Вы находитесь на странице: 1из 31

ASKEP AIDS: PBL SISTEM IMUNOLOGI DAN HEMATOLOGI

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Seperti yang kita ketahui bersama,AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya
dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV,sehingga penyakit ini merupakan
suatu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia saat ini ataupun yang akan
mendatang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan,baik segi fisik maupun dari
segi mental. Dari segi fisik penderitaan itu mungkin tidak terlihat secara langsung karena
gejalanya baru kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental,orang yang mengetahui
dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan batin yang berkepanjangan.
Semua aitu menunjukan bahwa masalah AIDS adalah masalah besar bagi kehidupan kita semua.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan yang di susun untuk memahami apa dan bagaimana
masalah yang di teliti adapun rumusan masalah dari makalah ini :
1. Apakah HIV/AIDS itu ?
2. Bagaimana penyebaran dan tanda-tanda terserang HIV/AIDS tersebut ?
3. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tersebut ?
1.3 Tujuan penulisan
Adapun tujuan mengangkat masalah AIDS dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui HIV/AIDS tersebut.
2. Agar mengerti penyebaran dan tanda-tanda terserang virus HIV/AIDS tersebut.
3. Agar mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tersebut.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HIV/AIDS


a. HIV
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV adalah suatu
virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang
sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi.
Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan)
sistem imun.
Atau HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh
manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages komponen-komponen utama sistem
kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini
mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan
mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit-penyakit.Orang yang kekebalan
tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi,
yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi
kekebalan.Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal
sebagai "infeksi oportunistik" karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan
tubuh yang melemah.
b. AIDS
Definisi AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome atau
Acquired Immune Deficiency Syndrome yang menggambarkan berbagai gejala dan infeksi
yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan
sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu
merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.

2.2 Epidemiologi
AIDS pada awal pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubinstein dan Amman pada tahun
1983 di Amerika Serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin lama
makin meningkat. Pada bulan Desember 1989 di Amerika telah dilaporkan 1995 anak yang
berumur kurang dari 13 tahun yang menderita AIDS dan pada bulan Maret 1993 terdapat
4.480 kasus. Jumlah ini merupakan l,5 % dari seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di
Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV
terbanyak pada orang dewasa maupun anak-anak tertinggi di dunia adalah di Afrika terutama
negara-negara Afrika Sub-Sahara.
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa
sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling
menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah
baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara
2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan
anak-anak.Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun
2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS
meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Afrika Sub-Sahara tetap merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi, dengan perkiraan
21,6 sampai 27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV. Dua juta [1,5&-3,0 juta] dari mereka
adalah anak-anak yang usianya lebih rendah dari 15 tahun. Lebih dari 64% dari semua orang
yang hidup dengan HIV ada di Afrika Sub Sahara, lebih dari tiga per empat (76%) dari semua
wanita hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, terdapat 12.0 juta [10.6-13.6 juta] anak
yatim/piatu AIDS hidup di Afrika Sub Sahara.Asia Selatan dan Asia Tenggara adalah
terburuk kedua yang terinfeksi dengan besar 15%. 500.000 anak-anak mati di region ini
karena AIDS. Dua-tiga infeksi HIV/AIDS di Asia muncul di India, dengawn perkiraan 5.7
juta infeksi (perkiraan 3.4 9.4 juta) (0.9% dari populasi), melewati perkiraan di Afrika
Selatan yang sebesar 5.5 juta (4.9-6.1 juta) (11.9% dari populasi) infeksi, membuat negara ini
dengan jumlah terbesar infeksi HIV di dunia.Di 35 negara di Afrika dengan perataan terbesar,
harapan hidup normal sebesar 48.3 tahun 6.5 tahun sedikit daripada akan menjadi tanpa
penyakit. Perkiraan terbesar HIV perinatal menular di Amerika Serikat adalah 1651 kasus
pada tahun 1991.
CDC memperkirakan bahwa pada tahun 2009, pada mereka 40 negara, jumlah infeksi HIV
pediatrik didiagnosis adalah sebagai berikut

Di bawah usia 13 tahun: 166


Usia 13-14 tahun: 21
Usia 15-19 tahun: 2036

Pada tahun 2009, 12 kasus perinatal ditularkan penyakit HIV akhir (AIDS) didiagnosis.
Jumlah kumulatif kasus AIDS diperkirakan perinatal menular didiagnosis melalui 2009
adalah 8640.Pada akhir tahun 2008, 3022 anak-anak muda dari 13 tahun hidup dengan infeksi
HIV di 40 negara bagian dengan rahasia berdasarkan nama pelaporan infeksi HIV.Di seluruh
Amerika Serikat pada tahun 2009, diperkirakan 13 kasus AIDS didiagnosis pada anak-anak
muda dari 13 tahun. Perkiraan jumlah kumulatif diagnosa AIDS pada anak-anak muda dari 13
tahun sampai 2009 di Amerika Serikat adalah 9448.

Di Amerika Serikat, jumlah kasus baru AIDS pediatrik menurun, terutama karena inisiatif
kesehatan publik mengenai tes HIV secara universal bagi ibu hamil dan penggunaan AZT dan
terapi antiretroviral lain pada wanita hamil yang terinfeksi dan bayi baru lahir mereka.Pada
tahun 2007, 19 anak-anak Amerika berusia di bawah 15 tahun meninggal karena penyakit
HIV.

Jumlah ini kontras dengan apa yang terjadi secara internasional.Internasional


statistikWHO memperkirakan bahwa lebih dari 33 juta orang terinfeksi HIV di seluruh dunia,
dan 90% dari mereka berada di negara berkembang. HIV telah menginfeksi 4,4 juta anak-
anak dan telah mengakibatkan kematian 3,2 juta. Setiap hari, 1800 anak-sebagian besar bayi
baru lahir-terinfeksi HIV. Sekitar 7% dari populasi di sub-Sahara Afrika terinfeksi HIV,
orang-orang ini mewakili 64% dari yang terinfeksi HIV populasi dunia.

Wanita hamil di daerah perkotaan negara-negara ini memiliki tingkat prevalensi setinggi
1%.Meskipun jumlah tahunan infeksi HIV baru telah terus menurun sejak akhir 1990-an,
wabah di Eropa Timur dan di Asia Tengah terus tumbuh, jumlah orang yang hidup dengan
HIV di wilayah ini mencapai 1,6 juta jiwa pada 2005-peningkatan hampir 20 kali lipat dalam
waktu kurang dari 10 tahun Mayoritas orang-orang yang hidup dengan HIV masih muda;.
75% infeksi yang dilaporkan antara 2000 dan 2004 adalah pada orang muda dari 30 tahun. Di
Eropa Barat, persentase yang sesuai adalah 33%.

