Вы находитесь на странице: 1из 8

ANALISIS VEGETASI

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisivegetasi secara
bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk
pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan
data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun
komunitas hutan tersebut.Dengananalisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dankomposisi suatu komunitas tumbuhan.

Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasidikelompokkan ke dalam 3


kategori yaitu :

1.Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis


danmembandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu
pengamatan berbeda.

2.Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.

3.Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentuatau


beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).

Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan


petak- petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara.Menurut Soerianegara(1974
) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau
dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis denganmetode ordinasi yang menurut
Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilansampel plot dapat dilakukan dengan random,
sistematik atau secara subyektif ataufaktor gradien lingkungan tertentu.Untuk memperoleh
informasi vegetasi secaraobyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-
contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan (Marsono, 1987).

Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya.Dengan ordinasi
diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang

sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisispesies beserta
kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan,sedangkan releve yang
berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat puladigunakan untuk menghubungkan pola
sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan.Beberapa metodologi yang umum
dan sangat efektif serta efisien jikadigunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode
garis, metode tanpa plotdan metode kuarter

2.2 Macam-Macam Metode Analisis Vegetasi


Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan
kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan
berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Macam-macam metode analisis vegetasi yaitu metode destruktif, metode nondestruktif,
metode floristik, dan metode nonfloristik.
1) Metode destruktif
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organik yang dapat
dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang dipakai bisa diproduktivitas primer,
maupun biomasa. Dengan demikian dalam pendekatan selalu harus dilakukan penuain atau
berarti melakukan perusakan terhadap vegetasi tersebut.
Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk bentuk vegetasi yang sederhana, dengan
ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan
bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat keringnya.
Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang rumput denan usaha
pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas tampungnya.
Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada
pengetahuan taksonomi tumbuhan.
2) Metode nondestruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan penelaahan
organism hidup atau tumbuhan tidak didasarkan pada taksonominya, sehingga dikenal dengan
pendekatan non floristika. Pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organism
tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.
3) Metode non-floristica
Telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi. Seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer
(1934), dan Dansereau (1951). Yang kemudian diekspresiakan oleh Eiten (1968) dan Unesco
(1973). Danserau membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk hidup,
ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap
karakteristika di bagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang pengungkapannya
dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar.
Bentuk Hidup. Metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya dipergunakan dalam
pembuatan peta vegetasi dengan skalakecil sampai sedang, dengan tujuan untuk
menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya, dan juga masukan bagi
disiplin ilmu yang lainnya (Syafei,1990).
Untuk memahami metode non floristika sebaiknya kita kaji dasar-dasar pemikiran dari
beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya mereka berusaha mengungkapkan vegetasi berdasarkan
bentuk hidupnya, jadi pembagian dunia tumbuhan secara taksonomi sama sekali diabaikan,
mereka membuat klasifikasi tersendiri dengan dasar-dasar tertentu.
4) Metode floristic
Metode ini didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara
taksonomi. Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari
berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies pembentuk
masyarakat tumbuhan tersebut, sehinggapemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara
taksonomi adalah sangat dibutuhkan. Pelaksanaan metode floristic ini sangat ditunjang
dengan variable-variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur maupun
komposisi vegetasi, diantaranya adalah:

1. Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi sejenis.

2. Kerimbunan, variable yang menggambarkan luas penutupan suatu populasi di suatu


kawasan, dan bias juga menggambarkan luas daerah yang dikuasai oleh populasi
tertentu atau dominasinya.

3. Frekuensi, variable yang menggambarkan penyebaran dari populasi disuatu kawasan.


Variabel-variabel merupakan salah satu dari beberapa macam variable yang
diperlukan untuk menjelaskan suatu bersifat kuantitatif, seperti statifikasi, periodisitas, dan
vitalitas. Berbagai metodelogi telah dikembangkan oleh para pakar untuk sampai pada hasil
seakurat mungkin, yang tentu disesuaikan dengan tujuannya.

