Вы находитесь на странице: 1из 21

UUJK NO 2 TAHUN 2017

Secara Kontens Undang-Undang Jasa Konstruksi yang terbaru sangat aplikatif dengan
implementasi dilapangan, yang mana terdiri dari 14 BAB dengan total 57 halaman, berikut
rincian dari Undang-Undang Jasa Konstruksi tersebut:

Bab I Ketentuan Umum

Bab II Asas dan Tujuan

Bab III Tanggung Jawab dan Kewenangan

Bagian 1 Tanggung Jawab

Bagian 2 Kewenangan

Paragraf 1 Kewenangan Pemerintah pusat

Paragraf 2 Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi

Paragraf 3 Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Bab IV Usaha Jasa Konstruksi

Bagian 1 Struktur Usaha Jasa Konstruksi

Paragraf 1 Umum

Paragraf 2 Jenis,sifat, klasifikasi, dan layanan usaha

Paragraf 3 Bentuk dan Kualifikasi usaha

Bagian kedua Segmentasi pasar jasa konstruksi

Bagian ketiga persyaratan usaha jasa konstruksi

-Paragraf 1 Umum

-Paragraf 2 Tanda Daftar Usaha Perorangan dan Izin Usaha

-Paragraf 3 sertifikat badan usaha

-Paragraf 4 Tanda daftar pengalaman

Bagian keempat Badan usaha jasa konstruksi asing dan usaha perseorangan jasa
konstruksi asing
Bagian kelima pengembangan Usaha Jasa konstruksi

Bagian keenam pengembangan usaha berkelanjutan

Bab V Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Bagian kesatu umum

Bagian kedua pengikatan jasa konstruksi

-Paragraf 1 Pengikatan para pihak

-Paragraf 2 Pemilihan penyedia jasa

-Paragraf 3 Kontrak Kerja konstruksi

Bagian ketiga Pengelolaan Jasa Konstruksi

-Paragraf 1 Penyedia jasa dan sub penyedia jasa

-Paragraf 2 Pembiayaan jasa konstruksi

Bagian keempat perjanjian penyediaan bangunan

Bab VI Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan Konstruksi

Bagian kesatu Standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan

Bagian kedua kegagalan bangunan

-Paragraf 1 Umum

-Paragraf 2 Penilai ahli

Bab VII Tenaga Kerja Konstruksi

Bagian kesatu klasifikasi dan kualifikasi

Bagian kedua Pelatihan Tenaga kerja konstruksi

Bagian ketiga Sertifikasi kompetensi kerja

Bagian keempatRegistrasi pengalaman professional

Bagian kelima Upah tenaga kerja konstruksi

Bagian keenam Tenaga kerja konstriksi asing


Bagian ketujuh tanggung jawab profesi

Bab VIII Pembinaan

Bagian kesatu penyelenggaraan pembinaan

Bagian kedua pendanaan

Bagian ketiga pelaporan

Bagian keempat pengawasan

Bab IX Sistem Informasi Jasa Konstruksi

Bab X Partisipasi Masyarakat

Bab XI Penyelesaian Sengketa

Bab XII Sanksi Administratif

Bab XIII Ketentuan Peralihan

Bab XIV Ketentuan Penutup

UU Jasa Konstruksi yang baru disahkan tersebut terdiri dari 14 Bab dan 106 pasal
telah melalui harmonisasi dengan peraturan sektor lain, seperti UU Nomor 11
Tahun 2014 tentang Keinsinyuran, UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, UU Nomor 11 Tentang 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dan UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
aturan terkait lainnya.

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Yang Berasal Dari Anggaran Pendapatan Belanja


Daerah

Dalam hal penyelenggaraan jasa konstruksi menggunakan anggaran pendapat belanja daerah
serta memenuhi kriteria pekerjaan dengan (i) resiko kecil sampai dengan sedang, (ii)
berteknologi sederhana sampai dengan madya, dan (iii) berbiaya kecil sampai dengan sedang,
pemerintah daerah dapat membuat kebijakan khusus meliputi (i) kerjasama operasi dengan
badan usaha jasa konstruksi daerah; dan (ii) penggunaan subpenyedia jasa daerah. Ketentuan
ini akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

Tanda Daftar Pengalaman


Setiap badan usaha jasa konstruksi kualifikasi menengah dan besar harus melakukan
registrasi pengalaman kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk
mendapatkan pengakuan pengalaman usaha. Registrasi pengalaman dibuktikan dengan tanda
daftar pengalaman. Pengalaman yang didaftarkan merupakan pengalaman menyelenggarakan
jasa konstruksi yang sudah melalui proses serah terima. Ketentuan ini akan diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Menteri.

