Вы находитесь на странице: 1из 4

Hari Santri Senjata Ampuh Negara dan Ormas Islam Toleran Perangi

Kelompok Radikal

Posted on Okt 23, 2015 by arrahmahnews in Artikel, ISIS, Nasional, SARA // 2


Comments

Headline News

Arab Saudi Hapus Kalender Islam Untuk Pangkas Pengeluaran

Afrika

Wartawan Perang Asal Belanda Tewas Ditembak ISIS di Libya

Headline News

Dalam Hitungan 24 Jam Tentara Suriah Berhasil Masuki Kota Utama di


Ghoutha Barat

Internasional

Serangan AS Tewaskan 9 Warga Sipil Suriah

Headline News

Media Lebanon: AS Berencana Intensifkan Perang di Suriah

Headline News

Yaman Gunakan Data Intellijen Negara Afrika dalam Penenggelaman Kapal Emirat

Headline News

Al-Baghdadi Perintahkan Hancurkan Mosul Jika ISIS Kalah


Headline News

VIDEO: Jubir al-Nushra Sebut White Helmets Sebagai Mujahidin

Headline News

Erdogan Kecam Kongres AS Terkait UU 9/11 atas Saudi

Amerika

AS Tingkatkan Perang di Suriah Untuk Kambing Hitamkan Rusia

JAKARTA, Arrahmahnews.com Situasi memanas di Suriah, Irak dan Yaman memicu


para pendukung Saudi dan Amerika serta Zionis kalang-kabut dan resah, malu dan
tak berdaya. Kelompok radikal yang didukung oleh Saudi, Amerika dan yang jelas
oleh Zionis ingin sekali mereka memporak-porandakan ajaran Islam Muhammadi.

Melihat hal ini maka para pendukung gerakan Teroris dan Saudi dengan sangat
kencangnya menghembuskan Perang Sektarian, media-media radikal dengan
tanpa malu-malu dan takut dengan pemerintah menebar bola panas pertikaian,
mereka berupaya meruntuhkan pemerintahan Jokowi yang mereka anggap
pemerintahan tak sah menurut mereka, karena tidak tegakkan Khilafah, umat
Islam mereka hidangkan ketegangan dengan isu keagamaan dan SARA hingga pada
akhirnya akan terjadi kekacauan dan pertikaian antar umat beragama. (Baca juga:
Ketegangan Sunni-Syiah Hasil Rekayasa Wahabi Takfiri)

Dikumandangkannya hari santri nasional itu bukan hanya sekedar penghargaan


kepada para santri saja tetapi ini sebuah strategi dan senjata ampuh perangi
radikalisme.

Inilah bagian dari program merapatkan barisan yang dibangun pemerintah bersama
ormas agama besar di negara ini. Indonesia sekarang memasuki fase warning
dengan memanasnya kembali situasi Suriah. Isu-isu sektarian gencar dilakukan di
beberapa daerah rawan konflik dengan tujuan mengadu domba antar umat
beragama. Apalagi pandangan politik Indonesia sekarang lebih banyak mengacu ke
Rusia dan China daripada ke barat. Terancamnya US di Freepot menunjukkan Jokowi
ingin melakukan nasionalisasi secara bertahap terhadap sumber daya alam
Indonesia yang dikuasai asing. (Baca juga: Ideologi Khilafah Akar dari Terorisme di
Dunia)

Diberantasnya mafia-mafia yang menguasai sektor migas dan pangan selama ini
juga turut berperan dalam memanaskan situasi di Indonesia. Mereka menyerang
dari segala arah dan isu sektarian termasuk dalam agenda besar mereka. Dengan
dibenturkannya umat beragama, maka Indonesia diharapkan chaos dan dengan
begitu turun kepercayaan terhadap pemerintah.

Attack dog yang paling bagus adalah memanfaatkan kaum radikal. Kamu radikal
berbaju agama digerakkan untuk memicu kekacauan. Diharapkan situasi akan
seperti ambon atau sampit. Dan goyangan ini muncul dimana-mana.

Hari santri yang dicanangkan pemerintah adalah kelanjutan dari konsep Islam
Nusantara yang pertama digaungkan.

Pertama, keluarkan konsep Islam Nusantara untuk memilah mana Islam radikal dan
islam toleran. Masyarakat di edukasi bahwa Islam itu bukan arabisme, sehingga
semua budaya arab timur tengah termasuk sifat keras mereka bukan menjadi inti
dari ajaran Islam. Maka turun gunung-lah para punggawa untuk meng-edukasi
konsep Islam Nusantara seperti Gus Mus, Cak Nun, Quraish Shihab, Buya Syafii
Maarif dan ulama besar lainnya. (Baca juga: Persatuan Sunnah-Syiah Pesan Ilahi
Untuk Negri dari Ancaman Wahabi)

Langkah kedua, perkokoh posisi santri. Dengan diresmikannya hari santri Nasional
maka para santri di seluruh Nusantara dirapatkan. Resolusi mereka adalah jihad
melawan kebodohan, kemiskinan dan radikalisme. Mereka menyerang akar-akar
masalah yang selama ini menjadi tempat berkembang biaknya faham Wahabisme
dan Zonisme. (Baca juga: PKS Ikhwanul Muslimin Indonesia Berfaham Aliran Sesat
Wahabi)

Para santri dilibatkan penuh untuk menangkal ajaran radikal yang selama ini
memakai baju Islam dan agama. Mereka dibekali wawasan kebangsaan dan negara
yang selama ini diperjuangkan oleh pendahulu-pendahulu mereka.
Gerakan pemerintah bersama NU dan Muhammadiyah ini mengurung kaum radikal
ke pojok sempit ruangan. Mereka menjadi bahan bully-an masyarakat yang
teredukasi baik tentang siapa mereka sebenarnya dan apa yang ingin mereka
lakukan untuk negara ini sesungguhnya.

Inilah yang disebut perang lunak. Dengan memanfaatkan teknologi, maka


penyebaran paham disebar-luaskan. Dan kita melihat, merasakan bahkan banyak
mengalami bahwa kita sebenarnya sudah masuk pada medan perang pemikiran.

Ini langkah brilian dan mengagumkan yang menunjukkan kualitas berfikir para
pemimpin negeri ini.

Para radikalis tidak digebuki atau dipenjara meski mereka banyak melakukan fitnah,
kecuali jika mereka sudah merusak. Mereka dibiarkan, dan masyarakat di edukasi
untuk melihat kesalahan berfikir mereka. Seandainya pemerintah menggebuki
mereka, yang terjadi malah mereka akan menjadi pahlawan dan semakin kencang
keyakinan jihad ala mereka. Keyakinan ini akan meluas dan menjadikan negara
chaos seperti hal-nya yang terjadi di Mesir ketika pemerintah menggebuki Ikhwanul
Muslimin. (Baca juga: Islam Radikal Bukan Ajaran Rasulullah Saw)

Beruntungnya negara kita banyak mengambil pelajaran dari situasi di Timur Tengah.
Pelajaran untuk bertahan dan mengenal kebenaran juga kesalahan. Bayangkan
Suriah, belum sempat penduduknya berfikir, mereka sudah diserang.

Jadi, biarkan para pemimpin kita ini bekerja. Mereka bukan pesulap. (ARN/MM)

Вам также может понравиться