Tingkat penularan perinatal relatif rendah di Eropa dan tinggi di Afrika, independen dari
pengobatan. Wanita yang tidak diobati menginfeksi 13% dan 40% anak di Eropa dan Afrika,
masing-masing. Tingkat penularan pascakelahiran di Afrika dan negara berkembang lainnya
diangkat karena kebutuhan untuk menyusui.HIV-1 adalah penyebab paling umum infeksi
HIV di benua Amerika, Eropa, Asia, dan Afrika. Jenis HIV 2 (HIV-2) telah menyebabkan
wabah di Afrika Barat, meskipun virus ini juga ditemukan di negara-negara Eropa. HIV-1
subtipe berbeda menurut wilayah geografis. Subtipe non-B sangat lazim di Afrika dan di
Asia.

Tingkat transmisi tinggi dari Afrika ke Eropa telah meningkatkan keragaman subtipe di
Eropa.Secara global, anak-anak di luar Amerika Serikat tidak faring juga. Setiap hari, 1400
anak-anak menjadi HIV positif dan 1000 anak meninggal terkait HIV penyebab. Sekitar 2,5
juta anak di seluruh dunia lebih muda dari 15 tahun hidup dengan HIV / AIDS. Di sub-Sahara
Afrika saja, 1,9 juta anak yang hidup dengan HIV / AIDS dan lebih dari 60% dari semua
infeksi HIV baru terjadi pada perempuan, bayi, atau anak-anak muda. Pada 2007, 90% dari
anak yang baru terinfeksi adalah bayi yang tertular HIV dari ibu yang terinfeksi mereka.

Yang sangat mengkhawatirkan, 90% dari bayi yang mendapatkan penyakit dari ibu yang
terinfeksi ditemukan di Afrika sub-Sahara Afrika. Prevalensi infeksi HIV di antara anak-anak
kekurangan gizi telah diperkirakan setinggi 25%.Prevalensi infeksi HIV di Asia dan Eropa
sangat bervariasi karena praktek-praktek budaya bervariasi dan kurangnya sistem pelaporan
nasional di banyak daerah. Pekerja industri seks komersial di negara-negara seperti Thailand
dan di Kepulauan Karibia bertanggung jawab terhadap penularan HIV meningkat untuk muda
girls and, vertikal, untuk bayi.Pada tahun 2004, lebih dari setengah juta anak berusia di
bawah 15 tahun meninggal karena HIV / AIDS. Pada tahun 2006, jumlah ini menurun
menjadi 380.000.

Pada tahun 2002, HIV / AIDS adalah penyebab utama ketujuh kematian pada anak di
negara berkembang. Penyakit tersebut berkembang pesat di sekitar 10-20% anak yang
terinfeksi, dan mereka meninggal karena AIDS pada usia 4 tahun, sedangkan 80-90%
bertahan hidup sampai usia rata-rata 9-10 tahun.Di daerah yang terkena dampak sub-Sahara
Afrika, angka kematian bayi telah meningkat sebesar 75% karena, sebagian, pada status
yatim piatu dari kebanyakan anak. Berbeda dengan banyak negara maju, tingkat kematian
untuk anak-anak muda dari 5 tahun lebih tinggi hari ini dibandingkan pada tahun 1990 di
banyak negara Afrika, terutama karena dampak yang menghancurkan dari HIV / AIDS.

Sebuah studi tahun 2006 Afrika Selatan diperkirakan bahwa HIV / AIDS adalah penyebab
tunggal terbesar dari kematian bayi dan anak di Afrika Selatan pedesaan. HIV / AIDS
sekarang bertanggung jawab untuk 332.000 kematian anak di sub-Sahara Afrika, hampir 8%
dari semua anak kematian di wilayah tersebut.Hasil dari satu penelitian mencatat bahwa
pneumonia dan kekurangan gizi sangat lazim dan secara signifikan berhubungan dengan
tingginya tingkat kematian di antara dirawat di rumah sakit, terinfeksi HIV atau anak-anak
terpajan HIV di sub-Sahara Afrika. Prediktor independen lain kematian adalah septikemia,
sarkoma Kaposi, meningitis, dan kandidiasis esofagus untuk anak yang terinfeksi HIV; dan
anemia meningitis dan berat untuk pasien rawat inap terkena HIV. Hasil ini menekankan
pentingnya expediently membangun strategi terapi di rumah sakit anak Afrika.

A) Ras

Anak-anak hitam dan Hispanik secara tidak proporsional terinfeksi di Amerika Serikat.
Pada tahun 2002, infeksi HIV adalah penyebab utama 7 dan 10 kematian pada anak-anak
hitam dan Hispanik di usia remaja, masing-masing. Sekitar 62% anak dengan AIDS adalah
hitam.Di Amerika Serikat, anak dari kelompok minoritas telah paling terpengaruh oleh AIDS.
Lebih dari 50% anak yang terinfeksi berwarna hitam, dan sedikit kurang dari 25% adalah
Hispanik. Dari kasus-kasus anak HIV baru pada tahun 2003, 68% terjadi di Afrika Amerika.
Jumlah kasus AIDS pediatrik dilaporkan dalam hitam non-Hispanik anak-anak adalah 3,4 kali
lebih tinggi dari pada putih non-Hispanik dan anak-anak adalah 2,6 kali lebih tinggi dari
anak-anak Hispanik.

B) Jenis kelamin

Wanita usia subur adalah salah satu kelompok yang paling cepat berkembang dengan
AIDS, 20% kasus AIDS pada orang dewasa di Amerika Serikat terjadi dalam kelompok
ini.Orang muda (berusia 15-44 y) menjelaskan salah satu kelompok yang terinfeksi paling
cepat berkembang dan account untuk hampir setengah dari semua infeksi. Di antara kaum
muda, perempuan muda lebih cenderung menjadi terinfeksi. Di sub-Sahara Afrika, lebih dari
dua pertiga dari semua pemuda terinfeksi adalah anak perempuan muda. Variasi frekuensi
dalam jenis kelamin di wilayah lain di dunia tergantung pada dominasi pekerja seks
komersial dan proporsi tenaga kerja sementara dan mobile lebih mungkin terpisah dari
keluarga.

