Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
8
9
Informasi yang didapat dari klasifikasi sistem TNM ini selanjutnya dapat
digunakan untuk mendefinisikan stadium kanker
Potts and Mandleco (2007) telah membagi stadium kanker dapat dilihat
pada tabel 2.3:
Stadium Tumor Nodus Metastasis
1 Ukuran kurang Nodus limfe tidak Lokasi hanya
dari 2 cm terkena oleh sel-sel di satu tempat
kanker dan tidak
menyebar ke
area tubuh
lainnya.
9
sudah dikaji dengan benar. Skala kemampuan dari WHO dapat digunakan
untuk melihat penampilan klinis pasien dalam praktek sehari-hari
Tampilan Angka Keterangan
Baik 0 Aktivitas Jasmani biasa . dapat bekerja
Cukup 1 Dapat kerja ringan , tidak tinggal di tempat tidur
Lemah 2 Lebih dari 50 persen waktu bangun, jalan dan merawat diri
Jelek Lebih dari 50 persen waktu untuk tiduran, tidak dapat
berjalan tetapi dapat merawat diri
Sangat Tidak dapat bangun atau merawat diri, penderita tetap
Jelek tinggal di tempat tidur atau di kursi
Sumber Sjamsuhidayat, H.R., and De Jong, W., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jilid 2.
Jakarta EGC
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obat anti kanker dalam
bentuk kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel
kanker. Kemoterapi berdampak membunuh sel kanker dan dapat
menurunkan metastase. Kemoterapi sering digunakan sebagai
tambahan pembedahan, dan juga digunakan untuk tujuan-tujuan
paliatif. Terapi ini menyebabkan penekanan sumsum tulang, yang
menyebabkan kelelahan, anemia, kecenderungan perdarahan dan
peningkatan risiko infeksi.
4. Imunoterapi
Imunoterapi adalah bentuk terapi kanker yang digunakan untuk
mengidentifikasi tumor dan memungkinkan pedeteksian semua
tempat metastasis yang bersembunyi. Imunoterapi dapat
merangsang sistem kekebalan tubuh agar berespon secara lebih
agresif terhadap tumor yang dapat diserang oleh antibodi.
Pemilihan terapi yang tepat pada penderita kanker merupakan masalah yang
tidak mudah untuk ditanggulangi. Terapi kanker yang dipilih harus sesuai
prinsip paliatif yaitu sesuai dengan kebutuhan pasien dan dapat
memperbesar angka harapan hidup (life expectancy), mengatasi gejala dan
keluhan pasien serta meningkatkan kualitas hidup pasien (quality of life).
Ketika tindakan penyembuhan tidak memungkinkan lagi akibat stadium
kanker pasien sudah mencapai tahap terminal, maka pasien kanker dapat
diberikan perawatan paliatif dengan porsi yang lebih besar agar pasien
memperoleh kenyamanan dan mengatasi keluhan (Potts and Mandleco,
2007).
Ketika keadaan umum pasien memburuk dan keluhan tampak sering terjadi,
maka perlu dipersiapkan kebutuhan perawatan khusus untuk pasien kanker
dengan kondisi terminal. Kebutuhan-kebutuhan khusus meliputi tindakan
untuk mengatasi keluhan fisik psikososial, spiritual dan berkomunikasi
yang efektif dengan anak dan keluarga untuk menjelaskan tentang kondisi
9
Peran perawat yang lain diungkap dalam penelitian kualitatif dari Calvin
et al (2009) adalah sebagai fasilitator. Fasilitator maksudnya adalah
perawat memberikan waktu kunjungan yang lebih lama bagi keluarga
pasien kanker yang menjelang ajal sehingga pasien dan keluarganya
memilki banyak waktu kebersamaan. Perawat berusaha menghadirkan
keluarga untuk mempersiapkan keluarga menerima kematian pasien
karena sulit bagi keluarga menerima kematian kondisi pasien. Penelitian
lain juga dari Oflaz F, Vural H (2010) menyebutkan perawat juga berperan
dalam memberikan dukungan kepada keluarga pasien kanker stadium
terminal. Perawat paliatif akan mendapat kepuasan saat melakukan
perawatan paliatif fase terminal dengan hadir mendampingi keluarga dan
memberikan dukungan melewati fase itu.
keluarga dapat tercapai. Stuktur keluarga terdiri dari (Friedman, 2013; Stuart,
2001)
1. Pola dan proses komunikasi, dapat dikatakan berfungsi apabila jujur,
terbuka, melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga. Pola
komunikasi yang benar dalam keluarga, apabila pengirim pesan (sender)
yakin terhadap pesannya, jelas, dapat menerima umpan balik,dan tidak
bersifat asumsi. Penerima pesan yang baik adalah jika dia mampu
menjadi pendengar yang baik, memberi umpan balik dan dapat
memvalidasi pesan yang diterima.
2. Stuktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol dan
mempengaruhi atau merubah perilaku anggota keluarga lain dalam
pengambilan keputusan yang terdiri dari legitimate power (hak), referen
power (ditiru), expert power (keahlian), reward power (hadiah),
coercive power (paksaan) dan affektif power. Dari Stuktur kekuatan
dijelaskan oleh stuart (2001), tentang dominasi jalur hubungan darah
sesuai kebudayaan mempengaruhi pihak keluarga yang mengambil
keputusan terdiri dari patriakal dan matriakal. Patrilakal adalah
dominasi pengambilan keputusan berada di pihak suami. Sebagian besar
budaya di Indonesia menggunakan patriakal. Sedangkan matriakal,
pengambilan keputusan berada di pihak istri.
3. Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan
yang mempengaruhi anggota keluarga yang dapat di terima oleh budaya
masyarakat
lain akibat suami dan istri yang sedang sama-sama bekerja di luar
rumah.
2. Keluarga besar (extended family) tradisional. Keluarga besar adalah
bentuk keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri dengan orang
tua, sanak saudara, dan kerabat lain dalam satu keluarga bekerja
sama dalam melakukan pengaturan rumah tangga. Indonesia adalah
negara dengan struktur keluarga sebagian besar merupakan
extended family (keluarga besar) dan mempunyai ikatan keluarga
yang sangat kuat. (Anggraeni MD, Ekowati W ,2011).
3. Keluarga dengan orang tua tunggal. Keluarga ini hanya memiliki
satu kepala rumah tangga, ayah atau ibu (duda/janda/belum
menikah). Jumlah ibu remaja yang tidak menikah semakin
meningkat karena berbagai alasan antara lain kemiskinan dan
pergaulan bebas. Friedman (2013) menjelaskan orang tua tunggal
merupakan satu-satunya orang yang terlibat dalam kehidupan dan
perawatan. Dalam beberapa hal orang tua tersebut memerankan
sebagai ayah atau ibu. Perannya yang begitu banyak membuat ia
mudah menjadi stress dan lelah. Apabila pengasuh anaknya bukan
dari orang tua kandung maka dikategorikan sebagai Foster Family.
4. Keluarga dengan orang tua tiri
a. Menurut Orang tua akan menghadapi 3 tantangan yang
paling menonjol yaitu mendisiplinkan anak, penyesuaian diri
dengan kepribadian anak dan kebiasaan serta penerimaan
anak. Masalah lain dari pada orang tua tiri adanya harapan
keluarga yang tidak realistis, kurangnya waktu orang tua tiri
dan anak tiri mempelajari peran satu sama lain, konflik
tentang finansial dan pengasuhan anak. Individu dewasa
yang hidup sendiri. Bentuk ini banyak terdapat di
masyarakat. Mereka hidup berkelompok seperti di panti
werdha, tetapi ada juga yang menyendiri. Mereka ini
membutuhkan layanan kesehatan dan psikososial karena ini
tidak mempunyai sistem pendukung
9
2.5 Konsep Teori peacefull end of life theory Ruland dan Moore (1998)
Ketika pasien kanker mendapat perawatan paliatif biasanya sudah dalam
kondisi terminal atau end of life. Pasien membutuhkan tindakan pengobatan
untuk mengatasi keluhan serta memerlukan perawatan khusus sesuai
kondisinya. Kondisi terminal terjadi dimana pasien kanker sudah dalam
keadaan tidak dapat disembuhkan. Pengobatan yang diberikan bersifat
suportif dan mempertahankan fungsi tubuh. Tujuan keperawatan pada
kondisi terminal adalah meningkatkan kualitas hidup dan menghantarkan
pasien pada kondisi end of life dengan tenang.Teori Ruland and Moore yang
mengembangkan Peaceful End of Life (EOL), teori dan konsep utamanya
telah sesuai dengan tujuan dan prinsip perawatan paliatif yang meliputi
Bebas dari penderitaan atau gejala distress adalah bagian pusat dari
pengalaman akhir kehidupan pasien. Nyeri dianggap sebagai sensori
yang tidak menyenangkan atau pengalaman emosional yang
dihubungkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. (Lenz, et
al dalam tomey and Alligood, 2014)
b) Experience of Comfort
Nyaman didefinisikan secara inklusif, menggunakan kerja Kolcaba and
Kolcaba (1991) sebagai bebas dari ketidaknyamanan, keadaan tenang
dan kepuasan yang damai,dan apapun yang membuat kehidupan
menjadi mudah dan menyenangkan.
