Вы находитесь на странице: 1из 24

ABDUL AZIZ

Berpacu menjadi yang terbaik

Home

Profil

Login

Kategori
askep endokrin (6)

Keperawatan (11)
respirasi (1)

Umum (32)

Artikel Terbaru
Jasa bekam surabaya

keutamaan Doa

Kajian Jumat KH ihya Ulumiddin

Terapi bekam

Asal Mula Hukum Khamr

Artikel Populer
Proses pemasangan NGT

Tanda-tanda awal Kehamilan

Awas Bahaya Pacaran

Nikah Membuka Pintu Rizki Zina mematahkan kunci pintu Rizki

Sedekah di Depan

aziz

askep hipoparatiroid

diposting oleh abdulaziz-fkp10 pada 30 June 2013


di askep endokrin - 0 komentar

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kelenjar paratiroid adalah suatu organ dalam sistem endokrin yang berfungsi mensekresi
parathormon (PTH), senyawa tersebut membantu memelihara keseimbangan dari kalsium
dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu hormon paratiroid penting sekali dalam
pengaturan kadar kalsium dalam tubuh seseorang.

Kekurangan hormon paratiroid dalam tubuh seseorang akan mengkibatkan kekurangan kadar
kalsium dan peningkatan fosfor dalam tubuh. Penderita dengan kekurangan hormon
paratiroid dinamakan hipoparatiroid. Hipoparatiroid akan menyebabkan hipokalsemia. Dan
banyak gejala klinis yang muncul akibat hipokalsemia ini diantaranya bisa menyebabkan
iritabilitas neuromuscular yang berupa tetanus (hipertonis otot yang menyeluruh).

Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia masih jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus
dalam setahun yang dapat diketahui, sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat
penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam
setahun. Oleh karena itu penting untuk mengetahui tentang hipoparatiroid ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah anatomi dan fisiologi kelenjar paratiroid?

2. Apakah definisi hipoparatiroid?

3. Apakah etiologi/ factor pencetus hipoparatiroid?

4. Bagaimana patofisiologi hipoparatiroid?

5. Apakah manifestasi klinis hipoparatiroid?

6. Bagaimanakah klasifikasi hipoparatiroid?

7. Apakah pemeriksaan diagnostik pada pasien hipoparatiroid ?

8. Apa sajakah komplikasi hipoparatiroid ?

9. Bagaimana penatalaksanaan hipoparatiroid?

10. Bagaimanakah prognosis pada pasien hipoparatiroid?

11. BagaimanakahWOC pada hipoparatiroid?

12. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoparatiroid?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi kelenjar paratiroid.

2. Menjelaskan definisi hipoparatiroid.

3. Menjelaskan etiologi/ factor pencetus hipoparatiroid.

4. Menjelaskan patofisiologi hipoparatiroid.

5. Menjelaskan manifestasi klinis hipoparatiroid.

6. Menjelaskan klasifikasi hipoparatiroid.

7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada pasien hipoparatiroid .

8. Menjelaskan komplikasi hipoparatiroid .

9. Menjelaskan penatalaksanaan hipoparatiroid.

10. Menjelaskan prognosis pada pasien dengan hipoparatiroid.

11. Menjelaskan WOC pada hipoparatiroid.

12. Menjelaskan asuhan keperawtan pada pasien dengan hipoparatiroid.

1.4 Manfaat

1. Dapat menjelaskan anatomi dan fisiologi kelenjar paratiroid.

2. Dapat menjelaskan definisi hipoparatiroid.

3. Dapat menjelaskan etiologi/ factor pencetus hipoparatiroid.

4. Dapat menjelaskan patofisiologi hipoparatiroid.

5. Dapat menjelaskan manifestasi klinis hipoparatiroid.

6. Dapat menjelaskan klasifikasi hipoparatiroid.

7. Dapat menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada pasien hipoparatiroid .

8. Dapat menjelaskan komplikasi hipoparatiroid .

9. Dapat menjelaskan penatalaksanaan hipoparatiroid.

10. Dapat menjelaskan prognosis pada pasien hipoparatiroid.

11. Dapat menjelaskan WOC pada hipoparatiroid.


12. Dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoparatiroid.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi

Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang terletak tepat
dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan dua di kutub
inferiornya. Namun, letak masing-masing paratiroid dan jumlahnya dapat cukup bervariasi,
jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan di mediastinum.

Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter, dan tebalnya 2
millimeter serta memiliki berat 50 miligram dan memiliki gambaran makroskopik lemak
coklat kehitaman. Kelenjar paratiroid orang dewasa terutama terutama mengandung sel
utama (chief cell) yang mengandung apparatus Golgi yang mencolok plus retikulum
endoplasma dan granula sekretorik yang mensintesis dan mensekresi hormon paratiroid
(PTH). Sel oksifil yang lebih sedikit namun lebih besar mengandung granula oksifil dan
sejumlah besar mitokondria dalam sitoplasmanya Pada manusia, sebelum pubertas hanya
sedikit dijumpai, dan setelah itu jumlah sel ini meningkat seiring usia, tetapi pada sebagian
besar binatang dan manusia muda, sel oksifil ini tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil masih
belum jelas, sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang tidak lagi
mensekresi sejumlah hormon.
Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang tersusun atas 84
asam amino yang disekresikan oleh kelenjar paratiroid berfungsi membantu memelihara
keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. PTH juga berfungi mengatur
tingkat kalsium dalam darah, melepaskan kalsium dari tulang, penyerapan kalsium dalam
usus, dan ekskresi kalsium dalam urin.

Saat kadar kalsium meningkat, kalsium yang banyak terikat dengan reseptor membrane pada
sel di kelenjar paratiroid akan menghambat sintesis PTH dan sekresi dari PTH, dan ketika
tingkat kalsium dalam darah jatuh terlalu rendah, kelenjar paratiroid akan meningkatkan
sintesis dan mensekresi PTH untuk mengatur kembali kalsium dalam darah agar tetap
normal.

Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus pharyngeus ketiga dan
keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari sulcus pharyngeus keempat cenderung bersatu
dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk kelenjar paratiroid dibagian kranial.
Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus ketiga merupakan kelenjar paratiroid bagian
kaudal, yang kadang menyatu dengan kutub bawah tiroid. Akan tetapi, sering kali posisinya
sangat bervariasi. Kelenjar paratiroid bagian kaudal ini bisa dijumpai pada posterolateral
kutub bawah kelenjar tiroid, atau didalam timus, bahkan berada dimediastinum. Kelenjar
paratiroid kadang kala dijumpai di dalam parenkim kelenjar tiroid. Kelenjar paratiroid
mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone, PTH) yang bersama-sama dengan Vit
D3, dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh
kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang
bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal,
meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat
dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran
utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus. (R.
Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004, 695)

2.2 Definisi

Hipoparatiroid adalah kombinasi dari gejala karena produksi hormon paratiroid (PTH) tidak
memadai (Hypo-paratiroid-isme). Hipoparatiroidisme adalah penurunan fungsi dari kelenjar
paratiroid , yang mengarah ke tingkat penurunan hormon paratiroid (PTH). Konsekuensi
hipokalsemia adalah kondisi medis serius. ( www.wikipedia.com )

Hipoparatiroidisme adalah suatu gangguan pada kelenjar paratiroid yang disebabkan karena
hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid (Hotma Rumahorbo, 1999:
81). Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar
paratiroid sehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor. Serum kalsium
menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meningkat (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang
sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan
kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah
tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).

Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat.
Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan oleh kerusakan
atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih
jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital). Kadang-kadang
penyebab spesifik tidak dapat diketahui. ( www.endocrine.com )

2.3 Klasifikasi

Dalam hal ini hipoparatiroid dapat berupa:

1. Hipoparatiroid Neonatal

Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang
menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh
maternal hiperkalsemia.

1. Simple Idiopatik Hipoparatiroid

Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya sebagai akibat
pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid, ovarium,
jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena menderita
hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan ovarium
primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.

1. Hipoparatiroid Pascabedah

Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah operasi
radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid,
biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme karena
pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau
permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi-
operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis walaupun
tak khas yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.

2.4 Etiologi

Penyebab hipoparatiroidisme paling sering terjadi adalah sekresi hormon paratiroid yang
kurang adekuat. Penyebab paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-
kelenjar paratiroid hilangnya jaringan paratiroid. Terdapat tiga penyebab yang paling utama
dari pasien dengan hipoparatiroid.