Berkaitan dengan usia perbedaan dalam kejadian Karena penularan vertikal dari ibu ke
anak adalah rute utama yang digunakan pediatrik infeksi HIV diperoleh, kebanyakan anak
yang HIV positif harus diidentifikasi pada masa bayi. Meskipun strategi pengobatan saat ini
dapat mencegah penularan vertikal, obat tidak tersedia di banyak tempat, terutama di Afrika.

Namun demikian, usia presentasi dapat sangat bervariasi pada anak berisiko tinggi yang
sebelumnya tak dikenal. Anak-anak bisa tanpa gejala selama bertahun-tahun, dan munculnya
infeksi oportunistik pada anak 10 tahun atau seorang remaja di antaranya AIDS kemudian
didiagnosis tidak langka. Anak-anak yang terjangkit HIV melalui transmisi nonvertikal
mungkin memiliki penyakit selama fase akut dari sindrom retroviral, atau mereka mungkin
hadir beberapa tahun kemudian dengan infeksi oportunistik atau berulang.CDC
memperkirakan bahwa 50% dari semua infeksi HIV baru di Amerika Serikat terjadi di antara
individu yang berusia 13-24 tahun. Ini adalah statistik penting yang mempengaruhi angka
kematian pada orang dewasa muda. Sebagai contoh, HIV adalah penyebab utama kematian
ke-5 dari kalangan perempuan kulit hitam berusia 20-24 tahun, dan merupakan penyebab
utama kematian pada wanita kulit hitam yang berusia 25-34 tahun.

C) Di Indonesia

Di RSCM hingga tahun 2006 terdapat 150 pasien terinfeksi HIV/AIDS pada anak < 15
tahun, dan 100 anak yang terpapar HIV tetapi tidak tertulari. Pada orang dewasa sampai
dengan September 2005 terdapat 8,169 pengidap infeksi HIV. Penderita pria lebih banyak 3
kali lipat dari wanita. Sebagian besar pengidap usia dewasa ini adalah pada usia subur.
Dengan kemampuan reproduksi penderita dewasa, akan lahir anak-anak yang mungkin
tertular HIV. Bila tidak dilakukan intervensi, dari setiap 100 wanita dewasa pengidap HIV
yang hamil dan melahirkan, sebanyak 40-45 anak-anak ini akan tertulari.

Statistik Kasus AIDS di Indonesia dilapor s/d Maret 2012 (Sumber : Ditjen PP & PL
Kemenkes RI)

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Jenis Kelamin

NO Jenis kelamin AIDS


1 Laki-laki 20665
2 Perempuan 8339
3 Tidak diketahui 304
4 Jumlah 29804
Berdasarkan tingkat provinsi:

N Provinsi HIV AIDS No Provinsi HIV AIDS


o
1 DKI Jakarta 20126 5118 19 Nusa 1174 342
tenggara
barat
2 Jawa barat 10781 4663 20 Maluku 733 195
3 papua 8000 4469 21 Lampung 509 192
4 Jawa barat 6092 4043 22 Papua barat 1473 172
5 Bali 5062 2582 23 Bengkulu 128 155
6 Jateng 3868 1630 24 Bangka 220 122
belitung
7 Kalbar 3268 1269 25 NAD 63 95
8 Sulawesi 2602 930 26 Kalimantan 94 95
selatan tengah
9 Riau 1130 731 27 Sulawesi 87 80
tenggara
10 Diyogyakart 1482 536 28 Kalimantan 135 27
a selatan
11 Sumatra 5405 515 29 Mluku utara 95 17
utara
12 Sumatra 596 428 30 gorontalo 20 16
barat
13 Sulawesi 1620 361 31 Kalimantan 1443 14
utara timur
14 Nusa 1174 302 32 Sulawesi 106 12
tenggara tengah
timur
15 Kepulawan 33 Sulawesi 28 0
riau barat
16 banten
17 jambi
18 Sumatra
selatan
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Faktor Risiko

N Faktor resiko AIDS


0
1 Heteroseksual 17246
2 Homo-biseksual 748
3 Penasun 10165
4 Transpusi darah 70
5 Trasmisi perinata 846
6 Tidak diketahui 1134

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Golongan Umur

No Golongan umur AIDS


1 <1 273
2 1-4 419
3 5-14 200
4 15-19 1077
5 20-29 13223
6 30-39 9026
7 40-49 2926
8 49-59 923
9 >60 236
10 Tidak diketahui 1005
2.3 Etiologi
Penyebab AIDS adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut
HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2.
HIV-2 dianggap sebagai virus kurang patogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV. AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa
nama yaitu HTL II, LAV, RAV yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency
Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh
darah dan mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
AIDS disebabkan oleh virus HIV, faktor resiko kelompok yang memiliki kerentanan
terinfeksi HIV:
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi
6. Orang yang melakukan seks bebas tanpa memakai pelindung (kondom)
7. Pengguna jarum suntik secara bersama-sama (biasanya para pengguna narkoba).
8. Penerima transfusi darah.
9. Bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi virus HIV.

2.4 Manifestasi Klinis


Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Virus HIV masih dalam
bentuk RNA.Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness (demam,
lemas, pegal-pegal, sakit kepala, menggigil, mual, dan muntah).
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B
menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist.

Berdasarkan hasil workshop di Bangui, Afrika Tengah, bulan Oktober 1985, telah disusun
suatu ketentuan klinik (untuk negara-negara yang masih belum memiliki fasilitas diagnostik
yang cukup) sebagai berikut:
A. Dicurigai AIDS pada orang dewasa bila ada paling sedikit dua gejala mayor dan satu gejala
minor dan tidak ada sebab-sebab imunosupresi yang lain seperti kanker, malnutrisi berat, atau
pemakaian kortikosteroid yang lama.
Gejala Mayor:
1. Penurunan berat badan lebih dari 10%
2. Diare kronik lebih dari 1 bulan
3. Demam lebih dari 1 bulan (kontinyu atau intermitten)
4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
5. Demensia/ HIV enselopati

Gejala Minor:
1. Batuk lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis pruritik umum
3. Herpes zoster recurrens
4. Kandidiasis oro-faring
5. Limfadenopati generalisata
6. Herpes simpleks diseminata yang kronik progresi
7. Onikomikosis
8. Dermatofitosis

