Вы находитесь на странице: 1из 16

Nama : Anggun Permata Sari

NPM : 142426001 SP

1. Trihexypenidyl

Sediaan:
Tablet 2 mg

Cara Kerja Obat:


Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat
daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa
ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral
terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada
dosis toksik.

Indikasi:
- Parkinson
- Ggn ekstrapiramidal yg disebabkan obat SSP

Kontraindikasi :
Hipersensitifas terhadap triheksifenidil atau komponen lain dalam sediaan,
glaukoma sudut tertutup, obstrusksi duodenal atau pyloric, peptik ulcer, obstruksi saluran
urin, achalasia; myastenia gravis.

Dosis:
- Parkinson idiopatik: Dosis awal 1 mg (hari pertama), kemudian ditingkatkan menjadi
2 mg, 2-3 x sehari selama 3-5 hari atau sampai tercapai dosis terapi;
- Pasca ensefalitis: 12-15 mg/hari;
- Parkinson karena obat (gangguan ekstrapiramidal): Dosis harian total 5-15mg/hr,
pada awal terapi dianjurkan 1 mg/dosis.
- Pasien > 65 thn perlu dosis lebih kecil.

Peringatan dan Perhatian :


Penyakit jantung, hati & ginjal, hipertensi, glaukoma, pria dewasa dengan
kemungkinan hipetrofi prostat.

Efek Samping :
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, cemas, konstipasi, retensi urin, takikardi,
dilatasi pupil, TIO meningkat, sakit kepala

2. Chlorpromazine (CPZ) / Klorpromazin HCl

Merk Dagang

Cepezet Meprosetil Promactil Largactil

Sediaan:
Tablet 25 mg dan 100 mg
Injeksi 25 mg/ml

Cara Kerja Obat:


Chlorpromazine merupakan obat antipsikotik turunan phenotiazine. Mekanisme
kerjanya secara pasti tidak diketahui. Prinsip efek farmakologinya adalah sebagai
psikotropik dan ia juga mempunyai efek sedatif dan anti-emetik. Chlorpromazine bekerja
pada taraf susunan saraf pusat, terutama pada tingkat subkortikal maupun pada berbagai
sistem organ. Chlorpromazine mempunyai efek anti-adrenergik kuat dan antikolinergik
perifer lemah, serta efek penghambatan ganglion yang relatif lemah. Ia juga mempunyai
efek antihistamin dan antiserotonin lemah.

Indikasi:
Psikosis, neurosis, gangguan susunan saraf pusat yang membutuhkan sedasi,
anestesi, pre medikasi, mengontrol hipotensi, induksi hipotermia, antiemetik, skizofrenia,
gangguan skizoafektif, psikosis akut, sindroma paranoid, & stadium mania akut.

Kontraindikasi :
Jaundice, kelainan fungsi hati, koma, pasien dengan pemakaian obat penekan
susunan syaraf pusat, juga depresi sumsum tulang.

Dosis:
- Untuk pengobatan psikotik : 75-800 mg/hari dalam dosis terbagi tiap 6-8 jam.
- Untuk anti-emetik : 25-50 mg/hari.
- Anak-anak : sehari 2-4 mg/kg berat badan, dalam dosis terbagi tiap 6-8 jam.

Efek Samping :
- Gejala idiosinkrasi yang dapat timbul berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia.
Reaksi ini disertai oleh adanya eosinophilia dalam darah perifer.
- Klorpromazin HCl dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal serupa dengan yang
terlihat pada Parkinsonisme, orthostatic hypotension sering terlihat pada penderita
yang mempunyai sistem vasomotor labil.
- Dapat juga berupa hipotermia, kadang-kadang takikardia atau mulut dan tenggorokan
kering,mengantuk, konstipasi dan retensi urin.

