Вы находитесь на странице: 1из 51

Otoritas Jasa Keuangan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa

Otoritas Jasa Keuangan

Singkatan OJK

Kepala Muliaman Darmansyah Hadad, Ph.D.

Dasar hukum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

Alamat kantor pusat Jl. Jend Gatot Subroto Kav 71-73, Jakarta

Situs web

ojk.go.id

Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU nomor 21 tahun 2011 yang
berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah
lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK didirikan untuk menggantikan
peran Bapepam-LK.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Tujuan

2 Tugas dan Wewenang

3 Dewan Komisioner

4 Pranala Luar

Tujuan[sunting | sunting sumber]


OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:

1. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;

2. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan

3. mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.


Tugas dan Wewenang[sunting | sunting sumber]

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

1. kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan;

2. kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan

3. kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga
jasa keuangan lainnya.

Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:

1. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;

2. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

3. menetapkan peraturan dan keputusan OJK;

4. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;

5. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;


6. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa
Keuangan dan pihak tertentu;

7. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa
Keuangan;

8. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan
kekayaan dan kewajiban; dan

9. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang:

1. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;

2. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;

3. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain


terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

4. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu;

5. melakukan penunjukan pengelola statuter;

6. menetapkan penggunaan pengelola statuter;

7. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan

8. memberikan dan/atau mencabut:

1. izin usaha;

2. izin orang perseorangan;

3. efektifnya pernyataan pendaftaran;

4. surat tanda terdaftar;


5. persetujuan melakukan kegiatan usaha;

6. pengesahan;

7. persetujuan atau penetapan pembubaran; dan

8. penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa


keuangan.
Dewan Komisioner[sunting | sunting sumber]
Dewan Komisioner adalah pimpinan tertinggi OJK yang bersifat kolektif dan kolegial. Dewan Komisioner
beranggotakan 9 (sembilan) orang anggota yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Susunan Dewan Komisioner terdiri atas:

1. seorang Ketua merangkap anggota;

2. seorang Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;

3. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;

4. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;

5. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota;

6. seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota;

7. seorang anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan Konsumen;

8. seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan Gubernur Bank
Indonesia; dan

9. seorang anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat setingkat eselon I
Kementerian Keuangan.
Lembaga keuangan bank dan non bank di
indonesia
Lembaga keuangan bank dan non bank di indonesia
Lembaga keuangan bank adalah lembaga keuangan yang memberikan jasa-jasa
keuangan dan menarik dana dari masyarakat secara langsung.

Jenis-jenis lembaga keuangan bank terdiri dari :


1) Bank Umum (Konvensional dan Syariah), dan;
2) Bank Perkreditan Rakyat (Konvensional dan Syariah).

Bank Umum
Bank Umum menurut Undang-undang RI Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana diperbaharui dengan UU nomor 10 Tahun 1998, adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Selanjutnya untuk pembahasan tentang Bank Umum akan dipisahkan menjadi Bank
Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah sebagai berikut berikut :
A. Bank Umum Konvensional
Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan
seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat
dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial
bank).
Usaha utama bank umum adalah funding yaitu menghimpun dana dari masyarakat
luas, kemudian diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam
bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit. Dalam penghimpunan
dana, penabung diberikan jasa dalam bentuk bunga simpanan. Sementara dalam
pemberian kredit, penerima kredit (debitur) dikenakan jasa pinjaman dalam bentuk
bunga dan biaya administrasi.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan :
a) Menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk :

1. Simpanan Giro (Demand Deposit)


2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
3. Simpanan Deposito (Time Deposit)
b) Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk :
1. Kredit Investasi
2. Kredit Modal Kerja
3. Kredit Konsumsi
c) Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Services) seperti :
1. Transfer (Kiriman Uang)
2. Inkaso (Collection)
3. Kliring (Clearing)
4. Save Deposit Box
5. Credit/Debit Card
6. Valas (Bank Notes)
7. Bank Garansi
8. Referensi Bank
9. Bank Draft
10. Letter of Credit (L/C)
11. Travellers Cheque
12. Jual beli surat-surat berharga
13. Pelayanan payment point seperti :
Pembayaran pajak, telepon, air, listrik, Biaya Pembayaran Ibadah Haji (BPIH), uang
kuliah, gaji/pensiun/honorarium, deviden, kupon, bonus/hadiah, tantiem, dll.
14. Didalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi : Pinjaman emisi
(underwriter), Penjamin (guarantor), Wali amanat (trustee), Perantara perdagangan efek
(pialang/broker), Perdagangan efek (dealer), Perusahaan pengelola dana (invesment
company)
15. Jasa-jasa lainnya.
Biasanya bentuk-bentuk badan hukum bank umum konvensional yaitu : persero,
perseroan daerah, koperasi dan perseroan terbatas.

B. Bank Umum Syariah


Bank Umum Syariah adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah adalah BPR yang
melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
Adapun pengertian prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembayaran kegiatan
usaha, atau kegiatan lain yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah
1. Menerima simpanan dana dari masyarakat dalam bentuk :
a. Giro berdasarkan prinsip wadiah;
b. Tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah;
c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah; atau
d. Bentuk lain berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah.
2. Menyalurkan dana dalam bentuk :
a. Piutang dengan prinsip jual beli meliputi :
- mudharabah;
- isthishna;
- ijarah;
- salam.
b. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil meliputi :
- mudharabah;
- musyarakah;
c. Pembiayaan berdasarkan prinsip qardh.
3. Membeli, menjual dan atau menjamin atas risiko sendiri surat-surat berharga pihak
ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying transaction) berdasarkan
prinsip jual-beli atau hiwalah.
4. Membeli surat-surat berharga Pemerintah dan atau BI yang diterbitkan atas dasar
Prinsip Syariah;
5. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan atau nasabah berdasarkan prinsip
wakalah;
6. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga dengan prinsip wakalah;

7. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga


berdasarkan prinsip wadiah yad amanah;
8. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan
pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah;
9. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam bentuk
surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek berdasarkan prinsip ujrah;
10. Memberikan fasilitas Letter of Credit (L/C) berdasarkan prinsip walakah,
murabahah, mudharabah, musyarakah, dan wadiah, serta memberikan fasilitas
garansi bank berdasarkan prinsip kalafah;
11. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip walakah;
12. Melakukan kegiatan usaha kartu debet berdasarkan prinsip ujrah;
13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank sepanjang disetujui oleh
Dewan Syariah Nasional;
14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan prinsip sharf;
15. Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan prinsip musyarakah dan
atau mudharabah.
16. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
berdasarkan Prinsip Syariah sesuai ketentuan dalam perundang-undangan yang
berlaku
17. Bank dapat bertindak sebagai lembaga baitul maal yaitu menerima dana yang
berasal dari zakat, infaq, shadaqah, waqaf, hibah atau dana sosial lainnya.
Larangn melakukan kegiatan-kegiatan sbb :
a) Melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam kegiatan
usaha Bank Umum di atas;
b) Melakukan usaha perasuransian;
c) Melakukan kegiatan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud
dalam kegiatan usaha Bank Umum di atas;
d) Melakukan kegiatan usaha secara konvensional.
Berdasarkan bentuk hukumnya bank ini dapat berupa perseroan terbatas,
perusahaan daerah atau koperasi.
Lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan yang memberikan jasa-
jasa keuangan dan menarik dana dari masyarakat secara tidak langsung (non
depository). Lembaga keuangan bukan bank terdiri dari beberapa jenis, yaitu
lembaga pembiayaan yang terdiri dari leasing, factoring, pembiayaan konsumen
dan kartu kredit, perusahaan perasuransian yang diantaranya asuransi keuangan
dan asuransi jiwa serta reasuransi, dana pensiun yang terdiri dari dana pensiun
pemberi kredit dan dana pensiun lembaga keuangan, dana perusahaan efek,
reksadana, perusahaan penjamin, perusahaan modal ventura dan pegadaian.

