut:
NI = EBT T
NI = EBTEBT x t
NI = EBT (1t)
Sementara EBT = EBIT I
Substitusikan (EBITI) ke dalam persamaan di atas, sehingga diperoleh:
NI = (EBIT I)(1t)
NI = EBIT(1t) I(1t)
EBIT (1t)=I(1t)+NI

Jadi, EBIT dibagikan kepada kreditur dalam bentuk biaya bunga (I) yang
besarnya sama dengan pinjaman (debt = D) dikalikan dengan tingkat bunganya
(kd). Sedangkan laba bersih (net income = NI) diberikan kepada pemilik yang
besarnya minimal sama dengan modal yang ditanam (equity = E) dikalikan
dengan biaya modalnya (Ke), sehingga diperoleh:EBIT (1-t) = D kd (1t) + E ke

88 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

c. Bagi persamaan di atas dengan total pendanaan (E+D), maka diperoleh:

EBIT (1-t) E D
------------ = -------- Ke + -------- Kd (1-t)
(E+D) (E+D) (E+D

E D
WACC = ------- Ke + ------- Kd (1-t)
E+D E+D

EBIT(1-t)/(E+D) adalah biaya modal dari usaha (WACC). Jadi, usaha tersebut
harus menghasilkan imbal hasil (return) minimum sebesar WACC, Jika tidak
NPV akan negatif.

d. Kalikan porsi pendanaan dengan biaya modal setelah pajak. Jumlah dari hasil
perkalian tersebut adalah rata-rata terimbang biaya modal usaha (WACC).
Dalam contoh ini adalah 15,5%.

Tabel L2.3
Menghitung Biaya Modal Usaha
Sumber Porsi Biaya Biaya Modal
Sumber Pendanaan
Pendanaan Pendanaan Modal Setelah Pajak Perkalian
(1) (2) (3) (4) = (1)x(3)
Modal Sendiri 30% 20% 20,0% 6,0%
Pinjaman 70% 16% 13,6% 9,5%
Total 100% WACC = 15,5%

2. Menghitung Internal Rate of Return


Internal rate of return (IRR) adalah tingkat pengembalian investasi yang
menyamakan arus kas masuk dan arus kas keluar. Jadi, pada posisi tersebut NPV
sama dengan nol. Untuk menghitung IRR dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
manual dan formula komputer (program Excel). Penggunaan formula komputer
dapat dilakukan bila perhitungan dibuat dalam spreadsheet Excel. Cara menghitung
IRR adalah sebagai berikut:

BANK INDONESIA 89
LAMPIRAN 2

A. Formula Komputer (Excel)


Formula Excel untuk berbagai perhitungan dapat dilihat dengan meng-klik fx
yang ada pada Toolbars komputer anda. Formula IRR adalah =IRR(arus kas bersih,%
sembarangan). Untuk lebih jelasnya lihat contoh perhitungan pada Tabel L2.4. Pada
sel C42 kita rumuskan: =IRR(C41:H41;10%). Tanda pemisah dalam rumus-rumus
Excel ada yang menggunakan koma (,) atau titik-koma (;), tergantung pada setting
yang dilakukan. Bila komputer menolak ketika digunakan separator koma, coba ganti
dengan titik-koma dan sebaliknya.

Tabel L2.4
Contoh Data Untuk Menghitung IRR dengan Formula Excel
A B C D E F G H
0 1 2 3 4 5
41 Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950
42 IRR 32,4%
43

B. Cara Manual
Perhitungan IRR dengan cara manual menggunakan formula interpolasi
sebagai berikut:
NPV1
IRR = r1 + (r2-r1) x ---------------------
NPV1 NPV2

Keterangan:
r1 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV1 bernilai positif
r2 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV2 bernilai negatif

Untuk menghitung IRR secara manual kita harus mempunyai dua NPV, satu
bernilai positif dan satu lagi negatif. Kita sudah mendapatkan NPV yang bernilai positif
seperti pada Tabel L2.1. Untuk mendapatkan NPV yang negatif, gunakan discount
rate yang besar. Jika kita sudah mendapatkan IRR dengan formula Excel, maka untuk
mendapatkan NPV negatif, gunakan discount rate yang lebih besar dari IRR komputer
tersebut. Contoh perhitungan dapat dilihat seperti pada Tabel L2.5.

90 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Dalam menggunakan rumus IRR di atas perlu diperhatikan bahwa NPV2 bernilai
negatif, bila dikurangkan terhadap NPV1 akan menghasilkan penjumlahan. Misalnya,
seperti pada Tabel L2.4 tampak bahwa NPV1 = 2.918 dan NPV2 = -320, maka (NPV1
NPV2) = 3.238. Jika perbedaan antara r1 dan r2 kecil, maka hasil perhitungan IRR manual
akan sama dengan hasil perhitungan formula Excel. Semakin besar perbedaan r1 dan
r2, maka perbedaan hasil perhitungan IRR manual dan formula Excel akan semakin
besar pula. Oleh karena itu, disarankan untuk menghitung IRR dengan formula Excel
lebih dahulu, kemudian bandingkan dengan cara manual.

Tabel L2.5
Contoh Perhitungan IRR Cara Manual
Uraian Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
No. Uraian 0 1 2 3 4 5
1 NPV POSITIF
Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950
Discount Rate (1) 15,5% 1,0000 0,8657 0,7494 0,6487 0,5615 0,4861
PV -6.370 2.078 2.023 1.751 1.516 1.920
NPV (1) 2.918
2 NPV NEGATIF
Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950
Discount Rate (2) 35,0% 1,0000 0,7407 0,5487 0,4064 0,3011 0,2230
PV -6.370 1.778 1.481 1.097 813 881
NPV (2) -320
r1 0,16
r2 0,35
NPV1 2.918
NPV2 -320
IRR 33,1%

3. Menghitung Payback Period


Contoh perhitungan jangka waktu pengembalian investasi (payback period)
adalah seperti pada Tabel L2.6. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai
berikut:
a. Ambil arus kas bersih dari Tabel L2.1.
b. Buat akumulasi arus kas bersih tersebut, sehingga akan tampak perubahan
akumulasi kas tersebut dari negatif ke positif. Sampai dengan akhir tahun kedua
akumulasi kas masih negatif dan pada akhir tahun ketiga sudah positif.

BANK INDONESIA 91
LAMPIRAN 2

c. Untuk akumulasi kas yang negatif kita tuliskan angka 1 di bawahnya (tidak
termasuk tahun 0).
d. Jumlahkan angka-angka pada baris tahun tersebut. Diperlukan lebih dari 2 tahun
untuk membuat supaya akumulasi arus kas tersebut positif.
e. Untuk menghitung waktu di atas tahun kedua sampai akumulasi arus kas tersebut
sama dengan nol, kita asumsikan bahwa arus kas yang dihasilkan sama besar
setiap bulan. Jika arus kas pada tahun ketiga sebesar Rp2.700, maka rata-rata
arus kas sebulan adalah Rp225. Jadi, untuk menutupi arus kas negatif sebesar
Rp1.270 pada akhir tahun kedua dibutuhkan waktu selama 5,6 bulan (1.270/225)
atau 0,47 tahun. Jadi, total waktu untuk mengembalikan investasi tersebut adalah
2,47 tahun.

Tabel L2.6
Contoh Menghitung Payback Period
Uraian Total 0 1 2 3 4 5
Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950
Akumulasi Arus Kas Bersih -6.370 -3.970 -1.270 1.430 4.130 8.080
Tahun 2 1 1 0 0 0
Bulan 0,47 0,00 0,00 0,47 0,00 0,00

4. Menghitung Benefit-Cost Ratio


Untuk menghitung B-C ratio lakukan langkah-langkah berikut:
a. Ambil present value (PV) pada Tabel L2.1 dan tempatkan seperti pada Tabel L2.7
b. Tempatkan PV arus kas yang positif pada baris kedua Tabel L2.7 dan PV arus kas
yang negarif pada baris berikutnya.
c. Hitung jumlah PV yang positif dan yang negatif pada baris yang bersangkutan.
d. Bagi jumlah PV positif dan jumlah PV negatif (abaikan tanda negatifnya), hasilnya
adalah B-C Ratio yang dicari, yaitu 1,37.

