Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi1
Kondiloma akuminatum (bila banyak disebut sebagai kondiloma akuminata),
atau kutil kelamin (venereal warts) ialah lesi berbentuk papilomatosis, dengan
permukaan verukosa, disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) tipe tertentu
(terutama tipe 6 dan 11), terdapat di daerah kelamin dan atau anus.

Epidemiologi1
Penyakit ini termasuk kelompok infeksi menular seksual (IMS) karena 98%
penularan melalui hubungan seksual. Sisanya dapat ditularkan melalui barang
(fomites) yang tercemar partikel HPV. Frekuensinya pada laki-laki dan perempuan
sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi melalui kontak kulit langsung.

Etiologi1
Penyebab kondiloma akuminatum adalah human papillomavirus (HPV), yaitu
virus DNA yang tergolong dalam keluarga papovavirus. Sampai saat ini telah dikenal
sekitar 100 genotipe HPV. Namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma
akuminatum, tersering, atau 70-100% oleh tipe 6, 11. Selain itu pernah pula
ditemukan tipe 30, 42, 43, 44, 45, 51, 54, 55 dan 70.
Beberapa tipe HPV tertentu berpotensi onkogenik tinggi, yaitu tipe 16 dan 18,
yang paling sering dijumpai pada kanker serviks. Tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai
pada kondiloma akuminatum dan neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan.

Gejala Klinis1
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di
daerah genitalia eksterna. Pada laki-laki tempat predileksinya di perineum, dan sekitar
anus, sulkus koronarius, glans penis, di dalam meatus uretra, korpus dan pangkal
penis. Pada perempuan di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-
kadang pada porsio uteri. Dengan semakin banyaknya kejadian hubungan seksual
anogenital, semakin banyak pula ditemukan kondiloma akuminatum di daerah anus
dan sekitarnya.

9
Kondisi lembab, misalnya pada perempuan dengan fluor albus atau pada laki-
laki yang tidak disirkumsisi, lesi kondiloma akuminata lebih cepat membesar dan
bertambah banyak. Selain itu, kondisi imunitas yang menurun, misalnya pada orang
yang terinfeksi HIV atau mengalami transplantasi organ tubuh, juga akan menambah
cepat pertumbuhan kondiloma akuminatum. Dalam keadaan hamil, akan menambah
banyak lesi dan akan cepat sembuh dengan berakhirnya kehamilan.
Kondiloma akuminatum seringkali tidak menimbulkan keluhan, namun dapat
disertai rasa gatal. Bila terdapat infeksi sekunder, dapat menimbulkan rasa nyeri, bau
kurang enak, dan mudah berdarah.
Bentuk klinis yang paling sering ditemukan berupa lesi berupa kembang kol,
berwarna seperti daging atau sama dengan mukosa. Ukuran lesi berkisar dari beberapa
milimeter sampai beberapa sentimeter. Tiap kutil dapat bergabung menjadi massa
yang besar. Bentuk lain berupa lesi keratotik, dengan permukaan kasar dan tebal,
biasanya ditemukan di atas permukaan yang kering, misalnya batang penis. Lesi
timbul sebagai papul atau plak verukosa atau keratotik, soliter atau multipel. Lesi
berbentuk kubah dengan permukaan yang rata dapat ditemukan di tempat yang kering,
sama halnya dengan lesi keratotik. Seringkali berkelompok dengan warna seperti
mukosa sampai merah jambu atau kemerah-merahan.

Gambar 1. Vulvar condyloma acuminata2

10
Gambar 2. Perianal condylomata acuminata2

Gambar 3. Penile condylomata acuminata2

Diagnosis1
Kondiloma akuminatum terutama didiagnosis secara klinis karena bentuknya
yang khas. Pada keadaan yang meragukan dapat dilakukan tes asam asetat. Lesi dan
kulit atau mukosa sekitarnya dibungkus dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan
larutan asam asetat 5% selama 3-5 menit. Setelah kain kasa dibuka, seluruh area yang

11
dibungkus tadi, diperiksa dengan kaca pembesar (pembesaran 4-8 kali). Hasil tes yang
positif disebut sebgai positif acetowhite, terjadi warna putih akibat ekspresi
sitokeratin pada sel suprabasal yang terinfeksi HPV. Bagian sel ini mengandung
banyak protein, dan warna putih terjadi sebagai akibat denaturasi protein. Lesi HPV
seringkali menunjukkan pola kapillar (punctuated capillary pattern) yang berbatas
tegas. Pada keadaan inflamasi, tes dapat menunjukkan hasil positif namun dengan
pola yang lebih difus dan tidak beraturan.