1. Kekurangan sekresi hormon paratiroid (PTH) (> 99% dari semua kasus)

Lebih dari 99% dari semua pasien dengan hipoparatiroid disebabkan karena sekresi hormon
paratiroid yang kurang adekuat. Pasien yang menderita hipoparatiroid dengan kondisi ini
hanya memiliki jaringan paratiroid yang terlalu sedikit (atau tidak lengkap), sehingga hormon
paratiroid dihasilkan tidak memadai. Ini hampir atau selalu karena komplikasi operasi tiroid
atau paratiroid (tiroidektomi, paratiroidektomi, atau diseksi radikal leher). Hipoparatiroidisme
yang terjadi selama operasi leher mungkin bersifat sementara atau permanen tergantung pada
tingkat cedera kelenjar paratiroid.
Ada dua penyebab utama kekurangan hormone paratiroid:

Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi

o Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat konginetal atau didapat (acquired)

1. Ketidakmampuan untuk membuat bentuk aktif dari hormon paratiroid.

Kekurangan sekresi PTH tanpa alasan yang pasti disebut hipoparatiroidisme idiopatik.
Penyakit ini jarang dan dapat dikarenakan bawaan atau diperoleh. Ini adalah bentuk penyakit
yang sangat jarang ditemui. Hipoparatiroidisme dengan onset selama beberapa bulan pertama
kehidupan dapat permanen atau sementara, penyebabnya karena ibu telah
hiperparatiroidisme.

Penyebab terbesar Hipoparatiroidisme bawaan terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang telah
hiperparatiroidisme selama kehamilan. kalsium serum pada janin akan persis sama seperti
pada ibu, dan jika kalsium terlalu tinggi selama kehamilan, biasanya membuat sel-sel
paratiroid pada bayi akan arti kalsium tinggi dan memutuskan untuk tidak tumbuh dan
berkembang biak. Dengan demikian, bayi-bayi dapat lahir dengan kelenjar paratiroid sangat
yang kecil atau mereka dapat lahir

1. Ketidakmampuan ginjal & tulang untuk merespon hormon paratiroid yang diproduksi
oleh kelenjar paratiroid normal.

Seperti semua pasien dengan Hipoparatiroidisme, penyakit ini ditandai dengan hypocalcemia
dan hyperphosphatemia tetapi mereka memproduksi hormon paratiroid dengan normal.
Masalah terjadi pada tulang dan ginjal yang tidak merespon hormon paratiroid. Bahkan jika
hormon paratiroid normal diberikan melalui pembuluh darah, tubuh tidak menanggapi.

2.5 Patofisiologi

Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni
kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5-
12,5 mgr%).

Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena
pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk
mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah
untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak
jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal
ini disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi
oleh pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau
terangkat. Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada
banyak pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara
sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat dibuat
segera sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar PTH
dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap hormon, maka
penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk: (1) pada bentuk yang lebih sering,
terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak dapat meningkatkan
secara normal konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik
normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu

2.6 Manifestasi Klinis

Gejala Hipoparatiroidisme sama dengan hypocalcemia dan dapat berkisar dari cukup ringan
(kesemutan di tangan, jari, dan sekitar mulut) bentuk-bentuk yang lebih parah (kram otot
parah dari seluruh tubuh), dan kejang-kejang. Hal ini dikarenakan kalsium yang memiliki
beberapa fungsi utama di dalam tubuh kita termasuk memberikan energi listrik untuk seluruh
sistem saraf, menyediakan energi listrik untuk kontraksi otot, dan memberikan kekuatan
untuk tulang. Semua gejala hypocalcemia disebabkan oleh disfungsi saraf dan otot-otot.

Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas system neuromuskuler yang berupa tetanus. Tetanus


merupakan hipertoni otot yang menyeluruh disertai tremor dan kontraksi spasmodic atau tak
terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk melakukan gerakan volunteer. Pada
keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa, kesemutan, kram pada ekstrimitas dengan
keadaan perasaan kaku pada kedua tangan atau kaki. Pada keadaan tetanus yang nyata
(overt), tanda-tanda mencakup bronkospasme, spasme laring, spasme korpopedal (fleksi
sendi siku serta pergelangan tangandan ekstensi sendi karpofalangeal), disfagia, fotofobia,
aritmia jantung serta kejang. Gejala lainnya mencakup ansietas iritabilitas, depresi, bahkan
delirium, perubahan pada EKG dan hipotensi juga dapat terjadi. (Brunner & Suddarth )

Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang disebabkan


oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %) adalah tetani
atau tetanic aequivalent.Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal dimana
tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari lain dalam
keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai
bawah dan kaki dalam keadaan ekstensi. .
Dalam titanic aequivalent:

1. Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis


2. Stridor laryngeal (spasme) yang bisa menyebabkan kematian
3. Parestesia/ kesemutan
5. Disfagia dan disartria
6. Kelumpuhan otot-otot
7. Aritmia jantung

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Pada pemeriksaan terdapat refleks patologis:

1. Erbs sign
Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot (normal
pada 6 milli-ampere)

1. Chvosteks sign

Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari foramen
sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot wajah. Chvostek's sign mendeteksi
laten tetanus, penyadapan dari saraf wajah kelima di depan telinga dengan mulut pasien yang
sedikit terbuka menyebabkan kontraksi dari otot-otot wajah. Menunjukkan hasil positif
apabila pengetukan yang dilakukan secara tiba-tiba di daerah nervus fasialis tepat di depan
kelenjar parotis dan disebelah anterior telinga menyebabkan spasmeatau gerakan kedutan
pada mulut, hidung, dan mata.

1. Trousseaus sign

Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik) maka dalam
tiga menit tangan mengambil posisi sebagaipada spasme carpopedal. Trousseaus sign
dianggap positif apabila terjadi spasme karpopedal yang ditimbulkan akibat penyumbatan
aliran darah jke lengan selama 3 menit dengan manset tensi meter.

1. Peroneal sign

Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan
adduksi dari kaki

Diagnosis sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas, seperti rasa nyeri dan pegal-
pegal. Oleh sebab itu, pemeriksaan akan membantu. Tetanus terjadi pada kadar kalsium yang
berkisar dari 5 hingga 6 mg/dl (1,2 hingga 1,5 mmol/L) atau lebih rendah lagi. Kadar fosfat
dalam serum meningkat, dan hasil pemeriksaan sinar-x tulang akan memperlihatkan
peningkatan densitas. Kalsifikasi akan terlihat pada foto rontgen yang dilakukan terhadap
jaringan subkutan atau basla ganglia otak

Diagnosa sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas seperti rasa nyeri dan pegal-
pegal, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium akan membantu. Biasanya hasil laboratorium
yang ditunjukkan, yaitu:

1. Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang berkisar dari
5-6 mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi.

2. anorganik dalam serum tinggi

3. Fosfatase alkali normal atau rendah

Foto Rontgen:

1. Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak

2. Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid

3. Density dari tulang bisa bertambah


4. EKG: biasanya QT-interval lebih panjang

2.8 Penatalaksanaan

Tujuannya adalah untuk menaikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl (2,2-2,5
mmol/L) dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme serta hipokalsemia. Dan
penatalaksanaan Hipokalsemia dibedakan menjadi 2 bagian yaitu penatalaksanaan pada
kondisi akut dan kronis. Pada kondisi akut, dimana pasien datang dengan kejang, penurunan
kesadaran, spasme otot. Walaupun Apabila terjadi hipokalsemia yang terjadi bersifat ringan
(7-8 mg/dl) maka penatalaksanaan hipokalsemia harus dilakuakan secara agresif dengan
kalsium glukonas intravena. Kalsium glukonas intravena diberikan sebagai berikut, 1 sampai
2 ampul (90 180 elemental calcium) dilarutkan dalam 50 100 mL larutan dextrose 5%
yang kemudian diberikan dalam 10 menit.

Pada kondisi hipokalsemia kronik dimana pasien hanya mengeluhkan gejala ringan atau
bahkan tanpa gejala klinis dapat diberikan preparat kalsium vitamin D per oral. Beberapa
jenis preparat kalsium terdapat dipasaran, dimana kalsiun karbonat paling banyak digunakan.
Preparat kalsium karbonat mengandung 40% elemental calcium dengan harga relatif murah
sedangkan kalsium sitrat mengandung 21%, kalsium laktat 13%, kalsium glukonat 9%
elemental calcium. Selain preparat tablet juga terdapat preparat cair, seperti kalsium glubionat
yang mengandung 230 mg elemental calcium dalam 10 ml, serta kalsium karbonat cair dosis
preparat kalsium dimulai dari 1-3 gram elemental calcium yang terbagi dalam 3-4 dosis
bersama makan. Target koreksi hipokalsemia disini adalah :