3. Haloperidol

Merk Dagang
Haloperidol , Dores, Govotil, Haldol, Halonace, Lodomer, Serenace, Seradol, Quilez,
Upsikis

Sediaan:
- Tablet 1,5 mg, 2 mg, 5 mg
- Larutan Injeksi Sebagai Laktat
- Injeksi Sebagai Dekanoat, 50 mg/ml, 1 ml

Cara Kerja Obat:


Haloperidol merupakan Obat anti psikosis dengan potensi tinggi, memiliki afek
sedasi rendah dan memberikan efek extrapiramidal yang besar. Haloperidol
merupakan golongan Butirofenon. Haloperidol merupakan salah satu obat
Skizoprenia, obat ini berguna untuk menenangkan keadaan mania pada penderita
psikosis yang karena hal tertentu tidak dapat diberi Fenotiazin.

Indikasi:
- Skizoprenia
- Psychoses
- Tourette's syndrome
- Kecemasan yang parah
- Gangguan tingkah laku yang parah
- Kegugupan
- Gangguan emosional dan mental
- Mual dan muntah

Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit
Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau hati
berat, koma, ibu menyusui.
Dosis:
1. Anak-anak 3-12 tahun
Oral :
- Awal : 0,05 mg/kg/hari atau 0,25-0,5 mg/hari dibagi dalam 2-3 dosis;
peningkatan 0,25-0,5 mg setiap 5-7 hari maksimum 0,15 mg/kg/hari.
- Dosis lazim pemeliharaan :
Agitasi/hiperkinesia : 0,01-0,003 mg/kg/hari, sehari satu kali.;
Gangguan nonpsikosis : 0,05-0,075 mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis;
Gangguan psikosis : 0,05-15 mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis.
2. Anak-anak 6-12 tahun:
Gangguan psikosis/sedasi : i.im. sebagai laktat: 1-3 mg/dosis setiap 4-8 jam
ditingkatkan sampai maksimum 0,15 mg/kg/hari; ubah ke terapi oral sesegera
mungkin.
3. Dewasa
- Psikosis :
Oral : 0,5-5 mg, sehari 2-3 kali, maksimum lazimnya 30 mg/hari.
I.m. sebagai laktat : 2-5 mg setiap 4-8 jam sesuai kebutuhan; Sebagai
dekanoat : awal 10-20 x dosis harian oral, diberikan dengan interval 4
minggu. Dosis pemeliharaan : 10-15 kali dosis awal oral, digunakan
untuk menstabilkan gejala psikiatri.
- Delirium di unit perawatan intensif: iv.: 2-10 mg; dapat diulang secara bolus
setiap 20-30 menit sampai dicapai kondisi tenang, kemudian berikan 25%
dosis maksimum setiap 6 jam, monitor EKG dan interval QT. IV intermiten :
0,03-0,15 mg/kg setiap 30 menit sampai 6 jam.
- Agitasi : 5-10 mg; infus iv. 100mg/100 ml D5W (dextrosa 5%), kecepatan 3-
25 mg/jam.
- Agitasi berat : setiap 30-60 menit 5-10 mg oral atau 5 mg im., dosis
pemeliharaan total 10-20 mg.
4. Orang tua
- Awal 0,25-0,5 mg oral sehari 1-2 kali, tingkatkan dosis 0,25-0,5 mg/hari setiap
interval 4-7 hari,
- Naikkan interval pemberian sehari 2 kali, sehari 3 kali dan seterusnya bila
diperlukan untuk mengontrol efek samping.
5. Pasien lanjut usia atau lemah
Lower dosis yang direkomendasikan pada pasien tersebut karena mereka
mungkin lebih sensitif terhadap obat tersebut. Awalnya, dosis harian berkisar 0,5-
1,5 mg (0,25-0,5 mg, 2 atau 3 kali sehari) harus digunakan. Atas penyesuaian dosis
ini harus dilakukan secara bertahap; maksimum dan pemeliharaan harus dosis
individual dan biasanya lebih rendah dalam jenis pasien.

