Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISTRO
BANK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
bersedia membantu dan bekerjasama serta memberikan masukan selama penyusunan
BANK INDONESIA i
buku lending model. Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan
bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku
ini dapat menghubungi:
Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola
pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi
pembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut.
b Pendanaan
Investasi harta tetap Makloon
Maklon Produksi Sendiri
Pinjaman bank 124.600.000 132.884.500
Modal Sendiri 53.400.000 56.950.500
Total 178.000.000 189.835.000
Modal kerja
Pinjaman bank 65.268.000 65.268.000
Modal Sendiri 27.972.000 27.972.000
Total 93.240.000 93.240.000
c Jangka waktu pinjaman (tahun) 3 3
d Tingkat bunga pinjaman
Kredit investasi 16,0% 16,0%
Kredit modal kerja 16,0% 16,0%
4 Penjualan
a Produk Makloon
Maklon Produksi Sendiri
(Unit) (Unit)
- T-shirt 3.120 13.550
- Kemeja 1.872
- Jaket 1.872
- Blazer 1.872
b Harga jual (Rp/Unit) (Rp/Unit)
- T-shirt 70.000 70.000
- Kemeja 90.000
- Jaket 150.000
- Blazer 150.000
c Nilai penjualan (Rp) (Rp)
- T-shirt 218.400.000 948.480.000
- Kemeja 168.480.000
- Jaket 280.800.000
- Blazer 280.800.000
Total 948.480.000 948.480.000
Hal
BANK INDONESIA v
Hal
Tabel Hal
Foto Hal
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
Distro atau distribution store merupakan toko distribusi yang menjual berbagai
produk. Jadi, peranannya adalah sebagai distributor. Sedangkan clothing adalah
produsen yang memproduksi sendiri semua produk mereka dengan label sendiri pula.
Sebuah clothing bisa memiliki toko sendiri atau hanya sekedar menitipkan produk
mereka ke distro. Produk suatu clothing bermacam-macam terutama berhubungan
dengan kehidupan anak muda pada umumnya seperti kaos, kemeja, jaket, sandal, tas,
sepatu, bahkan produk elektronik seperti kaset, compact disk (CD), jam tangan digital
dan lain-lain. Dalam perkembangannya, terminologi distro mencakup pengertian
sebagai distributor dan clothing karena distro merupakan tempat menjual produk-
produk clothing.
Distro berbeda dari butik dan factory oultlet (FO) di mana butik hanya menjual
barang-barang yang ada di butik itu sendiri dan tidak ada di tempat lain dengan
harga yang mahal. FO dan toko-toko pengecer lainnya tidak membuat produk, tetapi
hanya sebagai tempat menjual atau penyalur produk yang dibuat oleh pabrik lain.
Sedangkan distro selain membuat dan menjual produk sendiri dalam jumlah terbatas
juga memasarkan produknya melalui penyalur lain dan menerima produk distro lain
(konsinyasi). Perkembangan distro sangat erat kaitannya dengan kreatifitas anak muda
dalam mendesain produk untuk komunitas anak muda itu sendiri. Distro tidak bisa
lepas dari kreatifitas dan komunitas, sehingga mereka rajin membuat desain produk
baru dan melakukan kegiatan promosi yang berhubungan dengan komunitasnya,
seperti mensponsori pertunjukan, pentas musik, perlombaan, bazar dan lain-lain.
Pada mulanya distro tumbuh dan berkembang di kalangan pelaku musik indie.
Distro ini dimaksudkan sebagai tempat menjual semua produk dari band indie, mulai
dari kaset, CD dan merchandise dari band tersebut seperti pin, stiker dan kaos. Distro
sudah ada sejak tahun 1993, tetapi baru berkembang penuh pada tahun 1998. Pada
BANK INDONESIA 1
PENDAHULUAN
mulanya, distro lahir karena keinginan anak muda untuk membangun identitas dan
kebebasan dalam mengekspresikan dirinya, tetapi dalam kondisi yang serba terbatas.
Perkembangan tersebut didorong pula oleh krisis keuangan yang melanda Indonesia
sehingga anak muda tidak mampu lagi membeli barang impor sebagai penanda
identitas. Kemudian mereka menciptakan sendiri perlengkapan komunitasnya dengan
modal yang relatif terbatas. Pada mulanya produk-produk tersebut diciptakan bukan
untuk tujuan bisnis, tetapi untuk identitas diri (Kompas, 21 Sep 2008, p.18). Distro
mengutamakan nilai keunikan yang ada pada produk-produk yang dijualnya, sehingga
produk yang dijual diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas (non masal).
Distro menjual produk-produk dalam jumlah terbatas dengan desain dan motive
yang berbeda dari produk-produk yang sudah ada, sehingga memenuhi keinginan
pemakai untuk tampil beda dibandingkan dengan orang lain. Dalam segmen pasar
anak muda semangat untuk tampil beda cukup menonjol. Selera anak muda yang
beragam dan ingin tampil lain dari yang lain menyuburkan bermunculan berbagai
desain pakaian dan asesoriesnya. Hal ini juga didorong oleh kreatifitas dari anak muda
itu sendiri untuk menciptakan kebutuhan yang sesuai dengan selera mereka. Distro
juga menyediakan kebutuhan produk-produk yang unik untuk komunitasnya, bahkan
tidak dapat diperoleh di toko-toko lain seperti asesories untuk komunitas penggemar
motor tua, sepeda BMX, skateboard, penggemar musik rock, hip-hop, break dance,
penggemar musik punk, musik indie, penggemar film dan lain-lain.
Ide produk dapat lahir dari ketertarikan akan satu model, gaya hidup (life style),
dan hobby yang sama sehingga membentuk suatu komunitas. Kemudian mereka
mulai memproduksi barang atau musik rilisan mereka sendiri yang dilengkapi dengan
segala macam pernak-pernik dari mulai kaset, merchandise band, T-shirt, topi dan
sebagainya. Kebutuhan yang spesifik semacam inilah yang mendorong komunitasnya
datang ke distro mencari barang yang tidak terdapat di toko, shopping mall atau
departement store.
Produk-produk yang dijual distro sangat beragam, baik yang diciptakan sendiri
maupun produk impor. Perkembangan distro juga didukung oleh ketersediaan bahan
baku yang banyak dan mudah didapat, tekonologi produksi dan media komunikasi
yang semakin canggih, teknologi rekaman yang memungkinkan band-band baru
merekam musik mereka dengan menggunakan komputer, sehingga tidak lagi
harus bersandar pada produser tertentu. Saat ini, industri musik di Bandung sudah
bisa diproduksi di studio-studio kecil, rumah, maupun di kamar kos. Selain itu,
perkembangan di bidang teknologi informasi juga memudahkan setiap komunitas
yang ada untuk berhubungan dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Melalui
jaringan internet, telepon dan mesin fax orang dapat membangun komunitas dan
jaringan untuk mendukung pemasaran suatu produk.
Pertumbuhan media seperti stasiun TV, radio, majalah, katalog dan brosur yang
didukung teknologi percetakan yang canggih ikut pula mendorong perkembangan
distro dan komunitas anak muda di Bandung. Kehadiran MTV juga memiliki peran
yang tidak sedikit karena melalui stasiun inilah beberapa band underground Bandung
mendapat kesempatan untuk didengar oleh publik secara lebih luas. Selain itu, para
presenter MTV siaran nasional pun ikut memasarkan produk-produk distro dengan
memakai produk-produk dari clothing lokal yang berasal dari kota Bandung, sehingga
produk mereka menjadi semakin populer.
BANK INDONESIA 3
PENDAHULUAN
Distro merupakan muara dari kreatifitas anak muda dalam memproduksi berbagai
produk: pakaian, musik dan asesories lainnya. Setiap distro menampilkan tema desain
produk yang berbeda dan mempromosikan merek sendiri. Ada yang mengambil tema
pelestarian lingkungan, flora & fauna, tokoh, artis, berita (news), musik dan lain-
lain. Namun demikian tema tersebut juga tidak tetap sepanjang waktu, Distro dapat
mengganti tema desainnya setiap enam bulan, disesuaikan dengan perkembangan
selera anak muda.
Dalam penampilannya kita melihat kelompok anak muda bergaya hippie dan
punk. Gaya hippie mencirikan diri mereka dengan baju motif berbunga, baju dengan
jurai di bagian tepi dan rambut panjang. Sedangkan punk menegaskan identitas
melalui pakaian yang disertai dengan asesories berupa rantai, jins koyak, serta rambut
berdiri yang dicat warna pucat (Kompas, 21 Sep 2008, p.18). Distro mengusung ciri
khas tersendiri dan membangun komunitas yang setia mengunjungi distro tersebut.
Sejalan dengan kreatifitas anak muda dan ingin tampil beda, mereka terus bergerak
menciptakan kreasi-kreasi baru bagi komunitasnya dan mampu memproduksi
kebutuhan mereka secara mandiri, sehingga tidak tergantung pada produk impor
yang diproduksi oleh industri mapan.
BANK INDONESIA 5
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
Persaingan dipandang oleh pemilik distro sebagai persaingan ide, desain dan
kreativitas. Persaingan merupakan tantangan untuk terus menciptakan kreasi baru
dan membangun komunitas. Produk yang dibuat sangat terbatas, bahkan suatu
desain pakaian yang disukai oleh konsumen tidak akan diproduksi ulang, sehingga
peluang tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan garmen lainnya untuk memproduksi
secara masal dengan harga yang relatif lebih murah. Tetapi dari kaca mata distro dan
kumunitasnya, produk tersebut sudah ketinggalan zaman (out of date). Target pasar
yang dituju adalah anak muda baik pria maupun wanita yang sedang mengalami
masa pencarian jati diri dan berkeinginan untuk menjadi pribadi yang unik namun
tetap mengikuti perkembangan dunia fashion. Secara umum, target market produk-
produk distro adalah konsumen berusia antara 14-35 tahun.
Setiap distro membuat produk dalam jumlah terbatas dengan desain yang
unik. Hal ini menjadi andalan distro untuk menarik pelanggan atau komunitasnya.
Konsumen menyukai produk-produk distro dan rela membayar pakaian atau
produk yang relatif langka tersebut sebesar dua kali lipat dari harga produksi masal.
Penciptaan komunitas juga merupakan ciri khas sebuah distro. Jika sudah terbentuk
satu komunitas, diharapkan mereka tidak akan pindah ke komunitas lain sebagaimana
halnya komunitas penggemar motor Harley Davidson tidak akan pindah ke penggemar
motor Honda, Yamaha atau Kawasaki.
Komunitas yang menjadi target market utama sebuah distro juga bermacam-
macam. Dalam bidang pakaian misalnya, ada yang lebih fokus pada pakaian pria,
ada yang fokus pada pakaian wanita atau remaja atau lebih fokus pada produknya
seperti T-shirt, jaket, blazer, dan lain-lain. Jadi, setiap distro mempunyai target market
yang berbeda. Produk yang dijual sebuah distro bisa sama dengan distro lain, seperti
T-shirt, tetapi tema yang diusung dalam desainnya tidak sama: misalnya berkaitan
dengan aliran musik tertentu, tokoh, artis, wanita, politik, dan lain-lain. Setiap distro
menerapkan pengawasan yang ketat terhadap desain produknya untuk menjaga
supaya jangan sampai desain tersebut meniru desain orang lain yang sudah ada.
Pada umumnya distro tidak mempunyai alat produksi sendiri. Mereka membuat
produknya melalui kerjasama dengan penjahit dan tukang sablon, sehingga kebutuhan
dananya hanya untuk modal kerja, yaitu untuk membeli bahan baku, upah, dan sewa
tempat. Dalam kerjasama tersebut, bahan baku yang digunakan dapat berupa milik
sendiri yang dibeli dari produsen (perusahaan tekstil) atau disediakan oleh penjahit
itu sendiri.
Desain suatu produk dapat dipicu oleh motive bahan yang tersedia, tetapi
tetap memperhatikan tema pokok dari rancangan distro tersebut, misalnya tentang
lingkungan hidup, fauna, perdamaian, musik, politik, dan masalah-masalah sosial
lainnya. Volume produk yang dibuat dibatasi sesuai dengan ketersediaan bahan baku.
Pada umumnya, setiap desain hanya dibuat sekitar dua hingga lima lusin saja (2460
potong).
Usaha distro tergabung dalam organisasi yang diberi nama Kreative Independent
Clothing Komunity (KICK). Penulisan nama organisasi ini juga tidak mengikuti tata
bahasa yang benar sebagai cerminan dari kebebasan dan pemberontakan anak muda
untuk keluar dari tatanan baku yang ada. Organisasi ini digunakan untuk melindungi
anggotanya dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan usahanya.
Kata independent menunjukkan bahwa mereka tidak berafiliasi dengan industri ritel
dan bisnis garmen besar karena usaha ini berangkat dari keterbatasan, yaitu modal.
Perusahaan ritel besar mensyaratkan volume pasokan yang kontinyu dan besar,
BANK INDONESIA 7
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
sementara itu penjualan melalui distro tidak memerlukan pasokan besar. Bahkan
untuk setiap desain produk dibuat dalam volume yang sangat terbatas, hanya sekitar
dua hingga lima lusin saja atau bahkan lebih sedikit lagi tergantung pada bahan baku
yang tersedia, sehingga produk yang dihasilkan terkesan eksklusif. Dari sekitar 400
distro yang ada di kota Bandung, 160 di antaranya sudah menjadi anggota KICK.
Kelemahan
a. Free entry and exit. Para pesaing baru dapat masuk pasar setiap waktu sehingga
memiliki potensi pesaing yang tidak sedikit.
b. Harga produk distro relatif tinggi, sehingga membuat target konsumen terbatas
hanya pada kaum muda kalangan menengah ke atas.
Kesempatan
a. Sikap konsumerisasi kaum muda sebagai pembeli yang akan membuat penjualan
stabil.
b. Sedang berkembangnya bisnis clothing dan distro sehingga peluang industri
untuk terus tumbuh adalah sangat besar yang didukung oleh potensi pasar yang
disasar.
c. Mahalnya pakaian impor sebagai penanda identitas bagi anak muda, sehingga
membuka kesempatan untuk membuat sendiri produk-produk unik sebagai
identitas suatu komunitas.
Ancaman
a. Terus bermunculannya pesaing-pesaing baru yang juga membuka usaha sejenis.
Baik dengan tema yang mirip maupun berbeda, tetapi target konsumennya
sama.
b. Kemungkinan butik menurunkan harga jual produknya sehingga menggeser
kedudukan distro.
c. Masuknya pengusaha besar kedalam industri distro. Pengusaha besar dapat
membuat bermacam distro yang berbeda untuk berbagai komunitas di satu
lokasi tertentu, sehingga mengancam keberadaan distro-distro yang dimiliki oleh
pengusaha kecil.
d. Perlindungan terhadap hak cipta masih lemah, sehingga produk-produk distro
yang bagus ditiru oleh perusahaan garmen lain.
Menurut Kepala Bagian Kredit UKM Bank Mandiri Bandung, pemilik distro pada
umumnya adalah anak orang kaya yang kreatif dan mandiri, sehingga dalam memulai
usahanya tidak membutuhkan pinjaman bank. Bank Mandiri Cabang Bandung aktif
BANK INDONESIA 9
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
memantau perkembangan distro dan baru memberikan kredit kepada empat distro
yang dipilih secara selektif karena selain bukan merupakan kredit program juga
resiko distro dinilai oleh bank masih cukup besar karena produksi dijual langsung
kepada konsumen lepas (komunitas), yaitu anak muda yang belum mapan secara
ekonomi, sehingga diragukan loyalitasnya. Selain itu, distro masih mendapatkan
perlindungan dari pejabat yang notabene orang tua pemilik distro supaya tidak
dimasuki oleh pengusaha besar.
