Вы находитесь на странице: 1из 4

Keutamaan Shalat

Abdullah bin Umar Radhiyallaahu anhuma berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda:

Islam dibangun atas lima pondasi: Yaitu persaksian bahwa tidak ada sembahan (yang berhak
disembah) melainkan Allah, bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa ramadhan. (HR. Al-Bukhari no.
8 dan Muslim no. 16).

Shalat merupakan rukun Islam kedua dan merupakan amalan yang paling utama dan paling
dicintai oleh Allah Taala. Ar-Rasul -alaihishshalatu wassalam- menjadikannya sebagai
penjaga darah dan harta, sehingga kapan seseorang meninggalkannya maka darah dan
hartanya akan terancam. Karena sangat pentingnya shalat ini, sampai-sampai dialah amalan
pertama yang hamba akan dihisab dengannya pada hari kiamat.

Di dalam hadits Ibnu Masud secara marfu disebutkan:

Amalan pertama yang dengannya seorang hamba dihisab adalah shalat dan sesuatu pertama
yang diputuskan di antara para manusia adalah mengenai darah. (HR. An-Nasai no. 3926).

Amalan yang berhubungan antara hamba dengan Allah, maka yang pertama kali dihisab
darinya adalah shalat. Sementara amalan berhubungan antara makhluk dengan makhluk
lainnya, maka yang pertama kali dihisab adalah dalam masalah darah.
Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- dia berkata: Nabi -alaihishshalatu wassalam- bersabda:

Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari
kiamat adalah shalatnya. Rabb kita Jalla wa Azza berfirman kepada para malaikat-Nya
-padahal Dia lebih mengetahui-, Periksalah shalat hamba-Ku, sempurnakah atau justru
kurang? Sekiranya sempurna, maka akan dituliskan baginya dengan sempurna, dan jika
terdapat kekurangan maka Allah berfirman, Periksalah lagi, apakah hamba-Ku memiliki
amalan shalat sunnah? Jikalau terdapat shalat sunnahnya, Allah berfirman,
Sempurnakanlah kekurangan yang ada pada shalat wajib hamba-Ku itu dengan shalat
sunnahnya. Selanjutnya semua amal manusia akan dihisab dengan cara demikian. (HR.
Abu Daud no. 964, At-Tirmizi no. 413, An-Nasai no. 461-463, dan Ibnu Majah no. 1425.
Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami no. 2571)

Hadits Abu Hurairah di atas juga menunjukkan keutamaan shalat sunnah secara khusus,
bahwa dia dijadikan sebagai penyempurna dari kekurangan yang terjadi dalam shalat wajib,
baik kekurangan dari sisi pelaksanaan zhahir maupun kekurangan dari sisi batin dan roh
shalat tersebut, yaitu kekhusyuan. Wallahu alam.

Seputar Permasalahan Shalat

Ada beberapa perkara yang perlu saya ingatkan terkait dengan pelaksanaan shalat, terutama
masalah gerakan lain dalam shalat yang dilakukan ketika shalat.
Pertama, kaidah yang menjadi pijakan seorang muslim dalam shalatnya adalah sabda
Rasulullah SAW :

Sesungguhnya dalam shalat itu terdapat kesibukan.(HR Bukhari dari Ibnu Masud ra).

Asalnya seorang muslim dan muslimah dalam shalatnya adalah sibuk dengan urusan
shalatnya, agar shalat tersebut bernilai dan diterima di sisi Allah. Tidak boleh dia
menyibukkan dirinya dengan hal yang akan melalaikannya dari shalatnya.

Kedua, mengganggu seorang mukmin adalah dosa yang terlarang pada segala keadaan.
Bahkan dalam shalat, Rasulullah SAW bersabda :

Ketahuilah, sesungguhnya semua dari kalian bermunajat kepada Rabbnya, jangan sekali-kali
sebagian kalian mengganggu sebagian yang lainnya dan sebagian dari kalian mengangkat
suara terhadap sebagian yang lain dalam membaca atau dalam shalat. (HR Abu Daud dari
Said al Khudry).

Dari itu, hendak seorang muslim tidak menjadi sebab seorang muslim lain terganggu
misalanya dengan suara handphone atau selainnya.

Ketiga, gerakan dalam shalat diidzinkan bila ada keperluan dan gerakan tersebut hanyalah
gerakan yang sedikit. Sebagaimana gerakan Nabi SAW melangkah saat ada anjing hitam
yang akan berlalu di depan beliau, gerakan beliau saat shalat di atas mimbar dan gerakan
Nabi SAW saat beliau shalat menggendong cucunya.
Wallahu Alam.

Вам также может понравиться