92 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel L2.7
Contoh Menghitung Benefit-Cost Ratio
Uraian Total 0 1 2 3 4 5
PV -6.370 2.078 2.023 1.751 1.516 1.920
PV Positif 9.288 0 2078 2023 1751 1516 1920
PV Negatif -6.370 -6370 0 0 0 0 0
B-C Ratio 1,46

5. Menghitung Titik Penjualan Pulang Pokok


Titik penjualan pulang pokok (breakeven sales) adalah nilai atau volume
penjualan yang memberikan laba sama dengan nol. Jadi, pada posisi pulang pokok,
nilai penjualan sama dengan biaya-biayanya. Perlu disadari bahwa titik penjualan
pulang pokok bukanlah ukuran untuk menilai kelayakan usaha. Indikator ini hanya
sebagai pedoman bagi pengusaha untuk melihat batas penjualan minimum yang
harus dicapai supaya memperoleh keuntungan. Secara matematis kondisi pulang
pokok dinyatakan sebagai berikut:

Laba = Penjualan Biaya-biaya


Pada titik pulang pokok laba = 0, maka
Penjualan Biaya-biaya = 0

Biaya-biaya dapat dikelompokkan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap adalah biaya-biaya yang tidak terpengaruh atau tidak berubah bila terjadi
perubahan dalam volume atau nilai penjualan, misalnya biaya penyusutan, biaya
sewa, biaya bunga, dan gaji karyawan tetap. Sedangkan biaya variabel adalah biaya-
biaya yang berubah-ubah mengikuti perubahan penjualan, misalnya biaya bahan
baku, biaya upah tenaga tidak tetap, dan biaya pemasaran.

BANK INDONESIA 93
LAMPIRAN 2

Bila kita uraikan komponen penjualan dan biaya-biaya tersebut, maka diperoleh
bahwa penjualan (sales = S) adalah hasil perkalian antara volume penjualan (quantity
=Q) dengan harga jual per unit (price = p) atau Qp. Sedangkan biaya terdiri dari biaya
tetap (fixed cost = F) dan biaya variabel (variable cost = V). Karena biaya variabel
berfluktuasi mengikuti penjualan, kita dapat menyatakan total biaya variabel tersebut
sebagai volume penjualan dikalikan dengan biaya variabel per unit (v), sehingga biaya
variabel sama dengan (Qv). Jadi, pada titik pulang pokok:

Penjualan Biaya-biaya = 0
Qp = F + V
Qp = F + Qv
Qp - Qv = F
Q(p-v) = F
Q = F/(p-v)

Faktor (p-v) disebut juga sebagai contribution margin. Jika ruas kanan pada persamaan
Q = F/(p-v) dibagi dengan p, maka diperoleh: Q = (F/p)/(1-v/p). Kalikan kedua ruas
persamaan tersebut dengan p, maka diperoleh: Qp = F/(1-v/p). Jika biaya variabel per
unit dan harga per unit pada pembagi persamaan di atas dikalikan dengan volume
penjualan (Q), maka diperoleh rumus penjualan pada titik pokok (breakeven sales
=BES) sebagai berikut:

F
BES = ------------------
Qv
1 ----------
Qp

F
BES = ------------------
V
1 ----------
S

94 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


MENU DAN CARA MENGOPERASIKAN PROGRAM SIMULASI BISNIS
(USAHA DISTRO)

Pengantar
Buku ini merupakan bagian dari laporan studi pola pembiayaan (lending model)
usaha Distro yang menjelaskan cara menggunakan program simulasi bisnis untuk
membuat proyeksi keuangan dan perhitungan kelayakan usaha tersebut. Program
simulasi bisnis ini menggunakan Excel yang mengintegrasikan semua asumsi dengan
proyeksi laporan keuangan dan perhitungan lainnya. Program simulasi ini membantu
dalam membuat proyeksi laba rugi, arus kas, neraca, modal kerja, perhitungan NPV,
IRR, payback period, benefit-cost ratio, break even sales, dan rasio keuangan. Karena
program ini terintegrasi, maka pengujian terhadap sensitifitas suatu asumsi terhadap
kelayakan usaha dapat dilakukan dengan mudah.

Menu program adalah seperti pada Gambar P.1. Daftar menu yang ada pada
gambar tersebut merupakan tombol yang dapat di-klik dan akan menampilkan
lembaran tempat memasukkan asumsi-asumsi yang bersangkutan. Misalnya, bila di-
klik tombol Barang Modal, maka di layar komputer akan tampil seperti pada Tabel P-1.
Asumsi hanya dapat dimasukkan kedalam sel yang berwarna kuning dan tulisannya
berwarna merah. Jika dipasang proteksinya, maka kursor hanya akan bergerak dalam
sel-sel yang berwarna kuning itu saja, sehingga tidak khawatir angka-angka dalam
sel-sel lain terhapus. Sel-sel tersebut berisi formula dan berhubungan (link) dengan
sel-sel lainnya. Jika terhapus akan merusak program keseluruhan. Untuk kembali ke
Menu Utama (Gambar 1) klik tombol Go to Menu.

1. Harta Tetap
Tempat memasukkan nilai harta tetap digunakan sheet seperti pada Tabel P-1.
Kebutuhan dana adalah untuk membeli harta tetap, seperti tanah, bangunan, mesin-
mesin dan peralatannya, kendaraan, peralatan toko, peralatan kantor dan furnitur. Jika

BANK INDONESIA 95
PROGRAM SIMULASI BISNIS

dibutuhkan rincian setiap kelompok harta tetap tersebut, misalnya kendaraan terdiri
dari berbagai jenis mobil dan sepeda motor dapat dibuat pada lembar kerja (sheet)
lain. Kedalam program ini masukkan jumlahnya saja. Anda dapat menghubungkan
(link) total tabel rincian harta tetap tersebut dengan kelompok harta tetap yang
bersangkutan. Pada program simulasi ini disediakan fasilitas untuk memasukkan
kenaikan biaya investasi barang modal, bila diasumsikan harga barang-barang modal
mengalami kenaikan selama periode pembangunannya. Kenaikan biaya dapat terjadi
karena perubahan harga atau akibat perubahan kualitas bahan-bahan yang digunakan
dari yang murah menjadi yang mahal. Tabel 1 juga tempat memasukkan tarif pajak
perusahaan (corporate tax) dan tahun awal dimulainya pembangunan usaha ini.

Gambar P.1
Menu Program Studi Kelayakan Distro

Zalmi Zubir, SE.MBA

BARANG MODAL TERMS OF PAYMENT LABA-RUGI

PENARIKAN DANA TRANSP & GUDANG MODAL KERJA

FINANCING BIAYA PEMASARAN COST OF CAPITAL


IDC ASURANSI NPV, IRR, PAYBACK
BIAYA PRAOPERASI BIAYA SEWA CASH FLOW
BIAYA PENYUSUTAN BIAYA OPERASI TAMBAHAN DANA
MODAL KERJA AWAL DEVIDEN CICILAN DAN BUNGA
PENJUALAN BEP NERACA
IKHTISAR PENJUALAN SENSITIVITAS RASIO KEUANGAN

96 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

2. Skedul Pembangunan dan Penarikan Dana Investasi


Program simulasi ini hanya dapat menampung skedul pembangunan usaha
selama 12 bulan. Pada Tabel P-2 tampak bahwa periode pembangunan hanya dua
bulan. Penarikan dana disesuaikan dengan rencana penggunaannya. Misalnya,
pembayaran biaya renovasi ruangan toko atau bangunan dilakukan secara bertahap
dalam dua bulan, masing-masing 50% pada bulan pertama dan 50% pada bulan
kedua. Pembelian kendaraan dilakukan pada bulan pertama dan pembayarannya
diasumsikan tunai. Peralatan toko, peralatan kantor, dan furnitur diadakan pada
bulan kedua. Pembayarannya dilakukan pada bulan yang bersangkutan. Pada bulan
pertama dibutuhkan dana sebesar Rp75.000.000 dan pada bulan kedua sebesar
Rp99.000.000. Pengunaan dana untuk barang modal lainnya disesuaikan dengan
skedul pengadaan barang tersebut. Jika skedul pembangunan usaha kurang dari 12
bulan, misalnya 8 bulan, maka kolom tabel yang diisi adalah delapan kolom yang
terakhir. Jadi, kolom pertama sampai dengan keempat dikosongkan.

