Вы находитесь на странице: 1из 22

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Cairan Tubuh


Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk
multiseluler seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. 2

2.2 Komponen Cairan Tubuh


Cairan tubuh dapat dibagi menjadi komponen intraseluler dan komponen
ekstraseluler. Sedangkan komponen ekstrasesluler dapat dibagi menjadi
intravaskuler dan interstisial. 3

Gambar 2.1 Komponen Cairan Tubuh


Komponen intraseluler merupakan cadangan cairan tubuh yang terbesat,
dan berhubunngan dengan cairan dalam sel. Komposisi ionnya berbeda
dengan komponen ekstraseluler karena ia mengandung ion kalium dalam
konsentrasi tinggi (140 150 mmol/liter) dan ion natrium dalam
konsentrasi rendah (8 -10 mmol/liter) dan ion klorida (3 mmol/liter). Jadi
jika air diberikan bersama natrium dan klorida, maka cenderung untuk
mengisi komponen ekstraseluler. Air yang diperlukan dalam bentuk
larutasn glgukosa akan didistribusiakan ke semua bagian tubuh dan
glukosa akan dimetabolisme. Air murni tdak pernah diberikan secata
intravena, karena dapa menyebabkan hemolisis masif. 3
Komponen Ekstraseluler
o Komponen intravaskuler. Volume darah normal kira-kira 70
ml/KgBB pada dewasa dan 85-90 ml/KgBB pada neonates. Selain
darah, komponen intravaskuler juga terdiri dari protein plasma dan
4

ion, terutama natrium (138 145mmol/liter), klorida (97 105


mmol/liter) dan ion bikarbonat. Hanya sebagian kecil kalium tubuh
berada di dalam plasma (3,5 4,5 mmol/liter), tetapi konsentrasi
kalium ini mempunyai pengaruh besar terhadap fungsi jantung dan
neuromuskuler. 3
o Komponen interstisial. Komponen interstisial lebih besar daripada
komponen intravaskuler, secara anatomi, berhubungan secara kasar
dengan ruang interstisial dari tubuh. Jumlah total cairan
ekstraseluler (intravaskuler ditambah interstisial) bervariasi antara
20 35% dari berat badan dewasa dan 40- 50% pada neonatus. Air
dan elektrolit dapat bergerak bebas diantara darah dan ruang
interstisial, yang mempunyai komposisi ion yang sama, tetapi
protein plasma tidak dapat bergerak bebas keluar dari ruang
intravaskuler kecuali bila terdapat cedera misalnya pada luka bakar
atau syaok septik. Jika terdapat kekurangan cairan dalam darah
atau volume darah yang menurun dengan cepat, maka air dan
elektrolit akan ditarik dari komponen interstisial ke dalam darah
untuk mengatasi kekurangan volume intravaskuler, yang
diprioritaskan secara fisiologis. Pemberian cairan intravena yang
terutama mengandung ion natrium dan klorida, seperti NaCl
fisiologis (9 gr/liter atau 0,9%), atau larutan Hartmann (larutan
ringer laktat), dapat bergerak bebas ke dalam ruang interstisial,
sehingga efektif untuk meningkatkan volume intervaskuler dalam
waktu singkat. Larutan yang mengandung molekul yang lebih
besar misalnya plasma, darah lengkap, dekstran, poligelin,
hidroksietil, gelatin, lebih efektif untuk mempertahankan sirkulasi
jika diuberikan secara intravena karena komponen ini lebih lama
berada dalam komponen intravaskuler. Cairan ini biasnya disebut
sebagai plasma expanders. 3
Kandungan air dalam tiap organ tidak seragam seperti terlihat
Gambardibawah ini: 1 cairan dan beberapa cairan pengganti secara
2.2 Kehilangan
intravena
5

Jaringan Persentase Air


Otak 84
Ginjal 83
Otot lurik 76
Kulit 72
Hati 68
Tulang 22
Lemak 10

Komponen cairan tubuh


Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non
elektrolit.

