Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pentingnya sikap dan perilaku taqwa atau taat kepada Allah SWT., antara lain
disebabkan agar kita:
Terhindar dari murka Allah SWT. yang mengakibatkan turunnya azab dan malapetaka;
Tidak lupa akan nikmat Allah SWT. yang harus disyukuri, sehingga nikmat tersebut
semakin bertambah dan tidak mendatangkan bencana;
Tercapai hidup bahagia di dunia dan di akhirat, sebagaimana yang diharapkan oleh
semua orang
Apa saja bentuk dan contoh sikap serta perilaku taat kepada Allah?
Mengapa kita harus taat kepada Allah SWT.? Jawabannya, karena kita adalah makhluk ciptaan-Nya yang
paling sempurna. Manusia selalu menginginkan hidupnya bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.
Adapun pemilik kebahagiaan yang sejati ialah Allah SWT. Dia akan memberikan kebahagiaan kepada
makhluk yang dikehendaki-Nya.
Oleh sebab itu, hendaknya kita memiliki sikap taat kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari. Memiliki
sikap taat kepada Allah SWT., selain mendapatberbagai keuntungan dan manfaat sebagaimana yang telah
disebutkan di atas, juga akan mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan bagi pelakunya.
Pembagian taat terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu taat kepada Allah dan taat kepada sesama manusia.
Taat kepada Allah, yaitu patuh melaksanakan segala perintah Allah dan menghindari larangan-Nya.
Contohnya; rajin dan patuh melaksanakan shalat lima waktu, rajin berzakat, rajin belajar dan
menuntut ilmu, tidak melakukan perbuatan maksiat seperti berjudi, minuman keras yang
haram, dosa berzina, seks bebas, narkoba, dan sebagainya.
Taat kepada sesama manusia, yaitu melaksanakan perintah atau kehendak manusia yang tidak
bertentangan dengan hukum Allah dan Rasul-Nya. Contohnya; melaksanakan perintah orang
tua, guru, suami, dan sebagainya, sepanjang perintah mereka tidak bertentangan dengan perintah Allah
dan larangan Allah SWT.
Selain memiliki nilai-nilai penting dan mendatangkan kebaikan bagi pelaku sikap taat, perilaku taat juga
mengandung nilai-nilai luhur dan mulia. Di antara nilai-nilai luhur dan mulia dari taat ialah sebagai berikut :
Membiasakan diri bersikap taat kepada Allah harus dimulai sejak sekarang, saat ini, hingga masa yang
akan datang. Ketika kita masih kecil, masih banyak kesempatan untuk berlatih membiasakan diri taat
kepada Allah SWT., dengan menjalankan segala perintah dan menghindari segala larangan-Nya.
Jika seseorang dari masa kecil telah dapat membiasakan diri bersikap taat kepada Allah, niscaya kelak
setelah dewasa akan menjadi orang yang beriman dan bertakwa. Sehingga hidupnya kelak
akan mendapatkebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Untuk dapat membiasakan diri bersikap perilaku taat kepada Allah SWT., hendaknya mari kita perhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
Biasakan bergaul dengan orang-orang yang memiliki sifat taat kepada Allah SWT.
Sebaliknya, hindari pergaulan dengan mereka yang banyak durhaka kepada Allah.
Biasakan menghindari sikap perilaku maksiat, keji, dan mungkar. Sebab perbuatan
tersebut merupakan perbuatan dosa yang dimurkai oleh Allah SWT.
Melaksanakan segala perintah Allah, dan jangan sekali-kali melanggar larangan-Nya.
Berdoa kepada Allah agar kita diberi kekuatan untuk selalu taat kepada- Nya.
Yang terakhir adalah ada janji Allah yang paling tinggi yaitu orang yang mendapat kemuliaan di dunia
dan di akhirat adalah orang yang paling bertaqwa atau taat kepada Allah SWT.
