Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Anak berbeda dari dewasa balk dari aspek anatomi, fisiologi, irnunologi, psikologi,
perkembangan, dan metabolik. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1: "Anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan".
Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak anak di dalam
kandungan sampai usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi Hak hak Anak yang disetujui
oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 dan
diratifikasi Indonesia pada tahun 1990, Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud Anak adalah
setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang
berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai Iebih awal.
Dokter spesialis anak (DSA)sebagai salah satu elemen pembinaan dan peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan anak dituntut mengikuti perkembangan jaman sehingga
terjadi peningkatan dan pemantapankemampuan DSA. Salah satu faktor yang signifikan
adalah peran kurikulum dengan revisinya untuk setalu menghasilkanDSA dengan
kompetensi terkini.
Kurikulum pendidikan Dokter Spesialis Anak Indonesia ini merupakan revisi dari
kurikulum tahun 2000. Ada beberapa faktor yang telah berkembang sejak Kurikulum
IDAI 2000 diluncurkan sehingga perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
1. Ledakan informasi balk teori maupun prosedural dalam imu kesehatan anak, terutama ilmu
biomedis yang secara pasti akan mempengaruhi pendekatan diagnostik dan terapi.
2. Perubahan dalam sistem pelayanan kesehatannasional(INA-CBG, sistem rujukan dll) yang
akan mempengaruhi juga pendekatan diagnosis dan terapi.
3. Perubahan demografi pola penyakit terutama dengan semakin meningkatnya peran non-
communicable disease (NCD) anak dengan kelainan kronis.
4. Tuntutan kualitas pelayanan para stakeholder, sehingga DSA tidak hanya berfungsi
secara tradisional sebagai "penyembuh" tetapi Iebih luas dari pada itu. Pola pelayanan
yang menekankan pada pelayanan rumah sa kit perlu disesuaikan agar aspek promotif,
preventif serta rehabilitatif dapat Iebih dikuasai setiap DSA.
5. Tuntutan pelayanan yang berkualitas tentunya mengedepankan keamanan penderita
(patient safety)dengan segala aspek medikolegalnya sehingga pembekalan lulusan
mengenai pengetahuan dan ketrampilan terkini perlu ditekankan dalam pendidikan.
6. Tuntutan untuk mencetak dokter anak yang Iebih banyak untuk memenuhi kebutuhan
daerah di Indonesia.
7. Adanya tuntutan untuk Iebih memperhatikan anak-anak dengan kebutuhan khusus (misal anak
di daerah bencana alam, penyakit jarang)
8. Berkembangnya pola pendidikan dan pelatihan berdasarkan kompetensi, bukan
berdasarkan apprentice model.
9. Kebutuhan yang meningkat akan ahli-ahli spesialis-2 atau subspesialis
10. Terbitnya berbagai peraturan perundangan maupun dari lembaga yang mengatur standar
pendidikan nasional yang sudah sangat dibutuhkan Indonesia.
11. Berkembang ilmu pendidikan kedokteran yang meningkatkan peran implementasi atau
proses pembelajaran suatu kurikulum.
Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia (KIKAI) memiliki tugas memastikan bahwa
pendidikan dokter spesialis anak di Indonesia memenuhi standar, yang sesuai dengan visi dan
misi KIKAI.
'Alice A. Kuo, MD, PhD, Ruth A. Etzel, MD, PhD, Lance A. Chilton, MD, Camille
Watson, MS, Peter A. Gorski, MD, MPA. Meeting the Needs of Today's Children.
Am 1 Public Health. 2012;102(12):e17-e23 2 http://www.aap.orden-usiabout-the-
aapidepartments-and-divisions/departnnent - of -
education/Documents/AAP_Definition_Pediatrician.pdf
3
Boelen C, Heck JE. Defining and measuring the social accountability of medical
schools. Geneva: World Health Organization, 1995:3.
Visi
K olegiu m IK A Indones ia ma mp u meng antar s eluruh Ins titus i P endidikan
D okter Spes ia lis Anak Indones ia (IPD S A ) bers tandar reg ional/ global /
int ernas iona l pada tahun 2019. M is i
1.Menyusun standar kompetensi dokter spesialis anak Indonesia dengan standar
regional
2.Menilai dan melakukan evaluasi terhadap kurikulum pendidikan dokter spesialis
I dan spesialis II IKA agar sesuai standar kompetensi dokter spesialis anak
Indonesia
3.Menyusun pedoman sertifikasi penguji evaluasi nasional dokter spesialis anak
Indonesia
4.Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi IPDSA
5.Berperan dalam distribusi lulusan dokter SpA
6.Membangun hubungan dengan kolegium IKA lain dalam regional Asia Pasifik
7.Menilai dan melakukan evaluasi terhadap standar pendidikan/ kompetensi dokter dan
dokter layanan primer (DLP) yang berkaitan dengan IKA
Landasan Hukum
Landasan yuridis dalam pembuatan Standar Nasioanl Pendidikan Kedokteran-Spesialis
Anak KIKAI adalah:
1. Dasar Penyelenggaraan Pendidikan
a.UU No 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi
b.UU Nomor 20/2013 tentang Pendidikan Kedokteran
c.Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No 21 /2006 tentang Pengesahan
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis.
d.PerMendikbud No 73/2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
bidang Pendidikan Tinggi.
e.Perkonsil No 16/2013 tentang Penerbitan Rekomendasi Pembukaan dan
Penutupan Program Pendidikan Dokter Spesialis
f.Perpres No 4 /2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan
Perguruan Tinggi
3. Standar Pelayanan
a.UU Nomor 29/2004 tentang Praktik Kedokteran
b.UU No 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan
c.Perpres No 72/2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
d.Perpres No 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan (peraturan BPJS)
4. Standar Kompetensi
a.UU Nomor 20/2013 tentang Pendidikan Kedokteran
b.UU No 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi
c.Perpres No 8/2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
d.Perkonsil No 12/2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
untuk Pendidikan Kedokteran.
1
Alice A. Kuo, MD, PhD, Ruth A. Etzel, MD, PhD, Lance A. Chilton, MD, Camille Watson,
MS, Peter A. Gorski, MD, MPA.
Meeting the Needs of Today's Children. Am J Public Health.
2012;102(12):e17-e23 2http://www.aap.orgfen-us/about-the-
aap/departments-and-divisions/department-of-
education/Documents/AAP_DefinitionPediatrician.pdf
3
Boelen C, Heck 1E. Defining and measuring the social accountability of medical
schools. Geneva: World Health
Organization, 1995:3.
3
5. Standar Pendidikan
1.PerMendikbud No 49/2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
2.UU Nomor 20 Th 2013 tentang Pendidikan Kedokteran
3.UU No 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi
4.PerPres No 8/2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
5.Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No 21/2006 tentang Pengesahan Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis.
Landasan Filosofis
Menurut buku kurikulum IDAI 2000: Dokter Spesialis Anak (DSA) ialah seorang dokter yang
telah
mencapai kompetensi tertentu secara profesional mengkhususkan diri melayani anak sehat dan
anak sakit dalam keluarga maupun dalam masyarakat sejak konsepsi sampai akhir usia
remaja serta
mempunyai kemampuan untuk menyerap, mengembangkan dan menyebarluaskan Ilmu
Kesehatan Anak. Keunggulan definisi IDAI adalah secara eksplisit mengisyaratkan DSA
lulusan kurikulum IDAI
berfungsi sebagai 1) seorang profesional yang menangani masalah kesehatan anak; 2)
seorang akademisi yang mengembangkan ilmu kesehatan anak. Memperhatikan definisi
IDAI di atas, maka pendidikan DSA harus merupakan pendidikan berbasis kompetensi
baik akademik dan profesi.
Definisi tersebut berbeda dengan definisi dari berbagai asosiasi DSA lainnya yang tidak
menyatakan secara eksplisit kemampuan akademisi seorang DSA. The Royal College of
Physicians and Surgeons of Canada (2008) mendefinsikan dokter spesialis anak sebagai
berikut: "a Pediatrician is a specialist trained in the diagnosis and treatment of a broad
range of diseases involving children based on a sound knowledge of normal growth and
development and of the wide range of clinical conditions encountered in infants, children,
and youth." Sedangkan ilmu kesehatan anak didefinisikan sebagai : "Pediatrics is that
branch of medicine concerned with the study and care of infants, children and youth in
health and disease, their growth and development, and their opportunity to achieve full
potential as adults." Menurut Royal College of Pediatrics and Child Health (RCPCH):
"Paediatrics is a medical specialty that manages medical conditions affecting babies,
children and young people.Paediatricians are doctors who look at specific health issues,
diseases and disorders related to stages of growth and development." American Academy
of Pediatrics (AAP) 2 menjelaskan ilmu kesehatan anak sebagai berikut: Pediatrics is the
specialty of medical science concerned with the physical, mental and social health of
children from birth to young adulthood. Pediatrics is a discipline that deals with
biological, social and environmental influences on the developing child and with the impact
of disease and dysfunction on development. Sedangkan definisi dokter spesialis anak
didefinisikan sebagai "A pediatrician is a physician who is primarily concerned with the
health, welfare and development of children and is uniquely qualified for these endeavors
by virtue of interest and initial training."
Dengan berbagai definisi tersebut nyata bahwa setiap DSA dalam fokus pelayanannya
akan senantiasa mengupayakan keadaan kesehatan anak selalu berada pada tingkat
optimal agar anak (atau anak-anak) dapat atau diberikan kesempatan untuk a) tumbuh
kembang sesuai potensinya; b) dicukupi kebutuhannya; c) nnampu berinteraksi dengan
lingkungan biologis, fisik dan sosialnya'. Pelayanan dokter spesialis anak mencakup
semua tingkatan pelayanan baik promosi dan preventif untuk anak sehat maupun anak
sakit, diagnosis/ terapi serta rehabilitasi untuk anak dengan penyakit akut maupun kronis.
1
Alice A. Kuo, MD, PhD, Ruth A. Etzel, MD, PhD, Lance A. Chilton, MD, Camille Watson,
MS, Peter A. Gorski, MD, MPA. Meetii a, the Needs of Today's Children. Am J Public
Health. 2012;102(12):e17-e23
2
http //tiww.aap.oreen-us/about-the-aapidepartments-and-
divisionsidepartment-of-
educdtion/Documents/AAP_Definition_Pediatrician.pdf
3
Boelen C, Heck JE. Defining and measuring the social accountability of medical
schools. Geneva: World Health Organization, 1995:3.
4
Prinsip ini sesuai dengan prinsip pembelajaran Kolb yang menyatakan bahwa proses
perkembangan pembelajaran bersifat sirkular, yaitu dari pengalaman langsung
(concrete experience) ke refleksi (reflective observation) kemudian generalisasi
(abstract conceptualization) dan akhirnya aplikasi (active experimentation).
Peserta didik merupakan komponen penting pelayanan kesehatan di rumah sakit
pendidikan, sehingga patient safety harus rnenjadi perhatian penyelenggara
pendidikan DSA di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA). Konsep
patient safety identik dengan kualitas pelayanan sehingga pendidikan secara bertahap
(pengayaan, magang dan mandiri) dan supervisi secara konsisten menjadi sangat
strategis untuk penerapan patient safety. Kurikulum berbasis kompetensi mampu
mengimplementasikan konsep patient safety ini karena didalam pendidikan berbasis
kompetensi sudah tercakup asesmen formatif dan penerapan lingkup kewenangan
peserta didik yang sesuai dengan tahap pendidikan/ kompetensi.
Pendekatan pendidikan DSA juga mengedepankan pendekatan prinsip holistik dalam
ilmu pendidikan yang terkait erat dengan 4 pilar pendidikan yaitu learning to live
together, learning to know, learning to do, dan learning to be.
Alice A. Kuo, MD, PhD, Ruth A. Etzel, MD, PhD, Lance A. Chilton, MD, Camille
Watson, MS, Peter A. Gorski, MD, MPA. Meeting the Needs of Today's Children.
Am J Public Health. 2012;102(12):e17-e23 2 http://www.aap.orden-us/about-the-aa
Fa/departments-and-divisions/department-of-
education/Documents/AAP Definition Pediatrician.pdf
3 Boelen C, Heck JE. Defining and measuring the social accountability of medical
schools. Geneva: World Health Organization, 1995:3.
5
Landasan Sosiologis
Pendidikan DSAdi Indonesia melalui kurikulum IDAI memperhatikan aspek
akuntabilitas sosial. WHO mendefinisikan social accountability sebagai berikut:
"obligation to direct . . . education, research and service activities towards addressing
the priority health concerns of the community, region, and/or nation they have a mandate
to serve." Secara tersirat pembekalan kompetensi dokter anak Indonesia tidak hanya
bersifat medis teknis tetapi meliputi juga kepemimpinan maupun kompetensi sosial
kultural. 3
Mandat pelayanan yang diberikan kepada DSA harus memenuhi prinsip-prinsip
akuntabilitas sosial. Tranparansi, kredibiltas dan akuntabilitas pendidikan DSAyang
mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan Kedokteran Spesialis diaplikasikan sejak
seleksi masuk peserta didik hingga ujian evaluasi nasional. Pendidikan berbasis
kompetensi akan memudahkan para stakeholder untuk menilai apakah kualitas dan
kompetensi DSA sesuai dengan kebutuhan para stakehoders. Kebutuhan para stakeholder
yang sudah terekam pada needs analysis (analisis kebutuhan) saat penyusunan maupun
evaluasi kurikulum selalu berubah dinamis sehingga monitoring, evaluasi, dan revisi
merupakan kegiatan penting penyelenggara pendidikan DSA.
Untuk senantiasa meningkatkan dan mempertahankan kualitas kesehatan dan kesejahteraan anak-
anak Indonesia, para pemangku kepentingan (stakeholder) perlu memperhatikan aspek retevansi,
kualitas, efektifitas dan kesetaraan baik dalam aspek pendidikan maupun pelayanan. Aspek -
aspektersebut perlu diperhatikan dalam penyusunan Standar Nasional Pendidikan Dokter
Spesialis Anak Indonesia dan terwujud dalam kurikulum IDAI.
Relevansi diartikan sebagai mendahulukan penyelesaian masalah kesehatan anak
yang paling mendesak. Urutan prioritas penyelesaian masalah perlu memperhatikan
kelompok usia yang paling merasakan gangguan kesehatan, penyakit yang paling
prevalen pada setiap kelompok usia, dan sumber daya lokal yang dapat digunakan
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini bermakna pada prioritasisi dan
pembobotan keilmuan yang perlu dikuasai lulusan.Pencapaian kompetensi untuk
penanganan kasus-kasus yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, balk rawat
jalan dan rawat inap dan kedaruratan, merupakan kunci utama penyusunan kurikulum
IDAI.
Cost effective adalah pelayanan kesehatan anak yang terbaik yang dapat
diberikan oleh suatu sistem kesehatan dengan menggunakan sarana dan sumber
daya yang tersedia secara optimal/maksimal. lni berarti DSA harus mempunyai
sifat kepemimpinan agar mampu berperan optimal di dalam suatu sistem kesehatan
yang dianut.
Tujuan Pendidikan
Pendidikan dokter spesialis melalui proses belajar dengan suatu kurikulum akan
menghasiikan dokter spesialis yang:
1.Mempunyai rasa tanggung jawab dalam pengamalan ilmu kesehatan sesuai dengan
kebijakan pemerintah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2.Mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidangnya serta mempunyai keterampilan
dan sikap yang baik sehingga sanggup memahami dan memecahkan masalah
kesehatan secara ilmiah dan dapat mengamalkan ilmu kesehatan kepada masyarakat
yang sesuai dengan bidangnya secara optimal.
3.Mampu menemukan, merencanakan dan melaksanakan pendidikan dan penelitian secara
mandiri dan mengembangkan ilmu ke tingkat akademik yang lebih tinggi.
4.Mampu mengembangkan sikap pribadi sesuai dengan etika ilmu dan etika profesi.
Tujuan khusus
Pada akhir pendidikan, seorang dokter spesialis anak diharapkan mampu:
1.Menerapkan prinsip-prinsip dan metode berpikir ilmiah dalam memecahkan masalah
kesehatan anak.(scholor)
2.Mengenal, merumuskan pendekatan penyelesaian dan menyusun prioritas masalah
kesehatan anak dengan cara penalaran ilmiah, melalui perencanaan, implementasi
dan evaluasi terhadap upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabititatif.
(manager, communicator, advocator, researcher)
3.Menguasai pengetahuan dan keterampilan serta mengikuti perkembangan ilmu dan
teknologi dalam memberikan pelayanan kesehatan anak. (agent of change,
scholar)
4.Menangani setiap kasus pediatrik dengan kemampuan profesional yang tinggi melalui
pendekatan kedokteran berbasis bukti. (professional,manager)
Alice A. Kuo, MD, PhD, Ruth A. Etzel, MD, PhD, Lance A. Chilton, MD,
Camille Watson, MS, Peter A. Gorski, MD, MPA. Meeting the Needs of Today's
Children. Am 1 Public Health. 2012;102(12):e17-e23 2 http://www.aap.org/en-
ustabout - the - aapidepartments - and - divisionsidepa r t m ent - of -
education/Documents/AAP_Definition_Pediatrician.pdf
3
Boelen C, Heck JE. Defining and measuring the social accountability of medical schools.
Geneva: World Health Organization, 1995:3.
7
5.
Menin
gk
at
ka
n
ku
an
tit
as
da
n
ku
ali
tas
pe
ne
liti
an
da
sar
,
kli
nis
da
n
la
pa
ng
an
ser
ta
m
e
m
pu
ny
ai
m
oti
va
si
m
en
ge
m
ba
ng
ka
n
pe
ng
ala
m
an
be
laj
ar
ny
a
se
hi
ng
ga
da
pa
t
m
en
ca
pa
i
tin
gk
at
ak
ad
e
mi
k
le
bi
h
tin
gg
i.
(r
es
ea
rc
he
r,
sc
ho
la
r)
6.
Me
n
g
o
r
g
a
n
i
s
a
s
i
p
e
l
a
y
a
n
a
n
k
e
s
e
h
a
t
a
n
a
n
a
k
s
e
h
i
n
g
g
a
m
e
n
j
a
d
i
p
e
m
u
k
a
d
a
l
a
m
p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n
p
e
l
a
y
a
n
a
n
k
e
s
e
h
a
t
a
n
a
n
a
k
d
i
s
e
m
u
a
t
i
n
g
k
a
t
d
e
n
g
a
n
p
r
o
f
e
s
i
o
n
a
l
i
s
m
e
t
i
n
g
g
i
.
(
m
o
n
a
g
e
r
,
l
e
a
d
e
r
)
7.
Ber
p
a
r
t
i
s
i
p
a
s
i
d
a
l
a
m
e
d
u
k
a
s
i
k
e
s
e
h
a
t
a
n
a
n
a
k
.
(
c
o
m
m
u
n
i
c
a
t
o
r
,
e
d
u
c
a
t
o
r
)
8.
Me
n
g
e
m
b
a
n
g
k
a
n
k
i
n
e
r
j
a
p
r
o
f
e
s
i
o
n
a
l
n
y
a
d
a
l
a
m
s
p
e
k
t
r
u
m
y
a
n
g
l
e
b
i
h
j
e
l
a
s
d
e
n
g
a
n
m
e
n
g
a
i
t
k
a
n
b
i
d
a
n
g
i
l
m
u
a
t
a
u
p
r
o
f
e
s
i
y
a
n
g
s
e
r
u
p
a
.
(
l
e
a
d
e
r
,
m
a
n
a
g
e
r
,
a
d
v
o
c
a
t
o
r
)
9.
Me
m
i
l
i
k
i
s
i
f
a
t
t
e
r
b
u
k
a
,
t
a
n
g
g
a
p
t
e
r
h
a
d
a
p
p
e
r
u
b
a
h
a
n
d
a
n
k
e
m
a
j
u
a
n
i
l
m
u
d
a
n
t
e
k
n
o
l
o
g
i
,
a
t
a
u
p
u
n
m
a
s
a
l
a
h
y
a
n
g
d
i
h
a
d
a
p
i
m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
,
k
h
u
s
u
s
n
y
a
y
a
n
g
b
e
r
k
a
i
t
a
n
d
e
n
g
a
n
i
l
m
u
k
e
s
e
h
a
t
a
n
a
n
a
k
.
(
r
e
s
e
a
r
c
h
e
r
,
a
g
e
n
t
o
f
c
h
a
n
g
e
)
10.
Me
n
d
e
m
o
n
s
t
r
a
s
i
k
a
n
k
e
t
e
r
a
m
p
i
l
a
n
m
e
l
a
k
u
k
a
n
p
e
l
a
y
a
n
a
n
k
e
s
e
h
a
t
a
n
a
n
a
k
s
e
r
t
a
m
a
m
p
u
b
e
r
k
o
m
u
n
i
k
a
s
i
i
n
t
e
r
d
a
n
i
n
t
r
a
p
r
o
f
e
s
i
o
n
a
l
,
s
e
h
i
n
g
g
a
a
n
a
k
d
a
p
a
t
t
u
m
b
u
h
d
a
n
b
e
r
k
e
m
b
a
n
g
o
p
t
i
m
a
l
s
e
c
a
r
a
f
i
s
i
k
,
m
e
n
t
a
l
d
a
n
s
o
s
i
a
l
d
e
n
g
a
n
u
p
a
y
a
p
e
n
c
e
g
a
h
a
n
,
p
e
n
g
o
b
a
t
a
n
,
p
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
k
e
s
e
h
a
t
a
n
d
a
n
r
e
h
a
b
i
l
i
t
a
s
i
.
(
c
o
m
m
u
n
c
a
t
o
r
,
p
r
o
f
e
s
s
i
o
n
a
l
,
l
e
a
d
e
r
,
m
a
n
a
g
e
r
,
a
d
v
o
c
a
t
o
r
)
11.
Me
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
p
e
l
a
y
a
n
a
n
p
r
o
f
e
s
i
d
e
n
g
a
n
j
a
l
a
n
p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
d
a
n
p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n
.
(
l
e
a
d
e
r
,
m
a
n
a
g
e
r
,
a
d
v
o
c
a
t
o
r
,
a
g
e
n
t
o
f
c
h
a
n
g
e
)
12.
Me
m
o
t
i
v
a
s
i
d
a
n
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
p
a
r
t
i
s
i
p
a
s
i
d
i
r
i
m
a
u
p
u
n
p
i
h
a
k
l
a
i
n
d
a
l
a
m
p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n
b
i
d
a
n
g
i
l
m
u
k
e
s
e
h
a
t
a
n
a
n
a
k
.
(
a
d
v
o
c
a
t
o
r
,
a
g
e
n
t
o
f
c
h
a
n
g
e
)
13.
Me
m
p
u
n
y
a
i
r
a
s
a
t
a
n
g
g
u
n
g
j
a
w
a
b
d
a
l
a
m
m
e
l
a
k
u
k
a
n
p
r
o
f
e
s
i
k
e
d
o
k
t
e
r
a
n
d
a
l
a
m
s
u
a
t
u
s
i
s
t
e
m
p
e
l
a
y
a
n
a
n
s
e
s
u
a
i
d
e
n
g
a
n
S
i
s
t
e
m
K
e
s
e
h
a
t
a
n
N
a
s
i
o
n
a
l
d
a
n
b
e
r
p
e
g
a
n
g
t
e
g
u
h
p
a
d
a
e
t
i
k
k
e
d
o
k
t
e
r
a
n
i
n
d
o
n
e
s
i
a
.
(
p
r
o
f
e
s
s
i
o
n
a
l
)
A
l
i
c
e
A
.
K
u
o
,
M
D
,
P
h
D
,
R
u
t
h
A
.
E
t
z
e
l
,
M
D
,
P
h
D
,
L
a
n
c
e
A
.
C
h
i
l
t
o
n
,
M
D
,
C
a
m
i
l
l
e
W
a
t
s
o
n
,
M
S
,
P
e
t
e
r
A
.
G
o
r
s
k
i
,
M
D
,
M
P
A
.
M
e
e
t
i
n
g
t
h
e
N
e
e
d
s
o
f
T
o
d
a
y
'
s
C
h
i
l
d
r
e
n
.