Pendirian Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB )

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 792 / MK / IV / 12 / 70 tanggal 7 Desember


1970 kemudian diubah dan ditambah dengan keputusan Menteri Keuangan.

Tujuan Didirikannya Lembaga Keuangan Bukan Bank


1. Untuk mendorong perkembangan pasar modal
2. Membantu permodalan perusahaan-perusahaan ekonomi lemah

Jenis-jenis Lembaga Keuangan Bukan Bank di Indonesia


1. Asuransi
Asuransi Konvensional
Asuransi Syariah
2. Pegadaian
Pegadaian Konvensional
Pegadaian Syariah3. Baitul Mal wa Tanwil

Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/investing/2077020-
pengertian-lembaga-keuangan-bukan-bank/#ixzz1nqhxjQTt

Bahan Pelatihan Konsutan KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank) Bank Indonesia

Pengertian lembaga keuangan bank


Bank (cara pengucapan: bang) adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya
didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia
banca berarti tempat penukaran uang. Sedangkan menurut undang-undang perbankan bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir. Industri ini
menjadi lebih kompetitif karena deregulasi peraturan. Saat ini, bank memiliki fleksibilitas pada
layanan yang mereka tawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi, dan tarif yang mereka bayar
untuk simpanan deposan.
Tujuan jasa perbankan
Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa perbankan pada
umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran
yang efesien bagi nasabah. Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit.
Ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan
alat pembayaran yang efesien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan cara barter
yang memakan waktu.
Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang
membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang
lebih produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan menngkat.
Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang, orang tidak dapat
memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena mereka tidak memiliki dana
pinjaman.

Pengertian lembaga keuangan non bank


Lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan yang memberikan jasa-jasa keuangan
dan menarik dana dari masyarakat secara tidak langsung (non depository). Lembaga keuangan
bukan bank terdiri dari beberapa jenis, yaitu lembaga pembiayaan yang terdiri dari leasing,
factoring, pembiayaan konsumen dan kartu kredit, perusahaan perasuransian yang diantaranya
asuransi keuangan dan asuransi jiwa serta reasuransi, dana pensiun yang terdiri dari dana pensiun
pemberi kredit dan dana pensiun lembaga keuangan, dana perusahaan efek, reksadana,
perusahaan penjamin, perusahaan modal ventura dan pegadaian.

Fungsi[sunting sumber]

Lembaga keuangan ini menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik modal dan pasar utang yang
bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investor kepadaperusahaan yang membutuhkan dana
tersebut. Kehadiran lembaga keuangan inilah yang memfasilitasi arus peredaran uang
dalam perekonomian, dimana uang dari individu investor dikumpulkan dalam bentuk tabungan sehingga
risiko dari para investor ini beralih pada lembaga keuangan yang kemudian menyalurkan dana tersebut
dalam bentuk pinjaman utang kepada yang membutuhkan. Ini adalah merupakan tujuan utama dari
lembaga penyimpan dana untuk menghasilkan pendapatan. Contoh dari lembaga keuangan adalah bank.
BANK & LEMBAGA KEUANGAN LAIN
Bank & Lembaga Keuangan Lain

( BLK )

Oleh : Bayu Pramutoko,SE,MM

Lembaga keuangan

A. PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN

Perusahaan merupakan kombinasi dan berbagai sumber daya ekonorni


(resources) seperti alam, tenaga kerja, modal, dan manajemen (managerial
skill) dalam memproduksi barang dan jasa untuk mencapai hijuan tertentu.
Berbagai tujuan perusahaan antara lain: untuk memperol eh keuntungan
maksimal, menjamin kelangsungan hidup perusahaan, memenuhi kehutuhan
masyarakat, menciptakan kesempatan kerja, dan heberapa ahli manajemen
keuangan mengemukakan tujuan perusahaan adalah untuk
memaksimumkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham.

Secara umum perusahaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

pertama perusahaan keuangan (financial enterprise) dan

kedua, perusahaan bukan keuangan (non financial enterprise).


Perusahaan bukan keuangan merupakan perusahaan manufaktur yang
menghasilkan produk berupa barang rnisalnya: mobil, baja. komputer
dan atau perusahaan yang menyediakan jasa-jasa non keuangan
misalnya: transportasi dan pembuatan program komputer. Sedangkan
perusahaan keuangan, umurnnya lebih dikenal dengan istilah lembaga
keuangan (financial institution), yaitu perusahaan yang menyediakan
jasa-jasa yang berkaitan dengan keuangan

1) Transformasi atau perpindahan aset keuangan melalui pasar.

Yaitu perpindahan dana dan pihak yang mengalami kelehihan dana


(surplus) kepada pihak yang mengalami kekurangan dana (deficit). Hal ini
merupakan fungsi yang di lakukan oleb perantara keuangan (financial
intermediaries) yang ini merupakan peranan penting dan lembaga keuangan.
Pelayanan jasa dilakukan oleh bank, perusahaan asuransi, dana pensiun dan
perusahaan pembiayaan.

2) Perdagangan aset keuangan atas nama pelanggan.

Pelayanan jasa yang dilakukan oleh pialang (hi-oker) untuk meniheli


atau menjual sekuritas atas perintah pelanggannya.

3) Perdagangan aset keuangan unluk kepentingn perusahaan sendiri

Pelayanan jasa yang dilakukan oleh perusahaan efek (dealer) untuk


membeli alan menjual sekuritas untuk kepentingan perusahaan sendiri.

4)membantu pembuatan aset keuangan untuk pelanggan, dan menjual aset


keuangan tersebut kepada pelaku pasar lainnya. Pelayanan jasa yang
dilakukan oleh perusahaan penjamin dalam emisi saham.

5) Menyediaan konsultasi investasi kepada pelaku pasar yang lain.

6) Mengelola portofolio para pelaku pasar lain (Fabozzi, 1994: 19).


Lembaga keuangan (financial institution) dapat didefinisikan sebagai
suatu badan usaha yang aset utamanya berbentuk aset keuangan (financial
assets) maupun tagihantagihan (claims) yang dapat berupa saham (stocks),
obligasi (bonds) dan pinjaman (loans), daripada berupa aktiva riil misalnya
bangunan, perlengkapan (equipment) dan bahan baku (Rose & Frasser, 1988
: 4).

Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok


Perbankan, yang dimaksud lembaga keuangp adalah semua badan yang
rnelalui kegiatan-kegiatan di bidang keuangan nienarik uang dan masyarakat
dan menyalurkan uang tersehut kembali ke masyarakat. Lembaga keuangan
menyalurkan kredit kepada nasabab atau nienginvestasikan dananya dalam
surat berharga di pasar keuangan (flnauial market). lembaga keuangan juga
menawarkan bermacam macam jasa keuangan mulai dan perlindungan
asuransi, menjual program pensiun sampai dengan penyimpanan barang-
barang berharga dan penyediaan suatu mekanisme untuk pemhayaran dana
dan transfer dana.

Proses transfer dana yang terjadi antara pihak yang kelebihan dana (surplus
unit) kepada pihak yang memhutuhkan dana (deficit unit) pada umumnya
sangat mernenlukan perantara atau mediator lembaga keuangan. Proses
intermediasi tersebut memberikan lua manifaat utatna.

Pertama, memberikan kesenipatan kepada pihak surplus unit untuk


menanamkan dananya dan memperoleh keuntungan, sehingga
membantu memobilisasi dana supaya tidak menganggur.

Kedua, proses tersehut akan rnernindahkan risiko dan pcnahung yailii


dan surplus unit kepada lciiihaga kcuangan alan kcpada pcmakai dana
(deficit urii). .ladi keberadaan lembaga keuangan tersebul
dirnaksudkan agar proses alokasi atan transfer dana dan pihak surplus
unit kepada piliak deficit unit hisa herjalan lehib efisien

Lembaga keuangan dalam duniakeuanganbertindak selaku lembaga yang menyediakan jasa


keuangan bagi nasabahnya, dimana pada umumnya lembaga ini diatur oleh regulasi
keuangan dari pemerintah. Bentuk umum dari lembaga keuangan ini adalah
termasuk perbankan, building society ( sejenis koperasi di Inggris) , Credit union, pialang
saham, aset manajemen, modal ventura, koperasi, asuransi, dana pensiun,pegadaian dan bisnis
serupa. Di Indonesia lembaga keuangan ini dibagi kedalam 2 kelompok yaitu lembaga keuangan
bank dan lembaga keuangan non bank (asuransi,pegadaian,perusahaan sekuritas,lembaga
pembiayaan,dll).