1. Terkontrolnya gejala klinis

1. Mempertahankan konsentrasi kalsium serum pada kisaran normalnya (8-8,5 mg/dl)

2. Jumlah kalsium urin dalam 24 jam dibawah 300 mg/24jam

3. Produk kalsiuum fosfat dibawah 55.

Secara khusus pada hipoparatiroid dibutuhkan pemberian vitamin D atau analog vitamin D
kalsitriol, sebuah vitamin D dalam bentuk aktif dan kerja cepat sehingga digunakan sebagai
terapi inisial.pada kondisi hipoparatiroid, terapi ideal adalah mengganti hormon tersebut.
Auto dan Xenotranplantasi jaringan kelenjar paratiroid telah dikerjakan pada saat
paratiroidektomi untuk mempertahankan fungsinya. Metode tersebut memberikan tingkat
kesuksesan yang bervariasi. Marwah etal dalam sebuah kohort perpektif menyimpulkan
bahwa auto transplantasi minimal 1 kelenjar paratiroid secara rutin secara bermakna
mengurangi insiden hipoparatiroid. Preparat hormon PTH (1-34 PTH teriparatide) juga telah
dicoba sebagai terapi pengganti.dalam beberapa penelitian termasuk uji klinis terbatas selam
3 tahun dosis PTH sekali sampai dua kali sehari subkutan mampu menormalkan konsentrasi
kalsium serum setara kalsitriol, tetapi mempunyai kelebihan ekskresi kalsium urin normal.

Akibat adanya iritabilitas neuromuskuler, penderita hipokalsemia dan tetanus memerlukan


lingkungan yang bebas dari suara bising, hembusan angin yang tiba-tiba, cahaya yang terang
atau gerakan yang mendadak. Trakeostomi atau ventilasi mekanis mungkin dibutuhkan
bersama dengan obat-obat bronkodilator jika pasien mengalami gangguan pernafasan.
.Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi dihidrotakisterol (AT 10 atau Hytakerol),
atau ergokalsiferol (vitamin D2) atau koolekalsiferpol (vitamin D3) biasanya diperlukan dan
akan meningkatkan absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal.

2.9 Komplikasi

1. Tetany dapat menyebabkan saluran napas terblokir, membutuhkan tracheostomy

2. Pertumbuhan terhambat, cacat gigi, dan perkembangan mental lambat dapat terjadi
jika Hipoparatiroidisme berkembang di masa kecil.

3. Pengobatan yang berlebihan dengan vitamin D dan kalsium dapat menyebabkan


hypercalcemia (kalsium darah tinggi) dan terkadang mengganggu fungsi ginjal.

4. Ada peningkatan risiko anemia pernisiosa , penyakit Addison's , katarak


pembangunan, dan itu penyakit Parkinson

2.10 Prognosis

Hipoparatiroidisme memiliki prognosis yang baik jika di diagnosis secara dini. Apabila tidak,
dapat terjadikomplikasi seperti spasme otot akut yang bisa menyebabkan gangguan pada
pernafasan, kelainan sistem otot, ligamen dan saraf, pertumbuhan yang terhambat,
malformasi gigi dan retardasi mental pada anak.

2.11 WOC

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

3.1.1. Contoh Kasus:

Tn. X usia 58 tahun datang ke rumah sakit pada tangggal 9 Mei 2012 dengan keluhan sering
mengalami kejang 1 bulan terakhir. Saat pengukuran TTV didapatkan TD : 90/80 mmHg,
suhu : 370C, nadi : 88x/menit, RR : 20x/menit dan suara nafas stridor. Hasil uji laboratorium
menunjukan kalsium 3-5 mg/dL (normalnya 8.510.5 mg/dl), kadar fosfat 6.0 mg/dL
(normalnya 2.5-4.5 mg/dL). Keluarga pasien mengatakan bahwa saat di rumah pasien sering
mengeluh sakit kepala, sulit nafas saat kejang, kejang/kekakuan dirasakan pada muka,
terkadang pada tangan dan kaki, dan akhir-akhir ini pasien tidak mau makan dikarenakan
susah menelan. Rambut pasien terlihat tumbuh jarang dan kulit kering / bersisik. Terdapat
Tanda Chvosteks atau Trousseaus positif pada pasien. Pasien mengatakan pernah mengalami
operasi bedah leher 2 bulan yang lalu.
3.1.2. Riwayat Penyakit Dahulu: Pernah melakukan operasi pembedahan pada leher

3.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang: Tn. X sering mengalami kejang 1 bulan terakhir.