2.3 Teknik Pencuplikan


1) Kuadrat
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak
contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon
dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan
20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole
(tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta
( pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling
( anakan/semai ).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi,
dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini mudah dan lebih cepat digunanakan
untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Metode ini sering
sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran
tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang
hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu
akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi
berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu
tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat sifatnya bila di analisa akan
menolong dalam menentukan struktur komunitas.
Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai
ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat
persegi, persegi panjang atau lingkaran. Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat
berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa
bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk
analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang
ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar
spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag
tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif)
yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total
basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman.
d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-
utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-
tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan
planimeter.
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai
suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah
sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Suatu contoh untuk suatu vegetasi hutan alami atau yang berbentuk seperti hutan luas kuadrat
minimal 200 m2, kemudian vegetasi semak belukar 2 5 m2, dan vegetasi sederhana sperti
rumput cukup dengan ukuran kuadrat seluas 1 meter persegi.
Sistem Analisis dengan metode kuadrat:
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam
area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi
jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan
dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel
yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah
tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang
ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks
nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena
keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael,
1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relative dari
sejumlah variabel yangb telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan frekuensi
relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
a patan (K) = Jumlah individu
Luas petak ukur
relatif (KR) = Kerapatan satu jenis x 100%
Kerapatan seluruh jenis
nsi (F) = Jumlah petak penemuan suatu jenis
Jumlah seluruh petak
relatif (FR) = Frekwensi suatu jenis x 100%
Frekwensi seluruh jenis
si (D) = Luas Bidang Dasar suatu jenis
Luas petak ukur
relatif (DR) = Dominansi suatu jenis x 100%
Dominansi seluruh jenis
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat
dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat,
dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai
penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki
harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi
tersebut (Surasana, 1990).
Berikut langkah-langkah kerja jika anda akan melakukan penelitian/analisis vegetasi metode
kudrat:
1. Menyebarkan 5 kuadrat ukuran 1 m2 secara acak di suatu vegetasi tertentu.
2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi.
3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap
tumbuhan.
4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan
bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki
nilai penting terbesar (Anonymous, 2010).

2) Garis
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis.
Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan
tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin
pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan
untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini
digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m
(Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang
akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah
individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis
yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan
panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat
(Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan
pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Metode Garis
1. Menyebarkan 10 garis masing-masing sepanjang 1 meter secara acak atau sistematis.
2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi.
3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap
tumbuhan.
4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan
bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki
nilai penting terbesar (Anonymous,2010).

3) Titik
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan
menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya
satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan
mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang
digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai
suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang
merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang
diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam
menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Metode Intersepsi Titik
1. Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali raffia.
2. menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali raffia tersebut secara acak
atau sistematis.
3. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap kawat atau lidi tersebut.
4. Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.
5. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap
tumbuhan.
6. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
7. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan
bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
8. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki
nilai penting terbesar

4) Kuarter
Analisa vegetasi dengan metode kuarter merupakan analisa vegetasi yang
mana dalam pelaksanaannya tidak menggunakan plot atau area sebagai alat bantu. Akan
tetapi cuplikan yang digunakan hanya berupa titik sehingga sering juga metode tanpa plot.
Hal ini karena pada metode ini tidak menggambarkan luas area tertentu, sama halnya dengan
metode kuadrat yaitu dalam memperoleh nilai penting harus terlebih dahulu dihitung
kerapatan, dominasi, dan frekuensinnya. Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk
hutan atau vegetasi kompleks lainnya (Kusmana, 1997).
Komunitas adalah sejumlah mahluk hidup dari berbagai macam jenis yang hidup
bersama pada suatu daerah. Komposisi suatu komonitas ditentukan dengan tumbuhan dan
hewan yang kebetulan mampu hidup di tempat tersebut. Anggota komonitas ini tergantung
pada penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologis yang ada
ditempat tersebut. Ada dua konsep yang ditentukan dalam mengamati peta komonitas yaitu
gradasi komonitas( populasi) dan gradiasi lingkungan yaitu menyangkut jumlah factor
lingkungantambak secara bersama-sama. (Soedjiran,1989). Pada metode ini tumbuhan yang
dianalisa bisa berupa empat tumbuhan yang paling dekat dengan titik pengamatan yang
masing-masing tumbuhan berada pada empat sektor daerah dengan titik tadi sebagai pusat.
Daerah I adalah daerah barat utara
Daerah II adalah daerah utara timur
Daerah III adalah daerah timur selatan
Daerah IV adalah daerah selatan barat
Tumbuhan yang dianalisis (dicuplik datanya) disetiap sektor daerah pengamatan adalah
hanya satu pohon yang paling dekat dengan pusat pengamatan tadi (titik pusat). Data yang
dikumpulkan adalah jarak pohon ke titik pusat, diameter pohon.
Sistem Analisis dengan metode kuadran:
Jarak pohon rata-rata (d)= jumlah semua jarak yang terukur
4 x jumlah titik pusat (n)
Kerapatan relatif = jumlah individu sejenis x 100%
4xn
Dominasi relatif = jumlah luas basal individu sejenis x 100%
jumlah total luas basal terukur
Frekuensi relative=jumlah titik pusat yang mengandung suatu tumbuhan x 100%
jumlah titik pusat dari seluruh jenis tumbuhan
Luas rata-rata penguasaan area oleh suatu pohon = d2
Jumlah individu pohon untuk luas tertentu (L) = L / d2
Luas dari total = luas basal rata-rata x kerapatan
Nilai penting = Kr + Dr + Fr

