Вы находитесь на странице: 1из 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior)
dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya.
Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki
dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk
hidup, berkembang, dan menjalankan fungsinya. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan
baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk
mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada
kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara substansi-substansi yang ada di milieu
interior.
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat usia seseorang,
seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia dewasa. Disamping
kebutuhan cairan elektrolit (natrium, kalium, kalsium,klorida, dan fosfat) sangat penting untuk
menjaga keseimbangan asam-basa, konduksi saraf, kontraksi muscular dan osmolalitas.
Untuk mempertahankan kesehatan diperlukan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam-
basa dalam jumlah dan proporsi yang tepat diberbagai jaringan tubuh. Keseimbangan ini
dipertahankan oleh asupan, distribusi, aliran air dan elektolit. Air menempati proporsi yang besar
bagi tubuh. Seseorang dengan berat badan 70 kg bisa memilki sekitar 50 liter air dalam
tubuhnya.
Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut
usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative lebih banyak (relative bebas-air),
kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pada pria.
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500 ml per hari. Keluaran cairannya
adalah 2300 ml per hari. Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui beberapa organ yakni kulit,
paru-paru, pencernaan, dan ginjal. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi apabila
mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu mempertahankan homeostatis. Banyak factor
pemicu keadaan ini, salah satu diantaranya akibat penyakit. Kondisi tidak terpenuhinya
kebutuhan cairan dan elektrolit dapat memengaruhi sistem organ tubuh terutama ginjal. Untuk
mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang maka pemasukan harus
cukup sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam
pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui pemberian cairan per oral atau intravena.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan komposisi cairan tubuh dan elektrolit?
2. Apa definisi, fungsi, dan mekanisme keseimbangan asam basa?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan
asam basa?
4. Apa saja gangguan keseimbangan volume cairan, elektrolit, dan asam basa?
5. Bagaimana proses keperawatan (Pengkajian, Diagnose, Rencana Tindakan,
Implementasi, dan Evaluasi)?
1.3 Tujuan
1. Memahami dan mengerti definisi dan komposisi cairan tubuh dan elektrolit.
2. Memahami dan mengerti definisi, fungsi, dan mekanisme keseimbangan asam basa.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan
asam basa.
4. Mengetahui gangguan keseimbangan volume cairan, elektrolit, dan asam basa.
5. Memahami dan mengerti proses keperawatan (Pengkajian, Diagnose, Rencana Tindakan,
Implementasi, dan Evaluasi).
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Cairan Tubuh dan Elektrolit
1.1.1 Definisi
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006). Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan (Price, Sylvia, 2006). Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam
tubuh makhluk multiselular seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau homeostasis
tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh.
Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organik dan
anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-komponen kimiawi.
Komponen yang paling besar dalam tubuh manusia adalah air yang mempunyai fungsi yang
sangat besar.
Fungsi cairan antara lain :
1) Transportasi : nutrient, partikel kimiawi, partikel darah, energi dan lain-lain;
2) Pengatur suhu tubuh;
3) Pembentuk struktur tubuh. Kekurangan cairan tubuh dapat menyebabkan kematian
sel. Sementara unit dasar fungsional tubuh adalah sel. Sel-sel inilah yang
membentuk struktur tubuh. Dengan demikian, keberlangsungan proses pembentukan
atau perbaikan jaringan tubuh tidak terlepas dari peranan cairan tubuh;
4) Memfasilitasi reaksi kimia dalam tubuh, misalnya metabolisme tubuh.
Sedangkan Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan
selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-atom bermuatan
elektrik. Elektrolit merupakan konstituen utama pada semua cairan tubuh Elektrolit bisa berupa
air, asam, basa atau berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbentuk asam, basa
atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu
misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa, dan
garam kuat.
Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar
senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang
merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalam
bentuk larutan dan lelehan. atau bentuk liquid dan aqueous. sedangkan dalam bentuk solid atau
padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.
1.1.2 Komposisi Cairan Tubuh
Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
a) Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Komponen terbesar tunggal dari
tubuh adalah air. Air bersifat pelarut bagi semua yang terlarut. Rata-rata pria dewasa
hampir 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air
dari berat badannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi air tubuh meliputi:
1) Sel-Sel Lemak: mengandung sedikit air sehingga air tubuh menurun dengan
peningkatan lemak tubuh
2) Usia: sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Bayi
preamtur, mungkin mengandung air sebanyak 80% dari berat badannya,
sedangkan bayi lahir cukup bulan kira-kira 70% dari berat badannya. Dengan
usia 6 bulan sampai 1 tahun, air tubuh menurun kira-kira 60%, dengan sedikit
reduksi lebih lanjut selama masa kanak-kanak. Lansia dapat mengandung 45%
sampai 55% air tubuh dari berat badannya.
3) Jenis kelamin wanita: wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara
proposional, karena lebih banyak mengandung lemak tubuh.
Jaringan lemak pada dasarnya bebas air. Oleh karena itu jika dibandingkan
dengan orang gemuk dengan kurus maka orang gemuk memiliki TBW yang relaif
kecil. Jaringan otot memiliki kandungan air yang tinggi. Maka jika wanita
dibandingkan dengan pria, akan ditemukan bahwa TBW pria lebih besar karena
sedikit jaringan lemak dan banyaknya masa otot.
b) Solut (terlarut)
1) Elektrolit: Substansi yang terpisah di dalam larutan dan akan menghantarkan
arus listrik. Elektolit umumnya diukur dalam (miliekuivalen [mEq/L]) atau
dengan berat molekul dalam gram (milimol/liter [mol/L]), yang digunakan untuk
mengukur aktivitas kimiawi yang mencerminkan jumlah kation atau anion yang
akan bereaksi terhadap kation atau anion lain yang diberikan (Weldy, 1992).
Jumlah kation dan anion, yang dapat diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan
selalu sama.
Kation: Ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraseluler utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation intraseluler
utama adalah kalium (K+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang
memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.
Anion: Ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraseluler utama adalah klorida (Cl-), sedangkan anion intraseluler utama
adalah ion fosfat (PO43-). Karena kandungan elektrolit dari plasma dan
cairan interstisial secara esensial sama, nilai elektrolit plasma menunjukkan
cairan ekstraseluler, yang terdiri atas cairan intraseluler dan interstisial.
Namun demikian nilai elektrolit plasma tidak selalu menunjukkan komposisi
elektrolit dari cairan intraselular. Pemahaman perbedaan antara dua
kompartemen ini penting dalam mengantisipasi gangguan seperti trauma
jaringan atau ketidakseimbangan asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat
dilepaskan dari atau bergerak ke dalam atau ke luar sel, secara bermakna
mengubah nilai elektrolit plasma.
2) Non-elektrolit: Substansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam
larutan dan diukur berdasarkan berat (milligram per 100 ml-mg/dl). Non
elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
1.1.3 Kompartemen Cairan
Cairan tubuh didistribusi antara dua komponen cairan tama : Kompartemen intraselular
dan kompartemen ekstraselular.