Salah satu sikap yang harus kita miliki sebagai muslim adalah rasa takut kepada Allah Swt. Takut
kepada Allah disini adalah adalah takut kepada murka, siksa dan azab-Nya. Ada banyak ayat
yang memerintahkan kita untuk memiliki rasa takut kepada Allah, antara lain firman Allah Swt :
yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan
mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah
sebagai Pembuat Perhitungan(QS. 33:39). Ini berarti takut kepada selain Allah tidaklah bisa
dibenarkan. Dengan memiliki rasa takut kepada Allah, kita akan memperoleh keberuntungan
yang besar, diantara dalilnya adalah firman Allah Swt: Dan barang siapa yang taat kepada Allah
dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-
orang yang mendapat kemenangan> (QS. 24:52). Adanya rasa takut kepada Allah Swt,
membuat kita tidak berani melanggar segala ketentuan-Nya. Yang diperintah kita kerjakan dan
yang dilarang kita tinggalkan. Takut kepada Allah akan membuat seseorang memperbanyak
amal salehnya selama hidup di dunia ini, Allah Swt berfirman : Dan mereka memberikan
makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.
Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan
Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang
bermuka masam penuh kesulitan. (QS. 76:8-10). Menurut Imam Al Ghazali dalam Ihya
Ulumuddin :Khauf adalah suatu perasaan takut yang mencegah anggota badan dari perbuatan
maksiat dan diikat dengan ketaatan. Orang mukmin adalah orang yang takut kepada Allah
beserta seluruh anggota badannya. Menurut Abu Laits as-Samarqandi, seorang ahli fiqh
(fuqaha) dan ahli tafsir (mufasir) yang termasyur, "Tanda-tanda takut kepada Allah itu kelihatan
dalam 7 perkara."
1. Pada lisannya. Yaitu orang yang menghindarkan dirinya dari dusta, ghibah, menyebar fitnah
dan banyak bicara. Sebaliknya ia malah menyibukkan diri dengan memperbanyak zikir,
membaca Al-Qur'an & mencari serta berbagi ilmu.
2. Pada hatinya. Yaitu orang yang membuang rasa permusuhan, kebodohan & kedengkian
terhadap sahabatnya. Lantaran kedengkian dapat menghapuskan kebaikan. Sebagaimana
Rasulullah SAW telah bersabda; "Hasad itu dapat memakan kebaikan sebagaimana api
membakar kayu.'" Ketahuilah bahawa hasad itu penyakit hati yang amat berbahaya. Tidak ada
obat untuk penyakit hati selain dari ilmu & amal.
3. Pada pandangannya. Yaitu orang yang tidak suka memandang pada makanan, minuman,
pakaian dan hal-hal lain yang haram. Tidak pula terpikat pada dunia. Tetapi ia memandangnya
dgn mengambil iktibar. Rasulullah Saw telah bersabda; " Barangsiapa memenuhi matanya
dengan perkara haram, maka Allah akan memenuhinya daripada api pada hari Kiamat."
4. Pada perutnya. Yaitu orang yang perutnya tidak diisi barang yang haram. Itu dosa besar.
Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda; " Ketika sesuap daripada barang haram masuk ke perut
seseorang, maka seluruh Malaikat di langit & di bumi melaknatinya selama sesuai dan seteguk
barang itu berada di dalam perutnya. Jika dia mati dalam keadaan demikian, maka tempatnya di
Neraka."
5. Pada kedua tangannya. Yaitu orang yang tidak menggunakan untuk perkara yang haram.
Tetapi hanya menggunakannya untuk taat kepada Allah Swt. Rasul Saw bersabda;
"Sesungguhnya Allah Swt telah menciptakan bangunan yang di dalamnya terdapat 72 ribu aula.
Setiap aula terdapat 70 ribu pondok. Tidak ada yang boleh masuk ke situ, selain orang yang
ditawarkan barang haram, namun dia menolaknya krn takut kepada Allah."