Pengembangan Usaha Jasa Konstruksi

Pengembangan usaha jasa konstruksi dilakukan melalui usaha penyediaan bangunan. Usaha
penyediaan bangunan terdiri atas usaha penyediaan (i) bangunan gedung; dan (ii) bangunan
sipil. Usaha penyediaan bangunan dibiayai melalui investasi yang bersumber dari (i)
pemerintah pusat; (ii) pemerintah daerah; (iii) badan usaha; dan/atau (iv) masyarakat.

Usaha penyediaan bangunan dapat dikerjakan sendiri atau oleh pihak lain. Pekerjaan yang
dikerjakan oleh pihak lain dilakukan melalui perjanjian penyediaan bangunan. Ketentuan ini
akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden.

Pemilihan Penyedia Jasa

Pemilihan penyedia jasa yang menggunakan sumber pembiayaan dari keuangan negara
dilakukan dengan cara:

1. tender atau seleksi

tender atau seleksi dapat dilakukan melalui prakualifikasi, pascakualifikasi, dan tender cepat.

2. pengadaan secara elektronik

merupakan metode pemilihan penyedia jasa yang sudah tercantum dalam katalog.

3. penunjukan langsung

dilakukan dalam hal:

1. penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan;

2. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa yang
sangat terbatas atau hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak;

3. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan keselamatan


negara;

4. pekerjaan yang berskala kecil; dan/atau

5. kondisi tertentu.

4. pengadaan langsung

dilakukan untuk paket dengan nilai tertentu


Dalam hal pemilihan penyedia layanan jasa konsultansi konstruksi yang menggunakan tenaga
kerja konstruksi pada jenjang jabatan ahli, pengguna jasa harus memperhatikan standar
remunerasi minimal.

Ketentuan Tambahan Dalam Kontrak Kerja Konstruksi

Berikut adalah tambahan ketentuan yang perlu dicantumkan di dalam Kontrak Kerja
Konstruksi, yaitu:

1. untuk kegiatan pelaksanaan layanan jasa konstruksi, dapat memuat ketentuan tentang
subpenyedia jasa serta pemasok bahan, komponen bangunan, dan/atau peralatan yang
harus memenuhi standar yang berlaku; dan

2. memuat kewajiban alih teknologi jika kontrak kerja konstruksi dilakukan dengan
pihak asing.

Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan (K4)

Standar K4 paling sedikit meliputi:

1. standar mutu bahan;

2. standar mutu peralatan;

3. standar keselamatan dan kesehatan kerja;

4. standar prosedur pelaksanaan jasa konstruksi;

5. standar mutu hasil pelaksanaan jasa konstruksi;

6. standar operasi dan pemeliharaan;

7. pedoman perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan jasa konstruksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

8. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.

Penyebutan K4 di dalam ketentuan ini berbeda dengan istilah K3 yang terdapat di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (PP No.50/2012). Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pasal 11
PP No.50/2012 mengatur bahwa pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 harus
melakukan kegiatan dalam pemenuhan persyaratan K3 paling sedikit meliputi:

1. tindakan pengendalian;

2. perancangan (design) dan rekayasa;


3. prosedur dan instruksi kerja;

4. penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;

5. pembelian/pengadaan barang dan jasa;

6. produk akhir;

7. upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri; dan

8. rencana dan pemulihan keadaan darurat.

Kegiatan nomor 1 sampai dengan nomor 6 dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya,


penilaian, dan pengendalian risiko dan kegiatan nomor 7 dan nomor 8 dilaksanakan
berdasarkan potensi bahaya, investigasi, dan analisa kecelakaan.

Ketentuan mengenai K4 untuk setiap produk jasa konstruksi diatur oleh menteri teknis terkait
sesuai dengan kewenangannya.

Pengaturan Tenaga Kerja

Tenaga kerja konstruksi diklasifikasikan berdasarkan keilmuan yang terkait jasa konstruksi.
Tenaga kerja konstruksi terdiri atas kualifikasi jabatan, yaitu:

1. operator;

2. teknisi atau analis; dan

Setiap tenaga kerja konstruksi harus melakukan registrasi kepada Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakya untuk mendapatkan pengakuan pengalaman professional. Registrasi
dibuktikan dengan tanda daftar pengalaman professional. Setiap tenaga kerja konstruksi yang
memiliki sertifikat kompetensi kerja berhak atas imbalan yang layak atas layanan jasa yang
diberikan.

Tenaga kerja asing dapat melakukan pekerjaan konstruksi di Indonesia hanya pada jabatan
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga kerja asing harus
memiliki surat tanda registrasi. Surat tanda registrasi diberikan berdasarkan sertifikat
kompetensi tenaga kerja asing menurut hukum negaranya. Tenaga kerja konstruksi asing pada
jabatan ahli wajib melaksanakan alih pengetahuan dan alih teknologi kepada tenaga kerja
pendamping sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sistem Informasi Jasa Konstruksi

Sistem informasi yang terintegrasi dibentuk untuk menyediakan data dan informasi yang
akurat dan terintegrasi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi. Sistem informasi yang
terintegrasi memuat data dan informasi yang berkaitan dengan:

1. tanggung jawab dan kewenangan di bidang jasa konstruksi yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
2. tugas pembinaan di bidang jasa konstruksi yang dilakukan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah; dan

3. tugas layanan di bidang jasa konstruksi yang dilakukan oleh masyarakat jasa
konstruksi.