Cairan Intraselular (CIS)

Cairan Intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut atau
solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolism.
Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan cairan yang
berada diruang ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi tersebut berbeda. Misalnya,
proporsi kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada dalam cairan ekstasel. Pada
orang dewasa, kira-kira dua per tiga dari cairan tubuh adalah intraselular, kira-kira 25 L
pada rata-rata pria dewasa. Sebaliknya, hanya setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan
intraselular.

Cairan Ekstraselular (CES)

CES adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari CES menurun dengan peningkatan
usia. Pada bayi baru lahir, kira kira setengah cairan tubuh terkandung didalam CES.
Setelah usia satu tahun, volume relatif dari CES menurun sampai kira kira sepertiga dari
volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata rata pria dewasa (70 kg).
Lebih jauh CES dibagi menjadi:
1) Cairan interstisial (CIT) : cairan disekitar sel, sama dengan kira kira 8L pada orang
dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran
tubuh, volume CIT kira kira sebesar dua kali lebih besar pada bayi baru lahir
dibanding orang dewasa.
2) Cairan intravaskuler (CIV) adalah cairan yang terkandung di dalam pembuluh
darah. Volume relatif dari CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata
volue drah orang deassa kira-kira 5-6 L, 3 L dari jumlah tersebut adalah plasma.
Sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang menstranspor
oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting, sel darah putih (SDP, atau
leukosit), dan trombosit.
Fungsi darah mencakup :
a) Pengirim nutrien (mis. Glukosa dan oksigen) ke jaringan
b) Transpor poduk sisa ke ginjal dan paru-paru
c) Pengiriman antibodi dan SDP ke tepat nfeksi
d) Tansport hormon ke tempat aksinya
e) Sirkulasi panas tubuh
Cairan Transelular (CTS) :

Cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh CTS meliputi
cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular, dan sekresi
lambung. Pada waktu tertentu CTS mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan
dapat saja bergerak ke dalam dan ke luar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh,
saluran gastrointestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per
hari. Sejumlah kecil cairan dari cairan ekstraseluler adalah cairan transelular.
Kompartemen ini meliputi cairan dalam rongga sinovial, peritonium, perikardium, dan
intraokular serta cairan serebrospinal. Secara umum, volume cairan transeluler sekitar 1-2
liter.
1.1.4 Elektrolit Utama Tubuh
Elektrolit merupakan konstituen utama pada semua cairan tubuh. Dengan demikian,
sangat penting kiranya bagi perawat untuk memahami sepenuhnya peran elektrolit dalam
tubuh, karena elektrolit dapat mempengaruhi jalannya begitu banyak proses fisiologis dan
untuk mengenali tanda-tanda serta gejala ketidakseimbangan yang terjadi. Elektrolit
merupakan zat kimia yang melebur kedalam ion dan dapat menghantarkan arus listrik jika
dilarutkan dalam air. Zat tersebut merupakan senyawa yang berikatan ion dan tidak
menghantarkan arus listrik dalam bentuk yang padat. Ada 2 jenis ion:
1) Kation yang bermuatan positif, kation yang paling penting antara lain natrium (Na+),
kalium (K+), kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+).
2) Anion yang bermuatan negatif, anion yang paling penting antara lain, klorida (Cl-),
bikarbonat (HCO3-) dan fosfat (PO43-).
Contoh Elektrolit yang lazim dalam tubuh :
a) Natrium (Na+)
Kebutuhan Natrium sekitar 40-100 mmol (920-2300mg)* per hari, makanan rata-
rata orang barat biasanya mengandung lebih dari jumlah tersebut.Sumber Natrium sangat
tinggi pada makanan olahan dan makanan yang diawetkan; dapat ditemukan juga dalam
makanan non-olahan-susu; daging, telur, dan beberapa sayuran; garam dapur.
Fungsi utama natrium

Agens pokok dalam pengaturan cairan tubuh dalam kompartemen cairan tubuh
terutama dalam CES tempatnya menjadi ion utama
Mempertahankan volume darah dan mengendalikan besar kompartemen vaskuler
Membantu mengendalikan daya kontraksi otot terutama otot jantung
Meningkatkan permeabilitas membran sel
Bertindak sebagai penyangga basa (natrium birokarbonat ) sehingga membantu
mengatur konsentrasi H+
Mengendalikan distribusi cairan tubuh dengan cara mempertahankan keseimbangan
osmotik antara CIS don CES
Membantu mempertahankan iritabilitas neuromuskular
Menstimulosi panghantaran impuls saraf
b) Kalsium(Ca)
Kebutuhan Kalsium(Ca) :
800 mg untuk dewasa di atas 25 tahun
mg setelah usia 50 tahun.
Ibu hamil dan menyusui harus mengkonsumsi 1.200 mg kalsium per hari.
Bayi berumur s.d. 5 bulan : 400 mg
Bayi 6 bulans.d. 1 tahun : 600 mg
Anak usia 1 s.d. 10 tahun : 800 mg
Remaja usia 11 s.d. 24 tahun: 1.200 mg

Setelah usia 20 tahun, tubuh manusia akan mulai mengalami kekurangan kalsium
sebanyak 1% per tahun. Setelah umur 50 tahun, jumlah kandungan kalsium dalam tubuh
akan menyusut sebanyak 30%. Kehilangan akan mencapai 50% ketika mencapai umur 70
tahun dan seterusnya mengalami masalah kekurangan kalsium. Sumber Kalsium harian
dapat dipenuhi melalui makanan. Beberapa makanan yang termasuk sumber kalsium yang
baik antara lain:

Susu, yogurt dan keju termasuk jenis susu rendah/bebas lemak


Kol, brokoli, bayam dan sayuran berdaun hijau lainnya
Ikan tuna (sarden) dan salmon
Produk makanan yang ditambah atau diperkaya kalsium, sepertisereal, jus buah,
produk kedelai (susu, kecap, dll) dan lain sebagainya. Periksa label setiap produk
untuk mengetahui apakah produk tersebut diperkaya dengan kalsium.
Fungsi Kalsium :
a) Mencegah osteoporosis, karena kalsium berperan dalam menjaga kesehatan
tulang dan gigi, konsumsi makanan kaya kalsium tentu mampu mencegah
penyakit osteoporosis atau tulang keropos.
b) Keseimbangan asam-basa
c) Penghantaran impuls saraf dan pembekuan darah
d) Melangsingkan tubuh. Kalsium punya efek tertentu terhadap metabolism
tubuh. Sebab kalsium berperan dalam memaksimalkan pembakaran lemak
daripada menyimpannya. Sehingga kalsium bias dibilang sebagai nutrisi yang
melangsingkan tubuh.
c) Kalium (K)
Kebutuhan Kalium (K) menurut standar kebutuhan nutrisi bagi tubuh, telah
ditetapkan bahwa kebutuhan kalium per hari adalah 3500 mg baik bagiwanita maupun
pria.Sumber Kalium merupakan bagian esensial dari semua sel hidup, kalium banyak
terdapat di dalam semua makanan yang berasal tumbuh- tumbuhan dan hewan. Sumber
utama kalium adalah makanan mentah atau segar, terutama buah, sayuran, dan kacang-
kacangan
Fungsi Kalium