Peringatan dan Perhatian:


- Hati-hati penggunaan pada pasien dengan depresi SSP, penyakit hati dan jantung
berat.
- Hipotensi mungkin terjadi terutama pada pemberian parenteral.
- Bentuk dekanoat jangan diberikan secara iv.
- -Hindari penggunaan pada tirotoksikosis.
- Hati-hati digunakan pada gangguan yang menunjukkan depresi SSP karena
menimbulkan sedasi.
- Hati-hati penggunaan pada pasien yang mengalami ketidakstabilan hemodinamik,
kecenderungan kejang, kerusakan subkortikal otak, penyakit ginjal dan
pernafasan.
- Hati-hati pada penderita yang beresiko menderita pneumonia (misalnya penyakit
Alzheimer) karena kemungkinan terjadi dismotil esofagus dan aspirasi.
- Hati-hati pada penderita kanker payudara atau tumor yang dependen terhadap
prolaktin karena mungkin meningkatkan kadar prolaktin.
- Mungkin mengubah pengaturan temperatur tubuh, atau menutupi efek toksik obat
lain karena efek anti emetik.
- Mungkin mengubah hantaran di jantung; aritmia yang mengancam jiwa.
Hipotensi dapat terjadi dengan pemberian secara im, hati-hati pada pasien dengan
penyakit: serebrovaskuler, kardiovaskuler,atau obat yang menimbulkan penyakit-
penyakit tersebut karena dapat menimbulkan hipotensi ortostatik.

Efek Samping :
Segera hubungi dokter jika terjadi salah satu gejala, antara lain:
- Kesulitan berbicara atau menelan
- Kehilangan kontrol keseimbangan
- Wajah terasa tebal seperti memakai masker
- Kejang otot, terutama leher dan punggung
- Gelisah
- Kekakuan pada lengan dan kaki
- Gemetar pada jari dan tangan
- Kelemahan pada lengan dan kaki

4. Alprazolam

Sediaan:
Tablet 0.25 mg, 0.5 mg, 1 mg

Cara Kerja Obat:


Alprazolam merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan benzodiazepine
(minor tranquilezer) yang bekerja dengan cepat setelah dikonsumsi. Indikasi
alprazolam adalah untuk mengatasi anxiety (kecemasan), panick attack, serta depresi
ringan. Xanax bekerja pada Gamma-Amino Butyric Acid (GABA) receptor,
neurotransmitter yang penting di otak manusia. Cara kerja alprazolam yang cepat
diserap sistem pencernaan, merupakan keunggulan obat ini dalam mengatasi panic
attack. Puncak konsentrasi alprazolam dalam plasma manusia diperoleh hanya dalam
waktu 1 sampai 2 jam setelah dikonsumsi. Obat ini hanya boleh diresepkan oleh
dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater).

Indikasi:
- Antiansietas termasuk neurosis ansietas, gejala-gejala ansietas
- Antidepresi termasuk ansietas yang berkaitan dengan depresi
- Antipanik termasuk penyakit-penyakit atau gangguan panik dengan atau tanpa
agoraphobia

Kontraindikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap benzodiazepin, penderita glaukoma sudut
sempit akut, penderita insufisiensi pulmonari akut

Dosis:
- Ansietas : 0,25 0,5 mg 3 kali sehari. Max 4 mg sehari dalam dosis terbagi.
- Gangguan panik : 0,5 1,0 mg diberikan pada malam hari atau 0,5 mg 3 kali
sehari.
- Untuk pasien usia lanjut, debil dan gangguan fungsi hati berat : 0,25 mg 2-3 kali
sehari.
- Jika perlu, dosis dapat ditingkatkan secara bertahap.

Efek Samping :
- Yang sering terjadi: drowsiness, kekeringan, sakit kepala ringan
- Yang jarang terjadi: perubahan berat badan, nervousness, gangguan
memori/amnesia, gangguan koordinasi, gangguan gastrointestinal dan manifestasi
autonomik, pandangan kabur, sakit kepala, depresi, insomnia tremor
- Seperti benzodiazepin yang lain, dapat terjadi: stimulasi, agitasi, kesulitan
berkonsentrasi, konfusi, halusinasi, peningkatan tekanan intraokular
- Pernah dilaporkan pada penggunaan benzodiazepin ansiolotik, seperti : distonia,
iritabilitas, anoreksia, fatique, gangguan bicarajaund/'ce lemah otot, gangguan
libido, irregularitas menstruasi, inkontinensia, retensi urin dan abnormal fungsi hati

5. Amitriptilin

Sediaan:
Tablet 10 mg, 25 mg
Larutan injeksi 100 mg/100 ml

Cara Kerja Obat:


Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklik. Amitriptilin bekerja dengan menghambat
pengambilan kembali neurotransmiter di otak. Amitriptilin mempunyai 2 gugus metil,
termasuk amin tersier sehingga lebih resposif terhadap depresi akibat kekurangan
serotonin. Senyawa ini juga mempunyaiaktivitas sedatif dan antikolinergik yang
cukup kuat.

