Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku

Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang

merupakan hasil bersama atau resultan antara berbagai faktor, baik faktor internal

maupun eksternal. Faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan

yang bersifat given atau bawaan. Faktor eksternal yakni lingkungan, baik

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya (Notoatmodjo,

2010).

Penelitian Rogers (1974) yang dikutip Notoatmodjo (2010),

mengungkapkan bahwa sebelum orang berperilaku, maka terjadi proses yang

berurutan yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam dari

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption yakni subjek tidak berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulasi.

Apabila penerimaan perilaku baru melalui proses seperti ini didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut bersifat
langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Perilaku dapat dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap).

Untuk memberikan respon terhadap situasi di luar objek tersebut. Respon ini

dapat bersifat pasif atau tanpa tindakan (Notoatmodjo, 2010).

Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu:

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu dengan mengetahui situasi dan

rangsangan.

2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau

rangsangan dari luar diri si subyek sehingga alam itu sendiri akan mencetak

perilaku manusia yang dihadapi di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan

alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang

bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan

perilaku manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan

segala budidaya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap

situasi dan suatu rangsangan dari luar.

2.1.1. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu

(Notoatmodjo, 2010). Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan mempunyai 6

tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan. Contoh menyimpulkan dan meramalkan terhadap

objek yang dipelajari.

3. Aplikasi ( Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari kepada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip

dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis ( Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,

misalnya dapat menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada

suatu kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2010).

2.1.2. Perilaku dalam Bentuk Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sifat tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Newcomb, yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), menyatakan

bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan

atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.


Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek. Allport (1954) di dalam Notoatmodjo (2010),

menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu :

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas

dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide

tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.


Misalnya seorang ibu yang mengajak tetangganya untuk pergi menimbang

anaknya ke Posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti

bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau

menjadi akseptor KB meskipun mendapat tantangan dari mertua atau

orangtuanya sendiri (Notoatmodjo, 2010).

2.1.3. Perilaku Dalam Bentuk Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas. Tindakan terdiri dari 4 tingkatan, yaitu :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama. Misalnya seorang

ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.

2. Respon terpimpin (Guided Respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator tindakan tingkat dua.


Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar mulai dari cara

mencuci dan memotongnya, lama memasak, menutup pancinya dan

sebagainya.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu sudah mengimunisasikan

bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang

lain.

4. Adaptasi (Adaptation) yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2010).

2.2. Paru

2.2.1. Definisi

Paru-paru adalah dua organ yang berbentuk seperti bunga karang besar

yang terletak di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar.

Paru-paru memanjang mulai dari dari akar leher menuju diagfragma dan

secara kasar berbentuk kerucut dengan puncak di sebelah atas dan alas di

sebelah bawah.

Diantara paru-paru mediastinum, yang dengan sempurna memisahkan

satu sisi rongga torasik sternum di sebelah depan. Di dalam mediastinum

terdapat jantung, dan pembuluh darah besar, trakea dan esofagus, dustuk
torasik dan kelenjar timus. Paru-paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru-paru

sebelah kiri mempunyai dua lobus, yang dipisahkan oleh belahan yang miring.

Lobus superior terletak di atas dan di depan lobus inferior yang berbentuk

kerucut. Paru-paru sebelah kanan mempunyai tiga lobus. Lobus bagian bawah

dipisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang sama terhadap lobus inferior

kiri. Sisa paru lainnya dipisahkan oleh suatu fisura horisontal menjadi lobus

atas dan lobus tengah. Setiap lobus selanjutnya dibagi menjadi segmen-

segmen yang disebut bronko-pulmoner, mereka dipisahkan satu sama lain oleh

sebuah dinding jaringan koneknif , masing-masing satu arteri dan satu vena.

Masing-masing segmen juga dibagi menjadi unit-unit yang disebut lobulus.

2.2.2. Gangguan Fungsi Paru

Selain menilai kondisi organ paru, diagnosis penyakit paru perlu pula

menentukan kondisi fungsionalnya. Dengan mengetahui keadaan fungsi paru,

maka beberapa tindakan medis yang akan dilakukan pada penderita tersebut

dapat diramalkan keberhasilkannya, disamping itu progresivitas penyakitnya

akan dapat diketahui. Oleh karena itu pemeriksaan faal paru saat ini

dikategorikan sebagai pemeriksaan rutin.