B. Dicurigai AIDS pada anak, bila terdapat paling sedikit dua gejala mayor dan dua gejala
minor, dan tidak terdapat sebab-sebab imunosupresi yang lain seperti kanker, malnutrisi
berat, pemakaian kortikosteroid yang lama atau etiologi lain.
Gejala Mayor:
1. Penurunan berat badan atau pertumbuhan yang lambat dan abnormal
2. Diare kronik lebih dari 1 bulan
3. Demam lebih dari 1 bulan
Gejala Minor:
1. Limfadenopati generalisata
2. Kandidiasis oro-faring
3. Infeksi umum yang berulang
4. Batuk persisten
5. Dermatitis generalisata
6. Infeksi HIV pada ibunya

Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS


adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditunjukan pada umumnya adalah bermula
dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada berbagai Penderita penyakit lain, namun
secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :
1. Rasa lelah dan lesu
2. Berat badan menurun secara drastis
3. Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
4. Mencret dan kurang nafsu makan
5. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
6. Pembengkakan leher dan lipatan paha
7. Radang paru
8. Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara lain
tumor dan infeksi oportunistik :
A. Manifestasi tumor diantaranya;
1. Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya
36-50% biasanya terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang terjadi pada heteroseksual
serta jarang menjadi sebab kematian primer.
2. Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan bertahan kurang
lebih 1 tahun.
B. Manifestasi Oportunistik diantaranya
1. Manifestasi pada Paru
2. Pneumonia Pneumocystis (PCP) Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS
merupakan infeksi paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam
dan demam.
3. Cytomegalo Virus (CMV) Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-
paru tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian pada
30% penderita AIDS.
4. Mycobacterium Avilum Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit
disembuhkan.
5. Mycobacterium Tuberculosis Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan
cepat menyebar ke organ lain diluar paru.
C. Manifestasi pada Gastroitestinal Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan turun
lebih 10% per bulan.
D. Manifestasi Neurologis Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi Neurologis, yang
biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis,
meningitis, demensia, mielopati dan neuropari perifer.
E.
Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO
Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas
I 1. Asimptomatik Asimptomatik ,
2. Limfadenopati generalisata
aktifitas normal
II 1. Berat badan menurun < 10 % Simptomatik , aktifitas
2. Kelainan kulit dan mukosa yang 2.5
Normal
ringanseperti,dermatitis seboroik, prurigo,
onikomikosis ,ulkus oral yang rekuren
,kheilitis angularis
3. Herpes zoster dalam 5 tahun
4. Terakhir
5. Infeksi saluran napas bagian atas seperti
,sinusitis bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umumnya lemah ,
2. Diare kronis yang berlangsung
aktivitas ditempat tidur
3. lebih dari 1 bulan
4. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan kurang dari 50%
5. Kandidiasis orofaringeal
6. Oral hairy leukoplakia
7. TB paru dalam tahun terakhir
8. Infeksi bacterial yang berat seperti
pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome seperti yang
didefinisikan oleh CDC
2. Pnemonia Pneumocystis carinii
3. Toksoplasmosis otak
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan
5. Kriptokokosis ekstrapulmonal
6. Retinitis virus situmegalo
7. Herpes simpleks mukokutan >1 bulan
8. Leukoensefalopati multifocal progresif
9. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis
10. Kandidiasis di esophagus ,trakea , bronkus ,
dan paru
11. Mikobakterisosis atipikal diseminata
12. Septisemia salmonelosis non tifoid
13. Tuberkulosis diluar paru
14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi
16. Ensefalopati HIV
Komplikasi AIDS.

1. Penyakit paru-paru utama


a. Pneumonia pneumocystis (PCP) jarang dijumpai pada orang sehat yang memiliki kekebalan
tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV. Penyebab
penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan,
dantindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat, penyakit ini umumnya
segera menyebabkan kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan
indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites, walaupun umumnya indikasi
tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang dari 200 per L.

b. Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang terkait
HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten) melalui rute
pernapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangani bila telah diidentifikasi, dapat
muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun
demikian, resistensi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit
ini.

Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara Barat telah berkurang karena


adigunakannya terapi dengan pengamatan langsung dan metode terbaru lainnya, namun
tidaklah demikian yang terjadi di negara-negara berkembang tempat HIV paling banyak
ditemukan. Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4 >300 sel per L), TBC muncul
sebagai penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai
penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner).
Gejala-gejalanya biasanya bersifat tidak spesifik (konstitusional) dan tidak terbatasi pada satu
tempat.TBC yang menyertai infeksi HIV sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran
kemih dan saluran pencernaan, hati, kelenjar getah bening (nodus limfa regional), dan sistem
syaraf pusat.Dengan demikian, gejala yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat
munculnya penyakit ekstrapulmoner.

2. Penyakit saluran pencernaan utama

a. Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur makanan dari mulut
ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini terjadi karena infeksi jamur
(jamurkandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo). Ia pun dapat
disebabkan oleh mikobakteria, meskipun kasusnya langka. Diare kronis yang tidak dapat
dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab; antara lain infeksi
bakteri dan parasit yang
umum(seperti Salmonella, Shigella, Listeria,Kampilobakter,dan Escherichia coli), serta
infeksi oportunistik yang tidak umum dan
virus(seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex dan virus
sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab kolitis). Pada beberapa kasus, diare terjadi
sebagai efek samping dari obat-obatan yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek
samping dari infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat juga
merupakan efek samping dari antibiotik yang digunakan untuk menangani bakteri diare
(misalnya pada Clostridium difficile). Pada stadium akhir infeksi HIV, diare diperkirakan
merupakan petunjuk terjadinya perubahan cara saluran pencernaan menyerap nutrisi, serta
mungkin merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang berhubungan
dengan HIV.

3. Penyakit syaraf dan kejiwaan utama

Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf
(neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh infeksi organisma atas sistem syaraf yang
telah menjadi rentan, atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.

a. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-satu, yang


disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang
otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan
penyakit pada mata dan paru-paru.[15] Meningitis kriptokokal adalah
infeksi meninges (membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh
jamur Cryptococcus neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah,
mual, dan muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak
ditangani dapat mematikan.

b. Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang


menghancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga
merusak penghantaran impuls syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC, yang 70% populasinya
terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten, dan menyebabkan penyakit hanya ketika
sistem kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien AIDS. Penyakit ini
berkembang cepat (progresif) dan menyebar (multilokal), sehingga biasanya menyebabkan
kematian dalam waktu sebulan setelah diagnosis.

Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental (demensia)


yang terjadi karena menurunnya metabolisme sel otak (ensefalopati metabolik) yang
disebabkan oleh infeksi HIV; dan didorong pula oleh terjadinya pengaktifan imun
oleh makrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga
mengeluarkan neurotoksin. Kerusakan syaraf yang spesifik, tampak dalam bentuk
ketidaknormalan kognitif, perilaku, dan motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi
HIV terjadi. Hal ini berhubungan dengan keadaan rendahnya jumlah sel T CD4 + dan
tingginya muatan virus pada plasma darah. Angka kemunculannya (prevalensi) di negara-
negara Barat adalah sekitar 10-20%,namun di India hanya terjadi pada 1-2% pengidap infeksi
HIV.Perbedaan ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan subtipe HIV di India.

4. Kanker dan tumor ganas (malignan)

Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi
HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah salah
satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari
subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga disebut virus herpes
Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik keungu-
unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutamamulut, saluran pencernaan, dan paru-
paru. Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah kanker yang menyerang sel
darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening, misalnya sepertilimfoma
Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau sejenisnya (Burkitt's-like lymphoma), diffuse large B-cell
lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada
pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis)
yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian
besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi. Pasien dengan
infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa
kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penyebabmutasi genetik; yaitu terutama virus
Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia
(HPV).

Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker
ini disebabkan oleh virus papiloma manusia. Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena
tumor lainnya, seperti limfoma Hodgkin, kanker usus besar bawah (rectum), dan kanker anus.
Namun demikian, banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus
besar (colon), yang tidak meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-
tempat dilakukannya terapi antiretrovirus yang sangat aktif(HAART) dalam menangani
AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada
saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien
yang terinfeksi HIV.

2.6 Patofisiologi
a. Narasi
Riwayat alami AIDS dimulai engan infeksi oleh retrovirus HIV yang hanya dapat
diketahui melalui pemeriksaan laboratorium, dan kemudian berakhir dengan kematian. Data-
data yang berhasil dikumpulkan selama 20 tahun menunjukkan bahawa HIV tidak ditularkan
mrelalui pekerjaan rumah tangga yang bisa ataupunkontak sosial. Virus HIV dapat masuk
kedalam tubuh melalui salah satu dadri beberapa jalur yang melibatkan trasmisi darah atau
cairan darah seperti:
Inokulasi langsung pada saat hubungan intim, khususnya jika hubungan intim tersebut berupa
anal sex yang menimbulkan trauma pada mukosa rektum.
Trasfusi darah atau produk darah yang terkontaminasi (risiko ini dapat dikurangi dengan
pemeriksaan rutin terhadap semua produk darah).
Penggunaan bersama jarum suntik yang tercemar.
Penularan trasplasenta atau pasca partum dari ibu yang terinfeksi kepada janin (melalui
kontak serviks atau darah pada saat kelahiran dan dalam air susu ibu).
HIV menyerang sel T helper yang membawa antigen CD4+ pada keadaan terinfeksi
HIV, antigen dalam keadaan normal merupakan reseptor untuk molekul MHC akan menjadi
reseptor untuk retrovirus dan memungkin virus tersebut masuk kedalam sel. Pengikatan virus
juga memerlukan keberadaan koreseptor (yang diyakini beerupa reseptor kemokin CCR5)
pada permukaan s el. Virus tersebut juga dapat menginveksi sel-sel yang berupa antigen
CD4+ pada traktus GI, serviks uteri, dan neuroglia. Seperti halnya rektrovirus lain, HIV akan
mengopi materi genetiknya secara terbalik (reverse mainner) bila dibandingkan dengan virus
dan sel-sel lain. Melalui kerja enzim reversei transcriptase, HIV memproduksi DNA dari
RNA virusnya. Transkripsi ini sering berlansung sangat buruk sehingga terjadi mutasi yang
sebagian diantaranya membuat virus tersebut resisten terhadap obat-obat antivirus. DNA
virus memasuki nukleus sel dan kemudian menyatu denngan DNA sel hospest. Disini, DNA
tersebut akan ditranskripsikan menjadi lebih banyak RNA virus. Jika sel hospest mengadakan
reproduksi, maka reproduksi ini melipatgandakan DNA virus bersama DNA sel itu sendiri
dan kemudian mewariskannya kepada sel-sel keturunannya. Karena itu, jika diaktifkan, sel-
sel hospest tersebut membawa informasi ini dan bila diaktifkan akan menghasilkan replikasi
virus. Enzim virus, protease, menyusun komponen struktur dan RNA menjadi pertikel virus
yang berpindah kebagian perifer sel hospest tempat virus tersebut bertunas dan muncul dari
sel hospest. Dengan demikian, virus tersebut kini bebas bermigrasi dengan menginfeksi sel-
sel lain. Replikasi HIV dapat menyebabkan kematian sel atau membuat infeksi virus tersebut
menjadi laten. Infeksi HIV menimbulkan perubahan patologi yang bisa terjadi langsung
melalui destruksi sel-sel CD4+, sel-sel imun lain dan sel-sel neuroglia, atau secacra tidak
langsung melalui efek sekunder dispungsi sel T CD4+ dan imunosupresi yang diakibatkan
proses infeksi HIV berlangsung dalam 3 bentuk:
Imonudefisiansi (infeksi oportunis dan penyakit kangker yang tidak lazim)
Autoimunitas ( pneumonitisinterstial limfoit, artritis, hipergamaglobulinemia dan produksi
antibody autoimun)
Disfungsi neurologi ( kompleks demensia AIDS,ensefalopati HIV ADIS dan neurolopati
parifer)
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa
dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat
pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan
banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded
DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan
kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak
dapat mengenali virus HIV sebagai antigen.Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh
tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4
helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit
B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin,
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu,
mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan
untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif.Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai
sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila
terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
Pembagian stadium :
1. Stadium pertama : HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologis
ketika antibody terhadap virus berubah dari negative menjadi positif.Rentang waktu sejak
HIV masuk kedalam tubuh sampai tes antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut window
period.Lama window period antara satu sampai tigabulan, bahkan ada yang dapat
berlangsung sampai enam bulan.
2. Stadium kedua : Asimptomatik ( tanpa gejala )
Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak
menunjukkan gejala-gejala.Keadaan ini dapat berlangsung selama 5- 10 tahun. Cairan tubuh
pasien HIV - AIDS yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
3. Stadium ketiga :
pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata ( Persistent Generalized
Lymphadenopathy ), tidak hanya muncul pada satu tempat saja, dan berlangsung lebih satu
bulan.