Indikasi:
Pasien dengan gejala-gejala utama depresi terutama bila berkaitan dengan kecemasan,
tegang, atau kegelisahan. Depresi neurotik.

Kontraindikasi:
- Jangan diberikan pada penderita skizofrenia
- Penderita dengan riwayat aritmia, infark jantung, kelainan jantung bawaan
- Penderita yang peka terhadap antidepresan trisiklik

Dosis:
- Pasien dewasa rawat jalan; awalnya, 25 mg 3 kali sehari. Tergantung pada
toleransi dan respon, dapat ditingkatkan maksimal 150 mg/hari dengan
peningkatan dosis lebih baik diberikan pada dosis sore hari dan atau dosis malam
hari.
- Pasien rawat inap dapat diberikan 100 mg/hari pada awalnya, ditingkatkan secara
bertahap hingga 200 mg/hari jika diperlukan. Pada sedikit pasien mungkin
ditigkatkan hingga 300 mg/hari.
- Pasien anak-anak dan lanjut usia: Dosis lebih rendah direkomendasikan dan 50
mg/hari diberikan dalam dosis terbagi atau tunggal pada sore hari atau malam
hari.
- Untuk perawatan, kurangi dosis hingga serendah mungkin yang masih
memberikan efek terapi pada gejalanya biasanya 50-100 mg/hari dalam dosis
terbagi atau disesuaikan dengan pasien, untuk dosis tunggal paling baik sebelum
tidur.

Peringatan dan Perhatian:


- Penyakit hati, gagal hati, dan kerusakan hati
- Kelainan kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
- Retensi urinaria
- Konstipasi
- Glaukoma sudut sempit, meningkatkan tekanan dalam mata
- Hipertiroidisme
- Kecenderungan bunuh diri
- Hamil, menyusui dan pasien dibawah 12tahun
- Epilepsi

Efek Samping :
- Efek antikolinergik seperti mulut kering, retensi urinaria, konstipasi, palpitasi,
takikardi,gingivitis.
- Berat badan turun atau bertambah.
- Tinitus (telinga berdenging), mengantuk, cemas, insomnia.
- Hipotensi, pusing, gangguan kulit, bingung, aritmia, mania.
- Gangguan pencernaan.
- Efek endokrin seperti perubahan libido, impotensi, gynecomastia, galactorrhea

6. KALXETIN

Komposisi:

Fluoxetine

Bentuk Sediaan:

Kapsul 10 mg dan 20 mg

Farmakologi:

menghambat re-uptake serotonin (5-hydroxytryptamine; 5-HT) pada celah sinap


pada SSP. Fluoxetine maupun metabolit aktifnya norfluoxetine memiliki
farmakokinetik yang berbeda, tapi sama-sama berperan dalam menghambat re-uptake
Serotonin. Absorbsi per-oral (80-95%), tidak dipengaruhi makanan dalam lambung,
kadar puncak dicapai dalam waktu 6-8 jam, waktu paruh Fluoxetine : 1,9 hari,
Norfluoxetine : 7 hari. 60-80% akan diekskresikan melalui urin dan 15% melalui feses

Indikasi:

Depresi, Obsessive-Compulsive Disorder (OCD), Bulimia Nervosa, PMDD.

Dosis:
- Dosis awal 20 mg perhari (1 x 1 kapsul perhari) pagi atau malam hari.

- Dosis dapat ditingkatkan menjadi 40 mg perhari (1 x 2 kapsul) hingga 80 mg


perhari, diberikan 1x kali sehari atau dosis terbagi, tergantung respon pasien.

- Efektivitas Fluoxetine terlihat dalam 5 - 6 minggu.

- Tidak perlu menyesuaikan dosis pada orang tua dan orang gemuk.

- Pada gangguan hati (sirosis hati) dan gangguan ginjal ringan sampai sedang perlu

- menyesuaikan dosis yaitu 1 x kapsul.