Fungsi Lembaga keuangan ini menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik
modal dan pasar uang yang bertanggung jawab dalam penyaluran dana
dari investor kepadaperusahaan yang membutuhkan dana tersebut. Kehadiran
lembaga keuangan inilah yang memfasilitasi arus peredaran uang
dalam perekonomian, dimana uang dari individu investor dikumpulkan dalam bentuk
tabungan, sehingga resiko dari para investor ini beralih pada lembaga keuangan yang
kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman utang kepada yang
membutuhkan . Ini adalah merupakan tujuan utama dari lembaga penyimpan dana
untuk menghasilkan pendapatan.

Jasa keuangan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk jasa yang disediakan
oleh industrikeuangan. Jasa keuangan juga digunakan untuk merujuk pada organisasi yang
menangani pengelolaan dana. Bank, bank investasi, perusahaan asuransi, perusahaan kartu
kredit, perusahaan pembiayaan konsumen, dan sekuritas adalah contoh-contoh perusahaan dalam
industri ini yang menyediakan berbagai jasa yang terkait dengan uang dan investasi. Jasa
keuangan adalah industri dengan pendapatan terbesar di dunia; pada tahun 2004. industri ini
mewakili 20% kapitalisasi pasar dariS&P 500

B. PERANAN LEMBAGA KEUANGAN

Lembaga keuangan sebagai badan yang melakukan kegiatan-kegiatan di bidang keuangan


mempunyai peranan sehagai berikut:

1) Pengalihan aset (assets Transmutation)

2) Likuiditas (liquidity)
3) Alokasi pendapatan (incon allocation)

4) Transaksi atan transaction (Ycager & Seitz, 1 )89 : 5)

1. Pengalilian Aset (Asset Transfer)

Lembaga keuangan memiliki aset dalam bentuk janjijanji untuk membayar atau
dapat diartikan sebagai pinjaman kepada pihak lain dengan jangka waktu yang diatur sesuai
dengan kehutuhan perninjam. Dana pembiayaan asset tersehut diperoleh dari tabungan
masyarakat. Dengan demikian lembaga keuangan sebcnarnya hanyalah mengalihkan atau
mernindahkan kewaiban penlinjam menjadi suatu aset dengan suatu jangka waktu jattih letnpo
sesuai keinginan penabung. Proses pengalihan kewajiban menjadi suatu aset disebut transmutasi
kekayaan atau asset transimutation.

2. Likuiditas (liquidity)

Likitiditas berkaitan dengan kemainpuan untuk rnemperoleh uang tunai pada saat dihutuhkan.
Beberapa sekuritas sekunder dibeli sektor usaha dan rumah tangga terutama dirnaksudkan untuk
tujuan likuiditas. Sekuritas sekunder seperti tabungan, deposito, sertifikat deposito yang
diterbitkan bank umum memberikan tingkat keamanan dan likuiditas yang tinggi, di samping
tambahan pendapatan.

3. Realokasi Pendapatan (income reallocation)

Dalam kenyataannya di niasyarakat banyak individu merniliki penghasilan yang memadal dan
nienyadari bahwa di masa datang mereka akan pensiun sehingga pendapatannya jelas akan
berkurang. Tintuk rnenghadapi masa yang akan dating tersehut mereka menyisihkan atau
inerealokasikan pendapatannya untuk persiapan di masa yang akan datang. Untuk melakukan hal
tersebut pada prinsipnya mereka dapat saja niembeli atau menyimpan barang rnisalnya : tanab,
rumah dan sebagainya, namun pemilikan sekuritas sekunder yang dikeluarkan lembaga
keuangan, misalnya program tahungan, deposito, program pcnsiun, polis asuransi atau saharn-
saham adalah jauh lebih balk jika dihandingkan dengan alteniatif pertama.

4. Transaksi (transaction)

Sekuritas sekunder yang diterbitkan oleh lembaga intermediasi keuangan misalnya rekening giro,
tabungan, (leposito dan sehagainya, nicrupakan hagian dan sistem pembayaran. Giro atau
rekening tabungan tertentu yang ditawarkan bank pada prinsipnya dapat berfungsi sehagal narig.
Produk-produk tabungan tersebut dibeli oleh rumah tangga dan unit usaha untuk rnernperrnudah
mereka melakukan penukaran barang dan jasa. Dalam ha! tertentu, unit ekonomi membeli
sekuritas sekunder (misalnya giro) untuk mempermudah penyelesaian transaksi keuangannya
sehari-hari.
Dengan demikian lembaga keuangan berperan sebagai lembaga perantara keuangan yang
nienyediakan jasajasa untuk mepermudah transaksi moneter.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG PENINGKATAN PERANAN LEMBAGA


KEUANGAN

Ada beberapa faktor yang mendorong peningkatan peranan lembaga keuangan(Rose & Frasser,
1988 : 13), yaitu:

1) Besarnya peningkalan pendapatan masyarakat kelas menengah Keluarga dan individu dengan
pendapatan yang cukup terutarna dan kalangan menengah memiliki sejumlah bagian
pendapatan untuk ditabung setiap tahunnya. Lembaga keuangan menyedtakan saraiia atau
sahiran yang menguntungkan untuk tabungan mereka.

2) Pesatnya perkembangan industri dan teknologi : Lembaga keuangan telah memperlihatkan dan
merniliki kemampuan untuk memenuhi sernua kebutuhan modal alan dana sektor industri
yang hiasanya dalain jumlah besar yang bersumber dan para penabung.

3) Besarnya denominasi instrumen keuangan menyebabkan sulitnya penabung kecil memperoleh


akses. Ada beberapa jenis surat berharga yang menarik dan pinjaman di pasar uang tidak
dapat dimasuki atau diperoleh penabung kecil akibat denominasinya yang demikian besar.
Namun demikian dengan menghimpun dana dan banyak penabung, lenihaga keuangan dapat
memberikan kesempatan bagi penabung kecil untuk memperoleh instrumen keuangan yang
menarik tersehut.

4) Skala ekonomi dan ruang lingkup dalam produksi dan distribusi jasa-jasa keuangan Dengan
mengkombinasikan sumber-sumber dalam memproduksi herbagai jenis jasa-jasa keuangan
dalam jumlah besar, maka biaya jasa per unit dapat ditekan serendah mungkin, yang
memberikan lembaga keuangan suatu keunggulan kompetitif (competitif advantage) terhadap
pihak-pihak lain yang menawarkan jasa keuangan.

5) Lembaga keuangan menjual jasa-jasa likuiditas yang unik, mengurangi biaya likuiditas bagi
nasahahnya. Ketidakpastian arus kas unit usaha perusahaan dan individu-individu, akan
membahayakan kondisi mereka bila tidak dalam keadaan likuid saat kas sangat dibutuhkan,
sehingga dapat dikenakan denda (penalty cost). Untuk inernenuhi kebutuhan tersebut
lembaga keuangan menjual jasa-jasa likuiditas, misalnya deposito.

6) Keuntungan jangka panjang Lembaga keuangan dapat memperoleh sumber dana atau
meminjam uang dan penabung dengan tingkat bunga yang relatif lebih rendah kernudian
meminjamkannya dengan tingkat hunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang Iebih
panjang kepada nasahah debitur, Keuntimgan atau spread antara biaya dana di satu pihak dan
tingkat bunga kredit cenderung bergerak bersamaan, naik atau turun.
7) Risko yang lebih kecil: Pengawasan dan pengattiran pemerintah dan adanya program asuransi
menyebabkan risiko atas simpanan pada lembaga keuangan menjadi lcbih kecil dan investasi
lain.