Tabel P-1
Biaya Investasi Barang Modal

Go to Menu

NPV = 473.060.398
Nilai Nilai
No. Harta Tetap Perolehan Setelah Kenaikan
1 Tanah 0 0
2 Renovasi Toko 100.000.000 100.000.000
3 Mesin-mesin dan Peralatan 4.000.000 4.000.000
4 Kendaraan 25.000.000 25.000.000
5 Peralatan Toko 10.000.000 10.000.000
6 Peralatan kantor 25.000.000 25.000.000
7 Furniture 10.000.000 10.000.000
Total 174.000.000 174.000.000

Antisipasi kenaikan investasi 0,00%


Tahun Pembangunan 0
Asumsi pajak 15%

BANK INDONESIA 97
PROGRAM SIMULASI BISNIS

Tabel P-2
Skedul Pembangunan dan Alokasi Penarikan Dana Investasi Barang Modal

Go to Menu

NPV = 473.060.398
BULAN
Uraian Keterangan Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tanah Tidak ada 0,00%
Renovasi Toko OK 100,00% 50,00% 50,00%
Mesin-mesin dan Peralatan OK 100,00% 100,00%
Kendaraan OK 100,00% 100,00%
Peralatan Toko OK 100,00% 100,00%
Peralatan kantor OK 100,00% 100,00%
Furniture OK 100,00% 100,00%

HARTA TETAP % Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12


Tanah 0,0% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Renovasi Toko 57,5% 100.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50.000.000 50.000.000
Mesin-mesin dan Peralatan 2,3% 4.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.000.000
Kendaraan 14,4% 25.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25.000.000 0
Peralatan Toko 5,7% 10.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10.000.000
Peralatan kantor 14,4% 25.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25.000.000
Furniture 5,7% 10.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10.000.000
Total 100,0% 174.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 75.000.000 99.000.000

3. Pendanaan
Tabel P-3 adalah tempat memasukkan porsi pendanaan investasi barang
modal, modal kerja, tingkat bunga, dan jangka waktu pelunasan pinjaman (tenor).
Jika 30% dari kebutuhan dana untuk barang modal di belanjai dengan modal sendiri,
maka sisanya secara otomatis dibelanjai dengan pinjaman bank. Demikian pula
dengan kebutuhan modal kerja. Masukkan tingkat bunga, biaya provisi kredit dan
jangka waktu pelunasan pinjaman tersebut. Program simulasi ini juga memberikan
fasilitas untuk memasukkan tingkat bunga dan jangka waktu kredit pinjaman baru bila
arus kas operasional usaha ini mengalami shortage. Tetapi, sangat disarankan dalam
membuat analisis kelayakan usaha, proyeksi keuangan usaha ini tidak mengalami
cash shortage.

98 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel P-3
Pendanaan Usaha (Financing)

Go to Menu

NPV = 473.060.398
INVESTASI BARANG MODAL MODAL KERJA
Modal Sendiri (% ) 30,0% 52.200.000 Modal Sendiri 30,0%
Pinjaman (% ) 70,0% 121.800.000 Pinjaman 70%
Total 100,0% 174.000.000 Total 100%
BIAYA BUNGA (IDC)
Biaya Bunga 16,0% 2.324.000 Biaya Bunga 16,0%
Biaya Provisi 1,0% 1.218.000 Biaya Provisi 1,0%
Cicilan Utang Pokok (tahun) 3
Cicilan Utang IDC (tahun) 1

Pinjaman Baru
Cicilan 3
Biaya bunga 16,0%

4. Penarikan Dana dan IDC


Tabel P-4 menyajikan dana yang harus ditarik setiap bulan selama periode
pembangunan dan biaya bunga yang timbul selama periode tersebut (interest during
construction = IDC). Jika sebagian kebutuhan dana dibiayai dengan pinjaman, misalnya
70%, maka pada bulan pertama penarikan pinjaman adalah Rp 52.500.000 dan pada
bulan kedua Rp 69.300.000. Penarikan dana pinjaman tersebut akan mempengaruhi
besarnya IDC. Jika tingkat bunga pinjaman sebesar 16% per tahun dan biaya provisi
kredit sebesar 1,0% dari pinjaman, maka IDC dan biaya provisi masing-masing adalah
Rp 2.324.000 dan Rp 1.218.000. Program ini juga memungkinkan untuk menunda
pembayaran bunga sampai proyek beroperasi secara komersial, yaitu dengan
memasukkan angka nol pada asumsi pembayaran bunga.

5. Biaya Praoperasi
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode konstruksi meliputi biaya
perizinan, upah, dan biaya administrasi. Cara memasukkan asumsi kedalam Tabel P-5
sama dengan Tabel P-2.

BANK INDONESIA 99
PROGRAM SIMULASI BISNIS

Tabel P-4
Penarikan dana, IDC dan Biaya Provisi Kredit

Go to Menu

NPV = 473.060.398
BULAN
HARTA TETAP % Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tanah 0,0% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Renovasi Toko 57,5% 100.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50.000.000 50.000.000
Mesin-mesin dan Peralatan 2,3% 4.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.000.000
Kendaraan 14,4% 25.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25.000.000 0
Peralatan Toko 5,7% 10.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10.000.000
Peralatan kantor 14,4% 25.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25.000.000
Furniture 5,7% 10.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10.000.000
Total 100,0% 174.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 75.000.000 99.000.000

FINANCING 0 Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Modal Sendiri 0 52.200.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22.500.000 29.700.000
Pinjaman 1 121.800.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 52.500.000 69.300.000
Total 1 174.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 75.000.000 99.000.000

BIAYA BUNGA (IDC)


Biaya Bunga 16,0% 2.324.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.400.000 924.000
Pembayaran Bunga 100,0% 2.324.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.400.000 924.000
Bunga Terutang 0,0% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Provisi 1,0% 1.218.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel P-5
Biaya Praoperasi

Go to Menu

NPV = 473.060.398
BULAN
BIAYA Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Upah 1.000.000 500.000 500.000
Biaya Izin-izin 13.100.000 13.100.000
Biaya Konsultan 0
Biaya Administrasi Lain-lain 2.000.000 1.000.000 1.000.000
Total 16.100.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14.600.000 1.500.000

6. Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan adalah alokasi dari nilai perolehan harta tetap selama umur
ekonomisnya. Metode penyusutan ada bermacam-macam seperti metode garis lurus
(straight line), sum of the year digit method, declining balance method, dan double
declining balace method. Metode penyusutan yang paling sederhana dan yang

100 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

digunakan dalam program ini adalah garis lurus, yaitu dengan membagi nilai perolehan
harta tetap dengan umur ekonomisnya. Tabel P-6 adalah tempat memasukkan umur
ekonomis harta tetap. Perlu diingat bahwa tanah lokasi usaha tidak disusutkan karena
tanah tidak mengalami penurunan kondisi fisik dan nilai.

Tabel P-6
Biaya Penyusutan

Go to Menu

NPV = 473.060.398
Nilai Umur Biaya
HARTA TETAP Perolehan Ekonomis Depresiasi/Thn
Tanah 0 0 0
Renovasi Toko 100.000.000 5 20.000.000
Mesin-mesin dan Peralatan 4.000.000 5 800.000
Kendaraan 25.000.000 5 5.000.000
Peralatan Toko 10.000.000 5 2.000.000
Peralatan kantor 25.000.000 5 5.000.000
Furniture 10.000.000 5 2.000.000
Total 174.000.000 34.800.000

7. Modal Kerja Awal


Tabel P-7 adalah tempat menghitung besarnya modal kerja yang dibutuhkan
pada awal periode. Besarnya modal kerja tersebut dipengaruhi oleh volume kegiatan
usaha dan lamanya proses produksi sejak dari bahan baku sampai barang jadi. Jika
untuk membuat produk dibutuhkan waktu selama satu minggu, maka kebutuhan
modal kerja selama periode tersebut biasanya dua kali biaya produksi seminggu atau
lebih. Jika hasil penjualan diterima seminggu kemudian, maka modal kerja yang
dibutuhkan paling kurang tiga kali dari nilai bahan baku periode yang bersangkutan.