- Dosis pemeliharaan selama beberapa bulan.

Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap Fluoxetine, gangguan ginjal berat, wanita menyusui dan
hamil, pemberian bersamaan dengan Monoamin Oksidase Inhibitor (MAOI)

Peringatan dan Perhatian:


- Gangguan Hati (Sirosis Hati) dan gangguan Ginjal ringan sampai sedang dosis :
Separuhnya (1 x kapsul) - Anak-anak : keamanan dan efektivitas KALXETIN
belum diketahui dengan jelas.

Efek Samping:
Efek samping ringan, paling sering (20-25%) mual, gugup, insomnia.

7. Carbamazepine

Sediaan:
Tablet 200 mg (Setiap tablet mengandung karbamazepin 200mg)

Cara Kerja Obat:


Karbamazepin merupakan antikonvulsan kuat yang berkhasiat sebagai
antiepileptik, psikotropik dan analgesik spesifik. Senyawa ini bekerja dengan
mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari
fokus epilepsi. Selain mengurangi kejang, karbamazepin juga memberikan efek nyata
terhadap perbaikan psikis yaitu perbaikan kewaspadaan dan perasaan. Disamping itu
senyawa ini juga menunjukkan efek analgesik selektif, misalnya pada tabes dorsalis
dan neuropati lainnya yang sukar diatasl oleh analgesik biasa.

Indikasi:
Epilepsi lobus temporalis, epilepsi psikomotor, kejang tonik-klonik (Grand mal)
terutama pada anak, neuralgia trigeminal, neuralgia glosofaringeal, polidipsia dan
poliuria neurohormonal.

Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap karbamazepin atau senyawa trisiklik.

Dosis:
- Dosis dewasa, awal 2 kali 1 tablet sehari, kemudian ditingkatkan secara bertahap
maksimum 6 tablet sehari dalam dosis terbagi sehabis makan.
- Dosis penunjang, 4 - 6 tablet untuk epilepsi dan 3 - 4 tablet untuk neuralgia
trigeminal
- Anak dibawah 1 tahun, sehari 1/2 tablet
- Anak 1 - 6 tahun, sehari 2 kali 1/2 -1 tablet
- Anak 6-12 tahun, sehari 2 kali 1 - 2 tablet.

Peringatan dan Perhatian:


- Pemberian dimulai dengan dosis _rendah.
- Karbamazepin tidak dianjurkan untuk mengatasi nyeri ringan yang dapat diatasi
dengan analgesik biasa.
- Hati-hati pemberian pada pasien glaukoma atau dengan gangguan fungsi hati.
- Darah pasien sebaiknya diperiksa sebulan sekali.
- Penderita yang mempunyai riwayat depresi sumsum tulang.

Efek Samping :
Efek samping terjadi pada sekitar 25% penderita yang diberikan pengobatan
jangka lama, berupa pusing, vertigo, ataksia, diplopia, penglihatan kabur, diskrasia
darah (leukopenia dan agranulositosis) dan reaksi hipersensitif.

8. Risperidon

Sediaan

Risperidone 1 mg
Risperidone 2 mg

Risperidone 3 mg

Cara kerja obat

Risperidone termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole. Risperidone merupakan


antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor
serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan reseptor 1-
adrenergik. Risperione tidak memiliki afinitas terhadap reseptor kolinergik.

Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat memperbaiki


gejala positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas
motorik dan induksi katalepsi dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin
dan dopamin sentral yang seimbang dapat mengurangi kecenderungan timbulnya efek
samping ekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif
dan afektif dari skizofrenia.

Indikasi

Terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta pada kondisi psikosis yang lain,
dengan gejala-gejala tambahan (seperti; halusinasi, delusi, gangguan pola pikir,
kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau dengan gejala-gejala negatif yang terlihat
nyata (seperti; blunted affect, menarik diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit
berbicara). Juga mengurangi gejala afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan
cemas) yang berhubungan dengan skizofrenia.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap risperidone.