Setiap pengguna jasa dan penyedia jasa serta institusi terkait dengan jasa konstruksi harus
memberikan data dan informasi dalam rangka tugas pembinaan dan layanan. Sistem
informasi yang terintegrasi dikelola oleh Pemerintah Pusat.

Pengaduan Masyarakat

Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat akan adanya dugaan kejahatan dan/atau
pelanggaran yang disengaja dalam penyelenggaraan jasa konstruksi, proses pemeriksaan
hukum terhadap pengguna jasa dan/atau penyedia jasa dilakukan dengan tidak mengganggu
atau menghentikan proses penyelenggaraan jasa konstruksi.

Apabila pengaduan masyarakat terkait dengan kerugian negara dalam penyelenggaraan jasa
konstruksi, proses pemeriksaan hukum hanya dapat dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan
dari lembaga negara yang berwenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.

Namun, proses penyelenggaraan jasa konstruksi dapat dihentikan dan pemeriksaan hukum
dapat dilakukan tanpa didasari oleh hasil pemeriksaan lembaga negara yang berwenang untuk
memeriksan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam hal:

1. hilangnya nyawa seseorang; dan/atau

2. tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi.

Tambahan Ketentuan Terkait Penyelesaian Sengketa

Tahapan penyelesaian sengketa yang selama ini dikenal yaitu (i) musyawarah; dan (ii)
tahapan yang diperjanjikan oleh para pihak di dalam kontrak kerja konstruksi seperti mediasi,
konsiliasi, dan arbitrase. Selain itu para pihak dapat membentuk dewan sengketa dimana
pemilihan anggotanya didasarkan oleh prinsip profesionalitas dan tidak menjadi bagian dari
salah satu pihak.

Penghapusan Sanksi Pidana

UU Jasa Konstruksi menghapus sanksi pidana dan lebih menekankan kepada sanksi
administratif.

Jenis-jenis sanksi administratif yang dicantumkan di dalam UU Jasa Konstruksi ini yaitu:

1. peringatan tertulis;

2. denda administratif;

3. pemberhentian dari tugas;


4. dikeluarkan dari daftar penilai ahli yang teregistrasi;

5. penghentian sementara kegiatan layanan jasa konstruksi;

6. pencantuman dalam daftar hitam;

7. pembekuan akreditasi;

8. pencabutan akreditasi;

9. pembekuan lisensi;

10. pencabutan lisensi;

11. pembekuan izin; dan/atau

12. pencabutan izin.

Dalam undang-undang jasa konstruksi yang lama, sanksi pidana ditujukan kepada perencana
konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi yang tidak memenuhi,
bertentangan, tidak sesuai, atau melakukan penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan dan
menyebabkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan. Sanksi pidana
tersebut dapat diganti dengan denda.

Beberapa poin yang menjadi sorotan dalam revisi UU jasa konstruksi tersebut
adalah terkait dengan wewenang dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
(LPJK) yang akan dikurangi utamanya terkait dalam sertifikasi.

Dalam Revisi UU jasa konstruksi tersebut, LPJK diusulkan tidak diperbolehkan lagi
mengeluarkan sertifikasi bagi perusahaan penyedia jasa konstruksi. LPJK hanya
bertugas sebagai pihak pemantau akreditasi dari perusahaan-perusahaan
penyedia jasa konstruksi.

Plt Dirjen Bina Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera)
Hediyanto W. Husaini mengatakan, langkah ini dilakukan agar terjadi check and balances.
"Untuk sertifikasi diterbitkan oleh Asosiasi," kata Hediyanto, Senin (20/4).
Disamping itu, dalam revisi UU jasa konstruksi ini nantinya akan dibentuk sebuah badan
yang bertugas menaungi sektor ini. Pasalnya, selama ini masih banyak persoalan disektor jasa
konstrusi diselesaikan secara pidana. Padahal, kasus yang dihadapi para pengusaha adalah
terkait dengan telat bayar sehingga tidak sesuai bila dikenakan sangsi pidana.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi V DPR Michael Wattimena mengatakan, pihaknya masih
terus menampung masukan-masukan dari berbagai kalangan untuk merampungkan revisi UU
jasa konstruksi ini. "Kita meminta dalam seminggu ada masukan-masukan dari kalangan
asosiasi," kata Michael.