A
m
P
u
b
l
i
c
H
e
a
l
t
h
.
2
0
1
2
;
1
0
2
(
1
2
)
:
e
1
7
-
e
2
3
2
h
t
t
p
:
/
/
w
w
w
.
a
p
.
o
r
g
/
e
n
-
u
s
i
a
b
o
u
t
-
t
h
e
-
a
a
p
i
d
e
p
a
r
t
r
n
e
n
t
s
-
a
n
d
-
d
i
v
i
s
i
o
n
s
/
d
e
p
a
r
t
m
e
n
t
-
o
f
-
e
d
u
c
at
io
n/
D
o
c
u
m
e
nt
s/
A
A
P
_
D
ef
in
it
io
n
_
P
ed
iatr
ici
an.
pd
f
3
B
o
el
e
n
C
,
H
e
c
k
J
E.
D
ef
in
in
g
a
n
d
m
e
as
ur
in
g
th
e
s
o
ci
al
a
c
c
o
u
nt
a
bi
lit
y
of
m
e
di
c
al
sc
h
o
ol
s.
G
e
n
e
v
a:
W
or
ld
H
e
al
th
O
rg
a
ni
z
at
io
n,
1
9
9
5:
3.
1==========1
11/J4 P4
Kolegium
Ilmu Kesehatan Anak Indonesia
(KIKAI)
2017
BAB II
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
Standar kompetensi lulusan pendidikan dokter spesialis anak merupakan kriteria minimal
untuk melakukan togas sebagai dokter spesialis anak yang didasari atas pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan yang dipersyaratkan Kualifikasi Kerja Nasional
Indonesia (KKNI).
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 8/2012 tentang Kualifikasi Kerja Nasional
Indonesia disebutkan bahwa seorang spesialis dituntut untuk :
1. Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, daniatau seni di dalam bidang keilmuannya
atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.
(kemampuan kerja)
2. Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam
bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner. (penguasaan
pengetahuan)
3. Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan
keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan internasional.(wewenang
dan tanggung jawab)
Berdasarkan uraian dalam Bab I maka terlihat dalam tujuan khusus pendidikan DSA melalui
kurikulum IDAI dan ketentuan KKNI, kurikulum IDAI bertujuan menghasilkan seorang DSA
(medical expert) dengan profil sebagai berikut:
L Komunikator (communicator)
2. Ilmuwan (scholar)
3. Manajer (manager)
4. Professional
5. Pemimpin (leader)
6_ Periset/peneliti (researcher)
7. Kolaborator (collaborator)
8. Advokator (health advocate)
9. Agent of change
Profil ini tidak berbeda dengan apa yang telah diluncurkan oleh Royal College of Physicians and
Surgeons Canada yang dikenal sebagai CanMEDS. Perbedaan dengann profil Kl1CAI hanya
pada profil no 9 yaitu agent of change yang tidak terdapat pada CanMEDS.
Untuk mewujudkan profil tersebut maka KIKAI menetapkan kompetensi yang perlu
dicapai setiap lulusan pendidikan DSA KIKAI.Kompetensi adalah seperangkat tindakan
cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Kompetensi utama DSA adalah kompetensi yang menjadi penanda utama dokter spesialis
anak yang diterjemahkan dalam 9 area kompetensi.
Kompetensi inti adalah tingkat kemampuan peserta didik untuk mencapai standar
kompetensi lulusan pada setiap tahapan pendidikan. Kompetensi inti terdiri dari
kompetensi dasar dan lanjutan yang merupakan hard skill.
oKompetensi dasar adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi inti yang
diperoleh peserta didik melalui pembelajaran. Kompetensi dasar adalah
soft skill.
oKompetensi lanjutan
Kompetensi dasar seorang dokter spesialis anak adalah pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang diperlukan untuk mendeteksi, memahami dan
menindaklanjuti kebutuhan status sehat yang mendasar dan masalah sakit
yang paling sering dijunnpai agar anak usia 0-18 tahun dapat tumbuh
kembang optimal.
Kompetensi pendukung adalah kompetensi lulusan yang masih berhubungan
dengan program studi yang bersangkutan namun tidak wajib diberikan pada
lulusannya diberikan
pada lulusannya. Kompetensi pendukung ini dapat bergerak antara 20% -40% dari
keseluruhan kompetensi yang ada.
Kompetensi lainnya adalah jenis kompetensi lulusan yang berasal dari program
studi lain,
Kompetensi inti dan dasar tertuang dalam 9 area kompetensi yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan
namun diambil untuk memperkaya lulusannya. Kompetensi lainnya bergerak antara 0%-
30% dari kompetensi secara keseluruhan.
Baik kompetensi pendukung maupun kompetensi lainnya sebagai penyusun
kurikulum
institusional, ditetapkan sendiri oleh Perguruan Tinggi yang bersangkutan, melalui program
studi masing-masing.
Kompetensi Umurn yaitu kompetensi yang diisyaratkan oleh badan akreditasi
sebagai kompetensi yang harus diutamakan dan tidak merupakan kompetensi
inti (?). Oleh
LAMPTKes telah ditentukan 4 kompetensi yang didefinsikan sebagai kompetensi umum
yaitu komunikasi, patient safety, team work dan etika.
Area Kompetensi I Area : Komunikasi efektif
Kompetensi II Area : Keterampilan klinis
Kompetensi III Area : Mempergunakan landasan ilmiah ilmu kedokteran dalam praktek
Kompetensi IV Area : Diagnosis, pengelolaan, pencegahan, dan keselamatan pasien
Kompetensi V Area : Belajar sepanjang hayat dan pengelolaan informasi
Kompetensi VI Area Pengembangan profesi , kepribadian, medikolegal
Kompetensi VII Area : Konteks sosial, kemasyarakatan, dan manajemen pelayanan kesehatan
Kompetensi VIII Area : Pertimbangan moral, etika, dan profesionalisme
Kompetensi IX : Pemecahan masalah dan riset
Lulusan program studi dokter spesialis anak yang kompeten memiliki kemampuan melakukan:
1. Komunikasi efektif.
Mampu menciptakan dan membina media komunikasi profesional dengan pasien / keluarga, tenaga
medis / paramedis Iainnya, masyarakat dan para pemangku kepentingan untuk senantiasa menyokong
lingkungan tumbuh kembang yang optimal(kompetensi inti).
2. Ketrampilan Klinis Dasar.
Mampu menggali dan menginterpretasi data-data dari anamnesis, pemeriksaan fisik, prosedur
diagnostik/ pemeriksaan penunjang pasien yang sesuai dengan tumbuh kembang pasien agar mampu
menyusun daftar masalah / diferensial diagnosis. (kompetensi inti)
3. Mempergunakan Ilmu Dasar dalam Praktek Kedokteran.
Memanfaatkan dasar-dasar ilmiah terkini pada tingkat molekular, selular, organ, perorangan dan
lingkungan yang mempengaruhi turnbuh kembang, derajat kesehatan dan kesejahteraan pasien.
(kompetensi inti)
4. Diagnosis, pengelolaan, pencegahan, clan keselamatan pasien.
Mampu melakukan langkah-langkah diagnostik, tatalaksana dan pencegahan penyakit anak
berdasarkan prinsip-prinsip patient safety. (kompetensi inti)
5. Belajar Sepanjang Hayat dan pengelolaan informasi.
Mampu menyadari keterbatasan dalam pengetahuan dan pengalaman. (kompetensi inti)
Mampu memanfaatkan teknologi informasi untuk kebutuhan informasi dan pengembangan
pelayanan pasien.(kompetensi inti)
6. Pengembangan Profesi dan Kepribadian, medikolegal.
Mampu menyadari sinergisme antara nilai-nilai pribadi dan nilai-nilai keprofesian
menentukan dalam pengembangan diri. (kompetensi inti)
Mampu mengenali kekuatan dan kelemahan pribadi sebagai modal dasar untuk membentuk etos kerja
dan profesionalism agar selalu bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan clan kesehatan anak.
(kompetensi inti)
7. Konteks Sosial dan Kemasyarakatan dan Pelayanan Kesehatan.
Mampu memanfaatkan lingkungan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada dalam upaya membina
dan meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan anak. (kompetensi inti)
8. Pertimbangan Moral dan Etika, dan profesionalisme.
Mampu memahami dimensi moral, etika dan profesionalisme dalam pelayanan pasien dan
berbagai kebijakan kesehatan. (kompetensi inti)
9. Pemecahan Masalah dan Riset.
Mampu mengenali, dan memetakan masalah dan menyusun rencana pemecahan masalah serta
pemantauan baik secara tersendiri maupun secara kolaboratif dengan memanfaatkan hasil riset/ evidence
based medicine. (kompetensi inti)
Capaian Pembelajaran
Rumusan capaian pembelajaran lulusan wajib:
a. mengacu pada deskripsi capaian pembelajaran lulusan KKNI; dan
b. memiliki kesetaraan dengan jenjang kualifikasi pada KKNI.
Rumusan CP disusun dalam 4 unsur yaitu sikap dan tata nilai, kemampuan kerja,
penguasaan pengetahuan, dan wewenang dan tanggung jawab.Ke-empat unsur tersebut
terkandung dalam masing-masing jenjang disusun dalam bentuk deskripsi yang disebut
Deskriptor Kualifikasi. Kualifikasi kemampuan minimal tersebut dinyatakan dalam
rumusan capaian pembelajaran lulusan. Mengacu pada PERKONSIL 12/2013 KKNI
Spesialis maka KIKAI menetapkan deskriptor kualifikasi DSA adalah sebagaimana terlihat
pada tabel 2.1.
label 2.1. Deskriptor Kualifikasi Dokter Spesialis Anak menurut KKN1 level 8
Deskripsi Umum
Catatan: no 7-11 1. Bertakwa kepada Tuhan YME.
merupakan tambahan 2. Memahami dan menunjukkan sikap yang sesuai dengan
dari IDAI Kode Etik Kedokteran Indonesia.
3. Memahami aspek medikolegal dalam praktik kedokteran
dalam masyarakat Indonesia dengan budaya yang aneka
ragam.
4. Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan
praktik kedokterannya dan mempraktikkan belajar sepanjang
hayat dengan selalu mengikuti perkembangan iinnu dan praktek
kedokteran mutakhir.
5. Berperilaku professional dalam praktik kedokteran serta
mendukung kebijakan kesehatan balk sebagai pribadi
maupun dalam suatu tim pelayanan kesehatan.
6. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik
tertentu atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi.
7. Memahami aspek lingkungan bio-psikososial dalam pendekatan
peningkatan kualitas kesehatan anak dan remaja maupun
pemecahan permasalahan kesehatan anak dan remaja
8. Menyadari signifikansi keselamatan pasien anak dan remaja
dalam tatalaksana akut maupun kronik dalam prospek tumbuh
kembang anak
9. Menyadari peran proporsional aspek promotif, preventif, diagnosis,
terapi, dan rehabiltasi demi tercapainya tumbuh kembang yang
optimal setiap anak dan remaja yang rnenjadi tanggung jawabnya
sebagai seorang profesional
10.Menyadari rnanfaat kemampuan berkomunikasi yang disesuaikan
dengan proses tumbuh kembang anak merupakan kompetensi yang
perlu dimiliki setiap dokter spesialis anak
Kemampuan kerja 11.Menyadari bahwa kolaborasi antar berbagai pihak maupun
Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, don budaya/etos
kerja di dalam bidang keilmuan don praktek profesionoi ilmu
kesehatan anal( melolui riset, hingga menghasitkan karya kreatif,
original don teruji.
N AREA CAPAIAN
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI
o KOMPETENS DASAR PEMBELAJARAN
1. Komunikasi I Mampu menciptakan 1. Mendemonstrasi Mendemonstrasik
efektif dan membina media k an a n ketrampilan
komunikasi ketrampilan mendengarkan
profesional dengan berkomunikasi Mendemonstrasi
pasien / keluarga, secara verbal, ka n kemampuan
tenaga medis / non-verbal dan penggaiian dan
paramedis lainnya, tertulis pada sintesis
masyarakat dan para tempat kerja informasi
pemangku kepentingan dan terutama dengan
untuk senantiasa saat terjadinya perspektif yang
menyokong pertukaran relevan dari
lingkungan tumbuh informasi dan pasien dan
kembang yang optimal kolaborasi keluarga,
dengan pasien/ sejawat dan
keluarga dan profesi lainnya
rekan kerja Mendemonstrasi
2. Mendemonstrasi ka n kemampuan
k an penyampaian
ketrampilan dan informasi dan
sikap untuk penjelasan yang
terbinanya relevan sesuai
rapport, dengan norma
kepercayaan kepatutan
dan hubungan kepada pasien
profesional dan keluarga,
yang beretika sejawat dan
profesi lainnya
Mendemonstrasik
a n kemampuan
menciptakan
kesamaan
pengertian pada
masalah dan
rencana tindakan
/ tatalaksana
pasien dan
keluarga, sejawat
6
AREA CAPAIAN
KOMPETENSI
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI
DASAR PEMBELAJARAN
berlandaskan
buda a an. sesuai
2. Ketrampilan Mampu menggali dan Melakukan Mendemonstrasik
Klinis Dasar menginterpretasi data- asesmen tumbuh a n kemampuan
data dari anamnesis, kembang anak melakukan
pemeriksaan fisik, Melakukan anamnesis lengkap
prosedur diagnostik / diagnosis yang sesuai dengan
pemeriksaan klinis kebutuhan
penunjang pasien yang penyakit anak
Melakukan tatalaksana dan
sesuai dengan tumbuh tindakan tingkat
kembang pasien agar medis / perkembangan
mampu menyusun prosedur pasien
daftar masalah / penyakit anak
diagnostik Mendemonstrasik
diferensial diagnosis. Melakukan an kemahiran
langkah-langkah melakukan
tata laksanayang pemeriksaan
holistik dan fisis lengkap
komprehensif yang sesuai
penyakit anak dengan
kebutuhan
tatalaksana dan
tingkat
perkembangan
pasien
Mendemonstrasik
a n kemampuan
menentukan jenis
pemeriksaan
penunjang yang
sesuai dengan
kebutuhan
Mendemonstrasi
ka n kemahiran
melakukan
interpretasi hasil
pemeriksaan
penunjang
dengan
memperhatikan
kekuatan dan
kelemahan
pemeriksaan
penunjang
Mendemonstrasik
a n kemahiran
melakukan
prosedur
diagnostik yang
sesuai dengan
kebutuhan dan
mengetahui
indikasi,
kontraindikasi,
7
CAPAIAN
KOMPETENSI PEMBELAJARAN
DASAR
Mendemonstrasik
a
n kemampun
menyusun daftar
masalah,
diferensial
diagnosis dan
diagnosis kerja
yang sesuai
dengan
memperhatikan
aspek tumbuh
kembang
Mendemonstrasi
ka
nkemampuan
menyusun dan
kelemahan
1. Menerapkan ilmurencana
kelebihan
tatalaksana
kedo kteran prosedur
dengan
diagnostik
biomedis, klinik
memperhatikan
tersebut
dan epidemiologi
aspek tumbuh
yang terkiniMendemonstrasik
akembang dan
untuk mengelola
kemampuan
budaya
masalah
mengatasi
kesehatananakMendemonstrasik
kedaruratan atau
a n kemampuan
secara holistik dan
efek samping
melakukan
komprehensif
observasi dan
Mendemonstrasika
tindak lanjut dari
rencana
AREA n pemahaman
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI mengenai
pertumbuhan dan
perkembangan
dalam pengelolaan
anak sehat maupun
sakit
Mendemonstrasika n
pengelolaan
8
N AREA CA PAIA N
KOMPETEN KOMPETENSI INTI KOMPETENSI PEMBELAJARA
SI DASAR N
2. Menerapkan preventif
dasar-dasar promotif dalam
keilmuan non- menunjang
medis dalam tumbuh kembang
mengoptimalka anak yang
n pertumbuhan optimal
dan IVIendernonstrasi
perkembangan ka n pemahaman
anak serta mengenai
mengatasi patofisiologi,
masalah patogenesis
kesehatan anak penyakit pasien
baik untuk
4. Diagnosis, Marnpu melakukan 1. Menyusun Melakukan
diagnoostik
pengelolaan langkah-langkah care plan Iangkah-langkah
, diagnostik, 2. Mengevaluasi dan diagnostik yang
pencegahan tatalaksana dan menindaki lanjuti holistik dan
keselamatan pencegahan penyakit
anak berdasarkan care plan komprehensif
pasien. prinsip patient safety. 3. Melakukan Mendemonstrasik
tindakan an kemahiran
promotif dan melakukan
pencegahan interpretasi hasil
balk pada pemeriksaan
keluarga penunjang
maupun dengan
lingkungan memperhatikan
4. Melaksanakan kekuatan dan
prinsip-prinsip kelemahan
patient safety pemeriksaan
dalam setiap penunjang
pelayanan Mendemonstrasik
tersebut
an kemampuan
mengatasi
kedaruratan
atau efek
samping dari
prosedur
diagnostik yang
dilakukan
Mendemonstrasik
an kemampuan
menyusun
daftar masalah,
diferensial
diagnosis dan
diagnosis kerja
yang sesuai
dengan
memperhatikan
aspek tumbuh
kembang
9
N AREA CAPAIAN
KOMPETEN ROMP ETENSI KOMPETENSI
INTI PEMBELAJARAN
SI DASAR
Mendemonstrasi
k an kemampuan
menyusun
rencana
tatalaksana
dengan
memperhatikan
aspek tumbuh
kembang dan
Mendemonstrasi
k an melakukan
observasi dan
tindak lanjut
dari rencana
tatalaksana yang
disusun
Mendemonstrasi
k an
kemampuan
mengatasi
kedaruratan
pediatri
Mendemontrasik
a n pemahaman
dan
implementasi
prinsip-prinsip
patient safety
5. Belajar 1. Mampu menyadari 1. Melakukan adult Mendemonstrasik
Sepanjan keterbatasan dalarrt learning dan self- an kemampuan
g Hayat pengetahuan dan directed learning I mengaplikasikan
pengalaman belajar mandiri secara efektif
2. Mampu 2. Mengakses dan pendekatan
memanfaatkan melakukan evidence based
teknologi apresiasi untuk menjawab
informasi untuk literatur yang permasalahan
kebutuhan dibutuhkan dalam pelayanan
informasi dan pasien
pengembangan Mendemonstrasi
pelayanan pasien k an kemahiran
memanfaatkan
teknologi
informasi untuk
memperoleh
pengetahuan
yang dibutuhkan
Mendemonstrasik
a n kemampuan
menyusun dan
mengimplementas
i kan rencana
_ pembelajaran untuk
10
N AREA CAPAIAN
o KOMPETENSI INTI KOMPETENSI PEMBELAJARAN
KOMPETENS EASAR
menjamin
terjadinya
proses
pembelajaran
secara
6. Pengembangan 1. Mampu menyadari 1. Mengembangkan berkelanjutan
Mendemonstrasik
Profesi dan sinergisrne antara pengetahuan a n kemampuan
Kepribadian nilai-nilai pribadi 2. Menciptakan dan menyusun dan
dan nilai-nilai mendiseminasika mengimplementas
keprofesian n (informasi) i kan rencana
menentukan dalam pengetahuan pembelajaran
pengembangan diri. 3. Mempunyai untuk menjamin
2. Mampu mengenali rencana hidup terjadinya
kekuatan dan yang proses
kelemahan pribadi menunjang pembelajaran
sebagai modal dasar kesehatan dan secara
untuk membentuk profesi berkelanjutan
etos kerja dan Mendemonstrasi
profesionalism ka n kemampuan
agarselalu mawas diri yang
bermanfaatdalam konstruktif dalam
nneningkatkankesej keprofesian,
ah teraan dan meialui
kesehatan anak. kesediaan untuk
menerima umpan
balik
Mendemonstrasik
an
kemampuannya
untuk menjawab
hambatan dan
faktor-faktor
risiko yang akan
kesehatannya
7. Konteks Mampu 1. Mampu Mendemonstrasik
Social memanfaatkan mernahami a n kepekaan
dan lingkungan dan hubungan sosial, ekonomi,
Kemasyaraka sistem pelayanan sebab akibat budaya, hukum,
ta n dan kesehatan yang ada antara politik dan
Pelayanan dalam upaya kesejahteraan spiritual dalam
Kesehatan membina dan pasien dengan pelayanan pasien
meningkatkan komunitas dan Mendemonstrasi
kesejahteraan dan sistem ka n
kesehatan anak. kesehatan yang pengetahuan
berlaku yang adekuat
2. Mampu mengenai
mernahami berbagai faktor
peran advokasi yang
dalam pening mempengaruhi
katan tingkat
kesehatan kesehatan pasien
11 masyarakat dan tumbuh
_
N AREA CAPAIAN
KOMPETENS KOMPETENSI INTI KOMPETENSI PEMBELAJARAN
DASAR
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan
sebagai bahan
pertimbangan
tata laksana (care
plan)
Mendemonstrasik
a n kemampuan
mengintegrasikan
prinsip-prinsip
advokasi sebagai
bentuk tanggung
jawabnya
terhadap pasien
dan masyarakat.
Mendemonstrasik
a n kemampuan
mengidentifikasi
dan menstimulasi
sumber-sumber
dalam
masyarakat untuk
8. Pertimbangan Mampu memahami 1. Menghormati Mendemonstrasika
promotif dan
Moral dan dimensi moral, etika nilai-nilai dan n zero tolerance
Etika, dan profesionalisme kepercayaan untuk rasisme,
profesionalisme dalam pelayanan pasien dalam sexism,
pasien dan berbagai pelayanan stereotypic
kebijakan kesehatan tanpa language, racism,
menghilangka sexism, ageism,
n integritas dan aspersions to
dan etika individuals or
pribadi groups based on
2. Mempunyai ethnic, religious
komitmen and sexual
tinggi dan preference or
konsisten lifestyle choices.
terhadap
kepentingan
pasien tanpa
nneninggalkan
kewajiban dan
tanggung
jawab profesi
maupun
pribadi.
3. Melakukan
tindakan-
tindakan yang
9. Pemecahan Mampu mengenali, 1. Menyadari, 1. Mendemonstrasika
dan 1 2
AREA
CAPAIAN
KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN
Masalah
menanggapi dan n kemampuan mendeteksi
dan riset
KOMPETENSI INTI menerapkan langkah- sumber permasalahan
langkah pemecahan kesehatan pasien
memetakan masalah dan menyusun masalah Menerapkan Mendemonstrasika
rencana pemecahan masalah serta evidence based parctice n kemampuan pendekatan
pemantauan dengan memanfaatkan dalm pemecahan masalah pemecahan masalah secara
evidence based medicine kesehatan promotif, preventift
diagnotik,
terapeutik dan rehabilitatif.
Mendemonstrasika
n kemampuan melakukan
pemecahan masalah secara
interdisipliner atau
interprofesional
Mendemonstrasika
n kemampuan melakukan
pemecahan
masalah melalui pendekatan
patient safety dan program
peniaminan mutu
Mendemonstrasika
n kemampuan pemecahan
masalah dengan pemanfaatan
sumber daya secara efektif
dan efisien
13
BAB IV
Metode pembelajaran
Metode pembelajaran yang dapat dipilih untuk pelaksanaan proses pembelajaran
meliputi: kuliah, diskusi kelompok, simulasi, studi kasus, pembelajaran kolaboratif,
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis
masalah, atau metode pembelajaran lain yang dapat secara efektif memfasilitasi
pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. Setiap mata kuliah/modul dapat
menggunakan satu atau gabungan dari beberapa metode pembelajaran dan diwadahi
dalam suatu bentuk pembelajaran.