Elektrolit
Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.
Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion).
Jumlah kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam
miliekuivalen).2
Kation
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah Natrium (Na+),
sedangkan kation utama dalam cairan intraselular adalah Kalium (K+). Suatu
sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar Natrium
dan Kalium ini.
Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling
berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma:
138-145mEq/liter. Kadar natrium dalam tubuh 58,5 mEq/kgBB dimana 70%
atau 40,5 mEq/kgBB dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine 100-
180 mEq/liter, faeces 35 mEq/liter dan keringat 58 mEq/liter. Kebutuhan
setiap hari = 100 mEq (6-15 gram NaCl).
6

Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial


maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan
natrium (muntah,diare) sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi
keadaan dehidrasi disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium
dalam plasma akan diganti dengan air dan natrium dari cairan interstitial.
Apabila kehilangan cairan terus berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel
dan apabila volume plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilah
kegagalan sirkulasi.2
Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler
berperan penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit.
Jumlah kalium dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat
berubah-ubah sedangkan yang tidak dapat berpindah adalah kalium yang
terikat dengan protein didalam sel.
Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3
mEq/kgBB. Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi
H+ ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72
mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter. 2
Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90%
dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini
tergantung pada intake, besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme
kalsium sangat dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis,
ovarium, dan hipofisis. Sebagian besar (99%) ditemukan didalam gigi dan
1% dalam cairan ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.2
Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan untuk
pertumbuhan + 10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces.

Anion
7

Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan


bikarbonat (HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah
ion fosfat (PO43-).

Tabel 2.1 Kandungan Elektrolit dalam Cairan Tubuh 1


(mEg/l) Plasma Cairan Cairan
(mEq/L) Interstiti Intracellula
al r (mEq/L)
(mEq/L)
Kation Na 142 145 15
K 4 4 150
Ca 5 2,5 2
Mg 3 1,5 27
Total 154 152 194
Anion Cl 103 114 1
HCO3 27 30 10
HPO4 2 2 100
SO4 1 1 20
Asam 5 5 0
Orgaik
Protein 16 0 63
Total 154 152 194

Non elektrolit
Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam
cairan. Zat lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.

2.3 Proses Pergerakan Cairan Tubuh


Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan
mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak
membutuhkan energy sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi.
Difusi dan osmosis adalah mekanisme transpor pasif. Sedangkan mekanisme
transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP. 1,4
Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung
secara:
8

a. Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah
perembesan (difusi) cairan melalui membran semipermiabel kedalam
cairan lain yang konsentrasinya lebih tinggi. Membran semipermeabel
adalah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui
zat terlarut misalnya protein.
Tekanan osmotik plasma darah adalah 285 5 mOsm/L. Larutan
dengan tekanan osmotik kira-kira sama disebut isotonk (NaCl 0,96%,
Dekstrosa 5%, Ringer-Laktat) lebih rendah disebut hipotonik (akuades)
dan lebih tinggi disebut hipertonik. Cairan lain yang konsentrasinya lebih
tinggi. Membran semipermeabel adalah membran yang dapat dilalui air
(pelarut), namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein.
Konsentrasi molar (mol) adalah jumlah zat yang setara dengan berat
atom atau berat molekul zat dalam gram (1 mol zat mengandung jumlah
partikel sama 6,02 x 10 23). 1 mol Na setara dengan berat atom Na yaitu 23
g. 1 mol Na Cl = Na (23 g) + Cl (35,5 g) = NaCl (58,5 g). NaCl 0,9%
100 ml mengandung 0,9 gram atau 1 liter 9000 mg.

mMol = massa (mg) solute dalam 11 larutan berat molekul solute.


mMol =
Massa NaCl (mg) dalam 1 liter larutan = 9000 = 154 mMol
Berat molekul NaCl 58,5

Miliosmol (mOsm/kg H2O), unit untuk menyatakan tekanan


osmotik bila solute dilarutkn dalam 1 liter larutan.
Miliosmol (mOsm/kg H2O) miliosmol (mmol/kg H2O x jumlah partikel)

Zat-zat tak terionisasi (dekstrosa, dekstran, urea)


1 mM urea = 1 mOsm/L
9

Zat-zat terionisasi (NaCl, CaCl2)


