Вы находитесь на странице: 1из 30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Palu

4.1.1 Letak Administrasi Kota Palu

Kota Palu secara administrasi merupakan ibu kota propinsi

Sulawesi Tengah dan secara geografis berada di tengah wilayah

kabupaten Donggala. Tepatnya sepanjang pantai teluk Palu atau

memanjang dari timur ke barat, terletak di sebelah utara garis

katulistiwa pada koridor 0,350 0,560Lintang Selatan dan 119,450

120,10Bujur Timur, yang terbagi menjadi 8 kecamatan, yaitu

kecamatan Palu Barat, Palu Utara, Palu Selatan, Palu Timur,

Mantikulore, Ulujadi, Tatanga dan kecamatan Tawaili. Luas wilayah

Kota Palu 395,06 km2atau 39,506 ha terdiri dari daratan tinggi.

Gambar 4.1 Peta Administratif Kota Palu


Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029

47
4.1.2 Keadaan Geologi Kota Palu
Kota Palu memiliki luas wilayah 395,06 Ha yang di bagi dalam 8

(delapan) Kecamatan yang merupakan satu Satuan Wilayah

Pengembangan (SWP) dan 43 (empat puluh tiga) Kelurahan. Kota

Palu terletak pada ketinggian 0 700 M dari permukaan laut, dengan

kondisi geografis datar hingga pegunungan, sedang dataran rendah

yang umumnya tersebar disekitar pantai dan letaknya bervariasi.

Berdasarkan tofografinya, wilayah Kota Palu dapat di bagi menjadi 3

zona ketinggian yaitu :


a. Kawasan dataran rendah berada pada bagian berat sisi timur

memanjang dari arah utara ke selatan, bagian timur ke arah utara

sisi barat memanjang dari utara keselatan merupakan pantai dengan

ketinggian antara 0 100 M di atas permukaan laut.


b. Kawasan dataran tinggi dan pegunungan berada pada bagian barat

sisi barat dan selatan, kawasan bagian timur kearah selatan dan

bagian utara kearah timur dengan ketinggian antara 100-500 M di

atas permukaan laut.


c. Kawasan pengunungan yang tinggi hingga gunung dengan

ketinggian lebih dari 500 M di atas permukaan laut (DPL).


4.1.3 Kondisi Topografi
Berdasarkan topografinya, wilayah Kota Palu dapat

diklasifikasikan kedalam tiga zona ketinggian permukaan bumi dari

permukaan laut, yaitu :


a. Topografi dataran rendah/pantai dengan ketinggian antara 0-100 M

di atas permukaan laut yang memanjang dari arah Utara ke Selatan

dan bagian Timur ke arah Utara.

48
b. Topografi perbukitan dengan ketiggian antara 100-500 M di atas

permukaan laut yang terletak dibagian sisi Barat dan Selatan,

kawasan bagian Timur ke arah Selatan dan bagian Utara ke arah

Timur.
c. Pegunungan dengan ketinggian lebih dari 500 M sampai dengan

700 M di atas permukaan laut.


Wilayah dengan tingkat kemiringan tanah yaitu 0-5 % hingga 5-

40 % merupakan yang paling luas yaitu 376,68 Ha (95,34%),

sedangkan ketinggian di atas 500 M dari permukaan laut yang paling

luas yaitu 18,38 Ha (4,66%).


4.1.4 Batas-batas Administrasi Kota Palu
Batas-batas administrasi Kota Palu berdasarkan Undang-Undang

No.4/ 1994 tentang pembentukaan Kota Palu sebagai berikut :


Tabel 4.1. Batas-batas Wilayah Kota Palu

Wilayah Batas-batas
Utara Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala
Timur Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong dan

Selatan Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala


Kecamatan Marawola dan Kecamatan Sigi Biromaru,
Barat
Kabupaten Sigi
Kecamatan Finembani, Kecamatan Kinovaro, dan

Kecamatan Marawola Barat, Kabupaten Donggala


Sumber: Kota Palu dalam angka, 2013
Secara administratif, Kota Palu adalah ibu kota Propinsi Sulawesi

Tengah, yang di bagi dalam 8 kecamatan dan 45 kelurahan. Kota Palu

dengan wilayah seluas 395,06 kilometer persegi, berada pada kawasan

dataran lebah Palu dan teluk Palu.