3.1.4. Pemeriksaan Fisik

B1 (Sistem Pernafasan): Sulit napas (Bronkospasme/spasme laring), suara napas


stridor.

B2 (Sistem Kardiovaskuler): Hipotensi 90/80 mmHg

B3 (Sistem Persyarafan): Sakit Kepala

B4 (Sistem Perkemihan): hiperfosfatemia 6,0 mg/dl

B5 (Sistem Pencernaan): Sulit menelan, disfagia

B6(Sistem Integumen dan Muskuloskeletal): Kejang otot di muka, tangan dan kaki,
Tanda Chvosteks atau Trousseaus, kulit kering atau bersisik, rambut jarang-jarang,
kaku pada ekstremitas.

3.1.5. Pemeriksaan Penunjang:

Laboratorium : kalsium dalam serum rendah yaitu -5 mg/dL (normalnya 8.510.5


mg/dl). Kadar fosfat dalam darah ), kadar fosfat 6.0 mg/dL (normalnya 2.5-4.5
mg/dL).

3.2. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan

Data Subjektif: Penurunan kalsium dalam MK: Pola napas tidak


Mengeluh beberapa kali darah efektif
sulit bernafas saat terjadi
kejang.

Iritabilitas neuromuscular

Kejang otot pada bronkus


atau laring

Sulit bernafas

Pola napas tidak efektif

Data Subjektif: Iritabilitas neuromuscular MK: Nutrisi kurang dari


kebutuhan
Mengeluh sulit menelan,
tidak bias makan

Kejang otot pada faring


(spasme faring)

Sulit menelan

Disfagia
Intake nutrisi kurang

Data Subjektif: Tetanus laten MK: Intoleransi aktivitas

Mengeluh kaku pada


tangan dan kaki
Ekstremitas kaku

Intoleransi Aktivitas

Data Subjektif: Defisiensi Parathormon MK: Risiko cidera

Mengeluh kejang di otot


tangan dan kaki.
Peningkatan kadar fosfat
dlm darah & penurunan
kalsium dlm darah

Iritabilitas system
neuromuscular

Tetanus

Kejang
Risiko cedera

3.3. Diagnosa

1. pola nafas tidak efektif b/d spasme laring akibat aktivitas kejang.

2. Tetani otot yang b/d penurunan kadar kalsium serum (K)

3. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b/d intake nutrisi inadekuat.

4. Intoleransi aktivitas b.d. kekakuan ekstremitas

5. Resiko cedera b/d resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia.

3.4. Intervensi

Diagnosa: pola nafas tidak efektif b/d spasme laring akibat aktivitas kejang.

Tujuan: Pola nafas kembali efektif.

Kriteria Hasil:

1. Pola nafas efektif.

2. RR 16-20 kali permenit

3. TTV dalam batas normal.

4. Ekspansi paru mengembang.

Intervensi Rasional

Kaji upaya pernapasan dan kualitas suara Pengkajian yang berulang kali sangat penting
setiap 2 jam karena mungkin kondisi pasien berubah
secara drastic.
Suara stridor laring dan diam menggambarkan
Auskultasi untuk mendengarkan stridor laring spasme laring parsial sampai total. Dilakukan
tiap 4 jam agar dapat segera diberikan tindakan yang
tepat

Baringkan pasien untuk mengoptimalkan Posisi yang benar akan mendorong ventilasi
bersihan jalan napas pertahankan dalam pada lobus paru bagian bawah
posisi alamiah

Dapat meningkatkan/ banyaknya sputum


Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan
dimana gangguan ventilasi dan ditambah
batuk
ketidak nyaman upaya bernafas

Memaksimalkan bernafas dan menurunkan


Berikan oksigen tambahan sesuai dengan kerja nafas, memberikan kelembaban pada
kebutuhan.(kolaborasi) membran mukosa dan membantu pengenceran
sekret

Diagnosa: Tetani otot yang b/d penurunan kadar kalsium serum

Tujuan: Mengatasi tetani otot yang muncul

Kriteria Hasil:

- Kadar kalsium dalam serum kembali normal (8.5 to 10.5 mg per deciliter)

- Frekuensi pernapasan kembali normal

- Gas-gas dalam darah dalam batas normal

Intervensi Rasional

1. Saat merawat klien dengan


hipoparatiroid hebat, selalu waspada
terhadap spasme laring dan obstruksi
pernapasan. Sipkan selalu set selang
endotrakeal, laringoskop, dan
trakeostomi saat merawat klien dengan
tetani akut.