Diagnosis Banding1
1. Benign penile pearly papules: merupakan keadaan yang normal dijumpai
pada 20% laki-laki muda, muncul pada masa pubertas, lebih sering
dijumpai pada keadaan tidak disirkumsisi. Lesi seringkali asimtomatik,
dijumpai terutama mengitari sulkus koronarius. Keadaan ini tidak perlu
diobati.
2. Veruka vulgaris: vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-
abu atau sama dengan warna kulit.
3. Kondiloma lata: merupakan salah satu bentuk lesi sifilis stadium II, berupa
plakat yang erosif dan basah, ditemukan banyak Spirochaeta pallidum.
4. Karsinoma sel skuamosa: vegetasi berbentuk yang seperti kembang kol,
mudah berdarah, dan berbau.
5. Karsinoma verukosa (Buschke-Lowenstein tumor atau giant condylomata);
dianggap sebagai lesi neoplastik yang bersifat invasif lokal, biasanya
dihubungkan dengan HPV tipe 16.

Pengobatan1
Pilihan obat berdasarkan keadaan lesi, yaitu jumlah, ukuran, dan bentuk, serta
lokasi. Cara pengobatan dapat dibagi atas pengobatan yang dilakukan oleh pasien
(home-patient-applied treatment) dan pengobatan oleh dokter (physician-applied
treatment).
1. Kemoterapi
a. Tinktura podofilin 25%

12
Aplikasi dilakukan oleh dokter, tidak boleh oleh pasien
sendiri. Kulit di sekitarnya dilindungi dengan vaselin agar tidak
terjadi iritasi, dan dicuci setelah 4-6 jam. Jika belum ada
penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali
pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap dan
bersifat toksik. Gejala intoksikasi berupa mual, muntah, nyeri
abdomen, gangguan alat napas, dan keringat yang disertai kulit
dingin. Dapat pula terjadi supresi sumsum tulang yang disertai
trombositopenia dan leukopenia. Obat ini jangan diberikan
pada wanita hamil karena dapat terjadi kematian fetus.
Cara pengobatan dengan podofilin ini sering dipakai.
Hasilnya baik pada lesi yang baru, tapi kurang memuaskan
pada lesi yang lama atau yang berbentuk pipih.

b. Asam triklorasetat (trichloroacetic acid atau TCA) konsentrasi 80-90%


Obat ini juga dioleskan oleh dokter dan dilakukan setiap
minggu. Pemberiannya harus berhati-hati, karena dapat
menimbulkan iritasi hingga ulkus yang dalam. Boleh diberikan
pada ibu yang hamil.
c. 5-fluorouasil
Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim, dipakai
terutama pada lesi di meatus uretra. Pemberiannya setiap hari
oleh pasien sendiri sampai lesi hilang. Pasien dianjurkan untuk
tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.
2. Bedah listrik (elektrokauterisasi)
3. Bedah beku (N2, N2O cair)
4. Bedah skalpel
5. Laser karbondioksida.
Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut, bila
dibandingkan dengan elektrokauterisasi.
6. Interferon
Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (intramuskular atau intralesi)
dan topikal (krim), interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU secara

13
intramuskular 3 kali seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU
injeksi intramuskular selama 6 minggu.
Interferon beta diberikan dengan dosis 2x106 unit injeksi
intramuskular selama 10 hari berturut-turut.
7. Imunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan
dapat diberikan pengobatan bersama dengan imunostimulator.

Prognosis1
Walaupun seringkali mengalami residif, prognosisnya baik. Perbaiki faktor
predisposisi misalnya higiene, fluor albus, atau kelembaban pada laki-laki akibat tidak
disirkumsisi, atau keadaan imunosupresi.

14

Вам также может понравиться