Bank adalah sebuah tempat di mana uang disimpan dan dipinjamkan.

Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10


November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidur rakyat banyak.

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan
dalam bidang keuangan.

Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa menyangkut penyimpanan nilai dan
perluasan kredit. Evolusi bank berawal dari awal tulisan, dan berlanjut sampai sekarang di mana
bank sebagai institusi keuangan yang menyediakan jasa keuangan. Sekarang ini bank adalah
institusi yang memegang lisensi bank. Lisensi bank diberikan oleh otoriter supervisi keuangan
dan memberikan hak untuk melakukan jasa perbankan dasar, seperti menerima tabungan dan
memberikan pinjaman.

Kata bank berasal dari bahasa Italia banca atau uang. Biasanya bank menghasilkan
untung dari biaya transaksi atas jasa yang diberikan dan bunga dari pinjaman.

Sejarah Perbankan

Asal Mula Kegiatan Perbankan

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo
dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh
para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrikadan Amerika]] dibawa oleh bangsa
Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua
Amerika. Bila ditelusuri, sejarah dikenalnya perbankan dimulai dari jasa penukaran uang.
Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang.
Dalam perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan antar
kerajaan yang satu dnegan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran ini sekarang dikenal dengan
nama Pedagang Valuta Asing (Money Changer). Kemudian dalam perkembangan selanjutnya,
kegiatan operasional perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang
disebut sekarang ini kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan
kegiatan peminjaman uang. Uangyang disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan
kembali kepada masyarakatyang membutuhkannya. Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai
dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam.

Sejarah Perbankan di Indonesia

Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada masa
itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang
ada itu antara lain:

1. De Javasce NV.
2. De Post Poar Bank.
3. De Algemenevolks Crediet Bank.
4. Nederland Handles Maatscappi (NHM).
5. Nationale Handles Bank (NHB).
6. De Escompto Bank NV.

Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang asing seperti
dari Tiongkok, Jepang, danEropa. Bank-bank tersebut antara lain:

1. Bank Nasional indonesia.


2. Bank Abuan Saudagar.
3. NV Bank Boemi.
4. The Chartered Bank of India.
5. The Yokohama Species Bank.
6. The Matsui Bank.
7. The Bank of China.
8. Batavia Bank.

Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa
bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal
kemerdekaan antara lain:

1. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang
dikenal dengan BNI 46.
2. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini
berasal dar De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko.
3. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo.
4. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
5. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
6. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi
Bank Amerta.
7. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
8. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950
kemudian merger dengan Bank Pasifik.
9. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari. Kemudian
merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.
Di Indonesia, praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan. Lembaga keuangan
berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Umum
Syariah, dan juga BPR Syariah (BPRS).

Masing-masing bentuk lembaga bank tersebut berbeda karakteristik dan fungsinya.

Sejarah Bank Pemerintah

Seperti diketahu bahwa Indonesia mengenal dunia perbankan dari bekas penjajahnya,
yaitu Belanda. Oleh karena itu, sejarah perbankanpun tidak lepas dari pengaruh negara yang
menjajahnya baik untuk bank pemerintah maupun bankswasta nasional. Berikut ini akan
dijelaskan secara singkat sejarah bank-bank milik pemerintah, yaitu:

Bank Sentral
Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) berdasarkan UU No 13
Tahun 1968. Kemudian ditegaskan lagi dnegan UU No 23 Tahun 1999.Bank ini
sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang di nasionalkan di tahun 1951.
Bank Rakyat Indonesia dan Bank Expor Impor
Bank ini berasal dari De Algemene Volkscrediet Bank, kemudian di lebur setelah
menjadi bank tunggal dengan nama Bank Nasional Indonesia (BNI) Unit II yang
bergerak di bidang rural dan expor impor (exim), dipisahkan lagi menjadi:
1. Yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia dengan UU No
21 Tahun 1968.

2. Yang membidangi Exim dengan UU No 22 Tahun 1968 menjadi Bank


Expor Impor Indonesia.

Bank Negara Indonesia (BNI 46)


Bank ini menjalani BNI Unit III dengan UU No 17 Tahun 1968 berubah menjadi
Bank Negara Indonesia 46.
Bank Dagang Negara(BDN)
BDN berasal dari Escompto Bank yang di nasionalisasikan dengan PP No 13
Tahun 1960, namun PP (Peraturan Pemerintah) ini dicabut dengan diganti dengan
UU No 18 Tahun 1968 menjadi Bank Dagang Negara. BDN merupakan satu-
satunya Bank Pemerintah yangberada diluar Bank Negara Indonesia Unit.
Bank Bumi Daya (BBD)
BBD semula berasal dari Nederlandsch Indische Hendles Bank, kemudian menjadi
Nationale Hendles Bank, selanjutnya bank ini menjadi Bank Negara Indonesia
Unit IV dan berdasarkan UU No 19 Tahun 1968 menjadi Bank Bumi Daya.
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)
Bank Pembangunan Daerah (BPD)
Bank ini didirikan di daerah-daerah tingkat I. Dasar hukumnya adalah UU No 13
Tahun 1962.
Bank Tabungan Negara (BTN)
BTN berasal dari De Post Paar Bank yang kemudian menjadi Bank Tabungan Pos
tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank Negara Indonesia Unit V dan terakhir
menjadi Bank Tabungan Negara dengan UU No 20 Tahun 1968.
Bank Mandiri
Bank Mandiri merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya (BBD), Bank
Dagang Negara (BDN), Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) dan Bank Expor
Impor Indonesia (Ban Exim). Hasil merger keempat bank ini dilaksanakan pada
tahun 1999.
Sejarah BI

Kelembagaan

Sejarah kelembagaan Bank Indonesia dimulai sejak berlakunya Undang-


Undang (UU) No. 11/1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia
pada tanggal 1 Juli 1953. Dalam melakukan tugasnya sebagai bank sentral, Bank
Indonesia dipimpin oleh Dewan Moneter, Direksi, dan Dewan Penasehat. Di tangan
Dewan Moneter inilah, kebijakan moneter ditetapkan, meski tanggung jawabnya
berada pada pemerintah. Setelah sempat dilebur ke dalam bank tunggal, pada
masa awal orde baru, landasan Bank Indonesia berubah melalui UU No. 13/1968
tentang Bank Sentral. Sejak saat itu, Bank Indonesia berfungsi sebagai bank sentral
dan sekaligus membantu pemerintah dalam pembangunan dengan menjalankan
kebijakan yang ditetapkan pemerintah dengan bantuan Dewan Moneter. Dengan
demikian, Bank Indonesia tidak lagi dipimpin oleh Dewan Moneter. Setelah orde
baru berlalu, Bank Indonesia dapat mencapai independensinya melalui UU No.
23/1999 tentang Bank Indonesia yang kemudian diubah dengan UU No. 3/2004.
Sejak saat itu, Bank Indonesia memiliki kedudukan khusus dalam struktur
kenegaraan sebagai lembaga negara yang independen dan bebas dari campur
tangan pemerintah dan/atau pihak-pihak lain. Namun, dalam melaksanakan
kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, dan transparan, Bank Indonesia
harus mempertimbangkan pula kebijakan umum pemerintah di bidang
perekonomian.

Moneter

Setelah berdirinya Bank Indonesia, kebijakan moneter di Indonesia secara


umum ditetapkan oleh Dewan Moneter dan pemerintah bertanggung jawab
atasnya. Mengingat buruknya perekonomian pasca perang, yang ditempuh pertama
kali dalam bidang moneter adalah upaya perbaikan posisi cadangan devisa melalui
kegiatan ekspor dan impor. Pada periode ekonomi terpimpin, pembiayaan deficit
spending keuangan negara terus meningkat, terutama untuk membiayai proyek
politik pemerintah. Laju inflasi terus membumbung tinggi sehingga dilakukan dua
kali pengetatan moneter, yaitu tahun 1959 dan 1965. Lepas dari periode tersebut
pemerintah memasuki masa pemulihan ekonomi melalui program stabilisasi dan
rehabilitasi yang kemudian diteruskan dengan kebijakan deregulasi bidang
keuangan dan moneter pada awal 1980-an. Di tengah pasang surutnya kondisi
perekonomian, lahirlah berbagai paket kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk
memperkuat struktur perekonomian Indonesia.