BANK INDONESIA 11
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
3.1.1. Permintaan
BANK INDONESIA 13
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
5. Khusus untuk Indonesia yang beriklim tropis dan cuaca yang panas mendorong
permintaan terhadap T-shirt khususnya yang berbahan katun dan rayon semakin
tinggi. Sementara itu, T-shirt dapat pula dipakai untuk berbagai situasi: santai,
kuliah dan kegiatan sehari-hari, bahkan untuk bekerja, khususnya hari Jumat.
3.1.2. Penawaran
Jumlah distro di kota Bandung yang tergabung dalam KICK sebanyak 160
buah, sementara yang belum bergabung dengan organisasi tersebut sekitar 200
buah dengan omset penjualan sekitar Rp25 milyar per bulan. Dari wawancara yang
dilakukan terhadap tiga distro di kota Bandung diketahui bahwa penjualan mereka
rata-rata Rp100 juta per bulan. Secara statistik juga belum ada catatan tentang volume
penjualan produk-produk distro secara rinci.
Dari kaca mata pemerintah kelihatannya juga belum ada perlakuan khusus
yang diberikan kepada distro, semuanya disamakan sebagai toko pakaian dan pihak
pengusaha distro juga belum merasakan adanya bantuan pemerintah daerah, baik
pembinaan maupun pendanaan. Faktor-faktor pendorong penawaran produk distro
adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan teknologi penenunan (weaving), pewarnaan (dying) dalam industri
tekstil serta teknik penjahitan dan sablon yang semakin canggih, sehingga semakin
banyak variasi produk yang dapat dibuat.
2. Promosi dan jaringan distribusi yang semakin luas didukung oleh jaringan internet
sehingga membuka kesempatan bagi anak muda di seluruh Indonesia bahkan
dunia, terutama di kota-kota besar untuk mengakses website berbagai distro dan
memilih produk yang diinginkannya.
3. Sistem distribusi yang semakin baik dan luas, pelayanan kepada konsumen akan
semakin cepat dan baik, sehingga mendorong pertumbuhan permintaan produk-
produk distro.
4. Banyaknya sekolah desain yang melahirkan lulusan kreatif untuk menciptakan
kreasi dan inovasi baru khususnya dalam bidang pakaian (fashion).
5. Adanya semangat kewirausahaan baik yang timbul akibat kondisi lingkungan yang
semakin sulit mendapatkan pekerjaan di perusahaan maupun karena pendidikan
telah mendorong anak muda untuk mendirikan usaha sendiri.
6. Bahan-bahan baku yang dibutuhkan mudah diperoleh mengingat banyaknya
penyedia bahan-bahan utama pakaian dan asesories lainnya seperti kain katun,
kerah rip, label, kancing, dan lain-lain. Di Indonesia, Jawa Barat khususnya, banyak
terdapat perusahaan tekstil penyedia bahan baku pakaian. Pada tahun 2006 di
Indonesia terdapat 2.000 buah perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) dengan
kapasitas produksi 6,1 juta ton di mana 57% di antaranya berlokasi di Jawa Barat
(Ermina Miranti, Economic Review, No.29. Sept., 2007).
BANK INDONESIA 15
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Sampai saat ini, perlindungan atas hak cipta masih lemah, bahkan
pengurusan hak paten juga masih sulit dan mahal. Selain itu, hambatan untuk masuk
kedalam industri distro (entry barrier) sangat rendah karena tidak harus mempunyai
pabrik sendiri atau tidak memerlukan modal yang besar. Pertumbuhan industri distro
sejalan dengan munculnya anak-anak muda kreatif dan inovatif dalam dunia fashion
dan musik, baik yang dilahirkan melalui jalur pendidikan formal maupun informal.
Hal ini juga diperkuat oleh kecenderungan anak muda untuk membentuk komunitas
yang mempunyai ciri, karakter, dan kesukaan (hobby) tersendiri yang didasarkan pada
kesamaan selera dalam aliran musik tertentu, kecintaan terhadap lingkungan hidup,
tokoh, artis, aliran gaya seperti hippie, punk, dan sebagainya.
Persaingan antara satu distro dan distro lainnya didasarkan pada persaingan
kreatifitas desain produk dan menciptakan sebanyak mungkin anggota komunitasnya.
Sejalan dengan dorongan pemerintah untuk menciptakan pengusaha-pengusaha
baru (wirausahawan), persaingan dalam industri fashion, termasuk distro juga akan
semakin meningkat.
3.2.1. Produk
BANK INDONESIA 17
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Untuk penjualan dalam partai besar, distro memberikan diskon berkisar antara
10%-35%. Diskon diberikan sampai 35% atas pembelian tunai, minimal untuk nilai
pembelian Rp20 juta. Terdapat distro yang memberikan diskon 25% untuk distributor
yang menjual 1.000 potong selama tiga bulan. Distro Ians Report memberikan diskon
10%-30% untuk pembelian lusinan secara tunai.
Sistem pembayaran produk distro untuk penjualan ritel adalah tunai. Untuk
penjualan besar kepada beberapa distributor di kota-kota lain seperti di Jakarta,
Surabaya, Jogyakarta, Medan, Padang, dan Makasar diberikan tenggat waktu
pembayaran (terms of payment) sampai 30 hari. Untuk produk-produk sendiri yang
dititipkan pada distro lain (konsinyasi) juga diterima pembayarannya rata-rata dalam
waktu 30 hari.
3.2.4. Promosi
Free magazine adalah sejenis tabloid yang beredar gratis di kafe-kafe dan
distro-distro. Tabloid ini terdistribusi dengan baik, gratis dan isinya pun menarik untuk
dibaca. Tabloid ini sangat mendukung promosi produk distro karena pasar yang dituju
oleh free magazine sama dengan target pasar distro.
BANK INDONESIA 19
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
BANK INDONESIA 21
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Dari wawancara dengan W. Satrio Aji, pemilik distro dan Yogi Jayakusuma,
manejer Distro diketahui bahwa mereka akan konsentrasi pada penciptaan produk
baru dan pemasarannya, sementara produksi dilakukan dengan cara makloon. Distro
yang dimiliki W. Satrio Aji semula hanya memiliki 7 buah mesin jahit, tetapi sebagian
sudah dijual dan hanya ingin mempunyai satu mesin saja untuk membuat contoh
produk. Sedangkan distro yang di manejeri Yogi Jayakusuma juga sudah menjual
mesin-mesin produksinya.
BANK INDONESIA 23
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
BANK INDONESIA 25
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Price tag dan pengaitnya dimasukkan kedalam kelompok bahan baku (bukan
bagian dari packaging) karena price tag memang merupakan bagian dari produk
yang akan dijual. Produk tidak mungkin diproduksi tanpa price tag sebab kode untuk
setiap desain atau batch dipasang pada price tag tersebut.
3. Penjahitan: Bahan yang sudah disablon kemudian dijahit menjadi baju yang
sudah diberi label di kerahnya. Tahap penjahitan ini sendiri terdiri dari 3 tahap
sebab bahan harus melalui 3 mesin yang berbeda yaitu: mesin kam, mesin obras,
dan mesin jahit.
4. Pengepakan: Kaos yang sudah selesai kemudian diberi price tag berupa stiker
berlogo atau bermerek produk. Tujuannya adalah sebagai alat promosi gratis
melalui konsumen yang ingin menempelkan stiker tersebut di kaca mobil mereka
atau berbagai tempat lainnya. Dibalik stiker tersebut terdapat kode desain kaos
tersebut dan tempat untuk menempelkan harga. Kemudian baju tersebut disetrika
supaya lebih rapi dan sablonannya tidak retak atau pecah-pecah, Selanjutnya,
satu per satu baju tersebut dimasukkan ke dalam plastik agar ketika ditumpuk,
sablon dari setiap baju tidak menempel satu sama lain. Setelah itu, setiap batch
(24 unit) diikat dengan tali rafia dan dikelompokkan agar mudah dibawa dan
didistribusikan. Total waktu yang dibutuhkan untuk memproses (work in process)
tiap batch adalah sekitar 3 jam. Jadi, untuk memproduksi 72 unit T-shirt (3 batch)
dibutuhkan waktu 9 jam.
BANK INDONESIA 27
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
BANK INDONESIA 29
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
WC
Halaman Ruang Potong dan
Belakang Sablon
Gudang
Teras
Belakang
Ruang
Rapat
20 m
R. Administrasi
Dapur
Ruang
Garasi
Direktur
WC Teras depan
15 m
BANK INDONESIA 31
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4.11. Limbah
Produksi pakaian juga menghasilkan limbah berupa sisa-sia potongan kain
(kain paco). Untuk produksi sekitar 20 potong per hari dihasilkan sekitar 10 karung
kain paco per bulan. Limbah ini dijual kepada pihak lain sebagai bahan baku untuk
membuat boneka. Kain paco di jual dengan harga Rp10.000,00 per karung atau
Rp800 per kg. Dalam perhitungan ini, nilai limbah tersebut diabaikan.
Gambar IV.2
No
Kulitas Ya
Bahan Baku Desain Produksi sendiri
Bagus?
Ya
Kulitas Jual
Sablon Bagus?
Masuk Gudang
(harga premium)
No
Mark loan
No
Stop Cek Ulang
Kualitas
Kulitas Ya
Bagus?
No
Jual dengan
diskon
Kendala yang dihadapi oleh distro dalam proses produksi antara lain adalah:
1. Distro cenderung untuk tidak mempunyai alat produksi sendiri karena lebih
efisien untuk makloon dibanding mempunyai fasilitas produksi sendiri. Pengelola
atau pemilik distro lebih berkonsentrasi pada penciptaan produk baru dan
pemasarannya. Sementara itu, penjahit dengan mesin-mesin canggih dan bahkan
untuk produk-produk khusus sudah banyak tersedia. Tidak mungkin bagi distro
untuk menyediakan semua peralatan tersebut karena nilai investasinya cukup
mahal. Sebuah distro di Bandung semula mempunyai alat produksi sendiri, tetapi
kemudian di jual karena tidak sanggup mengikuti perkembangan teknologi
produksi dan ternyata produksi lebih efisien melalui makloon. Distro lainnya juga
sudah menjual mesin-mesinnya dan menyisakan satu mesin jahit dan satu mesin
obras untuk membuat contoh produk. Tetapi penjahit lebih cenderung melayani
pembuatan produk dalam jumlah besar, sementara distro membuat produk dalam
jumlah terbatas, sehingga penjahit lebih mendahulukan pembuatan produk-
produk dalam skala besar.
2. Kualitas bahan baku tidak stabil, sehingga untuk produk-produk yang repeat
order tidak bisa dilayani dengan baik. Tetapi, hal ini tidak menjadi kendala yang
signifikan karena distro membuat produk yang unik dan tidak sama dengan
produksi sebelumnya.
3. Diskon diberikan oleh pemasok (perusahaan tekstil) bila pembelian bahan baku
dilakukan dalam volume besar dan kontinyu, sementara kebutuhan distro hanya
sedikit dan berpindah-pindah dari satu pemasok ke pemasok lain, tergantung
pada motive dan warna bahan yang dibutuhkan, sehingga tidak memperoleh
diskon yang maksimal.
4. Pembayaran atas pembelian baku dilakukan tunai, sehingga membutuhkan modal
kerja yang relatif besar.
BANK INDONESIA 33
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BANK INDONESIA 35
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI
5.2. Penggajian
Dari penelitian yang dilakukan terhadap tiga distro di Bandung diketahui bahwa
sistem penggajian terdiri dari gaji pokok dan uang makan. Untuk karyawan tetap,
upah minimum adalah sebesar UMR, yaitu Rp.700.000 sampai dengan Rp.800.000
per bulan. Sedangkan gaji manejer rata-rata Rp.2.000.000 per bulan. Karyawan
tidak tetap digaji Rp.100.000 per hari. Perusahaan memberikan uang makan kepada
karyawan baik berupa uang maupun natura dengan nilai sekitar Rp.7.000 sampai
dengan Rp.8.000 per hari. Untuk menghemat biaya, distro dapat menyediakan
catering senilai Rp.5.000 untuk sekali makan. Jam kerja karyawan pada hari Senin
dan Selasa adalah satu shift, sedangkan hari Rabu sampai dengan Minggu dua shift.
Upah lembur 1,5 kali upah jam kerja biasa. Hari kerja setiap karyawan diatur 5 hari
per minggu dan 2 hari libur, kecuali designer tidak ditentukan hari kerjanya.
Direktur
BANK INDONESIA 37
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI
distro dengan sedikit penyesuaian, seperti meniadakan wakil direktur. Jika distro
mempunyai unit produksi sendiri, maka dibutuhkan 9 orang karyawan dan satu orang
manejer untuk menangangi kegiatan tersebut (lihat Tabel 5.3 dan Tabel 5.4).
Tabel 5.2 Perkiraan Jumlah dan Gaji Karyawan Distro (Sistem Makloon)
Karyawan Gaji Uang Makan Total Total Total
Jabatan Tetap Kar. Tetap Per orang Gaji Uang Makan Gaji & U. Makan
(Orang) (Rp/Bulan) (Rp/Hari) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
Direktur 1 2.500.000 0 30.000.000 0 30.000.000
Staf Administrasi 2 800.000 7.000 19.200.000 1.820.000 21.020.000
Bagian Desain & Promosi
Manejer Desain & Promosi 1 2.000.000 0 24.000.000 0 24.000.000
Staf Desain 1 800.000 7.000 9.600.000 1.820.000 11.420.000
Bagian Produksi
Manejer Produksi
Staf Produksi
Bagian Toko
Manejer Toko 1 1.500.000 0 18.000.000 0 18.000.000
Pelayan 3 800.000 7.000 28.800.000 1.820.000 30.620.000
Bagian Gudang & Distribusi
Manejer Distribusi 1 1.500.000 0 18.000.000 0 18.000.000
Staf Distribusi 2 700.000 7.000 16.800.000 1.820.000 18.620.000
Jumlah 12 10.600.000 164.400.000 7.280.000 171.680.000
Catatan:
Hari kerja karyawan 5 hari dalam seminggu.
Tabel 5.3 Perkiraan Jumlah dan Gaji Karyawan Distro (Sistem Produksi Sendiri)
Karyawan Gaji Uang Makan Total Total Total
Jabatan Tetap Kar. Tetap Per orang Gaji Uang Makan Gaji & U. Makan
(Orang) (Rp/Bulan) (Rp/Hari) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun)
Direktur 1 2.500.000 30.000.000 0 30.000.000
Staf Administrasi 2 800.000 7.000 19.200.000 1.820.000 21.020.000
Bagian Desain & Promosi
Manejer Desain & Promosi 1 2.000.000 24.000.000 0 24.000.000
Staf Desain 1 800.000 7.000 9.600.000 1.820.000 11.420.000
Bagian Produksi
Manejer Produksi 1 2.000.000 24.000.000 0 24.000.000
Staf Produksi 9 800.000 7.000 86.400.000 1.820.000 88.220.000
Bagian Toko
Manejer Toko 1 1.500.000 18.000.000 0 18.000.000
Pelayan 3 800.000 7.000 28.800.000 1.820.000 30.620.000
Bagian Gudang & Distribusi
Manejer Distribusi 1 1.500.000 18.000.000 0 18.000.000
Staf Distribusi 2 700.000 7.000 16.800.000 1.820.000 18.620.000
Jumlah 22 13.400.000 274.800.000 9.100.000 283.900.000
Tabel 5.4
Perkiraan Jumlah Karyawan Bagian Produksi
Jumlah
Tugas/Jabatan
Tugas/Jabatan (Orang)
Manejer Produksi 1
Tukang Potong 1
Tukang Obras 1
Tukang Jahit 1
Tukang Kam 1
Tukang Sablon 3
Tukang Strika 1
Petugas Gudang dan Pengepakan 1
Total 10
5.3. Pelatihan
Karyawan distro pada umumnya berpendidikan S1, D3 dan SMA dengan
usia antara 15-45 tahun. Pelatihan untuk karyawan disesuaikan dengan bidang
pekerjaannya, baik yang dilaksanakan oleh perusahaan sendiri (internal) maupun
oleh pihak lain di luar perusahaan. Dalam bidang pemasaran, pelatihan lebih banyak
ditekankan pada cara menjual dan pengenalan produk. Untuk tenaga administrasi
diberikan pelatihan pengoperasian komputer, kursus kasir, dan mengikuti seminar
manajemen untuk manejer. Untuk bagian produksi diberikan pelatihan tentang cara
mencuci, pembuatan pola dan teknik produksi lain yang dibutuhkan.