8. Penjualan
Program simulasi ini dapat menampung sebanyak 25 macam produk (lihat
Tabel P-8). Volume penjualan dapat pula diasumsikan naik dengan persentase tertentu,
misalnya 10% per tahun dan biaya produksi juga meningkat dengan persentase

BANK INDONESIA 101


PROGRAM SIMULASI BISNIS

tertentu pula, misalnya 10% per tahun. Asumsi kenaikkan volume penjualan
tergantung pada perkiraan pengusaha terhadap perkembangan permintaan dan
penawaran produknya di masa yang akan datang. Kenaikkan biaya produksi juga
tergantung pada perkembangan biaya bahan baku, upah jahit dan sablon. Dalam
program simulasi ini kenaikan biaya produksi sebesar 10% akan meningkatkan
harga jual dengan persentase yang sama karena harga jual ditetapkan berdasarkan
biaya produksi ditambah dengan margin dengan persentase tertentu. Jika tidak
ada kenaikan, masukkan angka nol. Dalam biaya produksi belum termasuk biaya
operasional, seperti upah/gaji karyawan, biaya administrasi, biaya pemasaran, dan
biaya bunga. Ikhtisar penjualan, biaya produksi, dan margin dapat dilihat pada Tabel
P-9.

Tabel P-7 Modal Kerja Awal (Untuk Bahan Baku)

Go to Menu

NPV = 473.060.398
Volume Modal Kerja Produk yang Kebutuhan
No. Barang Penjualan Awal dibuat Biaya Modal Kerja
Dagangan (Unit) (Minggu) (Unit) (Rp/Unit) (Rp)
1 T-shirt 3.240 2 125 35.000 4.361.538
2 Kemeja 1.944 2 75 45.000 3.364.615
3 Jaket 1.944 2 75 75.000 5.607.692
4 Blazer 1.944 2 75 75.000 5.607.692
5 Tas 0 0 0 0
6 Sepatu 0 0 0 0
7 Sendal 0 0 0 0
8 0 0 0 0
9 0 0 0 0
10 0 0 0 0
11 0 0 0 0
12 0 0 0 0
13 0 0 0 0
14 0 0 0 0
15 0 0 0 0
16 0 0 0 0
17 0 0 0 0
18 0 0 0 0
19 0 0 0 0
20 0 0 0 0
21 0 0 0 0
22 0 0 0 0
23 0 0 0 0
24 0 0 0 0
25 0 0 0 0
Total 18.941.538

102 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel P-8
Volume Penjualan, Margin, dan Kenaikan Biaya Produksi

Go to Menu

NPV = 473.060.398
Persediaan Biaya Kenaikan Kenaikan
No. Barang Penjualan Akhir Produksi Margin Vol.Penjualan Biaya Prod Harga Jual
Dagangan (Unit) (Hari) (Rp/Unit) (Rp/Unit) (%/Thn) (%/Thn) (Rp/Unit)
1 T-shirt 3.240 14 35.000 100,0% 0,0% 0,0% 70.000
2 Kemeja 1.944 14 45.000 100,0% 0,0% 0,0% 90.000
3 Jaket 1.944 14 75.000 100,0% 0,0% 0,0% 150.000
4 Blazer 1.944 14 75.000 100,0% 0,0% 0,0% 150.000
5 Tas 0
6 Sepatu 0
7 Sandal 0
8 0
9 0
10 0
11 0
12 0
13 0
14 0
15 0
16 0
17 0
18 0
19 0
20 0
21 0
22 0
23 0
24 0
25 0

BANK INDONESIA 103


PROGRAM SIMULASI BISNIS

Tabel P-9
Ikhtisar Penjualan, Biaya Produksi dan Margin

Go to Menu

NPV = 473.060.398
Uraian 1 2 3 4 5
Penjualan 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000
Biaya Produksi 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000
Gross Margin 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000

9. Pembelian dan Penjualan Kredit


Kedalam program ini dapat pula dimasukkan porsi penjualan di lokasi distro
dan kota lain, diskon dan jangka waktu kredit penjualan dan pembelian (term of
payment). Pada Tabel P-10 dapat dilihat volume produk yang dijual di kota Bandung
sekitar 50% dan yang dijual ke kota lain sekitar 50%. Separoh dari produk yang dijual di
Bandung dititipkan pada distro lain (konsinyasi). Untuk produk-produk yang dititipkan
pada distro lain (konsinyasi) diberikan tenggang waktu pembayaran sampai 30 hari.
Program simulasi ini juga dilengkapi dengan fasilitas untuk memasukkan penjualan ke
kota lain yang dilakukan secara kredit serta tenggang waktu pembayarannya.

104 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel P-10
Term of Payment Penjualan dan Pembayaran

Go to Menu

NPV = 473.060.398
Porsi Dijual Sendiri Konsinyasi
Penjualan di Bandung 50,0% 50,0% 50,0%
TOP (hari) 0 30
Porsi Tunai Kredit
Penjualan ke kota lain 50,0% 90,0% 10,0%
TOP (hari) 30
Diskon 0,0%

TOP Penjahit 15 hari

10. Biaya Transportasi, Bongkar-Muat dan Penyimpanan


Biaya pengangkutan adalah untuk membawa bahan baku dari pabrik
pemasok ke tukang jahit. Jika bahan baku disediakan oleh penjahit, maka tidak ada
biaya transpor bahan baku. Biaya transpor barang jadi adalah untuk mengangkut
hasil produksi dari penjahit dan pendistribusiannya ke distro-distro lain (konsinyasi).
Biaya pengangkutan atau pengiriman produk pesanan ke derah lain ditanggung oleh
pembeli.

Tabel P-11 adalah tempat memasukkan biaya pengangkutan, bongkar muat


dan penyimpanan bahan baku dan barang jadi. Dalam program ini diasumsikan
biaya-biaya tersebut dibebankan pada bahan baku, sehingga mempengaruhi harga
pokok penjualannya. Biaya-biaya tersebut ditetapkan berdasarkan persentase tertentu
terhadap nilai pembelian bahan baku atau biaya produksi.

BANK INDONESIA 105


PROGRAM SIMULASI BISNIS

Tabel P-11
Biaya Pengangkutan, Bongkar-Muat, dan Biaya Penyimpanan

Go to Menu

NPV = 473.060.398
Uraian Asumsi Keterangan
Biaya Transportasi 2,00% terhadap nilai pembelian
Biaya Bongkar-muat 1,00% terhadap nilai pembelian
Biaya Penyimpanan 0,00% terhadap nilai pembelian
1 2 3 4 5
Persedian awal barang dagangan 18.941.538 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000
Pembelian 492.768.462 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000
Persediaan akhir barang dagangan 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000
Penjualan 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000

Biaya Transportasi 9.855.369 9.849.600 9.849.600 9.849.600 9.849.600


Biaya Bongkar-muat 4.927.685 4.924.800 4.924.800 4.924.800 4.924.800
Biaya Penyimpanan 0 0 0 0 0
Harga Pokok Penjualan 507.263.054 507.254.400 507.254.400 507.254.400 507.254.400

11. Biaya Pemasaran


Biaya pemasaran meliputi biaya iklan dan promosi, biaya pembungkus, dan
jamuan (entertainment). Biasanya, dalam kegiatan distro tidak dipisahkan antara biaya
promosi dan entertainment. Biaya promosi meliputi pemasangan iklan di majalah,
pembuatan brosur, flier, sponsorship suatu pementasan musik, bazar, dan lain-lain.
Kedalam program ini dapat pula dimasukkan persentase rata-rata kenaikan biaya-
biaya tersebut setiap tahun (lihat Tabel P-12).

12. Biaya Asuransi


Tabel P-13 adalah tempat untuk memasukkan premi asuransi, yaitu asuransi
kerugian untuk perlindungan harta tetap perusahaan, kecuali tanah. Misalnya
perlindungan terhadap kebakaran, banjir, dan bencana lainnya. Selain itu, barang
dagangan juga diasuransikan. Pada Tabel P-13 hanya tampak biaya asuransi untuk
harta tetap. Dalam biaya asuransi yang tercantum pada Tabel P-18 sudah termasuk
biaya asuransi untuk barang dagangan.

106 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

13. Biaya Sewa


Pada umumnya distro tidak mempunyai gedung atau bangunan pabrik dan
toko sendiri. Fasilitas tersebut disewa dari pihak lain. Dalam program simulasi ini
disediakan fasilitas untuk menyewa tempat usaha, kendaraan, dan peralatan lainnya
serta persentase kenaikan biaya sewa rata-rata per tahun (lihat Tabel P-14).

