Вы находитесь на странице: 1из 8

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

DIVERSIFIKASI

Disusun Oleh Kelompok 6:

Diana Ratnasari 1362036

Dimas Surya Haqiqi 1362038

Ditya Ayu Meitaningtyas 1362041

Yuni Haryati 1362195

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER B 2013

STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG


Jl. Prof. M. Yamin No. 77 Jombang Telp. (0321) 865180 Fax. (0321)
853807

DIVERSIFIKASI
Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko.
EFEK DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO
1. Aset Yang Independen
Misalnya portofolio dengan N asset yang independen satu sama lain.
Risiko asset diukur dengan standar deviasi, sehingga tingkat keuntungan
asset yang diharapkan dan risiko asset tersebut adalah
Tingkat keuntungan yang diharapkan = E(Ri) = (R1),,(RN)
Risiko asset = si = s1,,sN
Misalkan asset tersebut mempunyai ukuran satu sama yang lainnya,
tingkat keuntungan yang diharapkan untuk portofolio tersebut dan
risikonya adalah
E(Rp) = (1/N) R1 + + (1/N) RN
= (R1 + + RN ) / N
sP2 = (1/N)2 s12 + + (1/N)2 sN2 + 2 (1/N) (1/N) s12 + + 2 (1/N)
(1/N ) sij
dimana i j ;
E(Rp) = tingkat keuntungan yang diharapkan untuk portofolio
R1N = tingkat keuntungan asset 1 sampai N
sP2 = varians portofolio atau standar deviasi dikuadratkan
sij = kovarians antara saham i dengan j
N = jumlah asset
Karena asset tersebut independen satu sama lain, maka kovarians antar
asset sama dengan nol, maka
sP2 = (1/N)2 s12 + + (1/N)2 sN2
sP2 = (1/N)2 ( s12 + + sN2 )
Misalkan asset tersebut sama satu sama lainnya ( identically distributed )
s12 = s22 = sx2 = s2
sehingga risiko portofolio dapat dituliskan seperti
sP2 = (1/N)2 (Ns12)
sP2 = (s2/N)
Risiko portofolio ( diukur melalui variansnya ) adalah varians asset
individual dibagi dengan jumlah asset.
Hasil tersebut menunjukkan jika N menjadi semakin besar, maka risiko
portofolio akan semakin turun.
Jika N tidak terhingga ( N ), maka risiko portofolio akan menjadi nol.
Dengan kata lain, portofolio ini mempunyai tingkat keuntungan yang pasti
( tidak ada kemungkinan penyimpangan )

2. Asset Yang Tidak Independen


Kembali ke permasalahan di muka,yaitu kita memunyai portofolio yang
terdiri dari N aset ,tetapi aset tersebut berkaitan ( berkorelasi atau tidak
independen) satu sama lain.Kita ingin melihat tingkat keuntungan yang
diharapkan dan risiko dari portofolio tersebut.Sama seperti
sebelumnya,aset-aset tersebut mempunyai ukuran yang sama,distribusi
yang sama,dengan risiko yang sama.
Tingkat keuntungan dan risiko bisa dituliskan sebagai berikut:
E(RP) = (1/N) R1++(1/N)RN
=(R1++RN)/N
p 2 = (1/N)2 1 2 +..+(1/N)2 n 2 + 2 (1/N)(1/N) 12 ++2(1/N)(1/N)
ij dimana I J
Perhatikan bahwa karena aset-aset tersebut tidak independen satu sama
lain,maka ada kovarians atau korelasi antar aset. Karena itu,term ke dua
(yang memuat kovarians antar aset) tidak bisa dihilangkan.Risiko
portofolio dalam situasi adalah penjumlahan dari varians setiap aset
dengan varians antar aset.
Jika aset tersebut independen satu sama lain, kovarians akan sama
dengan nol. Risiko portofolio akan sama dengan formula risiko portofolio
dengan aset independen yang ada.
p 2 = [(1/N) i 2] + [((N-1)/N) ij]

3. Risiko Total, Risiko Sistematis, dan Risiko Tidak Sistematis


Markowitz mengembangkan model dua parameter, yaitu rata-rata
keuntungan ( mean ) dan deviasi standar dari mean keuntungan tersebut.
Rata-rata tingkat keuntungan merupakan tingkat keuntungan yang
diharapkan, sedangkan deviasi standar merupakan indicator risiko.
Semakin besar deviasi standar, semakin besar risiko suatu investasi. Hak
ini menunjukan bahwa diversifikasi bisa mengurangi risiko, portofolio
yang efisien ( efficient set atau portofolio yang optimal ) bisa dibentuk.
Sharpe ( 1963 ) mengembangkan model indeks tunggal yang dapat
mendekomposisi risiko total ( yaitu deviasi standar ) ke dalam risiko unik
perusahaan ( risiko yang bisa dihilangkan melalui diversifikasi disebut
juga risiko tidak sistematis ) dan risiko pasar ( risiko yang tidak bisa
dihilangkan melalui diversifikasi disebut juga risiko sistematis )
Risiko total = risiko sistematis + risiko tidak sitematis