2.2.3. Beberapa Jenis Gangguan Fungsi Paru

a. Pneumonia ( Radang paru-paru)


Penyakit ini disebut juga dengan radang paru-paru. Penyakit penumonia

ini dapat timbul diberbagai daerah di paru-paru. Penumonia lobar

menyerang sebuah lobus atau potongan besar paru-paru. Penumonia lobar

adalah bentuk penumonia yang mempengaruhi area yang luas dan terus

menerus dari lobus paru-paru. Selain itu, ada juga yang disebut dengan
bronkopneumonia yang menyerang seberkas jaringan di salah satu paru-

paru atau keduanya.


b. Penyakit Legionaries
Penyakit papru-paru jenis ini disebabkan oleh bakteri Legionella

penumophilia, bentuk infeksinya hampir mirip dengan penumonia. Sebuah

bakteri yang berbentuk batang yang ditemukan di sebagian besar sumber

air, mereka dapat berkembang dan memperbanyak diri dengan sangat

cepat, terdapat di pipa ledeng atau di manapun tempati dimana air bisa

menggenang. Penyakit Legionnarie pertama kali dijelaskan pada tahun

1976 setelah terjadi wabah penyakit ynag mirip dengan pneumonia berat

pada veteran perang di sebuah konvensi American Legion. Penyakit ini

lebih banyak menyerang laki-laki.


c. Efusi Pleura
Cairan berlebih di dalam membran berlapis ganda yang mengelilingi paru-

paru disebut efusi pleura. Dua lapis membran yang melapisi paru-paru

atau pleura dilumasi oleh sedikit cairan yang memungkinkan paru-paru

mengembang dan berkontraksi dengan halus dalam dinding dada.

Infeksinya seperti penumonia dan tuberkulosis, gagal jantung, dan

beberapa kanker yang menimbulkan pengumpulan cairan di antara pleura.

Jumlahnya bisa mencapat tiga liter yang menekan paru-paru.


d. Tuberculosis
Tuberkulosis adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan oleh infeksi

yang menyerang jaringan paru-paru. Penyebabnya adalah bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar orang memiliki mikroba

Tuberkulosis dalam tubuhnya, tapi mikroba ini akan menyebabkan


penyakit pada beberapa orang saja, biasanya karena jika immunitas atau

kekebalan tubuh seseorang mengalami penurunan.


Gejalanya Adalah batuk berdahak lebih dari 3 minggu, dan juga dapat

disertai batuk berdarah. Selain itu penderiata Akan megalami demam pada

sore dan pagi hari, dan pada saat malam akan berkeringat. Nafsu

makanpun akan menurun.


e. Pneumotoraks
Adalah suatu jenis penyakit gangguan paru-paru yang terdapat di selaput

paru atau yang disebut pleura. Pneumotoraks terjadi jika satu atau dua

membran pleura tertembus dan udara masuk ke dalam rongga pleura

menyebabkan paru-paru mengempis. Membran pleura dipisahkan oleh

lapisang cairan pleura sangat tipis yang melumasi gerakan mereka.

Keseimbangan antara dinding dada, lapisan pleura, dan jaringan paru-paru

memungkinkan paru-paru "terisap" ke dalam dinding dada. Pada

pneumotoraks, udara masuk ke dalam rongga pleura. Keseimbangan

tekanan pun berubah dan paru-paru mengempis. Jika lebih banyak udara

yang masuk ke dalam rongga tapi tidak dapat keluar, tekanan di sekitar

paru-paru semakin tinggi yang dapat mengancam jiwa.

Pneumotoraks spontan dapat terjadi akibat pecahnya alveolus yang

membesar secara abnormal di permukaan paru-paru atau akibat kondisi

paru-paru, seperti asma. Penyebab lain adalah patah tulang rusuk dan luka

dada.
Gejala adalah Batuk berdahak, dahak berwarna kuning dan kental, sesak

napas disertai dengan demam dan sakit pada dada.


f. Asma

Jenis-jenis penyakit paru-paru lainnya adalah Asma. Asma merupakan


penyakit radang paru-paru yang menimbulkan serangan sesak napas dan

mengi yang berulang. Asma merupakan salah satu kelainan paru-paru

paling banyak dan bervariasi, menyerang satu dari empat anak di beberapa

daerah. Otot dinding saluran udara berkontraksi seperti kejang,

menyebabkan saluran udara menyempit, sehingga terjadi serangan sesak

napas. Penyempitan diperburuk oleh sekresi lendir yang berlebihan.