Tabel P-12
Biaya Pemasaran

Go to Menu

NPV = 473.060.398
Uraian Asumsi Keterangan Kenaikan Biaya
Biaya Iklan dan Promosi 5.000.000 Rp per bulan 0,0% % per tahun
Biaya Packaging 2.000.000 Rp per bulan 0,0% % per tahun
Biaya Entertainment 0 Rp per bulan % per tahun
1 2 3 4 5
Biaya Iklan dan Promosi 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000
Biaya Packaging 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
Biaya Entertainment 0 0 0 0 0
Total 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000

Tabel P-13
Biaya Asuransi

Go to Menu

NPV = 473.060.398

Asset yang diasuransikan (Rp) 174.000.000


Premi Asuransi (%) 0,20%
Premi Asuransi (Rp) 348.000

BANK INDONESIA 107


PROGRAM SIMULASI BISNIS

Tabel P-14
Biaya Sewa

Go to Menu

NPV = 473.060.398
1 2 3 4 5
Sewa Tempat Usaha 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Sewa Kendaraan 0 0 0 0
Sewa Peralatan 0 0 0 0

Kenaikan Sewa 0,0% per tahun

14. Biaya Operasi


Tabel P-15 adalah tempat memasukkan biaya-biaya operasional. Biaya operasi
meliputi biaya upah/gaji tenaga kerja, biaya administrasi, transportasi, dan lain-lain.
Biaya gaji sesuai dengan jumlah tenaga kerja dan gaji masing-masing karyawan yang
ada (payroll). Biaya administrasi dan biaya transportasi adalah perkiraan rata-rata biaya
tersebut per bulan. Program simulasi ini menyediakan fasilitas untuk memasukkan
asumsi kenaikan gaji dan biaya administasi sebesar persentase tertentu per tahun.

15. Kebutuhan Modal Kerja


Tabel P-16 menampilkan proyeksi modal kerja sebagai hasil dari berbagai input
asumsi sebelumnya. Kebutuhan modal kerja adalah untuk pembelanjaan dana yang
tertanam dalam piutang, persediaan, dan biaya sewa toko setelah dikurangi dengan
kredit yang diperoleh dari pemasok dan penjahit. Kebutuhan modal kerja untuk bahan
baku dan sewa toko ditarik pada tahun 0 (periode pembangunan) karena renovasi
toko dapat dilakukan kalau sewanya sudah dibayar.

108 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel P-15
Proyeksi Biaya Operasi

Go to Menu

NPV = 473.060.398
1 2 3 4 5
Biaya upah/gaji 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000
Biaya administrasi dan umum 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Biaya Transportasi 0 0 0 0 0
Total 73.000.000 73.000.000 73.000.000 73.000.000 73.000.000

Kenaikkan Biaya
Biaya upah/gaji 0%
Biaya administrasi dan umum 0%
Biaya Transportasi 0%
SUMMARY BIAYA OPERASIONAL
1 2 3 4 5
Biaya upah/gaji 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000
Biaya penyusutan 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000
Biaya asuransi 1.333.537 1.332.960 1.332.960 1.332.960 1.332.960
Biaya administrasi dan umum 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Biaya Admin Lain-lain 0 0 0 0 0
Biaya sewa 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Total 184.133.537 184.132.960 184.132.960 184.132.960 184.132.960

BANK INDONESIA 109


PROGRAM SIMULASI BISNIS

Tabel P-16
Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja

Go to Menu

Uraian 0 1 2 3 4 5
Piutang usaha 0 24.624.000 24.624.000 24.624.000 24.624.000 24.624.000
Persediaan Barang Dagangan 18.941.538 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000
Sewa dibayar dimuka 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Total 93.941.538 118.854.000 118.854.000 118.854.000 118.854.000 118.854.000

Utang usaha 0 20.532.019 20.520.000 20.520.000 20.520.000 20.520.000


Kebutuhan Modal Kerja 93.941.538 98.321.981 98.334.000 98.334.000 98.334.000 98.334.000
Incremental Working Capital 93.941.538 4.380.442 12.019 0 0 0
Fiancing
Modal Sendiri 28.182.462 1.314.133 3.606 0 0 0
Pinjaman 65.759.077 3.066.310 8.413 0 0 0
Total 93.941.538 4.380.442 12.019 0 0 0
Biaya Bunga 1.753.575 11.012.062 11.013.408 11.013.408 11.013.408 11.013.408
Biaya Provisi 657.591 688.254 688.338 688.338 688.338 688.338

16. Harga Pokok Penjualan


Tabel P-17 adalah proyeksi harga pokok penjualan (HPP). Harga pokok
penjualan dibuat seperti HPP usaha dagang karena dalam hal ini distro tidak
mempunyai alat produksi sendiri.

110 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel P-17
Proyeksi Harga Pokok Penjualan

Go to Menu

1 2 3 4 5
Persedian awal barang dagangan 18.941.538 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000
Pembelian 492.768.462 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000
Persediaan akhir barang dagangan 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000
Penjualan 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000
Biaya Transportasi 9.855.369 9.849.600 9.849.600 9.849.600 9.849.600
Biaya Bongkar-muat 4.927.685 4.924.800 4.924.800 4.924.800 4.924.800
Biaya Penyimpanan 0 0 0 0 0
Harga Pokok Penjualan 507.263.054 507.254.400 507.254.400 507.254.400 507.254.400

17. Proyeksi Laba-Rugi


Tabel P-18 adalah proyeksi laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian yang
diperoleh sangat tergantung pada asumsi yang digunakan. Jika usaha ini merugi,
sementara harga pokok penjualan dan biaya operasi sudah mencerminkan kondisi
yang sesungguhnya, maka dapat dikatakan bahwa volume penjualannya masih di
bawah titik pulang pokok atau harga jual terlalu murah. Jika terjadi kerugian sementara
penjualan sudah maksimal, maka koreksian dapat dilakukan terhadap diskon, biaya
pemasaran, dan biaya-biaya lainnya. Namun demikian, dalam menurunkan asumsi
biaya pemasaran dan diskon perlu dipertimbangkan bahwa volume penjualan
juga dipengaruhi oleh biaya-biaya tersebut. Jika tidak diberikan diskon dan biaya
pemasarannya juga terlalu kecil, maka volume penjualan akan turun. Kerugian juga
dapat disebabkan oleh biaya bunga yang lebih besar daripada laba operasi.

BANK INDONESIA 111


PROGRAM SIMULASI BISNIS

Tabel P-18
Proyeksi Laba-Rugi

Go to Menu

Uraian 0 1 2 3 4 5
Penjualan 0 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000
Diskon 0 0 0 0 0 0
Penjualan Bersih 0 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000
Harga pokok penjualan 0 507.263.054 507.254.400 507.254.400 507.254.400 507.254.400
Laba kotor 0 477.696.946 477.705.600 477.705.600 477.705.600 477.705.600
Biaya Operasional
Biaya upah/gaji 0 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000
Biaya penyusutan 0 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000
Biaya asuransi 0 1.333.537 1.332.960 1.332.960 1.332.960 1.332.960
Biaya administrasi dan umum 16.100.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Biaya Admin Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Biaya pemasaran 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya sewa 0 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Total biaya operasional 16.100.000 268.133.537 268.132.960 268.132.960 268.132.960 268.132.960
Laba operasi (16.100.000) 209.563.409 209.572.640 209.572.640 209.572.640 209.572.640
Biaya bunga 4.077.575 19.488.000 13.928.895 7.480.332 0 0
Pendapatan (biaya) lain-lain (1.875.591) (688.254) (688.338) (688.338) (688.338) (688.338)
Laba sebelum pajak (22.053.166) 189.387.155 194.955.407 201.403.970 208.884.302 208.884.302
Pajak perusahaan 0 28.408.073 29.243.311 30.210.595 31.332.645 31.332.645
Laba bersih (22.053.166) 160.979.082 165.712.096 171.193.374 177.551.657 177.551.657

18. Titik Penjualan Pulang Pokok


Tabel P-19 menyajikan perhitungan titik penjualan pulang pokok (break even
sales). Untuk perhitungan tersebut harus dimasukkan klasifikasi biayanya: biaya
tetap (T) atau biaya variabel (V). Jika produk yang dijual hanya T-shirt atau produk
nomor 1 pada Tabel P-8, maka akan didapatkan volume penjualan produk tersebut
pada titik pulang pokok dalam sehari, seminggu, dan setahun. Untuk mendapatkan
keuntungan, penjualan harus di atas titik penjualan pulang pokok tersebut.