4. Ilustrasi Risiko Yang Bisa dan Yang Tidak Bisa Didiversifikasikan


Contoh risiko bisa didiversifikasi ( risiko tidak sistematis ) : Misalkan kita
memegang saham Astra kemudian pabrik Astra mengalami kebakaran
yang mengakibatkan penurunan keuntungan. Dengan demikian kita
megalami kerugian karena saham perusahaan mengalami penurunan.
Namun disisi lain kita juga mempunyai saham Indomobil sehingga kita
mempunyai portofolio dari saham Astra dan Indomobil. Berita buruk Astra
menjadi berita baik Indomobil. Pasokan Astra berkurang dan Indomobil
meningkat, dengan begitu kerugian saham di Astra bisa dikompensasi
oleh keuntungan dari Indomobil.
Contoh risiko yang tidak bisa didiversifikasi ( risiko sistematis ) : Misalkan
terjadi resesi perekonomian di Indonesia sehingga permintaan terhadap
produk-produk Indonesia melemah. Menyebabkan penjualan mobil
mengalami penurunan baik Astra maupun Indomobil sehingga harga
saham keduanya juga mengalami penurunan cara menurunkan dengan
memasukan asset dari luar negeri.

5. Dekomposisi Risiko Total


Risiko total dapat didekomposisi ke dalam risiko sistematis dan risiko tidak
sistematis
si2 = bi2 sM2 + se2
si2 = varians atau deviasi standar dikuadratkan dari return asset i
bI = risiko sistematis asset i
sM2 = varians atau deviasi standar dikuadratkan dari return pasar
( market )
se2 = varians error atau risiko tidak sistematis dari asset i
Risiko sistematis dan risiko tidak sistematis dihitung melalui regresi
dengan model pasar ( market model )
Ri = ai + bi RM + ei
Ri = return asset i RM = return pasar
Ai = intercept Ei = residual
bi = koefisien regresi
( risiko sistematis )
Salah satu output dari hasil regresi adalah varians error, yang dapat
digunakan sebagai indicator risiko tidak sitematis

PERTIMBANGAN LAINNYA
1. Skala ekonomi
Misalnya kita memesan barang dalam jumlah besar kita akan
memperoleh potongan kuantitas atau harga yang lebih rendah.
Bagan diatas menunjukkan biaya rat-rata untuk tingkat output berbeda.
Bagian paling kiri menun jukkan jika output ditingkatkan, maka biaya rata-
rata semakin menurun (Decreasing return of scale). Bagian tengah
menunjukkan, jika tingat output ditingkatkan maka biaya rata-rata tidak
menurun lagi dan menunjukkan angka yang konstan (constant return of
scale). Bgian paling kanan menunjukkan jika tingkat output ditingkatkan
maka biaya rata-rata juga akan meningkat (increasing return of scale)
Cara mengestimasi wilayang decreasing, constant dan increasing adalah
denga fungsi produksi:
Q = f (L,K) L: labour ; K: kapital
Untuk estimasi secar empiris biasaya menggunakan model fungsi
produksi Cobb- Douglas
Q = AKaLb
Constant scale terjadi jika Decrasing return of scale
(a+b) = 1 (a+b) < 1
Increasing return of scale
(a+b) > 1
Estimasi fungsi produksi secara mepiris juga bisa dilakuan dengan regresi:
InQ = In A + a In K + b In L

2. Skop ekonomi
Mengacu pada sinergi yang bisa diperoleh jika perusahaan memproduksi
dua produk atau lebih dengan menggunakan input yang sama.
Contoh : dua perusahaan masing-masing memproduksi produk A dengan
biaya Rp 10.000 volume produksi 100.000 unit sedangkan produk B
dengan biaya Rp 20.000 volume produksi 120.000 unit.
Biaya produksi rata-rata ( average cost )
AC1 = 10.000/100.000 = 0,1 atau 10%
AC2 = 20.000/120.000 = 0,167 atau 16,7%
Kedua perusahaan sepakat melakukan merjer, maka
AC(1+2) = (10.000+20.000)/(100.000/120.000) = 0,136 atau 13,6%
sehingga, (13,6%) < (10%+16,7%=26,7%)
Dengan melakukan merjer maka dapat mengurangi biaya lebih lanjut,
misal mengiklankan produknya dapat langsung dua produk sekaligus.
Dengan kata lain kedua perusahaan dapat mnghemat biaya produksi
untuk tingkat output yang sama.
misalkan totalnya menjadi Rp 25.000, maka
AC(1+2) = (25.000)/(100.000/120.000) = 0,1136 atau 11,36%
Secara umum, skop ekonomi akan diperoleh jika biaya gabungan lebih
kecil dengan penjumlahan biaya individual.
Jika produk yang digabungakan terlalu banyak maka ada kemungkinan
terjadi dis-economies of scope. Dalam situasi ini beberapa produk akan
meningkatkan biaya produksi lebih tinggi dibandingkan jika memproduksi
produk secara terpisah

Cara melakukan diversifikasi yang baik:


1. Jangan melakukan diversifikasi dalam instrumen instrumen yang
memiliki karakter yang sama.
2. Membandingkan karakter suatu instrumen investasi dalam hal potensi
return, risiko dan likuiditas.
3. Selalu sediakan uang untuk investasi.
4. Diversifikasi yang berlebihan akan memiliki dampak negatif, yaitu:
5. Kesulitan untuk mengontrol perkembangan investasi.
6. Pertumbuhan investasi kurang memuaskan.
7. Munculnya biaya-biaya yang tidak terduga.

Вам также может понравиться