UUJK NO 18 TAHUN 1999

LATAR BELAKANG :
Bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk itu jasa konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial, dan
budaya yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam pencapaian berbagai sasaran
guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional;
Bahwa berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku belum berorientasi baik kepada
kepentingan pengembangan jasa konstruksi sesuai dengan karakteristiknya, yang
mengakibatkan kurang berkembangnya iklim

BAB 1 Ketentuan Secara Umum


( Pasal 1 )

Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan
jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan
konstruksi.
Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan
dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil,
mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
Para pihak dalam suatu pekerjaan konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa.
Pengguna jasa dan penyedia jasa dapat merupakan orang perseorangan atau badan usaha baik
yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan berbentuk badan hukum.

Bab II Asas dan Tujuan


( Pasal 2 dan 3 )
Pengaturan jasa konstruksi bertujuan untuk
memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan
struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang
berkualitas;
mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan
kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta
meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi.

Bab III USAHA


JASA KONSTRUKSI
Bagian Pertama Jenis, Bentuk, dan Bidang Usaha
Pasal 4 , 5 , 6 , 7

Jenis usaha jasa konstruksi terdiri dari usaha perencanaan konstruksi, usaha pelaksanaan
konstruksi, dan usaha pengawasan konstruksi yang masing-masing dilaksanakan oleh
perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi.
Usaha perencanaan konstruksi memberikan layanan jasa perencanaan dalam pekerjaan
konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari studi
pengembangan sampai dengan penyusunan dokumen kontrak kerja konstruksi.
Usaha jasa konstruksi dapat berbentuk orang perseorangan atau badan usaha.
Bentuk usaha yang dilakukan oleh orang perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
selaku pelaksana konstruksi hanya dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi yang berisiko
kecil, yang berteknologi sederhana, dan yang berbiaya kecil.
Pekerjaan konstruksi yang berisiko besar dan/atau yang berteknologi tinggi dan/atau yang
berbiaya besar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas
atau badan usaha asing yang dipersamakan.
Bidang usaha jasa konstruksi mencakup pekerjaan arsitektural dan/atau sipil dan/atau
mekanikal dan/atau elektrikal dan/atau tata lingkungan, masing-masing beserta
kelengkapannya.

Ketentuan tentang jenis usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), bentuk usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan bidang usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Bagian Kedua Persyaratan Usaha, Keahlian, dan Keterampilan
Pasal 8 , 9, 10

Penyedia jasa konstruksi yang berbentuk badan usaha harus :


memenuhi ketentuan perizinan usaha di bidang jasa konstruksi dan memiliki sertifikat,
klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. Standar klasifikasi dan kualifikasi
keahlian kerja adalah pengakuan tingkat keahlian kerja setiap badan usaha baik nasional
maupun asing yang bekerja di bidang usaha jasa konstruksi.
Pengakuan tersebut diperoleh melalui ujian yang dilakukan oleh badan/lembaga yang
bertugas untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Proses untuk mendapatkan pengakuan
tersebut dilakukan melalui kegiatan registrasi, yang meliputi klasifikasi, kualifikasi, dan
sertifikasi. Dengan demikian, hanya badan usaha yang memiliki sertifikat tersebut yang
diizinkan untuk bekerja di bidang usaha jasa konstruksi.

Bagian Ketiga Tanggung Jawab Profesional


Pasal 11

Badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan orang perseorangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 harus bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya sesuai dengan
kaidah kejujuran dan keilmuan

Bagian Keempat Pengembangan Usaha


Pasal 12 , 13

Usaha jasa konstruksi dikembangkan untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh dan
efisien melalui kemitraan yang sinergis antara usaha yang besar, menengah, dan kecil serta
antara usaha yang bersifat umum, spesialis, dan keterampilan tertentu.
Untuk mengembangkan usaha jasa konstruksi diperlukan dukungan dari mitra usaha melalui
perluasan dan peningkatan akses terhadap sumber pendanaan, serta kemudahan persyaratan
dalam pendanaan

BAB IV
PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Bagian Pertama Para Pihak
Pasal 14 , 15 , 16
Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan
yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum atau terbatas, dan
dalam keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa dapat dilakukan dengan cara pemilihan
langsung atau penunjukkan langsung.
Pemilihan penyedia jasa harus mempertimbangkan kesesuaian bidang, keseimbangan antara
kemampuan dan beban kerja, serta kinerja penyedia jasa. Badan-badan usaha yang dimilki
oleh satu atau kelompok orang yang sama atau berada pada kepengurusan yang sama tidak
boleh mengikuti pelelangan untuk satu pekerjaan konstruksi secara bersamaan. Berkenaan
dengan tata cara pemilihan penyedia jasa ini, telah diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah.
Penyedia jasa sebagaimana dimaksud terdiri dari:
perencana konstruksi;
pelaksana konstruksi;
pengawas konstruksi