112 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel P-19
Proyeksi Titik Penjualan Pulang Pokok (Break Even Sales)

Go to Menu

Jenis Biaya 1 2 3 4 5
Biaya sewa T 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Biaya upah/gaji T 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000
Biaya penyusutan T 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000
Biaya Bunga T 19.488.000 13.928.895 7.480.332 0 0
Biaya asuransi T 1.333.537 1.332.960 1.332.960 1.332.960 1.332.960
Nilai Perolehan Barang Dagangan V 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000
Biaya pemasaran V 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya administrasi dan umum V 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Pajak V 28.408.073 29.243.311 30.210.595 31.332.645 31.332.645
Biaya Transportasi V 9.855.369 9.849.600 9.849.600 9.849.600 9.849.600
Biaya Bongkar-muat V 4.927.685 4.924.800 4.924.800 4.924.800 4.924.800
Biaya Admin Lain-lain V 0 0 0 0 0
Biaya Penyimpanan V 0 0 0 0 0
TOTAL 823.292.664 818.559.566 813.078.288 806.720.005 806.720.005

Biaya Variabel 644.671.127 645.497.711 646.464.996 647.587.045 647.587.045


Biaya Tetap 178.621.537 173.061.855 166.613.292 159.132.960 159.132.960
Penjualan 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000
BE Sales 517.016.814 502.144.155 484.814.920 464.588.516 464.588.516
BE Sales/Penjualan 52,5% 51,0% 49,2% 47,2% 47,2%

Jika yang dijual hanya T-Shirt


Harga T-Shirt 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000
Volume Penjualan (Unit) 7.386 7.173 6.926 6.637 6.637
Volume Penjualan (Lusin) 615,5 597,8 577,2 553,1 553,1
Volume Penjualan/Bulan (Lusin) 51,3 49,8 48,1 46,1 46,1
Volume Penjualan/Hari (Lusin) 1,7 1,7 1,6 1,5 1,5
Volume Penjualan/Hari (Potong) 21 20 19 18 18
Penjualan/Hari (Rp) 1.436.158 1.394.845 1.346.708 1.290.524 1.290.524
Penjualan/Minggu(Rp) 10.053.105 9.763.914 9.426.957 9.033.666 9.033.666

19. Proyeksi Arus Kas


Tabel P-20 adalah proyeksi arus kas (cash flow) operasional dengan metode
langsung (direct method). Dalam menguji kelayakan usaha, selain memperhatikan
net present value yang positif, juga harus diperhatikan supaya tidak terjadi cash
shortage atau bleeding pada arus kas operasionalnya. Bila terjadi cash shortage, maka
kekurangan kas tersebut akan ditempatkan sebagai pinjaman baru. Oleh karena itu,
jangka waktu pelunasan dan tingkat bunga pinjaman baru pada Tabel P-3 harus
diisi. Tetapi dalam perhitungan kelayakan usaha, jangan sampai terjadi cash shortage
tersebut.

BANK INDONESIA 113


PROGRAM SIMULASI BISNIS

Jika cash shortage tidak bisa dihindarkan, pertanyaannya adalah: Siapa yang
akan menalangi kekurangan kas tersebut? Pada Tabel P-21 dapat dimasukkan dana
sendiri untuk menutupi kekurangan kas tersebut. Jika semua kekurangan kas ditutupi
dengan modal sendiri, maka pinjaman baru akan sama dengan nol.
Tabel P-20
Proyeksi Arus Kas Operasional

Go to Menu

Uraian 0 1 2 3 4 5
PENERIMAAN
Penerimaan dari penjualan 0 960.336.000 960.336.000 960.336.000 960.336.000 960.336.000
Diskon 0 0 0 0 0 0
Penerimaan piutang usaha 0 0 24.624.000 24.624.000 24.624.000 24.624.000
Pendapatan lain-lain 0 0 0 0 0 0
Total penerimaan 0 960.336.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000
PEMBAYARAN
Pembayaran pembelian 18.941.538 472.236.442 471.960.000 471.960.000 471.960.000 471.960.000
Pembayaran utang usaha 0 0 20.532.019 20.520.000 20.520.000 20.520.000
Biaya upah/gaji 0 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000
Biaya asuransi 0 1.333.537 1.332.960 1.332.960 1.332.960 1.332.960
Biaya administrasi dan umum 16.100.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Biaya Admin Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Biaya pemasaran 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya sewa 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Pajak perusahaan 0 0 28.408.073 29.243.311 30.210.595 31.332.645
Pembayaran cicilan utang bank 0 34.744.409 40.303.514 46.752.077 0 0
Pembayaran bunga 4.077.575 19.488.000 13.928.895 7.480.332 0 0
Biaya provisi bank 1.875.591 688.254 688.338 688.338 688.338 688.338
Deviden 0 0 160.979.082 165.712.096 171.193.374 177.551.657
Pembelian harta tetap baru 174.000.000 0 0 0 0 0
Total pembayaran 289.994.705 775.273.696 984.907.282 990.463.514 942.679.668 950.160.000
Selisih penerimaan dan pembayaran (289.994.705) 185.062.304 52.718 (5.503.514) 42.280.332 34.800.000
Kas awal 0 0 189.442.746 189.507.484 184.003.970 226.284.302
Kas sebelum financing (289.994.705) 185.062.304 189.495.465 184.003.970 226.284.302 261.084.302
FINANCING
Investasi Harta Tetap
Modal Sendiri 71.842.000 0 0 0 0 0
Pinjaman Bank 121.800.000 0 0 0 0 0
Modal Kerja
Modal Sendiri 30.593.628 1.314.133 3.606 0 0 0
Pinjaman Bank 65.759.077 3.066.310 8.413 0 0 0
Pinjaman Baru 0 0 0 0 0 0
Total financing 289.994.705 4.380.442 12.019 0 0 0
Kas akhir 0 189.442.746 189.507.484 184.003.970 226.284.302 261.084.302

114 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

20. Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman


Tabel P-22 menyajikan program pembayaran cicilan dan biaya bunga pinjaman
utang bank jangka panjang (untuk pembelian harta tetap). Cicilan dan biaya bunga
dihitung dengan metode anuitas (pembayaran tetap). Jangka waktu pelunasan utang
dapat diubah-ubah, maksimum lima tahun. Pembayaran cicilan dan biaya bunga
per bulan diperoleh dengan membagi pembayaran cicilan dan biaya bunga setahun
dengan 12. Jika suatu usaha dapat melunasi utangnya dalam jangka waktu yang
diperjanjikan, maka usaha tersebut bankable di mata kreditur.

Tabel P-21
Tambahan Modal Sendiri Untuk Menutupi Cash Shortage

Go to Menu

NPV = 473.060.398
0 1 2 3 4 5
Investasi Harta Tetap
Modal Sendiri 71.842.000 0 0 0 0 0
Pinjaman Bank 121.800.000 0 0 0 0 0
Modal Kerja
Modal Sendiri 30.593.628 1.314.133 3.606 0 0 0
Pinjaman Bank 65.759.077 3.066.310 8.413 0 0 0
Pinjaman Baru 0 0 0 0 0 0
Total financing 289.994.705 4.380.442 12.019 0 0 0
Kas akhir 0 189.442.746 189.507.484 184.003.970 226.284.302 261.084.302

21. Proyeksi Neraca


Pada Tabel P-23 dapat dilihat proyeksi neraca untuk lima tahun ke depan.
Dalam program simulasi ini, proyeksi neraca penting dibuat selain sebagai salah satu
laporan keuangan perusahaan juga sebagai alat kontrol terhadap kebenaran program
dan untuk mendapatkan nilai sisa modal kerja yang akan digunakan dalam perhitungan
kelayakan usaha. Jika proyeksi neraca tidak balance, berarti ada kesalahan dalam
program. Angka-angka dalam kolom Kontrol Neraca harus sama dengan nol.

BANK INDONESIA 115


PROGRAM SIMULASI BISNIS

22. Rasio Keuangan


Rasio-rasio keuangan merupakan indikator terhadap kesehatan kinerja usaha.
Rasio keuangan dikelompokkan atas liquidity ratio, activity ratio, leverage ratio dan
profitability ratio (Lihat Tabel P-24). Jika anda belum puas dengan proyeksi kinerja
usaha tersebut, perbaiki asumsi-asumsi yang mempengaruhi rasio keuangan tersebut.
Misalnya, profit margin terlalu rendah dibandingkan dengan usaha sejenis yang sudah
ada, anda dapat menaikkan harga jual (jika memungkinkan) atau menurunkan biaya-
biaya, termasuk tingkat bunga pinjaman.