Fungsi kalium dalam tubuh menurut Kartasapoetra (2005) adalah sebagai berikut :

Merupakan unsure anorganik yang penting di dalam cairan Intraseluler


Penting dalam transmisi implus-implus saraf.
Penting untuk kontraksi otot.
Penting untuk pertumbuhan.
d) Hydrogen
Kebutuhan Hydrogen normalnya sekitar 4 x 10 mmol/liter, komposisi dalamtubuh
10%. Jumlah terbesar ion H+ diproduksi melalui proses metabolisme yang kompleks pada
tubuh. Diingesti dari obat yang mengandung ammonium atau garam mineral kadar
rendahnya diingesti dalam diet rata-rata.
Fungsi Hydrogen
Essensial untuk pengikatan oksigen oleh hemoglobin
Konsentrasi menentukan asiditas atau alkalinitas relative dalamtubuh
Meningkatkan efisiensi operasionalisasi system enzim.
e) Khlor
Kebutuhan Khlor 750 mg untuk dewasa. Sumber Khlor yaitu Diet-garam dapur dan
makanan.
Fungsi Khlor :
Mempertahankan osmolaritas serum dan keseimbangan air
Bekerja bersama ion H+ untuk memfasilitasi aktivitas digesti dan system enzim
Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa
Membantu transportasi CO2 di dalam sel darah merah

1.2 Keseimbangan Asam Basa


1.2.1 Definis dan fungsi keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basa merupakan refleksi konsentrasi ion H+ dalam tubuh yang
direpresentasikan melalui pH. Ketika terjadi peninggian ion hidrogen, larutan menjadi lebih
asam, sebaliknya penurunan ion hidrogen, larutan menjadi lebih basa. Asam dan basa lemah
merupakan penyangga (buffer) yang baik. Penyangga adalah zat yang mampu menyerap ion
hydrogen dari suatu larutan, sehingga dapat mencegah fluktuasi ion hydrogen yang besar.
Sistem ini terdiri dari larutan dengan garam-garam dari satu asam lemah atau basa lemah.
Penilaian keseimbangan asam basa biasanya melalui pemeriksaan analisa gas darah,
karena pembentukan asam basa berhubungan erat dengan pembentukan gas darah. Dimana
pemeriksaan gas darah arteri ini berguna untuk menunjang pengobatan dalam
penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun, bila hasil
pemeriksaan berat itu ditafsirkan dengan betul.
1.2.2 Fungsi keseimbangan asam basa
Dalam cairan tubuh manusia terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan
oleh sel untuk hidup, berkembang, dan menjalankan fungsinya (Kp, 2005). Untuk dapat
menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya.
Dalam hal ini terjadi keseimbangan asam basa yang dimaksudkan untuk menjaga semua
fungsi system tubuh berjalan optimal. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan
keadaan normal disebut homeostasis.Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh
mempertahankan keseimbangan antara substansi-substansi yang ada di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua) parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan.
Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air
dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan
asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin sesuai
kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-
paru dengan mengekskresi ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam
cairan tubuh. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa
dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin sesuai kebutuhan.
Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan
mengekskresi ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen sangat mempengaruhi proses metabolism yang berlangsung
dalam tubuh karena hampir semua aktivitas enzim di dalam tubuh dipengaruhi oleh
konsentrasi ion hidrogen. Untuk mencapai keseimbangan ion hidrogen diperlukan
mekanisme homeostasis yang sama dengan ion-ion lain yaitu produksi ion hidrogen harus
sama dengan pengeluarannya.
1.2.3 Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusikan ke
seluruh bagian tubuh.

Mekanisme Gerakan Cairan dan Elektrolit

Cairan tubuh dan elektrolit dalam tubuh selalu bergerak diantara ketiga tempat
cairan tersebut, yaitu intraseluler, interstitial dan intravaskuler. Pergerakan cairan dan
elektrolit harus dipertahankan dalam keadaan seimbang. Secara garis besar , pergerakan
cairan dan elektrolit terbagi atas beberapa aspek antara lain :

1) Plasma, yang di dalamnya antara lain mengandung oksigen dan nutrien, bergerak ke
seluruh tubuh dalam sirkulasi
2) Cairan interstitial beserta komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel
3) Cairan dari interstitial bergerak ke dalam sel
4) Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :

a) Fase I : Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan
nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

b) Fase II : Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan
sel.

c) Fase III : Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang
merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan
komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :

Difusi

Difusi adalah perpindahan zat terlarut (gas atau padat) yang berada dalam larutan
melalui mebran semipermeabel dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang
konsentrasinya rendah dan hasil akhir dari persen difusi adalah konsentrasi di kedua
kompartemen menjadi sama. Larutan tersebut adalah zat-zat atau pertike;-partikel yang
berada dalam cairan seperti glukosa, elektrolit, oksigen dan lain-lain. Contoh proses
difusi adalah pergerakan oksigen dari kapiler ke sel. Difusi oksigen ini terjadi karena
perubahan konsentrasi oksigen antara di kapiler dengan di sel. Arah perpindahan yang
terjadi pada proses difusi bisa timbal balik.

Osmosis

Osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeabel dari area dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (Horne dan Swearing 2001). Pada osmosis biasanya
perpindahan terjadi hanya satu arah karena yang bergerak adalah air. Tujuan osmosis
adalah melarutkan zat terlarut (solute) sampai terjadi ekuilibrium pada kedua larutan.
Kecepatan osmosis berganung pada konsentrasi solute di dalam larutan, suhu larutan,
muatan listrik solute dan perbedaan tekanan osmosis. Tekanan osmosis ini bergantung
pada konsentrasi molekul di dalam larutan. Bila konsentrasi molekulnya tinggi, maka
tekanan osmosis pada larutan tersebut tinggi sehingga air akan tertarik masuk ke dalam
larutan tersebut.

Filtrasi

Filtrasi merupakan proses dimana cairan dan substansi yang dapat berdifusi
bergerak bersama-sama melalui membrane, karena tekanan cairan, yang bergerak dari
tekanan yang lebih besar ke tekanan yang lebih kecil. Proses ini terjadi dalam bantalan
kapiler, di mana perbedaan tekanan hidrostatik menentukan terjadinya pergerakan
cairan. Gerakan ini terjadi akibat bobot atau tekanan cairan lebih besar pada satu sisi
membran dibandingkan dengan sisi lain. Bobot atau tekanan cairan ini disebut dengan
tekanan hidrostatiknya rendah. Bergeraknya air dan solute seperti dari intravaskuler ke
intersisitial, terjadi karena hidrostatik pada intravaskuler lebih tinggi dibandingkan
dengan tekanan pada intersititial.

Transpor aktif

Tidak seperti difusi, osmosis, dan filtasi, transport aktif memerlukan aktivitas
metabolik dan energy untuk memindahkan substansi melalui membrane sel. Pada
transpor aktif, zat-zat dapat bergerak melewati membran sel dari larutan yang
konsentrasinnya rendah ke konsentrasi yang tinggi dengan memakai energi. Ini berguna
untuk keseimbangan elektrolit. Contoh transpor aktif ini adalah pada pompa natrium
dan kalium, dimana natrium di pompa keluar sel dan kalium dipompa masuk ke dalam
sel.