6. Pada langkah (kakinya). Yaitu orang yang tidak berjalan untuk bermaksiat, tetapi hanya
melangkah untuk taat kepada Allah, mencari keridhaanNya serta untuk bergaul dengan para
ulama, orang-orang saleh.
7. Terlihat pada ketaatannya. Yaitu orang yang menjadikan ketaatannya semata-mata untuk
mencari keridhaan Allah Swt, dan ia takut pada riya dan munafik. Barangsiapa melakukan 7
perkara tersebut, maka dia termasuk dalam katogeri orang-orang yang dikatakan oleh Allah Swt;
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di
dekat) mata air-mata air (yang mengalir). "(Q.S. Al-Hijr:45)
Semoga kita dan anak2 keturunan kita menjadi orang-orang yang bertakwa dan senantiasa
dijaga oleh Allah Swt dan dijauhkan dari apa2 yang diharamkan Allah Swt. Aamiin
Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi shalallahu alaihi wassalam,
beliau bersabda, Apabila seorang pria mengajak istrinya ke tempat tidurnya
lalu sang istri tidak mau mendatanginya, malaikat melaknat sang istri sampai
datang waktu subuh. (HR. al-Bukhari no. 5193)
Makna Hadits
Yang dimaksud dengan ( tempat tidur) adalah jima. Apabila suami
mengajak istrinya bersenggama, tetapi istri menolak tanpa alasan syari dan
sang suami tidak ridha terhadap penolakan tersebut, malaikat melaknat sang
istri sampai subuh.
Kedudukan Suami di Sisi Istri
Ketahuilah, Saudariku, Allah subhanahu wa taala menjadikan pria sebagai
pemimpin kaum wanita. Allah berfirman,
Kaum pria adalah pemimpin kaum wanita, karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (pria) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka
(pria) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka . (an-Nisa: 34)
Al-Imam as-Sadi rahimahullah berkata, Kaum pria adalah pemimpin bagi
kaum wanita karena kaum pria mempunyai wewenang untuk mengharuskan
kaum wanita menunaikan hak-hak Allah, menjaga kewajiban-kewajiban yang
telah ditetapkan oleh Allah atas mereka, dan mencegah mereka dari
perbuatan-perbuatan yang haram. Kaum pria juga menjadi pemimpin yang
bertanggung jawab atas nafkah, sandang, dan papan (tempat tinggal) untuk
istrinya. (lihatTafsir as-Sadi)
Jadi, pantaslah jika Allah mewajibkan seorang istri untuk taat kepada suami
dalam urusan yang tidak melanggar hukum syari. Tidak mungkin tercapai
kebahagiaan apabila pemimpin tidak ditaati, baik dalam ruang lingkup yang
kecil maupun yang besar. Apabila suami tidak ditaati, tidak dihormati, dan
tidak berwibawa di hadapan istri, yang akan terjadi adalah kehancuran dan
kenistaan.
Seandainya aku boleh memerintah seseorang untuk sujud kepada orang
lain, sungguh, akan kuperintah seorang wanitauntuk sujud kepada
suaminya. (HR. at-Tirmidzi no. 1159, dinyatakan hasan oleh al-
Albani rahimahullah)
Berdasarkan penjelasan di atas, seorang wanita wajib mengetahui kedudukan
suami dan memosisikannya sesuai dengan ketetapan syariat.
Hal-hal yang Tidak Boleh Dilakukan Istri ketika Suami Ada
Bersamanya
Ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan istri ketika suami ada
bersamanya, di antaranya:
1. Puasa sunnah, kecuali atas izin suami. Dalam hal ini Rasulullah telah
bersabda,
Janganlah seorang wanita berpuasa dalam keadaan suaminya ada
bersamanya, kecuali dengan izin suami. (HR. al-Bukhari no. 5192)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, Hadits ini menunjukkan bahwa
menunaikan hak suami lebih ditekankan atas istri daripada melakukan
amalan kebaikan yang hukumnya sunnah. Sebab, hak suami wajib dipenuhi,
dan pelaksanaan kewajiban diutamakan daripada pelaksanaan amalan
sunnah. (Fathul Bari pada syarah hadits no. 5195)
Bagaimana apabila wanita tersebut tetap berpuasa sunnah tanpa izin suami?