Bagian Kedua Pengikatan Para Pihak


Pasal 17 , 18 , 19 , 20 , 21

Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan
yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum atau terbatas dan
Pelelangan terbatas hanya boleh diikuti oleh penyedia jasa yang dinyatakan telah lulus
prakualifikasi
Dalam keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa dapat dilakukan dengan cara pemilihan
langsung atau penunjukan langsung.
Kewajiban pengguna jasa dalam pengikatan mencakup:
menerbitkan dokumen tentang pemilihan penyedia jasa yang memuat ketentuan-ketentuan
secara lengkap, jelas dan benar serta dapat dipahami;
menetapkan penyedia jasa secara tertulis sebagai hasil pelaksanaan pemilihan.
Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bersifat mengikat bagi kedua
pihak dan salah satu pihak tidak dapat mengubah dokumen tersebut secara sepihak sampai
dengan penandatanganan kontrak kerja konstruksi.

Jika pengguna jasa mengubah atau membatalkan penetapan tertulis, atau penyedia jasa
mengundurkan diri setelah diterbitkannya penetapan tertulis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (1) huruf b, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi salah satu
pihak, maka pihak yang mengubah atau membatalkan penetapan, atau mengundurkan diri
wajib dikenai ganti rugi atau bisa dituntut secara hukum.

Pengguna jasa dilarang memberikan pekerjaan kepada penyedia jasa yang terafiliasi untuk
mengerjakan satu pekerjaan konstruksi pada lokasi dan dalam kurun waktu yang sama tanpa
melalui pelelangan umum ataupun pelelangan terbatas.

Bagian Ketiga Kontrak Kerja Konstruksi


Pasal 22

Pengaturan hubungan kerja konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa harus
dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi. Suatu kontrak kerja konstruksi dibuat dalam
bahasa Indonesia dan dalam hal kontrak kerja konstruksi dengan pihak asing, maka dibuat
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Suatu kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai (i)
para pihak; (ii) rumusan pekerjaan; (iii) masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan; (iv)
tenaga ahli; (v) hak dan kewajiban para pihak; (vi) tata cara pembayaran; (vii) cidera janji;
(viii) penyelesaian perselisihan; (ix) pemutusan kontrak kerja konstruksi; (x) keadaan
memaksa (force majeure); (xi) kegagalan bangunan; (xii) perlindungan pekerja; (xiii) aspek
lingkungan. Sehubungan dengan kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan,
harus memuat ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual.
Uraian mengenai rumusan pekerjaan meliputi lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan
waktu pelaksanaan. Rincian lingkup kerja ini meliputi :
(a) volume pekerjaan, yakni besaran pekerjaan yang harus dilaksanakan;
(b) persyaratan administrasi, yakni prosedur yang harus dipenuhi oleh para pihak dalam
mengadakan interaksi;
(c) persyaratan teknik, yakni ketentuan keteknikan yang wajib dipenuhi oleh penyedia jasa;
(d) pertanggungan atau jaminan yang merupakan bentuk perlindungan antara lain untuk
pelaksanaan pekerjaan, penerimaan uang muka, kecelakaan bagi tenaga kerja dan
masyarakat;
(e) laporan hasil pekerjaan konstruksi, yakni hasil kemajuan pekerjaan yang dituangkan
dalam bentuk dokumen tertulis. Sedangkan, nilai pekerjaan yakni mencakup jumlah besaran
biaya yang akan diterima oleh penyedia jasa untuk pelaksanaan keseluruhan lingkup
pekerjaan. Batasan waktu pelaksanaan adalah jangka waktu untuk menyelesaikan
keseluruhan lingkup pekerjaan termasuk masa pemeliharaan.

BAB V
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Pasal 23, 24

Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan


beserta pengawasannya yang masing-masing tahap dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan,
pengerjaan, dan pengakhiran.
Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan,
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan
setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dapat menggunakan sub
penyedia jasa yang mempunyai keahlian khusus sesuai dengan masing-masing tahapan
pekerjaan konstruksi.

BAB VI
KEGAGALAN BANGUNAN
Pasal 25, 26, 27, 28

Pengguna jasa dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan
ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10
(sepuluh) tahun.
Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan perencana ,pengawas
konstruksi atau pelaksana konstruksi dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi
pihak lain, maka perencana ,pengawas konstruksi atau pelaksana konstruksi wajib
bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan dikenakan ganti rugi.
Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan pengguna jasa dalam
pengelolaan bangunan dan hal tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka
pengguna jasa wajib bertanggung jawab dan dikenai ganti rugi.
Ketentuan mengenai jangka waktu dan penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam tanggung
jawab perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam serta tanggung jawab pengguna jasa sebagaimana dimaksud diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.
BAB VII PERAN MASYARAKAT
Hak dan Kewajiban dan Masyarakat Jasa Konstruksi
Pasal 29, 30, 31, 32, 33, 34