Mulai pertengahan tahun 1997, krisis ekonomi moneter menerpa Indonesia.


Nilai tukar rupiah melemah, sistem pembayaran terancam macet, dan banyak
utang luar negeri yang tak terselesaikan. Berbagai langkah ditempuh, mulai dari
pengetatan moneter hingga beberapa program pemulihan IMF yang diperoleh
melalui beberapa Letter of Intent (LoI) pada tahun 1998. Namun akhirnya masa
suram dapat terlewati. Perekonomian semakin membaik seiring dengan kondisi
politik yang stabil pada masa reformasi. Sejalan dengan itu, tahun 1999 merupakan
tonggak bersejarah bagi Bank Indonesia dengan dikeluarkannya Undang-undang
No. 23/1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No. 3/2004. Dalam undang-undang ini, Bank Indonesia ditetapkan sebagai
lembaga tinggi negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya. Sesuai undang-undang tersebut, Bank Indonesia diwajibkan untuk
menetapkan target inflasi yang akan dicapai sebagai landasan bagi perencanaan
dan pengendalian moneter. Selain itu, utang luar negeri berhasil dijadwalkan
kembali dan kerjasama dengan IMF diakhiri melalui Post Program Monitoring (PPM)
pada 2004.

Perbankan

Saat kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada


tanggal 17 Agustus 1950, struktur ekonomi Indonesia masih didominasi oleh
struktur kolonial. Bank-bank asing masih merajai kegiatan perbankan nasional,
sementara peranan bank-bank nasional dalam negeri masih terlampau kecil. Hingga
masa menjelang lahirnya Bank Indonesia pada tahun 1953, pengawasan dan
pembinaan bank-bank belum terselenggara. De Javasche Bank adalah bank asing
pertama yang dinasionalisasi dan kemudian menjelma menjadi BI sebagai bank
sentral Indonesia. Beberapa tahun kemudian, seiring dengan memanasnya
hubungan RI-Belanda, dilakukan nasionalisasi atas bank-bank milik Belanda.
Berikutnya, sistem ekonomi terpimpin telah membawa bank-bank pemerintah
kepada sistem bank tunggal yang tidak bertahan lama. Orde baru datang membawa
perubahan dalam bidang perbankan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.
14/1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan. Mulai saat itu, sistem perbankan berada
dalam kesatuan sistem dan kesatuan pimpinan, yaitu melalui pengawasan dan
pembinaan Bank Indonesia. Bank Indonesia dengan dukungan pemerintah, dalam
kurun waktu 1971-1972 melaksanakan kebijakan penertiban bank swasta nasional
dengan sasaran mengurangi jumlah bank swasta nasional, karena jumlahnya terlalu
banyak dan sebagian besar terdiri atas bank-bank kecil yang sangat lemah dalam
permodalan dan manajemen. Selain itu, Bank Indonesia juga menyediakan dana
yang cukup besar melalui Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) untuk program-
program Kredit Investasi Kecil (KIK)/Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Kredit
Investasi (KI), Kredit Mahasiswa Indonesia (KMI), Kredit Koperasi (Kakop), Kredit
Profesi Guru (KPG), dan sebagainya. Dengan langkah ini, BI telah mengambil posisi
sebagai penyedia dana terbesar dalam pembangunan ekonomi di luar dana APBN.

Industri perbankan Indonesia telah menjadi industri yang hampir seluruh


aspek kegiatannya diatur oleh pemerintah dan BI. Regulasi tersebut menyebabkan
kurangnya inisiatif perbankan. Tahun 1983 merupakan titik awal BI memberikan
kebebasan kepada bank-bank untuk menetapkan suku bunga, baik kredit maupun
tabungan dan deposito. Tujuannya adalah untuk membangun sistem perbankan
yang sehat, efisien, dan tangguh. Kebijakan selanjutnya merupakan titik balik dari
kebijakan pemerintah dalam penertiban perbankan tahun 1971-1972 dengan
dikeluarkannya Paket Kebijakan Deregulasi Perbankan 1988 (Pakto 88), yaitu
kemudahan pemberian ijin usaha bank baru, ijin pembukaan kantor cabang, dan
pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Pada periode selanjutnya, perbankan nasional mulai menghadapi masalah


meningkatnya kredit macet. Hal ini sejalan dengan meningkatnya pemberian kredit
oleh perbankan terutama untuk sektor properti. Keadaan ekonomi mulai memanas
dan tingkat inflasi mulai bergerak naik.

Ketika krisis moneter 1997 melanda, struktur perbankan Indonesia porak


poranda. Pada tanggal 1 November 1997, dikeluarkan kebijakan pemerintah yang
melikuidasi 16 bank swasta. Hal ini mengakibatkan kepanikan di masyarakat. Oleh
karena itu, Bank Indonesia turun mengatasi keadaan dengan Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia (BLBI) atas dasar kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Selain itu,
berbagai tindakan restrukturisasi dijalankan oleh Bank Indonesia bersama
pemerintah.

Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu sistem


pembayaran tunai dan non tunai. Dalam Undang-Undang (UU) No. 11/1953
ditetapkan bahwa Bank Indonesia (BI) hanya mengeluarkan uang kertas dengan
nilai lima rupiah ke atas, sedangkan pemerintah berwenang mengeluarkan uang
kertas dan uang logam dalam pecahan di bawah lima rupiah. Uang kertas pertama
yang dikeluarkan oleh BI adalah uang kertas bertanda tahun 1952 dalam tujuh
pecahan. Selanjutnya, berdasarkan UU No. 13/1968, BI mempunyai hak tunggal
untuk mengeluarkan uang kertas dan uang logam sebagai alat pembayaran yang
sah dalam semua pecahan. Sejak saat itu, pemerintah tidak lagi menerbitkan uang
kertas dan uang logam. Uang logam pertama yang dikeluarkan oleh BI adalah emisi
tahun 1970. Pada era 1990-an, BI mengeluarkan uang dalam pecahan besar, yaitu
Rp 20.000 (1992), Rp 50.000 (1993), dan Rp 100.000 (1999). Hal itu dilakukan guna
memenuhi kebutuhan uang pecahan besar seiring dengan perkembangan ekonomi
yang tengah berlangsung saat itu.
Sementara itu, dalam bidang pembayaran non tunai, BI telah memulai
langkahnya dengan menetapkan diri sebagai kantor perhitungan sentral menjelang
akhir tahun 1954. Sebagai bank sentral, sejak awal BI telah berupaya keras dalam
pengawasan dan penyehatan sistem pembayaran giral. BI juga terus berusaha
untuk menyempurnakan berbagai sistem pembayaran giral dalam negeri dan luar
negeri. Pada periode 1980 sampai dengan 1990-an, pertumbuhan ekonomi semakin
membaik dan volume transaksi pembayaran non tunai juga semakin meningkat.
Oleh karena itu, BI mulai menggunakan sistem yang lebih efektif dan canggih dalam
penyelesaian transaksi pembayaran non tunai. Berbagai sistem seperti Semi
Otomasi Kliring Lokal (SOKL) dengan basis personal computer dan Sistem Transfer
Dana Antar Kantor Terotomasi dan Terintegrasi (SAKTI) dengan sistem paperless
transaction terus dikembangkan dan disempurnakan. Akhirnya, BI berhasil
menciptakan berbagai perangkat sistem elektronik seperti BI-LINE, Sistem Kliring
Elektronik Jakarta (SKEJ), Real Time Gross Settlement (RTGS), Sistem Informasi
Kliring Jarak Jauh (SIKJJ), kliring warkat antar wilayah kerja (intercity clearing), dan
Scriptless Securities Settlement System (S4) yang semakin mempermudah
pelaksanaan pembayaran non tunai di Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia (1953 sekarang)