Bentuk pembelajaran dokter spesialis 3 anak berupa:
1. Pembelajaran keprofesian.Pembelajaran profesi ialah kegiatan peserta didik
yang bertujuan untuk mencapai keterampilan (skill) dan sikap (attitude) yang
dipersyaratkan bagi seorang dokter spesialis anak. Bentuk pembelajaran
keprofesian dilakukan sebagai berikut:
a. Tata laksana pasien rawat inap (inpatient)
b. Tata laksana pasien rawat jalan (ambulatory pediatric)
c. Tindakan/prosedur medik (pediatric procedures)
d. Pelatihan keprofesian di luar jam kerja (tugas jaga)
e. Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial (growth and development; social
paediatric)
2. Pembelajaran akademik.Pembelajaran akademik ialah kegiatan [eserta didik
dengan tujuan menambah dan memperdalam keilmuan (knowledge) dalam
bidang Ilmu Kesehatan Anak.. Kegiatan akademik terdiri dari 2 kelompok
kegiatan yaitu kegiatan akademik modul dan kegiatan akademik non-modul.
a. kegiatan akademik modul ialah:
i. modul pengayaan
ii. modul subdisiplin (13 divisi dalam Ilmu Kesehatan Anak)
b. kegiatan non-modul ialah:
i. Journal reading,
ii. Referat
iii. Sajian kasus,
iv. Studi kasus longitudinal,
v. Kasus sulit,
vi. Kasus kematian,
vii. Kuliah pasca sarjana.
3. Bentuk pembelajaran penelitian, perancangan, atau pengembangan yaitu kegiatan
peserta didik di bawah bimbingan dosen dalam rangka pengembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan, pengalaman otentik, serta meningkatkan kesejahteran
masyarakat dan daya saing bangsa.Kegiatan tersebut ialah:
a. Proposal penelitian,
b. Tesis,
c. Telaah pustaka (critical appraisal)
4. Bentuk pembelajaran pengabdian mas yarakat yaitu kegiatan peserta didik di
bawah bimbingan dosen dalam rangka memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk memajukan kesejahteraan mas yarakat dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Kegatan tersebut ialah:
a. Penyuluhan/edukasi masyarakat
b. Pembinaan komunitas / parents' support group
Proses pembelajaran Profesi
Kegiatan pembelajaran profesi ialah kegiatan PPDS yang bertujuan untuk mencapai
keterampilan (skill)dan sikap (attitude) yang dipersyaratkan bagi seorang dokter spesialis
anak. Kegiatan pembelajaran profesi dilakukan di tahap yunior, madya dan senior.
5
Pembimbing dan supervisipembefajaran profesi
Pada dasarnya semua staf akademik merupakan pembimbing dan supervisor bagi PPDS
sesuai dengan kategori staf tersebut (pembimbing, pendidik, penilai). Pada kegiatan
pembelajaran profesi melalui kerja praktek di bangsal dalam menata laksana pasien rawat
inap, staf akademik dibagi atas:
Supervisor in charge (SIC)
Supervisor subdisiplin (SSD)
Chef d'clinique (CDC)
Dokter Penangung Jawab Pelayanan Pasien( DPW)
Supervisor subdisiplin (SSD) ialah staf akademik yang ditugaskan membimbing dan
menyupervisi PPDS madya yang bekerja di divisi terkait, dan bersama dengan PPDS madya
tersebut memberi bimbingan dan supervisi kepada PPDS yang bekerja di unit mengenai
substansi subdisiplinnya.
Pada saat ini staf akademik yang ditugaskan sebagai SSD ialah:
Staf akademik dengan masa kerja 5 tahun dan Sp.A(K) atau yang ditetapkan secara khusus
oleh ketua divisi bersangkutan.
Penugasan diberikan oleh ketua divisi.
Bertanggungjawab kepada ketua divisi.
6
Chef d'clinique (CDC) ialah staf akademik senior yang ditugaskan membimbing dan
menyupemisi PPDS yang bekerja di unit-unit di RS Pendidikan Utama dan RS mitra hejaring.
dalam hal penerapan
tata Iaksana standar (Standar Pelayanan Medis) dan aspek-aspek kebijakan yang didukung
oleh integritas keilmuan, moral dan etika.
Chef cl'clinique tidak perlu membahas mengenal pendalaman dan tindakan
subspesialistik yang harus diterapkan pada pasien oleh karena aspek ini telah
diberikan oleh staf akademik dari subdisiplin yang bersangkutan. Namun bila CDC
secara kebetulan berasal dari subdisiplin yang sesuai dengan pasien yang dirawat,
CDC dapat memberikan expertise keilmuannya path pasien di samping SSD yang
bertugas. Pada saat ini CDC yang ditugaskan ialah guru besar IKA dan staf akademik
senior, penugasan diatur dan dijadwal oleh forum guru besar.
Penetapan DPJP berdasarkan usulan oleh Kepala Divisi kepada Direktur Utama
melalui Kepala Departemen Medik, nama-nama yang diusulkan merupakan staf medis
fungsional purna waktu atau staf medis fungsional paruh waktu yang keilmuan dan
keahliannya diperlukan untuk pengelolaan pasien.
Di unit perawatan:
Unit Infeksi dan unit Non-Infeksi
Setiap pasien rawat inap di unit - unit tersebut dirawat oleh PPDS senior dan
PPDS yunior, dibawah tanggung jawab DPJP yang bertugas dengan ketentuan sebagai
berikut:
DPJP
7
DPJP melakukan supervisi spesialistik pada unit pelayanan yang menjadi tugasnya.
Setiap pasien baru rawat inap mempunyai DPJP yang sudah ditentukan sebelumnya
oleh DPJP dari unit rawat jalan
(poliklinik subspesialistik) itu sendiri atau dad unit Gawat Darurat berdasarkan
rekomendasi DPJP yang bertugas saat itu di UGD. DPJP yang bertugas di ruang rawat
intensif memantau kondisi pasien 24 jam yang terbagi atas 2 shift dibantu oleh PPDS
mandiri. Dalam tugasnya DPJP menuliskan di agnosis (berdasarkan koding INA-DRG),
rencana terapi dan tindakan medik secara lengkap pada lembar catatan lanjutan di rekam
medis dengan dibubuhi nama DPW, SIP (dalam stempel) dan paraf disertal nama dan
paraf PPDS.
PPDS yunior
Tujuan yang ingin dicapai PPDS yunior pada kegiatan pembelajaran keprofesian yunior
ialah dimilikinya kompetensi awal keterampilan dokter spesialis anak; oleh karena itu
PPDS yunior merupakan anggota tim yang membantu PPDS senior.
Penekanan kegiatan pembelajaran keprofesian bagi PPDS yunior ialah .mendapatkan
keterampilan klinik pediatrik dasar (basic clinical pediatric competence) yang didasari
den penguasaan basic pediatric knowledge yang kuat (misalnya dengan penguasaan
patofisiologi, patogenesis kasus, dan lain-lain).
Bekerja dalam tim menuntut keterampilan berbagi tugas dan wewenang sesuai
dengan status dan kompetensi yang dimiliki. PPDS yunior dalam hal ini belum
mempunyai kompetensi yang cukup namun untuk mendapatkan pengalaman tersebut
diberi kesempatan bekerjasama dengan PPDS senior dalam melakukan tatalaksana
pasien, Fokus kegiatan pelatihan keprofesian bagi PPDS yunior ialah pengkajian dan
penerapan berbagai aspek basic medical sciences seperti patofisiologi,
patogenesis, dan ke dalam tata laksana pasien. Selain itu PPDS yunior berkesempatan
mendalami substansi kasus melalui pengalaman menata laksana pasien sesuai dengan standar
prosedur (medical conduct) yang beriaku.
Agar dapat bekerja sebagai anggota tim tatalaksana pasien, harus menggunakan
kernampuan seorang dokter umum (sebagai prasyarat) dan pengalaman yang didapat di
modul pembekalan dan pengayaan. PPDS yunior diberikan tanggung jawab dalam
pengisian dan kelengkapan dokumen medik dengan melakukan tata iaksana awal
bersama-sama dengan PPDS senior. PPDS yunior berlatih melakukan anamnesis,
melakukan pemeriksaan fisis, berusaha menegakkan diagnosis kerja dan rnerancang
tindakan atau prosedur penclukung Iainnya dengan bimbingan PPDS senior dan
supervisi DPJP.
Oleh karena penanggungjawab pasien adalah PPDS senior maka keabsahan dokumen
medik merupakan tanggung jawab PPDS senior sehingga PPDS senior harus mengecek
dan memeriksa dengan teliti dokumen medik yang dikerjakan oleh PPDS yunior.
Beberapa tindakan medik umum dapat dilakukan oleh PPDS yunior dengan seijin
dan di bawah pengawasan DPJP. Bila diperlukan tindakan atau prosedur medik
spesialistik/subspesialistik pada pasien maka PPDS yunior dapat membantu PPDS
senior melakukan tindakan tersebut namun tanggung jawab tetap berada di tangan PPDS
senior. PPDS yunior diwajibkan mempelajari lebih dahulu teori atau standar prosedur
tindakan tersebut. Dalam hal memantau/follow up pasien PPDS yunior ikut memantau
sehari-hari bersama dengan PPDS senior dan menuliskannya di dokumen medik.
Pada waktu ronde SIC, DPJP atau CDC yang bertanggung jawabtetap PADS senior
namun PPDS yunior dapat ikut berdiskusi mengenai pasien terutama dalam bidang tugas
dan tanggung jawabnya.
Secara garis besar tugas dan tanggung jawab PPDS yunior dalam menatalaksana pasien rawat
inap adalah sebagai berikut:
Melengkapi pengisian formulir follow-up DPJP (Dokter Penanggung jawab Pasien),
Clinical Pathway, surat persetujuan tindakan medik, surat keterangan bahwa
8
pasien atau prang tua telah diberikan penjelasan oleh DPJP dan meminta tanda
tangan DPJP untuk melengkapi suratsurat tersebut.
Membuat resume medik yang lengkap dan surat kontrol pada saat memulangkan pasien
dan meminta tanda tangan DPJP.
Membuat dan mengisi dokumen medik.
Membuat anamnesis.
Melakukan pemeriksaan fisis rutin.
Menegakkan diagnosis kerja.
Merancang pemeriksaan penunjang.
Merancang pengobatan awal.
Membantu PPDS senior memantau/follow up pasien.
Membantu PPDS senior melakukan prosedur/tindakan diagnostik dan atau terapeutik.
PPDS senior
PPDS senior rnerupakan penanggung jawab pasien (ketua tim tingkat PPM) oleh karena itu
tujuan yang ingin dicapai PPDS senior pada kegiatan pelatihan keprofesian senior ialah
kompetensi (keterampilan) sebagai dokter spesialis anak.
Di samping itu PPDS senior telah selesai dan lulus dalam kegiatan pembelajaran tahap
yunior dan telah lulus dalam kegiatan akademik pada tahap madya. Oleh karena itu PPDS
senior telah mempunyai pengalannan yang cukup memadai dalam rnengelola pasien dalam arti
mempunyai keilmuan (knowledge) dan keterampilan keprofesian (professional competence)
yang diperlukan dalam pengelolaan pasien. Pada dasarnya PPDS senior bertanggungjawab
dalam tata laksana pasien yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis, menegakkan diagnosis,
melakukan tindakan terapeutik, rnerancang dan melakukan berbagai prosedur atau tindakan
lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis Iebih pasti, melaksanakan konsultasi, melakukan
pengawasan harian (follow up) dan menetapkan apakah pasien sudah dapat dipulangkan atau
dipindah-rawatkan.
Secara garis besar tugas dan tanggung jawab PPDS senior ialah sebagai berikut:
Bertanggung jawab atas terselenggaranya tata laksana pasien sesuai DPJP
Mem beritahu DPJP bila terjadi perubahan klinik pada pasien
Menganalisis hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien pada hari yang
sama,
untuk kennuclian dikomunikasikan kepada DPJP
Bertanggung jawab atas keabsahan dokumen medik
Mengisi daftar terapi harian dengan jelas dan lengkap
Melakukan konsultasi antar divisi atau antar departemen sesuai DPJP
Melakukan prosedur / tindakan diagnostik dan atau terapeutik atas seijin dan di bawah
pengawasan DPJP
Mengajukan pasien pada ronde, kasus sulit, kasus kematian, dan sitting round
Membuat surat pengantar kontrol ke poliklinik yang terkait atau ke dokter pengirim bila
pasien pulang
Membimbing dan bekerja sama dengan PPDS yunior dan madya
Memeriksa kelengkapan dokumen medik beserta formulir-formulir yang harus diisi dan
ditanda tangani oleh DPJP serta resume medik pasien pulang yang dikerjakan oleh PPDS
yunior.
PPDS Madya
Tugas utarna PPDS madya ialah pendalaman akademik yang ditempatkan selama masing-
masing 6 minggu secara rotasi di 15 subdisiplin IKA . Oleh karena itu PPDS madya tidak
secara langsung menata laksana pasien namun bertindak sebagai konsultan PPDS dalam
subdisiplin terkait sebagai salah satu cara melakukan pendalaman dalam bidang terkait yang
disupervisi dan dibimbing oleh SSD (staf divisi). PPDS madya menjadi penghubung a ntara
DPJP dan SSD dalam melakukan konsultasi antar divisi. Tindakan diagnostik atau
9
terapeutik dapat dilakukan PPDS madya bersama PPDS senior dengan seijin atau di bawah
pengawasan langsung DPJP
Secara garis besar tugas dan tanggung jawab PPM madya dalam kaitan dengan tata laksana
pasien rawat ialah
Mengkonfirmasi dan memberikan saran tata laksana atau tindakan sesuai subdisiplin
didalami pada pasien bersangkutan.
Bersama dengan PPDS senior yang merawat pasien melakukan prosedur/tindakan
spesialistik/subspesialistik.
Semua kegiatan dibimbing dan disupervisi secara langsung oleh staf divisi/DPJP.
Menjawab konsultasi dari departemen atau divisi lain dan mendiskusikannya dengan
SSD.
10
penilaian tumbuh kembang dan pendekatan pediatri sosial dan kegiatan pelatihan keprofesian
diluar jam kerja (tugas jaga) dilakukan di RS afiliasi / jejaring.
Dalam tata laksana pasien PPDS diwajibkan mengikuti semua jadwal dan prosedur
tetap (Protap) yang berlaku di RS afiliasi / jejaring; berbagai hal mengenai substansi
keilmuan didiskusikan bersama pembimbing setempat. PPDS berperan sebagai
penghubung antara RS afiliasi/ jejaring dan RS Pendidikan Utama mengenai berbagai hal
seperti diskusi tentang prosedur tetap (Protap), standard operating procedure (SOP),
kebijakan dan sebagainya. PPDS dapat mengusulkan suatu pertemuan bersama misalnya
pembicaraan kasus atau merencanakan suatu tindakan spesialistik bersama dan
sebagainya antara staf subdisiplin RS Utama dan staf IKA RS afiliasi jejaring.
Tata tertib sebeiunn, selama dan sesudah penugasan ialah sebagai berikut:
Mempersiapkan diri dan memahami petunjuk pelaksanaan (tugas dan kewajiban) di RS
afiliasi jejaring,
Melapor ke KPS/SPS untuk mendapatkan surat penugasan di RS afiliasi jejaring.
Melapor ke KSMF, bersama dengan KSMF melapor ke Direktur RS untuk mendapat
pengara ha n.
Memahami dan mematuhi tata tertib dan Protap yang berlaku di RS afiliasi jejaring.
Mernatuhi dan melaksanakan jadwal kegiatan yang sudah disusun.
Melakukan kegiatan dengan bimbingan langsung KSMF dan staf nya.
Penilai adalah KSMF dan staf hersama CDC dari RS Pendidikan Utanna.
Setelah selesai tugas melapor ke KSMF untuk mendapatkan surat selesai tugas.
PPDS yunior
PPDS yunior dapat juga membantu di klinik spesialis bila diperlukan,
1",
Proses pembelajaran akademik
Kegiatan akademik ialah kegiatan PPDS dengan tujuan menambah dan memperdalam
keilmuan (knowledge) dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak. Kegiatan akademik terdiri da
2 kelompok kegiatan yaitu kegiatan akademik modul dan kegiatan akademik non-modul.
Kegiatan akademik modul ialah paket kegiatan akademik yang membahas da
mendalami keilmuan cabang ilmu atau divisi tertentu, dan diselenggarakan oleh caban
ilmu atau divisi bersangkutan.
Yang termasuk kegiatan akademik modul ialah:
modul pengayaan
modul subdisiplin (13 divisi dalam Ilmu Kesehatan Anak)
Forma
t
Makalah, termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus diketik 2 spasi, huruf Arial
atau Times New Roman 12, pada kertas 14 HVS putih, 70-80 gram, ukuran 21,5 x 28
cm (kertas A4), dengan jarak dari tepi minimal 2,5 cm. Setiap halaman diberi nomor
secara berurutan dimulai dari halaman judul
sampai halaman terakhir. Halaman sampul, punggung halaman sampul, halaman judul, dan
halaman perngesahan menggunakan format baku (Iihat contoh).
Ortografi
Ortografi menyangkut segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem pengejaan dalam
suatu bahasa, misalnya penulisan kata, lambang bilangan, istilah asing, dan sebagainya.
Pedoman yang dipakai untuk penulisan makalah dalam bahasa Indonesia ialah Pedoman
umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan atau EYD; Pedoman umum
pembentukan istilah; dan Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, ketiga-tiganya
diterbitkan PN Balai Pustaka, Jakarta.
Kata dan istilah asing yang dieja sesuai dengan bahasa sumbernya dicetak miring, kecuali nama
dan merk dagang.
Singkatan kata atau istilah serta angka 2 untuk penanda ulangan kata tidak boleh dipakai.
Tanda baca harus digunakan secara cermat untuk menghindari salah pengertian
misalnya tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda
petik ("), tanda petik tunggal ('), tanda hubung (-), tanda pisah (--), tanda kurung (),
tanda garis miring (/). Petunjuk yang terperinci tentang pemakaian tanda baca dapat
dilihat dalam EYD.
Angka yang dipakai ialah angka Arab 0,1,2,3 dan seterusnya; dan angka Romawi
1,11,111 dan seterusnya.
Singkatan untuk menyatakan ukuran, timbangan dan kadar harus dipakai singkatan
baku.
Daftar pustaka menurut cara Vancouver
Pelaksanaan penelitian
Penelitian merupakan salah satu komponen kegiatan akademik yang diwajibkan bagi
PPDS sebagai suatu proses dalam penyusunan tesis. Pelaksanaan penelitian sudah harus
segera dimulai selambatlambatnya pada pertengahan tahap madya setelah PPDS selesai
menyusun proposal penelitian dan telah dinyatakan memenuhi syarat dan lulus ujian
proposal penelitian. Pelaksanaan 15 penelitian, analisis dan penulisan tesis
diharapkan sudah selesai selambat-Iambatnya pada awal tahap senior, sehingga ujian tesis
dapat dilaksanakan tepat waktu.
Tempat penelitian
Waktu penelitian
Tidak diberikan waktu khusus untuk melakukan penelitian, oleh karena itu sesuai dengan
materi penelitian, pelaksanaan penelitian dapat dikerjakan di antara waktu-waktu
pelatihan keprofesian dengan cara mengatur sendiri sehingga tugas pelayanan dan tugas
pelatihan tidak terlantar (kerjasama dengan PPDS lain). Bila memungkinkan dianjurkan
melakukan penelitian disesuaikan dengan rotasi kegiatan pelatihan keprofesian.
Bila pelaksanaan penelitian dilakukan di luar (di masyarakat) dapat dimintakan waktu
khusus untuk itu dengan mengkoordinasikan dengan Pengelola program studi.
Biaya penelitian
Pada dasarnya biaya penulisan proposal, penelitian dan penulisan tesis ditanggung oleh
PPDS sendiri. Oleh karena itu faktor mampu-laksana (feasibility) sangat penting dikaji
dalam penyusunan proposal. Pernbimbing dan Program Studi dapat rnembantu
mencarikan cara agar penelitian dapat dikerjakan dengan lancar.
Laporan jaga
Laporan jaga ialah kegiatan akademik melalui pembahasan kasus yang didapat sebagai
hasil tugas jaga. Kasus yang dilaporkan pada seminar ialah kasus yang datang di luar jam
kerja di Unit Gawat Darurat saat tugas jaga di UGD. Pembahasan ditujukan pada masalah
16
diagnostik dan tindakan yang dilakukan oleh PPDS pada waktu pasien datang di IGD.
Pembahasan lebih mendalam akan
dilaksanakan kemudian pada acara dan jadwal yang ditetapkan (misalnya diteruskan pada pada
forum sajian kasus sulit atau kasus kematian).
Laporan jaga bagi PPDS yang bertugas jaga di ruang-ruang perawatan dilakukan
lang,..ung kepada DPW/penanggung jawab unit bersangkutan,
Penilaian
Penilaian dilakukan oleh Supervisor yang bertindak sebagai moderator saat itu dan formulir
penilaian diserahkan ke pengelola laporan jaga.
Sajian kasus
Sajian kasus merupakan kegiatan akademik melalui penyajian dan pembahasan suatu
kasus di depan sidang ilmiah pleno. Sajian kasus dapat juga dipandang sebagai satu
kesatuan komprehensif pembelajaran keprofesian.
Tujuan
Mendalami substansi kasus.
Mendapatkan pengetahuan dan sikap dalam menyelesaikan kasus atau masalah.
Mendapatkan kemampuan menyajikan dan mendiskusikan makalah ilmiah di depan
forum ilmiah.
Merupakan wahana berlatih untuk penulisan makalah ilmiah.
Merupakan sumber informasi.
Latar belakang
Tumbuh kembang merupakan proses khas dan hakiki yang hanya terjadi pada masa
anak; yang membedakannya dari orang dewasa. Pemahaman dan penghayatan terhadap
proses ini harus dikuasai oleh seorang dokter spesialis anak yang dalam hal ini
merupakan salah satu pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kelangsungan
proses ini. Dengan kemampuan tersebut seorang DSA akan dapat memberikan arahan
terhadap pihak terkait agar anak dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
dengan potensi bawaan yang dimilikinya.
Seorang DSA diharapkan menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap serta
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi dalam memberikan pelayanan kesehatan
anak sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental
dan sosial dengan upaya peningkatan kesehatan anak, pencegahan, pengobatan,
habilitasi, rehabilitasi dan pemantauan Tumbuh kembang.
Seorang DSA diharapkan mennpunyai kemampuan mengidentifikasi, rnemecahkan,
mengambil keputusan dalam nnengatasi masalah kesehatan anak serta mampu
berkomunikasi interpersonal.
17
Dengan melakukan studi kasus longitudinal PPDS sebagai talon DSA diharapkan
mampu memahami dan menghayati proses tumbuh kembang anak secara lebih baik dan
mampu menangani anak dengan pendekatan holistik dan komprehensif.
Batasan
Studi kasus longitudinal ialah suatu studi jangka panjang dengan pendekatan holistik
dan komprehensif dalam menangani seorang anak dan ekosistemnya. Studi ini
dilaksanakan dengan cara pengarnatan dalam jangka waktu tertentu disertai intervensi
yang diperlukan terhadap proses tumbuh kembang seutuhnya seorang bayi/anak yang
pernah dirawat (baik rawat jalan maupun rawat inap) karena suatu penyakit/kelainan
yang berpotensi mengganggu proses tumbuh kembangnya.
Manfaat
Manfaat pemantauan berkala dan berkesinambungan ialah antara lain:
mengetahui cara memenuhi beberapa kebutuhan dasar anak (kesehatan, gizi, emosi
dan pendidikan).
mengetahui tumbuh kembang dan kesehatan anak untuk menjamin tumbuh kembang yang
seoptimal mungkin.
deteksi dini dan penatalaksanaan secepatnya pada keadaan sakit/kelainan.
masalah lain yang mungkin timbul (PPDS bertindak sebagai narasumber/ penasehat,
pembimbing dan motivator).
Manfaat catatan keluarga dan balita, kalender dan gambar program aktif ialah:
untuk mencatat data mengenai keluarga.
untuk mencatat data hasil pemeriksaan, pengamatan, identifikasi masalah bayi, balita, anak,
remaja, keluarga dan pemecahannya.
Tujuan umum
Mengembangkan kompetensi yang bermotivasi dan berkesadaran tinggi dalam mengatasi masalah
tumbuh kembang, kesehatan dan kesejahteraan anak secara integratif, holistik, dan komprehensif.
Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi dan memantau pertumbuhan fisis, dan perkembangan psikomotor,
psikososial, bahasa, intelektual, emosional, serta menatalaksana upaya pertumbuhan
dan perkembangan yang baik.