2. Jika klien beresiko terhadap


hipokalsemia mendadak, seperti
setelah tiroidektomi, selalu disiapkan
cairan infus alsium karbonat di dekat
tempat tidur klien untuk segera
digunakan jika dibutuhkan.

3. Jika selang infus harus dilepas,


biasanya hanya diklem dulu untuk
beberapa waktu sehingga selalu
tersedia akses vena yang cepat..

4. Untuk mengantisipasi terjadinya


kejang mendadak yang mengganggu
pernapasan klien

5. Untuk memberikan penanganan yang


cepat pada klien jika terjadi
hipokalsemia yang mendadak.

6. Untuk memberikan suplai kalsium


dengan cepat.

Diagnosa:Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b/d intake nutrisi


inadekuat.

Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil:

- Nutrisi adekuat

- Masukan makanan dan cairan adekuat


- Energi adekuat

- BB normal

Intervensi Rasional

1. Monitor makanan/cairan yang dicerna


dan hitung masukan kalori tiap hari
1. Untuk meningkatkan motivasi klien
2. Tentukan makanan kesukaan dengan untuk makan.
mempertimbangkan budaya dan
keyakinannya

3. Kolaborasi: Tentukan makanan yang 1. Untuk menentukan diet yang sesuai


tepat sebagai program diet dengan kebutuhan klien.

4. Dorong pasien untuk memilih


makanan yang lunak
1. Memudahkan klien untuk menelan
dan tidak memperberat kerja usus.

2. Untuk meningkatkan kadar kalsium


dalam tubuh.
1. Dorong masukan makanan tinggi
kalsium

2. Untuk memantau intake dan output


dari klien.

Diagnosa: Intoleransi aktivitas b.d. kekakuan ekstremitas

Tujuan: Aktivitas (ADL) kembali normal

Kriteria Hasil:

- Mampu makan sendiri


- Memakai pakaian sendiri

- Mandi

- Jalan

- Duduk

Intervensi Rasional

1. Rencanakan dan monitor program


aktivitas yang tepat.

2. Bantu memilih aktivitas yang sesuai


dengan kemampuannya

3. Bantu untuk memfokuskan apa yang


dapat pasien lakukan.

4. Buat lingkungan yang aman buat


pasien

5. Berikan reinforcement kepada pasien


atas kemampuannya.

6. Monitor respons emosi, fisik, social,


dan spiritual dalam aktivitas.

7. Mempertahankan aktivitas daily living


klien.

8. Membiasakan klien dengan aktivitas


ringan sesuai kemampuannya.

9. Mempertahankan kemampuan klien


dalam beraktivitas sesuai dengan
kemampuannya.

10. Untuk menghindari risiko cedera saat


pklien melakukan aktivitasnya.

11. Menmbuhkan motivasi klien untuk


melakukan aktivitas sesuai
kemampuan nya.
12. Melihat perkembangan pasien secara
holistic setelah melakukan
aktivitasnya.

Diagnosa: Resiko cedera b/d resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia.

Tujuan: Klien tidak mengalami cedera.

Kriteria Hasil:

1. reflek normal

2. tanda vital stabil

Intervensi Rasional

1. Pantau tanda-tanda vital dan reflek tiap


2 jam sampai 4 jam.

2. Pantau fungsi jantung secara terus


menerus/gambaran EKG.

3. Bila pasien dalam tirah baring berikan


bantalan pada tempat tidur dan
pertahakan tempat tidur dalam posisi
rendah

4. Bila aktivitas kejang terjadi ketika


pasien bangun dari tempat tidur, bantu 1. Untuk mengantisipasi terjadinya
pasien untuk berjalan, singkirkan gejala dini kejang yang dapat
benda-benda yang membahayakan, menimbulkan risiko cedera.
bantu pasien dalam menangani kejang
dan reorientasikan bila perlu.

5. Kolaborasi dengan dokter dalam


menangani gejala dini dengan
memberikan dan memantau efektifitas
cairan parenteral dan kalsium.
6. Untuk memantau perkembangan
keadaan umum pasien

7. Untuk mengetahui perkembangan


keadaan kerja jantung klien

8. Mengurangi risiko klien terjatuh dari


tempat tidur

9. Untuk mengurangi risiko cedera pada


klien akibat benda-benda tajam
disekitar klien saat terjadi kejang.