1 mMol NaCl = 2 mOsm/L 1 mM CaCl2 = 3 mOsm/L

Miliekivalen (mEq/L) menyatakan konsentrasi elektrolit mEq/L =


mmol x jumlah muatan listrik. 1,4

b. Difusi
Difusi ialah gerakan molekul yang terus menerus diantara molekul
yang satu dengan yang lainnya dalam cairan, maupun dalam gas. Ion-ion
berdifusi dengan cara yang sama seperti semua molekul, bahkan partikel
koloid tersuspensi berdifusi dengan cara yang sama juga kecuali bahwa
proses difusinya berlangsung sangat lambat dibandingkan dengan zat-zat
molekular akibat ukurannya yang sangat besar.
Difusi melalui membran sel terbagi atas difusi sederhana dan difusi
yang dipermudah. Difusi sederhana dapat terjadi melalui membran sel
dengan dua cara yaitu:
1. Melalui celah pada lapisan lipid ganda, khususnya jika
bahan yang berdifusi terlarut-lipid
2. Melalui saluran licin pada beberapa protein transfor. 1,4

c. Transpor Aktif Primer


Pompa Natrium Kalium
Zat-zat yang ditranspor oleh transpor aktif primer antara lain
adalah natrium, kalium, kalsium, hidrogen, klorida dan beberapa ion
lainya.
Pompa natrium-kalium adalah suatu proses transpor yang
memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat yang
bersamaan memompa ion kalium dari luar kedalam. 1,

Peran natrium
Ekskresi air hampir selalu disertai oleh ekskresi natrium air lewat
urin, feces, atau keringat, karena itu kekurangan air (dehidrasi) selalu
10

diberi cairan infus yang mengandung natrium. Natrium berperan


memelihara tekanan osmotik dan volume cairan ekstraseluler dan
natrium sebagian besar (84%) berada dicairan ekstraseluler. Kebutuhan
natrium perhari sekitar 50-100 mEq atau 3-6 gram NaCl.
Keseimbangan Na diatur terutama oleh ginjal. Berat atom Na = 23
dengan muatan listrik 1.
1 gram NaCl = 17 mEq. Kekurangan Na biasanya disebabkan oleh
pemberian infus berlebihan tanpa Na, pada sindroma reseksi prostat
atau pada menurunnya sekresi ADH (hormon anti diuretik). 1

Peran kalium
Sebagian besar K terdapat dalam sel (150 mEq/L). Pembedahan
menyebabkan katabolisme jaringan dan moilisasi kalium pada hari-
hari pertama dan kedua. Kebutuhan akan kalium cukup diatasi dengan
kebutuhan rutin saja sekitar 0,5 mEq/kgBB/hari. Kemampuan ginjal
menahan kalium sangat rendah. Kadar kalium dalam plasma hanya 2%
dari total K tubuh, sehingga kekurangan K jarang terdeteksi. Funfsi K
adalah merangsang saraf otot, menghantarkan impuls listrik,
membantu utilisasi O2, asam-amino, glikogen dan pembentukan sel.
Kadar K serum normalnya 3-5 mEq/L. Hipokalemia (<3 mEq/L),
memyebabkan keletihan otot, lemas, kembung, ileus paralitik,
gangguan irama jantung. Konsentrasi K dalam infus sebaiknya < 40
mEq/L atau kecepatan pemberian < 20 mEq/jam. 1

2.4 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pembedahan


Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan
hal yang umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor
preoperatif, intraoperatif dan postoperatif.
A. Faktor-faktor preoperatif 5
1. Kondisi yang telah ada
11

Diabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi renal dapat


diperburuk oleh stres akibat operasi.
2. Prosedur diagnostik
Arteriogram atau pyelogram intravena yang memerlukan marker
intravena dapat menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin
yang tidak normal karena efek diuresis osmotik.
3. Pemberian obat
Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi
eksresi air dan elektrolit.
4. Preparasi bedah
Enema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan
air dan elekrolit dari traktus gastrointestinal.
5. Penanganan medis terhadap kondisi yang telah ada
6. Restriksi cairan preoperatif
Selama periode 6 jam restriksi cairan, pasien dewasa yang sehat
kehilangan cairan sekitar 300-500 mL. Kehilangan cairan dapat
meningkat jika pasien menderita demam atau adanya kehilangan
abnormal cairan.
7. Defisit cairan yang telah ada sebelumnya
Harus dikoreksi sebelum operasi untuk meminimalkan efek dari
anestesi.