Sebagian besar kasus terjadi di masa kanak-kanak dan biasanya berkaitan

dengan penyakit yang didasari oleh alergi seperti eksema dan keduanya

mempunyai factor penyakit turunan. Gejalanya sulit bernafas dan disertai

suara mengi.

g. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) mempunyai karakteristik

keterbatasan jalan napas yang tidak sepenuhnya reversibel. PPOK adalah

kelainan jangka panjang di mana terjadi kerusakan jaringan paru-paru

secara progresif dengan sesak napas yang semakin berat. PPOK terutama

meliputi bronkitis kronis dan emfisema, dua kelainan yang biasanya terjadi

bersamaan.

h. Bronkhitis Kronis

Peradangan kronis saluran udara paru-paru biasanya disebabkan oleh

rokok. Jarang sekali, infeksi akut yang berulang menimbulkan bronkitis

kronis. Pada bronkitis kronis, bronkus, saluran udara utama menuju paru-

paru, meradang, membengkak, dan menyempit akibat iritasi oleh asap

tembakau, infeksi berulang, atau paparan lama terhadap zat polutan.


Saluran udara yang meradang mulai menghasilkan dahak berlebihan,

awalnya menyebabkan batuk mengganggu di waktu lembap dan dingin,

laluberlanjutsepanjangtahun.

i. Emfisema

Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang melibatkan

kerusakan pada kantung udara (alveoli) di paru-paru. Akibatnya, tubuh

tidak mendapatkan oksigen yang diperlukan. Emfisema membuat

penderita sulit bernafas. Penderita mengalami batuk kronis dan sesak

napas. Penyebab paling umum adalah merokok.

j. Penyakit Paru Akibat Kerja

Asbestosis, silikosis, dan pneumokoniosis disebabkan oleh menghirup

partikel yang mengiritasi dan membuat peradangan jaringan paru-paru,

mengarah ke timbulnya fibrosis. Orang yang berisiko tinggi menderita

penyakit paru-paru akibat pekerjaan, adalah para pekerja yang terpapar

partikel beracun selama bertahun-tahun, misalnya para pekerja tambang.

Pada penyakit paru-paru akibat kerja, terdapat penebalan perlahan

(fibrosis) jaringan paru-paru, yang akhirnya menimbulkan pembentukan

jaringan parut ireversibel.

k. Silikosis

Silikosis adalah salah satu penyakit paru akibat lingkungan kerja. Penyakit

ini merupakan suatu pneumokoniosis yang disebabkan oleh inhalasi

partikel-partikel kristal silika bebas.

Silika adalah sejenis bahan yang banyak digunakan dalam bangunan dan
perusahaan konstruksi. Silika dalam bentuk padat tidak berbahaya, tetapi

bentuk butiran debu sangat tidak baik untuk paru-paru. Yang termasuk

silika bebas adalah kuarsa, tridimit, dan kristobalit.

l. Asbestosis
Asbestosis adalah penyakit paru yang disebabkan banyaknya zat asbes

yang terhirup paru-paru, sehingga menyebabkan kerusakan berat. Pada

beberapa kasus asbestosis, bisa menjadi penyebab timbulnya penyakit

kanker paru-paru. Kanker paru-paru sendiri adalah keberadaan tumor

ganas di paru-paru. Kanker paru-paru adalah kanker paling umum di dunia

dan lebih dari satu juta kasus baru ditemukan setiap tahun (Depkes, 2010).

2.3. Karakteristik Responden


a) Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan

penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian

hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.

b) Jenis Kelamin

Jenis Kelamin adalah Perbedaan antara permpuan dengan laki-laki.

c) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

d) Pekerjaan
Jenis pekerjaan berperan dalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan

yaitu adanya faktor-faktor lingkungan yang dapat langsung menimbulkan

kesakitan seperti bahan kimia, situasi pekerjaan yang penuh dengan stress,

ada tidaknya gerak badan dalam pekerjaan, karena berkerumun dalam satu

tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses penularan penyakit

antara para pekerja.

e) Penghasilan

Pendapatan atau penghasilan berguna untuk menilai hubungan antara

tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun

pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang

ada karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar

transport dan sebagainya.

2.4. Kerangka Konsep


Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat dibawah ini :
Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik Responden :

- Umur
Perilaku
- Jenis: Kelamin
- Pendidikan
-- Pekerjaan
Pengetahuan Gangguan Fungsi Paru
- - Penghasilan
Sikap
- Tindakan
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Вам также может понравиться