3.5. Evaluasi

Dx 1 : Pola nafas efektif.

RR 16-20 kali permenit

TTV dalam batas normal.

Ekspansi paru mengembang

Dx 2 : Kadar kalsium dalam serum kembali normal (8.5 to 10.5 mg per deciliter)

Frekuensi pernapasan kembali normal

Gas-gas dalam darah dalam batas normal

Dx 3: Nutrisi adekuat, masukan makanan dan cairan adekuat, energi adekuat

BB normal

Dx 4 : Mampu makan sendiri Memakai pakaian sendiri Mandi, jalan dan duduk

Dx 5 : reflek normal,tanda vital stabil

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hipoparatiroid adalah penurunan produksi hormone paratiroid akibat hipofungsi kelenjar
paratiroid. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya hipoparatiroid ini diantaranya
adalah paratiroiditis autoimun dan juga karena tindakan pembedahan yang menyebabkan
kelenjar paratiroid mengalami kerusakan. Sehingga terjadi kekurangan hormone paratiroid.
Dan hal ini menyebabkan terrjadinya hipokalsemia dan juga hiperfosfatemia. Karena fungsi
kelenjar paratiroid adalah menyeimbangkan produksi kalsium dan juga fosfat. Efek dari
hipokalsemia ini diantaranya terjadinya tetanus atau peningkatan tonus otot yang menyeluruh
sehingga muncul kejang, kram otot, spasme laring dan bronkospasme yang bisa
mengakibatkan pasien sesak dan muncul masalah keperawatan pola nafas tidak efektif.
kemudian efek kejang tadi bisa menyebabkan resiko tinggi cidera karena pasien tidak sadar.
Ada beberapa penatalaksanaan yang bisa dilakukan yaitu dengan menangani hipokalsemia
dan hipoparatiroidnya.

Untuk Hipokalsemia akut bisa diatasi dengan pemberian kalsium glukonas intravena.
Kalsium glukonas intravena diberikan sebagai berikut, 1 sampai 2 ampul (90 180 elemental
calcium) dilarutkan dalam 50 100 mL larutan dextrose 5% yang kemudian diberikan dalam
10 menit. Sedangkan hipokalsemia kronik dengan diberikan preparat kalsium vitamin D per
oral.

Untuk gejala hipoparatiroid bisa dengan terapi ideal yaitu mengganti hormon tersebut. Auto
dan Xenotranplantasi jaringan kelenjar paratiroid telah dikerjakan pada saat paratiroidektomi
untuk mempertahankan fungsinya. Metode tersebut memberikan tingkat kesuksesan yang
bervariasi. Preparat hormon PTH (1-34 PTH teriparatide) juga telah dicoba sebagai terapi
pengganti.dalam beberapa penelitian termasuk uji klinis terbatas selam 3 tahun dosis PTH
sekali sampai dua kali sehari subkutan mampu menormalkan konsentrasi kalsium serum
setara kalsitriol, tetapi mempunyai kelebihan ekskresi kalsium urin normal.

4.2 Saran

Kelenjar paratiroid adalah suatu organ dalam sistem endokrin yang berfungsi mensekresi
parathormon (PTH), senyawa tersebut membantu memelihara keseimbangan dari kalsium
dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu hormon paratiroid penting sekali dalam
pengaturan kadar kalsium dalam tubuh seseorang.

Oleh karena begitu pentingnya fungsi hormon paratiroid itu, penanganan medis yang tepat,
serta asuhan keperawatan yang segera sangat dibutuhkan untuk menangani pasien dengan
kelaiana hipoparatiroid. Karena efek penundaan penanganan dapat berakibat buruknya
prognosis dan kemungkinan berkembangnya berbagai komplikasi

DAFTAR PUSTAKA
Ganong.1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Rumahorbor, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Endokrin.Jakarta:EGC

Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Ed.8.Jakarta: EGC.

Thirta. Hipoparatiroid.http://www.scribd.com/doc/52114878/Hipoparatiroid. Diakses tanggal


2 mei 2012

Norsaid,andry. Asuhan keperawatan hipoparatiroid.


http://www.scribd.com/doc/24155731/kel-5-hipoparatiroid.diakses tanggal 2 mei 2012

Вам также может понравиться