BANK INDONESIA 39
ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI
Tabel 5.5
Biaya-biaya Perizinan
Biaya
Jenis Biaya
Jenis Biaya (Rp)
Akte Notaris 9.000.000
SIUP 1.500.000
NPWP 0
Izin BKPM 2.000.000
Izin Domisili dari RT/Camat 500.000
Lain-lain 100.000
Total 13.100.000
BANK INDONESIA 41
ASPEK KEUANGAN
T-shirt adalah produk yang paling banyak dijual oleh distro, tetapi porsi
penjualan T-shirt setiap distro berbeda-beda. Porsi penjualan T-shirt distro Ians Report
sekitar 70%, sedangkan pada distro lainnya sekitar 40%. Data-data (parameter) pada
Tabel 6.1 adalah untuk produksi 5 lusin T-shirt per minggu, sedangkan kemeja, jaket
dan blazer masing-masing 3 lusin per minggu. Pertimbangan ini diambil karena tiga
distro yang disurvei menjual produknya rata-rata 10 potong T-shirt per hari. Pada
akhir minggu (Sabtu dan Minggu) penjualan bisa mencapai 30 potong, tetapi untuk
perhitungan yang konservatif, kita asumsikan penjualan rata-rata 10 potong per hari
dan produksi dilakukan secara makloon. Sedangkan produk lain, rata-rata separuh
dari penjualan T-shirt.
BANK INDONESIA 43
ASPEK KEUANGAN
Untuk memulai usaha distro tidak diperlukan peralatan yang banyak dan
mahal. Peralatan yang perlu dimiliki hanyalah sebuah mesin jahit untuk membuat
contoh produk (sample). Jika kita membuat model usaha yang ideal, maka pengadaan
barang modal membutuhkan dana yang cukup besar, yaitu untuk membeli berbagai
jenis mesin dan kendaraan operasional.
BANK INDONESIA 45
ASPEK KEUANGAN
Dalam contoh model makloon ini diasumsikan mesin jahit dan obras masing-
masing satu unit senilai Rp.8.000.000 (harga mesin baru), kendaraan berupa sepeda
motor sebanyak 2 unit senilai Rp.25.000.000. Biaya sewa toko sekitar Rp.75.000.000
per tahun. Biaya sewa ini berpedoman pada bangunan di sepanjang Jalan Trunojoyo
Bandung dengan ukuran 15mx10m atau Rp.500.000 pe m2 per tahun. Biaya renovasi
sangat bervariasi tergantung pada lokasi, besarnya ruangan, interior design, dan
bahan yang digunakan. Sebagai contoh, biaya renovasi sebuah distro seluas 5mx11m
adalah Rp.150.000.000. Sedangkan biaya renovasi distro lainnya seluas 6mx10m
adalah Rp.100.000.000. Kedua distro tersebut terletak bertetangga di Jl. Trunojoyo
Bandung.
Peralatan toko seperti cash register, gantungan baju, dan lain-lain senilai
Rp.10.000.000. Peralatan kantor dan administrasi seperti komputer, printer, brankas
kecil, file cabinet, telepon, mesin faks, tabung pemadam kebakaran, peralatan pantry
dan lain-lain diperkirakan Rp 25.000.000. Furnitur berupa meja dan kursi kerja untuk
manejer dan karyawan sebanyak 4 set senilai Rp 10.000.000. Total biaya perizinan,
biaya praoperasi, biaya sewa, dan harta tetap adalah Rp 194.100.000. Rencana
penarikan dana untuk kebutuhan investasi harta tetap dapat dilihat pada Lampiran
L1 (Tabel L1.1 dan L1.2).
Jika distro mempunyai peralatan produksi sendiri, maka total biaya investasi
menjadi Rp 205.935.000. Perbedaan tersebut hanya pada investasi mesin dan
peralatannya.
Tabel 6.2 Biaya Pendirian dan Biaya Harta Tetap Usaha Distro
Produksi
No.
No.
Uraian
Uraian
Makloon
Maklon Sendiri
1 Biaya Perzinan dan Praoperasi 16.100.000 16.100.000
2 Tanah 0 0
3 Bangunan (Renovasi Toko) 100.000.000 100.000.000
4 Mesin-mesin dan Peralatan 8.000.000 19.835.000
5 Kendaraan 25.000.000 25.000.000
6 Peralatan Toko 10.000.000 10.000.000
7 Peralatan kantor 25.000.000 25.000.000
8 Furniture 10.000.000 10.000.000
Total 194.100.000 205.935.000
Modal kerja pada awal periode adalah untuk membeli bahan baku dan biaya-
biaya untuk membuat produk yang sudah dimulai pada periode awal. Produk baru
dikeluarkan setiap minggu. Kebutuhan dana (modal kerja) yang dicadangkan biasanya
dua kali dari kebutuhan produksi atau untuk kebutuhan operasi selama dua minggu.
Kebutuhan modal kerja awal kedua pola usaha distro tersebut adalah seperti pada
Tabel 6.3. Kebutuhan dana untuk pembelian bahan baku dan proses produksinya
selama dua minggu dengan sistem makloon adalah Rp 18.240.000. Sedangkan
untuk sewa toko sebesar Rp75.000.000 per tahun yang dibayarkan di muka. Jadi,
total modal kerja yang dibutuhkan pada awal periode adalah Rp 93.240.000.
BANK INDONESIA 47
ASPEK KEUANGAN
Total modal sendiri yang dibutuhkan pada awal periode dengan sistem
makloon adalah Rp81.372.000, sedangkan dengan sistem produksi sendiri adalah
Rp 94.922.500. Dalam kebutuhan dana tersebut belum termasuk biaya perizinan,
biaya bunga, biaya provisi pinjaman, upah/gaji, dan biaya administrasi pada periode
pembangunan. Setelah memperhitungkan biaya-biaya tersebut, maka kebutuhan
dana yang harus disediakan oleh pemilik pada awal periode adalah Rp101.732.013
untuk sistem makloon dan Rp113.510.315 untuk sistem produksi sendiri (lihat Proyeksi
Neraca pada Lampiran L1 Tabel L1.14 dan Tabel L1.15).
Tabel 6.4
Pembelanjaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja
(Sistem Makloon)
Investasi Barang Modal Modal Kerja
Total
Komponen Biaya Besarnya Besarnya Total
(Rp)
Porsi Porsi
Komponen Biaya Porsi (Rp) Porsi (Rp) (Rp)
Pinjaman Bank 70% 124.600.000 70% 65.268.000 189.868.000
Modal Sendiri 30% 53.400.000 30% 27.972.000 81.372.000
Total 100% 178.000.000 100% 93.240.000 271.240.000
Tabel 6.5
Pembelanjaan Investasi Harta Tetap dan Modal Kerja
(Sistem Produksi Sendiri)
Investasi Barang Modal Modal Kerja
Total
Komponen Biaya Besarnya Besarnya Total
(Rp)
Porsi Porsi
Komponen Biaya Porsi (Rp) Porsi (Rp) (Rp)
Pinjaman Bank 70% 132.884.500 70% 65.268.000 198.152.500
Modal Sendiri 30% 56.950.500 30% 27.972.000 84.922.500
Total 100% 189.835.000 100% 93.240.000 283.075.000
Tabel 6.6
Cicilan dan Biaya Bunga Kredit Investasi
(Sistem Makloon)
Uraian Uraian 0 1 2 3
Pokok pinjaman 124.600.000 89.056.869 47.826.837 0
Biaya Bunga 19.936.000 14.249.099 7.652.294
Cicilan 35.543.131 41.230.032 47.826.837
Biaya Bunga dan Cicilan 55.479.131 55.479.131 55.479.131
BANK INDONESIA 49
ASPEK KEUANGAN
Tabel 6.7
Cicilan dan Biaya Bunga Kredit Investasi
(Sistem Produksi Sendiri)
Uraian Uraian 0 1 2 3
Pokok pinjaman 132.884.500 94.978.150 51.006.784 0
Biaya Bunga 21.261.520 15.196.504 8.161.085
Cicilan 37.906.350 43.971.366 51.006.784
Biaya Bunga dan Cicilan 59.167.870 59.167.870 59.167.870
Jenis produk yang dibuat dan dijual oleh distro sangat beragam, terutama
pakaian dan pernak-pernik asesoriesnya baik yang dibuat sendiri maupun titipan orang
lain (konsinyasi) dan barang-barang impor. Pembatasan asumsi tentang jenis produk
dan volume penjualannya hanya merupakan contoh model usaha yang didasarkan
pada tiga distro yang disurvei.
Perhitungan dapat dibuat untuk berbagai jenis dan volume produksi dan
penjualan, sehingga nilai penjualannya memenuhi kriteria kelompok usaha yang
digariskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dimana nilai penjualan kelompok usaha mikro
paling banyak Rp300.000.000, kelompok usaha kecil Rp300.000.000 sampai
Rp2.500.000.000, dan kelompok usaha menengah Rp2.500.000.000 sampai
Rp50.000.000.000 per tahun.
Volume dan nilai penjualan pada contoh model usaha ini adalah seperti pada
Tabel 6.8. Total penjualan adalah Rp948.480.000 yang dihasilkan dari penjualan 5
lusin T-shirt per minggu, kemeja, jaket dan blazer masing-masing 3 lusin per minggu.
Harga jual ditetapkan berdasarkan biaya produksi ditambah dengan biaya operasional,
biaya desain dan margin. Secara total harga jual dua kali biaya produksinya. Sesuai
dengan kriteria UU No.20 di atas, usaha ini termasuk kelompok usaha kecil.
Tabel 6.8
Produksi dan Penjualan Distro Per Tahun
Biaya
No. Produk Penjualan Produksi Margin Harga Jual Penjualan
(Unit) (Rp/Unit) (Rp/Unit) (Rp/Unit) (Rp)
1 T-shirt 3.120 35.000 100,0% 70.000 218.400.000
2 Kemeja 1.872 45.000 100,0% 90.000 168.480.000
3 Jaket 1.872 75.000 100,0% 150.000 280.800.000
4 Blazer 1.872 75.000 100,0% 150.000 280.800.000
Total 230.000 948.480.000
BANK INDONESIA 51
ASPEK KEUANGAN
Proyeksi harga pokok penjualan dengan sistem makloon dan sistem produksi
sendiri dapat dilihat pada Lampiran L1 Tabel L1.8 dan Tabel L1.9. Biaya produksi
T-shirt per unit dengan sistem produksi sendiri diperhitungkan sekitar 32,9% lebih
rendah dari biaya produksi sistem makloon atau Rp23.834 per unit. Sedangkan biaya
produksi dengan sistem makloon sebesar Rp35.525 per unit (sudah termasuk biaya
transportasi dan bongkar muat).
Jika distro hanya menjual T-shirt, maka titik pulang pokok dengan sistem
makloon dicapai pada penjualan sebanyak 30 potong per hari atau senilai Rp2.100.000
per hari. Sedangkan dengan sistem produksi sendiri dicapai pada pada penjualan
sebanyak 24 potong per hari atau Rp1.680.000 per hari.
baru selama periode proyeksi. Dalam menguji kelayakan usaha, selain memperhatikan
net present value (NPV) yang positif, juga perlu diperhatikan supaya tidak terjadi cash
shortage atau cash bleeding pada arus kas operasionalnya. Dari kas yang dihasilkan
pada tahun pertama usaha ini sudah tidak memerlukan pinjaman modal kerja karena
dapat ditutupi dari kas hasil operasi sendiri (dana interen).
BANK INDONESIA 53
ASPEK KEUANGAN
Pengujian dilakukan terhadap asumsi satu per satu. Ketika dilakukan pengujian
sensitivitas NPV terhadap satu asumsi, maka asumsi yang lain tetap seperti semula
(ceteris paribus). Jika perubahan sedikit saja dari besaran suatu asumsi menyebabkan
NPV menjadi negatif, maka dikatakan bahwa usaha ini sensitif terhadap asumsi
tersebut. Cara menguji sensitivitas kelayakan usaha ini dapat dilihat pada Buku
Manual Program Simulasi Bisnis Distro.
Untuk dapat menetapkan harga jual yang lebih rendah, maka distro harus
mengelola biaya-biaya produksi dan operasinya se-efisien mungkin. Selain itu, untuk
dapat menjual produk distro dua kali lipat dari biaya produksinya dan bersaing dengan
produk sejenis, khususnya pakaian, maka kualitas desain dan ekslusivitas dari produk
distro menjadi faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kelanjutan usaha
ini. Disamping itu, perlindungan terhadap hak cipta atas desain produk-produk
distro sangat penting supaya dapat menjual produknya pada harga yang lebih tinggi
dibanding produk sejenis yang dibuat secara masal.
Faktor kedua yang sensitif terhadap NPV adalah diskon, baik yang diberikan
atas penjualan tunai, maupun untuk penjualan konsinyasi. Diskon atas penjualan
tunai maksimum yang dapat diberikan hanya sebesar 9,9%, sedangkan diskon atau
komisi konsinyasi maksimum sebesar 18,2%. Pemberian diskon yang lebih besar
dapat dilakukan, tetapi harus dibarengi dengan efisiensi dalam biaya produksi dan
operasi. Semakin efisien sebuah distro, semakin besar diskon yang dapat diberikan.
Dalam persaingan yang semakin ketat, diskon menjadi salah satu senjata yang
digunakan untuk mendongkrak penjualan. Untuk dapat memberikan diskon yang
besar atau survive dalam persaingan, maka efisiensi biaya menjadi faktor strategik
yang harus menjadi perhatian pengusaha distro. Dari survei yang dilakukan diketahui
bahwa distro memberikan diskon atas penjualan tunai antara 10%-35%. Diskon yang
besar biasanya diberikan kepada pembeli produk-produk yang kurang laku atau stok
lama dalam program obral (sale).
Faktor ketiga yang sensitif terhadap kelayakan distro dengan sistem makloon
adalah biaya gaji. Jika biaya gaji naik lebih besar dari 12,2%, maka usaha ini menjadi
tidak layak. Persentase perubahan biaya pemasaran sebesar 71,7% menunjukkan
bahwa biaya tersebut tidak begitu sensitif terhadap NPV, tetapi secara absolut biaya
pemasaran dapat lebih besar dari Rp8.586.525. Oleh karena itu, tetap harus menjadi
perhatian dan dikontrol dengan baik oleh manajemen perusahaan. Asumsi-asumsi
lain seperti kenaikan biaya barang modal, biaya administrasi, dan tingkat bunga
pinjaman tidak sensitif terhadap NPV.