B. Faktor-faktor intraoperatif 5
1. Induksi anestesi
Dapat menyebabkan terjadinya hipotensi pada pasien dengan
hipovolemia preoperatif karena hilangnya mekanisme kompensasi
seperti takikardia dan vasokonstriksi.
2. Kehilangan darah yang abnormal.
12

3. Kehilangan abnormal cairan ekstraselular ke third space (contohnya


kehilangan cairan ekstraselular ke dinding dan lumen usus saat
operasi).
4. Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasi (biasanya pada
luka operasi yang besar dan prosedur operasi yang berkepanjangan)

C. Faktor-faktor postoperatif 5
1. Stres akibat operasi dan nyeri pasca operasi.
2. Peningkatan katabolisme jaringan.
3. Penurunan volume sirkulasi yang efektif.
4. Risiko atau adanya ileus postoperatif.

2.5 Terapi Cairan


Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan
tubuh dalam batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit)
atau koloid (plasma ekspander) secara intravena. Prinsip dasar terapi cairan
adalah cairan yang diberikan harus mendekati jumlah dan komposisi cairan
yang hilang.

2.5.1 Tujuan Terapi Cairan


Terapi cairan berfungsi untuk tujuan:
1. Mengganti kekurangan air dan elektrolit.
2. Untuk mengatasi syok.
3. Untuk mengatasi kelainan yang ditimbulkan karena terapi yang
diberikan. Terapi cairan preoperatif meliputi tindakan terapi yang
dilakukan pada masa pra-bedah, selama pembedahan dan pasca
bedah. Pada penderita yang menjalani operasi, baik karena
penyakitnya itu sendiri atau karena adanya trauma pembedahan,
terjadi perubahan-perubahan fisiologi. 6

2.5.2 Tatalaksana terapi cairan


Terapi cairan resusitasi
13

Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan


kehilangan akut cairan tubuh atau ekspansi cepat dari cairan
intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan. Misalnya pada
keadaan syok dan luka bakar. Terapi cairan resusitasi dapat dilakukan
dengan pemberian infus Normal Saline (NS), Ringer Asetat (RA), atau
Ringer laktat (RL) sebanyak 20 ml/kg selama 30-60 menit. Pada syok
hemoragik bisa diberikan 2-3 L dalam 10 menit. 3

Terapi rumatan
Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh
dan nutrisi. Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35
ml/kgBB/hari dan elektrolit utama Na+ = 1-2 mmol/kgBB/hari dan K+ =
1 mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan
yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat
(lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible
water losses. Digunakan rumus Holiday Segar 4:2:1, yaitu: 3

Table 2.3 Rumus Holiday Segar

Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan


kandungan karbohidrat atau infus yang hanya mengandung karbohidrat
saja. Larutan elektrolit yang juga mengandung karbohidrat adalah larutan
KA-EN, dextran + saline, DGAA, Ringer's dextrose, dll. Sedangkan
larutan rumatan yang mengandung hanya karbohidrat adalah dextrose 5%.
Tetapi cairan tanpa elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang
antar sel sehingga dextrose tidak berperan dalam hipovolemik.
14

Dalam terapi rumatan cairan keseimbangan kalium perlu


diperhatikan karena seperti sudah dijelaskan kadar berlebihan atau
kekurangan dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Umumnya
infus konvensional RL atau NS tidak mampu mensuplai kalium sesuai
kebutuhan harian. Infus KA-EN dapat mensuplai kalium sesuai kebutuhan
harian.
Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang
ketiga, ke ruang peritoneum, ke luar tubuh. Untuk menggantinya
tergantung besar kecilnya pembedahan, yaitu : 1

6-8 ml/kg untuk bedah besar.


4-6 ml/kg untuk bedah sedang.
2-4 ml/kg untuk bedah kecil.