2. Mengidentifikasi, memantau dan melakukan intervensi lanjutan terhadap akibat
kelainan/penyakit yang menyebabkan anak berkunjung ke RS pertama kali (dampak
fisik dan non fisik yang ditemukan dan kaitannya dengan tumbuh kembang anak
selanjutnya termasuk koordinasi dengan keahlian atau profesi lain yang terkait).
3. Mengidentifikasi dan memantau kelainan pertumbuhan fisis maupun kelainan
perkembangan lainnya serta menatalaksana upaya penanggulangan dan
pencegahannya.
4. Mengidentifikasi, memantau, dan melakukan tata laksana terhadap morbiditas
(infeksi, noninfeksi, gangguan emosi dan kelainan tingkah laku) yang mungkin
terjadi selama pengamatan serta menatalaksana penanggulangannya.
5. Memberi penyuluhan dan motivasi kepada orangtua pasien tentang tumbuh kembang
anak serta pemenuhan kebutuhan anak agar proses tersebut berlangsung baik.
6. Memberi penyuluhan dan motivasi kepada anggota keluarga pasien, tetangga dan
pihak terkait laM (guru, teman, dan lain-lain) tentang penyakit/kelainan yang diderita
pasien dengan berbagai konsekuensinya.
18
7. Memberikan motivasi, memantau dan melakukan penyuluhan mengenai kesehatan pada
urnumnya termasuk mengenai keluarga berencana dan kependudukan.
8. Menjadi narasumber dan motivator dalam membantu pemecahan berbagai masalah yang
dihadapi keluarga pasien selama masa pengamatan.
9.Melakukan komunikasi interpersonal yang baik, sehingga rnampu melakukan
kerjasama yang balk dengan anggota keluarga dan para profesional/ahli untuk
memberikan pelayanan yang terbaik kepada anak dan keluarganya.
Metodologi
19
sosial untuk mendapat pengarahan mengenai aspek pediatri sosial secara garis besar dan
menentukan narasumber pediatri sosial yang terkait.
Jangka waktu pengamatan
Pasien subyek pengamatan dapat diambil pada akhir semester II hingga akhir semester Ill saat
PPDS menjalani unit yang merupakan waktu berpeluang terbesar untuk mendapatkan subyek.
Makin awal subyek diperoleh akan makin balk karena waktu pengamatan akan lebih panjang.
Jangka waktu pengamatan minimal 2 (dua) tahun. Interval pengamatan minimal 1 (satu) bulan
sekali untuk bayi dan 3 (tiga) bulan sekali untuk anak, tetapi hal ini tidak mengikat. Apabila dianggap
perlu maka interval kunjungan dapat lebih singkat sesuai dengan kebutuhan kasus.
Pembimbing
Semua staf pengajar yang berkualifikasi penilai dapat diminta untuk menjadi pembimbing
untuk seorang atau lebih PPDS sesuai dengan keperluan. Pembimbing ditetapkan dengan
surat tugas yang ditandatangani oleh Ketua Departemen IKA setelah disetujui oleh kepala
divisi yang bersangkutan.
Tugas pembimbing
Aktif memantau pelaksanaan pengamatan.
M emberi motivasi, bimbingan dan arahan s erta kalau perlu menegur untuk
perbaikan
pengamatan.
Melakukan kegiatan diskusi konsultasi terjadwal dengan pengamat tentang
pelaksanaan
pengamatan.
Melakukan evaluasi berkala, minimal tiap 3 (tiga) bulan.
Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pengamat tidak melapor untuk membahas basil
pengamatannya, pembimbing dapat secara aktif memanggil pengamat.
Menandatangani buku catatan khusus studi kasus longitudinal yang berisi resume hasil diskusi
dangan pembimbing.
Ikut melakukan kunjungan rumah jika dianggap perlu.
Menjadi salah satu anggota tim penilai pada saat sajian hasil pengamatan.
Pembimbing studi kasus longitudinal dapat dianalogikan dengan pembimbing tesis
yang
memerlukan dua aspek yaitu materi dan metodologi, sedangkan dalam hal ini dari aspek medis dan
tumbuh kembang.
Konsultan
Untuk studi kasus longitudinal ini ditentukan dua orang konsultan yaitu konsultan substansi dan
konsultan pediatri sosial.
Konsultan materi bertugas:
Mengkoordinir pemantauan tumbuh kembang kasus tersebut dalam hal substansi
atau materi kasus.
Sebagai konsultan dalam menentukan bidang ilmu lain yang terkait dengan
pemantauan kasus.
Konsultan tumbuh kembang pediatri sosial bertugas:
Mengkoordinir pemantauan tumbuh kembang kasus dengan divisi Tumbuh
KembangPediatri Sosial.
Sebagai konsultan pemantauan tumbuh kembang kasus dari segi pediatri sosial.
Narasumber
20
Nara sumber adalah seorang ahli di suatu bidang yang dimintai pendapat dan saran di
bidangnya. Untuk studi kasus longitudinal diperlukan narasumberl dari Divisi Tumbuh
Kembang Pediatri Sosial. Narasumber TK-PS memberi bimbingan dan arahan tentang
pengamatan tumbuh kembang serta
aspek pediatri sosial yang benar dan tepat. Narasumber TK-PS kaiak juga menjadi salah satu
anggota tim penilai pada saat sajian hasil studi kasus longitudinal.
Selain narasumber TK-PS, jika diperlukan dapat dimintai narasumber lain sesuai
dengan kasusnya. Narasumber lain tersebut dapat berasal dari departemen IKA atau dari
luar departemen IKA.
action poster
katender tumbuh kern bang bayi dan
anak grafik lingkar kepala
Denver II
kamera dan lain-lain
Menyusun tabel waktu (time table) pengamatan yang meliputi antara lain
jadwal:
kunjungan rumah pertama.
pertemuan rutin (di rumah pasien, di rumah sakit, atau ternpat lain).
pemeriksaan medis rutin (usia tulang, laboratorium, dan lain-lain).
imunisasi dan konsultasi gizi.
pemeriksaan skrining perkembangan (Denver [O.
observasi lingkungan pasien (mikro, mini, meso, makro).
penyuluhan kepada keluarga, masyarakat/tetangga, guru sekolah.
pertemuan dan diskusi dengan pembimbing medis.
pertemuan dan diskusi dengan narasumber tumbuh kembang/ narasumber lain.
Cara pengamatan
Di dalam keluarga terjadi interaksi antar anggota dan juga dengan lingkungan
fisikobiopsikososial di sekelilingnya sehingga yang diamati bukan hanya pasien
sebagai individu melainkan pasien dengan seluruh ekosistemnya, termasuk
keluarganya dengan berbagai masalah yang timbul dalam keluarga tersebut. Dengan
demikian kakak atau adik subyek utama pengamatan yang masih dalam proses tumbuh
kembang juga ikut dipantau tumbuh kembangnya walau tidak secermat subyek utama.
Dalam kunjungan pertama PPDS:
Menerangkan kepada orangtua pasien dan keluarganya bahwa dirinya mendapat
tugas dari Ketua Departemen IKA untuk melakukan pengamatan jangka panjang
terhadap pasien, sambil menyerahkan surat tugas.
Menerangkan konsep proses tumbuh kembang dan pernenuhan kebutuhan dasar
anak. Menerangkan potensi gangguan tumbuh kembang anaknya akibat penyakit/
kelainan yang dideritanya.
Mengumpulkan data dasar pasien dan keluarga.
Mengidentifikasi masalah pada subyek dan anggota keluarganya, baik dari sudut pandang
orangtuanya maupun dari sudut pandang pengamat.
Mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat berperan dalam pemecahan masalah tumbuh
kembang dan masalah lainnya.
kunjungan rumah beriktitnya PPDS melakukan:
Perneriksaan dan pencatatan data lumbuh kernhang paslen.
identifIkasi morblditas dan Intervensi yang diperlukan pada pasien dan keluarganya.
Dersarna oiongtua pasien melakukan !dent ifikasi masalah pasien dan masalah anggota
keluarga
lain serta alternatif pti mecahan masalah.
Dokumentasi (Foto, video) tentang pasien, keluarga, rumah dan Iingkungan sekitarnya.
Penyuluhan berkesinambungan terhadap keluarganya baik yang berhubungan dengan
masalah rnedls pasien, higiene pribadi dan kebersihan lingkungan maupun masalah
kesehatan lainnya.
Melakukan penyuluhan kepada tetangga pasien, atau guru pasien tentang penyakitikelainan
yang dialami pasien dan berbagai konsekuensinya (hila dianggap perlu).
Membicarakan rencana pengamatan lanjutan sesuai dengan tahel waktu yang telah disusun.
Tujuan
Pengajuan kasus sulit bertujuan untuk membahas diagnosis dan tatalaksana pasien yang tidak
da pat diselesaikan di unit rawat jalan atau rawat inap.
Penyaji
Untuk kasus rawat inap: penyaji adalah PPDS senior di unit bersangkutan.
Untuk kasus rawat jalan di poliklinik spesialis: penyaji adalah PPDS senior yang bekerja di
unit Poli-RRS.
Untuk pasien rawat jalan di poliklinik subspesiahis, penyaji adalah PPDS senior atau PPDS
madya di modul bersangkutan.
Moderator
Moderator penyajian kasus sulit adalah kepala divisi atau supervisor subdisiplin bersangkutan
untuk pasien rawat inap dan kepala poliklinik atau supervisor poliklinik yang bertugas hari itu
untuk pasien rawat jalan.
22
Salian kasus kematian
Penyajian kasus kematian adalah kegiatan akademik melalui pembahasan penyebab kematian
pasien forum ilmiah.
Tujuan
Membahas penyebab kematian pasien.
Menilai apakah tata laksana yang dilakukan telah memadai sesuai dengan standard
operating procedure (SOP).
Melatih PPDS untuk melakukan telaah kritis terhadap tata laksana pasien.
Sebagai umpan balik untuk perbaikan tatalaksana pasien yang meliputi diagnosis, pemeriksaan
penunjang, perawatan, terapi dan tindak lanjut.
Menerapkan ICD X pada kasus yang disajikan
Penyaji
Untuk pasien yang meninggal di IGD, penyaji adalah PPDS yang menata laksana pasien
tersebut di IGD.
Untuk pasien rawat inap, penyaji adalah PPDS senior yang bertugas di unit tersebut.
Untuk pasien yang meninggal tetapi belum sempat ditata laksana oleh PPDS senior atau madya
bersangkutan, maka penyaji adalah PPDS yang sedang tugas jaga.
Moderator
Moderator laporan jaga adalah supervisor in charge di unit bersangkutan.
Sekretaris
Sekretaris adalah adalah salah seorang PPDS senior dari unit
bersangkutan. Peserta
Laporan kasus kematian dihadiri oleh semua PPDS yang bekerja di unit tersebut,
supervisor in charge, wakil subdisiplin, chef d'clinic dan narasumber/pembicara ahli bila
diperlukan. Laporan jaga terbuka bagi staf atau PPDS di unit/modul lain yang berminat.
Tata cara
Persiapan
Pengelola kasus kematian mengumpulkan semua kasus yang meninggal di Departemen
Ilmu Kesehatan Anak untuk diinformasikan di depan forum.
Pengelola kasus kematian menetapkan kasus yang akan diajukan di masing-masing unit
dan menetapkan PPDS yang akan mengajukannya secara bergiliran.
PPDS senior dan PPDS yunior mempersiapkan kasus dengan membuat ringkasan kasus
dan permasalahannya dan melaporkannya kepada pengelola kasus kematian.
PPDS bersangkutan menghubungi supervisor in charge dan supervisor subdisiplin
/DPJP divisi terkait dan memberikan ringkasan kasus kematian minimal 1 (satu) hari
sebelumnya.
Penyajian dilakukan dengan transparansi atau media audiovisual lainnya.
Pelaksanaan
Penyajian kasus kematian dipimpin oleh moderator dan sekretaris.
PPDS bersangkutan menyajikan ringkasan kasus, sebab kematian, dan
permasalahannya.
Diskusi dimulai dengan meminta pertanyaan atau tanggapan dari PPDS dan dilanjutkan
dengan staf pengajar.
Supervisor subdisiplin / DPJP memberikan kiarifikasi mengenai hal-hal yang
didiskusikan.
Pada akhir diskusi ditentukan penyebab kematian sesuai dengan ketentuan di rekarn
medik.
Sebab kematian dituliskan di rekam medik oleh sekretaris sajian kasus kematian.
Jika penyebab kematian belum dapat diputuskan pada diskusi, maka penyajian kasus
dapat dilanjutkan pada waktu yang ditentukan kemudian dengan penyaji, moderator,
dan sekretaris yang sama.
Kuliah pasca-sarjana
Kuliah pasca-sarjana ialah kegiatan akademik melalui kuliah oleh pakar yang membahas
substansi ilmu tertentu.
Tujuan
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan staf dan PPM terutama dalam pengembangan ilmu
dan teknologi kedokteran.
Masukan untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian
departemen.
Masukan untuk peningkatan hubungan antar manusia a.I. dokter-pasien, dokter-perawat,
dan antar dokter
Masukan atau sumber informasi untuk kerjasama dengan institusi terkait balk nasional,
regional maupun internasional.
Penyaji
Sekretari
s
Salah seorang PPDS ditunjuk oleh koordinator
modul. Peserta
Pembacaan makalah dihadiri oleh semua PPDS madya di modul bersangkutan, Chef
d'clinic, supervisor in charge, narasumber atau pembicara ahli lain dapat diundang bila
diperlukan. Juga terbuka bagi Para staf dan peserta program di unit atau di modul lain
yang berminat.
Tata cara
Pembacaan makalah dilakukan secara bergiliran antara PPDS di modul masing-
masing. Pemberian judul dan jadwal penyajian dikoordinasi oleh pengelola modul.
Makalah yang dipilihkan untuk dibaca PPDS diberikan beberapa hari sebelumnya dan
ditulis pada papan pengumurnan pembacaan makalah agar diketahui oleh semua staf
dan semua PPDS.
PPDS mengajukan ringkasan makalah dengan memakai proyektor lembar bening atau
flipchart, kemudian diadakan diskusi bebas.
Eva luasi
Penilaian pembacaan makalah dilakukan dengan menggunakan formulir penilaian baku. Penilaian
mengenai substansi makalah terutama dilakukan oleh staf modul bersangkutan.
Di samping kegiatan akademik terjadwal terdapat berbagai kegiatan akademik yang tidak
terjadwal, seperti:
Pelaksanaan penelitian
Tugas baca (reading assignment)
Tugas tulis (written assignment)
Tugas observasi (observation assignment)
Diskusi kasus, topik, masalah, dan sebagainya
Konsultasi pasien
Brainstorming
Dan lain-lain.
71
Sertifikat Kelulusan Kegiatan Pelatihan Keprofesian
Setelah lulus pelatihan keprofesian dan menyelesaikan tugas non modul di tiap tahap,
PPM akan mendapatkan sertifikat per tahapnya yakni sertifikat tahap yunior, sertifikat
tahap madya, dan sertifikat tahap senior, Sertifikat kelulusan ditandatangani oleh Ketua
Departernen dan Ketua Program Studi, sertifkat kelulusan ini merupakan prasyarat untuk
mengikuti Evaluasi Nasional.
TUGAS JAGA
PPDS junior, madya dan senior secara terencana dan terjadwal ditugaskan bekerja di
Instalasi Gawat
Darurat (iGD) dengan maksud mendapat keterampilan menatalaksana pasien gawat dan atau
darurat.
Di samping itu ditugaskan pula di luar jam kerja sebagai dokter jaga di ruang-ruang rawat
inap dengan maksud memantau secara cermat perjalanan penyakit pasien rawat inap.
BUKU LOG
Satrap PPDS dilengkapi dengan buku log yang digunakan untuk mencatat setiap kegiatan
(baik kegiatan akademik, kegiatan pelatihan keprofesian, maupun kegiatan ko-dan ekstra
kurikular) segera setelah kegiatan tersebut dilakukan dan ditanda tangani oleh staf
terkait.
Kerahasiaan
Untuk menjaga kerahasiaan pasien, nama pasien tidak boleh ditulis, tetapi hanya inisial,
nomor dokumentasi medik, jenis kelarnin, umur, diagnosis, jenis tindakan dan lain -lain
yang dianggap perlu. 26
KEGIATAN KO-KURIKULAR DAN EKSTRA-KURIKULAR
Ketentuan umum
Bila meninggalkan tugas pada hari kerja di unit atau modul 20 % dari total jumlah hari
kerja, tidak perlu berturut-turut, maka unit atau modul tersebut dianggap belum
selesai, PPDS diharuskan mengulang penuh.
Total lama studi yang diperkenankan ialah n + n. n = 8 semester.
Setiap permohonan absen yang diajukan PPDS, pertama-tama harus diketahui dan
disetujui terlebih dahulu oleh supervisor atau penanggung jawab kegiatan (di unit
atau di modul) tempat PPDS bertugas saat itu.
Semua absensi PPDS di catat di buku log masing-masing untuk dilaporkan pada setiap
rapat eva luasi.
PPDS yang akan meninggalkan tugas kependidikan (cuti, absen, izin, dan lain-lain)
diharuskan :
Mematuhi peraturan akademik (tata tertib fakultas) untuk semua PPDS tanpa kecuali.
Mempertimbangkan peraturan cuti institusi pengirim sebgai berikut:
Peraturan cuti pegawai negeri sipil untuk PPDS yang berstatus pegawai negeri sipil.
Peraturan cuti BUMN/institusi pemerintah lainnya/institusi swasta untuk PPDS
yang berstatus pegawai BUMN/institusi pemerintah/swasta.
Peraturan cuti TNI dan POLRI untuk PPDS yang berstatus TNI dan POLRI.
PPDS yang meninggalkan tugas (absen), harus memenuhi ketentuan yang berlaku sesuai dengan
kategori cuti terbagi nnenjadi :
1. Cuti Tahunan
2. Cuti Akademik
3. Cuti Sakit
4. Cuti Bersalin
5. Cuti karena Alasan Penting
6. Cuti Lain-lain
I. Cuti Tahunan
1. Yang termasuk cuti tahunan adalah 27 cuti biasa, cuti nikah, cuti umrah.
2.Setiap peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang telah lulus ujian
proposal
berhak atas cuti tahunan.
3. Lamanya cuti tahunan adalah 10 (sepufuh) hari kerja (termasuk cuti bersama
pemerintah)
dan dapat dipecah (tidak diambil sekaligus) dengan jangka waktu minimal 3 (tiga) hari
kerja.
4.Cuti tahunan yang tidak diambil dalarn tahun yang bersangkutan, dapat diambil
dalam tahun berikutnya untuk paling lama 15 (lima belas) hari kerja termasuk cuti
tahunan dalam tahun
yang sedang berjalan
5.Cuti tahunan yang tidak diambil secara penuh dalam tahun yang bersangkutan, dapat
diambil
dalarn tahun berikutnya paling lama 15 (lima belas) hari kerja termasuk cuti tahunan
dalam
tahun yang sedang berjalan.
6.Oleh karena sesuatu hal sehingga cuti tahunan dijalankan melebihi 10 hari kerja,
maka
kelebihan hari akan diperhitungkan pada cuti tahun berikutnya
7.Peserta PPDS yang berhak atas cuti tahunan dan bermaksud akan mengambil cuti
tahunan
tersebut, harus mengajukan permintaan secara tertulis minimal 2 minggu
sebelum perputaran modul atau unit kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti melalui
saluran hirarki yang berlaku.
8.Cuti tahunan dihitung masa pendidikan dengan mengikuti aturan meninggalkan
modul dan
unit yang berlaku.
9.Cuti tahunan diberikan oleh Ketua Program Studi ilmu Kesehatan Anak (KPS) secara
tertulis.
28
9. Cuti akademik diperhitungkam dalam masa pendidikan
ill. Cuti Sakit
1. Setiap peserta PPDS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
2.Peserta PPDS yang sakit selama kurang dari 2 (dua) hari harus memberitahukan
secara tertulis atau lisan kepada Keyua Unit atau Modul yang sedang dijalankan
atau kepada Penanggung Jawab Rotasi Modul (bagi peserta PPDS yang telah
selesai modul).
3. Peserta PPDS yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14 (empat belas)
hari harus mengajukan permintaan cuti sakit secara tertulis kepada pejabat yang
berwenang
memberikan cuti melalui hirarki yang telah ditentukan dengan melampirkan surat keterangan
dokter, baik dokter pemerintah maupun dokter swasta.
4. Peserta PPDS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari harus mengajukan
permintaan cuti sakit secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti
melalui hirarki yang berlaku dengan melampirkan surat keterangan dokter pemerintah
maupun dokter swasta yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan RI. Cuti sakit tersebut
diberikan untuk paling lama 1 (satu) tahun apabila dipandang perlu berdasarkan surat
keterangan dokter pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan RI.
5. Peserta PPDS yang telah menderita sakit selama 1 (satu) tahun dan belum sembuh dari
penyakitnya, maka peserta PPDS tersebut dihentikan pendidikannya dengan hormat.
6. Untuk mendapatkan cuti sakit, kecuali cuti sakit yang waktunya tidak lebih dari 2 (dua) hari,
peserta PPDS yang bersangkutan harus mengajukan permintaan cuti sakit secara tertulis
kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti melalui jalur hirarki yang telah
ditentukan.
7. Cuti sakit diberikan oleh KPS secara tertulis.
I. Persyaratan akademik
Biaya pendidikan
Peserta program yang mengikuti pendidikan sejak terdaftar sampai selesai masa studi wajib
membayar biaya pendidikan sesuai dengan ketenttian Universitas tempat 1PIDSA berada
BAB VI
STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDJDIKAN
Pendahuluan
Ketenagaan perguruan tinggi terdiri atas pendidik/ dosen; dan tenaga kependidikan.
Dalarn
Standar Nasional Pendidikan Tinggi dikatakan standar pendidik dan tenaga
kependidikan merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi dan kompetensi pendidik
dan tenaga kependidikan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam rangka
pemenuhan capaian
pembelajaran lulusan.
Program spesialis merupakan pendidikan keahlian lanjutan yang dapat bertingkat dan
diperuntukkan
bagi lulusan program profesi yang telah berpengalaman sebagai profesional untuk
mengembangkan bakat dan kemampuannya menjadi spesialis. {UU no. 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi pasal 25)
Untuk menjamin kualitas pembelajaran, setiap IPDSA dalam pengelolaan pendidik dan tenaga
kependidikan wajib memiliki pedoman tertulis
1. Sistem Seleksi dan pengembangan
2. Monitoring dan evaluasi
Landasan hukum
1. Umum
1.1. Dosen adalah Pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni melalui pendidikan,penelitian dan pengabdian masyarakat (UU
RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen)
1.2. Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan
satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional (UU RI No.14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen Pasal 45)
1.3. Sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 diberikan
setelah memenuhi syarat sbb (VU RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 47):
1.3.1. Memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik pada perguruan tinggi sekurangkurangnya
2 tahun;
1.3.2. Memiliki jabatan akademik sekurang-kurangnya asisten ahli; dan
1.3.3. Lulus sertifikasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan
program pengadaan tenaga kependidikan pada perguruan tinggi yang
ditetapkan oleh pemerintah
1.4. Dosen tetap adalah dosen yang bekerja penuh waktu yang berstatus sebagai tenaga
pendidik tetap pada satuan pendidikan tinggi tertentu (PP No. 37 Tahun 2009 tentang
Dosen)
Dosen tetap merupakan dosen berstatus sebagai pendidik tetap pada 1
perguruan tinggi dan tidak menjadi pegawai tetap pada satuan kerja dan/atau
satuan pendidikan lain (Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang SNPT)
Dosen tetap dalam borang akreditasi Prodi kedokteran adalah dosen yang
diangkat dan ditempatkan sebagai tenaga tetap pada PT yang bersangkutan;
termasuk dosen penugasan Kopertis, dokter pendidik klinik di RS Pendidikan,
dan dosen yayasan pada PTS dalam bidang yang relevan dengan keahlian
bidang studinya. Seorang dosen hanya dapat menjadi dosen tetap pada satu PT
dan mempunyai penugasan kerja penuh waktu min. 12 sks/semester dan min. 36
jam*/minggu (BAN-PT : Buku III Borang Akreditasi PS Kedokteran)
*Permendikbud SNPT: 40 jam/minggu
1.5. Dosen tidak tetap adalah dosen yang bekerja paruh waktu yang berstatus
sebagai tenaga pendidik tidak tetap pada satuan pendidikan tersebut (UU
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen)
1.6. Dosen luar biasa adalah dosen yang bukan tenaga tetap pada perguruan tinggi yang
bersangkutan (PP No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi)
1.7. Untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan, IPDSA dapat memanfaatkan
tenaga pakar disiplin ilmu lain dalam proses dan pengembangan pendidikan.