Masyarakat juga memiliki peran dalam suatu penyelenggaraan pekerjaan jasa konstruksi,
diantaranya untuk :
Melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertib pelaksanaan jasa konstruksi;
Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialami secara langsung sebagai
akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Menjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang pelaksanaan jasa
konstruksi
Turut mencegah terjadinya pekerjaan konstruksi yang membahayakan kepentingan umum.
Masyarakat jasa konstruksi merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai
kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa
konstruksi.
Forum sebagaimana dimaksud terdiri atas unsur-unsur:
a. asosiasi perusahaan jasa konstruksi;
b. asosiasi profesi jasa konstruksi;
c. asosiasi perusahaan barang dan jasa mitra usaha jasa konstruksi;
d. masyarakat intelektual;
e. organisasi kemasyarakatan yang berkaitan dan berkepentingan di bidang jasa konstruksi
dan/atau yang mewakili konsumen jasa konstruksi;
f. instansi Pemerintah; dan
g. unsur-unsur lain yang dianggap perlu.

Tugas lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:


a. melakukan atau mendorong penelitian dan pengembangan jasa konstruksi;
b. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan jasa konstruksi;
c. melakukan registrasi tenaga kerja konstruksi, yang meliputi klasifikasi, kualifikasi dan
sertifikasi keterampilan dan keahlian kerja;
d. melakukan registrasi badan usaha jasa konstruksi;
e. mendorong dan meningkatkan peran arbitrase, mediasi, dan penilai ahli di bidang jasa
konstruksi.
BAB VIII PEMBINAAN
Pasal 35

Pemerintah juga memiliki peran dalam penyelenggaraan suatu jasa konstruksi, yaitu
melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan, dan
pengawasan. Pengaturan yang dimaksud dilakukan dengan menerbitkan peraturan
perundang-undangan dan standar-standar teknis. Sedangkan pemberdayaan dilakukan
terhadap usaha jasa konstruksi dan masyarakat untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan
hak, kewajiban, dan perannya dalam pelaksanaan jasa konstruksi. Selanjutnya, mengenai
pengawasan, dilakukan terhadap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk menjamin
terwujudnya ketertiban jasa konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pembinaan ini dapat dilakukan bersama-sama dengan masyarakat jasa konstruksi.

BAB IX PENYELESAIAN SENGKETA


Bagian Pertama U m u m
Pasal 36

Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar
pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
terhadap tindak pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sebagaimana diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Jika dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan
hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau
para pihak yang bersengketa.
Bagian Kedua Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan
Pasal 37
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi di luar pengadilan dapat ditempuh untuk masalah-
masalah yang timbul dalam kegiatan pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi,
serta dalam hal terjadi kegagalan bangunan.
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menggunakan jasa pihak ketiga, yang disepakati oleh para pihak.
Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibentuk oleh Pemerintah dan/atau
masyarakat jasa konstruksi.
Bagian Ketiga Gugatan Masyarakat
Pasal 38, 39, 40

Dalam suatu penyelenggaraan usaha jasa konstruksi, terdapat kemungkinan bahwa


masyarakat mengalami kerugian sebagai akibat dari penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
tersebut :
Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi berhak
mengajukan gugatan ke pengadilan secara: a. orang perseorangan; b. kelompok orang dengan
pemberian kuasa; c. kelompok orang tidak dengan kuasa melalui gugatan perwakilan.
Jika diketahui bahwa masyarakat menderita sebagai akibat penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi sedemikian rupa sehingga mempengaruhi peri kehidupan pokok masyarakat,
Pemerintah wajib berpihak pada dan dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat.
Gugatan sebagaimana dimaksud adalah tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu
dan/atau tuntutan berupa biaya atau pengeluaran nyata, dengan tidak menutup kemungkinan
tuntutan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tata cara pengajuan gugatan masyarakat sebagaimana dimaksud diajukan oleh orang
perseorangan, kelompok orang, atau lembaga kemasyarakatan dengan mengacu kepada
Hukum Acara Perdata.