Terjadi perbedaan pendapat di antara ulama; ada yang berpendapat haram,
dan ada yang berpendapat makruh. Yang benar adalah hukumnya haram
sebagaimana yang dipilih (dirajihkan/dikuatkan) oleh al-Imam an-Nawawi t.
Al-Imam an-Nawawi menjelaskan, Sebab diharamkannya puasa sunnah bagi
wanita (ketika suaminya ada) adalah bahwa suami mempunyai hak atas istri
untuk bersenang-senang (berjima) dengannya setiap saat. Hak suami ini
wajib segera dipenuhi oleh istri, tidak boleh ditunda hanya karena amalan
sunnah, bahkan karena amalan wajib yang tidak harus segera dilakukan.
(Fathul Bari pada syarah hadits no. 1595)
Ukhti, lihatlah betapa tingginya kedudukan suami Anda di sisi Anda!
Dipahami dari hadits ini bolehnya istri berpuasa sunnah tanpa izin suami
ketika suaminya bepergian (safar). Namun, apabila di tengah-tengah
puasanya sang suami datang, istri wajib meminta izin untuk meneruskan
puasanya. Apabila suami tidak mengizinkan, istri wajib menaatinya. Suami
pun berhak memaksa istri untuk membatalkan puasa sunnahnya apabila dia
menginginkannya. (Dinukil dari ucapan al-Imam an-Nawawi dari Fathul Bari)
Bolehkah seorang istri melakukan puasa sunnah tanpa izin suami, padahal
suami ada bersamanya, tetapi sedang sakit parah dan tidak mampu
melakukan jima? Al-Imam an-Nawawi membolehkan hal itu. Sebab, suami
yang sedang sakit parah sehingga tidak mampu melakukan jima ini semakna
dengan suami yang sedang bepergian, yaitu sama-sama tidak ada hal yang
mengharuskan dibatalkannya puasa tersebut, yaitu jima. (Lihat Fathul
Bari pada syarah hadits no. 5195)
Ketahuilah, Ukhti, Rasulullah telah memberikan solusi terbaik bagi seorang
pria apabila dia secara tidak sengaja melihat wanita yang menakjubkannya.
Solusi tersebut adalah bersegera mendatangi istrinya. Hal itu bertujuan
agar suami tidak terjatuh dalam zina atau dalam kemaksiatan yang akan
mengantarkannya kepada zina.
Simaklah hadits shahih berikut.
Apabila salah seorang di antara kalian dibuat kagum oleh seorang wanita
sehingga hatinya terkesan, hendaklah dia mendatangi istrinya
dan menjimainya, karena hal itu akan menepis apa yang ada di dalam
hatinya. (HR. Muslim no. 1403)
Al-Imam an-Nawawi berkata menjelaskan hadits ini, Ketika seorang pria
melihat seorang wanita lalu tergerak syahwatnya, disunnahkan baginya
mendatangi istrinya atau budaknyajika dia memiliki budak wanita, lalu
hendaklah dia menjimainya agar tertepis syahwatnya, tenang hatinya, dan
kuat hatinya menghadapi apa yang sedang dia hadapi.
Oleh karena itu, penuhilah keinginan suami kapan pun dia mengajak Anda
untuk itu. Sebab, di situ ada pahala yang sangat besar bagi diri Anda, dan
pada hakikatnya Anda sedang memenuhi perintah Rabb Anda.
Oleh karena itu, istri wajib mempelajari ilmu agama yang terkait dengan
urusan rumah tangganya dan kewajiban-kewajibannya terhadap suami.