(KKI 2006 Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis)
4
5. Mendukung dan memantau perkembangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap peserta
didik
Supervisor yang efektif mampu:
a.Melakukan kontrak pendidikan dengan peserta didik
b. Memahami kurkulum dalam aspek tahapan dan kewenangan peserta didik
c.Mengenali kekurangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap peserta didik dan
selanjutnya bersama peserta didik menetapkan target pembelajaran
d.Melakukan monitoring dan evaluasi secara terjadwal dan teratur
e. Melakukan pencatatan/dokumentasi perkembangan peserta didik 1.
Memanfaatkan portfolio/logbook peserta didik secara proporsional dan
mendorong peserta didik agar melengkapinya
g.Memberikan supervisi secara berkesinambungan/ berkelanjutan
h.Melakukan respons yang efisien dan efektif terhadap permasalahan pendidikan
peserta didik
i.Memahami peran dan tanggung jawab dirinya dalam kelancaran dan
berlangsungnya implementasi kurikulum
j.Memberikan asupan yang berarti pada setiap yudisium
Supervisor yang unggul mampu:
a. Mengikuti perjalanan pendidikan peserta didik
b. Menawarkan didi untuk berperan sebagai pembimbing akademik peserta didik
6. Meningkatkan kapasitas diri sebagai pendidik secara berkesinambungan
Supervisor yang efektif mampu:
a. Melakukan refleksi perannya sebagap suprvisor/ fasilitator, pendidik
b. Menindaklanjuti refleksi yang dilakukan Supervisor
yang unggul mampu:
a. Mencari umpan batik dari rekan kerja Iainnya
b. Menyadari kekurangan dan secara aktif mengikuti program/kursus peningkatan
kernampuan dalam kapasistas ebagai seorang pendidik
c. Menjadi sumber bagi rekan kerja yang lain dalam pendidikan kedokteran
Untuk menentukan standar kualitas dan kuantitas dosen IPDSA maka parameter yang
digunakan adalah sebagai berikut
6
1. Jumlah dosen tetap yang ditugaskan secara penuh waktu untuk menjalankan proses
pembelajaran pada setiap IPDSA paling sedikit fi (enam) orang. (wajib)
2. Jumlah guru besar aktif setiap IPDSA minimal 1 (satu) orang. (wajib)
3. Jumlah divisi pada IPDSA yang memiliki SpA Konsultan minimal 7 (tujuh) divisi.
(wajib)
4.Jumlah dosen tetap pada IPDSA paling sedikit 60% (enam puluh persen) dari jumlah
seluruh dosen.
5.Jumlah tenaga pendidik pada satu IPDSA minimal 14 (empatbelas) orang Dokter Spesialis
Anak yang masing-masing mendalami salah satu subdisiplin ilmu kesehatan anak
6.Rasio
6.1. Rasio dosen berpendidikan 53 terhadap jumlah dosen secara keseluruhan.
6.2. Rasio dosen bergelar konsultan terhadap jumlah dosen secara keseluruhan.
6.3. Rasio dosen dalam jabatan lektor kepala dan guru besar terhadap jumah dosen
secara keseluruhan
6.4. Rasio dosen tetap terhadap jumlah dosen secara keseluruhan.
6.5. Rasio dosen tidak tetap terhadap jumlah dosen secara keseluruhan. (standar<20%)
6.6. Rasio jumlah mahasiswa terhadap jumlah dosen secara keseluruhan (sangat balk
bila < 20%)
6.7. Jumlah pendidik dengan masa kerja > 10 tahun terhadap jumlah dosen secara
keseluruhan.
6.8. Jumlah dosen yang memiliki Sertifikat Pendidik terhadap jumlah dosen
secara
keseluruhan.
memiliki kualifikasi akademik paling rendah lulusan program diploma 3 (tiga) yang
dinyatakan dengan ijazah sesuai dengan kualifikasi tugas pokok dan fungsinya.
Tenaga kependidikan yang memerlukan keahlian khusus wajib memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan bidang tugas dan keahliannya.
7
BAB VII
STANDAR SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN
Fasilitas pendidikan
ialah berbagai fasilitas pendidikan dan pelatihan profesi dan akademik yang
digunakan oleh IPDSA. Fasilitas pendidikan terdiri atas RS Pendidikan Utama,
RS Afiliasi, RS Satelit dan Wahana pendidikan lain.
Ruang belajar adalah ruangan yang dipakai khusus untuk belajar seperti ruang
seminar, ruang kuliah, ruang diskusi, laboratorium, yang dilengkapi dengan fasilitas isi
ruangan, Internet dan audiovisual.
1
Ruang Konseling
Ruang konseling adalah ruangan yang dipakai untuk memberikan umpan batik
kepada peserta didik. Ruangan ini harus kondusif terhadap kerahasiaan.
Perpustaka
an
Perpustakaan yang memiliki koleksi buku ajar asli, atau buku elektronik asli,
jurnal nasional dan internasional, dan rekaman audiovisual (video) untuk
pembelajaran interaktif.
Jumlah judul buku ajar adalah 20 yang tersebar sesuai dengan disiplin keilmuan
yang relevan dengan kurikulum , buku ajar tersebut harus terbitan terkini.
Perpustakaan melanggan jurnal profesi nasional minimal 3 (tiga) termasuk Sari
Pediatri dan Pediatrica Indonesiana, dan jurnal profesi internasional minimal 3.
Langganan jurnal tersebut harus secara teratur minimal 3 tahun terakhir.
Rekaman audiovisual.
Perpustakaan memiliki iberianggananimemiliki akses rekaman audiovisual
tentang rnateri pembelajaran interaktif yang sesuai kurikulum.
Daftar Rujukan
Ilmu Kesehatan
Anak Buku ajar
1.Behrman R. Vaughan III, V.C. penyunting:, Nelson Textbook of Pediatrics, W.
B. Saunders Company, Philadelphia.
2.McMillan JA, De Angelis CD, Feign RD, Warshaw JB, penyunting:, Oski's
Pediatrics. Principles and Practice , Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia..
3. Campbell AGM, McIntosh N, penyunting:, Forfar and Arneil's Textbook of
Pediatrics, Churchill Livingstone, Edinburgh.
4. Green M, Haggerty RJ, Weitzman. Ambulatory Pediatrics, WB Saunders
Company, A Division of Harcourt Brase Company, Philadelphia.
5. Hasan R, Alatas H, penyunting, : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Bagian
Ilmu Kesehatan
Anak FKUI, Jakarta.
6. Markum AH, penyunting, Buku Teks Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta.
Jurnal
1. Pediatrics 2
2. Journal of Pediatrics
3. Archives of Diseases in Childhood
4. Paediatrica lndonesiana
5. Pediatric Clinic of North America
6. Journal of Pediatrics and Gynecology.
7. Pediatric Research
Materi dasar
Filsafat ilmu dan etika profesi
1. Arras, J Hunt, R: Ethical issues in modern medicine, Mayfield Publishing
Company.
2. Beerling, Kwee, Movij van Peursen: Pengaruh filsafat ilmu, PT Tiara Wacana.
3. Ellos, W.1: Ethical practice in clinical medicine, Rotledge.
4. Smith, R: Human sciences, Fontana Press
Metodologi
penelitian Umum
1. Campbell DT, Stanley JC. Experimental and quasi-experimental design for
research,
Chicago,
Rand.
2. Dawson B, Trapp RG. Basic & Clinical biostatics, Newark: Lange Medical
Publication.
3. Fletcher R, Fletcher S, Wagner EH. Clinical epidemiology- the essentials,
Baltimore: William & Wilkins.
4. Hulley SB, Cummings SR, Browner WS, Grady D, Hedarst N, Newman
TB. Designing clinical researchan epidemiologic approach.
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.
S. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis;,
Jakarta: Sagung Seto Khusus
1. Jadad A. Randomized clinical trials, London: BMJ Publ, 1998
2. Pedoman cara uji klinis yang baik (CUKB) di Indonesia, Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan
3. Pocock SL. Clinical trials A practical approach, Chechester: John Wiley
& Sons.
4. Sastroasmoro S. Petunjuk penulisan makalah ilmiah kedokteran. Jakarta:
Sagung Seto,
3
5. Schlesselman. Case control studies-design, conduct, analysis. New York:
Oxford University Press,
6. Sutton Al, Abrams KR, Jones DR, Sheldon TA, Song F. Methods for meta-
analysis in medical research. Cheshester: John Willey & Sons.
Biostatistik dan komputer statistik
1. Armitage P. Statistical methods in medical research. John Wiley & Sons New
York.
2. CDC. Descriptive statistics : Tables, Graphs and Charts, Atlanta.
3. CDC, Analytic statistics: rates, ratio & proportions, Atlanta.
4. Fleiss JL. Statistical methods for rates and proportions. John Wiley & Sons, New
York.
5. Hadi S Statistik, Yogyakarta.
6. Hill B. A Short texbook of medical statistics. ELBS London.
Biologi molekuler
1.Stryer. Biokimia Vol 1-3, EGC.
2.Lehninger. Biochemistry, New York : Worth.
3.Lodish et all. Molecular cell biology. Scientific American Books.
4.Marks & Smith, Biokimia kedokteran dasar, pendekatan klinis, EGC.
Farmakologi klinik
1. Hartman JG, Limbird LE, Gilman AG. Goodman and Gilman's The
Pharmacological basics of therapeutics, . McGraw Hill, New York.
2. Carruthers SG, Hoffman BB, Melmon KL, Nierenberg OW. Melmon and Morelle's
Clinical pharmacology, McGraw Hill, New York.
3. Speight TM, Holford NHG. Avery's drug treatment, Adis International,
Auckland.
4. Grahamme-Smith, Aronson JK. Oxfords textbook of clinical pharmacology.
5. Ivan H Stockley. Drug interactions,4 Pharmaceutical Press, Nottingham.
Genetika
klinik
Jorde LB, Carey JC, Bamshad MJ, White RL, Medical genetics, Mosby St
Louis.
Jurnal
1. Journal Clinical Endocrinology and Metabolism
2. Acta Endocrinology
3. Endocrinology
Gastroenterohepat
ologi Buku ajar
1.Walker-Smith JA, Hamilton IR, Wolfe WA. Practical pediatric
gastroenterology,
Butterworths, London.
2.Suharyono, Diare Akut, Lem baga Penerbit FEUI, Jakarta
3.Walker WA, Durie PR, Hamilton JR, Walker-Smith JA, Watkins JB.
Pediatric gastrointestinal disease. Pathophysiology, diagnosis,
management, Decker, Philadelphia.
4.Roy CC, Silverman A, Afagile D. Pediatric clinical gastroenterology, Mosby
St Louis.
5.Bishop W.P. Pediatric Practice Gastroenterology, Mc Graw Hill. New York.
6.Wylie RW, Hyams JS. Pediatric Gastrointestinal and Liver Disease.
Pathophysiology/Diagnosis/Management,Netherlands, Saunders Elsevier.
7.Frederick J Suchy. Liver disease in Children, Mosby, St Louis.
8.Al Zuckerman, HC Thomas. Viral hepatitis, Churchill Livingstone, Tokyo.
9.L Schiff, ER Schiff. Disease of the liver. JB Lippincott Company,
Philadelphia.
10. GC Farrell. Drug induced liver disease. Churchill Livingstone.
11. Yamada T. Handbook of Gastroenterology. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins.
12. Sleisenger MH, Fordtran 1S. Gastroenterology. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins.
13. Bauchier IAD, Allan RN, Hudgson HIF, Keighley MRB. Gastroenterology.
Clinical Science and Practice. London. W Saunders.
14. Frederick 1 Suchy. Liver disease in Children, Mosby, St Louis.
15. AJ Zuckerman, HC Thomas. Viral hepatitis, Churchill Livingstone, Tokyo.
16. L Schiff, ER Schiff. Disease of the liver. 1B Lippincott Company,
Philadelphia. 6
17. GC Farrell. Drug induced liver disease. Churchill Livingstone.
Jurnal
1.Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition.
2.Pediatric review
3.
Journal of Pediatrics
4. Pediatric Clinical of North
America
5. Gut
6. Gastroenterology
7. American Journal of
Gastroenterology
8. American Journal of Digestive
Diseases
9. Hepatology
10. Journal of hepatology
11. Seminar Liver Disease.
Gizi- Metabolik
Buku ajar
1. Lawrence RA: Breastfeeding. A
guide for medical profession,
Mosby St Louis.
2. Mc Laren DS, Burman D:
Textbook of pediatric nutrition,
Churchill, Livingstone,
Edinburgh.
3. Allegne, Hay, Pleon,
Stanfield and Whitehead:
Protein energy malnutrition,
The English Language Book
Society and Edward Arnold
Publishers.
4. Walker WA, Watkins 1B, editors,
Nutrition in pediatrics.
5. Somour PQ, Helm KK, Lang
CE, Editors. Handbook of
pediatric nutrition.
6. Quick look : Metabolism. Coffee
CJ
Jurnal
1. American Journal of
Clinical Nutrition
2. Journal of American
College of Nutrition
Buku ajar
1.Adams FH,
Emanouilides
GC: Moss' Heart
Disease in
Infants, Children
and Adolescents,
Williams &
Wilkins,
Baltimore.
2.Jordan SC, Scotto:
Heart disease in
paediatrics,
Butterworth,
London.
Kardiologi
3. Park, Myung K: Pediatric cardiology for practitioners. Year Book Medical
Publishers, Chicago.
4.Sastroasmoro, 5, Madyono B: Buku ajar kardiologi anak, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta,
5. Nadas AS, Flyer DC. Pediatric cardiology, WB Saunders Company.
Jurnal
1. Circulation
2. British Heart Journal.
3. Journal American College of Cardiology.
4. The Indonesian Journal of Pediatric Cardiology
Nefrologi
Buku ajar
1. Husein Alatas, Taralan Tambunan, Partini P. Trihono, Sudung 0. Pardede,
penyunting, Buku Ajar Nefrologi Anak, edisi ke-2, Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jakarta, 2002.
2. Kanwal K, Kher, Sudesh P. Makker, penyunting. Clinical Paediatric Nephrology.
McGraw-Hill Inc, New York, 1992.
3. Ellis D. Avner, William E. Harmon, Patrick Niaudet. Penyunting. Pediatric
Nephrology, edisi ke-5, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2004.
4. Chester M. Edelmann Jr, penyunting. Pediatric Kidney Disease, edisi ke-2, Little,
Brown and Company, Boston, 1992.
5. R.J. Postlethwaite, penyunting. Clinical Paediatric Nephrology, edisi ke-2,
Buttherworth Heinemann, Oxford, 1994.
6. Nicolas JA Webb, Robert J Postlethwaite, penyunting. Clinical Paediatric
Nephrology, edisi ke-3, Oxford University Press, Oxford, 2003.
7. Mann Chunn Chiu, Hui Kim Yap, penyunting. Practical Paediatric Nephrology,
edisi ke-1, Medcom Limited, Hong Kong, 2005.
8. Bernard Gauthier, Chester M, Edelmann Jr, Henry L Barnett, penyunting,
Nephrology and Urology for the Pediatrician. Little, Brown and Company, Boston,
1982.
9. Partini P. Trihono, Husein Alatas. Taralan Tambunan, Sudung 0. Pardede.
Konsensus tata laksana sindrom nefrotik idiopatik pada anak. Edisi ke-2, Unit
Kerja Koordinasi Nefrologi I katan8 Dokter Anak Indonesia, Jakarta, 2008.
1. Pediatric Nephrology. Journal of the International Pediatric Nephrology Association,
Springer.
2. Kidney International. Official Journal of the International Society of Nephrology
Neurologi
Buku ajar
1. Fenichel GM: Clinical pediatric neurology, WB Saunders Company, Philadelphia.
2. Menkes JJ: Textbook of child neurology, Lea & Farbiger, Philadelphia.
3. Swaiman KF, Wright FS: The Practice of pediatric neurology, Mosby, St Louis.
4. Volpe .11: Neurology of the newborn, WB Saunders Company, Philadelphia.
Jurnal
1. Pediatric Neurology
2. Developmental Medicine and Child Neurology
Buku ajar
1. Nichols DG. Roger's Textbook of Pediatric Intensive Care. Fourth edition.
Philadelphia: Lippincott Williams and Williams, 2008
2. Fuhrman BP, Zimmerman J. Pediatric Critical Care. Third Edition. Philadelphia:
Mosby Inc.
3. Irwin Richards S., Rippe James M. Intensive Care Medicine. 6th edition. Philadelphia:
Walnut Street, 2008.
4. Strange GR, Ahrens WR. Pediatric Emergency Medicine. Second Edition. Chicago: The
McGraw Hill Companies, 2002.
Buku ajar
1.Caffey's Pediatric Diagnostic Imaging (10th ed), volume 122 Jerald P Kuhn, Thomas L. Slovi, Jack 0
Mailer (eds). Mosby, Philadelphia, 2004.
2.Pediatric Sonography Marilyn J. Siegel (ed). Rawen Press, New York, 2002.
3.Tachdjian Pediatric Orthopedics, 2d ed Volume 1-4. WB Saunders, Philadelphia, 1990
4.Radiographic atlas of skeletal development of the hand and wrist. 2nd ed. William
Walter Greulich S. !dell Pyle Stanford University Press, Standford, California,
2007_
Jurnal
1. American Journal of Roentgenology
2. Journal of Pediatric Radiology
3. Radiology
Buku ajar
1. Felgin RD, Cherry JD,: Textbook of pediatric infectious diseases, Philadelphia: WB Saunders,
2, Krugman 5, Katz SI, Gerschon AA, Wilfert CM. Infectious diseases of children, St.
Louis: Mosby. 3. Manson-Bahr PEC, Bell DR. Manson's tropical diseases, London:
Bailliere Tindall,
7. Shulman, Phair, Sommers. The biologic & clinical basis of infectious diseases. Philadelphia: WB
Saunders.
8. Pizzo PA, Wilfart LM. Pediatric AIDS, Maryland : Williams & Wilkins.
Jurnal
1.The Pediatric Infectious Disease Journal.
2.Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health.
Neonatologi
Buku ajar
1.Avery ME, Fletcher BD: The Lung and its disorders in the newborn infant, WB
Saunders, Philadelphia.
2.Sarwono: Ilmu kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
3.Oski FA, Naiman JL: Hematologic problems in the newborn, WB Saunders,
Philadelphia. newborn, Lippincott, Philadelphia.
4.Barnhart SL, Czervinske MP.: Perinatal and pediatric respiratory care, WB Saunders
Company.
11
1. Freud, A: Normality and pathology in childhood: Assessment of development,
International University Press Inc., New York.
1. Human reproduction
Psikiatri anak
Buku ajar
Erikson, E.H.: Childhood and society, W.W. Norton & Co. Inc.
New York
3. Erikson, E.H.: Identity, youth and crisis, W.W. Norton & Co. Inc., New York.
4. Phillips, J.L. Jr.: The origin of intellect Piaget's theory. Bios State College,
W.H. Freeman & Co. San Fransisco.
5. Harrison, S. McDermott, J.F. Jr. : Childhood psychopathology, an onthology of basic
readings, International University Press Inc., New York.
6. Simons, J.E.: Psychiatric examination of children, Lea & Farbiger, Philadelphia.
7. AJFTA, H.A. Pireus, R. Bess, M.B. First, W. Davis. Diagnostic and statistical manual
of mental disorders. American Psychiatric Association, Washington DC.
8. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
9. Minuchin, S.: Family and family theraphy.
10. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia II dan III.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
11. McDermott, John F., Psychiatric treatment of the child.
12. Wiener, Jerry M., Textbook of child & adolescent psychiatry. American
Psychiatric Press.
13. Green Wayne, H., Child & adolescent clinical psychopharmacology. Williams
& Wilkins.
14. Garfinkel, Berry D, MD., et al., Psychiatric disorders in children & adolescents,
WB Saunders.
Jurnal
1. Child & Adolescent Psychiatric Journal.
Jurnal
1. Journal of Developmental and Behavioural Pediatrics.
2. Children in the lropics.
3. Child and Adolescent Development Progress Report 2000
4. Status of World Children (UNICEF)
5.International Child Health: A digest of current information. An international
pediatric association publication in collaboration with UNICEF and WHO.
Hematologi
Buku Ajar
13
1. Pediatric Hematology, 3th edition, 2006. Editor. Robert 1, Arced, Ian M. Hann,
Owen P. Smith A. Victor Hoffbrand.
2. Handbook of Pediatric Transfusion Medicine. 2004. Editor: Christopher D, Hillyer
MD, Ronald G, Strauss, MD, Naomi L.C. Luban.
3. Nathan and Oski's Hematology of Infancy and Childhood. th edition. 2009. Stuart H.
Orkin, David E. Fisher, A. Thomas Look, Samuel E. Lux IV, David Ginsburg, David
G. Nathan.
4 . P r i n c i p l e s a n d P r a c t i c e o f P e d i a t r i c O n c o l o g y. 5 t h e d i t i o n ,
2005. Editor : P hilip A. P izzo, D avid G. P oplack.
Jurnal
1. Blood.
2. British Journal of Hematology.
Respirologi
Buku Ajar
1.Buku Ajar Respirologi Anak. Penyunting: Nastiti N. Rahajoe, Bambang Supriyatno,
Darmawan B. Setyanto. Edisi Pertama. Badan Penerbit IDAI, Jakarta, 2008.
2.Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. Penyunting: Nastiti N. Rahajoe, Darfloes
Basir, Makmuri MS, Cissy B. Kartasasmita. Edisi Kedua Revisi. UKK Respirologi
PP IDAI, Jakarta, 2008.
3.Pedoman Nasional Asma Anak. Penyunting: Noenoeng Rahajoe, Bambang
Supriyatno, Darmawan B. Setyanto. Edisi Pertama. UKK Respirologi PP IDAI,
Jakarta, 2004.
4.Pediatric Respiratory Medicine. Penyunting: Lynn M. Tassig, Louis I. Landau. Edisi
Kedua. Mosby Elsevier, Philadelphia, 2008.
5.Respiratory Illness in Children. Peter D. Phelan, Anthony Olinsky, Colin F.
Robertson. Edisi Keempat. Blackwell Scientific Publication, Oxford, 1994.
6.Kendig's Disorders of the Respiratory Tract in Children. Victor Chernick, Thomas F.
Boat, Robert W. Willmott, Andrew Bush. Edisi Ketujuh. Saunders Elservier,
Philadelphia, 2006.
7.Textbook of Pediatric Asthma. An International Perspective. Penyunting:
Charles K. Naspitz, Stanley J. Szefler, David G. Tinkelrnan, John I Wamer.
Edisi Pertama. Martin Dunitz, London, 2001.
8.Childhood Asthma and Other Wheezing Disorder. Penyunting: Michael Silverman.
Edisi Kedua_ Arnold, London, 2002.
9.Tuberculosis in Children. Evolution, Epidemiology, Treatment, Prevention.
FJW Miller. Edisi Pertama. Churchill Livingstone, Edinburg, 1982.
10. Cough. Causes, Mechanism and Therapy. Penyunting: Kian F. Chung, John
G. Widdicombe, Homer A. Boushey. Edisi Pertama. Blackwell Publishing,
Oxford, 2003.
11. Tuberculosis in Children. Edith M. Lincoln, Edward M. Sewell. Edisi pertama.
McGraw-Hill Book Company Inc, London, 1963.