Jumlah penduduk Kota Palu tercatat sebanyak 347.856 jiwa,

dengan kepadatan penduduk sebesar 881 jiwa/km2. Kota Palu juga

49
mempunyai potensi di berbagai sektor antara lain wisata, jasa,

perdagangan, pemerintahan, pertanian, angkutan, komunikasi, serta

industri pengolahan. Dengan adanya berbagai aktifitas tersebut di atas,

memberikan nilai tambah terhadap perekonomian di Kota Palu.

4.2 Gambaran Umum Perencanaan Pusat Informasi Kegempaan di Kota

Palu
Daerah Palu merupakan salah satu kawasan seismik aktif di Indonesia.

Tingginya tingkat aktivitas kegempaan di kawasan ini tidak lepas dari

lokasinya yang berada pada zona benturan tiga lempeng tektonik utama

dunia, yaitu Indonesia-Autralia, Eurasia dan Pasifik. Pertemuan ketiga

lempeng ini bersifat konvergen dan ketiganya bertumbukan secara relatif

mengakibatkan daerah Sulawesi Tengah dan sekitarnya menjadi salah satu

daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia

berkaitan dengan aktivitas sesar aktif.


Melihat kondisi daerah palu yang merupakan daerah rawan bencana

gempa bumi maka di harapkan dengan adanya Pusat Informasi Kegempaan

dapat memberikan wadah bagi masyarakat untuk mengetaui hal-hal yang

berhubungan dengan bencana gempa. Diharapkan juga dengan adanya pusat

informasi ini dapat mengedukasi masyarakat bagaimana cara menghadapi

bencana gempa itu sendiri.


Pusat Informasi Kegempaan memiliki manfaat yang sangat banyak jika

ditinjau dari berbagai aspek diantaranya : pendidikan, wisata, sosial dan

ekonomi.

4.3 Analisis Pemilihan Lokasi dan Tapak


4.3.1 Pemilihan Lokasi

50
Pertimbangan pemilihan lokasi tapak di sesuaikan dengan rencana

tata ruang Wilayah Kota Palu (RTRW) berdasarkan struktur ruang Kota

Palu dalam 8 bagian wilayah kota, dimana arahan rencana penggunaan

lahan untuk kegiatan pendidikan disesuaikan dengan syarat dan kondisi

bangunan yang akan di rancang. Dengan pertimbangan dari segi fungsi

pada suatu kawasan tertentu, prospek serta fasilitas dari lokasi yang

akan di pilih yang mendukung eksistensi rancangan tersebut. Pusat

informasi kegempaan palu yang merupakan bangunan dengan fungsi

utama yaitu sebagai ruang pendidikan sehingga membutuhkan lokasi

yang dapat mendukung kegiatan yang ada di dalam bangunan tersebut

secara maksimal.
Penentuan pemiliha lokasi perencanaan untuk pembangunan Pusat

Informasi Kegempaan Palu di dasarkan pada kriteria-kriteria sebagai

berikut :
a. Letak lokasi sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota Wilayah Kota

Palu (RTRW)
b. Merupakan kawasan pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan

pariwisata.
c. Aksesbilitas yang mudah dicapai dengan moda transportasi umum.
d. Tersedianya infrastruktur seperti telepon, jaringan air bersih, listrik,

saluran pembuangan umum dan jalan.


e. Lokasi dekat dengan kawasan permukiman.

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, maka di gunakan 4 lokasi

sebagai alternatif. Adapun lokasi yang menjadi alternatif pemilihan

lokasi sebagai berikut:


1. Alternatif 1 : Kecamatan Mantikulore
2. Alternatif 2 : Kecamatan Palu Selatan
3. Alternatif 3 : Kecamatan Palu Barat

51
4. Alternatif 4 : Kecamatan Palu Timur

Alt.1

Alt.3

Alt.4
Alt.2

Gambar 4.2Alternatif Pemilihan Lokasi


Sumber: BAPEDDA & PM Kota Palu

Berdasarkan alternatif diatas, analisis pemilihan lokasi yaitu

sebagai berikut:

Tabel 8.Analisis Pemilihan Lokasi

Kriteria bobot Alt. 1 Alt. 2 Alt. 3 Alt. 4


Sesuai RTRW 20% 5 5 5 5
Kawasan Pemerintahan,
Perdaganga, Pendidikan, dan 30% 5 4 3 5
Pariwisata.
Aksesibilitas 20% 4 3 4 4
Kelengkapan Infrastruktur 20% 4 4 4 4
Dekat Dari kawasan
10% 3 4 3 2
permukiman
Jumlah 100% 21 20 19 20
Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2015

Keterangan:

52
5 = Sangat Baik
4 = Baik
3 = Cukup Baik
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang

Berdasarkan pertimbangan diatas maka lokasi tapak yang terpilih

terletak di JL. Soekarno-Hatta, Kelurahan Talise, Kecamatan

Mantikulore, Kota Palu. Tapak berada pada kawasan yang

diperuntukkan sebagai kawasan pendidikan sesuai Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Palu yang direncanakan dan memenuhi kriteria yang

menjadi dasar utama dalam pemilihan tapak tersebut.


4.3.2 Pemilihan Tapak
Pemilik tapak ini bertujuan untuk mendapatkan lokasi tapak yang

sesuai dan tempat yang diperuntukkan untuk bangunan Pusat Informasi

Kegempaan Palu yaitu pada kawasan pendidikan dan pariwisata hal ini

mengingat bahwa bangunan Pusat Informasi Kegempaan Palu adalah

salah satu bangunan atau sarana pendidikan.


a. Dasar Pertimbangan Pemilihan Tapak
1. Tata guna lahan yang diperuntukkan bagi pengembangan

pendidikan, perkantoran, perdagangan dan pariwisata.


2. Luasan site yang mencukupi/memenuhi untuk kebutuhan luasan

sebuah bangunan pusat informasi yang akan di rencanakan.


3. Berada pada lokasi yang strategis dengan daerah jangkauan

pelayanan yang dapat mencakup wilayah lebih luas, dalam hal ini

skala kota.
4. Aksesbilitas yang tinggi sehingga mudah diakses oleh sarana

transportasi dari arah manapun di Kota Palu.

53
5. Utilitas dan jaringan infrastruktur yang lengkap seperti jaringan

air bersih, listrik, telekomunikasi, dan jalur pembuangan air kotor

yang memadai.
6. Lokasi yang terpilih harus sehat tidak berada di daerah industri

dan tidak berada pada daerah yang lokasi tanahnya berlumpur

atau tanah berawa.

Gambar 4.3 Peta Kota Palu


Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal,
Pemerintah Kota Palu, 2009.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka lokasi tapak yang terpilih

terletak di JL. Soekarno-Hatta Kelurahan Talise, Kecamatan

Mantikulore, Kota Palu. Tapak berada pada kawasan yang di

peruntukkan sebagai kawasan pendidikan sesuai Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Palu yang direncanakan dan memenuhi kriteria yang

menjadi dasar utama dalam pemilihan tapak tersebut.

54
4.3.3 Kondisi Exsisting Tapak
Tapak berada pada lahan yang diperuntukkan untuk pendidikan

menurut RUTRW Kota Palu, tapak juga berdekatan dengan kawasan

permukiman, pariwisata, pusat kota, dan perdagangan. Adapun kondisi

exsisting tapak sebagai berikut :


a. Site berada di lahan kosong dan belum mempunyai bangunan

didalamnya.
b. Terletak di kawasan pendidikan.
c. Akses menuju tapak dapat diakses melalui kendaraan umum maupun

pribadi.
d. Topografi relatif datar.
e. Luas site cukup luas untuk pembangunan dan pengembangan.
f. Batas-batas site
1. Sebelah Utara :Berbatasan dengan Hutan Kota
2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Dinas Pemuda dan Olahraga
3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Taman Golf
4. Sebelah Selatan : Berbtasan dengan Hutan Kota
4.4 Analisis Pengolahan Site
4.4.1 Pencapaian Menuju Tapak
Pencapaian ke tapak melalui jalan yang terdapat di sebelah timur

tapak. Adapun alat transportasi yang digunakan untuk mencapai lokasi

antara lain dengan angkutan kota (angkot), kendaran pribadi, kendaraan

roda dua, dan bus. Untuk mencapai lokasi dapat melalui jalan yang

berada disisi timur tapak, sehingga untuk masuk ke lokasi cukup

dengan masuk secara langsung.