BAB X SANKSI
Pasal 41, 42, 43

Penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai sanksi administratif dan/atau pidana atas
pelanggaran Undang-undang ini. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
yang dapat dikenakan kepada penyedia jasa berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi;
c. pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi;
d. pembekuan izin usaha dan/atau profesi;
e. pencabutan izin usaha dan/atau profesi.
Selain sanksi administratif tersebut, penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenakan
denda paling banyak sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak atau pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 44

Ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan jasa konstruksi yang


telah ada sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini, dinyatakan tetap berlaku
sampai diadakan peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan Undang-undang ini.
Penyedia jasa yang telah memperoleh perizinan sesuai dengan bidang usahanya dalam
waktu 1 (satu) tahun menyesuaikan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini, terhitung
sejak diundangkannya.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 45, 46

Pada saat berlakunya Undang-undang ini, maka ketentuan peraturan perundang-undangan


yang mengatur hal yang sama dan bertentangan dengan ketentuan Undang-undang ini,
dinyatakan tidak berlaku.
Undang-undang ini mulai berlaku 1 (satu) tahun terhitung sejak diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini,
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1999

Pasal Pada Pasal Pada


PERIHAL
UU NO. 18 tahun 1999 RUU JAKON 2013
1 Azas Berisi 1 pasal Berisi 1 pasal, dengan tambahan
asas kebebasan, pembangunan
berkelanjutan, dan berwawasan
lingkungan.

Pasal Pada Pasal Pada


NO PERIHAL
UU NO. 18 tahun 1999 RUU JAKON 2013
2 Tujuan Penyelenggaraan Kegiatan Berisi 1 pasal Berisi 1 pasal
Konstruksi
3 Bentuk Usaha Jasa Konstruksi Terdiri atas 10 pasal Terdiri atas 10 pasal

Bidang usaha konstruksi: Bidang usaha konstruksi:


Arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata Konstruksi gedung, kons-truksi
lingkungan sipil, dan konstruksi khusus

Jenis usaha konstruksi:


a. pengkajian;
b. perencanaan;
Jenis usaha konstruksi: c. perancangan;
Perencanaan konstruksi, pelak-sana konstruksi, dand. pembuatan;
pengawas konstruksi. e. pengoperasian;
f. pemeliharaan;
g. penghancuran;
h. pembuatan kembali; dan/atau
i. pengawasan.

Deskripsi masing-masing jenis u


ada

Deskripsi masing-masing jenis usaha jelas


diterangkan pada UU ini

Tidak disebutkan adanya penye


Dikenal adanya penyedia jasa umum dan spesialis umum dan spesialis

4 Pengikatan Pekerjaan Konstruksi Terdiri atas 9 pasal Terdiri atas 10 pasal

Isi pengikatan pekerjaan konstru


mirip dengan UU No. 18 tahun 1
pada RUU ini menyatakan harus
klausal tentang kegagalan peke
konstruksi dan boleh adanya pe
insentif atas prestasi lebih dari
jasa. Tolok ukur tidak dijelaskan
5 Penyelenggaran Pekerja-an Konstruksi Terdiri atas 2 pasal Terdiri atas 5 pasal

Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi Penyelenggaraan pekerjaan kon


meliputi tahap pe-rencanaan dan tahap pelaksa- meliputi kegiatan usaha jasa ko
naan beserta pengawasannya yang masing-masing yang terdiri atas pekerjaan pen
tahap dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, perencanaan, perancangan, pem
pengerjaan, dan pengakhiran. pengoperasian, pemelihara-an,
penghancuran, pembu-atan kem
penga-wasan.

Pasal Pada Pasal Pada


NO PERIHAL
UU NO. 18 tahun 1999 RUU JAKON 2013

6 Kegagalan Bangunan Terdiri atas 4 pasal Terdiri atas 8 pasal

Definisi kegagalan pekerjaan konstruksi tidak Definisi kegagalan pekerjaan ko


disebutkan pada UU ini disebutkan

Penilai Ahli disertifikasi oleh Lem

Tugas Penilai Ahli lebih jelas dipa


RUU ini
7 Partisipasi Masyarakat Terdiri atas 5 pasal Terdiri atas 2 pasal

8 Lembaga Berisi 1 pasal Terdiri atas 11 pasal

Hanya ada satu lembaga dan salah satu tugasnya Lembaga ada dua jenis.
adalah melakukan akreditasi dan sertifikasi jasa
konstruksi
Lembaga pengembangan jasa k
tidak lagi melakukan akreditasi
sertifikasi jasa konstruksi

Lembaga yang melakukan akred


sertifikasi jasa konstruksi adalah
Akreditasi dan Sertifikasi Jasa K

Lembaga pengembangan jasa k


tidak memiliki unsur kepenguru
instansi pemerintah terkait

Biaya yang dipungut dari pelaks


akreditasi dan sertifikasi merup
Penerimaan Negara Bukan Paja
ketentuan peraturan perundang

Pengangkatan dan pember-hent


Akreditasi dan Sertifikasi Jasa K
Nasional oleh presiden dengan
DPR RI.
Memiliki unsur kepengurusan dari instansi
pemerintah yang terkait Tugas pembekuan dan pencabut
oleh Badan Akreditasi dan Serti
Konstruksi jelas diterangkan pa

Badan Akreditasi dan Ser-tifikas


Konstruksi dapat dibentuk hingg
provinsi dan kabupaten/ kota.
Pembekuan dan pencabutan sertifikat oleh lembaga
tidak dijelaskan dalam UU ini