BANK INDONESIA 55
ASPEK KEUANGAN
Tabel 6.10
Pengujian Sensitivitas NPV Terhadap Beberapa Asumsi Penting
(Sistem Makloon)
Asumsi Uji
No. Uraian Dasar Sensitivitas Perubahan
1 Kenaikan investasi barang modal 0,0% 89,5% 89,5%
2 Margin 100,0% 90,9% -9,1%
3 Diskon Pembelian Tunai 0,0% 9,9% 9,9%
4 Diskon konsinyasi 0,0% 18,2% 18,2%
5 Harga Kain (Rp/Kg)
6 Biaya Gaji 0,0% 12,2% 12,2%
7 Biaya Administrasi 0,0% 73,3% 73,3%
8 Biaya pemasaran per bulan (Rp) 5.000.000 8.586.525 71,7%
9 Tingkat Bunga Pinjaman 16,0% 34,1% 113,1%
Tabel 6.11
Pengujian Sensitivitas NPV Terhadap Beberapa Asumsi Penting
(Sistem Produksi Sendiri)
Asumsi Uji
No. Uraian Dasar Sensitivitas Perubahan
1 Kenaikan investasi barang modal 0,0% 365,5% 365,5%
2 Margin 100,0% -3,8% -103,8%
3 Diskon Pembelian Tunai 0,0% 42,7% 42,7%
4 Diskon konsinyasi 0,0% 78,4% 78,4%
5 Harga Kain (Rp/Kg) 50.000 116.866 133,7%
6 Biaya Gaji 0,0% 41,0% 41,0%
7 Biaya Administrasi 0,0% 165,7% 165,7%
8 Biaya pemasaran per bulan (Rp) 5.000.000 20.495.281 309,9%
9 Tingkat Bunga Pinjaman 16,0% 78,7% 391,9%
BANK INDONESIA 57
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BANK INDONESIA 59
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN
8.1. Kesimpulan
1. Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda dalam membuat
dan menjual produk dengan desain yang berbeda dari yang lainnya. Perbedaan
tersebut terletak pada tema yang diusung dalam desain produk tersebut, seperti
pencinta lingkungan, fauna, flora, musik, film, artis, tokoh, dan masalah-masalah
sosial disekitarnya. Kreatifitas untuk menciptakan produk-produk dengan desain
baru dalam jumlah terbatas dan menciptakan komunitas tersendiri menjadi
prasyarat penting untuk bersaing dengan distro dan perusahaan fashion lainnya
dan dapat menjual produk lebih mahal daripada produk sejenis yang diproduksi
secara masal. Dapat dikatakan bahwa kelanjutan usaha ini sangat ditentukan
oleh kreatifitas pengelolanya untuk membuat produk-produk baru dan unik bagi
komunitasnya. Penciptaan jaringan dan memperbesar komunitas yang mempunyai
hobby atau selera yang sama merupakan strategi pemasaran yang harus terus
dikembangkan oleh pengusaha distro.
3. Pada umumnya distro tidak memiliki alat produksi sendiri. Pengelola distro lebih
fokus pada penciptaan desain produk baru dan pemasarannya. Khusus untuk
produksi pakaian dilakukan secara makloon. Walaupun kalkulasi biaya produksi
per unit barang yang dibuat (dalam contoh ini T-shirt) lebih rendah sekitar 32,9%
BANK INDONESIA 61
KESIMPULAN DAN SARAN
8.2. Saran
1. Perlindungan terhadap hak cipta supaya desain produk-produk distro tidak ditiru
oleh perusahaan lain menjadi faktor yang sangat penting untuk diperjuangkan
kepada pemerintah melalui organisasi yang mengayomi usaha distro, yaitu KICK.
Dengan demikian, eksklusivitas produk distro dapat terjamin dan dijual pada
harga yang lebih tinggi daripada produk sejenis yang dibuat secara masal.
2. Pemerintah daerah harus melindungi usaha ini supaya tidak didominasi oleh
pengusaha besar dan mempermudah proses pengurusan hak paten dengan biaya
yang murah. Bila terjadi pelanggaran hak cipta, pemerintah harus menindak tegas
pelanggarnya.
BANK INDONESIA 63
KESIMPULAN DAN SARAN
3. Distro cenderung berkelompok ditempat keramaian, oleh karena itu dalam rangka
pengembangan usaha industri kreatif, khususnya distro, Pemerintah Daerah perlu
membuka pusat-pusat usaha baru.
4. Pada umumnya pengusaha distro adalah anak muda, bahkan sebagian masih
berstatus mahasiswa. Pendanaan yang dibutuhkan oleh usaha distro adalah untuk
modal kerja yang besarnya sangat tergantung pada skala usaha yang dijalankan
(usaha mikro, kecil, atau menengah). Bagi pihak perbankan yang akan menyalurkan
kredit kedalam usaha distro ini sebaiknya juga memberikan pelatihan manajemen
kepada pengusaha muda tersebut karena pengusaha distro pada mulanya lebih
banyak mengandalkan kemampuan dalam merancang produk baru, tetapi lemah
dalam bidang pengelolaan usaha. Dari survei yang dilakukan diketahui beberapa
pengusaha distro menjadi korban penipuan dari rekan usahanya.
BANK INDONESIA 65
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
LAMPIRAN 1
1 Penarikan Dana dan Biaya Bunga ......................................................... 67
2 Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja .................. 68
3 Proyeksi Laba Rugi ....... 70
4 Proyeksi Harga Pokok Penjualan ........................... 71
5 Break Even Sales ................................................................................... 73
6 Proyeksi Arus Kas Operasional ...................... 75
7 Proyeksi Neraca .......................... 77
8 Perhitungan NPV, IRR, Payback Period dan BC Ratio (Sistem Makloon).... 79
9 Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman .... 81
LAMPIRAN 1.
Tabel L1.1
Penarikan dana, Biaya Bunga dan Provisi Kredit (Sistem Makloon)
BULAN
HARTA TETAP
HARTA TETAP % 1 2 Total
Tanah 0,0% 0 0 0
Renovasi Toko 56,2% 50.000.000 50.000.000 100.000.000
Mesin-mesin dan Peralatan 4,5% 0 8.000.000 8.000.000
Kendaraan 14,0% 25.000.000 0 25.000.000
Peralatan Toko 5,6% 0 10.000.000 10.000.000
Peralatan kantor 14,0% 0 25.000.000 25.000.000
Furniture 5,6% 0 10.000.000 10.000.000
Total 100,0% 75.000.000 103.000.000 178.000.000
FINANCING 1 2 Total
Modal Sendiri 30,0% 22.500.000 30.900.000 53.400.000
Pinjaman 70,0% 52.500.000 72.100.000 124.600.000
Total 100,0% 75.000.000 103.000.000 178.000.000
BIAYA BUNGA 1 2 Total
Biaya Bunga 16,0% 1.400.000 961.333 2.361.333
Pembayaran Bunga 100,0% 1.400.000 961.333 2.361.333
Bunga Terutang 0,0% 0 0 0
Biaya Provisi 1,0% 1.246.000 0 1.246.000
BANK INDONESIA 67
LAMPIRAN 1
Tabel L1.2
Penarikan Dana, Biaya Bunga dan Provisi Kredit (Sistem Produksi Sendiri)
BULAN
HARTA TETAP
HARTA TETAP % 1 2 Total
Tanah 0,0% 0 0 0
Renovasi Toko 56,2% 50.000.000 50.000.000 100.000.000
Mesin-mesin dan Peralatan 4,5% 0 8.000.000 8.000.000
Kendaraan 14,0% 25.000.000 0 25.000.000
Peralatan Toko 5,6% 0 10.000.000 10.000.000
Peralatan kantor 14,0% 0 25.000.000 25.000.000
Furniture 5,6% 0 10.000.000 10.000.000
Total 100,0% 75.000.000 103.000.000 178.000.000
FINANCING 1 2 Total
Modal Sendiri 30,0% 22.500.000 30.900.000 53.400.000
Pinjaman 70,0% 52.500.000 72.100.000 124.600.000
Total 100,0% 75.000.000 103.000.000 178.000.000
BIAYA BUNGA 1 2 Total
Biaya Bunga 16,0% 1.400.000 961.333 2.361.333
Pembayaran Bunga 100,0% 1.400.000 961.333 2.361.333
Bunga Terutang 0,0% 0 0 0
Biaya Provisi 1,0% 1.246.000 0 1.246.000
Tabel L1.4
Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja (Sistem Makloon)
TAHUN
Uraian
Uraian 0 1 2 3 4 5
Piutang usaha 0 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000
Persediaan bahan baku 0 0 0 0 0 0
Persediaan bahan dalam proses 0 0 0 0 0 0
Persediaan Barang Jadi 18.240.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000
Sewa dibayar dimuka 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Persediaan Barang Jadi 18.240.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000
Utang usaha 0 19.769.583 19.760.000 19.760.000 19.760.000 19.760.000
Kebutuhan Modal Kerja 93.240.000 97.412.417 97.422.000 97.422.000 97.422.000 97.422.000
Incremental Working Capital 93.240.000 4.172.417 9.583 0 0 0
Financing
Modal Sendiri 27.972.000 1.251.725 2.875 0 0 0
Pinjaman 65.268.000 2.920.692 6.708 0 0 0
Total 93.240.000 4.172.417 9.583 0 0 0
Biaya Bunga 0 10.910.191 10.911.264 10.911.264 10.911.264 10.911.264
Biaya Provisi 652.680 681.887 681.954 681.954 681.954 681.954
Tabel L1.5
Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja (Sistem Produksi Sendiri)
TAHUN
Uraian
Uraian 0 1 2 3 4 5
Piutang usaha 0 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000
Persediaan bahan baku 6.254.040 6.254.040 6.254.040 6.254.040 6.254.040 6.254.040
Persediaan bahan dalam proses 598.044 598.044 598.038 598.038 598.038 598.038
Persediaan Barang Jadi 12.558.915 12.558.915 12.558.795 12.558.795 12.558.795 12.558.795
Sewa dibayar dimuka 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000
Total 119.410.998 143.122.998 143.122.873 143.122.873 143.122.873 143.122.873
Utang usaha 0 0 0 0 0 0
Kebutuhan Modal Kerja 119.410.998 143.122.998 143.122.873 143.122.873 143.122.873 143.122.873
Incremental Working Capital 119.410.998 23.712.000 (125) (0) 0 0
Financing
Modal Sendiri 35.823.299 7.113.600 (38) (0) 0 0
Pinjaman 83.587.699 16.598.400 (88) (0) 0 0
Total 119.410.998 23.712.000 (125) (0) 0 0
Biaya Bunga 0 16.029.776 16.029.762 16.029.762 16.029.762 16.029.762
Biaya Provisi 835.877 1.001.861 1.001.860 1.001.860 1.001.860 1.001.860
BANK INDONESIA 69
LAMPIRAN 1
3. Proyeksi Laba-Rugi
Tabel L1.6
Proyeksi Laba-Rugi (Sistem Makloon)
Uraian 0 1 2 3 4 5
Penjualan 0 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
Diskon 0 0 0 0 0 0
Penjualan Bersih 0 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
Harga pokok penjualan 0 481.357.050 481.353.600 481.353.600 481.353.600 481.353.600
Laba kotor 0 467.122.950 467.126.400 467.126.400 467.126.400 467.126.400
Biaya Operasional
Biaya upah/gaji 0 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000
Biaya penyusutan 0 35.600.000 35.600.000 35.600.000 35.600.000 35.600.000
Biaya asuransi 0 1.304.940 1.304.480 1.304.480 1.304.480 1.304.480
Biaya administrasi dan umum 16.100.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
Biaya Admin Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Biaya pemasaran 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya sewa 0 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Total biaya operasional 16.100.000 382.584.940 382.584.480 382.584.480 382.584.480 382.584.480
Laba operasi (16.100.000) 84.538.010 84.541.920 84.541.920 84.541.920 84.541.920
Biaya bunga 2.361.333 19.936.000 14.249.099 7.652.294 0 0
Pendapatan (biaya) lain-lain (1.898.680) (681.887) (681.954) (681.954) (681.954) (681.954)
Laba sebelum pajak (20.360.013) 63.920.123 69.610.867 76.207.672 83.859.966 83.859.966
Pajak perusahaan 0 9.588.018 10.441.630 11.431.151 12.578.995 12.578.995
Laba bersih (20.360.013) 54.332.105 59.169.237 64.776.521 71.280.971 71.280.971
Tabel L1.7
Proyeksi Laba-Rugi (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian 0 1 2 3 4 5
Penjualan 0 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
Diskon 0 0 0 0 0 0
Penjualan Bersih 0 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
Harga pokok penjualan 0 322.943.516 322.940.566 322.940.442 322.940.441 322.940.441
Laba kotor 0 625.536.484 625.539.434 625.539.558 625.539.559 625.539.559
Biaya Operasional
Biaya upah/gaji 0 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000
Biaya penyusutan 0 37.967.000 37.967.000 37.967.000 37.967.000 37.967.000
Biaya asuransi 0 701.306 701.306 701.306 701.306 701.306
Biaya administrasi dan umum 16.100.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
Biaya Admin Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Biaya pemasaran 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya sewa 0 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Total biaya operasional 16.100.000 384.348.306 384.348.306 384.348.306 384.348.306 384.348.306
Laba operasi (16.100.000) 241.188.177 241.191.127 241.191.252 241.191.252 241.191.252
Biaya bunga 2.471.793 21.261.520 15.196.504 8.161.085 0 0
Pendapatan (biaya) lain-lain (2.164.722) (1.001.861) (1.001.860) (1.001.860) (1.001.860) (1.001.860)
Laba sebelum pajak (20.736.515) 218.924.796 224.992.763 232.028.306 240.189.392 240.189.392
Pajak perusahaan 0 32.838.719 33.748.914 34.804.246 36.028.409 36.028.409
Laba bersih (20.736.515) 186.086.077 191.243.849 197.224.060 204.160.983 204.160.983
Tabel L1.8
Proyeksi Harga Pokok Penjualan (Sistem Makloon)
Uraian 1 2 3 4 5
Persedian awal barang dagangan 18.240.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000
Pembelian 474.470.000 474.240.000 474.240.000 474.240.000 474.240.000
Persediaan akhir barang dagangan 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000
Penjualan 474.240.000 474.240.000 474.240.000 474.240.000 474.240.000
Biaya Transportasi 4.744.700 4.742.400 4.742.400 4.742.400 4.742.400
Biaya Bongkar-muat 2.372.350 2.371.200 2.371.200 2.371.200 2.371.200
Biaya Penyimpanan 0 0 0 0 0
Harga Pokok Penjualan 481.357.050 481.353.600 481.353.600 481.353.600 481.353.600
BANK INDONESIA 71
LAMPIRAN 1
Tabel L1.9
Proyeksi Harga Pokok Penjualan (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian 1 2 3 4 5
Persediaan awal bahan baku 6.254.040 6.254.040 6.254.040 6.254.040 6.254.040
Pembelian 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171
Persediaan akhir bahan baku 6.254.040 6.254.040 6.254.040 6.254.040 6.254.040
Bahan baku 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171
Upah langsung 88.220.000 88.220.000 88.220.000 88.220.000 88.220.000
Biaya Overhead Produksi 0 0 0 0 0
Biaya Administrasi Produksi 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Biaya Upah Tak Langsung 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Biaya Maintanance 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Biaya Sewa 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Biaya alat-alat jahit dan sablon 2.590.000 2.590.000 2.590.000 2.590.000 2.590.000
Biaya Transportasi 4.744.700 4.742.400 4.742.400 4.742.400 4.742.400
Biaya Bongkar-muat 2.372.350 2.371.200 2.371.200 2.371.200 2.371.200
Biaya Penyimpanan 0 0 0 0 0
Biaya Asuransi 31.670 31.670 31.670 31.670 31.670
Biaya Penyusutan 3.167.000 3.167.000 3.167.000 3.167.000 3.167.000
Total Factory Overhead 73.905.720 73.902.270 73.902.270 73.902.270 73.902.270