55
Pencapaian menuju
tapak dapat di akses
melalui jalan soekarno-
hatta

Gambar 3.1 Pencapain Site


Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat di ketahui bahwa akses

masuk ke tapak dan keluar hanya melalui jalan Soekarno-Hatta yang

berada di sebelah timur. Tanggapan perletakan model pencapaian dalam

perancangan antara main enterance dan side enterance diletakkan

sejajar dengan pintu masuk dan keluar utama. Meskipun demikian,

jarak antaranya tidak terlalu jauh dan cukup memberikan kesan bahwa

jalur pencapaian tersebut merupakan jalur pencapaian khusus.

Akses masuk kedalam tapak menggunakan pola pencapaian

melingkar, dilakukan untuk mengantisipasi cross secara langsung

dengan kendaraan yang melaju dari arah timur tapak, sekaligus

menghindari kemacetan karena kendaraan yang melintasi jalan lebih

56
banyak yang berasal dari arah timur, sehingga alternatif ini

memungkinkan bagi pengunjung ketika keluar tapak dapat secara

langsung melihat kendaraan yang datang dari arah timur tapak.

Gambar 3.1 Pola Pencapain Melingkar


Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029

4.4.2 Luasan Tapak


Eksisting luasan tapak yang terpilih yaitu 2 ha merupakan lahan

yang cukup luas untuk perencanaan Pusat Informasi Kegempaan di

Kota Palu, mengingat kegiatan yang akan diwadahi membutuhkan

luasan tapak yang cukup luas.

57
Gambar 3.1 Pola Pencapain Melingkar
Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029

4.4.3 Utilitas Jaringan Listrik dan Telepon Sekitar Tapak


Kondisi utilitas dan jaringan disekitar tapak sangat memadai karena

hampir setiap sisi tapak memiliki utilitas dan jaringan listrik. Pada sisi

barat, utara, dan selatan tersedia sistem utilitas seperti drainase, jaringan

listrik dan jaringan telepon.

58
Gambar 3.1 Pola Pencapain Melingkar
Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029

4.4.4 Arah Matahari pada Tapak


Luasan tapak yang luas dan ketinggian bangunan disekitar yang

rata-rata hanya satu sampai tiga lantai menyebabkan tapak terkena sinar

matahari langsung sehingga dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan

bangunan. Dari segi perancangan bangunan, sinar matahari merupakan

elemen penerangan alami yang penting bagi ruangan-ruangan yang

dapat menjadi sumber cahaya alami. Selain sehat, karena sinar matahari

dapat membunuh bakteri, juga menghemat energi listrik, ini berarti

mengurangi kebutuhan energi di dalam bangunan.


Cahaya matahari yang berlebihan dapat mempengaruhi suhu di

dalam maupun luar bangunan. Untuk mengurangi cahaya yang

59
mengenai bangunan dan ruang-ruang di dalamnya maka dapat

memberikan penghalang baik berupa vegetasi dan shading device pada

muka bangunan yang berhadapan langsung dengan matahari. Juga

pemecahan secaran lansekap dengan pengaturan pola tanam pohon,

menggunaka material bangunan yang menyerap panas,

mempertimbangkan antara hal-hal yang berkaitan, hal ini juga yang

menjadi faktor utama dalam memaksimalkan cahaya matahari adalah

komponen cahaya langit, faktor penghalang gedung sekitar (komponen

refleksi luar) serta besarnya bukaan yang di gunakan untuk mencapai

optimalisasi cahaya dalam ruangan.

Gambar 3.1 Pola Pencapain Melingkar


Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029
Daerah yang mendapatkan radiasi matahari secara langsung (pada

bagian timur dan barat). Salah satu solusinya adalah penggunaan

material shading device agar sinar matahari dapat di pantulkan dan

60
tidak sampai menggangu kenyamanan pemakai serta tidak

menimbulkan silau pada saat posisi matahari rendah, selain itu

penggunaan elemen arsitektur pada bagian utara dan selatan bangunan

untuk memaksimalkan penghawaan alami didalam bangunan.