Pasal Pada Pasal Pada


NO PERIHAL
UU NO. 18 tahun 1999 RUU JAKON 2013

9 Pembinaan Berisi 1 pasal Terdiri atas 10 pasal

Pemerintah Daerah dalam UU ini tidak mendapat Pemerintah Daerah dalam RUU
kewajiban untuk melakukan pembinaan SDM di berkewajiban untuk melakukan
bidang jasa konstruksi dan pengembangan SDM di bidang jasa konstruksi d
teknologi pengembangan tekno-logi

Pola, tata cara, jenis, dan tujuan


pembinaan oleh pemerintah da
pemerintah daerah sangat baik
pada RUU ini
10 Sengketa, Ketentuan Pi-dana dan Terdiri atas 8 pasal Terdiri atas 23 pasal
Sanksi

Kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan Kegagalan pekerjaan kons-truks


bangunan dike-nakan pidana paling lama 5 tahun kegagalan ba-ngunan dikenakan
penjara atau dikenakan denda paling banyak 5% paling lama 10 tahun penjara a
dari nilai kontrak. dikenakan denda paling banyak
nilai kontrak
11 Sumber Daya Manusia (SDM) Tidak ada pasal khusus untuk SDM Terdiri atas 5 pasal

Pada undang-undang ini SDM di-sebut sebagai


tenaga kerja konstruksi

Pada RUU ini, tenaga kerja konst


memiliki ijin kerja dari Pemda se
(Pasal 54 Ayat 2)

Вам также может понравиться

  • 8 269045751884
    8 269045751884
    Документ13 страниц
    8 269045751884
    Paijoe Cool
    Оценок пока нет
  • 6th Central Pay Commission Salary Calculator
    6th Central Pay Commission Salary Calculator
    Документ15 страниц
    6th Central Pay Commission Salary Calculator
    rakhonde
    100% (436)
  • Evaluasi Pondasi Tiang Dengan Pile Driven Analysis (Pda)
    Evaluasi Pondasi Tiang Dengan Pile Driven Analysis (Pda)
    Документ2 страницы
    Evaluasi Pondasi Tiang Dengan Pile Driven Analysis (Pda)
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Pda 01
    Pda 01
    Документ9 страниц
    Pda 01
    Harry Novfriandi
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ2 страницы
    Cover
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Uu No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
    Uu No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
    Документ0 страниц
    Uu No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
    DaudSutrisno
    Оценок пока нет
  • 13 Mendirikan PT Islam Di Indonesia1
    13 Mendirikan PT Islam Di Indonesia1
    Документ16 страниц
    13 Mendirikan PT Islam Di Indonesia1
    Alfrino Patriando Adam
    Оценок пока нет
  • Buku Ajar Fondasi II 2
    Buku Ajar Fondasi II 2
    Документ59 страниц
    Buku Ajar Fondasi II 2
    Rudolf Ferdion
    Оценок пока нет
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Документ2 страницы
    Abs Trak
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ9 страниц
    Daftar Isi
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Contoh Kasus Klaim
    Contoh Kasus Klaim
    Документ1 страница
    Contoh Kasus Klaim
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Gambar Alat Praktikum
    Gambar Alat Praktikum
    Документ2 страницы
    Gambar Alat Praktikum
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ15 страниц
    Bab I
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Kelompok 1 Ahk
    Kelompok 1 Ahk
    Документ16 страниц
    Kelompok 1 Ahk
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Uu No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
    Uu No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
    Документ0 страниц
    Uu No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
    DaudSutrisno
    Оценок пока нет
  • Bahan Ahk
    Bahan Ahk
    Документ17 страниц
    Bahan Ahk
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ3 страницы
    Bab I
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Sni 1726 2012
    Sni 1726 2012
    Документ149 страниц
    Sni 1726 2012
    Hapri Apriansya
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ5 страниц
    Bab I
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Is I 1945811719736
    Is I 1945811719736
    Документ6 страниц
    Is I 1945811719736
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Kelompok 1 Ahk
    Kelompok 1 Ahk
    Документ13 страниц
    Kelompok 1 Ahk
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • PDF Metadata-20336762 PDF
    PDF Metadata-20336762 PDF
    Документ1 страница
    PDF Metadata-20336762 PDF
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • UUJK
    UUJK
    Документ16 страниц
    UUJK
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Tugas
    Tugas
    Документ2 страницы
    Tugas
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • PDF Metadata-20336762 PDF
    PDF Metadata-20336762 PDF
    Документ1 страница
    PDF Metadata-20336762 PDF
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Tugas
    Tugas
    Документ2 страницы
    Tugas
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет
  • Tugas
    Tugas
    Документ2 страницы
    Tugas
    Dhiya Ul Haq
    Оценок пока нет