14
12. Evidence-Based Asthma Management. Penyuntung: Mark J. Fitzgerald, Pierre
Ernst, Louis P. Boulet, Paul M. O'Byrne. Edisi Pertama. BC Decker Inc,
London, 2000.
13. Respiratory Disease in Children. Diagnosis and Management. Loughlin GM,
Eigen H. Edisi Pertama. Williams & Wilkins, Baltimore, 1994.
14. Pulmonary Function Testing in Children. George Polgar.
Edisi Pertama. W8 Saunders Company, Philadelphia, 1977.
1. Pediatric Pulmonology
2. European Respiratory Journal
3. The Journal of Allergy and Clinical Immunology 4_ The
International Journal of Tuberculosis and Lung Disease
5. Paediatric Respiratory Reviews
6. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine
7. Chest
8. Thorax
Artikel
15
Bab \J sl
Pendahuluan
1
f. Mempersiapkan sarana dan prasarana proses pembelajaran peserta didik
g. Mempersiapkan program pengembangan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
h. Menyelenggarakan penerimaan peserta didik baru
i. Mentaati peraturan akademik Institusi pendidikan tempat IRDSA berada
j. Mentaati hospital by laws RS Pendidikan
k. Mempersiapkan akreditasi internal dan eksternal program studi I. Memiliki
RENSTRA program studi dengan disertai rencana anggaran tahunan
Tata pamong
Program studi pendidikan dokter spesialis anak diketuai oleh Ketua Program Studi (KPS) dan
Sekretaris Program Studi (SPS)
3
Calon peserta yang diterima dari seluruh pelamar
Kemajuan tahap pendidikan termasuk kegagatan/penundaan
Penghentian pendidikan
Penyelesaian pendidikan (talon wisudawan)
Daftar staf pengajar resmi
Daftar unit kerja yang digunakan di RS Pendidikan lengkap dengan staf pengajar
yang dipilih.
7. Menyusun rencana anggaran serta pertanggung-jawaban pelaksanaan anggaran pada
pimpinan fakultas kedokteran.
8, Melaksanakan tugas administrasi sehari-hari
%MIMI
CS. KP- Emoplurini
'FOS Nen S/SPI/Kauan
STIcrorta
rt
range/101a Kegiatan Akatiernuk Pompeii:Oa Pelartihan Keproteman
I
Tugas Jag".
RIC.Mar.
4
Pengurus Perwallan
Marian Tahap J.
malrsi
Slot 1__ M. Pngelola lEvutuesb
i - iletoul I__
Koil. Wel/ Eveluess
Tata pamong
Untuk melaksanakan kewajiban program studi tersebut, maka program studi wajib mempunyai
kepengurusan program studi yang terdiri dari pimpinan, anggota dan tenaga kependidikan.
Pirnpinan terdiri dari 1 (satu) orang Ketua Program 5tudi dan 1 (satu) rang
Sekretaris Program studi, dan setidak-tidaknya seorang anggota. Dalam melaksanakan
tugasnya program studi wajib mempunyai setidak-tidaknya satu tenaga kependidikan.
Pemilihan dan penetapan pengurus dan anggota program studi, serta tenaga kependidikan
dilakukan sesuai dengan statuta universitas IPDSA berada.
Tahap Perencanaan
Program studi harus mengadakan secara khusus rapat persiapan pembelajaran setidak-
tidaknya satu kali dalam setiap tahun akademik. Dalam rapat tersebut ditetapkan
1.Buku Rancangan Pembelajaran untuk peserta didik
2. Buku Pegangan Supervisor untuk supervisor
3.Ketentuan dan jadwal kegiatan akademik: seminar, presentasi kasus, joural reading,
referat, yudisium,
4.Ketentuan dan jadwal kegiatan profesional: rotasi modul, rotasi jaga, dll
Dalam penyelenggaraan kegiatan profesional maupun akademik program studi dokter spesialis
ilmu kesehatan anak, implementasi kurikulum IDAI dapat dilakukan melalui sistem modul, blok
atau istilah lainnya dengan penanggung jawab yang berasal dari tenaga pendidik. Dalam
implementasi kurikulum IDAI, program studi wajib memperhitungkan beban belajar peserta
didik.
Selain memperhatikan beban belajar peserta didik, program studi wajib memperhatikan beban
kerja tenaga pendidik dalam kapasitasnya sebagai supervisor akademik maupun klinik program
studi spesialis ilmu kesehatan anak.
5
Tempat pembelajaran peserta didik yang memerlukan supervisi:
1. Rawat inap.
Supervisi terhadap pelayanan pasien rawat inap dilakukan setiap hari melalui
ronde bangsal. Supervisi dapat dilakukan oleh tenaga pendidik maupun peserta
didik tahap mandiri atau peserta didik subspesialis (fellow) sesuai kewenangan
penyakit.
iumlah pasien rawat inap yang memadai untuk proses pembelajaran peserta
didik tahap pengayaan adalah minimal 5 (lima).
iumlah pasien rawat inap yang menjadi tanggung jawab supervisi peserta didik tahap
mandiri tidak melebihi 30 (tiga puluh).
2. Rawat jalan.
Supervisi terhadap pelayanan pasien rawat jalan dilakukan setiap hari poliklinik .
Supervisi dapat dilakukan oleh tenaga pendidik maupun peserta didik tahap mandiri
atau peserta didik subspesialis (fellow) sesuai kewenangan penyakit.
3. Instalasi Gawat Darurat
7
Realisasi aktivitas tenaga pendidik program studi spesialis ilmu kesehatan anak di RS
Pendidikan (Utarna, Afiliasi dan Satelit) dalam pendidikan setidak-tidaknya rnencapai
75% (tujuh puluh lima persen) terhadap jumlah aktivitas yang direncanakan.
Dokumentasi realisasi aktivitas pembelajaran wajib dilakukan program studi.
Supervisi klinik
Semua kegiatan pembelajaran profesi peserta didik harus disertai supervisi oleh
tenaga pendidik demi terjaminnya patient safety yang disesuaikan dengan tahap
pendidikan peserta didik. tahap pendidikannya.Semua pasien yang berada di rumah
sakit pendidikan menjadi tanggung jawab supervisor/tenaga pendidik/ dokter
penanggung jawab klinik
(DPJP).
Peran dan tanggung jawab peserta didik dalam pelayanan pasien disesuaikan dengan
tahap
pendidikan peserta didik, dan dijelaskan serta dimintakan izin kepada pasien yang
bersangkutan. Daftar penyakit/ situasi klinis yang memerlukan supervisi Iangsung dan
tidak Iangsung harus dimiliki setiap program studi.
6
c.Supervisor tidak berada di tempat kerja peserta didik, dan tidak
berada di Iingkungan rumah sakit tidak dapat hadir secara fisik
apabila dibutuhkan dan
tidak dapat dihubungi melalui media telekomunikasi. Supervisi masih
dapat dilakukan setelah tindakan diselesaikan.
BAB IX
Evaluasi Nasional
Evaluasi Nasional ialah uji kompetensi keprofesian tahap nasional yang diselenggarakan oleh KIKAI
secara terpusat.
Tujuan diselenggarakannya evaluasi nasional adalah untuk menjamin kesamaan mutu kompetensi
lulusan dan patient safety.
Evaluasi nasional dilakukan setelah peserta didik dinyatakan lulus dari IPDSA, dan memenuhi
syarat untuk mengikuti evaluasi nasional terpusat.
Lulus semua kegiatan akademik yang tertulis pada kurikulum yang berlaku .
Lulus semua tugas keprofesian dan prosedur klinik (WPBA , workplace-based assessment)
sesuai buku panduan kurikulum.
Nilai TOEFL > 500.
X Lulus Ujian MCQ Nasional terakhir (tiga bulan terakhir sebelum
ujian).
Lulus ujian tesis (karya tulis akhir).
Lulus ujian lokal dari IPDSA masing-masing.
Bagi peserta adaptasi, lulus semua proses adaptasi di IPDSA tempatadaptasi
Pendaftaran untuk mengikuti Evaluasi Nasional.
IPDSA mengirim daftar nama calon kandidat sesuai persyaratan kepada KIKAI .
KIKAI melakukan verifikasi persyaratan calon kandidat.
KIKAI menetapkan kandidat dan memberi informasi kepada IPDSA bahwa calon kandidat
layak mengikuti evaluasi nasional.
Waktu penyelenggaraan
Evaluasi nasional dilaksanakan terjadwal, minimal 4 kali setahun atau dua kali
persemester.
Biaya
Panitia Pelaksana Evaluasi Nasional adalah MICA! sebagai tim pelaksana pusat, dan IPDSA
tempat penyelenggara eyatuasi nasional sebagai tim pelaksana lokal.
Ujian OSCE
Ujian OSCE terdiri dari minimal 10 station.
Setiap station dilaksanakan minimal selama 7,5
rnenit.
Penilaian
3
Pemberian sebutan kelulusan mengikuti aturan
akademik yang beriaku dimasing masing IPDSA.
KETENTUAN:
1. Penguji mempunyai hak penuh memberikan
angka (nilai) dengan mengacupada kaidah-kaidah
evaluasi hasil pembelajaran (student
assesssment).
2. Tidak diberlakukan sistem bobot antar nilai
kasus pendek dan nilai kasus panjang.
3. Tidak diberlakukan sistem bobot antar penguji
2. Metodologi penelitian
1. Dasar-dasar penelitian
2. Etika penelitian
3. Sampel dan populasi+ Besar sampel
4. Usulan penelitian
5. Disain penelitian: overview (aneka desain, hipotesis)
6. Pengumpulan dan analisis data (statistik)
7. Penulisan hasil penelitian dan rujukan
B.1Basic Science in
Pediatrics B.1.1.
Biologi Molekuler 2
B.1.1.1. Genetika
Klinik
8.1.1.2. Farmakologi klinik pediatrik dan penggunaan obat yang rasional
B.2 Value Based Medicine
13.2.1. Evidence Based Medicine
B.2.2. Evidence Based Practice
D.1. Alergilmunologi
D.1.1.Imunologi dasar
D1.2. Dasar imunologi
D.1.3. Kompleks histokompatibilitas mayor
D.1.4. Imunomodulasi
D.1.5. Imunitas/Imunopatologi
-Reaksi hipersensitivitas
Imunologi penyakit virus/bakteri/parasit
Imunologi imunisasi
-Imunologi
malnutrisi -Penyakit
autoimun
Imunologi tumor
Imunologi transpiantasi
D.1.6. Imunologi klinik
-Anafilaksis
Urtikaria
-Edema angioneurotik
Dermatitits alergika
-Sinusitis
paranasalis
Asma bronkial dan batuk kronik
-Konjungtivitis vernalis
-Alergi obat
-Alergi makanan
-Sindrom Stevens-Johnson
Nekrolisis epidermal toksik
Penyakit defisiensi imun
Artritis reumatoid juvenilia
-Lupus eritematosis sistemik
-Purpura Henoch-Schonlein
-Acquired immune deficiency syndrome (AIDS)
-Sengatan serangga
D.2. Endokrinologi
D.2.1. Pengetahuan dasar endokrin
0.2.1.1. Prinsip umum transport, efek biokimia, dan kontrol kerja hormon
D.2.1.2. Prinsip umum biologi molekular
D.2.1.3. Prinsip-prinsip pemeriksaan pertumbuhan
D.2.1.4 Dasar immunologi-endokrinologi dengan penekanan pada autoimmun
0.2.1.5. Embriologi sistem endokrin
D.2.2. Pankreas
Diabetes Mellitus
Klasifikasi
Patogenesis
Komplikasi akut dan kronis
Tatalaksana
Hiperinsulinisme
Hipoglikemia
Hiperglikemia D.2.3. Tiroid
Hipotiroid
Kongenital
Didapat
Hipertroid
Nodul tiroid
Kanker tiroid
Goiter
0.2.4. Tulang, Kalsium, dan Paratiroid
Rickets ..
Vitamin D dan kalsium
Osteoporosis
Paratiroid
Hipoparatiroid / pseudohipoparatiroid
Hiperparatiroid D.2.5.
Hipotalamus dan Hipofisis
Perawakan pendek
o Defisiensi GH
o Sindrom Turner
o Sindrom dengan perawakan pendek/ displasia
Perawakan tinggi
o Akromegali
o Sindrom dengan perawakan tinggi
Penyakit Cushing
Proiaktinoma
Adenoma
Hipopituitari
Diabetes Insipidus
SIADH
Cerebral salt wasting
D.2.6. Adrenal
Hiperplasia adrenal kongenital
Hipoplasia adrenal kongenital
Hiperaldosteron
Sindrom Cushing
Adrenal Insufficiency
Adrenal insidentaloma
D.2.7. Gonad
DSD
Kegagalan ovarium/ testikular
Pubertas prekoks
Pubertas terlambat
PCOS
4
D.2.8. Obesitas
Klasifikasi
diagnosis
Skrining penyakit penyerta
Tatalaksana
Sindrom Metabolik 'D.2.9.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan antropometri, status pubertas
Usia tulang
Biologi molekular
Uji stimulasi GH D.2.10.
Kedaruratan Endokrin
Ketoasidosis diabetic
Krisis Adrenal
Hipoglikemia
Hiperglikemia
Gangguan elektrolit
D.2.11. Lain-lain
Tumor MEN (Multiple Endocrine Neoplasia)
Tumor Endokrin lain 3.
Gastroenterohepatologi
J Disfagia
m Anoreksia
Muntah
Refluks gastroesofagus
Muntah menetap
- Muntah bedah
0 Diare
- Diare akut
Sindrom diare kronik
Malabsorpsi dan intoleransi kronik
Terapi nutrisi enteral
Alergi makanan
Perawatan pasca bedah intestinal Perdarahan
saluran cerna
- Perdarahan saluran cerna sederhana
- Perdarahan saluran cerna yang sulit
Kembung
- Kembung non bedah
- Kembung bedah
- Enterokolitis nekrotikans
CI Konstipasi
Konstipasi akibat pengaruh makanan
Konstipasi akibat kelainan bawaan
Konstipasi akibat infeksi
Konstipasi akibat obat
5
L1 Sakit perut
- Sakit perut akut
- Sakit perut berulang
- Sakit perut bedah
Gangguan tumbuh kembang akibat penyakit saluran cerna
- Masukan kalori yang tidak adekuat
- Malabsorpsi dan kehilangan kalori terlalu banyak
- Diare kronik
- Gangguan fungsi limfatik saluran cerna
Keracunan makanan
Keracunan
Keracunan makanan
makanan oleh
oleh bahan kimia
bakteri
makanan
tercemar Keracunan
jamur makanan
beracun olehberacun
Keracunan bahan dalam bahan
makanan
makanan yang
oleh bahan
makanan yang beracun
Keracunan bahan makanan yang mengandung atau tercemar logam berat
Kolestasis
- Kolestasis intrahepatik pada bayi dan anak
Infeksi
Sepsis
Tirosinemia
Hepatitis kronik
Tumor hati
- Hepatoblastoma
- Karsinoma hepatoseluler
Kelainan hati akibat obat
Parasetamol
Sitostatika
Tuberkulostatik
Antikonvulsan
Penyakit hati metabolik
Gangguan metabolisme
karbohidrat Gangguan
metabolisme protein Gangguan
metabolisme lemak Gangguan
metabolik lain
Defisiensi alfa1
antitripsin Penyakit
Wilson
Sirosis hepatis clan hipertensi
porta Sirosis hati
Hipertensi porta karena sirosis
Hipertensi porta karena kelainan ekstrahepatik
Asites refrakter karena sirosis hati Gagal
hati fulminan
Penyakit sistemik yang berpengaruh pada hati
Gagal jantung kanan
Septikemi
aLeukemia
Tumor yang bermetastasis
Tuberkulosis milier ke hati
Malnutrisi berat
Transplantasi hati
4. Hematologi-Onkologi
Transfusi tukar
Dampak individual dan sosial kernikterus
Diagnosis
I=1 Thalassernia
Patogenesis thalassemia alfa dan beta
Pewarisan thalassemia alfa dan beta
Epidemiologi thalassemia di
Indonesia
Diagnosis
Tata laksana penderita thalassernia beta
Konsultasi genetika.
Pengendalian thalassernia
beta 0 Hemoglobinopatia lain
Macam-macam hemoglobinopatia
Penurunan penyakit thalassemia HbE secara genetik
Diagnosis thalassemia HbE. El idiopathic
Thrombocytapenic Purpura (ITP)
Definisi ITP akut dan
kronis Etiologi ITP
Patogenesis tram bositopenia, termasuk ITP
Diagnosis ITP berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorium
Tata laksana ITP sesuai dengan tingkat penyakit
Komplikasi dan tats laksananya
Indikasi splenektomi
Amegokaryorytic Thrornbopenic Purpura (ATP),
Definisi
Diagnosis ATP berdasarkan gejala Minis dan laboratorium
Tata laksana
Trombopatia
Definisi
Tata laksana
Ill Leukemia
Definisi
Etiologi dan epidemiologi
Patogenesis gejala-gejala leukemia
Klasifikasi leukemia
Diagnosis
Pengobatan penunjang suportif
Rujukan
Macam-macam regimen pengobatan leukemia
Pengobatan atas petunjuk rujukan
Komplikasi dan pengobatannya
Konsultasi dampak
Preparat apus darah tepi leukemia
Aspirasi sumsum tulang.
L1 Tumor ganas padat
Jenis tumor ganas padat
Epidemiologi
Diagnosis berdasar gejala klinis dan laboratorium
Rujukan pada saat yang tepat
Kerjasama dengan disiplin ilmu lain yang terkait
- Penyuluhan masalah penyakit kepada orang tua
Transplantasi sumsum tulang
Indikasi
Rujukan atas petunjuk
konsultasi Transfusi darah
Indikasi transfusi darah
Penetapan dosis dan macam transfusi darah
Tata laksana transfusi darah yang tepat
Pencegahan dan penanganan terhadap penyakit yang timbul
5. Gizi - Metabolik
LatE.r belakang teori gizi klinik
Obesitas
6. Kardiologi
Koarktasio aorta
Tetralogi Fallot
Atresia trikuspid
Transposisi arteria besar
Anomali drainase vena pulmonalis
Double outlet right ventricle
Dekstrokardia
miokarditis
perikarditis dan efusi perikardium
penyakit Kawasaki
- penyakit Takayasu
Non-infeksi
Kelainan kardiovaskuler pada glomerulonefritis
Kelainan kardiovaskuler pada hipertensi
Kelainan kardiovaskuler pada gangguan elektrolit dan asam
basa
Kelainan kardiovaskuler pada kelainan hematologik
Kelainan kardiovaskuler pada penyakit metabolik dan endokrin
Kardiomiopati
Henti jantung
7. Nefrologi
Hipoplasia ginjal
Uropati kongenital
Obstruksi hubungan ureteropelvik
Obstruksi hubungan uretero vesiko
Duplikasi ureter
Refluks vesikoureter
Katup uretra posterior
Ureterokel
Sindrom Prune Belly
Glomerulopati
Sindrom nefrotik
- Sindrom nefrotik kongenital
Sindrom nefrotik responsif
steroid
Sindrom nefrotik non responsif steroid
Glomerulonefritis
Glomerulonefritis akut
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus
(GNA-PS)
Glomeruionefritia akut lain (GNA non PS)
Glomerulonefritis kronik
Glomerulonefritis progresif
cepat Kelainan ginjal pada penyakit
sistemik
Nefritis lupus
Sindrom hemolitik
uremik Henoch
Schonlein purpura
Nefropati diabetikum
Nefropati IgA
Sindrom Alport
Tubulopati
Asidosis tubular renal
Sindrom Fanconi
- Batu vesika
- Batu ginjal
lntoksikasi jengkol
Nefritis
intersisialis
Enuresis
Inkontinensia urin
Kandung kemih neurogenik
8. Neurologi
Gangguan perkembangan umum
Kelemahan
13
Kejang
Malformasi kongenital
lnfeksi prenatal
Penyakit metabolik dan degeneratif
Penyakit neurokutan
P e n ya k i t n eu ro mu s k ul e r
6 Tumo r s us un an s a ra f
11 Trau ma la h ir pa da
ne on a tu s
6 infeksi susunan saraf dan komplikasinya
Trauma kepala dan tulang belakang
Penyakit serebrovaskuler
Ensefalopati
Ll Gangguan perkembangan khusus
6 Attention Deficit Disorders (ADD) dan gangguan
otonorn.
Triase
Kedaruratan pernafasan
Kedaruratan kardiovaskuler
Kedaruratan SSP
Kedaruratan cairan dan elektrolit
Kedaruratan urogenital
Kedaruratan gastrointestinal
Keracunan
Ilmu Kesehatan Anak Intensif (Intensive Care
Pediatrics)
Pengelolaan pasca resusitasi
Resusitasi otak
Kegawatan pernafasan
Kegawatan kardiovaskuler
Kegawatan SSP
Kegawatan ginjal
elektrolit
Kegawatan endokrin
Kegawatan metabolik
- Kegawatan hematologik
14
Patogenesis penyakit infeksi
Imunologi penyakit infeksi
Respons metabolik pejamu terhadap infeksi
Demam: patogenesis dan pengobatan
Demam tanpa kausa jelas (fever of unknown origin)
Isolasi
Pemakaian antibiotik di bidang pediatrik
CI Infeksi parasit
Helmintiasis
Ankilostomias
is Askariasis
Oksiuriasis
Trikuriasis
Taeniasis solium
Taeniasis saginata
Malaria
Amubiasis
Giardiasis
Toksoplasmosis E
Infeksi jamur
Kandidiasis
Histoplasmosis
0 Infeksi bakteri
Difteri
Disentri basil
Pertusis
Tetanus
Demam tifoid
Salmonelosis
Streptokokus grup A
Stafilokokus
Sepsis
- Leptospirosis
0 Infeksi virus
Campak
Dengue
Poliomieliti
s
Rubela
Parotitis epidemika
Varisela-zoster
Eksenthema tubisum
Epstein Barr virus
Herpes
Rabies
Chikungunya
Influenza
HIV
Ensefalitis Japanese B
Sitomegalovirus
Lain-lain
Infeksi nosokomial
Gigitan War
Sengatan/gigitan serangga
Keracunan
Imunisasi 11.
Neonatologi
15
Penyakit-penyakit yang sering ditemukan pada neonatus
- Asfiksia neonatorum
Infeksi pada neonatus
Trauma lahir
Penyakit yang berhubungan dengan prematuritas dan kekurangan gizi
i Gejala dan keadaan yang penting pada neonatus
Sindrom
lkterus gawat napas
neonatorum
Anemia dan perdarahan Kejang
pada neonatus Muntah, diare,
hipotermi, letargi, tidak mau
mengisap
Berat badan tidak mau naik CI
Perawatan neonatus
Masalah kesehatan perinatal di masyarakat (BBLR, prematuritas, infeksi, asfiksia,
kejang, ikterus,
diare, cacat bawaan, rujukan)
12. Respirologi
Kelainan pulmonologi pada usia muda
Kelainan paru dan saiuran napas yang sering ditemukan di usia muda
Atresia koana
Paresis pita
suara
Trakeomalasia
Emfisema lobaris kongenital
Tumor paru
Fistel trakeoesofagus
Fistel arteriovenosa pada paru
Limfangiektasis
paru Sekuestrasi
paru
Sindrom Wilson Mikity
Displasia bronkopulmoner
Tumor mediastinum
Eventrasio diafragma
Osteogenesis imperfekta
Penyakit membran hialin
Sindrom aspirasi
Pneumomediastinum dan pneumotoraks
Perdarahan paru.