Mr. Sjafruddin Prawiranegara Masa Jabatan : 1953 1958
Mr. Loekman Hakim Masa Jabatan : 1958 1959
Mr. Soetikno Slamet Masa Jabatan : 1959 1960
Mr. Soemarno Masa Jabatan : 1960 1963
T. Jusuf Muda Dalam Masa Jabatan : 1963 1966
Radius Prawiro Masa Jabatan : 1966 1973
Rachmat Saleh Masa Jabatan : 1973 1983
Arifin Siregar Masa Jabatan : 1983 1988
Adrianus Mooy Masa Jabatan : 1988 1993
J. Soedradjad Djiwandono Masa Jabatan : 1993 1998
Sjahril Sabirin Masa Jabatan : 1998 2003
Burhanuddin Abdullah Masa Jabatan : 2003 sekarang

Tujuan jasa perbankan

Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa perbankan
pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia mekanisme dan alat
pembayaran yang efesien bagi nasabah. Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan,
dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupanekonomi. Tanpa
adanya penyediaan alat pembayaran yang efesien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan
dengan cara barter yang memakan waktu.

Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak
yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan
yang lebih produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan menngkat.
Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang, orang tidak dapat
memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena mereka tidak memiliki dana
pinjaman.

Jenis Bank & Definisi

Secara umum bank adalah suatu badan usaha yang memiliki wewenang dan fungsi untuk untuk
menghimpun dana masyarakat umum untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana tersebut.
Berikut di bawah ini adalah macam-macam dan jenis-jenis bank yang ada di Indonesia beserta
arti definisi / pengertian masing-masing bank.

Jenis-Jenis Bank :

1. Bank Sentral

Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan Undang-undang nomor 13 tahun 1968 yang
memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengerahan dana-dana, mengatur
perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan pencetakan /
penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank sentral hanya ada satu sebagai pusat
dari seluruh bank yang ada di Indonesia.

2. Bank Umum

Bank umum adalah lembaga keuangan yang menawarkan berbagai layanan produk dan jasa
kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat
dalam berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual
beli valuta asing / valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang
berharga, dan lain sebagainya.

3. Bank Perkreditan Rakyat / BPR

Bank perkreditan rakyat adalah bank penunjang yang memiliki keterbatasan wilayah operasional
dan dana yang dimiliki dengan layanan yang terbatas pula seperti memberikan kridit pinjaman
dengan jumlah yang terbatas, menerima simpanan masyarakat umum, menyediakan pembiayaan
dengan prinsip bagi hasil, penempatan dana dalam sbi / sertifikat bank indonesia, deposito
berjangka, sertifikat / surat berharga, tabungan, dan lain sebagainya.

Sejak diberlakukannya Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, jenis bank dapat


dibedakan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

1. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas
pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum. Bank Umum sering juga disebut Bank
Komersial. Usahausaha bank umum yang utama antara lain:

a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito,
tabungan;
b. memberikan kredit;
c. menerbitkan surat pengakuan hutang;
d. memindahkan uang;
e. menempatkan dana pada atau meminjamkan dana dari bank lain;
f. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga;
g. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

Bank umum di Indonesia dilihat dari kepemilikannya terdiri atas:

a. Bank pemerintah, seperti BRI, BNI, BTN.


b. Bank Pembangunan Daerah (BPD), seperti BPD DKI Jakarta.
c. Bank Swasta Nasional Devisa, seperti BCA, NISP, Bank Danamon.
d. Bank Swasta Nasional Bukan Devisa.
e. Bank Campuran, contoh Sumitomo Niaga Bank.
f. Bank Asing, seperti Bank of America, Bank of Tokyo.

Bank umum ada yang disebut Bank Devisa dan Bank Non Devisa:

- Bank Umum Devisa artinya yang ruang lingkup gerak operasionalnya sampai ke luar
negeri.
- Bank Umum Non Devisa artinya ruang lingkup gerak operasionalnya di dalam negeri saja.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud Bank
Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Usaha-usaha Bank Perkreditan Rakyat, diantaranya:

1. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, dan
tabungan;

2. memberi kredit;
3. menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan yang
ditetapkan pemerintah; dan

4. menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Pembagian bank selain didasarkan Undang-Undang Perbankan dapat juga dibagi menurut
kemampuan bank menciptakan alat pembayaran, yang meliputi:

1. Bank Primer yaitu bank yang dapat menciptakan alat pembayaran baik berupa uang kartal
maupun uang giral. Bank yang termasuk kelompok ini adalah:

a. Bank Sentral atau Bank Indonesia sebagai pencipta uang kartal. Selain itu tugas
Bank Sentral diantaranya:

- menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;

- mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan

- mengatur dan mengawasi bank.

b. Bank Umum sebagai pencipta uang giral (uang yang hanya berlaku secara khusus
dan tidak berlaku secara umum).

2. Bank Sekunder yaitu bank yang tidak dapat menciptakan alat pembayaran dan hanya
berperan sebagai perantara dalam perkreditan yang tergolong dalam bank ini adalah Bank
Perkreditan Rakyat.

C. BENTUK DAN PRODUK-PRODUK BANK

Beberapa bentuk produk perbankan berupa pemberian kredit, pemberian jasa pembayaran
dan peredaran uang, serta bentuk jasa perbankan lainnya. Untuk penjelasannya sebagai berikut:

1. Pemberian kredit dengan berbagai macam bentuk jaminan atau tanggungan misalnya
tanggungan efek

2. Memberikan jasa-jasa dalam lalulintas pembayaran dan peredaran uang yang terdiri:

a. Lalu lintas pembayaran dalam negeri seperti transfer, inkaso.

b. Lalulintas pembayaran luar negeri seperti pembukaan L/C (Letter of Credit) yaitu
surat jaminan bank untuk transaksi ekspor-impor.

3. Jasa-jasa perbankan lainnya yang meliputi:


a. Jual-beli cek perjalanan (travellers cheque)

b. Jual-beli uang kertas (bank note)

c. Mengeluarkan kartu kredit (Credit Card)

d. Jual-beli valuta asing.

e. Pembayaran listrik, telepon, gaji, pajak

f. Menyiapkan kotak pengaman simpanan (safe deposite box)

4. Bentuk-bentuk simpanan di Bank

1.
1. Giro adalah simpanan pada bank yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran.
2. Deposito Berjangka adalah simpanan pada bank yang penarikannya hanya
dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu
3. Sertifikat Deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat
diperdagangkan.
4. Tabungan adalah simpanan pada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati.
D. LEMBAGA KEUANGAN NON-BANK

Pengertian lembaga keuangan non Bank adalah semua badan yang melakukan kegiatan di
bidang keuangan, yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana terutama dengan
jalan mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkan dalam masyarakat terutama guna
membiayai investasi perusahaan. Lembaga keuangan berkembang sejak tahun 1972, dengan
tujuan untuk mendorong perkembangan pasar modal serta membantu permodalan perusahaan-
perusahaan ekonomi lemah.

Jenis-jenis lembaga keuangan meliputi:

1. Lembaga pembiyaan pembangunan contoh PT. UPINDO

2. Lembaga perantara penerbit dan perdagangan surat-surat berharga contoh PT. Danareksa.

3. Lembaga keuangan lain seperti :

a. Perusahaan Asuransi yaitu perusahaan pertanggungan sebagaimana yang


dijelaskan dalam kitab Undang-Undang Hukum Perniagaan ayat 246.
b. PT. Pegadaian (Persero) yaitu Perusahaan milik Pemerintah yang ditugasi
untuk membantu rakyat, meminjami uang secara perorangan dengan
menjaminkan barang-barang bergerak maupun tak bergerak.

c. Koperasi Kredit yaitu sejenis koperasi yang kegiatan usahanya adalah


mengumpulkan dana anggota melalui simpanan dan menyalurkan kepada
anggota yang membutuhkan dana dengan cara pemberian kredit.