Dosis

Dosis umum

Hari ke-1 : 2 mg/hari, 1-2 x sehari


Hari ke-2 : 4 mg/hari, 1-2 x sehari (titrasi lebih rendah dilakukan pada beberapa
pasien)

Hari ke-3 : 6 mg/hari, 1-2 x sehari

Dosis umum 4-8 mg per hari

Dosis di atas 10 mg/hari tidak lebih efektif dari dosis yang lebih rendah dan
bahkan mungkin dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal. Dosis di atas 10 mg/hari
dapat digunakan hanya pada pasien tertentu dimana manfaat yang diperoleh lebih
besar dibanding dengan risikonya. Dosis di atas 16 mg/hari belum dievaluasi
keamanannya sehingga tidak boleh digunakan.

EFEK SAMPING

- Yang umum terjadi: insomnia, agitasi, rasa cemas, sakit kepala.

- Efek samping lain: somnolen, kelelahan, pusing, konsentrasi terganggu,


konstipasi, dispepsia, mual/muntah, nyeri abdominal, gangguan penglihatan,
priapismus, disfungsi ereksi, disfungsi ejakulasi, disfungsi orgasme, inkontinensia
urin, rinitis, ruam dan reaksi alergi lain.

- Beberapa kasus gejala ekstrapiramidal mungkin terjadi (namun insiden dan


keparahannya jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan haloperidol), seperti:
tremor, rigiditas, hipersalivasi, bradikinesia, akathisia, distonia akut. Jika bersifat
akut, gejala ini biasanya ringan dan akan hilang dengan pengurangan dosis
dan/atau dengan pemberian obat antiparkinson bila diperlukan.

- Seperti neuroleptik lainnya, dapat terjadi neuroleptic malignant syndrome (namun


jarang), ditandai dengan hipertermia, rigiditas otot, ketidakstabilan otonom,
kesadaran berubah dan kenaikan kadar CPK, dilaporkan pernah terjadi. Bila hal
ini terjadi, penggunaan obat antipsikotik termasuk risperidone harus dihentikan.

- Kadang-kadang terjadi orthostatic dizziness, hipotensi termasuk ortostatik,


takikardia termasuk takikardia reflek dan hipertensi.

- Risperidone dapat menyebabkan kenaikan konsentrasi prolaktin plasma yang


bersifat dose-dependent, dapat berupa galactorrhoea, gynaecomastia, gangguan
siklus menstruasi dan amenorrhoea.

- Kenaikan berat badan, edema dan peningkatan kadar enzim hati kadang-kadang
terjadi.
- Sedikit penurunan jumlah neutrofil dan trombosit pernah terjadi.

- Pernah dilaporkan namun jarang terjadi, pada pasien skizofrenik: intoksikasi air
dengan hiponatraemia, disebabkan oleh polidipsia atau sindrom gangguan sekresi
hormon antidiuretik (ADH); tardive dyskinesia, tidak teraturnya suhu tubuh dan
terjadinya serangan.

9. Phenytoin

Sediaan

Tiap tablet mengandung: Fenitoin natrium 50 mg

MOVILEPS KAPSUL

Tiap kapsul mengandung: Fenitoin natrium 100 mg

Cara kerja obat:

Fenitoin merupakan obat golongan antiepilepsi. Mekanisme kerja utamanya pada


korteks motoris yaitu menghambat penyebaran aktivitas kejang. Kemungkinan hal ini
disebabkan peningkatan pengeluaran natrium dari neuron dan fenitoin cenderung
menstabilkan ambang rangsang terhadap hipereksitabilitas yang disebabkan
perangsangan berlebihan atau kemampuan perubahan lingkungan di mana terjadi
penurunan bertahap ion natrium melalui membran. Ini termasuk penurunan potensiasi
paska tetanik pada sinaps. Fenitoin menurunkan aktivitas maksimal pusat batang otak
yang berhubungan dengan fase tonik dari kejang tonik-klonik (grand mal). Waktu
paruh plasma setelah pemberian oral rata-rata adalah 22 jam (antara 7-42 jam).

Indikasi:
Fenitoin diindikasikan untuk mengontrol keadaan kejang tonik-klonik (grand
mal) dan serangan psikomotor temporal lobe.

Kontraindikasi:

Pasien dengan sejarah hipersensitif terhadap fenitoin atau produk hidantoin lain.

