Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Underdahl et al. Menggunakan pendekatan dinding orbita ( yang memerlukan keahlian tambahan dari
dokter bedah mata) melalui insisi pada fornix- dasar transkonjungtiva, diseksi sepanjang permukaan
periosteal ( dan bukan di subperiosteal space) sampai apeks orbita. Dikarenakan pembengkakan dari
muskulus dimana berdekatan dengan periosteum di rongga orbita posterior, sehingga menjadi
prosedur ini lebih mudah dilakukan. Dilakukan pemotongan pinggir anterior muskulus yang telah
diidentifikasi, bebaskan dari jaringan lemak dan skar dan dilakukan penjahitan dengan teknik double-
arm suture dengan benang nonabsorbable di sepanjang muskulus. Klem mosquito dengan ujung
tertutup kemudian dimasukan melalui insisi di konjungtiva menyusuri jaringan lemak medial orbita
menuju peripheral surgical space, dan jahitan dijepit. Kemudian klem ditarik dan benang jahitan
dibawa (dilekatkan ke ujung muskulus) ke peribulbar space. Ujung muskulus didorong ke anterior
sejauh mungkin, tanpa menyebabkan restriksi pada saat mata rotasi pada lapangan pandang yang
berlawanan., dan jahit ke sklera. 7/7 (100%) muskulus rektus (5 medial, 1 lateral, 1 inferior sukses
direcovary. 5/7 (71%) pernah mengalami kegagalan setelah dilakukan prosedur tindakan standar
transkonjungtiva.
Saat seorang asisten dokter bedah dibutuhkan, pendekatan melalui dinding orbita melalui permukaan
periosteal lebih baik dibandingkan subperiosteal dari segi perbaikan, kemungkinan terhindar dari
terbentuknya skar di sepanjang pinggiran medial orbita dilakukan modifikasi Lynch insisi, dapat juga
digunakan untuk transeksi mukulus rektus dan kebanyak operator lebih menyukai ini.
Pineles et al. Sebelumnya melaporkan fungsi transeksi dan avulsi muskulus rektus, yang melakukan
prosedur dengan pendekatan orbiotomi n=anterior pada 11 pasien. Didapatkan perubahan yang
signifikan dengan duction (>2 U) pada pergerakan muskulus (P=0,002) dan 6/11 (55%) pasien
mencapai single binocular vision pada primary position. Yang menarik, sebagian besar pasien setelah
operasi perbaikan muskulus dalam beberapa bulan setelah injuri dan sukses single bonocular vision
recovary.
Ketika dibandingkan dengan pengurangan diplopia pada di primary position atau hanya perbaikan
ductions, lapangan pandang binocular single vision (BSV) (diplopia free field) dianggap indikasi yang
lebih baik untuk pasien mendapatkan kebutuhan pengelihatan mereka sendiri. Namun, pengukuran
lapangan BSV tidak diuji secara rutin pada klinik penulis, dan mereka tidak memiliki data untuk
menganalisis perubahan pada parameter ini yang dikaitkan dengan mendapatkan kembali muskulus
rektus. Meskipun demikian, mereka melaporkan bahwa hasil yang didapatkan sejalan dengan sejarah
penelitian dimana muskulus tidak didapatkan kembali dan dilakukan transposisi. Pada penelitian yang
lebih besar mengenai disinsersi muskulus traumatik 17/25 (68%) pasien memiliki kepuasan dan
memiliki lapangan BSV yang fungsional. Muskulus yang didapatkan kembali melalui pendekatan
standar anterior pada 12/17 (71%) pasien. 5/17 (29%) pasien membutuhkan prosedur transposisi, yang
menghasilkan lapangan BSV yang fungsional pada kelima pasien. 8/25 (32%) mendapatkan hasil
yang kurang memuaskan, terkait dengan keterlibatan muskulus rektus yang berdekatan dan atau
jaringan scar yang ekstensif. 1/8 (13%) pasien mendapatkan prosedur transposisi. Pendekatan medial
orbitotomi, yang pertama kali dilaporkan pada seorang pasien di tahun 1997, tidak digunakan pada
pasien lain di penelitian tersebut, yang mana termasuk pasien hingga bulan Desember tahun tersebut.
Pineles et al menyarankan bahwa memberikan ketersediaan operator operasi orbital untuk membantu
dengan pendekatan anterior orbitotomy untuk mendapatkan kembali muskulus rektus, merupakan
kesempatan yang beralasan untuk mendapatkan recovery dari muskulus agar kemungkinan untuk
pelebaran lapangan BSV terkait dengan kontraktilitas aktif muskulus. Pendekatan kembali juga dapat
mengurangi risiko iskemia pada bagian anterior setelah operasi transposisi, yang mana akan
memberikan dampak pada pembuluh darah siliar anterior di kedua muskulus rectus. Hal ini
direkomendasikan untuk mencoba mendekatkan kembali muskulus jika tampak kontraktilitas pada
dinamik MRI, dan apabila ujung proksimal muskulus rektus lebih panjang dari 20 mm.
Prosedur Tether
Apabila recovery tidak memungkinan, dan melibatkan multiple EOM yang menghalangi
transposisi, berbagai prosedur Tether dapat dipertimbangkan.
Restriksi residual
Sebelum intervensi dengan operasi, FDT harus diulang intraoperatif, dan hasilnya
dibandingkan dengan yang diperoleh di kantor dan dengan observasi klinis keterbatasan rotasi okular.
Selama operasi, setelah penyebab restriksi sudah diidentifikasi, dan sebagai contoh eksisi jaringan
fibrous atau kontraksi otot yang sudah dipasangkan kembali ke insersinya, FDT harus diulang. Hal ini
mengkonfirmasi penyebab dan efisiensi operasi dari melepaskan tahanan. Tambahan pada
keterbatasan mekanik yang dihasilkan dari symblepharon atau jaringan scar yang lain harus
dilepaskan secara operatif. Hal ini mungkin membutuhkan Z-plasty konjungtiva, pendekatan melalui
bare sklera dengan cincin conformer, atau konjungtiva, membran mucus atau graft posterior lameral
sebaik jahitan fornix deepening.