Terapi Cairan Intravena


Infus cairan intravena (intravenous fluids drip) adalah pemberian
sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam
pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan
atau zat-zat makanan dari tubuh. 7
Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan
pemberian cairan infus adalah:
1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah).
2.
Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah).
3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur
(paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponendarah).
4. Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi (karena Heat stroke,
demam dan diare).
5. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan
cairan tubuh dan komponen darah). 7
15

Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena


(Peripheral Venous Cannulation):
1. Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).
2. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah)
dalam jumlah terbatas.
3. Pemberian kantong darah dan produk darah.
4. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).
5. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur
(misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang
jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk
memudahkan pemberian obat).
6. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya
risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam
nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga
tidak dapat dipasang jalur infus. 7

Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur


Pembuluh Darah Vena yaitu:
1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi
pemasangan infus.
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini
akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt)
pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
3.
Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil
yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai
dan kaki).7
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus yaitu:
1.
Hematoma
Hematom adalah darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat
pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat
penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau
tusukan berulang pada pembuluh darah.
2. Infiltrasi
16

Infiltrasi adalah masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar


(bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati
pembuluh darah.
3. Tromboflebitis
Tromboflebitis atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena
terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan
benar.
4. Emboli udara
Emboli udara adalah masuknya udara ke dalam sirkulasi darah,
terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke
dalam pembuluh darah.
5. Selain itu komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan
melalui infus rasa perih atau sakit dan reaksi alergi.7

2.6 Jenis-Jenis Cairan


1. Cairan Kristaloid
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES =
CEF). Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan
koloid) ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk
mengatasi defisit volume intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di
ruang intravaskuler sekitar 20-30 menit.
Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling
banyak digunakan untuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan
susunan yang hampir menyerupai cairan intravaskuler. Laktat yang
terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami metabolisme di hati
menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang sering digunakan adalah
NaCl 0,9%, tetapi bila diberikan berlebih dapat mengakibatkan asidosis
hiperkloremik (delutional hyperchloremic acidosis) dan menurunnya kadar
bikarbonat plasma akibat peningkatan klorida.
17

Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid dimana


kristaloid akan lebih banyak menyebar ke ruang interstitiel dibandingkan
dengan koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit
cairan di ruang interstitiel.
Pada suatu penelitian mengemukakan bahwa walaupun dalam
jumlah sedikit larutan kristaloid akan masuk ruang interstitiel sehingga
timbul edema perifer dan paru serta berakibat terganggunya oksigenasi
jaringan dan edema jaringan luka, apabila seseorang mendapat infus 1 liter
NaCl 0,9. Selain itu, pemberian cairan kristaloid berlebihan juga dapat
menyebabkan edema otak dan meningkatnya tekanan intra kranial. 2,5,8

a. Cairan hipotonik
Cairan hipotonik osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut
dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik
dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya
mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik,
juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan
tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps
kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada
beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%. 2,7

b. Cairan Isotonik
Cairan Isotonik osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada
di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.
18

Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan


garam fisiologis (NaCl 0,9%). 2,7

c. Cairan hipertonik
Cairan hipertonik osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam
pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45%
hipertonik, Dextrose 5% + Ringer-Lactate, Dextrose 5% + NaCl 0,9%,
produk darah (darah), dan albumin. 2,7

2. Cairan Koloid
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma
substitute atau plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan
yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang
menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam)
dalam ruang intravaskuler. Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk
resusitasi cairan secara cepat terutama pada syok hipovolemik/hermorhagik
atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein
yang banyak (misal luka bakar). 2,5,8

Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:


a. Koloid alami
Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60C
selama 10 jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi
protein plasma selain mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa
globulin dan beta globulin.2,5,8
b. Koloid sintetis
1. Dextran
19

Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan


Dextran 70 (Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000 diproduksi
oleh bakteri Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media
sukrosa. Walaupun Dextran 70 merupakan volume expander yang lebih
baik dibandingkan dengan Dextran 40, tetapi Dextran 40 mampu
memperbaiki aliran darah lewat sirkulasi mikro karena dapat menurunkan
kekentalan (viskositas) darah. Selain itu Dextran mempunyai efek anti
trombotik yang dapat mengurangi platelet adhesiveness, menekan aktivitas
faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran darah.
Pemberian Dextran melebihi 20 ml/kgBB/hari dapat mengganggu cross
match, waktu perdarahan memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal.
Dextran dapat menimbulkan reaksi anafilaktik yang dapat dicegah yaitu
dengan memberikan Dextran 1 (Promit) terlebih dahulu.2,5,8