Perlu Anda ketahui, selain lembaga keuangan yang resmi ada juga lembaga
keuangan non bank yang tidak resmi seperti pengijon dan rentenir, akan tetapi
keberadaan lembaga keuangan informal ini terkadang banyak merugikan
masyarakat.

E. Pengertian Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa latin Credere berarti kepercayaan. Jadi kredit yaitu
memberikan benda, jasa, uang, sekarang dengan pembayaran atau balas jasa di kemudian hari.

Rollin G. Thomas mendefinisikan bahwa kredit adalah kepercayaan atas kemampuan si


peminjam untuk membayar sejumlah uang pada masa yang akan dating

Jadi dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kredit mencakup dua pihak yaitu pihak
yang memberi dan pihak yang menerima. Apa yang diserahkan sekarang merupakan prestasi,
sedang pembayaran, pengembalian maupun balas jasa di masa yang akan datang merupakan
kontra prestasi.

E 1. Syarat Kredit

Sesuai dengan asal kata kredit yang berarti kepercayaan maka kredit dapat
berlangsung bila ada kepercayaan terhadap penerima kredit. Kepercayaan tersebut
banyak tergantung kepada kelayakan seseorang atau badan usaha. Kelayakan
seseorang atau badan usaha penerima kredit dipengaruhi oleh 5C yaitu:

a. Character atau tabiat serta kemauan pemohon untuk memenuhi kewajiban.


Perlu diteliti tentang kebiasaan kepribadian, cara hidup dan
keadaan keluarga serta moral.

b. Capacity yaitu kemampuan, kepandaian dan ketrampilan menggunakan kredit


yang diterima sehingga memperoleh kemajuan, keuntungan serta
mampu melunasi kewajiban atau utangnya.

c. Capital yaitu modal seseorang atau badan usaha penerima kredit. Tidak semua
modal harus bersumber dari kredit.
d. Collateral, yaitu kepastian berupa jaminan yang dapat diberikan oleh penerima
kredit. Anggunan atau jaminan sebagai alat pengaman dari
ketidakpastian pada waktu yang akan datang pada saat kredit
harus dilunasi.

e. Condition of economies yaitu dalam rencana pelepasan kredit harus mampu


melihat ke depan, yaitu bagaimana keadaan perekonomian masa
yang akan datang.

E.2. Peranan Kredit Dalam Perekonomian

Dalam kehidupan perekonomian, fungsi kredit makin lama makin memegang


peranan yang sangat penting karena dengan adanya kredit dapat :

1. meningkatkan daya guna uang;

2. meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang;

3. meningkatkan daya guna dan peredaran barang;

4. menjadi salah satu alat stabilitas ekonomi;

5. meningkatkan kegairahan berusaha;

6. meningkatkan pemerataan pendapatan; dan

7. menjadi alat untuk meningkatkan hubungan internasional.

E 3. Kebaikan dan Keburukan Kredit

Kredit selain mempunyai peranan kehidupan perekonomian tentunya akan menimbulkan


dampak yang bersifat positif dan negatif, hal ini tentunya wajar saja dalam kehidupan
masyarakat. Memang mengenai baik buruknya kredit bagi semua orang menyebabkan kita harus
berhati-hati baik memberi kredit maupun menerima kredit. Adapun kebaikan dan keburukan
kredit akan kita jabarkan di bawah ini.

Kebaikan kredit:
a. menambah produktivitas modal uang;
b. memajukan urusan tukar-menukar seperti wesel, promes dan lain-lain;
c. mempercepat peredaran barang-barang;
d. dapat membuka usaha baru.

Keburukan kredit:
a. memberikan kemungkinan untuk berspekulasi;
b. memberikan kesempatan para konsumen meminjam melebihi daya kemampuan
(besar pasak daripada tiang);
c. menyebabkan produksi yang sangat berlebihan;
d. perluasan kredit akan menimbulkan inflasi; dan
e. mendorong masyarakat mengarah pada sifat konsumtif.

Sumber-Sumber-Dana-Bank
Sumber-sumber dana bank berasal dari :
1. Dana yang berasal dari bank itu sendiri

Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri
maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya sendiri. Apabila
saham yang terdapat dalam portepel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan
dana masih perlu, maka pencariannya dapat dilakukan dengan menjual saham
kepada pemegang saham lama. Akan tetapi jika tujuan perusahaan untuk
melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan saham baru dan
menjual saham baru tersebut dipasar modal. Disamping itu pihak perbankan dapat
pula menggunakan cadangan-cadangan laba yang belum digunakan.

Secara garis besar pencarian dana terdiri dari :

a. Setoran modal dari pemegang saham

b. Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan laba


pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini
sengaja disediakan untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang.

c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum
dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
modal untuk sementara waktu.
Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang
relatif besar daripada jika meminjam ke lembaga lain.

2. Dana yang berasal dari masyarakat luas

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi
bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya
dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika
dibandingkan dengan sumber lainnya dan pencarian dana dari sumber dana ini
paling dominan, asal dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya
menarik dana dari sumber ini tidak terlalu sulit. Akan tetapi pencarian sumber dana
dari sumber dana ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri. Adapun
sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk :

a. Simpanan Giro
Menurut Undang-undang Perbankan No.10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,
sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
Sedangkan pengertian simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat
kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan
atau yang dapat dipersamakan dengan itu.

Pengertian dapat ditarik setiap saat maksudnya bahwa uang yang sudah
disimpan di rekening giro tersebut dapat ditarik berkali-kali dalam sehari, dengan
catatan dana yang tersedia masih mencukupi. Kemudian juga harus memenuhi
persyaratan lain yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan.
Sedangkan pengertian penarikan adalah diambilnya uang tersebut dari rekening
giro sehingga menyebabkan gito tersebut berkurang, yang ditarik secara tunai
maupun ditarik secara non tunai (pemindahan-bukuan). Penarikan secara tunai
adalah dengan menggunakan cek dan penarikan non tunai adalah dengan
menggunakan bilyet giro (BG).

b. Simpanan Tabungan

Menurut UU Perbankan No.10 1998 tabungan adalah simpanan yang


penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian yang
telah dibuat antara bank dengan si penabung. Selain itu harus sesuai dengan
perjanjian sebelumnya. Kemudian dalam hal sarana atau alat penarikan juga
tergantung dengan perjanjian antara keduanya yaitu bank dan penabung.

c. Simpanan Deposito

Menurut UU Perbankan No.10 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah


simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu ter tentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

Artinya jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu 3


bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut
berakhir dan sering disebut tanggal jatuh tempo.

Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito sangat
tergantung dari jenis depositonya. Artinya setiap jenis deposito mengandung
beberapa perbedaan sehingga diperlukan sarana yang berbeda pula.
3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya

Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan
dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua diatas. Pencarian sumber dana
ini relatif mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana yang
diperoleh dari sumber dana ini digunakan untuk membiayai atau membayar
transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat
diperoleh dari :

1. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan Bank
Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit
likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor tertentu.

2. Pinjaman antar bank, biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang
mengalami kalah kliring didalam lembaga kliring. Pinjaman ini bersifat jangka
pendek dengan bunga yang relatif tinggi.

3. Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh
perbankan dari pihak luar negeri.

4. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan
SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan
keuangan maupun non keuangan.

Jenis-Jenis-Alokasi-Dana-Bank
Primary Reserve (cadangan primer)

Prioritas utama dalam alokasi dana adalah menempatkan dana untuk memenuhi
ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia (sebagai pembina dan pengawas bank).
Dana-dana akan dialokasikan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum
atau disebut juga giro wajib minimum karena penempatannya berupa giro bank
umum pada Bank Indonesia.