116 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel P-22
Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman

Go to Menu

KREDIT INVESTASI 0 1 2 3 4 5
Pokok pinjaman (USD) 121.800.000 87.055.591 46.752.077 0 0 0
Biaya bunga 19.488.000 13.928.895 7.480.332 0 0
Cicilan 34.744.409 40.303.514 46.752.077 0 0
Cicilan dan bunga 54.232.409 54.232.409 54.232.409 0 0

SKEDULE PEMBAYARAN CICILAN DAN BIAYA BUNGA BULANAN

TAHUN 1 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL


Bulan 1 2.895.367 1.624.000 4.519.367
Bulan 2 2.895.367 1.624.000 4.519.367
Bulan 3 2.895.367 1.624.000 4.519.367
Bulan 4 2.895.367 1.624.000 4.519.367
Bulan 5 2.895.367 1.624.000 4.519.367
Bulan 6 2.895.367 1.624.000 4.519.367
Bulan 7 2.895.367 1.624.000 4.519.367
Bulan 8 2.895.367 1.624.000 4.519.367
Bulan 9 2.895.367 1.624.000 4.519.367
Bulan 10 2.895.367 1.624.000 4.519.367
Bulan 11 2.895.367 1.624.000 4.519.367
Bulan 12 2.895.367 1.624.000 4.519.367
Total 34.744.409 19.488.000 54.232.409
TAHUN 2 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL
Bulan 1 3.358.626 1.160.741 4.519.367
Bulan 2 3.358.626 1.160.741 4.519.367
Bulan 3 3.358.626 1.160.741 4.519.367
Bulan 4 3.358.626 1.160.741 4.519.367
Bulan 5 3.358.626 1.160.741 4.519.367
Bulan 6 3.358.626 1.160.741 4.519.367
Bulan 7 3.358.626 1.160.741 4.519.367
Bulan 8 3.358.626 1.160.741 4.519.367
Bulan 9 3.358.626 1.160.741 4.519.367
Bulan 10 3.358.626 1.160.741 4.519.367
Bulan 11 3.358.626 1.160.741 4.519.367
Bulan 12 3.358.626 1.160.741 4.519.367
Total 40.303.514 13.928.895 54.232.409
TAHUN 3 CICILAN BIAYA BUNGA TOTAL
Bulan 1 3.896.006 623.361 4.519.367
Bulan 2 3.896.006 623.361 4.519.367
Bulan 3 3.896.006 623.361 4.519.367
Bulan 4 3.896.006 623.361 4.519.367
Bulan 5 3.896.006 623.361 4.519.367
Bulan 6 3.896.006 623.361 4.519.367
Bulan 7 3.896.006 623.361 4.519.367
Bulan 8 3.896.006 623.361 4.519.367
Bulan 9 3.896.006 623.361 4.519.367
Bulan 10 3.896.006 623.361 4.519.367
Bulan 11 3.896.006 623.361 4.519.367
Bulan 12 3.896.006 623.361 4.519.367
Total 46.752.077 7.480.332 54.232.409

BANK INDONESIA 117


PROGRAM SIMULASI BISNIS

Tabel P-23
Proyeksi Neraca

Go to Menu

Kontrol Neraca 0 0 0 0 0 0
Uraian 0 1 2 3 4 5
HARTA
HARTA LANCAR
Kas dan bank 0 189.442.746 189.507.484 184.003.970 226.284.302 261.084.302
Piutang usaha 0 24.624.000 24.624.000 24.624.000 24.624.000 24.624.000
Persediaan Barang Dagangan 18.941.538 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000
Sewa dibayar di muka 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Total harta lancar 93.941.538 308.296.746 308.361.484 302.857.970 345.138.302 379.938.302
HARTA TETAP
Nilai perolehan 174.000.000 174.000.000 174.000.000 174.000.000 174.000.000 174.000.000
Akumulasi penyusutan 0 (34.800.000) (69.600.000) (104.400.000) (139.200.000) (174.000.000)
Harta tetap (net) 174.000.000 139.200.000 104.400.000 69.600.000 34.800.000 0
TOTAL HARTA 267.941.538 447.496.746 412.761.484 372.457.970 379.938.302 379.938.302
UTANG
Utang usaha 0 20.532.019 20.520.000 20.520.000 20.520.000 20.520.000
Utang bunga 0 0 0 0 0 0
Utang pajak 0 28.408.073 29.243.311 30.210.595 31.332.645 31.332.645
Utang Deviden 0 160.979.082 165.712.096 171.193.374 177.551.657 177.551.657
Utang bank jangka pendek 65.759.077 68.825.387 68.833.800 68.833.800 68.833.800 68.833.800
Utang bank jangka panjang 121.800.000 87.055.591 46.752.077 0 0 0
Pinjaman Baru 0 0 0 0 0 0
Total Utang 187.559.077 365.800.152 331.061.284 290.757.770 298.238.102 298.238.102
MODAL SENDIRI
Modal disetor 102.435.628 103.749.760 103.753.366 103.753.366 103.753.366 103.753.366
Laba ditahan 0 (22.053.166) (22.053.166) (22.053.166) (22.053.166) (22.053.166)
Laba tahun berjalan (22.053.166) 0 0 0 0 0
Total ekuitas 80.382.462 81.696.594 81.700.200 81.700.200 81.700.200 81.700.200
TOTAL UTANG DAN MODAL SENDIRI 267.941.538 447.496.746 412.761.484 372.457.970 379.938.302 379.938.302

118 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel P-24
Rasio Keuangan

Go to Menu

1 2 3 4 5
LIQUIDITY RATIO
Current ratio 1,11 1,08 1,04 1,16 1,27
Quick ratio 1,04 1,02 0,98 1,09 1,21
ACTIVITY RATIO
Inventory turnover 51,22 51,22 51,22 51,22 51,22
Average collection period 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0
Average payment period 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0
Working capital turnover 3,19 3,19 3,25 2,85 2,59
Fixed asset turnover 7,08 9,43 14,15 28,30 0,00
Total asset turnover 2,20 2,39 2,64 2,59 2,59
LEVERAGE RATIO
Interest coverage ratio 10,75 15,05 28,02 0,00 0,00
Debt to equity ratio 447,8% 405,2% 355,9% 365,0% 365,0%
Bebt ratio 81,7% 80,2% 78,1% 78,5% 78,5%
PROFITABILITY RATIO
Return on assets 36,0% 40,1% 46,0% 46,7% 46,7%
Return on equity 197,0% 202,8% 209,5% 217,3% 217,3%
Profit margin 16,3% 16,8% 17,4% 18,0% 18,0%

23. Biaya Modal


Tabel P-25 adalah untuk menghitung biaya modal (cost of capital) usaha ini.
Biaya modal ditentukan oleh porsi pendanaannya: modal sendiri dan pinjaman, biaya
modal sendiri (cost of equity) dan biaya modal pinjaman (cost of debt). Biaya modal
sendiri selalu lebih tinggi daripada tingkat bunga pinjaman. Besarnya selisih biaya
modal sendiri dengan modal pinjaman tergantung pada keinginan investor atau
pemilik usaha. Biaya modal sendiri ditetapkan berdasarkan konsep opportunity cost,
yaitu hasil investasi tertinggi yang dikorbankan investor karena memilih usaha ini.
Jika investor mempunyai beberapa pilihan investasi yang memberikan hasil (return)
masing-masing 15%, 20%, dan 25%, maka hasil yang dikorbankan oleh investor
karena memilih usaha ini adalah 25%. Jadi, biaya modalnya adalah 25%. Pendekatan
lain yang lebih praktis digunakan adalah dengan membebankan persentase tertentu
(spread) di atas biaya modal pinjaman untuk menutup (cover) resiko investasi usaha
ini. Biaya modal usaha adalah rata-rata tertimbang dari biaya modal pinjaman dan
biaya modal sendiri (weighted average cost of capital = WACC).