2. Hydroxylethyl Starch (Heta starch)


Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000
1.000.000, rata-rata 71.000, osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik
30 30 mmHg. Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal akan
dikeluarkan 46% lewat urin dalam waktu 2 hari dan sisanya 64% dalam
waktu 8 hari. Larutan koloid ini juga dapat menimbulkan reaksi anafilaktik
dan dapat meningkatkan kadar serum amilase ( walau jarang). Low
molecullar weight Hydroxylethyl starch (Penta-Starch) mirip Heta starch,
mampu mengembangkan volume plasma hingga 1,5 kali volume yang
diberikan dan berlangsung selama 12 jam. Karena potensinya sebagai
plasma volume expander yang besar dengan toksisitas yang rendah dan
tidak mengganggu koagulasi maka Penta starch dipilih sebagai koloid
untuk resusitasi cairan pada penderita gawat.2,5,8

3. Gelatin
Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat
molekul rata-rata 35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang.2,5,8
Ada 3 macam gelatin, yaitu:
20

1. Modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell).


2. Urea linked gelatin.
3. Oxypoly gelatin

Table 2.4 Keuntungan dan kerugian cairan kristaloid dan koloid 2

Nama Kristaloid Koloid


Keuntungan Tidak mahal Mempertahankan cairan
Aliran urin lancar
intravaskular lebih baik (1/3
(meningkatkan volume cairan bertahan selama 24 jam)
intravaskular) Meningkatkan tekanan onkotik
Pilihan cairan pertama untuk
plasma
resusitasi perdarahan dan Membutuhkan volume yang
trauma lebih sedikit
Mengurangi kejadian edema
perifer
Dapat menurunkan tekanan
intrakranial
Kerugian Mengencerkan tekanan Mahal
Menginduksi koagulopati
osmotik koloid
Menginduksi edema perifer (dextran & helastarch)
Jika terdapat kerusakan kapiler,
Insidensi terjadinya edema
dapat berpotensi terjadi
pulmonal lebih tinggi
perpindahan cairan ke
Membutuhkan volume yg
interstitial
lebih besar Mengencerkan faktor
Efeknya sementara pembekuan dan trombosit
Berpotensi menghambat tubulus
renalis dan sel
retikuloendotelial di hepar
Kemungkinan adanya reaksi
anafilaksis (dextran)

2.7 Terapi Cairan Preoperatif


21

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan dalam
pemberian cairan perioperatif, yaitu
Kebutuhan normal cairan dan elektrolit harian
Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35
ml/kgBB/hari dan elektrolit utama Na+ = 1-2 mmol/kgBB/har idan K+ = 1
mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan yang
hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat (lewat
kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water
losses. Cairan yang hilang ini pada umumnya bersifat hipotonus (air lebih
banyak dibandingkan elektrolit). 2
Defisit cairan dan elektrolit pra bedah
Hal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada
penderita bedah elektif (sektar 6-12 jam), kehilangan cairan abnormal
yang seringkali menyertai penyakit bedahnya (perdarahan, muntah, diare,
diuresis berlebihan, translokasi cairan pada penderita dengan trauma),
kemungkinan meningkatnya insensible water loss akibat hiperventilasi,
demam dan berkeringat banyak. Sebaiknya kehilangan cairan pra bedah ini
harus segera diganti sebelum dilakukan pembedahan.2
Table 2.5 Pengganti defisit prabedah 2
Usia Jumlah Kebutuhan
(ml/Kg/Jam)

Dewasa 1,5 2
Anak 24
Bayi 46
Neonatus 3

Kehilangan cairan saat pembedahan


a. Perdarahan
Secara teoritis perdarahan dapat diukur dari:
1. Botol penampung darah yang disambung dengan pipa penghisap
darah (suction pump).
22

2. Kasa yang digunakan sebelum dan setelah pembedahan. Kasa yang


penuh darah (ukuran 4x4 cm) mengandung 10 ml darah,
sedangkan tampon besar (laparatomy pads) dapat menyerap darah
10-100 ml.