4. Stadium keempat : AIDS


Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain penyakit
konstitusional, penyakit syaraf, dan penyakit infeksi sekunder.

2.7 Penatalaksanaan medis

a) Penanganan
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk hiv atau aids. Metode satu-
satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus
atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak dengan virus secara
signifikan, disebut post-exposure prophylaxis(pep). pep memiliki jadwal empat minggu
takaran yang menuntut banyak waktu. Pep juga memiliki efek samping yang tidak
menyenangkan seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah.

1. terapi antivirus

Penanganan infeksi hiv terkini adalah terapi antiretrovirus yang sangat aktif (highly
active antiretroviral therapy, disingkat haart). terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-
orang yang terinfeksi hiv sejak tahun 1996, yaitu setelah ditemukannya haart yang
menggunakan protease inhibitor. pilihan terbaik haart saat ini, berupa kombinasi dari
setidaknya tiga obat (disebut koktail) yang terdiri dari paling sedikit dua macam (atau
kelas) bahan antiretrovirus. Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside analogue
reverse transcriptase inhibitor (atau nrti) dengan protease inhibitor, atau dengan non-
nucleoside reverse transcriptase inhibitor (nnrti). Karena penyakit hiv lebih cepat
perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang dewasa, maka rekomendasi
perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak daripada untuk orang dewasa. di negara-
negara berkembang yang menyediakan perawatan haart, seorang dokter akan
mempertimbangkan kuantitas beban virus, kecepatan berkurangnya cd4, serta kesiapan
mental pasien, saat memilih waktu memulai perawatan awal Perawatan haart memungkinkan
stabilnya gejala dan viremia (banyaknya jumlah virus dalam darah) pada pasien, tetapi ia
tidak menyembuhkannya dari hiv ataupun menghilangkan gejalanya. Hiv-1 dalam tingkat
yang tinggi sering resisten terhadap haart dan gejalanya kembali setelah perawatan
dihentikan. lagi pula, dibutuhkan waktu lebih dari seumur hidup seseorang untuk
membersihkan infeksi hiv dengan menggunakan haart. meskipun demikian, banyak pengidap
hiv mengalami perbaikan yang hebat pada kesehatan umum dan kualitas hidup mereka,
sehingga terjadi adanya penurunan drastis atas tingkat kesakitan (morbiditas) dan tingkat
kematian (mortalitas) karena hiv. tanpa perawatan haart, berubahnya infeksi hiv menjadi aids
terjadi dengan kecepatan rata-rata (median) antara sembilan sampai sepuluh tahun, dan
selanjutnya waktu bertahan setelah terjangkit aids hanyalah 9.2 bulan penerapan haart
dianggap meningkatkan waktu bertahan pasien selama 4 sampai 12 tahun. bagi beberapa
pasien lainnya, yang jumlahnya mungkin lebih dari lima puluh persen, perawatan haart
memberikan hasil jauh dari optimal. Hal ini karena adanya efek samping/dampak pengobatan
tidak bisa ditolerir, terapi antiretrovirus sebelumnya yang tidak efektif, dan infeksi hiv
tertentu yang resisten obat. Ketidaktaatan dan ketidakteraturan dalam menerapkan terapi
antiretrovirus adalah alasan utama mengapa kebanyakan individu gagal memperoleh manfaat
dari penerapan haart. terdapat bermacam-macam alasan atas sikap tidak taat dan tidak teratur
untuk penerapan haart tersebut. Isyu-isyu psikososial yang utama ialah kurangnya akses atas
fasilitas kesehatan, kurangnya dukungan sosial, penyakit kejiwaan, serta penyalahgunaan
obat. Perawatan haart juga kompleks, karena adanya beragam kombinasi jumlah pil,
frekuensi dosis, pembatasan makan, dan lain-lain yang harus dijalankan secara
rutin . berbagai efek samping yang juga menimbulkan keengganan untuk teratur dalam
penerapan haart, antara lain lipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin, peningkatan
risiko sistem kardiovaskular, dan kelainan bawaanpada bayi yang dilahirkan.

Obat anti-retrovirus berharga mahal, dan mayoritas individu terinfeksi di dunia


tidaklah memiliki akses terhadap pengobatan dan perawatan untuk hiv dan aids tersebut.

b. penanganan eksperimental dan saran

Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang sesuai untuk menahan epidemik
global (pandemik) karena biaya vaksin lebih murah dari biaya pengobatan lainnya, sehingga
negara-negara berkembang mampu mengadakannya dan pasien tidak membutuhkan
perawatan harian. namun setelah lebih dari 20 tahun penelitian, hiv-1 tetap merupakan target
yang sulit bagi vaksin.

Beragam penelitian untuk meningkatkan perawatan termasuk usaha mengurangi efek


samping obat, penyederhanaan kombinasi obat-obatan untuk memudahkan pemakaian, dan
penentuan urutan kombinasi pengobatan terbaik untuk menghadapi adanya resistensi obat.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa langkah-langkah pencegahan infeksi oportunistik
dapat menjadi bermanfaat ketika menangani pasien dengan infeksi hiv atau
aids.vaksinasi atas hepatitis a dan b disarankan untuk pasien yang belum terinfeksi virus ini
dan dalam berisiko terinfeksi. pasien yang mengalami penekanan daya tahan tubuh yang
besar juga disarankan mendapatkan terapi pencegahan (propilaktik) untukpneumonia
pneumosistis, demikian juga pasien toksoplasmosisdan kriptokokus meningitis yang akan
banyak pula mendapatkan manfaat dari terapi propilaktik tersebut.
c. pengobatan alternatif

Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan untuk menangani gejala atau


mengubah arah perkembangan penyakit. akupunturtelah digunakan untuk mengatasi beberapa
gejala, misalnya kelainan syaraf tepi (peripheral neuropathy) seperti kaki kram, kesemutan
atau nyeri; namun tidak menyembuhkan infeksi hiv. tes-tes uji acak klinis terhadap efek obat-
obatan jamu menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti bahwa tanaman-tanaman obat tersebut
memiliki dampak pada perkembangan penyakit ini, tetapi malah kemungkinan memberi
beragam efek samping negatif yang serius.