Gambar 3.1 Pola Pencapain Melingkar


Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029

4.4.5 Arah Angin pada Tapak

Angin merupakan potensi alam yang sangat bermanfaat pada

desain, karena dapat mengurangi penggunaan penghawaan buatan

dengan memanfaatkan secara maksimal penghawaan alami. Aliran

angin juga sangat berpengaruh pada posisi bangunan guna memperoleh

udara alami untuk kenyamanan pada ruang-ruang dalam bangunan.

Cara pendistribusian aliran angin ini dengan perletakan bukaan-bukaan

yang memungkinkan aliran udara segar dapat masuk dan keluar dengan

bebas. Oleh sebab itu rancangan untuk bangunan terhapadap aliran

angin yakni :

a. Orientasi bukaan pada bagian utara dan selatan yang efektif untuk

gerakanangin dalam bangunan (hanya pada ruang-ruang tertentu)

b. Vegetasi sebagai pengarah angin dalam site.

61
Gambar 3.1 Pola Pencapain Melingkar
Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029

Vegetasi yang digunakantidak hanya mempunyai nilai estetika

secara arsitektural, namun juga dapat diambil manfaat dari keberadaan

vegetasi tersebut. Misalnya pohon trambesi, sebagai salah satu pohon

yang banyak di gunakan sebagai elemen lansekap di kota Palu.

Gambar 3.1 Pola Pencapain Melingkar


Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029

62
Selain penyelesaian secara alami seperti yang di atas, sebagai

penyelesaian secara arsitektural yaitu dengan permainan permukaan

bangunan (facade). Dalam penerapan pada perancangan, facade

bangunan lebih diarahkan pada upaya untuk mengarahkan angin

sekaligus membatasi jumlah angin yang masuk untuk menahan angin.

4.4.6 Kebisingan
Sumber kebisingan di luar tapak yang berasal dari jalan

Soekarno-Hatta yang cukup padat pada jam kerja yang didominasi oleh

kendaraan roda dua dan roda empat pada waktu pagi hari sampai malam

hari, untuk mengatasi hal ini perlu adanya pola penataan lansekap,

tujuannya untuk meminimalisir sumber kebisingan pada jam-jam sibuk,

memberikan arah pada sirkulasi kendaraan yang ada dalam tapak, serta

memberikan batasan antara site dalam dan luar bangunan.

63
Gambar 3.1 Pola Pencapain Melingkar
Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029

Langkah yang ditempuh dalam meredam kebisingan adalah

menanam vegetasi peredam bising dan pemilihan material bangunan

kedap suara untuk fasilitas yang pada bagunanagar tingkat kenyamanan

terpenuhi.

Gambar 3.1 Pola Pencapain Melingkar


Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029
4.4.7 Orientasi Tapak Dan Bangunan
Orientasi tapak yang dimaksudkan pada bagian ini adalah arah

view atau pandangan dari luar dan dalam tapak. Dengan

mempertimbangkan arah pandangan untuk mendapatkan ekspose

maksimal, arah pandang dari dalam site kearah lingkungan dan letak

main entrance dan side entrance sebagai sirkulasi kedalam dan keluar

tapak serta memperhatikan kondisi alami lingkungan, jaringan jalan dan

kondisi sekitar tapak.


4.4.8 Sistem Sirkulasi pada Tapak
Kepadatan kendaraan yang berada di sekitar tapak turut

memberikan pengaruh terhadap pola sirkulasi yang ada. Hal ini terjadi

karena bangunan merupakan sarana publik yang diakses oleh seluruh

masyarakat, sehingga sirkulasi menjadi sangat penting dalam

64
perancangan. Di tapak, saat ini sirkulasi kendaraan berada di jalan

Soekarno-Hatta.

Pintu keluar
utama

Pintu masuk
utama

Gambar 3.1 Pola Pencapain Melingkar


Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029

Dalam perancangan, sirkulasi pejalan kaki mempunyai porsi yang

lebih besar dibanding kedua sirkulasi yang lainnya, dimana sirkulasi

yang berada di dalam tapak sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan.