Biaya Pabrikasi 322.943.891 322.940.441 322.940.441 322.940.441 322.940.441
Persediaan awal WIP 598.044 598.044 598.038 598.038 598.038
Persediaan akhir WIP 598.044 598.038 598.038 598.038 598.038
Total biaya produksi 322.943.891 322.940.448 322.940.441 322.940.441 322.940.441
Persediaan awal barang jadi 12.558.929 12.558.929 12.558.795 12.558.795 12.558.795
Persediaan akhir barang jadi 12.558.929 12.558.795 12.558.795 12.558.795 12.558.795
Harga Pokok Penjualan 322.943.891 322.940.582 322.940.442 322.940.441 322.940.441
Biaya produksi/unit 23.834 23.834 23.834 23.834 23.834
BANK INDONESIA 73
LAMPIRAN 1
Tabel L1.11
Break Even Sales (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian Jenis Biaya 1 2 3 4 5
Bahan baku V 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171
Upah langsung V 88.220.000 88.220.000 88.220.000 88.220.000 88.220.000
Biaya Administrasi Produksi T 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Biaya Upah Tak Langsung T 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Biaya Maintanance T 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Biaya Sewa T 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Biaya alat-alat jahit dan sablon V 2.590.000 2.590.000 2.590.000 2.590.000 2.590.000
Biaya Asuransi T 1.336.610 1.336.150 1.336.150 1.336.150 1.336.150
Biaya Penyusutan T 38.767.000 38.767.000 38.767.000 38.767.000 38.767.000
Biaya Transportasi V 4.744.700 4.742.400 4.742.400 4.742.400 4.742.400
Biaya Bongkar-muat V 2.372.350 2.371.200 2.371.200 2.371.200 2.371.200
Biaya Penyimpanan V 0 0 0 0 0
Biaya upah/gaji T 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000
Biaya administrasi dan umum T 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
Biaya Admin Lain-lain T 0 0 0 0 0
Biaya pemasaran V 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya sewa T 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Biaya bunga T 19.936.000 14.249.099 7.652.294 0 0
Pajak perusahaan V 9.588.018 10.441.630 11.431.151 12.578.995 12.578.995
Total Biaya 735.052.850 730.215.651 724.608.366 718.103.916 718.103.916
Biaya Variabel 352.333.240 353.183.402 354.172.922 355.320.766 355.320.766
Biaya Tetap 382.719.610 377.032.249 370.435.444 362.783.150 362.783.150
Penjualan 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
BE Sales 608.913.643 600.721.638 591.193.716 580.101.502 580.101.502
BE Sales/Penjualan 64,2% 63,3% 62,3% 61,2% 61,2%
Jika yang dijual hanya T-Shirt
Harga T-Shirt 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000
Volume Penjualan (Unit) 8.699 8.582 8.446 8.287 8.287
Volume Penjualan (Lusin) 725 715 704 691 691
Volume Penjualan/Bulan (Lusin) 60 60 59 58 58
Volume Penjualan/Hari (Lusin) 2,0 2,0 2,0 1,9 1,9
Volume Penjualan/Hari (Potong) 24,2 23,8 23,5 23,0 23,0
Penjualan/Hari (Rp) 1.691.427 1.668.671 1.642.205 1.611.393 1.611.393
Penjualan/Minggu(Rp) 11.839.988 11.680.699 11.495.433 11.279.751 11.279.751
Tabel L1.12
Arus Kas Operasional (Sistem Makloon)
Uraian 0 1 2 3 4 5
PENERIMAAN
Penerimaan dari penjualan 0 924.768.000 924.768.000 924.768.000 924.768.000 924.768.000
Diskon 0 0 0 0 0 0
Penerimaan piutang usaha 0 0 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000
Pendapatan lain-lain 0 0 0 0 0 0
Total penerimaan 0 924.768.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
PEMBAYARAN
Pembayaran pembelian 18.240.000 454.700.417 454.480.000 454.480.000 454.480.000 454.480.000
Pembayaran utang usaha 0 0 19.769.583 19.760.000 19.760.000 19.760.000
Biaya upah/gaji 0 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000
Biaya asuransi 0 1.304.940 1.304.480 1.304.480 1.304.480 1.304.480
Biaya administrasi dan umum 16.100.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
Biaya Admin Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Biaya pemasaran 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya sewa 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Pajak perusahaan 0 0 9.588.018 10.441.630 11.431.151 12.578.995
Pembayaran cicilan utang bank 0 35.543.131 41.230.032 47.826.837 0 0
Pembayaran bunga 2.361.333 19.936.000 14.249.099 7.652.294 0 0
Biaya provisi bank 1.898.680 681.887 681.954 681.954 681.954 681.954
Deviden 0 0 54.332.105 59.169.237 64.776.521 71.280.971
Pembelian harta tetap baru 178.000.000 0 0 0 0 0
Total pembayaran 291.600.013 864.963.425 948.428.871 954.110.032 905.227.706 912.880.000
Selisih penerimaan dan pembayaran (291.600.013) 59.804.575 51.129 (5.630.032) 43.252.294 35.600.000
Kas awal 0 0 63.976.992 64.037.704 58.407.672 101.659.966
Kas sebelum financing (291.600.013) 59.804.575 64.028.121 58.407.672 101.659.966 137.259.966
FINANCING
Investasi Harta Tetap
Modal Sendiri 73.107.333 0 0 0 0 0
Pinjaman Bank 124.600.000 0 0 0 0 0
Modal Kerja
Modal Sendiri 28.624.680 1.251.725 2.875 0 0 0
Pinjaman Bank 65.268.000 2.920.692 6.708 0 0 0
Pinjaman Baru 0 0 0 0 0 0
Total financing 291.600.013 4.172.417 9.583 0 0 0
Kas akhir 0 63.976.992 64.037.704 58.407.672 101.659.966 137.259.966
BANK INDONESIA 75
LAMPIRAN 1
Tabel L1.13
Arus Kas Operasional (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian 0 1 2 3 4 5
PENERIMAAN
Penerimaan dari penjualan 0 924.768.000 924.768.000 924.768.000 924.768.000 924.768.000
Diskon 0 0 0 0 0 0
Penerimaan piutang usaha 0 0 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000
Pendapatan lain-lain 0 0 0 0 0 0
Total penerimaan 0 924.768.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000 948.480.000
PEMBAYARAN
Pembayaran pembelian 19.410.998 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171 160.818.171
Pembayaran utang usaha 0 0 0 0 0 0
Biaya upah/gaji 0 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000 171.680.000
Biaya asuransi 0 701.306 701.306 701.306 701.306 701.306
Biaya administrasi dan umum 16.100.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
Biaya Admin Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Biaya pemasaran 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya sewa 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000
Pajak perusahaan 0 0 32.838.719 33.748.914 34.804.246 36.028.409
Pembayaran cicilan utang bank 0 37.906.350 43.971.366 51.006.784 0 0
Pembayaran bunga 2.471.793 21.261.520 15.196.504 8.161.085 0 0
Biaya provisi bank 2.164.722 1.001.861 1.001.860 1.001.860 1.001.860 1.001.860
Deviden 0 0 186.086.077 191.243.849 197.224.060 204.160.983
Pembelian harta tetap baru 189.835.000 0 0 0 0 0
Total pembayaran 329.982.513 729.494.554 948.416.274 954.484.241 902.351.914 910.513.000
Selisih penerimaan dan pembayaran (329.982.513) 195.273.446 63.726 (6.004.241) 46.128.086 37.967.000
Kas awal 0 0 218.985.446 219.049.047 213.044.806 259.172.892
Kas sebelum financing (329.982.513) 195.273.446 219.049.172 213.044.807 259.172.892 297.139.892
FINANCING
Investasi Harta Tetap
Modal Sendiri 76.851.138 0 0 0 0 0
Pinjaman Bank 132.884.500 0 0 0 0 0
Modal Kerja
Modal Sendiri 36.659.176 7.113.600 (38) (0) 0 0
Pinjaman Bank 83.587.699 16.598.400 (88) (0) 0 0
Pinjaman Baru 0 0 0 0 0 0
Total financing 329.982.513 23.712.000 (125) (0) 0 0
Kas akhir 0 218.985.446 219.049.047 213.044.806 259.172.892 297.139.892
7. Proyeksi Neraca
Tabel L1.14
Proyeksi Neraca (Sistem Makloon)
Uraian 0 1 2 3 4 5
HARTA
HARTA LANCAR
Kas dan bank 0 63.976.992 64.037.704 58.407.672 101.659.966 137.259.966
Piutang usaha 0 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000
Persediaan Barang Dagangan 18.240.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000 18.470.000
Sewa dibayar di muka 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Total harta lancar 93.240.000 181.158.992 181.219.704 175.589.672 218.841.966 254.441.966
HARTA TETAP
Nilai perolehan 178.000.000 178.000.000 178.000.000 178.000.000 178.000.000 178.000.000
Akumulasi penyusutan 0 (35.600.000) (71.200.000) (106.800.000) (142.400.000) (178.000.000)
Harta tetap (net) 178.000.000 142.400.000 106.800.000 71.200.000 35.600.000 0
TOTAL HARTA 271.240.000 323.558.992 288.019.704 246.789.672 254.441.966 254.441.966
UTANG
Utang usaha 0 19.769.583 19.760.000 19.760.000 19.760.000 19.760.000
Utang bunga 0 0 0 0 0 0
Utang pajak 0 9.588.018 10.441.630 11.431.151 12.578.995 12.578.995
Utang Deviden 0 54.332.105 59.169.237 64.776.521 71.280.971 71.280.971
Utang bank jangka pendek 65.268.000 68.188.692 68.195.400 68.195.400 68.195.400 68.195.400
Utang bank jangka panjang 124.600.000 89.056.869 47.826.837 0 0 0
Pinjaman Baru 0 0 0 0 0 0
Total Utang 189.868.000 240.935.267 205.393.104 164.163.072 171.815.366 171.815.366
MODAL SENDIRI
Modal disetor 101.732.013 102.983.738 102.986.613 102.986.613 102.986.613 102.986.613
Laba ditahan 0 (20.360.013) (20.360.013) (20.360.013) (20.360.013) (20.360.013)
Laba tahun berjalan (20.360.013) 0 0 0 0 0
Total ekuitas 81.372.000 82.623.725 82.626.600 82.626.600 82.626.600 82.626.600
TOTAL UTANG DAN MODAL SENDIRI 271.240.000 323.558.992 288.019.704 246.789.672 254.441.966 254.441.966
BANK INDONESIA 77
LAMPIRAN 1
Tabel L1.15
Proyeksi Neraca (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian 0 1 2 3 4 5
HARTA
HARTA LANCAR
Kas dan bank 0 218.985.446 219.049.047 213.044.806 259.172.892 297.139.892
Piutang usaha 0 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000 23.712.000
Persediaan Barang Dagangan 19.410.998 19.410.998 19.410.873 19.410.873 19.410.873 19.410.873
Sewa dibayar di muka 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000
Total harta lancar 119.410.998 362.108.444 362.171.920 356.167.679 402.295.765 440.262.765
HARTA TETAP
Nilai perolehan 189.835.000 189.835.000 189.835.000 189.835.000 189.835.000 189.835.000
Akumulasi penyusutan 0 (37.967.000) (75.934.000) (113.901.000) (151.868.000) (189.835.000)
Harta tetap (net) 189.835.000 151.868.000 113.901.000 75.934.000 37.967.000 0
TOTAL HARTA 309.245.998 513.976.444 476.072.920 432.101.679 440.262.765 440.262.765
UTANG
Utang usaha 0 0 0 0 0 0
Utang bunga 0 0 0 0 0 0
Utang pajak 0 32.838.719 33.748.914 34.804.246 36.028.409 36.028.409
Utang Deviden 0 186.086.077 191.243.849 197.224.060 204.160.983 204.160.983
Utang bank jangka pendek 83.587.699 100.186.099 100.186.011 100.186.011 100.186.011 100.186.011
Utang bank jangka panjang 132.884.500 94.978.150 51.006.784 0 0 0
Pinjaman Baru 0 0 0 0 0 0
Total Utang 216.472.199 414.089.045 376.185.558 332.214.317 340.375.403 340.375.403
MODAL SENDIRI
Modal disetor 113.510.315 120.623.915 120.623.877 120.623.877 120.623.877 120.623.877
Laba ditahan 0 (20.736.515) (20.736.515) (20.736.515) (20.736.515) (20.736.515)
Laba tahun berjalan (20.736.515) 0 0 0 0 0
Total ekuitas 92.773.799 99.887.399 99.887.362 99.887.362 99.887.362 99.887.362
TOTAL UTANG DAN MODAL SENDIRI 309.245.998 513.976.444 476.072.920 432.101.679 440.262.765 440.262.765
Tabel L1.16
Pehitungan NPV, IRR, Payback Period dan BC Ratio (Sistem Makloon)
Uraian 0 1 2 3 4 5
CASH INFLOW
EBIT (1-T) 0 71.857.308 71.860.632 71.860.632 71.860.632 71.860.632
Biaya Penyusutan 0 35.600.000 35.600.000 35.600.000 35.600.000 35.600.000
Nilai Sisa Harta Tetap 0 0 0 0 0 0
Modal Kerja Akhir Priode 0 0 0 0 0 82.626.600
Total Cash Inflow 0 107.457.308 107.460.632 107.460.632 107.460.632 190.087.232
CASH OUTFLOW
Harga Tetap 178.000.000 0 0 0 0 0
Incremental Working Capital 93.240.000 4.172.417 9.583 0 0 0
Total Cash Outflow 271.240.000 4.172.417 9.583 0 0 0
Net Cash Flow (271.240.000) 103.284.892 107.451.049 107.460.632 107.460.632 190.087.232
PVIF 15,5% 1,0000 0,8657 0,7494 0,6487 0,5615 0,4861
PV (271.240.000) 89.408.667 80.518.615 69.707.234 60.342.135 92.398.952
NPV 121.135.602 LAYAK
IRR 31,7%
Payback Period 3,5 tahun
Benefit-Cost Ratio 1,4
BANK INDONESIA 79
LAMPIRAN 1
Tabel L1.17
Pehitungan NPV, IRR, Payback Period, dan BC Ratio (Sistem Produksi Sendiri)
Uraian 0 1 2 3 4 5
CASH INFLOW
EBIT (1-T) 0 205.009.951 205.012.458 205.012.564 205.012.564 205.012.564
Biaya Penyusutan 0 37.967.000 37.967.000 37.967.000 37.967.000 37.967.000
Nilai Sisa Harta Tetap 0 0 0 0 0 0
Modal Kerja Akhir Priode 0 0 0 0 0 99.887.362
Total Cash Inflow 0 242.976.951 242.979.458 242.979.564 242.979.564 342.866.926
CASH OUTFLOW
Harga Tetap 189.835.000 0 0 0 0 0
Incremental Working Capital 119.410.998 23.712.000 (125) (0) 0 0
Total Cash Outflow 309.245.998 23.712.000 (125) (0) 0 0
Net Cash Flow (309.245.998) 219.264.951 242.979.583 242.979.564 242.979.564 342.866.926
PVIF 15,5% 1,0000 0,8657 0,7494 0,6487 0,5615 0,4861
PV (309.245.998) 189.806.917 182.077.140 157.615.240 136.439.786 166.663.191
NPV 523.356.275 LAYAK
IRR 71,7%
Payback Period 1,7 tahun
Benefit-Cost Ratio 2,7
Tabel L1.18
Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman (Sistem Makloon)
TAHUN
Kredit Investasi
KREDIT INVESTASI 0 1 2 3
Pokok pinjaman (USD) 124.600.000 89.056.869 47.826.837 0
Biaya bunga 19.936.000 14.249.099 7.652.294
Cicilan 35.543.131 41.230.032 47.826.837
Cicilan dan bunga 55.479.131 55.479.131 55.479.131
BANK INDONESIA 81
LAMPIRAN 1
Tabel L1.19
Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman (Sistem Produksi Sendiri)
TAHUN
Kredit
KREDIT Investasi
INVESTASI 0 1 2 3
Pokok pinjaman (USD) 132.884.500 94.978.150 51.006.784 0
Biaya bunga 0 21.261.520 15.196.504 8.161.085
Cicilan 0 37.906.350 43.971.366 51.006.784
Cicilan dan bunga 0 59.167.870 59.167.870 59.167.870
LAMPIRAN 2
RUMUS PERHITUNGAN DALAM ASPEK KEUANGAN
n CFn
NPV = ------------------ - I0
t=1 (1+WACC)n
Keterangan:
CFn = arus kas pada periode ke n
WACC = rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital)
I0 = investasi pada awal periode.