1.2.4 Mekanisme keseimbangan asam basa


Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsetrasi ion
hidrogen, yang dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu :
1) Mekanisme buffer kimia
Mekanisme penyangga mencegah perubahan pH berlebih dengan membuang atau
melepas ion hirogen. Saat pH tubuh rendah (asam) sistembufer bekerja mengikat ion
hirogen sehingga menghilangkan efek asaam yang ditimbulkan oleh ion H+.
Sebaliknya, saat pH tubuh tinggi (basa), sistem bufer melepaskan ion hidrogen
sehingga dapat meminimalkan perubahan pH. Ada 4 macam buffer kimia utama dalam
tubuh yaitu :

a) Sistem buffer bikarbonat asam karbonat


Sistem ini merupakan jumlah terbesar yang terdapat dalam cairan extra cellular.
Bila konsentrasi bikarbonat dalam darah meningkat atau konsentrasi asam
karbonat berkurang, maka perbandingan bikarbonat asam karbonat akan
meningkat dan pH menjadi lebih besar dari nilai normal, keadaan ini disebut
alkalosis. Sebaliknya bila konsentrasi bikarbonat dalam darah berkurang atau
konsentrasi asam karbonat meningkat, maka perbandingan bikarbonat asam
karbonat akan berkurang dan pH menjadi lebih kecil dari nilai normal, keadaan ini
disebut asidosis
b) Sistem buffer Fosfat
Sistem ini terutama terdapat didalam sel darah merah dan sel sel lain terutama
didalam sel tubulus ginjal, yang memungkinkan ginjal mengeluarkan ion
hydrogen.
c) Sistem buffer protein
Sistem ini terutama terdapat di dalam sel sel jaringan dan juga bekerja di dalam
plasma. Dapat bekerja sebagai asam lemah dan basa lemah ataupun garam basa
yang dapat mengikat atau melepaskan ion hidrogen.
d) Sistem buffer hemoglobin
Hb bekerja sebagai asam lemah dan membentuk sistem buffer dengan basa kuat
seperti bikarbonat dan fosfat.

2) Mekanisme Pernapasan (paru)


Karbondioksida ( CO2 ) merupakan sisa / produk metabolisme sel. Dari sel CO2 akan
ditranspor melalui plasma dan sel darah merah menuju paru untuk dieliminasi. Secara
normal ventilasi alveolar akan mempertahankan PaCO2 antara 35 - 45 mmhg dimana
PaCO2 di dalam alveolus berada dalam keseimbangan dengan PaCO2 dan H2 CO3
dalam darah. Namun jika kemampuan ventilasi alveolar tidak sebanding lagi dengan
produksi CO2, yang menyebabkan PaCO2 meningkat, yang akan diikuti
perangsangan pusat pernafasan, sehingga timbul hiperventilasi untuk mengeluarkan
CO2 lebih banyak, demikian juga sebaliknya.

3) Mekanisme Ginjal
Pada keadaan keasaman darah yang meningkat, ginjal akan mengeluarkan ion
hydrogen dan menahan ion HCO3- untuk mempertahankan pH darah dalam batas
normal, sehingga akan menghasilkan urine yang bersifat asam ( pH : 5,5 6,5 ).
1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Tubuh, Elektrolit, dan
Asam Basa
1.3.1 Faktor yang mempengaruhi keseimbangan dan elektrolit
1) Umur
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ sehingga
dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit. Kebutuhan intake
cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas
permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Anak-anak lebih mudah mengalami
keseimbangan cairan disbanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2) Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
3) Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan
serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.
4) Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga
apabila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5) Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh. Misalnya pasien dengan penurunan tingkat kesaadaran akan
mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
6) Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti nasogastric tube.
7) Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretic dapat berpengaruh pada kondisi cairan
elektrolit tubuh.
8) Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliiki risiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah
selama pembedahan.
1.3.2 Faktor yang mempengaruhi keseimbangan asam basa
Gangguan keseimbangan asam basa disebabkan oleh factor-faktor yang mempengaruhi
mekanisme pengaturan keseimbangan antara lain system buffer, system respirasi, fungsi
ginjal, gangguan system kardiovaskular maupun gangguan fungsi sususnan saraf pusat.
Gangguan keseimbangan asam basa serius biasanya menunjukkan fase akut ditandai dengan
peregeseran pH menjauhi batas nilai normal. Secara umum, analisis keseimbangan asam
basa ditujukan untuk mengetahui jenis gangguan keseimbangan asam basa yang sedang
terjadi pada pasien.
Keseimbangan asam basa dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang
sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Pada
dasarnya, keseimbangan asam basa mengacu pada pengaturan ketat konsentrasi ion hidrogen
(H+) bebas di dalam cairan tubuh. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kesimbangan
asam basa adalah konsentrasi ion hidrogen (H+), konsentrasi ion bikarbonat (HCO3-), dan
PCO2. Berikut perbandingan peranan masing-masing faktor dalam diagnosis gangguan asam
basa:

Disebut asidosis, bila konsentrasi H+ meningkat, maka pH turun


Alkalosis, bila konsentrasi H+ turun, maka pH naik
Bila HCO3- berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu keadaan
metabolic
Bila PCO2 berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu keadaan
respiratorik.

1.4 Gangguan Keseimbangan Volume Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa


1.4.1 Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan
keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah
cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan
ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan
perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan
perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat
kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a) Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
b) Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
c) Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
d) Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)

1.4.2 Defisit Volume Cairan


Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan
penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volumecairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran
pencernaan.
1.4.3 Defisit Cairan
Faktor Resiko
a) kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung)
- tanda klinis : kehilangan berat badan
b) ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi
konfusi)
- tanda klinis : penurunan tekanan darah
1.4.4 Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan
cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional,
terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan
osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen
interstitial menuju ruang vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps
sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu
lansia.Mereka mengalami penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping itu
lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami
dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus
akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tipe hiperosmolar.
Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam aliran darah.
1.4.5 Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit
dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi
cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh
hampir selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan
cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses
regulasi keseimbangan cairan.
Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
a) Asupan natrium yang berlebihan
b) Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan
gangguan mekanisme regulasi cairan.
c) Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal
kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing
d) Kelebihan steroid.
e) Kelebihan Volume Cairan
Factor resiko :
a) Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena
- Tanda klinis : penambahan berat badan
b) Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan
- Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat
1.4.6 Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel
sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang
sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh,
tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan
produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial.
Hal ini dapat terjadi ketika:
a) Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan
perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b) Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi
vena) yang menyebabkan cairan dalam pembuluh darahterdorong ke ruang
interstisial.
c) Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik).
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah
dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu terjadiakibat pergerakan
cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan).
Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun
edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.