Adapun rincian dari dari sirkulasi tersebut yaitu :


a. Sirkulasi pejalan kaki
Sirkulasi pejalan kaki pada perancangan ini adalah sama

seperti sirkulasi pejalan kaki pada umumnya, karena mengingat

perancangan ini merupakan fasilitas umum yang dimana pejalan kaki

memang harus mendapatkan perhatian yang lebih, oleh karena itu

65
sirkulasi pejalan kaki mendapatkan porsi yang lebih besar daripada

sirkulasi kendaraan. Sirkulasi kendaraan pada perancangan ini hanya

diperbolehkan melalui dropping area sedangkan untuk sirkulasi

pejalan kaki dinaikkan agar tidak terjadi cross.

Gambar 3.1 Pola Pencapain Melingkar


Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029

Model gambar di atas adalah berlaku pada bangunan publik

umumnya, sehingga pada bangunan ini bisa diterapkan. Selain itu,

sirkulasi ini bisa diterapkan ke berbagai tema dalam perancangan,

seperti regionalisme, arsitektur hijau, hi-tech ataupun pada tema

yang lainnya. Untuk sirkulasi di dalam bangunan secara umum

sirkulasi yang diterapkan tetap cenderung satu arah terhadap massa

bangunan yang ada, tetapi pada titik tertentu terdapat percabangan,

hal ini lebih dikarenakan terdapatnya beberapa fasilitas dan

bangunan yang ada dalam satu massa sehingga dapat memudahkan

bagi pejalan kaki untuk mencapai tujuannya tanpa harus melewati

fasilitas-fasilitas bangunan yang tidak dikehendaki.

b. Sirkulasi kendaraan bermotor

66
Sirkulasi kendaraan memiliki porsi yang lebih kecil, dalam

perancangan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki benar-benar

terpisah agar tidak terjadi cross. Sirkulasi kendaraan tidak

diperbolehkan berada dalam lingkungantapak, hanya diperbolehkan

melalui area entrance utama untuk dropping area lalu sirkulasi

diarahkan pada pintu keluar atau masuk ke area parkir. Entrance

kendaraan benar-benar terpisah dari entrance pejalan kaki sehingga

untuk mencapai entrance utama para penumpang harus turun pada

dropping area setelah itu berjalan kaki menuju entrance utama

bangunan.
c. Sirkulasi parkir
Perancangan area parkir merupakan kegiatan untuk menopang

perencanaan ruang luar dari perancangan pusat informasi sehingga

kegiatan-kegiatan yang akan ditampung di dalam bangunan tidak

terganggu. Adapun model sirkulasi parkir pada perancangan galeri

ini terdapat dua alternatif, yaitu sistem parkir 90dan sistem parkir

45. Kemudian daridua model ini dibedakan lagi menjadi dua jenis

peruntukan lahan parkir, yang pertama parkir untuk pengelola dan

yang kedua parkir untuk pengunjung.

67
Gambar 3.1 Pola Pencapain Melingkar
Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029

Gambar 3.1 Pola Pencapain Melingkar


Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029

68
Gambar 3.1 Pola Pencapain Melingkar
Sumber: RTRW Kota Palu 2006- 2029

Sirkulasi menuju tapak dipermudah dengan sedikit melebarkan

jalan kolektor sehingga kendaraan besar seperti bus dapat masuk

dengan mudah ke dalam tapak. Sirkulasi masuk menuju tapak

merupakan sirkulasilinear. Jalur sirkulasi pengunjung memberi jalur

masuk pada sisi timur site.Konsep ini diambil dari analisis pencapaian

yang dengan concept output jalur sirkulasi melewati bagian depan site

dan masuk dan keluar dari depan masa. Mekanisme sirkulasi

pergerakan kendaraan pengunjung didalam site dibuat memutar didepan

area bangunan dengan alasan efektifitas pergerakan kendaraan yang

berpengaruh pada efektifitas penggunaan lahan. Selain itu adanya aspek

penekanan memberikan area lahan potensial untuk aktifitas didalam

bangunan.