Arus kas (CFn) terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar. Selisih kedua
arus kas tersebut disebut sebagai arus kas bersih. Dengan mendiskontokan arus kas
bersih tersebut dengan biaya modal (WACC), maka diperoleh nilai sekarang (present
value) dari arus kas tersebut. Arus kas bisa positif bisa pula negatif. Pengeluaran
investasi awal tentu merupakan arus kas negatif. Total seluruh arus kas tersebut akan
menghasilkan nilai bersih arus kas (net present value).
Jika NPV positif berarti, usaha tersebut memberikan nilai tambah terhadap
pemiliknya dan juga perekonomian secara umum. Dengan demikian, usaha tersebut
layak untuk dijalankan. Jika NPV negatif berarti usaha tersebut tidak layak dijalankan.
Jika NPV sama dengan nol berarti imbal hasil (return) investasi tersebut sama persis
dengan biaya modalnya. Investasi di sektor ril mempunyai resiko yang lebih besar
daripada deposito misalnya. Untuk mengkompensasi resiko yang besar tersebut,
investor meminta imbal hasil (return) yang besar pula. Jika imbal hasil usaha yang
dianalisis ini tidak lebih baik daripada investasi lain yang resikonya lebih kecil, maka
investor tidak akan menjalankan usaha ini. Cara menghitung NPV adalah seperti pada
Tabel L2.1.
BANK INDONESIA 83
LAMPIRAN 2
Tabel L2.1
Contoh Perhitungan NPV
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Uraian
Uraian 0 1 2 3 4 5
ARUS KAS MASUK
Laba Operasi x (1 - Tarif Pajak) 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500
Biaya Penyusutan 200 200 200 200 200
Nilai Sisa Harta Tetap 500
Nilai Sisa Modal Kerja Bersih 750
Total Arus Kas Masuk 2.700 2.700 2.700 2.700 3.950
Cara mendapatkan angka-angka pada Tabel L2.1 di atas adalah sebagai berikut:
1. Laba operasi diperoleh dari proyeksi laba rugi. Nilai tambah yang diberikan oleh
suatu usaha adalah sebesar laba operasinya (earning before interest and tax =
EBIT). Sedangkan biaya bunga, pajak, dan laba bersih merupakan bagian dari laba
operasi yang diberikan kepada kreditur, negara (pemerintah), dan pemilik. Dari
kaca mata usaha, pajak diperhitungkan terhadap nilai tambah yang diciptakan
tersebut. Jika laba operasi negatif, pajak tetap diperhitungkan, sehingga usaha
tersebut seperti mendapatkan benefit dari pajak. Dengan kata lain, negara
memberikan subsidi atas fasilitas negara yang digunakan.
2. Biaya penyusutan dan nilai sisa harta tetap didapatkan dari nilai perolehan harta
tetap dibagi dengan nilai ekonomisnya (metode penyusutan garis lurus). Nilai sisa
harta tetap adalah selisih antara nilai perolehan dan akumulasi penyusutannya
pada akhir tahun proyeksi (dalam contoh ini akhir tahun kelima).
3. Nilai sisa modal kerja diperoleh dari selisih harta lancar dan utang lancar pada
akhir tahun proyeksi (dalam contoh ini akhir tahun kelima). Untuk mendapatkan
nilai sisa modal kerja pada tahun kelima dibutuhkan proyeksi neraca karena pada
bagian harta lancarnya akan terdapat proyeksi kas. Kas tersebut merupakan
akumulasi kas yang berasal dari proyeksi arus kas usaha. Jika kas yang dihasilkan
besar, maka nilai sisa modal kerja akan besar pula. Tetapi setelah dikurangi
dengan bagian keuntungan untuk pemilik (deviden), maka nilai sisa modal kerja
akan sama dengan nilai aset bersih (total modal sendiri) pada akhir tahun kelima
tersebut. Jika arus kas operasional usaha tidak mengalami shortage atau tidak
ada tambahan pinjaman baru selama periode proyeksi, maka nilai sisa modal kerja
akan sama dengan total ekuitas pada tahun awal. Dengan demikian, bila anda
tidak membuat proyeksi neraca dan arus kas operasional, tetap dapat menghitung
nilai sisa modal kerja tersebut pada akhir tahun proyeksi, yaitu sebesar total ekuitas
pada tahun awal.
4. Harta tetap pada awal periode adalah total investasi harta tetap yang
dibutuhkan.
5. Perubahan modal kerja bersih diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a. Hitung kebutuhan modal kerja yaitu untuk mendanai harta lancar yang terdiri
dari kas untuk transaksi, piutang usaha, persediaan bahan baku, barang
dalam proses, barang jadi, dan biaya sewa. Dana tersebut sebagian sudah
dibutuhkan sejak awal periode, misalnya untuk biaya sewa, membeli bahan
baku dan biaya pengolahannya.
b. Hitung utang lancar yang dapat digunakan untuk menalangi sebagian
kebutuhan dana untuk harta lancar di atas, khususnya utang yang diberikan
oleh pemasok bahan baku.
c. Hitung selisih harta lancar dan utang lancar, sehingga diperoleh modal kerja
bersih. Jadi, kebutuhan dana yang masih harus dicarikan adalah sebesar
modal kerja bersih tersebut. Sumber dananya bisa berasal dari modal sendiri
atau pinjaman. Pada Tabel L2.2 tampak bahwa modal kerja bersih pada
awal periode sebesar Rp370 dan pada tahun pertama dan seterusnya adalah
Rp670.
d. Hitung perubahan modal kerja bersih dari waktu ke waktu. Modal kerja bersih
pada awal periode adalah Rp370. Sedangkan pada tahun kedua dibutuhkan
sebesar Rp670. Jadi, tambahan modal kerja yang dibutuhkan pada tahun
pertama adalah Rp300. Dengan cara yang sama diperoleh tambahan modal
BANK INDONESIA 85
LAMPIRAN 2
E D
WACC = ------- Ke + ------- Kd (1-t)
E+D E+D
Keterangan:
E = modal sendiri
D = pinjaman
Ke = biaya modal sendiri
Kd = biaya modal pinjaman
t = tarif pajak
Tabel L2.2
Perhitungan Modal Kerja
BANK INDONESIA 87
LAMPIRAN 2
a. Perhatikan bagian bawah dari laporan laba rugi (mulai dari laba operasi sampai
dengan laba bersih) yang terdiri dari:
Laba Operasi (EBIT)
- Biaya Bunga (I)
= Laba sebelum pajak (EBT)
- Pajak (T)
= Laba Bersih (NI)
Keterangan:
NI = laba bersih (net income = NI)
EBT = laba setelah pajak (earning before tax = EBT)
T = Pajak, t = tarif pajak
EBIT = laba sebelum biaya bunga bunga dan pajak (eaning before interest
and taxes = EBIT)
b. Dalam bentuk persamaan bagian laba rugi di atas dapat dibuat sebagai
berikut:
NI = EBT T
NI = EBTEBT x t
NI = EBT (1t)
Sementara EBT = EBIT I
Substitusikan (EBITI) ke dalam persamaan di atas, sehingga diperoleh:
NI = (EBIT I)(1t)
NI = EBIT(1t) I(1t)
EBIT (1t)=I(1t)+NI
Jadi, EBIT dibagikan kepada kreditur dalam bentuk biaya bunga (I) yang
besarnya sama dengan pinjaman (debt = D) dikalikan dengan tingkat bunganya
(kd). Sedangkan laba bersih (net income = NI) diberikan kepada pemilik yang
besarnya minimal sama dengan modal yang ditanam (equity = E) dikalikan
dengan biaya modalnya (Ke), sehingga diperoleh:EBIT (1-t) = D kd (1t) + E ke
EBIT (1-t) E D
------------ = -------- Ke + -------- Kd (1-t)
(E+D) (E+D) (E+D
E D
WACC = ------- Ke + ------- Kd (1-t)
E+D E+D
EBIT(1-t)/(E+D) adalah biaya modal dari usaha (WACC). Jadi, usaha tersebut
harus menghasilkan imbal hasil (return) minimum sebesar WACC, Jika tidak
NPV akan negatif.
d. Kalikan porsi pendanaan dengan biaya modal setelah pajak. Jumlah dari hasil
perkalian tersebut adalah rata-rata terimbang biaya modal usaha (WACC).
Dalam contoh ini adalah 15,5%.
Tabel L2.3
Menghitung Biaya Modal Usaha
Sumber Porsi Biaya Biaya Modal
Sumber Pendanaan
Pendanaan Pendanaan Modal Setelah Pajak Perkalian
(1) (2) (3) (4) = (1)x(3)
Modal Sendiri 30% 20% 20,0% 6,0%
Pinjaman 70% 16% 13,6% 9,5%
Total 100% WACC = 15,5%
BANK INDONESIA 89
LAMPIRAN 2
Tabel L2.4
Contoh Data Untuk Menghitung IRR dengan Formula Excel
A B C D E F G H
0 1 2 3 4 5
41 Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950
42 IRR 32,4%
43
B. Cara Manual
Perhitungan IRR dengan cara manual menggunakan formula interpolasi
sebagai berikut:
NPV1
IRR = r1 + (r2-r1) x ---------------------
NPV1 NPV2
Keterangan:
r1 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV1 bernilai positif
r2 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV2 bernilai negatif
Untuk menghitung IRR secara manual kita harus mempunyai dua NPV, satu
bernilai positif dan satu lagi negatif. Kita sudah mendapatkan NPV yang bernilai positif
seperti pada Tabel L2.1. Untuk mendapatkan NPV yang negatif, gunakan discount
rate yang besar. Jika kita sudah mendapatkan IRR dengan formula Excel, maka untuk
mendapatkan NPV negatif, gunakan discount rate yang lebih besar dari IRR komputer
tersebut. Contoh perhitungan dapat dilihat seperti pada Tabel L2.5.
Dalam menggunakan rumus IRR di atas perlu diperhatikan bahwa NPV2 bernilai
negatif, bila dikurangkan terhadap NPV1 akan menghasilkan penjumlahan. Misalnya,
seperti pada Tabel L2.4 tampak bahwa NPV1 = 2.918 dan NPV2 = -320, maka (NPV1
NPV2) = 3.238. Jika perbedaan antara r1 dan r2 kecil, maka hasil perhitungan IRR manual
akan sama dengan hasil perhitungan formula Excel. Semakin besar perbedaan r1 dan
r2, maka perbedaan hasil perhitungan IRR manual dan formula Excel akan semakin
besar pula. Oleh karena itu, disarankan untuk menghitung IRR dengan formula Excel
lebih dahulu, kemudian bandingkan dengan cara manual.
Tabel L2.5
Contoh Perhitungan IRR Cara Manual
Uraian Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
No. Uraian 0 1 2 3 4 5
1 NPV POSITIF
Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950
Discount Rate (1) 15,5% 1,0000 0,8657 0,7494 0,6487 0,5615 0,4861
PV -6.370 2.078 2.023 1.751 1.516 1.920
NPV (1) 2.918
2 NPV NEGATIF
Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950
Discount Rate (2) 35,0% 1,0000 0,7407 0,5487 0,4064 0,3011 0,2230
PV -6.370 1.778 1.481 1.097 813 881
NPV (2) -320
r1 0,16
r2 0,35
NPV1 2.918
NPV2 -320
IRR 33,1%
BANK INDONESIA 91
LAMPIRAN 2
c. Untuk akumulasi kas yang negatif kita tuliskan angka 1 di bawahnya (tidak
termasuk tahun 0).
d. Jumlahkan angka-angka pada baris tahun tersebut. Diperlukan lebih dari 2 tahun
untuk membuat supaya akumulasi arus kas tersebut positif.
e. Untuk menghitung waktu di atas tahun kedua sampai akumulasi arus kas tersebut
sama dengan nol, kita asumsikan bahwa arus kas yang dihasilkan sama besar
setiap bulan. Jika arus kas pada tahun ketiga sebesar Rp2.700, maka rata-rata
arus kas sebulan adalah Rp225. Jadi, untuk menutupi arus kas negatif sebesar
Rp1.270 pada akhir tahun kedua dibutuhkan waktu selama 5,6 bulan (1.270/225)
atau 0,47 tahun. Jadi, total waktu untuk mengembalikan investasi tersebut adalah
2,47 tahun.
Tabel L2.6
Contoh Menghitung Payback Period
Uraian Total 0 1 2 3 4 5
Arus Kas Bersih -6.370 2.400 2.700 2.700 2.700 3.950
Akumulasi Arus Kas Bersih -6.370 -3.970 -1.270 1.430 4.130 8.080
Tahun 2 1 1 0 0 0
Bulan 0,47 0,00 0,00 0,47 0,00 0,00
Tabel L2.7
Contoh Menghitung Benefit-Cost Ratio
Uraian Total 0 1 2 3 4 5
PV -6.370 2.078 2.023 1.751 1.516 1.920
PV Positif 9.288 0 2078 2023 1751 1516 1920
PV Negatif -6.370 -6370 0 0 0 0 0
B-C Ratio 1,46
Biaya-biaya dapat dikelompokkan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap adalah biaya-biaya yang tidak terpengaruh atau tidak berubah bila terjadi
perubahan dalam volume atau nilai penjualan, misalnya biaya penyusutan, biaya
sewa, biaya bunga, dan gaji karyawan tetap. Sedangkan biaya variabel adalah biaya-
biaya yang berubah-ubah mengikuti perubahan penjualan, misalnya biaya bahan
baku, biaya upah tenaga tidak tetap, dan biaya pemasaran.