Gangguan keseimbangan asam basa disebabkan oleh faktor-faktor yang


mempengaruhi mekanisme pengaturan keseimbangan antara lain system buffer, system
respirasi, fungsi ginjal, gangguan system kardiovaskular maupun gangguan fungsi sususnan
saraf pusat. Gangguan keseimbangan asam basa serius biasanya menunjukkan fase akut
ditandai dengan peregeseran ph menjauhi batas nilai normal. Secara umum, analisis
keseimbangan asam basa ditujukan untuk mengetahui jenis gangguan keseimbangan asam
basa yang sedang terjadi pada pasien. Gangguan keseimbangan asam basa dikelompokkan
dalam 2 bagian utama yaitu respiratorik dan metabolic. Kelainan respiratorik didasarkan
pada nilai pCO2 yang terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan CO2 di
jaringan perifer dengan ekskresinya di paru, sedangkan metabolic berdasarkan nilai HCO3-,
BE, SID (strong ions difference), yang terjadi karena pembentukan CO2 oleh asam fixed dan
asam organic yang menyebabkan peningkatan ion bikarbonat di jaringan perifer atau cairan
ekstraseluler.
1) Asidosis Respiratorik
Terjadi apabila terdapat gangguan ventilasi alveolar yang mengganggu eliminasi
CO2 sehingga akhirnya terjadi peningkatan PCO2 (hiperkapnia). Beberapa factor yang
menimbulkan asidosis respiratorik:
Inhibisi pusat pernafasan : obat yang mendepresi pusat pernafasan (sedative,
anastetik), kelebihan O2 pada hiperkapnia
Penyakit neuromuscular : neurologis (poliomyelitis, SGB), muskular (hipokalemia,
muscular dystrophy)
Obstruksi jalan nafas : asma bronchial, PPOK, aspirasi, spasme laring
Kelainan restriktif : penyakit pleura (efusi pleura, empiema, pneumotoraks),
kelainan dinding dada (kifoskoliosis, obesitas), kelainan restriktif paru (pneumonia,
edema)
Overfeeding
Prinsip dasar terapi asidosis respiratorik adalah mengobati penyakit dasarnya dan
dukungan ventilasi . hiperkapnia akut merupakan keadaan kegawatn medis karena
respon ginjal berlangsung lambat dan biasanya disertai dengan hipoksemia, sehingga
bila terapi yang ditujukan untuk penyakit dasar maupun terapi oksigen sebagai
suplemen tidak member respon baik maka mungkin diperlukan bantuan ventilasi
mekanik baik invasive maupun non invasive.
2) Alkalosis Respiratorik
Terjadi hiperventilasi alveolar sehingga terjadi penurunan PCO2 (hipokapnia)
yang dapat menyebabkan peningkatan ph. Hiperventilasi alveolar timbul karena adanya
stimulus baik langsung maupun tidak langsung pada pusat pernafasan, penyakit paru
akut dan kronik, overventilasi iatrogenic (penggunaan ventilasi mekanik).
Beberapa etiologi alkalosis respiratorik:
Rangsangan hipoksemik :penyakit jantung dengan edema paru, penyakit jantung
dengan right to left shunt, anemia gravis
Stimulasi pusat pernafasan di medulla : kelainan neurologis, psikogenik (panic,
nyeri), gagal hati dengan ensefalopati, kehamilan
Mechanical overventilation
Sepsis
Pengaruh obat : salisilat, hormone progesterone
3) Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik terjadi akibat tingginya kadar asam dalam darah, yang juga
menyebabkan kehilangan natrium bikarbonat, sebagian besar alkali pada sistem
penyangga karbonat menyebabkan deficit bikarbonat (Chernecky et al., 2006). Ditandai
dengan turunnya kadar ion HCO3 diikuti dengan penurunan tekanan parsial CO2 di
dalam arteri. Kompensasi umumnya terdiri dari kombinasi mekanisme respiratorik dan
ginjal, ion hydrogen berinteraksi dengan ion bikarbonat membentuk molekul CO2 yang
dieliminasi di paru sementara itu ginjal mengupayakan ekskresi ion hydrogen ke urin
dan memproduksi ion bikarbonat yang dilepaskan ke cairan ekstraseluler. Beberapa
penyebab asidosis metabolik:
Pembentukan asam yang berlebihan di dalam tubuh : asidosis laktat, ketoasidosis,
intoksikasi salisilat, intoksikasi etanol
Berkurangnya kadar ion HCO3 di dalam tubuh : diare, renal tubular acidosis
Adanya retensi ion H di dalam tubuh :penyakit ginjal kronik.
Dari persamaan Henderson-Hasselbalch pH dipengaruhi oleh rasio kadar
bikarbonat (HCO3-) dan asam karbonat darah (H2CO3) sedangkan kadar asam
karbonat darah dipengaruhi oleh tekanan CO2 darah (pCO2). Bila rasio ini berubah, pH
akan naik atau turun. Penurunan pH darah di bawah normal yang disebabkan
penurunan kadar bikarbonat darah disebut asidosis metabolik. Sebagai kompensasi
penurunan bikarbonat darah, akan dijumpai pernafasan cepat dan dalam (pernafasan
Kussmaul) sehingga tekanan CO2 darah menurun (hipokarbia). Di samping itu ginjal
akan membentuk bikarbonat baru (asidifikasi urine) sehingga pH urine akan asam.
Penurunan kadar bikarbonat darah bisa disebabkan hilangnya bikarbonat dari dalam
tubuh (keluar melalui saluran cerna atau ginjal) ataupun disebabkan penumpukan asam-
asam organik, -baik endogen maupun eksogen, yang menetralisir bikarbonat.
Khusus penilaian terhadap faktor penyebab asidosis metabolic terdapat dua cara
yaitu cara tradisional dengan kesenjangan anion (anion gap), dan cara kuantitatif kimia-
fisik (stewart) dengan menghitung strong ion gap dan atau BE gap. Menurut analisis
stewart, untuk mencari factor penyebab asidosis metabolic diperlukan pemeriksaan
elektrolit natrium, klor dan juga albumin.
4) Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik merupakan hasil dari kehilangan asam dari tubuh atau
meningkatnya kadar bikarbonat. Penyebab yang paling umum adalah muntah dan
pengisapan gastrik. Penyebab lainnya adalah koreksi asidosis metabolik yang
berlebihan, defisiensi kalium, hiperaldosterone, dan penggunaan ekskresi asam pada
ginjal (Monahan et al., 2007). Alkalosis metabolik merupakan suatu proses terjadinya
peningkatan primer bikarbonat dalam arteri. Akibat peningkatan ini, rasio PCO2 dan
kadar HCO3 dalam arteri berubah. Usaha tubuh untuk memperbaiki rasio ini dilakukan
oleh paru dengan menurunkan ventilasi (hipoventilasi) sehingga PCO2 meningkat
dalam arteri dan meningkatnya konsentrasi HCO3 dalam urin. Penyebab alkalosis
metabolik:
Terbuangnya ion H- melalui saluran cerna atau melalui ginjal dan berpindahnya ion
H masuk ke dalam sel
Terbuangnya cairan bebas bikarbonat dari dalam tubuh
Pemberian bikarbonat berlebihan.