69
4.4.9 Tata Ruang Luar (Lansekap)
Tata ruang luar merupakan salah satu hal pokok dalam

pembentukan ruang luar karena memiliki fungsi sebagai pengendali

radiasi matahari, pangendali angin, pengendali bising dan penyaring

udara. Dalam perancangan ruang luar pada bangunan pusat informasi

terdapat dua aspek yang dipertimbangkan, yaitu fungsi dan

estetika.aspek fungsi memberikan penekanan terhadap pemanfaatan

objek atau elemen yang di rancang, sedangkan aspek astetika untuk

menghasilkan nilai keindahan visual. Material pembentuk lansekap

yang digunakan terdiri dari material lunak (soft material) dan material

keras (hard material).


a. Softmaterial
Pengolahan soft material merupakan pengolahan elemen yang

bersifat lembut seperti pemilihan jenis tanaman. Jenis tanaman yang

dipilih disesuaikan dengan fungsi sebagai peneduh, pengarah dan

filter bagi bangunan. Selain elemen tanaman, elemen air juga dapat

dipakai sebagai refleksi untuk pendinginan radiasi matahari. Faktor

pertimbangan dalam perletakan vegetasi pada lokasi/site, antara lain:


1) Kondisi vegetasi yang ada pada tapak
2) Pemilihan vegetasi yang sesuai dengan jenis tanah dan iklim
Berikut adalah beberapa jenis pohon yang digunakan pada

lokasi tapak Pusat Informasi Kegempaan di Kota Palu.


Tabel 9. Jenis-jenis Soft Material yang digunakan

No. Nama Jenis Nama Latin Fungsi Perletakan Gambar


1. Trambesi Samanea Sebagai Parkir,

Saman Penyerap Taman,

karbondioksida, pedestrian.

70
peneduh

Sebagai

Kiara Filicium Penyerap Tepi jalan,


2.
Payung Decipiens karbondioksida, Pedestrian.

peneduh
Sebagai
Tepi jalan,
Estetika
Delonix Parkir,
3. Flamboyan kawasan,
Regia Taman,
penyerap polusi
Pedestrian.
udara, peneduh
Sebagai

Glodokan Polyalthia Pembatas, Tepi jalan,


4.
Tiang Longifolia Pemecah Angin, Taman.

Estetika.
Sebagai Tepi jalan,

Pemecah Angin. Median


Casuarina
5. Cemara Pembatas Jalan,
Excels
pandang, Pedestrian,

Estetika. Taman.
Sebagai Tepi jalan,
Rosytonea
6. Palem Pengarah, Median
Regia
Estetika. jalan.
Sebagai

7. Kamboja Adenium Estetika Taman

Kawasan.

71
Sebagai

Pembatas,
8. Bogenvil Bougenvillea Taman.
Estetika

Kawasan.
Tepi

Sebagai Jalan,Median

9. Rumput Penahan Erosi, Jalan,Taman,

Penutup Tanah. pedestrian,

Parkir.
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2015

b. Hard Material

Elemen yang termasuk dalam hard materialyakni perkerasan

dan furniture. Material perkerasan dipergunakan pada area pejalan

kaki dan pada area parkir. Pengunaan material perkerasan dipilih

berdasarkan kriteria ketahanan, tidak menyilaukan, tidak mudah

panas, dan memiliki daya serap tinggi serta memiliki bentuk yang

dekoratif.

Furniture pada Pusat Informasi Kegempaan di Kota Palu ini

terdiri dari: bangku taman, tempat sampah, lampu taman, dan lampu

jalan. Elemen tersebut juga harus terbuat dari material yang kuat dan

tahan terhadap kondisi cuaca, serta sesuai dengan kebutuhan di

gedung Pusat Informasi Kegempaan di Kota Palu.

Pengolahan Hard Material juga tidak menutupi seluruh tapak

dengan perkerasan. Hal ini disebabkan perkerasan akan menaikan

72
suhu disekitar bangunan. Oleh karena itu pengolahan hard material

hanya difokuskan pada fungsi-fungsi tertentu seperti tempat parkir

dan area pejalan kaki yaitu berupa paving blok.

4.5 Aktivitas, Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Pusat Informasi Kegempaan

di Kota Palu
4.5.1 Fungsi utama Gedung Pusat Informasi Kegempaan di Kota Palu.
Pusat Informasi Kegempaan memiliki fungsi untuk mewadahi

kegiatan penelitian tentang ilmu bumi yang memiliki pontensi di bidang

pendidikan.
4.5.2 Analisa Pelaku
Adapun pelaku kegiatan yang ada dalam Pusat Informasi

Kegempaan adalah sebagai berikut:


a. Pengelola, yang dimaksud dengan pengelolah pada Pusat Informasi

Kegempaan adalah orang-orang yang memiliki tugas pokok

bertanggung jawab menjalankan fungsi terhadap bangunan.