Beberapa data memperlihatkan bahwa suplemen multivitamin dan mineral


kemungkinan mengurangi perkembangan penyakit hiv pada orang dewasa, meskipun tidak
ada bukti yang menyakinkan bahwa tingkat kematian (mortalitas) akan berkurang pada
orang-orang yang memiliki status nutrisi yang baik. suplemen vitamin a pada anak-anak
kemungkinan juga memiliki beberapa manfaat. pemakaian selenium dengan dosis rutin
harian dapat menurunkan beban tekanan virus hiv melalui terjadinya peningkatan pada
jumlah cd4. Selenium dapat digunakan sebagai terapi pendamping terhadap berbagai
penanganan antivirus yang standar, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk menurunkan
mortalitas dan morbiditas.

Penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa terapi pengobatan alteratif memiliki hanya


sedikit efek terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit ini, namun dapat meningkatkan
kualitas hidup individu yang mengidap aids. Manfaat-manfaat psikologis dari beragam terapi
alternatif tersebut sesungguhnya adalah manfaat paling penting dari pemakaiannya.

2.8 Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian
Riwayat penyakit sekarang
Kehilangan BB
Demam
Diare
2) Penyakit yang menyertai
Candidiasis
Herpes simplek
Limpoma
3) Riwayat penyakit masa lalu
Riwayat menerima tranfusi darah
Riwayat penyakit seksual
4) Riwayat sosial
Penggunaan obat obat terlarang
Pekerjaan
Perjalanan
Support system
5) Pemeriksaan fisik
Penampilan umum tampak sakit sedang, berat
Tanda vital
Kulit terdapat rush, steven jhonson
Mata merah, icterik, gangguan penglihatan
Leher: pembesaran KGB
Telinga dan hidung; sinusitis berdengung
Rongga mulut: candidiasis
Paru: sesak, efusi pleura, otot bantu
Jantung: pembesaran jantung
Abdomen: ascites, distensi abdomen, pembesaran hepar
Genetalia dan rectum: herpes
Neurologi: kejang, gangguan memori, neuropati.
6) Pemeriksaan penunjang
Hitung limfosit
CD4
Mantouk test
Test elisa
2.9 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi
nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen malnutrisi,
kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan orang yang
dicintai

2.10 Intervensi Keperawatan


1. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda infeksi baru.
2) Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan
tindakan
3) Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.
4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.
5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi
nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
Intervensi :
1) Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman
patogen lainnya
2) Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.

3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,


kelelahan.
Intervensi :
1) Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
2) Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
3) Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
Intervensi :
1) Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
2) Monitor BB, intake dan ouput
3) Atur antiemetik sesuai order
4) Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
Intervensi :
1) Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan adanya darah.
2) Auskultasi bunyi usus
3) Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order
4) Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside

7. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang
dicintai.
Intervensi :
1) Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya
2) Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal
3) Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.

2.11 Evaluasi

Formatif :
o Klien dapat menjelaskan pengertian AIDS
o Klien mampu menjelaskan faktor penyebab dari penyakit AIDS
o Klien dapat menjelaskan tanda/gejala penyakit AIDS
o Klien mampumenjelaskan penatalaksanaan AIDS
Sumatif :
Klien dapat memahami penyakit AIDS

2.12 Jamkesda
Penduduk miskin di Kabupaten Ketapang memperoleh pelayanan kesehatan gratis
melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang dibiayai Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) di rumah sakit kelas III dan Puskesmas sejak tahun 2005.
Pengobatan gratis ini tentu saja meringankan beban penduduk berekonomi lemah. Pelayanan
kesehatan warga miskin yang tidak diakomodir oleh Jamkesmas akan dibantu dengan
Jamkesda.
Di samping sarana kesehatan seperti Puskesmas dan Poskesdes, sarana kesehatan pendukung
juga disediakan Puskesmas keliling, sementara untuk menjangkau daerah-daerah terpencil di
sepanjang daerah aliran sungai. Pelayanan kesehatan tersebut didukung oleh jumlah tenaga
kesehatan (paramedis). Jumlah dokter spesialis mencapai 13 orang, dokter umum 53 orang,
jumlah dokter gigi 11 orang, bidan 233 orang. Sementara tenaga perawat ada 694 orang,
tenaga kefarmasian 32 orang, tenaga gizi 43 orang, tenaga sanitasi 35 orang, tenaga teknisi
medis 41 orang, da jumalh fisioterapis ada 8 orang.
Bagi rakyat miskin yang tidak masuk kuota Jamkesmas ditangani melalui program Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang dibiayai Pemda. Pemda yang mengalokasikan anggaran
untuk Jamkesda tercatat sebanyak 342 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi.
Selain itu, untuk tindakan pencegahan dan promotif, Pemerintah telah mengalokasikan
anggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dengan anggaran Rp 0,9 triliun untuk 8.967
Puskesmas pada tahun 2011 dan naik menjadi Rp 1,09 triliun untuk 9.323 Puskesmas pada
tahun 2012.
Khusus bagi daerah terpencil, pemerintah menyediakan 14 Rumah Sakit Bergerak (RSB)
yang dilengkapi fasilitas pelayanan kesehatan, seperti rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat 24 jam. Pembiayaan operasional RSB pada tahun pertama 100% ditanggung oleh
Kementerian Kesehatan. Pada tahun kedua 75% pada Kementerian Kesehatan dan 25% pada
Pemda, pada tahun ketiga biaya 50% ditanggung Kementerian Kesehatan dan 50%
ditanggung Pemda, sedangkan pada tahun keempat biaya 100% diserahkan pada Pemda.
Cara mendapatkan jamkesmas
Kepesertaan Jamkesmas ini di tentukan Kementerian Kesehatan di mana data di peroleh dari
TNP2K ( Tim Nasional Pengentasan Kemiskinan ) yang di ketuai Wakil Presiden. Sedangkan
TNP2K mendapatkan data dari PPLS (Program Perlindungan Sosial) pada 2011. Data
tersebut di kumpulkan oleh petugas yang di tunjuk instansi yang menangani data di desa
berdasarkan indikator kemiskinan, sehingga Dinas Kesehatan tidak ada keterkaitan secara
langsung dalam pengumpulan data.
Kepesertaan Program jamkesmas ini berdasarkan Surat edaran Menteri kesehatan nomor
Surat Edaran Nomor 149 Tahun 2013 Tanggal 20 Maret 2013, bahwa kepesertaan Jamkesmas
yang mempunyai kartu dan ada yang tidak mempunyai kartu. Yang mempunyai kartu telah
tercetak pada 2012 dan telah di distribusikan, yang tidak punya kartu adalah gelandangan,
pengemis, anak terlantar, penghuni rumah tahanan, penderita talasemia, Kejadian akibat
pasca imunisasi dan bencana alam secara otomatis masuk program Jamkesmas.