1.5 Proses Keperawatan (Pengkajian, Diagnose, Rencana Tindakan, Implementasi, dan


Evaluasi)
1.5.1 Pengkajian
Perawat melakukan pengkajian untuk mengidentifikasi klien yang berisiko tinggi atau
yang memperlihatkan adanya tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam-basa yang aktual. Kondisi-kondisi tertentu, seperti luka bakar, membutuhkan
pengkajian yang sering dan mendalam. Kasus lain yang membutuhkan pamantauan rutin,
misalnya pada klien yang berada dalam masa pemulihan setelah operasi dan klien yang
berada dalam masa pemulihan dari gastrointeritis. Pengkajian cairan,elektrolit, asam-basa
membantu perawat dalam mengantisispasi kebutuhan klien akan suatu asuhan keperawatan.
Misalnya seorang klien panderita edema yang mendapat terapi deuretik harus memilki
rencana keperawatan untuk mengantisipasi kebutuhan eliminasi atau diet, seperti
peningkatan penggunaan kamar mandi, bebpan, atau urinal atau instruksi mengenai diet
pembatasan garam.
Pengkajian meliputi:
a) Identitas : Nama, Umur. Jenis kelamin, Alamat, dll.
b) Riwayat keperawatan
Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan parenteral)
Tanda umum masalah elektrolit
Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering, membrane mukosa
kering, konsentrasi urine dan urine output.
Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas dan BB meningkat.
Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
Status perkembangan seperti usia atau situasi social
c) Pemeriksaan fisik
Sistem kardiovaskuler
Pengkajian pada sistem ini meliputi pengukuran distensi vena jugularis, frekuensi
denyut nadi, tekanan darah,bunyi jantung, disritmia, dan lain-lain.

Pengkajian Ketidakseimbangan
Inspeksi:
- Vena leher datar - Deficit volume cairan
- Distensi vena leher - Kelebihan volume cairan
- Bagian tubuh yang bergantung: - Deficit volume cairan*
kaki, sacrum, punggung
- Pengisian vena lambat -

Palpasi:
- Edema: bagian tubuh yang - Kelebihan volume cairan*
bergantung: (kaki, sacrum, - Asidosis metabolic, alkalosis dan
punggung) asidosis respiratorik, ketidakseimbangan
kalium, hipomagnesemia
- Disritmia (juga disertai dengan - Alkalosis metabolic, asidosis
perubahan EKG) respiratorik, hiponatremia, deficit
volume cairan, kelenihan volume cairan,
- Denyut ndi meningkat hipomagnesemia.
- Denyut nadi menurun - Alkalosis metabolic, hipokalemia
- Denyut nadi melemah - Defisit cairan, hipokalemia
- Pengisian kapiler berkurang - Defisit volume cairan
- Denyut nadi kencang - Kelebihan volume cairan

Auskultasi:
- Tekanan darah rendah atau - Deficit volume cairan, hiponatremia,
disertai perubahan ortostatik. hyperkalemia, hipermagnesemia
- Bunyi jantung ketiga (kecuali - Kelebihan volume cairan
pada anak-anak).
- Hipertensi - Kelebihan volume cairan

Sistem pernapasan
Pengkajian pada sistem ini antara lain frekuensi pernapasan, gangguan pernapasan
seperti dispea, rales, dan bronki.
Pengkajian Ketidakseimbangan
Inspeksi:
- Laju pernapasan berkurang - Kelebihan volume cairan, alkalosis
respiratorik, asidosis metabolik
- Dispea - Kelebihan volume cairan
Auskultasi:
- Krekles - Kelebihan volume cairan

Sistem persarafan
Pengkajian pada sistem ini antara lain perubahan tingkat kesadaran, gelisah, atau
kekacauan mental, refleks-refleks abnormal, perubahan neuromuscular misalnya
berupa kesemutan, paresthesia, fatigue, dan lain-lain.
Pengkajian Ketidakseimbangan
Inspeksi:
- Laju pernapasan berkurang -Kelebihan volume cairan, alkalosis
respiratorik, asidosis metabolic
- Dyspnea -Kelebihan volume cairan
Auskultasi:
- Krekles -Kelebihan volume cairan

Sistem gastrointestinal
Pengkajian pada sistem ini antara lain meliputi riwayat anoreksia, kram abdomen,
abdomen cekung, abdomen distensi, muntah, diare, hiperperistaltik, dan lain-lain.
Pengkajian Ketidakseimbangan
Riwayat:
- Anoreksia - Asidosis metabolic
- Kram abdominal - Asidosis metabolic
Inspeksi:
- Abdomen cekung - Defisit volume cairan
- Distensi abdomen - Sindrom ruang ketiga
- Muntah - Deficit volume cairan, hiperkalsemia,
hiponatremia, hipokloremia, alkalosis
metabolik
- Diare - Hiponatremia, asidosis metabolic
Auskultasi:
- Bunyi mengeram: kuat karena - Defisit volume cairan, hypokalemia
hiperperistaltis disertai diare,
atau bunyi usus tidak ada karena
hipoperistaltis

Sistem perkemihan
Pengkajian pada sistem perkemihan antara lain perlu dikaji adakah oliguria atau
anuria, berat jenis urine.
Pengkajian Ketidakseimbangan
Inspeksi:
- Oliguria atau anuria - Deficit volume cairan, kelebihan volume
cairan
- Diuresis (jika ginjal normal) - Kelebihan volume cairan
- Meningkatnya berat jenis urine - Deficit volume cairan

Sistem musculoskeletal
Pengkajian pada sistem ini antara lain adakah kram otot, kesemutan, tremor,
hipotonisitas atau hipertonisitas, refleks tendon, dan lain-lain.
Sistem integument
Pengkajian pada sistem ini antara lain suhu tubuh, turgor kulit, kelembaban pada
bibir, adanya edema, dan lain-lain.

Pengkajian Ketidakseimbangan
Palpasi:
- Hipotonisitas - Hypokalemia, hiperkalsemia*
- Hipertonisitas - Hipokalsemia, hipomagnesemia,
alkalosis metabolik
Kulit:
Suhu tubuh:
- Meningkat - Hypernatremia, ketidakseimbangan
hyperosmolar, asidosis metabolik
- Berkurang - Deficit volume cairan
Inspeksi:
- Kering, memerah - Deficit volume cairan, hypernatremia,
asidosis metabolik
Palpasi:
- Turgor kulit tidak elastis, kulit - Deficit volume cairan
dingin dan lembab basah

Kepala
Pengkajian Ketidakseimbangan
Riwayat:
- Sakit kepala - Deficit volume cairan ringan,* asidosis
metabolic dan respirasi, alkalosis
metabolic
- Pusing - Deficit volume cairan ringan, asidosis
atau alkalosis respiratorik, hiponatremia.
Observasi:
- Iritabilitas - Alkalosis metabolic atau respirasi,
ketidakseimbangan hyperosmolar,
hypernatremia, hypokalemia
- Letagi - Deficit volume cairan ringan,* asidosis atau
alkalosis metabolic, asidosis respiratorik,
hiperkalsemia
- Bingung, disorientasi - Deficit volume cairan ringan, *
hipomagnesemia, asidosis metabolic,
hypokalemia