c) Experience of Dignity and Respect
Setiap pasien dengan penyakit terminal adalah dihargai dan dinilai
sebagai manusia. Konsep ini menyatu dengan ide dan nilai personal,
yang diekspresikan melalui prinsip etika otonomi atau menghargai
pasien dan keluarga yang diperlakukan sebagai agen otonomi.
d) Being at Peace
Damai adalah merasa tenang, harmony dan contentment, (bebas dari)
kecemasan, kegelisahan, dan takut. Keadaan damai termasuk dimensi
fisik, psikologis dan spiritual.
e) Closeness to Significant Others
Kedekatan adalah perasaan berhubungan dengan orang lain yang
peduli, termasuk kedekatan secara fisik atau emosional yang
diekspresikan melalui kehangatan, hubungan yang baik sekali.
Dua asumsi dari Ruland dan Moore (1998) diidentifikasi sebagai berikut;
1. Kejadian dan perasaan pada akhir kehidupan bersifat personal dan
individual.
2. Keperawatan penting untuk menciptakan pengalaman akhir kehidupan
yang damai. Perawat mengkaji dan menginterpretasikan isyarat yang
mencerminkan pengalaman akhir kehidupan seseorang dan menangani
dengan tepat untuk memelihara pengalaman yang damai, bahkan ketika
seseorang yang akan menemui ajal tidak dapat berkomunikasi secara
verbal.
Dua asumsi tambahan yang implisit:
1. Keluarga, merupakan suatu hubungan yang termasuk dalam semua
orang yang penting/ berarti, merupakan bagian penting dari end of life.
Keluarga harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan paliatif
2. Tujuan perawatan end of life bukan untuk mengoptimalkan perawatan,
namun lebih dari itu, most technologically advanced treatment, tipe
perawatan yang biasanya menghasilkan perawatan yang lebih. Tujuan
dari perawatan akhir kehidupan adalah untuk memaksimalkan
perawatan, perawatan yang paling baik yang memungkinkan dan
disediakan dengan lebih adil menggunakan ukuran teknologi dan
kenyamanan, untuk mencapai kualitas kehidupan dan kematian yang
damai.
9
Providing physical
assistance of
anotther caring
person, if desired
Gambar 2.5 Hubungan antara Konsep Teori Peaceful End of Life Ruland dan Moore (1998).
Theory consruction based on standard of care: A proposed theory of the peaceful end of life.
Nursing Outlook.
melalui diskusi yang positif antara keluarga dan perawat akan memberikan
kesadaran untuk memutuskan secara rasional terhadap perawatan paliatif di
rumah pasien kanker stadium terminal. Teori Peaceful End of Life (EOL) juga
membawa pemahaman pentingnya perawatan paliatif di rumah berupa asumsi
utamanya yang lain yaitu Being at peace yang dapat dicapai apabila pasien
diberikan dukungan emosi dan sosial oleh significat other atau keluarga yang
senantiasi menemani dan ikut terlibat dalam perawatan paliatif pasien kanker
stadium terminal. Perawatan paliatif di rumah juga memberikan kesempatan
pada pasien untuk lebih dekat dengan keluarga sesuai asumsi utama teori end
of life yaitu Closeness to significant others/persons who care. Perawatan
paliatif yang dilakukan di rumah sakit pada banyak pasien terminal dirasa
kurang efektif. Hal itu karena kenyamanan pasien bersama dengan keluarga
berkurang, akibat dari ketatnya peraturan di rumah sakit. Situasi tersebut
dapat menyebabkan kondisi psikologi pasien kanker stadium terminal
menjadi tidak nyaman, kesepian dan depresi, bahkan 25 persen diantaranya
mengalami kecemasan berat sebelum kematian. Kondisi ketidaknyamanan
dan depresi tidak hanya dirasakan pasien saja, tetapi juga dirasakan oleh
keluarga pasien. 47 persen dari keluarga yang anggota keluarganya
meninggal di rumah sakit menyatakan mengalami tingkat ketidaknyamanan
yang tinggi dalam proses kematian pasien ( Ruland & Moore, 1998 ; Doyle
2003; Zebrack, 2009; Lynn et al, 1997). Teori Peaceful End of Life (EOL)
dari Ruland & Moore lebih memfokuskan pada dasar pengambilan keputusan
perawatan paliatif di rumah. Sementara theory planned behavior fokus pada
variable yang mempengaruhi pengambilan keputusan perawatan paliatif di
rumah.