Telah dijelaskan oleh Ibnu Hajar bahwa laknat akan menimpa istri yang
menolak ajakan suaminya, kapan pun waktunya. Adapun disebutkannya
malam hari/sampai subuh dalam riwayat ini ialah karena biasanya manusia
melakukan jimapada malam hari. Hal ini tidak berarti bahwa istri boleh
menolak ajakan suami pada siang hari. Sebab, telah datang hadits yang
menegaskan hal itu, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi
wassalam,
Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah
seorang suami mengajak istrinya (berjima) lalu sang istri menolak, kecuali
seluruh yang ada di langit marah kepada istri sampai sang suami
ridha. (HR. Muslim no. 1436)
Ukhti, lihatlah! Yang marah kepada istri bukan malaikat saja, melainkan
semua yang ada di langit. Tidaklah Anda takut?
Ibnu Hajar membawakan riwayat-riwayat lain yang menunjukkan bahwa
haramnya menolak ajakan suami ini bersifat umum, kapan pun waktunya.
(Lihat Fathul Bari pada syarah hadits no. 5194)
Alasan yang Dibolehkan untuk Menolak Ajakan Suami
Agama Islam adalah agama yang adil, tidak mungkin akan merugikan salah
satu pihak dan menguntungkan pihak yang lain. Oleh karena itu, agama
Islam memberikan uzur (maaf) kepada istri yang menolak ajakan suami
karena alasan yang dibenarkan oleh syariat. Di antara alasan yang
dibenarkan adalah, pertama, mengqadha puasa (membayar utang puasa
Ramadhan). Hal ini sangat jelas karena puasa Ramadhan adalah wajib dan
mengqadhanya juga wajib. Kedua, istri sedang sakit, sedangkan jima akan
menyakitkannya atau akan menambah parah penyakitnya. Ketiga, istri dalam
keadaan yang buruk sekali, yang tidak memungkinkannya untuk dijimai oleh
suaminya. Dalam keadaan seperti ini hendaklah sang istri menjelaskan
alasannya dengan cara yang baik dan betul-betul dipahami oleh suami agar
suami tidak berprasangka buruk terhadap dirinya.
Hendaklah Suami Memenuhi Ajakan Istri
Suami mempunyai kebutuhan biologis, istri pun demikian. Suami bisa
terjerumus ke dalam perzinaan apabila syahwatnya tidak disalurkan dengan
cara yang disyariatkan, istri pun demikian. Maka dari itu, suami wajib
memenuhi hak istri dan melindunginya dari perbuatan yang haram.
Maka dari itu, jangan ada prasangka yang tidak baik terhadap syariat Islam
yang seakan-akan memojokkan wanita. Ketahuilah, Ukhti, perintah untuk
memenuhi ajakan suami mengandung faedah yang kembali kepada Anda.
Setiap kali istri memenuhi ajakan suami, akan tumbuh kecintaan yang besar
kepada istri sehingga tercapailah keharmonisan rumah tangga. Sebaliknya,
jika istri menolak dan selalu berusaha menolak, suami akan berpikir kepada
wanita lain, dan hal ini membahayakan dirinya, istri, dan keluarganya.
Relakah Anda apabila suami Anda berselingkuh? Relakah diri Anda apabila
suami Anda terjerumus dalam kenistaan? Relakah diri Anda apabila suami
Anda dicela oleh banyak orang karena berzina? Naudzubillah, kita berlindung
kepada Allah dari semua itu.
Suami Memaksa Istri
Hadits yang menerangkan ancaman bagi wanita yang menolak ajakan suami
tidak boleh dipahami bahwa suami berhak memaksa istri dengan sewenang-
wenang, padahal istri sedang sakit atau ada alasan lain yang dibenarkan
syariat. Allah telah mengharamkan kezaliman atas siapa pun, sebagaimana
firman-Nya dalam hadits qudsi,