Mata
Pengkajian Ketidakseimbangan
Riwayat:
- Pandangan kabur - Kelebihan volume cairan
Inspeksi:
- Mata cekung, konjungtiva - Deficit volume cairan
kering, air mata berkurang atau
tidak ada - Kelebihan volume cairan
- Edema periorbital, papiledema

Tenggorokan dan mulut


Pengkajian Ketidakseimbangan
Inspeksi:
- Lengket, mukosa kering, bibir - Deficit volume cairan, hipernatremia
pecah-pecah dan kering, air liur
berkurang, alur lidah
longitudinal

d) Pemeriksaan klinik
Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan. Perubahan berat badan :
Turun 2 % - 5 % : Kekurangan volume cairan * ringan
Turun 5% - 10 % : Kekurangan volume cairan * sedang
Turun 10 % - 15 % : Kekurangan volume cairan *berat
Turun 15 % - 20 % : Kematian
Naik 2 % : Kelebihan volume cairan ringan
Naik 5 % : Kelebihan volume cairan sedang
Naik 8 % : Kelebihan volume cairan berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti :
Suhu : kekurangan volume cairan : < 36 37 c
Kelebihan volume cairan : > 35 36 C
Tekanan darah : Kekurangan volume ciran : < 120/80
Kelebihan volume cairan : > 120/80 atau tetap
Nadi : kekurangan vol cairan : < 60-100x/mnt
Kelebihan volume cairan : > 60-100 x /mnt
Pernapasan : kekurangan volume cairan : > 16 24 x/menit
Kelebihan volume cairan : < 16 24 x/menit
Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan oral), cairan parenteral
termasuk obat-obatan IV, makanan yang cenderung mengandung air, irigasi
kateter atau NGT.
Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume, kejernihan / kepekatan), feses
(jumlah dan konsistensi), muntah, tube drainase, IWL.
Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar +/- 200 cc.
e) Aspek psikososial
Pada aspek psikososial ini, perlu dikaji adanya masalah-masalah perilaku atau
emosional yang dapat meningkatkan resiko pada pemenuhan kebutuhan cairan,
elektrolit, dan asam basa
f) Aspek sosiokultural
Pada aspek ini, perlu dikaji adanya faktor social, budaya, finansial, atau
pendidikan yang memengaruhi terhadap pemenuhan kebutuhan cairan, elektrolit,
dan asam basa
g) Aspek spiritual
Perlu dikaji apakah klien mempunyai keyakinan, nilai-nilai yang dapat
mempengaruhi kebutuhan cairan, elektrolit, dan asam basa.
1.5.2 Diagnosa Keperawatan
a) Domain 2 : Nutrisi
- Kelas 5 Hidrasi
- Risiko ketidakseimbangan elektrolit (00195)
- Faktor risiko: gangguan mekanisme pengaturan, kekurangan volume cairan
b) Domain 2: Nutrisi
- Kelas 5 Nutrisi
- Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (00027)
- Batasan karateristik: haus, kelemahan, kulit kering, membrane mukosa kering,
c) Domain 11: keamanan/perlindungan
- Kelas 2 cedera fisik
- Kerusakan integritas jaringan b.d kurang volume cairan (00044)
- Batasan karateristik: jaringan rusak
d) Domain 2: Nutrisi
- Kelas 5 Hidrasi
- Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan (00026)
- Batasan karakteristik: asupan melebihi haluaran, edema, ketidakseimbangan
elektrolit, penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat

1.5.3 Rencana Tindakan


No Diagnose Keperawatan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
.
1. Domain 2 : Nutrisi Keseimbangan Elektrolit Manajemen elektrolit
Kelas 5 Hidrasi
Setelah dilakukan asuhan 1. monitor manifestasi
Risiko ketidakseimbangan implementasi ketidakseimbangan
elektrolit (00195) keperawatan diharapkan: elektrolit
Faktor risiko: 1. Peningkatan serum 2. pertahankan pemberian
1. gangguan sodium (5) cairan intravenous berisi
mekanisme 2. Peningkatan serum elektrolit dengan laju
pengaturan potassium(5) lambat
2. kekurangan volume 3. Peningkatan serum 3. berikan suplemen elektrolit
cairan klorida (5) sesuai resep dan keperluan
4. Peningkatan serum 4. lakukan pengukuran untuk
magnesium(5) mengontrol kehilangan
5. Peningkatan serum elektrolit yang berlebihan
fosfor(5) dengan tepat
5. monitor respon pasien
terhadap terapi elektrolit
yang diberikan

2. Domain 2: Nutrisi Keseimbangan cairan Manajemen cairan


Kelas 5 Nutrisi
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor status dehidrasi
Kekurangan volume cairan implementasi 2. Monitor tanda-tanda vital
b.d kehilangan cairan aktif keperawatan diharapkan: pasien
(00027) 1. Keseimbangan intake 3. Monitor makanan/cairan
Batasan karateristik: dan output dalam 24 yang dikonsumsi dan
1. haus jam (5) hitung asupan kalori harian
2. kelemahan 2. Turgor kulit (5) 4. Berikan cairan dengan
3. kulit kering 3. Kelembaban tepat
4. membran mukosa membrane mukosa (5) 5. Distribusikan asupan
kering, 4. Kehausan (5) cairan selama 24 jam

3. Domain 11: Hidrasi Monitor cairan


keamanan/perlindungan 1. tentukan jumlah dan jenis
Kelas 2 cedera fisik Setelah dilakukan asuhan intake asupan cairan serta
implementasi kebiasaan eliminasi
Kerusakan integritas keperawatan diharapkan: 2. tentukan faktor-faktor
jaringan b.d kurang 1. Turgor kulit (5) resiko yang mungkin
volume cairan (00044) 2. Membran mukosa menyebabkan
Batasan karateristik: lembab (5) ketidakseimbangan cairan
1. jaringan rusak 3. Haus (5) 3. tentukan apakah pasien
4. bola mata cekung dan mengalami kehausan atau
lunak (5) perubahan cairan
4. monitor asupan dan
pengeluaran
5. catat dengan akurat asupan
dan pengeluaran
6. berikan cairan dengan
tepat
4. Domain 2: Nutrisi Keparahan Cairan Monitor Cairan
Kelas 5 Hidrasi Berlebihan
1. tentukan jumlah dan jenis
Kelebihan volume cairan 1. peningkatan lingkar intake asupan cairan serta
b.d kelebihan asupan perut (5) kebiasaan eliminasi
cairan (00026) 2. edema menyeluruh (5) 2. tentukan faktor-faktor
Batasan karakteristik: 3. peningkatan tekanan risiko yang mungkin
1. asupan melebihi darah (4) menyebabkan
haluaran 4. peningkatan berat ketidakseimbangan cairan
2. edema badan (5) 3. tentukan apakah pasien
3. ketidakseimbangan 5. penurunan serum mengalami kehausan atau
elektrolit natrium (5) gejala perubahan cairan
4. penambahan berat 4. catat dengan akurat asupan
badan dalam waktu dan pengeluaran
sangat singkat