Posologi:

- Kemungkinan diperlukan penyesuaian dosis dan monitoring level serum bila


terjadi perubahan dari pemakaian bentuk free acid menjadi bentuk garam
natriumnya dan sebaliknya karena fenitoin bentuk free acid mengandung kadar
fenitoin 8% lebih tinggi dibanding bentuk sediaan garam natriumnya.

- Dosis harus disesuaikan dengan keadaan penderita dan konsentrasi plasma harus
dimonitor.

- Dewasa:

Dosis awal: 300 mg sehari dibagi dalam 2-3 dosis.

Dosis pemeliharaan: 300-400 mg atau 3-5 mg/kg BB sehari (maksimal 600


mg sehari).

- Anak-anak:

Dosis awal 5 mg/kg BB sehari dibagi dalam 2-3 dosis dan tidak lebih dari
300 mg sehari.

Dosis pemeliharaan awal yang dianjurkan: 4-7 mg/kg BB sehari.

Anak usia lebih dari 6 tahun dapat diberikan dosis minimal dewasa (300 mg
sehari).

Efek samping:

- Susunan Saraf pusat: manifestasi paling sering yang berhubungan dengan terapi
fenitoin dengan SSP biasanya tergantung dosis. Efek samping ini berupa
nistagmus, ataksia, banyak bicara, koordinasi menurun dan konfusi mental,
pusing, susah tidur, gelisah, kejang motorik dan sakit kepala.

- Saluran cerna: mual, muntah dan konstipasi.

- Kulit: kelainan dermatologik berupa ruam kulit skarlatimiform atau morbiliform


kadang-kadang disrtai dengan demam. Bentuk lebih serius dapat berupa
dermatitis eksfoliativ, lupus eritematosus, sindroma Stevens-Johnson dan
nekrolisis epidermal toksik.

- Sistem hemopoetik: efek samping yang dapat bersifat fatal ini kadang-kadang
dilaporkan terjadi. Hal ini dapat berupa trombositopenia leukopenia,
granulositopenia, agranulositosis, pansitopenia dengan atau tanpa supresi sumsum
tulang.

- Jaringan penunjang: muka menjadi kasar, bibir melebar, hiperplasia gusi,


hipertrikosis dan penyakit peyroni.

- Kardiovaskular: periarterisis nodosa.

- Imunologik: sindroma sensitifitas, lupus eritromatosus sistemik dan kelainan


immunoglobulin.

10. Clozapine

Sediaan

Clozapine OGB Mersi tablet 100 mg

Clozapine OGB Mersi tablet 50 mg

Dosis
Awal 12.5 mg 1 atau 2 x/hari pada hari ke 1, diikuti dengan 1 atau 2 tablet 25 mg
pada hari ke 2. Dosis dapat ditingkatkan secara perlahan dari 25-50 mg sampai 300
mg/hari dalam wkt 2-3 minggu. Selanjutnya dosis dapat ditingkatkan s/d 50-100 mg
tiap minggu. Kisaran dosis: 200-450 mg/hari, diberikan dalam dosis terbagi.

Kontraindikasi

Riwayat granulositopenia & agranulositosis; gangguan fungsi sumsum tulang,


epilepsi tak terkontrol, psikosis alkoholik & toksik lainnya, intoksikasi obat, kondisi
koma, kolaps pada sirkulasi darah, depresi SSP, gangguan fungsi hati berat, gagal
ginjal, atau gagal jantung.

Efek Samping

Granulositopenia, agranulositosis, eosinofilia &ampul;/atau leukositosis. Lelah,


mengantuk, pusing, sakit kepala, perubahan EEG; hipersalivasi, mulut kering,
penglihatan kabur, gangguan berkeringat & gangguan pengaturan suhu tubuh;
takikardi, hipotensi postural, hipertensi, kolaps, aritmia jantung, perikarditis,
miokarditis, kolaps sirkulasi, depresi pernapasan atau henti napas; mual, muntah,
konstipasi, inkontinensia atau retensi urin, priapismus, nefritis interstisial akut,
hipertermia jinak, hiperglikemia, peningkatan BB.

Вам также может понравиться