Dalam prakteknya jumlah perdarahan selama pembedahan hanya


bias ditentukan berdasarkan kepada taksiran (perlu pengalaman banyak)
dan keadaan klinis penderita yang kadang-kadang dibantu dengan
pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit berulang-ulang (serial).
Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit lebih menunjukkan rasio
plasma terhadap eritrosit daripada jumlah perdarahan. Kesulitan
penaksiran akan bertambah bila pada luka operasi digunakan cairan
pembilas (irigasi) dan banyaknya darah yang mengenai kain penutup, meja
operasi dan lantai kamar bedah.2
b. Kehilangan cairan lainnya
Pada setiap pembedahan selalu terjadi kehilangan cairan yang lebih
menonjol dibandingkan perdarahan sebagai akibat adanya evaporasi dan
translokasi cairan internal. Kehilangan cairan akibat penguapan
(evaporasi) akan lebih banyak pada pembedahan dengan luka pembedahan
yang luas dan lama. Sedangkan perpindahan cairan atau lebih dikenal
istilah perpindahan ke ruang ketiga atau sequestrasi secara masif dapat
berakibat terjadi defisit cairan intravaskuler.
Jaringan yang mengalami trauma, inflamasi atau infeksi dapat
mengakibatkan sequestrasi sejumlah cairan interstitial dan perpindahan
cairan ke ruangan serosa (ascites) atau ke lumen usus. Akibatnya jumlah
cairan ion fungsional dalam ruang ekstraseluler meningkat. Pergeseran
cairan yang terjadi tidak dapat dicegah dengan cara membatasi cairan dan
dapat merugikan secara fungsional cairan dalam kompartemen
ekstraseluler dan juga dapat merugikan fungsional cairan dalam ruang
ekstraseluler.2S
23

2.7.1 Terapi Cairan Intraoperatif


Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung
berdasarkan kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan cairan akibat
pembedahan (perdarahan, translokasi cairan dan penguapan atau
evaporasi). Jenis cairan yang diberikan tergantung kepada prosedur
pembedahannya dan jumlah darah yang hilang.
a. Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis misalnya
bedah mata (ekstrasi, katarak) cukup hanya diberikan cairan rumatan
saja selama pembedahan.
b. Pembedahan dengan trauma ringan misalnya: appendektomi dapat
diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar
ditambah 4 ml/kgBB/jam untuk pengganti akibat trauma pembedahan.
Total yang diberikan adalah 6 ml/kgBB/jam berupa cairan garam
seimbang seperti Ringer Laktat atau Normosol-R.
c. Pembedahan dengan trauma sedang diberikan cairan sebanyak 2
ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 8 ml/kgBB/jam untuk
pembedahannya. Total 10 ml/kgBB/jam.2

2.7.2 Terapi Cairan Postoperatif


Terapi cairan pasca bedah ditujukan terutama pada hal-hal di bawah ini:
a. Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi.
Kebutuhan air untuk penderita di daerah tropis dalam keadaan basal
sekitar 50 ml/kgBB/24 jam. Pada hari pertama pasca bedah tidak
dianjurkan pemberian kalium karena adanya pelepasan kalium dari
sel/jaringan yang rusak, proses katabolisme dan transfusi darah. Akibat
stress pembedahan, akan dilepaskan aldosteron dan ADH yang
cenderung menimbulkan retensi air dan natrium. Oleh sebab itu, pada
2-3 hari pasca bedah tidak perlu pemberian natrium. Penderita dengan
keadaan umum baik dan trauma pembedahan minimum, pemberian
karbohidrat 100-150 mg/hari cukup memadai untuk memenuhi
kebutuhan kalori dan dapat menekan pemecahan protein sampai 50%
kadar albumin harus dipertahankan melebihi 3,5 gr%. Penggantian
24

cairan pasca bedah cukup dengan cairan hipotonis dan bila perlu
larutan garamisotonis. Terapi cairan ini berlangsung sampai penderita
dapat minum dan makan.2

b. Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah:


Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar 15% setiap
kenaikan 1C suhu tubuh.
Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau
muntah.
Penderita dengan hiperventilasi atau pernapasan melalui
trakeostomi dan humidifikasi.2

c. Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama


pembedahan yang belum selesai. Bila kadar hemoglobin kurang dari
10 gr%, sebaiknya diberikan transfusi darah untuk memperbaiki daya
angkut oksigen.2

d. Koreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi


cairan tersebut. Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara
seksama meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, diuresis, tingkat
kesadaran, diameter pupil, jalan nafas, frekuensi nafas, suhu tubuh dan
warna kulit.2

Вам также может понравиться