Udem paru
Asma
Epidemiologi dan natural history
Patogenesis dan mekanisme dasar
- Maturasi pasca lahir fungsi imun dan inflamasi
Faktor genetik
- Faktor prernaturitas
Remodelling dan inflannasi
- Hiperreaktivitas bronkial
Masalah pertunnbuhan dan pubertas
Faktor risiko terjadinya asma pada anak
Hubungan infeksi virus dan infeksi bakteri terhadap timbulnya dan
perjalanan asma pada
anak
Faktor psikologik pada asma anak
Alergen indoor, outdoor dan alergi makanan
Faktor penyakit saluran nafas atas terhadap asma anak
Gambaran klinik asma anak
Mengi dan batuk kronik pada bayi dan anak
Serangan asma
Kualifikasi asma
Exercise-induced asthma hubungannya dengan kegiatan olahraga
Sindrom klinik tidak biasa dan pengaruh asma pada penyakit-penyakit lain
Penilaian dan tatalaksana asma pada anak
Penilaian dan tatalaksana asma pada bayi. anak dan remaja
Uji fungsi paru, uji provokasi dan uji reversibilitas
Tatalaksana farmakologik asma pada bayi dan anak
Aerosol, obat inhalasi dan cara pemberiannya
Tatalaksana asma pada anak sekolah
Tatalaksana serangan akut berat
Tatalaksana asma kronik pada anak
Prediksi dan prevensi pada asma anak
Penyuluhan dan pendidikan pada anak, orang tua, petugas kesehatan dan lain-lain
Batuk kronik dan atau berulang (BKB)
BKB oleh karena hiperreaktivitas bronkial
BKB oleh karena bukan hiperreaktivitas bronkial
Fibrosis kistik
Bronkiektasis
Abses paru
Refluks
gastroesofagus
Infeksi respiratorik
Infeksi respiratorik akut
Infeksi respiratorik akut bagian atas
Rinitis. rinofaringitis, tonsilitis, tonsilofaringitis. rinotonsilofaringitis
Sinusitis
Otitis media akuta
Epiglotitis
Sindrom croup (laringitis, trakeitis, laringotrakeobronkitis)
Infeksi respiratorik akut bagian bawah
17
Bronkitis akut
Bronkiolitis
akut
Pneumonia.
Infeksi respiratorik kronik
Bronkiektasis
- Pneumonia kronik
Tuberkulosis
Epidemiologi
Patogenesis
Gambaran klinis
- Tuberkulosis paru
Tuberkulosis ekstra paru
Mikobakteriosis
Prosedur
diagnostik uji
tuberkulin uji
serologik
PCR
mikrobiologik
histopatologik
radiologik - pencitraan
Tatalaksana
Tatalaksana farmakologik pada
tuberkulosis anak
Aspek kepatuhan dan DOTS
Komplikasi
Prognosis
Aspirasi hidrokarbon
Asbestosis, bisinosis, pneumokoniosis
Akibat keganasan pada saluran napas
saluran napas
Near drowning
Neonatus
Rontgen toraks
Penyakit hialin membran
Sindrom aspirasi mekonium
Pneumotoraks
Pneumomediastinum
Hernia diafragmatika
Hipoplasia/agenesis paru
Emfisema lobaris kongenital
Displasia bronkopulmoner
Ultrasonografi
Para lisis
Rontgen diafragma
abdomen
Enterokolitis nekrotikans
Morbus Hirschsprung. 18
Atresia
esofagus Atresia
ani
Atresia duodeni
Atresia jejunum
Atresia ileum
Mekonium
peritonitis
- Pilorik hipertropi stenosis
I] Ultrasonografi dan CT scan
Ginjal dan saluran kemih
Hati dan sistem biller
Masa intraabdomen
Pilorik hipertrofi stenosis
0 Rontgen kepala
Kraniostenosis
Displasia -
Tumor
Infeksi
0 Ultrasonografi dan CT scan
Kelainan kongenital
Hidrosefalus
Mikrosefali
Perdarahan otak
B Rontgen tulang
Displasia
Fraktur
Kelainan kongenital: CTEV, dll El
Babygram (foto seluruh tubuh dalam 1 film)
D Rontgen toraks
Tuberkulosis paru
Kelainan kongenital
Udem paru
Asma bronkial
Pneumotoraks
Pneumomediastinum
Hernia diafragmatika
Paralisis diafragma
Aspirasi pneumonia
Pneumatokel
Bula
Bronkopneumonia
Bronkiolitis
Bronkiektasis
EI Ultrasonografi dan CT scan
Efusi pleura -
Emplema
Paralisis diafragma -
Tumor Fl Rontgen
Abdomen
Morbus Hirschsprung
Ileus
Peritonitis
Perforasi
Apendisitis kronik
19
Intususepsi
Batu ginjal - ureter
Massa tumor intra/retroperitoneal
Hati dan sistem bilier
Cairan bebas intraperitoneal
Ultrasonografi dan CT scan
Pilorus stenosis hipertrofi (hanya USG
saja) Masa tumor retro/intraperitoneal
Intususepsi
Apendisitis
kronik
Batu ginjal, saluran kemih, empedu
Kelainan
kongenital
Genitalia interna
Testis kriptorkismus
Rontgen kepala
TORCH
Trauma kapitis
Tumor
Displasia
Kelainan kongenital
- lnfeksi
Ultrasonografi
Hidrosefalus dan CT scan
Mikrosefali
Tumor
Fraktur
Rontgen tulang
Displasia
- Fraktur
- Tumor/keganas an
Bone survey (pada penyakit tertentu)
Bone age (umur tulang)
Metabolisme:
Osteoporosis
Osteopenia
Keluarga berencana
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan:
- Pemantauan pertumbuhan anak dengan growth chart
- Pemantauan perkembangan anak dengan Denver II
Perkembangan bayi 0-1 tahun
Perkembangan anaki 1-3 tahun
Perkembangan anak 3-6 tahun
Perkembangan anak 6-12 tahun
Perkembangan anak 12-18 tahun
Pemantauan tumbuh kembang bayi prematur
Stimulasi
Pijat bayi
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
- Perkembangan otak dan retardasi mental
- Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
Upaya peningkatan kualitas anak
0 Behavioural and psychological
disorders Deteksi dini berbagai
gangguan perilaku
Adversity inteligence and emotional inteligence
Mengenal kasus-kasus psikiatri
ESituasi kesehatan anak di Indonesia
EKonvensi hak-hak anak, UU kesejahteraan anak, UU perlindungan
anak Anak dalam situasi sulit dan perlindungan anak
CI Deteksi
Aplikasidini
bukudanKIA,
penanganan perlakuan
KPSP, KPSPAP, salah
PSC,
CHAT, CBCL
Pengaruh media pada perkembangan anak
Tempat penitipan anak dan baby sitter
Berbagai aspek anak cacat
Penanganan anak cacat
Farmakoterapi pada gangguan tumbuh kembang
Masalah-masalah sosial
Adopsi
Foster care
Child care
Separation & death
Impact of violence
Vaksin, imunisasi dan pernantauan KIPI
Prosedur pediatrik
Di bawah ini merupakan daftar berbagai prosedur pediatrik yang harus dikerjakan
sendiri oleh PPDS
atau yang dilihat (ikut membantu) sebagai anggota tim, sesuai dengan kornpetensi
yang telah di-
teta pka n.
Uji
Uji kulit terhadap alergen
Uji provokasi bronkial
21
Uji provokasi makanan
Uji provokasi obat
Uji kulit tipe lam bat
Uji aspirasi duodenum
UP a ktivitas tripsin
Uji hidrogen napas
Uji PABA
Uji pema ntauan refluks gastroesofagus
Uji xilosa
Uji fungsi lambung
Uji enteropati hilang protein
Uji fungsi paru
Uji keringat
Uji motilitas saluran cerna
Endoskopi
Panendoskopi
Kolonoskopi
Skieroterapi
Endoskopi ligasi
skleroterapi Bronkoskopi
Biopsi
Percutaneous
Biopsi kulit
Biopsi otot
Biopsi hati
Biopsi ginja I
Biopsi pleura
Via endoskopi
Biopsi saluran cerna
Biopsi saluran respiratorik
Pungsi
Pungsi aspirasi supra pubik
Pungsi sumsum tulang
Pungsi lumbal
Pungsi servikal
Pungsi asites
Pungsi pleura
Pungsi aspirasi paru
Pungsi aspirasi kelenjar dengan jarum
halus
Parasentesis
Subdural tap 22
Dialisis peritoneal
Hemodialisis
Rekam elektrik
Ekokardiografi
Elektrokardiografi
Elektromiografi
Elektroensefalografi
Brain Evoked Radio Audiometry (BERA)
Kateterisasi
Kateterisasi jantung
Kateterisasi kandung kemih
Endotracheal tube
Kateterisasi umbilikus
Broncho Alveolar Lavage (BAL)
Gastric lavage
Ventilasi mekanik
Ventilatory set up
Conventional ventilator
CPAP
Prosedur Lain
Resusitasi
Transfusi tukar
Insertion of chest tube,
WSD (Water Sealed Drainage)
Continuous Suction
Nebulisasi/inhalasi
NRP certified
PALS certified
Breast feeding course
Vaksinasi
li Vaksinasin BCG (intrakutan)
0 Vaksinasi intramuskuler
Subcutaneous injection
Mantoux test
Bed side blood glucose test.
23
Mater! Pembelajaran Profesi (Tata laksana
kasus) Maten Pembelaja ran Profesi terbagi atas
Kompetensi dasar
dan
o sikap yang diperlukandasar seorang dokter spesialis anak adalah pengetahuan,
ketrampilan diperlukan untuk mendeteksi, memahami dan
rnenindaklanjutikebutuhan
status sehat yang mendasar dan masalah sakit yang paling sering dijumpai agar anak
usia 0-18tahun dapat tumbuh kembang optimal.
o Kompetensi dasar dokter spesialis anak adalah kemampuan tatalaksana penyakit
pediatrik yang sering dijumpai, termasuk tingkat kemampuan 4 pada dokter umum,
dan yang tidak termasuk kompetensi lanjutan dokter spesialis anak.
oTatalaksana spesialistik dokter spesialis anak adalah tatalaksana penyakit anak usia 0-18
tahun yang harus dicapai pada akhir pendidikan dokter spesialis anak. Tatalaksana
spesialistik dokter spesialis anak merupakan tatalaksana pelayanan kesehatan anak
dengan tingkat kemampuan 4 (mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas) SKDI 2012, yang dalam implementasinya tetap memperhatikan
kemungkinan rujukan ke tingkat subspesialisasi atau spesialis lainnya.
o Tata laksana dokter spesialis anak dalam kompetensi ilmu kesehatan anak (dasar maupun
lanjutan) adalah tata laksana pelayanan kesehatan komprehensif (promotif,preventif,
diagnosis, terapi dan rehabilitasi) yang senantiasa memperhatikan tahapan tumbuh
kembang dengan aspek biopsikososial dalam implementasi pelayanan balk dalam
ketrampilan maupun interpretasi hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang dan terapi maupun rehabilitasi.
Kompetensi lanjut
o Kompetensi lanjut dokter spesialis anak adalah kemampuan mendiagnosis, melakukan
penatalaksanaan awal, dan merujuk penyakit yang jarang ditemukan untuk selanjutnya
dirujuk ke sub-spesialis anak dan atau disiplin keilmuan lainnya. Tatalaksana spesialistik
dokter spesialis anak pada kompetensi lanjut dapat berupa tingkat kemampuan knows atau
tingkat kemampuan knows how atau tingkat kemampuan shows how untuk kompetensi
lanjutan
1-3
5-70
Diabetes melitus tipe 1
Gangguan pubertas(premature telarche, premature pubarche, ginekomastia)
1 Alergi Imunologi
2 Endokrinologi
5-20
5-10
24
No Bidang Keilmuan Rata rata Pencapaian Selama
Penyakit
Pendidikan per angkatan
Lulusan
Gangguan pertumbuhan 7-15
(perawakan pendek,
perawakan tinggi}
Tata laksana 5-10
kegawatdaruratan
Endokrin
(Hipoglikemia,
hiperglikemia,
ketoasidosis, krisis
3 ERIA - tiroid,
Syok krisis adrenal) 5-10
Gangguan keseimbangan 5-10
asam basa dan elektrolit
4 Gastrohepatologi Diare 10-20
Gangguan motilitas 10-20
saluran cerna
(muntah, konstipasi,
nyeri perut,
Kolestasis
kembung) 1-5
Hepatitis A, B, C 5-10
25
Na Bidang Keilmuan Rata rata Pencapaian Selama
Penyakit
26
Tabel 3.2. Tabel kompetensi dasar Prosedural
1-3
Gastrohepatologi
t
13 Radiologi
No Bidang Keilmuan Tabel 3.3. Tabel kompetensi lanjut tata Rata rata
laksan 27 Pencapaian
Penyakit
Alergi Imunologi
1-3
5 Hematologi
Endokrinologi
Nefrologi
Gagal ginjal 5-10
Epilepsi
5-10
1-3
12 5-10
28
Rata rata Pencapaian
Mang Keilmuan Penyakit Selama Pendidikan per
angkatan Lukusan
13 Radiologi
14 Respirologi
29
BAB V
STANDAR PENILAIAN PEMBELAJARAN
Tujuan evaluasi hasik belajar adalah untuk mengetahui apakah PPDS telah
nnencapai kemampuan akademik profesional (professional performance)
sesuai dengan kurikulum pendidikan. Secara artifisial kemampuan
profesional tersebut dapat dipilah-pilah dalam ranah sebagai berikut:
P - pengetahuan
(knowledge) K -
keterampilan (skill) S -
sikap (attitude)
Evaluasi sela ma masa pendidikan dilaksanakan secara bertahap, berkala dan
berkesinambungan. Evaluasi hasil belajar bersifat formatif dan sumatif .
Evaluasi formatif untuk mennberikan umpan balik kepada PPDS agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan balk. Evaluasi sumatif untuk menentukan
kelulusan setiap tahap pendidikan.
Ketentuan Umum
Standar penilaian pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang
penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa dalam rangka pemenuhan
capaian pembelajaran lulusan. Penilaian proses dan hasil belajar peserta
didik mencakup:
1. Prinsip penilaian: mencakup prinsip edukatif, otentik, objektif,
akuntabel, dan transparan yang dilakukan secara terintegrasi.
a. Prinsip edukatif merupakan penilaian yang memotivasi peserta
didik agar mampu:
i. memperbaiki perencanaan dan cara belajar; dan
ii. meraih capaian pembelajaran lulusan.
b. Prinsip otentik merupakan penilaian yang didasarkan pada standar
yang disepakati antara tenaga pendidik dan peserta didik serta
bebas dari pengaruh subjektivitas penilai dan yang dinilai.
c. Prinsip akuntabel merupakan penilaian yang dilaksanakan sesuai
dengan prosedur dan kriteria yang jelas, disepakati pada awal
kuliah, dan dipahami oleh peserta didik.
d. Prinsip transparan merupakan penilaian yang prosedur dan hasil
penilaiannya dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan.
2. Teknik dan instrumen penilaian: Teknik penilaian terdiri atas observasi,
partisipasi, unjuk kerja, tes tertulis, tes lisan, dan angket. Instrumen
penilaian terdiri atas penilaian proses dalam bentuk rubrik dani atau
penifaian hasil dalam bentuk
portofolio atau karya Penilaian sikap dapat menggunakan teknik penilaian
observasi. Penilaian penguasaan pengetahuan, keterampilan umum, dan
keterampilan khusus dilakukan dengan memilih satu atau kombinasi dari
berbagi teknik dan instrumen penilaian yang a da. Hasil
akhir penilaian merupakan integrasi antara berbagai teknik dan instrumen
penilaian yang digunakan.
3. Mekanisme dan prosedur penilaian: Mekanisme penilaian terdiri atas:
a.menyusun, menyampaikan, menyepakati tahap, teknik, instrumen, kriteria,
indikator, dan bobot penilaian antara penilai dan yang dinilai sesuai
dengan rencana pembelajaran;
b.melaksanakan proses penilaian sesuai dengan tahap, teknik, instrumen,
kriteria, indikator, dan bobot penilaian yang memuat prinsip penilaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20;
c.memberikan umpan balik dan kesempatan untuk mempertanyakan hash
penilaian kepada mahasiswa; dan
d.mendokumentasikan penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa secara
akuntabel dan transparan.
e.melaksanakan proses penilaian sesuai dengan tahap, teknik, instrumen,
kriteria, indikator, dan bobot penilaian yang memuat prinsip penilaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20;
f.memberikan umpan balik dan kesempatan untuk mempertanyakan hash
penilaian kepada mahasiswa; dan
g.mendokumentasikan penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa secara
akuntabel dan transparan.
Prosedur penilaian mencakup tahap perencanaan, kegiatan pemberian
tugas atau soal, observasi kinerja, pengembalian hasil observasi, dan
pemberian nilai akhir. Prosedur penilaian pada tahap perencanaan dapat
dilakukan rnelalui penilaian bertahap dan/atau penilaian ulang.
4. Pelaksanaan penilaian: Pelaksanaan penilaian dilakukan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang dapat dilakukan oleh:
a.dosen pengampu atau tim dosen pengampu;
b.dosen pengampu atau tim dosen pengampu dengan mengikutsertakan
mahasiswa; dan/atau
c.dosen pengampu atau tim dosen pengampu dengan mengikutsertakan
pemangku kepentingan yang relevan.
Pelaksanaan untuk program pendidikan oter spesialis anak KIKAI wajib
menyertakan tim penilai eksternal dari perguruan tinggi yang berbeda.
5. Pelaporan penilaian: Pelaporan penilaian berupa kualifikasi keberhasilan
peserta didik dalam menempuh suatu mata kuliah dan evaluasi nasional yang
dinyatakan dalam kisaran huruf dan angka. Hasil penilaian diurnumkan
kepada peserta didik setelah satu tahap pembelajaran diselesaikan
(pengayaan/junior, magang/ madya, mandiri/ senior) sesuai dengan rencana
pembelajaran. Hasil penilaian capaian pembelajaran Iulusan di tiap semester
dinyatakan dengan indeks prestasi semester (IPS). Hasil penilaian capaian
pembelajaran lulusan pada akhir program studi dinyatakan dengan indeks
prestasi kumulatif (IPK).
Kelulusan mahasiswa dari program pendidikan dokter spesialis anak, dapat
diberikan predikat memuaskan, sangat memuaskan, dan pujian dengan kriteria:
a.Peserta didik dinyatakan lulus dengan predikat mernuaskan apabila mencapai
indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,00 (tiga koma nol nol) sampai dengan
3,50 (tiga koma lima nol);
b.mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat sangat mernuaskan apabila
mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,51(tiga koma lima satu)
sampai dengan 3,75 (tiga koma
tujuh lima); atau
2
c. mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat pujian apabila mencapai
indeks prestasi kumulatif (IPK) lebih dari 3,75 (tiga koma tujuh lima).
Mahasiswa yang dinyatakan lulus berhak memperoleh:
a. ijazah/ sertifikat profesi: Sertifikat profesi diterbitkan oleh perguruan
tinggi bersama dengan Kementerian, Kementerian lain, Lembaqa
Pemerintah Non Kementerian, dan/a tau orqanisasi profesi.
b. Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh perguruan tinqqi bekerja sama
dengan organisasi profesi, lembaqa pelatihan, atau lembaqa
sertifikasi vanq terakreditasi.
3
Waktu Pelaksanaan Ujian
Ujian masing-masing tahap dilaksanakan minimal 2 kali,1 kali formatif dan 1 kali
sumatif. Pelaksanaan ujian Profesi
Dilaksanakan di setiap rotasi modul/ divisi/ pembelajaran minimal 2 kali dengan
menggunakan sminimal 2 borang WPBA
KOMPETENSI
PENJELASAN:
n Yang dimaksud pelatihan keprofesian ialah menatalaksana kasus,
melakukan
prosedur pediatrik dan tindakan keadaan darurat.
n Metalalaksana dan atau ikut menatalaksana kasus minimal tersebut, harus
didukung
oleh pengetahuan/ilmu (knowledge & intellectual skills).
n Jumlah dan jenis minimal pelatihan keprofesian tersebut didapat selama
masa
pendidikan (> 8
semester).
n Jumlah dah jenis minimal
tersebut didapat di semua
lahan jaringan pendidikan (tidak
hanya di RS Pendidikan Utama), 4
n Jenjang kompetensi (kemahiran) yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan akhir
Sp1
(dokter spesialis anak).
label 5.1. Contoh pemetaan kasus minimal subdisiplin NEFROLOGI
Jumlah kasus
Jenis kasus Keterangan
minimal
Kelainan kongenital ginjal &
8
saluran kemih
Sindrom Nefrotik
Responsif steroid 10
Non responsif steroid 10
GNA 10
GNK 8
GNPC 1
NL 3
SHU 1
HSP 1
Tubulopati 3
Hipertensi 20
ISK Simpleks 10
ISK Kompleks 10
BSK 3
Intoksikasi jengkol 1
GGA 3
GGK 7
Tumor Wilms 1
Gangguan pola berkemih 3
Prosedur pediatrik dan tindakan keadaan darurat tersebut dilatihkan dalam bentuk:
melihat (membantu pelaksanaannya) bagi PPDS junior; termasuk mempelajari dasar-
dasar interpretasi prosedur pediatrik tersebut.
mengerjakan sendiri bagi PPDS senior dan chief resident, termasuk mampu
menginterpretasi hasil prosedur pediatrik tersebut.
Pelaksanaan prosedur pediatrik dan tindakan keadaan darurat dikerjakan sesuai
dengan tempat kegiatan pelatihan keprofesian (di unit pada waktu jam kerja, pada
waktu tugas jaga; atau selama bekerja di Rumah sakit Mitra bagi chief resident.
Pelaksanaan kegiatan di bimbing langsung oleh supervisor terkait. Selesai setiap
pelaksanaan kegiatan tersebut harus di catat di buku log dan di paraf oleh
supervisor. Jenis dan jumlah prosedur pediatrik minimal yang harus dikerjakan
PPDS selama proses pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan merupakan
prasyarat untuk menempuh Evaluasi Nasional (diuraikan dalam lampiran tersendiri
sebagal suplemen buku panduan ini).
Di bawah ini dapat dilihat contoh jenis dan jumlah prosedur pediatrik minimal yang
harus dikrjakan PPDS selama proses pendidikan dari satu subdisiplin. (label 5.2).
Urinalisis skill)
20 -
Proteinuria
20 -
kuantitatif
Klirens Lire= -
20
& krcdtiilm
Kateterisasi
kandung - 5 Untuk sarnpel urin anak usia < 2th
kemih aspirasi
Pungsi
- 5
suprapubik
- Minimal 2 kasus dengan simulasi, bila
Biopsi ginjal 3
kasusnya ada mengerjakan pada 1 kasus
Diarisis - Ikut mengerjakan pada 1 kasus. Bila
peritone 1 tidak ada kasus dilakukan simulasi
Mengikuti 2 pasien dari awal s/d akhir
proses
Hemodialisis 2 hemodialisis,kemudian membual laporan
Kerja sarna dengan Sub Bagian Ginjal
Bagi
Tabel 5.3. Contoh pemetaan jenis dan jumlah prosedur pediatrik minimal
yang harus dikerjakan PPDS dari satu subdisiplin (radiologi)
USG skill)
5 -
abdomen/Urinary
tract
Radio/ogi
abdomen/Urinary Bila tdk ada kasus,
tract 4 - diberikan simulasi
- ply 4 - dengan latihan
- MSU 4 - interpre
- DMSA 2 - tasi pada 2 kasus.
- DTPA 2 Bila ada kasus
konsulen dari luar
RSCM, PPDS
diikut dilibatkan.
PENJELASAN:
Melihat/mengerjakan prosedur radiologi & pencitraan tersebut harus disertai
kemampuan menginterprretasi (knowledge & intellectual skills).