Adapun pengelolah yang ada pada Pusat Informasi Kegempaan

yaitu:
1. Kepala Pusat Informasi
2. Sekretaris Eksekutif
3. Manager Tata Usaha
4. Manager Administrasi dan Keuangan
5. Manager Humas dan Publikasi
6. Manager Operasional
7. Bagian Penelitian Riset
8. Bagian Penelitian Laboratorium
b. Pengunjung, yang dimaksud dengan pengunjung adalah masyarakat

umum, mahasiswa, pelajar yang memiliki kepentingan untuk

mengetahui dengan mempelajari tentang ilmu bumi dan hal-hal

yang berkaitan dengan bencana gempa bumi.

73
4.5.3 Analisa Aktivitas dan Kebutuhan Ruang
Penentuan ruang dari objek ini dapat diketahui melalui analisa

pelaku beserta aktifitasnya, berikut tabel analisa aktifitas serta

kebutuhan ruang yang akan diwadahi oleh objek ini:

Pengelolah Utama
Aktifitas Kebutuhan Ruang
1. Melakukan pengelolaan terhadap 1. Ruang Kepala Informasi
2. Ruang Sekretaris
semua kegiatan yang berlangsung 3. Ruang Resepsionist
2. Memenejemen segala kegiatan yang 4. Ruang Rapat
5. Ruang Konfrensi
berlangsung terkait proses penelitian 6. Ruang Perpustakaan
3. Melakukan penelitian 7. Ruang Peneliti
4. Melakukan kegiatan workshop 8. Ruang Staf Laboratorium
5. Melakukan kegiatan publikasi 9. Ruang Kepala Laboratorium
10. Ruang Ganti (looker)
11. Ruang Sterilisasi
12. Ruang Laboratorium
13. Ruang Toilet
14. Ruang Workshop

Pengunjung
Aktifitas Kebutuhan Ruang
1. Mencari Informasi 1. Hall+sitting lobby, resepcionist
2. Membaca 2. Perpustakaan
3. Melihat proses terjadinya gempa 3. Ruang Workshop
4. Melihat proses penelitian 4. Ruang Simulator gempa
5. Diskusi 5. Cafetaria
6. Ibadah 6. Mushollah
7. Berkumpul 7. Gazebo

Service
Aktifitas Kebutuhan Ruang
1. Mengawasi kebersihan 1. Ruang operator
2. Mengawasi keamanan 2. Ruang CCTV
3. Mengontrol mekanikal elektrikal 3. Ruang M E
4. Mengontrol sistem plumbing 4. Ruang kontrol plumbing
5. Mengontrol sistem sanitair 5. Ruang kontrol sanitair
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2015

74
4.5.4 Analisa Besaran Ruang
Pusat Informasi Kegempaan memiliki fungsi utama sebagai wadah

pendidikan terhadap bencana gempa bumi. Oleh karena itu, perlu

adanya perhitungan besaran ruang untuk mewujudkan wadah yang

fungsional secara menyeluruh.

Tabel 1. Besaran Ruang Fasilitas Pengelola

Jumla
Sumbe
Luasan
Nama Ruang Standar Kapasitas
h (m2)
r
(unit)
1. Ruang Kepala NAD 20 m2/orang

Pusat NAD
2. Ruang
NAD
Sekretaris NAD

pusat
3. Resepsionist
4. Ruang Rapat
5. Ruang Peneliti
6. Ruang Staf

laboratorium
7. Ruang

Laboratorium
8. Ruang

Laboratorium
9. Ruang

Workshop
10. Ruang Ganti
11.

75
Berdasarkan anlisis terhadap besaran ruang yang fungsional untuk

aktifitas pengelolah, maka didapatkan luasan keseluruhan adalah

xxxxxxxxxx

Tabel 2. Besaran Ruang Fasilitas Pengunjung

Jumlah Luasan
Nama Ruang Sumber Standar Kapasitas
(unit) (m2)
1. Hall

76

Вам также может понравиться