2.13 Peran Perawat Profesieonal


Peran dan fungsi perawat puskesmas profesional yang ideal adalah perawat komunitas
yang memiliki latar belakang pendidikan serta kompetensi dibidang keperawatan komunitas
sehingga dapat menerapkan 12 dan fungsinya. Pada saat ini,sebagian besar ( 86,53 %)
perawat puksemas masih berpendidikan spk dan hanya 13.47 % berpendidikan d iii
keperawatan ( ditjen kesmas 2003 ).untuk dapat meningkatkan kinerjanya dalam masa
transisi,perawat puskesmas diharapkan minimal dapat melaksanakan enam (6) peran yaitu
sebagai :
1. Pemberi pelayanan kesehatan perawat puskesmas memeberikan pelayanan kesehatan kepada
individu,keluarga, kelompok/masyarakat berupa asuhan keperawatan kesehatan masyarakat
yang utuh/holistik, komprehensif meliputi pemeberian asuhan pada pencegahan tingkat
pertama,tingkat kedua maupun tingkat ketiga. Asuhan keperawatan yang diberikan baik
asuhan langsung (direct care) kepada klien, maupun tidak langsung ( indirect) di berbagai
pelayanan kesehatan antar lain klinik puskesmas,ruang rawat inap puskesmas,puskesmas
pembantu,puskesmas keliling, sekolah< rutan/lapas, panti, posyandu,keluarga ( rumah klien)
dll.
2. Penemu kasus perawat puskesmas berperan dalam mendeteksi dan menemukan kasus serta
melakukan penelusuran terjadinya penyakit.
3. Pendidik/penyuluh kesehatan pembelajaran merupakan dasar dari pendidikan kesehatan yang
berhubungan sem,ua tahap kesehatan dan semua tingkat pencegahan. Sebagaiu pendidik
kesehatan, perawat puskesmas mampu mengkaji kebutuhan klien ; mengajarkan agar
melakukan pencegahanh tingkat pertama dan peningkatan kesehatan klien kepada individu,
keluarga,kelompok masyarakat, pemulihan kesehatan dari suatu penyakit; menyusun program
penyuluhan/pendidikan kesehatan dari suatu penyakit, menyusun program
penyuluhan/pendidikan kesehatan, baik untuk topik sehat maupun sakit, seperti nutrisi,
latihan olah raga, manajemen stres, penyakit dan pengelolaan penyakit, dll.:memberikan
informasi yang tepat untuk kesehatan dan gaya hidup antara lain informasi yang tepat tentang
penyakit, pengobatan dll; serta menolong pasien/kllien menyeleksi informasi kesehatan yang
bersumber dari buku buku,koran,televisi atau teman.
4. Koordinator dan kolaborator perawat puskesmas melakukan koordinasi terhadap semua
pelayanan kesehatan yang diterima oleh keluarga dari berbagai program, dan bekerja sama
dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta sebagai penghubung
ndengan institusi pelayanan kesehatan dan sektor terkait lainnya.
5. Perawat sebagai konselor mempunyai tujuan membantu klien dalam memilih keputusan yang
akan di ambil terhadap penyakit yang di deritanya. Untuk mempermudah di dalam
mengambil keputusan klien wajib mempertanyakan langkah-langkah yang akan di ambil
terhadap dirinya.
6. Perawat yang mempunyai masalah pribadi, seperti ketergantungan obat, hubungan
interpersonal yang terganggu, akan mempengaruhi hubungannya dengan klien (Stuart dan
Sundeen, 1987, h.102). Perawat mungkin menolak dan mengatakan ia dapat memisahkan
hubungan professional dengan kehidupan pribadi. Hal ini tidak mungkin pada asuhan
kesehatan jiwa karena perawat memakai dirinya secara terapeutik dalam menolong klien.
Perawat yang efektif adalah perawat yang dapat memenuhi dan memuaskan
kehidupan pribadi serta tidak didominasi oleh konflik, distres atau pengingkaran dan
memperlihatkan perkembangan serta adaptasi yang sehat. Perawat diharapkan bertanggung
jawab atas perilakunya, sadar akan kelemahan dan kekurangannya.

Penularan AIDS

Penularan HIV yang terjadi apabila terjadi kontak atau pertukaran cairan tubuh yaug
mengandung virus melalui sebagai berikut:

A. Hubungan seksual (homoseksual dan heteroseksual) yang tidak terlindung dengan seseorang
yang mengidap HIV.

B. Transfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar oleh HIV.


C. Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato).
D. Penularan ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada anak yang dikandungnya.
Pencegahan AIDS

Hubungan seksual ini merupakan salah satu penyebab terjadinya HIV/AIDS dimana seoarng
telah terpapar oleh penyakit ini kemudian tertular jika ia melakukan hubungan seka dengan
pasangannya.
Adapun konsep pencegahan penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual antara lain
sebagai berikut:
1. A = Abstinence =Puasa,yaitu tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.hubungan
seksual hanya dilakukan melalui pernikahan yang sah.
2. B = Be faithful =Setia dengan pasangan,yaitu jikapun telah menikah,mengadakan hubungan
seksual dengan pasangannya saja.suami atau istri sendiri tidak mengadakan hubungan seksual
di luar nikah
3. C = Using condom = Menggunakan kondom,yaitu bagi orang tertentu yang mempunyai
kebiasaan buruk berganti-ganti pasangan maka di anjurkan untuk menggunakan kondom agar
tidak menulari orang lain
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
1. http://www.cdc.gov/hiv/topics/evaluation/pdf/AEAP2011.pdf
2.http://www.healthefoundation.eu/blobs/hiv/73758/2011/27/diagnosis_and_treatment.pdf
3.http://www.cdc.gov/hiv/resources/journals/index.htmjournal.ui.ac.id/?
hal=detailArtikel&q54

Вам также может понравиться