BANK INDONESIA 93
LAMPIRAN 2
Bila kita uraikan komponen penjualan dan biaya-biaya tersebut, maka diperoleh
bahwa penjualan (sales = S) adalah hasil perkalian antara volume penjualan (quantity
=Q) dengan harga jual per unit (price = p) atau Qp. Sedangkan biaya terdiri dari biaya
tetap (fixed cost = F) dan biaya variabel (variable cost = V). Karena biaya variabel
berfluktuasi mengikuti penjualan, kita dapat menyatakan total biaya variabel tersebut
sebagai volume penjualan dikalikan dengan biaya variabel per unit (v), sehingga biaya
variabel sama dengan (Qv). Jadi, pada titik pulang pokok:
Penjualan Biaya-biaya = 0
Qp = F + V
Qp = F + Qv
Qp - Qv = F
Q(p-v) = F
Q = F/(p-v)
Faktor (p-v) disebut juga sebagai contribution margin. Jika ruas kanan pada persamaan
Q = F/(p-v) dibagi dengan p, maka diperoleh: Q = (F/p)/(1-v/p). Kalikan kedua ruas
persamaan tersebut dengan p, maka diperoleh: Qp = F/(1-v/p). Jika biaya variabel per
unit dan harga per unit pada pembagi persamaan di atas dikalikan dengan volume
penjualan (Q), maka diperoleh rumus penjualan pada titik pokok (breakeven sales
=BES) sebagai berikut:
F
BES = ------------------
Qv
1 ----------
Qp
F
BES = ------------------
V
1 ----------
S
Pengantar
Buku ini merupakan bagian dari laporan studi pola pembiayaan (lending model)
usaha Distro yang menjelaskan cara menggunakan program simulasi bisnis untuk
membuat proyeksi keuangan dan perhitungan kelayakan usaha tersebut. Program
simulasi bisnis ini menggunakan Excel yang mengintegrasikan semua asumsi dengan
proyeksi laporan keuangan dan perhitungan lainnya. Program simulasi ini membantu
dalam membuat proyeksi laba rugi, arus kas, neraca, modal kerja, perhitungan NPV,
IRR, payback period, benefit-cost ratio, break even sales, dan rasio keuangan. Karena
program ini terintegrasi, maka pengujian terhadap sensitifitas suatu asumsi terhadap
kelayakan usaha dapat dilakukan dengan mudah.
Menu program adalah seperti pada Gambar P.1. Daftar menu yang ada pada
gambar tersebut merupakan tombol yang dapat di-klik dan akan menampilkan
lembaran tempat memasukkan asumsi-asumsi yang bersangkutan. Misalnya, bila di-
klik tombol Barang Modal, maka di layar komputer akan tampil seperti pada Tabel P-1.
Asumsi hanya dapat dimasukkan kedalam sel yang berwarna kuning dan tulisannya
berwarna merah. Jika dipasang proteksinya, maka kursor hanya akan bergerak dalam
sel-sel yang berwarna kuning itu saja, sehingga tidak khawatir angka-angka dalam
sel-sel lain terhapus. Sel-sel tersebut berisi formula dan berhubungan (link) dengan
sel-sel lainnya. Jika terhapus akan merusak program keseluruhan. Untuk kembali ke
Menu Utama (Gambar 1) klik tombol Go to Menu.
1. Harta Tetap
Tempat memasukkan nilai harta tetap digunakan sheet seperti pada Tabel P-1.
Kebutuhan dana adalah untuk membeli harta tetap, seperti tanah, bangunan, mesin-
mesin dan peralatannya, kendaraan, peralatan toko, peralatan kantor dan furnitur. Jika
BANK INDONESIA 95
PROGRAM SIMULASI BISNIS
dibutuhkan rincian setiap kelompok harta tetap tersebut, misalnya kendaraan terdiri
dari berbagai jenis mobil dan sepeda motor dapat dibuat pada lembar kerja (sheet)
lain. Kedalam program ini masukkan jumlahnya saja. Anda dapat menghubungkan
(link) total tabel rincian harta tetap tersebut dengan kelompok harta tetap yang
bersangkutan. Pada program simulasi ini disediakan fasilitas untuk memasukkan
kenaikan biaya investasi barang modal, bila diasumsikan harga barang-barang modal
mengalami kenaikan selama periode pembangunannya. Kenaikan biaya dapat terjadi
karena perubahan harga atau akibat perubahan kualitas bahan-bahan yang digunakan
dari yang murah menjadi yang mahal. Tabel 1 juga tempat memasukkan tarif pajak
perusahaan (corporate tax) dan tahun awal dimulainya pembangunan usaha ini.
Gambar P.1
Menu Program Studi Kelayakan Distro
Tabel P-1
Biaya Investasi Barang Modal
Go to Menu
NPV = 473.060.398
Nilai Nilai
No. Harta Tetap Perolehan Setelah Kenaikan
1 Tanah 0 0
2 Renovasi Toko 100.000.000 100.000.000
3 Mesin-mesin dan Peralatan 4.000.000 4.000.000
4 Kendaraan 25.000.000 25.000.000
5 Peralatan Toko 10.000.000 10.000.000
6 Peralatan kantor 25.000.000 25.000.000
7 Furniture 10.000.000 10.000.000
Total 174.000.000 174.000.000
BANK INDONESIA 97
PROGRAM SIMULASI BISNIS
Tabel P-2
Skedul Pembangunan dan Alokasi Penarikan Dana Investasi Barang Modal
Go to Menu
NPV = 473.060.398
BULAN
Uraian Keterangan Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tanah Tidak ada 0,00%
Renovasi Toko OK 100,00% 50,00% 50,00%
Mesin-mesin dan Peralatan OK 100,00% 100,00%
Kendaraan OK 100,00% 100,00%
Peralatan Toko OK 100,00% 100,00%
Peralatan kantor OK 100,00% 100,00%
Furniture OK 100,00% 100,00%
3. Pendanaan
Tabel P-3 adalah tempat memasukkan porsi pendanaan investasi barang
modal, modal kerja, tingkat bunga, dan jangka waktu pelunasan pinjaman (tenor).
Jika 30% dari kebutuhan dana untuk barang modal di belanjai dengan modal sendiri,
maka sisanya secara otomatis dibelanjai dengan pinjaman bank. Demikian pula
dengan kebutuhan modal kerja. Masukkan tingkat bunga, biaya provisi kredit dan
jangka waktu pelunasan pinjaman tersebut. Program simulasi ini juga memberikan
fasilitas untuk memasukkan tingkat bunga dan jangka waktu kredit pinjaman baru bila
arus kas operasional usaha ini mengalami shortage. Tetapi, sangat disarankan dalam
membuat analisis kelayakan usaha, proyeksi keuangan usaha ini tidak mengalami
cash shortage.
Tabel P-3
Pendanaan Usaha (Financing)
Go to Menu
NPV = 473.060.398
INVESTASI BARANG MODAL MODAL KERJA
Modal Sendiri (% ) 30,0% 52.200.000 Modal Sendiri 30,0%
Pinjaman (% ) 70,0% 121.800.000 Pinjaman 70%
Total 100,0% 174.000.000 Total 100%
BIAYA BUNGA (IDC)
Biaya Bunga 16,0% 2.324.000 Biaya Bunga 16,0%
Biaya Provisi 1,0% 1.218.000 Biaya Provisi 1,0%
Cicilan Utang Pokok (tahun) 3
Cicilan Utang IDC (tahun) 1
Pinjaman Baru
Cicilan 3
Biaya bunga 16,0%
5. Biaya Praoperasi
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode konstruksi meliputi biaya
perizinan, upah, dan biaya administrasi. Cara memasukkan asumsi kedalam Tabel P-5
sama dengan Tabel P-2.
BANK INDONESIA 99
PROGRAM SIMULASI BISNIS
Tabel P-4
Penarikan dana, IDC dan Biaya Provisi Kredit
Go to Menu
NPV = 473.060.398
BULAN
HARTA TETAP % Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tanah 0,0% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Renovasi Toko 57,5% 100.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50.000.000 50.000.000
Mesin-mesin dan Peralatan 2,3% 4.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.000.000
Kendaraan 14,4% 25.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25.000.000 0
Peralatan Toko 5,7% 10.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10.000.000
Peralatan kantor 14,4% 25.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25.000.000
Furniture 5,7% 10.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10.000.000
Total 100,0% 174.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 75.000.000 99.000.000
FINANCING 0 Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Modal Sendiri 0 52.200.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22.500.000 29.700.000
Pinjaman 1 121.800.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 52.500.000 69.300.000
Total 1 174.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 75.000.000 99.000.000
Tabel P-5
Biaya Praoperasi
Go to Menu
NPV = 473.060.398
BULAN
BIAYA Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Upah 1.000.000 500.000 500.000
Biaya Izin-izin 13.100.000 13.100.000
Biaya Konsultan 0
Biaya Administrasi Lain-lain 2.000.000 1.000.000 1.000.000
Total 16.100.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14.600.000 1.500.000
6. Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan adalah alokasi dari nilai perolehan harta tetap selama umur
ekonomisnya. Metode penyusutan ada bermacam-macam seperti metode garis lurus
(straight line), sum of the year digit method, declining balance method, dan double
declining balace method. Metode penyusutan yang paling sederhana dan yang
digunakan dalam program ini adalah garis lurus, yaitu dengan membagi nilai perolehan
harta tetap dengan umur ekonomisnya. Tabel P-6 adalah tempat memasukkan umur
ekonomis harta tetap. Perlu diingat bahwa tanah lokasi usaha tidak disusutkan karena
tanah tidak mengalami penurunan kondisi fisik dan nilai.
Tabel P-6
Biaya Penyusutan
Go to Menu
NPV = 473.060.398
Nilai Umur Biaya
HARTA TETAP Perolehan Ekonomis Depresiasi/Thn
Tanah 0 0 0
Renovasi Toko 100.000.000 5 20.000.000
Mesin-mesin dan Peralatan 4.000.000 5 800.000
Kendaraan 25.000.000 5 5.000.000
Peralatan Toko 10.000.000 5 2.000.000
Peralatan kantor 25.000.000 5 5.000.000
Furniture 10.000.000 5 2.000.000
Total 174.000.000 34.800.000
8. Penjualan
Program simulasi ini dapat menampung sebanyak 25 macam produk (lihat
Tabel P-8). Volume penjualan dapat pula diasumsikan naik dengan persentase tertentu,
misalnya 10% per tahun dan biaya produksi juga meningkat dengan persentase
tertentu pula, misalnya 10% per tahun. Asumsi kenaikkan volume penjualan
tergantung pada perkiraan pengusaha terhadap perkembangan permintaan dan
penawaran produknya di masa yang akan datang. Kenaikkan biaya produksi juga
tergantung pada perkembangan biaya bahan baku, upah jahit dan sablon. Dalam
program simulasi ini kenaikan biaya produksi sebesar 10% akan meningkatkan
harga jual dengan persentase yang sama karena harga jual ditetapkan berdasarkan
biaya produksi ditambah dengan margin dengan persentase tertentu. Jika tidak
ada kenaikan, masukkan angka nol. Dalam biaya produksi belum termasuk biaya
operasional, seperti upah/gaji karyawan, biaya administrasi, biaya pemasaran, dan
biaya bunga. Ikhtisar penjualan, biaya produksi, dan margin dapat dilihat pada Tabel
P-9.
Go to Menu
NPV = 473.060.398
Volume Modal Kerja Produk yang Kebutuhan
No. Barang Penjualan Awal dibuat Biaya Modal Kerja
Dagangan (Unit) (Minggu) (Unit) (Rp/Unit) (Rp)
1 T-shirt 3.240 2 125 35.000 4.361.538
2 Kemeja 1.944 2 75 45.000 3.364.615
3 Jaket 1.944 2 75 75.000 5.607.692
4 Blazer 1.944 2 75 75.000 5.607.692
5 Tas 0 0 0 0
6 Sepatu 0 0 0 0
7 Sendal 0 0 0 0
8 0 0 0 0
9 0 0 0 0
10 0 0 0 0
11 0 0 0 0
12 0 0 0 0
13 0 0 0 0
14 0 0 0 0
15 0 0 0 0
16 0 0 0 0
17 0 0 0 0
18 0 0 0 0
19 0 0 0 0
20 0 0 0 0
21 0 0 0 0
22 0 0 0 0
23 0 0 0 0
24 0 0 0 0
25 0 0 0 0
Total 18.941.538
Tabel P-8
Volume Penjualan, Margin, dan Kenaikan Biaya Produksi
Go to Menu
NPV = 473.060.398
Persediaan Biaya Kenaikan Kenaikan
No. Barang Penjualan Akhir Produksi Margin Vol.Penjualan Biaya Prod Harga Jual
Dagangan (Unit) (Hari) (Rp/Unit) (Rp/Unit) (%/Thn) (%/Thn) (Rp/Unit)
1 T-shirt 3.240 14 35.000 100,0% 0,0% 0,0% 70.000
2 Kemeja 1.944 14 45.000 100,0% 0,0% 0,0% 90.000
3 Jaket 1.944 14 75.000 100,0% 0,0% 0,0% 150.000
4 Blazer 1.944 14 75.000 100,0% 0,0% 0,0% 150.000
5 Tas 0
6 Sepatu 0
7 Sandal 0
8 0
9 0
10 0
11 0
12 0
13 0
14 0
15 0
16 0
17 0
18 0
19 0
20 0
21 0
22 0
23 0
24 0
25 0
Tabel P-9
Ikhtisar Penjualan, Biaya Produksi dan Margin
Go to Menu
NPV = 473.060.398
Uraian 1 2 3 4 5
Penjualan 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000
Biaya Produksi 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000
Gross Margin 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000
Tabel P-10
Term of Payment Penjualan dan Pembayaran
Go to Menu
NPV = 473.060.398
Porsi Dijual Sendiri Konsinyasi
Penjualan di Bandung 50,0% 50,0% 50,0%
TOP (hari) 0 30
Porsi Tunai Kredit
Penjualan ke kota lain 50,0% 90,0% 10,0%
TOP (hari) 30
Diskon 0,0%
Tabel P-11
Biaya Pengangkutan, Bongkar-Muat, dan Biaya Penyimpanan
Go to Menu
NPV = 473.060.398
Uraian Asumsi Keterangan
Biaya Transportasi 2,00% terhadap nilai pembelian
Biaya Bongkar-muat 1,00% terhadap nilai pembelian
Biaya Penyimpanan 0,00% terhadap nilai pembelian
1 2 3 4 5
Persedian awal barang dagangan 18.941.538 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000
Pembelian 492.768.462 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000
Persediaan akhir barang dagangan 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000
Penjualan 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000
Tabel P-12
Biaya Pemasaran
Go to Menu
NPV = 473.060.398
Uraian Asumsi Keterangan Kenaikan Biaya
Biaya Iklan dan Promosi 5.000.000 Rp per bulan 0,0% % per tahun
Biaya Packaging 2.000.000 Rp per bulan 0,0% % per tahun
Biaya Entertainment 0 Rp per bulan % per tahun
1 2 3 4 5
Biaya Iklan dan Promosi 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000
Biaya Packaging 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
Biaya Entertainment 0 0 0 0 0
Total 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Tabel P-13
Biaya Asuransi
Go to Menu
NPV = 473.060.398
Tabel P-14
Biaya Sewa
Go to Menu
NPV = 473.060.398
1 2 3 4 5
Sewa Tempat Usaha 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Sewa Kendaraan 0 0 0 0
Sewa Peralatan 0 0 0 0
Tabel P-15
Proyeksi Biaya Operasi
Go to Menu
NPV = 473.060.398
1 2 3 4 5
Biaya upah/gaji 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000
Biaya administrasi dan umum 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Biaya Transportasi 0 0 0 0 0
Total 73.000.000 73.000.000 73.000.000 73.000.000 73.000.000
Kenaikkan Biaya
Biaya upah/gaji 0%
Biaya administrasi dan umum 0%
Biaya Transportasi 0%
SUMMARY BIAYA OPERASIONAL
1 2 3 4 5
Biaya upah/gaji 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000
Biaya penyusutan 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000
Biaya asuransi 1.333.537 1.332.960 1.332.960 1.332.960 1.332.960
Biaya administrasi dan umum 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Biaya Admin Lain-lain 0 0 0 0 0
Biaya sewa 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Total 184.133.537 184.132.960 184.132.960 184.132.960 184.132.960
Tabel P-16
Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja
Go to Menu
Uraian 0 1 2 3 4 5
Piutang usaha 0 24.624.000 24.624.000 24.624.000 24.624.000 24.624.000
Persediaan Barang Dagangan 18.941.538 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000
Sewa dibayar dimuka 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Total 93.941.538 118.854.000 118.854.000 118.854.000 118.854.000 118.854.000
Tabel P-17
Proyeksi Harga Pokok Penjualan
Go to Menu
1 2 3 4 5
Persedian awal barang dagangan 18.941.538 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000
Pembelian 492.768.462 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000
Persediaan akhir barang dagangan 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000
Penjualan 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000
Biaya Transportasi 9.855.369 9.849.600 9.849.600 9.849.600 9.849.600
Biaya Bongkar-muat 4.927.685 4.924.800 4.924.800 4.924.800 4.924.800
Biaya Penyimpanan 0 0 0 0 0
Harga Pokok Penjualan 507.263.054 507.254.400 507.254.400 507.254.400 507.254.400
Tabel P-18
Proyeksi Laba-Rugi
Go to Menu
Uraian 0 1 2 3 4 5
Penjualan 0 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000
Diskon 0 0 0 0 0 0
Penjualan Bersih 0 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000
Harga pokok penjualan 0 507.263.054 507.254.400 507.254.400 507.254.400 507.254.400
Laba kotor 0 477.696.946 477.705.600 477.705.600 477.705.600 477.705.600
Biaya Operasional
Biaya upah/gaji 0 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000
Biaya penyusutan 0 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000
Biaya asuransi 0 1.333.537 1.332.960 1.332.960 1.332.960 1.332.960
Biaya administrasi dan umum 16.100.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Biaya Admin Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Biaya pemasaran 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya sewa 0 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Total biaya operasional 16.100.000 268.133.537 268.132.960 268.132.960 268.132.960 268.132.960
Laba operasi (16.100.000) 209.563.409 209.572.640 209.572.640 209.572.640 209.572.640
Biaya bunga 4.077.575 19.488.000 13.928.895 7.480.332 0 0
Pendapatan (biaya) lain-lain (1.875.591) (688.254) (688.338) (688.338) (688.338) (688.338)
Laba sebelum pajak (22.053.166) 189.387.155 194.955.407 201.403.970 208.884.302 208.884.302
Pajak perusahaan 0 28.408.073 29.243.311 30.210.595 31.332.645 31.332.645
Laba bersih (22.053.166) 160.979.082 165.712.096 171.193.374 177.551.657 177.551.657
Tabel P-19
Proyeksi Titik Penjualan Pulang Pokok (Break Even Sales)
Go to Menu
Jenis Biaya 1 2 3 4 5
Biaya sewa T 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Biaya upah/gaji T 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000
Biaya penyusutan T 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000
Biaya Bunga T 19.488.000 13.928.895 7.480.332 0 0
Biaya asuransi T 1.333.537 1.332.960 1.332.960 1.332.960 1.332.960
Nilai Perolehan Barang Dagangan V 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000 492.480.000
Biaya pemasaran V 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya administrasi dan umum V 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Pajak V 28.408.073 29.243.311 30.210.595 31.332.645 31.332.645
Biaya Transportasi V 9.855.369 9.849.600 9.849.600 9.849.600 9.849.600
Biaya Bongkar-muat V 4.927.685 4.924.800 4.924.800 4.924.800 4.924.800
Biaya Admin Lain-lain V 0 0 0 0 0
Biaya Penyimpanan V 0 0 0 0 0
TOTAL 823.292.664 818.559.566 813.078.288 806.720.005 806.720.005
Jika cash shortage tidak bisa dihindarkan, pertanyaannya adalah: Siapa yang
akan menalangi kekurangan kas tersebut? Pada Tabel P-21 dapat dimasukkan dana
sendiri untuk menutupi kekurangan kas tersebut. Jika semua kekurangan kas ditutupi
dengan modal sendiri, maka pinjaman baru akan sama dengan nol.