BANK INDONESIA 119


PROGRAM SIMULASI BISNIS

Tabel P-25
Biaya Modal

Go to Menu

NPV = 473.060.398
Cost of Cost of Capital
Financing Porsi Capital Setelah Pajak Perkalian
Modal Sendiri 30% 20,0% 20,0% 6,0%
Pinjaman 70% 16,0% 13,6% 9,5%
Total 100% WACC = 15,5%

Spread Ke di atas Kd 4%

Ke = biaya modal sendiri. Kd = biaya modal pinjaman

24. Perhitungan Kelayakan Usaha


Tabel P-26 adalah hasil perhitungan kelayakan usaha. Ukuran kelayakan
investasi yang digunakan adalah nilai bersih dari arus kas usaha (net present value
= NPV), tingkat pengembalian usaha (internal rate of retun = IRR), jangka waktu
pengembalian investasi (payback period), dan rasio antara arus kas positif dan negatif
yang dihasilkan usaha (benefit-cost ratio). Usaha yang layak (feasible) untuk dijalankan
adalah yang menghasilkan NPV positif. Jika NPV positif, maka IRR akan lebih besar
dari biaya modal usaha, benefit-cost ratio akan lebih besar daripada satu dan payback
period relatif pendek. Hasil perhitungan kelayakan usaha tersebut sangat tergantung
pada asumsi yang digunakan. Perlu diperhatikan bahwa pada posisi NPV positif
mungkin saja arus kas operasionalnya negatif. Kalau kondisi tersebut terjadi, untuk
menghilangkan cash shortage tersebut, asumsi-asumsi yang digunakan harus ditinjau
kembali atau pemilik usaha harus menambahkan modalnya seperti dijelaskan pada
Bagian Arus Kas Operasional di atas.

120 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

Tabel P-26
Perhitungan NPV, IRR, Payback Period, dan B-C Ratio

Go to Menu

Satus Proyek LAYAK

Uraian 0 1 2 3 4 5
CASH INFLOW
EBIT (1-T) 0 178.128.898 178.136.744 178.136.744 178.136.744 178.136.744
Biaya Penyusutan 0 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000
Nilai Sisa Harta Tetap 0 0 0 0 0 0
Modal Kerja Akhir Priode 0 0 0 0 0 81.700.200
Total Cash Inflow 0 212.928.898 212.936.744 212.936.744 212.936.744 294.636.944

CASH OUTFLOW
Harga Tetap 174.000.000 0 0 0 0 0
Incremental Working Capital 93.941.538 4.380.442 12.019 0 0 0
Total Cash Outflow 267.941.538 4.380.442 12.019 0 0 0

Net Cash Flow (267.941.538) 208.548.455 212.924.725 212.936.744 212.936.744 294.636.944


PVIF 15,5% 1,0000 0,8657 0,7494 0,6487 0,5615 0,4861
PV (267.941.538) 180.530.173 159.555.483 138.127.155 119.569.906 143.219.219
NPV 473.060.398 LAYAK
IRR 75,4%
Payback Period 1,55 tahun
Benefit-Cost Ratio 2,77

25. Pengujian Sensitivitas


Tabel P-27 adalah tempat melakukan uji sensitivitas NPV terhadap beberapa
asumsi. Pengujian sensitivitas ditujukan untuk melihat besarnya pengaruh perubahan
setiap asumsi terhadap NPV. Pengujian dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan
besaran suatu asumsi sehingga NPV menjadi nol. Pengujian dilakukan terhadap asumsi
satu per satu. Ketika dilakukan pengujian sensitivitas NPV terhadap satu asumsi, maka
asumsi yang lain tetap seperti semula. Jika perubahan sedikit saja dari besaran suatu
asumsi menyebabkan NPV menjadi negatif, maka dapat dikatakan bahwa usaha ini
sensitif terhadap asumsi tersebut. Pada NPV sama dengan nol, IRR akan sama besar
dengan cost of capital-nya, dan B-C ratio akan sama dengan 1.

BANK INDONESIA 121


PROGRAM SIMULASI BISNIS

Pengujian sensitivitas penting dilakukan karena memberikan indikasi kepada


calon investor dan kreditur untuk memperhatikan variabel asumsi yang sangat
berpengaruh terhadap kelayakan suatu usaha dan mengambil langkah-langkah
strategik untuk mengatasi kelemahan usaha yang mungkin dihadapi di masa yang
akan datang. Misalnya, suatu usaha sensitif terhadap harga bahan bakunya, maka
untuk mengatasi fluktuasi harga bahan baku yang mengancam kelangsungan hidup
usaha tersebut dilakukan kontrak pengadaan bahan baku dalam jangka panjang pada
tingkat harga tertentu yang menjamin NPV positif dan arus kas operasionalnya tidak
mengalami shortage atau bleeding.

Tabel P-27
Uji Sensitivitas

Go to Menu

Asumsi Uji Tambahan Laba Bersih


Dasar Sensitivitas Perubahan Asumsi NPV Dana Tahun Tahun 1
Kenaikan investasi barang modal 0,0% 306,5% 306,5% 0,0% 473.060.398 0 1 160.979.082
Margin 100,0% 65,7% -34,3% 100,0% 2 165.712.096
Diskon 0,0% 37,1% 37,1% 0,0% IRR 75,4% 3 171.193.374
Biaya Gaji 0,0% 59,3% 59,3% 0,0% Payback Period 1,55 4 177.551.657
Biaya Administrasi 0,0% 83,9% 83,9% 0,0% Benefit-Cost Ratio 2,77 5 177.551.657
Biaya pemasaran per bulan (Rp) 5.000.000 19.006.145 280,1% 5.000.000
Tingkat Bunga Pinjaman 16,0% 82,9% 418,1% 16,0%

Pengujian sensitivitas dilakukan dengan program Goal-Seek yang ada dalam


Excel. Komputer akan mengubah besarana suatu asumsi sampai NPV sama dengan
nol. Cara melakukan uji senstifitas adalah sebagai berikut:

A. Persiapan
Sebelum melakukan uji sensitivitas tentukan asumsi-asumsi penting yang
diperkirakan akan sangat mempengaruhi NPV. Tentukan besarnya asumsi dasar atau

122 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


DISTRO

standar yang digunakan dalam perhitungan kelayakan tersebut. Masukkan angka-


angka asumsi yang sama kedalam sel pada kolom Asumsi dan kosongkan kolom Uji
Sensitivitas.

Link sel-sel pada kolom Asumsi dengan sel-sel pada sheet di mana asumsi
tersebut berada. Misalnya Margin berada pada sheet Penjualan di sel G7. Diskon pada
sheet TOP pada sel D10.

B. Proses Pengujian
1. Tempatkan kursor pada sel NPV (sel pada angka 602.751.883) atau pada
sembarang tempat pada sheet ini.
2. Klik Tools pada menu Toolbar komputer anda, maka akan tampil daftar menu
yang salah satu isinya adalah Goal-Seek.
3. Klik Goal-Seek tersebut, sehingga tampil menu yang berisi kotak-kotak yang akan
diisi, yaitu: Set cell, To value, dan By changing cell. Jika kursor pada butir 1 di atas
ditempatkan pada nilai NPV, maka pada kotak Set cell akan berisi nomor sel NPV
tersebut, misalnya G6.
4. Masukkan nilai 0 pada kotak To value dan sel tempat asumsi yang akan diubah
pada kotak By changing cell, misalnya kita akan mengubah asumsi margin pada
sel F7.
5. Klik OK, maka komputer akan memprosesnya. Kemudian akan tampil kotak Goal
Seek Status, klik OK.
6. Jika dalam hasil proses tersebut ditemukan bahwa NPV sama dengan nol, tetapi
muncul tambahan dana atau arus kas operasionalnya mengalami shortage, maka
supaya tidak terjadi cash shortage, lakukan proses pengujian yang sama (dari butir
1 sampai dengan butir 5) dengan menggunakan sel tambahan dana (misalnya
sel H6) sebagai Set cell dengan nilai (To value) sama dengan nol dan By changing
value adalah sel asumsi yang bersangkutan. Hasil akhirnya adalah nilai NPV akan
positif dan tambahan dana sama dengan nol.

BANK INDONESIA 123


PROGRAM SIMULASI BISNIS

7. Masukkan angka asumsi yang dihitung komputer tersebut kedalam sel pada
kolom Uji sensitifitas (sel D7), maka kita akan melihat perubahan asumsi tersebut
pada kolom Perubahan. Jika asumsi dasarnya sama dengan nol, maka pada
kolom perubahan akan tampil angka yang sama dengan angka yang dimasukkan
kedalam sel pada kolom Uji Sensitivitas. Jika asumsi dasarnya suatu besaran angka,
maka akan tampil persentase perubahan asumsi tersebut.
8. Kembalikan nilai asumsi pada kolom Asumsi sama dengan nilai dasarnya (sama
seperti pada kolom Asumsi Dasar).
9. Setelah semua asumsi diuji, kita akan melihat persentase perubahan setiap asumsi
seperti pada Tabel P-27. Angka-angka perubahan yang kecil menunjukkan bahwa
NPV sensitif terhadap perubahan asumsi tersebut.

124 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Вам также может понравиться