Jenis dan jumlah prosedur radiologi & pencitraan tersebut disesuaikan dengan
jenis dan jumlah minimal dari subdisiplin radiologi & pencitraan
Tabel 5-4. Contoh pemetaan tindakan keadaan darurat
Me
Tindakan keadaan darurat Melihat Mengerjakan
__________________________(inteletual skill) Keterangan
Mengatasi syok hipovolemik 5 -
Mengatasi syok septik 4 -
Mengatasi perdarahan sal 4 -
cerna
Mengatasi kejang - 5
Memberikan terapi oksigen - 20
Mengatasi akut abdomen 4 -
label 5.5. Angka, nilai mutu, markah dan interpretasinya pada sistem penilaian
Angka Nilai Mutu Markah
85-100 4,00 A
80-84 3,70 A-
75-79 3,30 B+
70-74 3,00 B
65-69 2,70 B-
60-64 2,30 C+
55-59 2,00 C
50-54 1,70 C-
40-49 1,00 D
<40 0,00 E
Tahap yunior
4 unit dan 12 divisi
Nilai Pengetahuan (P) -Formatif (F) kurang : skor 1
Nilai Keterampilan (K) 4Sumatif (5) kurang : skor 2
Tahap
madya MKK
:13 divisi
(Mang Ujian : skor 1
Ulang Modul : skor 3
Tahap senior:
Unit Infeksi, Non-Infeksi, Perinatologi, TK-Pedsos, Poli-RRS Rumah sakit
mitra/jejaring (2)
skor masing-masing unit skor 3
8
Tanda peringatan
Sebagai umpan balik untuk PPDS dan untuk pengambilan keputusan
diberikan tanda
peringatan dalam bentuk sebutan:
Kartu hijau
Kartu kuning
Kartu merah
Penetapan tanda peringatan ialah dengan memperhitungkan skor kumulatif PK dan
kategori penilaian Sikap (Performance academic).
Tanda peringatan untuk Pengetahuan (P) dan
Tahap yunior
Unit I, NI, PGD, Perinatologi skor total 12
Skor kumulatif P dan atau K : skor 0-2
tidak mendapat kartu peringatan
: skor 3-6 kartu hijau
: skor 7-9 kartu kuning.
: skor 10 atau skor K sebesar 6 kartu merah
Tahap madya
Modul MKK (13 divisi)
Skor kumulatif P dan atau K : skor 0-5 tidak
mendapat kartu peringatan
: skor 6-8 kartu hijau
: skor 9-11 kartu kuning
: skor ?. 12 kartu merah
Tahap senior
Unit I, NI, PGD, Peri, TK-PS, Poli-RRS, RSM ( 2 RSM) skor total 24
Skor kumulatif P dan atau K : skor 0-2 tidak
mendapat kartu peringatan
: skor 3-8 kartu hijau
: skor 9-16 kartu
kuning. : skor17-
24kartu merah
Tanda peringatan untuk Sikap (5)
9
Berlaku untuk semua modul dan unit di semua tahap
(semua PPDS): Kartu hijau bila:
mendapat TB-R 1-3 X
Kartu kuning bila:
mendapat TB-R 4-7 X
mendapat TB-S 1X
Kartu merah bila:
mendapat TB- >8X
mendapat TB-R >2X
mendapatS 1X
TB-B
Ketentuan umum
Skoring dan tanda peringatan ditetapkan setiap rapat evaluasi (3 bulan).
Bila dalam satu tahap skor P dan K tidakrnencapai skor untuk (Comment [All:
menghentikan pendidikan ma ka skor tersebut dihapuskan; pada tahap
berikutnya PPDS tersebut mendapat skor P dan K kern bal i 0 (nol).
Tanda peringatan kartu hijau dan kartu kuning akan dibawa terus selama
masa pendidikan.
Pada tahap pengayaan (P1 + P2) :
- untuk P dan K tidak berlaku kartu kumulatif, hanya dipakai SATU
KARTU saja dan diambil kartu yang paling berat.
Selama masa pendidikan:
untuk P dan K mendapat 4 kartu hijau sama dengan mendapat 1
kartu kuning. untuk S mendapat 2 kartu hijau sama dengan
mendapat 1 kartu kuning Untuk P, K dan S mendapat 2 kartu
kuning sama dengan mendapat
1 kartu merah.
Keputusan
Ta hap pengayaan
Masing-masing untuk kelompok 1 dan kelompok 2, bila mendapat:
skor 1 (tidak lulus 1 2 topik)
mengulang ujian topik yang tidak lulus, boleh mengikuti kegiatan
semester berikutnya.
bila mengulang ujian masih ada yang tidak lulus, mengulang kembali
semua kegiatan topik yang tidak lulus, skor menjadi 2.
bila mengulang yang kedua masih ada yang tidak lulus, skor menjadi 3,
dihentikan pendidikannya.
skor 2 (tidak lulus 3 4 topik)
- mengulang semua kegiatan topik yang tidak lulus, tidak boleh
mengikuti semester
berikutnya.
- bila mengulang masih ada yang tidak lulus, skor menjadi 3,
dihentikan pendidikannya.
skor 3 (tidak lulus 5 6 topik)
- dihentikan pendidikannya
Tahap yunior, madya dan senior Comment 1A21: yunior
Pada setiap akhir unit atau modul bila menda pat:
Skor 1:
mengulang ujian unit atau modul tersebut.
mengulang ujian dilaksanakan selambat-lambatnya 1 (satu) rninggu
setelah rapat evaluasi.
bila mengulang ujian tidak lulus, mengulang unit atau modul Comment 1A31: unit
tersebut dan skor ditambah 2.
Skor 2 3
- mengulang unit atau modul bersangkutan.
Periode mengulang unit atau modul ditentukan oleh pengelola rotasi
PPDS. Kesempatan mengulang pada unit atau modul dapat terus
diberikan sebelum tercapai skor total untuk tahap tersebut. Bila skor
total sudah tercapai PPDS diberikan kartu merah dan pendidikannya
dihentikan.
Kartu hijau:
Dipanggil perwalian tahap
Diberikan peringatan tertulis
Kartu kuning:
Dipanggil tim pengelola pendidikan.
Diberikan Surat Peringatan Tertulis dan menandatangani Surat
Perjanjian.
Kartu merah:
Dipanggil tim pengelola pendidikan
Di hentika n pendidikannya. 1
1
Hasil evaluasi dan keputusannya disampaikan secara resmi kepada PPDS
sehingga PPDS dapat melakukan tindak lanjut penyesuaian dan peningkatan
dalam studinya. Pendidikan ke tahap selanjutnya dapat dilaksanakan apabila
dinyatakan lulus pada tahap sebelumnya.
Evaluasi di RS Afiliasi/jeja ring
Peserta yang dinyatakan lulus berhak untuk menggunakan gelar dan sebutan sesuai
dengan peraturan yang berlaku yaitu Dokter Spesialis Anak (Sp. A)
Diberikan oleh Fakultas Kedokteran ditandatangani oleh Dekan dan Ketua Program
Studi setelah menyelesaikan semua tugas kegiatan pendidikan keprofesian.
Ijazah tanda kelulusan maupun salinannya diberikan kepada yang bersangkutan jika
semua persyaratan dan ketentuan yang berlaku sudah dipenuhi
13
BAB X
ADAPTASI SPESIALIS ANAK LULUSAN WAR HEGER!
Adaptasi merupakan suatu transisi seorang dokter spesialis anak yang menjalani
pendidikan di luar negeri untuk melakukan penyesuaian sehingga dapat melakukan
profesinya di Indonesia.
I. Penerimaan Adaptasi
Adaptasi diterima setelah menjalani proses di luar fakultas setempat yang
terdiri dari tahapan sebagai berikut :
I. Pengkajian keabsahan ija2ah 51,52 oleh Departemen Pendidikan Flasional, CHS.
2.Pengkajian kurikulum pendidikan oreh MKKI dengan memanfaatkan para anggota Comment [AL]: italic
Board of Study limo Kesehatan Anak atau Pengurus Harlan KOLEGIUM IKA
yang menilai kelaikan untuk diselenggarakannya adaptasi bagi dokter spesialis
lulusan luar negeri. Comment [Al]: italic I]
3.Pengkajian kurikulum pendidikan aleh tim PPDS fakultas setempat.
d. Pemberitahuan hasil pengkajian tim PPDS setempat dan Board of study Ilrnu
Kesehatan Anak atau Pengurus Harlan KOLEGIUM IKA oleh Maid's
Kolegium Kedokteran Indonesia kepada dekan fa ku Itas setempat. Comment [FM]: Tidais ama dengan
yang dilakukan sekarang
Berkas lamaran adaptasi dokter spesialis Iulusan luar negeri diterima PPDS I fakultas
setempat untuk diteliti kelaikan persyaratannya dan akan diteruskan ke KPS I/5PS
Ilmu Kesehatan Anak PPDSA setempat. Hasil kajian KPS I SPS akan menentukan
rninat staf pengajar program studinya untuk melakukan wawancara talon adaptan atau
menolaknya; berkaitan dengan daya muat program studi untuk semester tersebut.
Pelaksanaan Adaptasi
Pelaksanaan adaptasi ditujukan untuk mencapai kesesuaian kemampuan
profesional adaptan sedekat mungkin dengan kemampuan profesional lulusan
PPDS I fakultas setempat. untuk hal tersebut, pelaksanaan diatur oleh KPS / SPS
dengan memperhatikan hal berikut
I. Pengenalan tahapan kemampuan kurikulum
2. Pengenalan tata nilai etik, moral dan profesional
3. Pelaksanaan sumpah dokter (bagi yang belum melakukannya)
4. Penyesuaian tata kerja dalam lingkungan rumah sakit pendidikan.
5. Pentahapan dalam penugasan pendidikan dilakukan untuk :
kemudahan proses penyesuaian diri
kemudahan pengenalan istilah secara baik dan benar
kemudahan penyesuaian tata kerja dengan keadaan
kemudahan pergaulan profesi secara tertib dan sopan
6. Penyelenggaraan penilaian dilakukan untuk :
kajian kemajuan proses penyesuaian
kajian kesukaran yang harus diselesaikan
kajian penguasaan teori dan praktek
kajian kemampuan peningkatan secara bertahap
7. Waktu adaptasi : 1 tahun, dengan rotasi ke tiap divisi selama 2 4 minggu
untuk menjalani
kegiatan akademis modul.
8. PPDS adaptasi yang menjalani proses pendidikan setara dengan PPDS senior.
9. Kegiatan akademis non-modul meliputi : presentasi kasus 1 kali dalam bahasa
Inggris dan 1
kali evidence based case presentation dalam bahasa Indonesia, disertai
penulisan sari pustaka, proposal dan tesis.
V. Penghentian Adaptasi
Hal ini dimungkinkan jika yang bersangkutan membuat kesalahan akademik
yang ditetapkan dalam panduan program studi, atau alasan kesehatan;
kelalaian tugas pendidikan; melebihi batas waktu adaptasi; sesuai dengan
ketentuan penghentian pendidikan yang dianut.
Pemikiran Dasar
Dengan demikian proses adaptasi yang perlu dijalani oleh dokter spesialis
anak lulusan luar negeri (SpALLN) bukanlah merupakan program pendidikan
spesialis tetapi merupakan suatu
assessment process. Yang dimaksud
dengan assessment process adalah
proses penilaian kemampuan /
3
kompetensi SpALLN dalam rangka melakukan kegiatan praktek klinik
mandiri sebagai Spesialis Anak di Indonesia. Penanggung jawab assessment
process adalah Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia (KIKAI) melalui
pelaksana kegiatan proses asesmen yaitu Institusi Pendidikan Dokter
Spesialis Anak (IPDSA) yang ditunjuk oleh KIKAI. Dalam kegiatan proses
adaptasi, KIKAI berkoordinasi secara teratur dan terstruktur dengan IPDSA
maupun Fakkultas Kedokteran yang dimaksudkan diatas. Sesuai ketentuan
KKI maka IPDSA yang boleh melakukan porgram adaptasi dokter spesialis
adalah institusi dengan akreditasi A atau 6.
Pra Syarat tambahan KIKAI
Setiap Spesialis Anak lulusan luar negeri yang melamar untuk adaptasi di Indonesia,
wajib mengikuti ketentuan dan perundangan yang berlaku. Selain itu, KIKAI
memerlukan dokumen tambahan yang akan digunakan untuk lebih memastikan
keabsahan pelamar sebagai Spesialis Anak lulusan luar negeri. Adapun persyaratan
yang diperlukan / dinilai adalah
Tata Cara
A. PraProgram adaptasi
Setiap SpALLN wajib melalui Evaluasi Nasional sebagai asemen terakhir proses adaptasi.
Pembuatan Thesis SpALLN diwajibkan untuk SpALLN yang termasuk klasifikasi BS; atau
klasifikasi SP tetapi belum melakukan thesis di institut pendidikan spesialis anak terdahulu
di luar negeri.
Bukti telah menyelesaikan program adaptasi KIKAI akan diterbitkan oleh KIKAI
berupa sertifikat telah menyelesaikan dengan nriemperhatikan hasil proses asesmen
yang telah dilakukan IPDSA yang telah ditunjuk. Pelaporan telah menyelesaikan
proses asesmen dilakukan oleh IPDSA kepada Fakultas Kedokteran terkait. Bagi
SpALLN yang tidak berhasil melalui program adaptasi yang telah ditetapkann
KIKAI akan dikembaikan ke KKI untuk ditindak lanjuti.
Dikembalikan/ditolak
I
Administratif
1 Ijazah dokter spesialis
Psi 7 Perkonsil No 7/20112
Transkrip akademik IPOS
I Penyetaraan Akademik Profesional A Masa
(KAP)
MCQ (penempatan
Penyetaraan
1 awal)
OSCE
Wawancara
Psi 10 Perkonsil No 7/20111
Lampiran/Referensi
1.Surat Permohonan mengikuti program Adaptasi, yang ditujukan kepada Ketua Konsil
Kedokteran
Indonesia, dan ditanda tangan diatas materai
2. Fotokopi iiazah spesialis anak yang telah dilegalisir oleh institusi pendidikan
kedokteran/kedokteran gigi yang menerbitkan ijazah tersebut dan institusi
pendidikan kedokteran/kedokteran gigi tersebut diakui oleh pemerintah
3. Fotokopi
RepublikTranskrip
IndonesiaAkademik yang telah dilegalisir oleh institusi pendidikan
kedokteran/kedokteran gigi yang menerbitkan ijazah tersebut dan institusi
pendidikan kedokteran/kedokteran gigi tersebut diakui oleh pemerintah
Republik
4.Bagi IjazahIndonesia
dan Transkrip akademik yang menggunakan bahasa selain bahasa
Inggris harus diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh institusi pendidikan
5. Fotokopi KTP yang masih berlaku
6.Surat keterangan sehat fisik dan mental yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku
7.Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi yang
sesuai dengan
8.Khusus untuk dokter spesialis anak, surat pernyataan bermaterai bersedia
mengikuti program pendidikan yang telah ditetapkan
9.Khusus untuk dokter spesialis dan dokter gigi spesialis WNI LLN yang profesi
dokter/dokter giginya lulusan pendidikan dalam negri, surat tanda registrasi
(STR) yang
10. Pasfoto masih
terbaru berlaku
berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 4 (empat) lembar dan
8
ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
11. Surat Keterangan dari DIKTI
12. Bagi dokter yang kelulusannya sudah lebih dari 1 tahun terhitung awal
permohonan adaptasi terkini, harus menyertai bukti mengikuti
Pendidikan dan Pelatihan Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) dater
minimal dalam satu tahun terakhir dalam imu kesehatan anak senilai
25 SKP.
9
P
a
r
a
g
r
a
f
2
Penilaian Kesahan ljazah dan Transkrip Akademik serta
Penilaian Kesetaraan Sistem Pendidikan Pasal 7
1) Pelaksanaan penilaian kesahan ijazah dan transkrip akademik serta
penilaian kesetaraan sistem pendidikan dilakukan berdasarkan
permintaan dari KKI, oleh:
a. KDI, untuk penilaian kesahan ijazah dan transkrip akademik
serta penilaian kesetaraan cistern pendidikan dokter WN1
LLN;
b. KDGI, untuk penilaian kesahan ijazah dan transkrip
akademik serta penilaian kesetaraan sistem pendidikan dokter
gigi WNI LLN;
c. Kolegium cabang disiplin ilmu terkait, untuk penilaian
kesahan ijazah dan transkrip akademik serta penilaian
kesetaraan sistem pendidikan dokter spesialis dan dokter
gigi spesialis WNI LLN;
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak surat KKI
diterima.
2) Permintaan dari KKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan melalui MKKI/MKKGI.
Pasal 8
KDI, KDGI, dan Kolegium cabang disiplin ilmu terkait melaporkan hasil penilaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 kepada KKI rnelalui MKKI/MKKGI.
Paragraf 3
Penilaian Kesetaraan Pendidikan dan Pelatihan Kedokteran/Kedokteran
Gigi Berkelanjutan Pasal 9
1
0
C 1--a H
KO MPILASI
DISIPLIN ILMU KESEHATAN ANAK MATERI AJAR PENGAYAAN MAGANGMANI:URI
U KK ER IA x
1.Dasar Ilmu Pediatri Emergensi dan Rawat 1.1. Omics and Critical Care
Intensif Anak (1 SKS) 1.2. Sistem homeostasis
1.3. Cellular adaptations to stress 1.4. Critical care pharmacology 1.5. Ethic
and patient safety
x
2.1. Resusitasi, stabilisasi dan Transportasi
Emergency pediatrics (limb kedaruratan2.2. Sedasi dan analgesi
anak) (21SKS) 2.3. Kedaruratan pernapasan
2.4. Kedaruratan kardiovaskular
2,5. Kedaruratan SSP
2.6. Kedaruratan Metabolik
2.7. Kedaruratan cairan dan elektrolit
2.8. Kedaruratan gastrointestinal
2.9. Kedaruratan u rogenita I
UKK T K PEDSOS
1. Keluarga berencana 2 2 2
UKK ENDOKRINOLOGI
DASAR HORMONAL PRINSIP UMUM ENDOKRIN 2 2 2
FISIOLOGI DASAR HORMON 2 2 2
EMBRIOLOGI SISTIM ENDOKRIN 2 2 2
DASAR IMUNOLOGI-ENDOKRIN 2 2 2
PRINSIP PEMERIKSAAN 2 2 2
REGULASI HORMON 2 2 2
INTERPRETASI LABORATORIUM 2 2 2
AKSIS HIPOTHALAMUS-HIPOFISE 2 2 2
'1
4 4 4
KELENJAR FISIOLOGI THYROID
THYROID SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL 4 4 4
3 4 4
HIPOTIROID KONGENITAL
HIPOTIROID DIDAPAT 3 4 4
HIPERTIROID 3 4 4
TIROIDITIS 2 3 4
GOITER 2 3 3
KANKER 2 2 2
OBESITAS KLASIFIKASI 4 4 4
SINDROMA METABOLIK 2 3 3
SKRINING PENYAKIT PENYERTA 3 3
PCOS 2 3
ADOLESCENT PUBERTAS 4 4 4
GANGGUAN PUBERTAS 3 3 3
GANGGUAN MENSTRUASI 3 3 3
- Kolelitiasis 2 3 3
- Kolesistisis 2 3 3
- Hepatitis akut 2 3 3
UKK KARDIOLOGI
1.11mu kardiovaskular dasar dan Anatomi kardiovaskular 2
penunjang diagnostik kardiovaskular Fisiologi kardovaskular 2
(1 SKS) Embriologi kardiovaskular 2
Elektrofisiologi 2
Foto Rontgen torak 2
Elektrokardiografi 2
Ekokardiografi
nonsianotik dan sianotik Defek septum atrium 2
(1 SKS) Defek septum ventrikel 2
Duktus a rteriosus persisten 2
Stenosis pulmoner 2
Stenosis aorta 2
Koarktasio aorta 2
Tetralogi Fallot 2
2
Atresia trikuspid
2
Transposisi a rteri besar
Anomali total drainase versa 2
ANEMIA 4 4
Anemi Defisiensi Besi
Anemia Hemolitik
-Autoimun Hemolitik Anemia
-Defisiensi
G6 PD
Anemia
Aplastik:
Anemia Paska Perdarahan
Thalassemia Alfa
THALASSEMIA
Thalassemia Beta
Gangguan Pembekuan darah bawaan:
-Hemophilia A,
GANGGUAN PEMBEKUAN
DARAH - Hemophilia B
Gangguan Pembekuan darah didapat:
Imun Trombositopenia Purpura (ITP) akut 4
GANGGUAN TROMBOSIT Trombositosis
Akut Limfoblastik Leukemia
Akut Mieloblastik Leukemia 2
KEGANASAN HEMATOLOGI
Chroic Mieloblastik Leukemia
Demam Netropeni
Hyperleukositosis 2 3
KEGAWATAN HEMATOLOGI Tumorlisis sindrom
Sindroma vena cava superior
Limfoma Maligna
Wilm'Tumor 2
SOLID TUMOR Retinoblastoma
Neuroblastoma
Prosedur dan tatakelola transfusi darah pada
3
bayi dan anak Diagnosis dan tatakelola Reaksi
Transfusi
U
K
K
N
E
F
R
O
L
O 2. Glomerulopati
G
I
1. M
a
nif
est
asi
ke
lai
na
n
gi
nj
al
r1
- a
P 2
ro 3
te 4
in Kelainan kongenital ginjal
ur dan saluran kemih
ia 2
2
4 3
4 3
-
L Sindrom Nefrotik
e
k - Sindrom nefrotik ko-
o ngenital
si 2
tu 3
ri 3
a - Sindrom nefrotik res-
2 ponsif steroid
4 3
4 4
- 4
H - Sindrom nefrotik non
e responsif steroid
m 2
at 3
ur 3
ia
2 Glomerulonefritis
4 Glomerulonefritis akut
4 pasca streptokokus
- (GNA-PS)
O 3
li 4
g 4
ur
ia - Glomerulonefritia akut
2 lain (GNA non PS)
3 2
4 3
- 3
P - Glomerulonefritis kronik
al 2
iu 3
ri 3
Glomerulonefritis prOgresif cepat 2 2 3
Kelainan ginjal pada penyakit sistemik
- Nefritis lupus 2 2 3
- Sindrom hemolitik uremik 2 3 3
- Henoch Schonlein purpura 2 3 4
- Nefropati diabetikum 2 2 3
Nefropati IgA 2 2 3
Sindrom Alport 2 2 3
3. Tubulopati - Asidosis tubular renal 2 2 3
- Sindrom Fanconi 2 2 3
Rikets hipofosfatemia (Vitamine D resistant rickets) 2 2 3
4. Hipertensi Hipertensi primer 3 4 4
Hipertensi sekunder 2 3 4
Hipertensi krisis 2 4 4
- ISK simpleks 4 4 4
5. Infeksi saluran kemih (ISK) - 15K kompleks 2 3 4
- Pielonefritis akut 3 4 4
Refluks vesikoureter dan nefropati refluks 2 3 3
- Uropati obstruktif 2 3 3
- Gagal ginjal kronik 2 3 4
Tumor ginjal 2 3 4
7. Tumor Ginjal - Tumor Wilms 2 3 3
- Enuresis 2 3 3
8. Gangguan Pala Berkemih - Inkontinensia urin 2 3 3
- Kandung kemih neurogenik 2 3 3
9. Intoksikasi jengkol 2 3 3
3 4 4
UKK RADIOLOGI
1.PENGETAHUAN DASAR PEMBACAAN PENCITRAAN x x x
KONVENSIONAL 1.1. Foto toraks
6.3 x X
x
x x X
X x
x X
X x
Kraniosinostosis
6.4 Peningkatan tekanan intrakranial
6.5 Mikrosefali
6.6 Makrosefali
6.6 Fraktur ekstremitas
6.7 Bone age
6.8 Thalasemia
6.8 Rickets
UKK RESPIROLOGI
Kelainan respirologi pada usia muda
Kelainan paru dan saluran respiratori yang sering Atresia koana
ditemukan di usia muda
Paresis pita suara
Trakeomalasia
Laringomalasia
Emfisema lobaris kongenital
Tumor paru
Kista paru
Congenital cystic adenomatoid malformation (CCAM)
Fist& trakeoesofagus
Fistel arteriovenosa pada paru Limfangiektasis
paru
Sekuestrasi paru
Displasia bronkopulmoner
Tumor mediastinum
- Hiperplasia kelenjar timus
- Teratoma mediastinum
- Higroma kistik
Kelainan diafragma dan Binding dada
- Hernia diafragmatika
Paralisis diafragma
- Eventrasio diafragma
- Asphyxiating thoracic distrophy
- Osteogenesis imperfekta
Penyakit membran hialin
0, 1
Sindrom aspirasi/ pneumonia aspirasi
Pneurnomediastinurn
Pneu-motora ks
Perdarahan paru
Edema paru