1.5.4 Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Intevensi Implementasi
.
1. Domain 2 : Nutrisi Manajemen elektrolit
Kelas 5 Hidrasi
1. monitor manifestasi 1. Memonitor manifestasi
Risiko ketidakseimbangan ketidakseimbangan ketidakseimbangan
elektrolit (00195) elektrolit elektrolit
Faktor risiko: 2. pertahankan pemberian 2. Mempertahankan
1. gangguan mekanisme cairan intravenous berisi pemberian cairan
pengaturan elektrolit dengan laju intravenous berisi
2. kekurangan volume lambat elektrolit dengan laju
cairan 3. berikan suplemen lambat
elektrolit sesuai resep dan 3. Memberikan suplemen
keperluan elektrolit sesuai resep dan
4. lakukan pengukuran untuk keperluan
mengontrol kehilangan 4. Melakukan pengukuran
elektrolit yang berlebihan untuk mengontrol
dengan tepat kehilangan elektrolit yang
5. monitor respon pasien berlebihan dengan tepat
terhadap terapi elektrolit 5. Memonitor respon pasien
yang diberikan terhadap terapi elektrolit
yang diberikan
2. Domain 2: Nutrisi Manajemen cairan
Kelas 5 Nutrisi
1. Monitor status dehidrasi 1. Memonitor status
Kekurangan volume cairan 2. Monitor tanda-tanda vital dehidrasi
b.d kehilangan cairan aktif pasien 2. Memonitor tanda-tanda
(00027) 3. Monitor makanan/cairan vital pasien
Batasan karateristik: yang dikonsumsi dan 3. Monitor makanan/cairan
1. haus hitung asupan kalori yang dikonsumsi dan
2. kelemahan harian hitung asupan kalori
3. kulit kering membran 4. Berikan cairan dengan harian
mukosa kering, tepat 4. Memberikan cairan
5. Distribusikan asupan dengan tepat
cairan selama 24 jam 5. Mendistribusikan asupan
cairan selama 24 jam
3. Domain 11: Monitor cairan 1. menentukan jumlah dan
keamanan/perlindungan 1. tentukan jumlah dan jenis jenis intake/asupan cairan
Kelas 2 cedera fisik intake asupan cairan serta serta kebiasaan eliminasi
kebiasaan eliminasi 2. menentukan faktor-faktor
Kerusakan integritas jaringan 2. tentukan faktor-faktor risiko yang mungkin
b.d kurang volume cairan resiko yang mungkin menyebabkan
(00044) menyebabkan ketidakseimbangan cairan
Batasan karateristik: ketidakseimbangan cairan 3. menentukan apakah
1.jaringan rusak 3. tentukan apakah pasien pasien mengalami
mengalami kehausan atau kehausan atau gejala
perubahan cairan perubahan cairan
4. catat dengan akurat 4. mencatat dengan akurat
asupan dan pengeluaran asupan dan pengeluaran
berikan cairan dengan
tepat
4. Domain 2: Nutrisi Monitor Cairan 1. menentukan jumlah dan
Kelas 5 Hidrasi jenis intake/asupan cairan
1. tentukan jumlah dan jenis serta kebiasaan eliminasi
Kelebihan volume cairan b.d intake asupan cairan serta 2. menentukan faktor-faktor
kelebihan asupan cairan kebiasaan eliminasi risiko yang mungkin
(00026) 2. tentukan faktor-faktor menyebabkan
Batasan karakteristik: risiko yang mungkin ketidakseimbangan cairan
1. asupan melebihi menyebabkan 3. menentukan apakah
haluaran ketidakseimbangan cairan pasien mengalami
2. edema 3. tentukan apakah pasien kehausan atau gejala
3. ketidakseimbangan mengalami kehausan atau perubahan cairan
elektrolit gejala perubahan cairan
4. penambahan berat catat dengan akurat
badan dalam waktu asupan dan pengeluaran
sangat singkat

1.5.5 Evaluasi
Evaluasi efektivitas intervensi menggunakan tujuan yang telah disusun selama
merencanakan proses untuk mempertahankan dan mengembalikan keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa. Evaluasi status klinis sangat penting jika terjadi gangguan akut
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Data tentang keadaan klien dapat berubah
dengan cepat, dan tanda dan gejala yang berhubungan harus dikenali dengan
mengintegrasikan faktor resiko yang mungkin di alami klien, status klinis, efektivitas
regimen terapi klien, serta agen penyebab (Potter, Perry, 2010).
Pengetahuan tentang gangguan kesehatan, efek pengobatan dan cairan, serta keadaan
klinis klien dapat membantu melakukan evaluasi. Lakukan evaluasi dengan menentukan
apakah terjadi perubahan dari pengkajian terakhir. Klien dengan perubahan yang kurang
akut, evaluasi yang dilakukan cenderung lebih bersifat jangka panjang. Pada keadaan ini,
evaluasi dapat lebih focus pada perubahan perilaku. Kemampuan klien untuk mengantisipasi
perubahan dan mencegah masalah berulang juga merupakan elemen penting evaluasi.
Tingkat perkembangan klien menentukan apakah rencana perawatan perlu dilanjutkan
atau diperbaiki. Jika tujuan berhasil dicapai, konsultasikan dengan pemberi asuhan
perawatan untuk mendiskusikan metode tambahan seperti meningkatkan frekuensi
intervensi, mengenalkan terapi baru, atau menghentikan terapi tertentu yang mungkin
berguna untuk meningkatkan hasil yang diharapkan. Saat hasil yang diharapkan berhasil
didapatkan, diagnose keperawatan telah teratasi dan focus dapat dipusatkan pada prioritas
lain. Kaji kesuksesan klien dalam memenuhi harapan asuhan keperawatan klien beritahu
saya jika saya telah membanu anda merasa lebih nyaman, adalah pertanyaan yang dapat
diberikan jika harapan klien berhubungan dengan manajemen kenyamanan dan gejala. Jika
kekhawatiran klien meliputi pemahaman yang lebih baik terhadap masalah kronis, fokuskan
evaluasi pada kepuasan klien dengan menawarkan pendidikan kesehatan.
Tingkat kepuasan klien pada keperawatan juga bergantung pada kesuksesan
mengikutsertakan klien dan keluarga. Jika klien memiliki kekhawatiran terhadap kepulangan
ke rumah atau terhadap catatan perawatan yang berbeda, evaluasi apakah klien merasa perlu
mempersiapka transisi dari asuhan keperawatan aku. Jika hasil yang diharapkan tidak dapat
dipenuhi, kaji mengapa hasil tersebut tidak dapat dicapai. Modifikasi rencan perawatan
dilakukan setelah evaluasi.

BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik procedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: salemba medika.

Potter, Perry. 2010. Fundamental keperawatan edisi 7 buku 3. Singapore: Elsevier.

Mima M, Home. 2008. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam basa. Jakarta : EGC)

Mubarak, et al. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.

Horne, dkk. 2001. Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa. Jakarta: Kedokteran EGC.

Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &
Elektrolit . Jakarta: ECG

Kuntarti. staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/.../fluidbalance.pdf. di akses pada 10 Juni 2016

Вам также может понравиться