Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
penurunan nefron fungsional secara progresif dan irreversible dan merupakan
masalah kesehatan dunia dengan peningkatan insidensi, prevalensi, morbiditas
serta mortalitas.(1,2) Dari data United State Renal Data System (USRDS) tercatat
bahwa angka kejadian penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat terus meningkat
104% antara tahun 1990 sampai 2001.(3) Dalam Profil Kesehatan Indonesia 2007,
Departemen Kesehatan juga menyebutkan bahwa penyakit ginjal kronik
merupakan penyakit utama keenam penyebab kematian pada tahun 2006 dengan
persentase 2,99% terhadap total kematian di rumah sakit.(4) Di Aceh kejadian PGK
cukup tinggi digambarkan dengan data umum dari RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh pada tahun 2008 merawat pasien PGK sebanyak 259 orang dan pada
tahun 2009 merawat pasien sebanyak 305 orang, yang merupakan urutan kelima
sebagai penyebab kematian.(5)
Penderita dengan PGK stadium 5 memerlukan terapi pengganti ginjal yang
tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal untuk mempertahankan hidup.
Dalam penelitiannya Mark menyatakan bahwa modalitas yang paling sering dan
umum digunakan sebagai terapi pengganti ginjal adalah Hemodialisis (HD) dan
Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)(6). United States Renal Data
System (USRDS) melaporkan bahwa jumlah pasien hemodialisis pada tahun 2009
sejumlah 106.300 pasien di Amerika Serikat. Hal ini terus meningkat setiap
tahunnya(7). Vejakama juga melaporkan bahwa CAPD telah berkembang pesat di
negara-negara Asia, diperkirakan sekitar 80% dari pasien dialisis di Hongkong
dan 50% di Thailand.(8) Namun pemilihan terapi yang tepat juga dipengaruhi oleh
banyak faktor, termasuk lama kelangsungan hidup bagi setiap pasien selama
menjalani terap tersebut, karakteristik penderita, dan tingkat mortalitas yang
mungkin terjadi.(9)
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prediktor kelangsungan hidup
(survival rate) penderita PGK setelah menjalani dialisis. Diantaranya memilih
permulaan dialisis dan etiologi. Uchida (et al.) dalam penelitiannya
membandingkan jangka kelangsungan hidup antara penderita PGK yang
menjalani hemodialis atau CAPD dengan metode cohort prospective dari april
1995 sampai maret 2005. Hasil penelitian tersebut mengatakan pasien yang
menjalani CAPD dengan signifikan mengalami jangka kelangsungan hidup lebih
lama dibandingkan pasien yang menjalani hemodialisis.(10)
Suzuki mengikutkan 72 pasien penyakit ginjal kronik dengan usia, jenis
kelamin, dan penyebab penyakit ginjal kronis yang telah melakukan terapi CAPD
dan HD selama periode 5 tahun. selama periode 5 tahun, 5 pasien dalam
kelompok CAPD dan 11 pada kelompok HD meninggal, dan 6 pasien beralih dari
CAPD ke HD. Hasilnya, tidak ada perbedaan kelansungan hidup yang signifikan
pada kedua kelompok tersebut. (11)

Penelitian serupa juga pernah dilakukan Tim advanced renal North American
mengenai kecenderungan penyebab kematian antara pasien yang menjalani
hemodialisis dan CAPD terhadap incident PGK di Cina. Dari hasil analisis data
didapatkan peningkatan kelansungan hidup setelah menjalani dialisis sangat
bergantung pada jenis dialisis. Terapi CAPD memiliki kelansungan hidup lebih
baik pada tahun satu sampai dua tahun awal dibandingkan terapi hemodialis.(12)
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui perbandingan survival rate antara penderita ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis (HD) dan Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis
(CAPD) di Instalasi Dialisis di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah:


1. Berapakah prevalensi penderita PGK dengan etiologi Diabetes Melitus
dan tidak Diabetes Melitus yang menjalani HD dan CAPD di Instalasi
Dialisis RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh?
2. Apakah terdapat perbedaan survival rate antara pasien yang menjalani
HD dan CAPD di Instalasi Dialisis RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh?
1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Tujuan Umum
Mengetahui perbandingan survival rate antara pasien yang menjalani HD dan
CAPD di Instalasi Dialisis RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prevalensi prevalensi penderita PGK dengan etiologi
Diabetes Melitus dan tidak Diabetes Melitus yang menjalani HD dan
CAPD di Instalasi Dialisis RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh?
b. Untuk mengetahui survival rate pada pasien yang menjalani HD di
Instalasi Dialisis RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
c. Untuk mengetahui survival rate pada pasien yang menjalani CAPD di
Instalasi Dialisis RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:


1. Manfaat teoritis:
Bagi para pembaca dapat dijadikan bahan masukan dalam memahami hal-
hal mendasar yang berhubungan dengan PGK serta terapi HD dan CAPD
2. Manfaat praktis:
a. Bagi instansi dapat menjadi bahan informasi pada praktisi dalam
menerapkan terapi pengganti ginjal HD dan CAPD pada penderita PGK
di Rumah Sakit
b. Bagi peneliti lain dapat menjadi bahan penelitian selanjutnya

1.5. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:


Ho : Tidak terdapat perbedaan survival rate antara pasien yang
menjalani HD dan CAPD di Instalasi Dialisis RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh
Ha : Terdapat perbedaan survival rate antara pasien yang menjalani
HD dan CAPD di Instalasi Dialisis RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh

Вам также может понравиться