Selama diskusi tentang perawatan paliatif atau end of life, opini dari keluarga
dalam pengambilan keputusan perawatan paliatif di rumah tidak boleh
diabaikan oleh perawat dan tenaga kesehatan lainya. Peran dan fungsi
pengambilan keputusan oleh keluarga pasien kanker stadium terminal
9
Theory planned Behaviour (TPB) merupakan teori yang paling tepat dan
banyak digunakan dalam menjelaskan intention (pemilihan suatu keputusan)
perilaku kesehatan. Contoh penelitian yang merujuk pada TPB dalam bidang
kesehatan adalah pemilihan keputusan dalam oral hygiene, pemeriksaan HIV
(Human Imunodefiensi Virus) dan ARV (Anti Retrroviral) (Hoffmann, et al
2013). Penelitian terbaru yang menjelaskan penggunaan TPB dalam dunia
keperawatan adalah dari penelitian oleh Lapkin, S (2015). TPB digunakan
untuk menilai dan menganalisi pemilihan mahasiswa keperawatan dalam
melakukan tindakan keperawatan yang aman dan berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lainnya.
Gambar 2.1 Model The Theory of Planned Behavior (TPB) Sumber: Ajzen (1991)
9
Teori Health Belief Model (HBM) ini dapat digunakan untuk menjelaskan
alasan pemilihan keputusan suatu perilaku kesehatan. TPB dan teori HBM
adalah teori yang sama-sama fokus pada persepsi dan belief dari keluarga yang
mempengaruhi pengambilan keputusan mereka dalam perilaku kesehatan.
Teori HBM adalah teori perilaku individu pertama dan secara luas digunakan
di dunia kesehatan. Teori HBM pada awal kemunculannya digunakan oleh U.S
Public Health Service (USHPS) untuk meneliti penyebab keengganan dari
masyarakat pemukiman Negara Amerika untuk melakukan Screening
Tuberculosis gratis menggunakan sinar X yang disponsori oleh USHPS.
9
2) Perceived Seriousness
Persepsi keluarga pasien pasien kanker stadium terminal tentang keseriusan
dari dampak komplikasi yang muncul ketika meneruskan perawatan di
rumah sakit akan mengarah pada upaya memilih perawatan paliatif di rumah
demi mencegah atau mengurangi gejala yang dapat dirasakan pasien.
Semakin serius risiko dampak yang diperoleh pasien dan keluarga apabila
meneruskan perawatan di rumah sakit, maka semakin besar motivasi
keluarga untuk mengambil keputusan perawatan di rumah. Pada saat
Perceived Seriousness berasal dari informasi olehh tenaga kesehatan seperti
perawat atau dokter, hal itu akan menjadi keyakinan yang kuat bagi keluarga
pasien. Gabungan antara perceived susceptibility dan perceived seriousness
disebut sebagai persepsi ancaman (M.H Becker, 1974). Keluarga akan
mengambil keputusan berdasarkan persepsi ancaman apabila menolak
mengambil keputusan perawatan paliatif di rumah.
3) Perceived Benefit
Keluarga dalam mempertimbangkan keputusan perawatan paliatif di rumah
akan melihat dari manfaat yang akan dirasakan nantinya. Persepsi yang baik
terhadap perawatan paliatif di rumah oleh keluarga akan berperan signifikan
dalam penentuan keputusan mereka. Semakin besar manfaat yang diketahui
keluarga melalui perawatan paliatif di rumah , maka akan semakin besar
peluang keluarga akan mengikuti program perawatan paliatif di rumah.
4) Perceived Barrier
Adanya masalah yang menghalangi dalam perawatan paliatif di rumah,
mempengaruhi pengambilan keputusan dari keluarga. Semakin kecil
masalah yang menghalangi keluarga melakukan perawatan paliatif di rumah
,semakin besar peluang keluarga akan mengikuti program perawatan paliatif
di rumah.
5) Self Efficacy
Kepercayaan diri keluarga untuk mampu dalam merawat anggota keluarga
kanker stadium terminal akan mempengaruhi pengambilan keputusan
perawatan paliatif di rumah oleh keluarga.
9
6) Cues to Action
Nasehat dari anggota keluarga lain atau orang terdekat akan mempengaruhi
peneriman perawatan paliatif di rumah oleh keluarga.