Tabel P-20
Proyeksi Arus Kas Operasional
Go to Menu
Uraian 0 1 2 3 4 5
PENERIMAAN
Penerimaan dari penjualan 0 960.336.000 960.336.000 960.336.000 960.336.000 960.336.000
Diskon 0 0 0 0 0 0
Penerimaan piutang usaha 0 0 24.624.000 24.624.000 24.624.000 24.624.000
Pendapatan lain-lain 0 0 0 0 0 0
Total penerimaan 0 960.336.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000 984.960.000
PEMBAYARAN
Pembayaran pembelian 18.941.538 472.236.442 471.960.000 471.960.000 471.960.000 471.960.000
Pembayaran utang usaha 0 0 20.532.019 20.520.000 20.520.000 20.520.000
Biaya upah/gaji 0 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000
Biaya asuransi 0 1.333.537 1.332.960 1.332.960 1.332.960 1.332.960
Biaya administrasi dan umum 16.100.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Biaya Admin Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Biaya pemasaran 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya sewa 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Pajak perusahaan 0 0 28.408.073 29.243.311 30.210.595 31.332.645
Pembayaran cicilan utang bank 0 34.744.409 40.303.514 46.752.077 0 0
Pembayaran bunga 4.077.575 19.488.000 13.928.895 7.480.332 0 0
Biaya provisi bank 1.875.591 688.254 688.338 688.338 688.338 688.338
Deviden 0 0 160.979.082 165.712.096 171.193.374 177.551.657
Pembelian harta tetap baru 174.000.000 0 0 0 0 0
Total pembayaran 289.994.705 775.273.696 984.907.282 990.463.514 942.679.668 950.160.000
Selisih penerimaan dan pembayaran (289.994.705) 185.062.304 52.718 (5.503.514) 42.280.332 34.800.000
Kas awal 0 0 189.442.746 189.507.484 184.003.970 226.284.302
Kas sebelum financing (289.994.705) 185.062.304 189.495.465 184.003.970 226.284.302 261.084.302
FINANCING
Investasi Harta Tetap
Modal Sendiri 71.842.000 0 0 0 0 0
Pinjaman Bank 121.800.000 0 0 0 0 0
Modal Kerja
Modal Sendiri 30.593.628 1.314.133 3.606 0 0 0
Pinjaman Bank 65.759.077 3.066.310 8.413 0 0 0
Pinjaman Baru 0 0 0 0 0 0
Total financing 289.994.705 4.380.442 12.019 0 0 0
Kas akhir 0 189.442.746 189.507.484 184.003.970 226.284.302 261.084.302
Tabel P-21
Tambahan Modal Sendiri Untuk Menutupi Cash Shortage
Go to Menu
NPV = 473.060.398
0 1 2 3 4 5
Investasi Harta Tetap
Modal Sendiri 71.842.000 0 0 0 0 0
Pinjaman Bank 121.800.000 0 0 0 0 0
Modal Kerja
Modal Sendiri 30.593.628 1.314.133 3.606 0 0 0
Pinjaman Bank 65.759.077 3.066.310 8.413 0 0 0
Pinjaman Baru 0 0 0 0 0 0
Total financing 289.994.705 4.380.442 12.019 0 0 0
Kas akhir 0 189.442.746 189.507.484 184.003.970 226.284.302 261.084.302
Tabel P-22
Pembayaran Cicilan dan Biaya Bunga Pinjaman
Go to Menu
KREDIT INVESTASI 0 1 2 3 4 5
Pokok pinjaman (USD) 121.800.000 87.055.591 46.752.077 0 0 0
Biaya bunga 19.488.000 13.928.895 7.480.332 0 0
Cicilan 34.744.409 40.303.514 46.752.077 0 0
Cicilan dan bunga 54.232.409 54.232.409 54.232.409 0 0
Tabel P-23
Proyeksi Neraca
Go to Menu
Kontrol Neraca 0 0 0 0 0 0
Uraian 0 1 2 3 4 5
HARTA
HARTA LANCAR
Kas dan bank 0 189.442.746 189.507.484 184.003.970 226.284.302 261.084.302
Piutang usaha 0 24.624.000 24.624.000 24.624.000 24.624.000 24.624.000
Persediaan Barang Dagangan 18.941.538 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000 19.230.000
Sewa dibayar di muka 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
Total harta lancar 93.941.538 308.296.746 308.361.484 302.857.970 345.138.302 379.938.302
HARTA TETAP
Nilai perolehan 174.000.000 174.000.000 174.000.000 174.000.000 174.000.000 174.000.000
Akumulasi penyusutan 0 (34.800.000) (69.600.000) (104.400.000) (139.200.000) (174.000.000)
Harta tetap (net) 174.000.000 139.200.000 104.400.000 69.600.000 34.800.000 0
TOTAL HARTA 267.941.538 447.496.746 412.761.484 372.457.970 379.938.302 379.938.302
UTANG
Utang usaha 0 20.532.019 20.520.000 20.520.000 20.520.000 20.520.000
Utang bunga 0 0 0 0 0 0
Utang pajak 0 28.408.073 29.243.311 30.210.595 31.332.645 31.332.645
Utang Deviden 0 160.979.082 165.712.096 171.193.374 177.551.657 177.551.657
Utang bank jangka pendek 65.759.077 68.825.387 68.833.800 68.833.800 68.833.800 68.833.800
Utang bank jangka panjang 121.800.000 87.055.591 46.752.077 0 0 0
Pinjaman Baru 0 0 0 0 0 0
Total Utang 187.559.077 365.800.152 331.061.284 290.757.770 298.238.102 298.238.102
MODAL SENDIRI
Modal disetor 102.435.628 103.749.760 103.753.366 103.753.366 103.753.366 103.753.366
Laba ditahan 0 (22.053.166) (22.053.166) (22.053.166) (22.053.166) (22.053.166)
Laba tahun berjalan (22.053.166) 0 0 0 0 0
Total ekuitas 80.382.462 81.696.594 81.700.200 81.700.200 81.700.200 81.700.200
TOTAL UTANG DAN MODAL SENDIRI 267.941.538 447.496.746 412.761.484 372.457.970 379.938.302 379.938.302
Tabel P-24
Rasio Keuangan
Go to Menu
1 2 3 4 5
LIQUIDITY RATIO
Current ratio 1,11 1,08 1,04 1,16 1,27
Quick ratio 1,04 1,02 0,98 1,09 1,21
ACTIVITY RATIO
Inventory turnover 51,22 51,22 51,22 51,22 51,22
Average collection period 9,0 9,0 9,0 9,0 9,0
Average payment period 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0
Working capital turnover 3,19 3,19 3,25 2,85 2,59
Fixed asset turnover 7,08 9,43 14,15 28,30 0,00
Total asset turnover 2,20 2,39 2,64 2,59 2,59
LEVERAGE RATIO
Interest coverage ratio 10,75 15,05 28,02 0,00 0,00
Debt to equity ratio 447,8% 405,2% 355,9% 365,0% 365,0%
Bebt ratio 81,7% 80,2% 78,1% 78,5% 78,5%
PROFITABILITY RATIO
Return on assets 36,0% 40,1% 46,0% 46,7% 46,7%
Return on equity 197,0% 202,8% 209,5% 217,3% 217,3%
Profit margin 16,3% 16,8% 17,4% 18,0% 18,0%
Tabel P-25
Biaya Modal
Go to Menu
NPV = 473.060.398
Cost of Cost of Capital
Financing Porsi Capital Setelah Pajak Perkalian
Modal Sendiri 30% 20,0% 20,0% 6,0%
Pinjaman 70% 16,0% 13,6% 9,5%
Total 100% WACC = 15,5%
Spread Ke di atas Kd 4%
Tabel P-26
Perhitungan NPV, IRR, Payback Period, dan B-C Ratio
Go to Menu
Uraian 0 1 2 3 4 5
CASH INFLOW
EBIT (1-T) 0 178.128.898 178.136.744 178.136.744 178.136.744 178.136.744
Biaya Penyusutan 0 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000 34.800.000
Nilai Sisa Harta Tetap 0 0 0 0 0 0
Modal Kerja Akhir Priode 0 0 0 0 0 81.700.200
Total Cash Inflow 0 212.928.898 212.936.744 212.936.744 212.936.744 294.636.944
CASH OUTFLOW
Harga Tetap 174.000.000 0 0 0 0 0
Incremental Working Capital 93.941.538 4.380.442 12.019 0 0 0
Total Cash Outflow 267.941.538 4.380.442 12.019 0 0 0
Tabel P-27
Uji Sensitivitas
Go to Menu
A. Persiapan
Sebelum melakukan uji sensitivitas tentukan asumsi-asumsi penting yang
diperkirakan akan sangat mempengaruhi NPV. Tentukan besarnya asumsi dasar atau
Link sel-sel pada kolom Asumsi dengan sel-sel pada sheet di mana asumsi
tersebut berada. Misalnya Margin berada pada sheet Penjualan di sel G7. Diskon pada
sheet TOP pada sel D10.
B. Proses Pengujian
1. Tempatkan kursor pada sel NPV (sel pada angka 602.751.883) atau pada
sembarang tempat pada sheet ini.
2. Klik Tools pada menu Toolbar komputer anda, maka akan tampil daftar menu
yang salah satu isinya adalah Goal-Seek.
3. Klik Goal-Seek tersebut, sehingga tampil menu yang berisi kotak-kotak yang akan
diisi, yaitu: Set cell, To value, dan By changing cell. Jika kursor pada butir 1 di atas
ditempatkan pada nilai NPV, maka pada kotak Set cell akan berisi nomor sel NPV
tersebut, misalnya G6.
4. Masukkan nilai 0 pada kotak To value dan sel tempat asumsi yang akan diubah
pada kotak By changing cell, misalnya kita akan mengubah asumsi margin pada
sel F7.
5. Klik OK, maka komputer akan memprosesnya. Kemudian akan tampil kotak Goal
Seek Status, klik OK.
6. Jika dalam hasil proses tersebut ditemukan bahwa NPV sama dengan nol, tetapi
muncul tambahan dana atau arus kas operasionalnya mengalami shortage, maka
supaya tidak terjadi cash shortage, lakukan proses pengujian yang sama (dari butir
1 sampai dengan butir 5) dengan menggunakan sel tambahan dana (misalnya
sel H6) sebagai Set cell dengan nilai (To value) sama dengan nol dan By changing
value adalah sel asumsi yang bersangkutan. Hasil akhirnya adalah nilai NPV akan
positif dan tambahan dana sama dengan nol.
7. Masukkan angka asumsi yang dihitung komputer tersebut kedalam sel pada
kolom Uji sensitifitas (sel D7), maka kita akan melihat perubahan asumsi tersebut
pada kolom Perubahan. Jika asumsi dasarnya sama dengan nol, maka pada
kolom perubahan akan tampil angka yang sama dengan angka yang dimasukkan
kedalam sel pada kolom Uji Sensitivitas. Jika asumsi dasarnya suatu besaran angka,
maka akan tampil persentase perubahan asumsi tersebut.
8. Kembalikan nilai asumsi pada kolom Asumsi sama dengan nilai dasarnya (sama
seperti pada kolom Asumsi Dasar).
9. Setelah semua asumsi diuji, kita akan melihat persentase perubahan setiap asumsi
seperti pada Tabel P-27. Angka-angka perubahan yang kecil menunjukkan bahwa
NPV sensitif terhadap perubahan asumsi tersebut.