5) Teknik Ordinasi
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-Dombois dan
E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau
secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi
vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh
(releve) berdasar koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk
mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model
geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi
spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan,
sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan.Ordinasi dapat pula digunakan untuk
menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan faktor lingkungan.
Ordinasi mencoba untuk meringkas data sampling dalam suatu lebih sederhana, lebih
sedikit cara pemakaian ruang dibanding metoda tabel. Bahkan suatu agak kecil perbedaan
table Suatu ordinasi data yang sama bisa menjadi satu grafik kecil yang menunjukan 19 poin-
poin penyebaran ruang. Masing-Masing titik mewakili suatu letak, dan jarak antara poin-poin
mewakili derajat tingkat perbedaan atau persamaannya. Sekilas, seseorang dapat melihat lihat
jika ada pola dalam hubungan.
Sasaran ordinasi bukanlah untuk menggambarkan bentuk di sekitar label dan letak
mereka yang sama bagian dari suatu asosiasi melainkan, untuk menunjukkan suatu pola
hubungan kontinue. Sungguh, sebagian besar informasi memuat data asli yang hilang dalam
ordinasi diagram, tetapi kehilangan ini akibat banyak bentuk dari reduksi data, tidak hanya
ordinasi (Anonymous, 2010).

2.4 Menghitung kerapatan, frekuensi, dominansi dan Indeks Nilai Penting


a. Densitas (kerapatan=K) adalah jumlah individu per satuan luas atau per unit
volume. Densitas spesies ke-i dapat dihitung dengan cara:
K-i = jumlah individu satuan jenis (i)
Luas seluruh plot

K Relatif (KR)-i = K suatu jenis x 100%


K total seluruh jenis
b. Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah plot tempat ditemukannya suatu
spesies dari sejumlah plot yang dibuat. Frekuensi merupakan besarnya intensitas
ditemukannya spesies dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau
ekosistem. Untuk analisis komunitas tumbuhan, frekuensi spesies (F), frekuensi spesies
ke-i (F-i), dan frekuensi relatif spesies ke-i (FR-i) dapat dihitung dengan rumus berikut:
F-i = jumlah satuan petak yang diduduki oleh jenis (i)
Jumlah seluruh plot
FR-i = frekuensi jenis(i) x 100%
Jumlah frekuensi seluruh jenis
c. Dominansi menyatakan suatu jenis tumbuhan utama yang mempengaruhi
dan melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan cara banyaknya jumlah jenis,
besarnya ukuran maupun pertumbuhannya yang dominan. Berikut rumusnya:
D-i = jumlah kerimbunan individu suatu jenis (i)
luas area sampel
DR-i = dominansi jenis (i) x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis

d. Indeks Nilai Penting (INP) atau important value index merupakan indeks
kepentingan yang menggambarkan pentingnya peranan suatu vegetasi dalam
ekosistemnya. Apabila nilai INP suatu jenis vegetasi bernilai tinggi, maka jenis itu sangat
mempengaruhi kestabilan ekosistem tersebut.
Indeks nilai penting (INP) dapat digunakan untuk menentukan dominansi jenis
tumbuhan terhadap jenis tumbuhan lainnya, karena dalam suatu komunitas yang bersifat
heterogen data parameter sendiri-sendiri dari nilai frekuensi, kerapatan, dan dominansinya
tidak dapat menggambarkan secara menyeluruh, maka untuk menentukan nilai pentingnya
yang mempunyai kaitan dengan struktur komunitasnya dapat diketahui dari INP nya.
Yaitu suatu indeks yang dihitung berdasarkan jumlah seluruh nilai kerapatan relatif (KR),
frekuensi relatif (FR), dan dominansi relatif (DR) :
INP = KR+FR+DR
Untuk mengetahui INP pada tingkat tumbuhan bawah (under stories), semai
(seedling), dan pancang (sapling) dihitung dari nilai kerapatan relatif (KR) dan frekuensi
relatif (FR):
INP = KR+FR
e. Indeks Keanekaragaman (Index of Diversity) merupakan ciri tingkatan
komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan
untuk menyatakan struktur komunitas. Keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan
bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang
terjadi dalam komunitas tersebut sangat tinggi.
Suatu komunitas tersebut dinyatakan memiliki keanekaragaman spesies yang
tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya, suatu komunitas
dinyatakan rendah apabila komunitas tersebut disusun oleh spesies yang sedikit dan hanya
ada spesies yang dominan.

Вам также может понравиться