Primary reserve merupakan sumber utama bagi likuiditas bank, terutama untuk
menghadapi kemungkingan terjadinya penarikan oleh nasabah bank, baik berupa
penarikan dana masyarakat yang disimpan pada bank tersebut maupun penarikan
(pencairan) kredit atau credit disbursement sesuai dengan kesepakatan yang dibuat
antara pihak bank dan debitor kredit dalam perjanjian kredit yang dibuat di
hadapan notaris publik.

Dengan demikian, pembentukan cadangan primer atau primary reserve


dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum, keperluan
operasi bank, semua penarikan simpanan, dan permintaan pencairan kredit dari
nasabah. Di samping itu, cadangan primer juga digunakan untuk penyelesaian
kliring antar bank dan kewajiban-kewajiban bank lainnya yang harus segera
dibayar. Dalam prakteknya, primary reserve adalah dana kas dan saldo rekening
koran bank pada Bank Indonesia dan bank-bank lainnya, serta warkat-warkat dalam
proses penagihan. Komponen-komponen ini sering pula disebut sebagai alat-alat
likuid.

Secondary Reserve (cadangan sekunder)

Prioritas kedua di dalam alokasi dana bank adalah penempatan dana-dana ke


dalam noncash liquid asset (aset likuid yang bukan kas) yang dapat memberikan
pendapatan kepada setiap saat dapat dijadikan urang tunai tanpa mengakibatkan
kerugian pada bank. Surat-surat berharga tersebut antara lain :

- surat berharga pasar uang atau SBPU,


- sertifikat Bank Indonesia atau SBI,
- surat berharga jangka pendek lainnya.

Tujuan utama dari secondary reserve adalah untuk dijadikan sebagai suplement (pelengkap) atau
cadangan pengganti bagi primary reserve. Karena sifatnya yang dapat menghasilkan pendapatan bagi
bank selain berfungsi sebagai cadangan, secondary reserve dapat memberikan dua manfaat bagi bank,
yaitu untuk menjaga likuiditas dan meningkat profitabilitas bank.

Cadangan sekunder atau secondary reserve digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain sebagai
berikut :
1.Memenuhi kebutuhan likuiditas yang bersifat jangka pendek, seperti penarikan simpanan oleh nasabah
deposan dan pencairan kredit dalam jumlah besar yang telah diperkirakan.
2.Memenuhi kebutuhan likuiditas yang segera harus dipenuhi dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang
sebelumnya tidak diperkirakan.
3.Sebagai tambahan apabila cadangan primer tidak mencukupi.
4.Memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang tidak diperkirakan dari deposan dan penarikan
(disbursement) dari debitor.
Karena kebutuhan-kebutuhan likuiditas ini tidak semuanya dapat diperkirakan, maka cadangan sekunder
ini ditanaman dalam bentuk surat-surat berharga jangka pendek yang mudah diperjualbelikan. Di
indonesia, instrumen cadangan sekunder dapat berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga
Pasar Uang (SPBU), dan Sertifikat Deposito.

Loan Portfolio (Kredit)


Prioritas ketiga dalam alokasi dana bank adalah penyaluran kredit (loan). Dasar pemikirannya adalah
setelah banh mencukupi primary reserve serta kebutuhan secondary reserve-nya (yang merupakan
supllement bagi primary reserve), bank baru dapat menentukan besarnya volume kredit yang akan
diberikan.

Dalam praktek perbankan di Indonesia, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan


bank sentral (Bank Indonesia) sebagai pembina dan pengawas bank umum, penentuan besarnya volume
kredit dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1.Reserve requirement (RR)
Reserve requirement adalah ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisihkan sebagian dari dana
pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum berupa rekening giro bank
yang bersangkutan pada Bank Indonesia. Besarnya RR telah mengalami perubahan sebagai berikut.
a.Sebelum Pakto88 : sebesar 10%
b.Setelah Pakto88 : sebesar 2%
c.Pada tahun 1996 : sebesar 3%
d.Sejak tahun 1997 : sebesar 5%

2.Loan to deposit ratio (LDR)

Loan to deposit ratio adalah antara besarnya seluruh volume kredit yang
disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, dana yang dihimpun
bank dalam penerapan rasio tersebut adalah dana masyarakat/dana pihak ketiga,
kredit likuiditas Bank Indonesia atau KLBI (jika ada), dan modal inti bank. Dalam Bab
13 buku ini, diuraikan bahwa rasio LDR dianggap sebagai tolok ukur untuk menilai
kesehatan suatu bank dilihat dari segi likuiditasnya.

3.Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)

Batas Maksimum Pemberian Kredit adalah ketentuan tentang tidak


diperbolehkannya suatu bank untuk memberikan kredit (baik kepada nasabah
tunggal maupun kepada nasabah grup) yang besarnya melebihi 20% dari besarnya
modal bank yang bersangkutan.
Ketiga ketentuan perbankan tersebut sangat berpengaruh terhadap keberanian
para eksekutif perbankan untuk memperbesar volume kreditnya dalam rangka
mengejar profitabilitas yang tinggi. Atas dasar itulah, ketiga (ketentuan) di atas
dapat dianggap sebagai patokan likuiditas bagi bank dalam melakukan prinsip
prudential banking (prinsip kehati-hatian bank) dan sangat berpengaruh pada
tingkat kesehatan bank.

Suatu hal yang patutu diingat adalah bahwa pemberian kredit merupakan
aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi risiko
yang terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian kredit.

Portfolio Investment
Prioritas terakhir di dalam alokasi dana bank adalah dengan mengalokasikan sejumlah dana
tertentu pada investasi portfolio (portfolio investment). Alokasi dana bank ke dalam kategori ini
adalah dana sisa (residual fund) setelah penanaman dalam bentuk pinjaman (kredit) telah
memenuhi kriteria atau target tertentu. Investasi ini berupa penanaman dalam bentuk surat-surat
berharga jangka panjang atau surat-surat berharga ini bertujuan untuk memberikan tambahan
pendapatan dan likuiditas bank. Karena pengalokasian dana untuk jenis ini dalah mengharapkan
pendapatan yang memadai bagi bank, maka sifat aktiva ini biasanya lebih permanen atau
berjangka panjang. Instrumen untuk portfolio investment yang agak aman adalah dalam bentuk
obligasi dengan berbagai jenisnya.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan penanaman dana dalam bentuk portfolio
investment adalah :
1.tingkat bunga (untuk jenis obligasi),
2.capital gain yang mungkin bisa diraih (untuk jenis saham),
3.kualitas atau keamanan (terutama untuk jenis saham),
4.mudah diperjualbelikan,
5.jangka waktu jatuh temponya (untuk obligasi, sertifikat deposito),
6.pajak yang harus dibayar,
7.diversifikasi (jangan ditanam pada satu jenis portofolio),
8.ekspektasi (harapan akan keuntungan di masa datang).

Penanaman dana pada kategori ini tercantum dengan nama other securities (efek-efek) yang berbentuk
saham, obligasi, dan surat-surat berharga derivatif (right, warrant, option).

Fixed Assets (Aktiva Tetap)


Alokasi atau penanaman dana bank yang terakhir (meskipun tidak dikaitkan dengan strategi
menjaga likuiditas bank) adalah penanaman modal dalam bentuk aktiva tetap (fixed assets),
seperti pembelian tanah, pembangunan gedung kantor bank (baik untuk kantor pusat, kantor
cabang, cabang pembantu maupun kantor kas), peralatan operasional bank, seperti komputer,
facsimilie, sistem komunikasi antarcabang (on line system), kendaraan bermotor, dan aktiva tetap
lainnya. Investasi tersebut di atas termasuk aktiva tetap berbentuk hardware, software, konsultan,
bantuan teknis, dan lain-lainnya yang ditujukan untuk memperlancar kegiatan operasional bank.

MANAJEMEN LIKUIDITAS
Likuiditas pada umumnya didefinisikan sebagai kepemilikian sumber dana
yang memadai untuk memenuhi seluruh kebutuhan kewajiban yang akan jatuh
tempo. Atau dengan kata lain kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
pada saat ditagih gaik yang dapat diduga ataupun yang tidak terduga

Dalam perbankan manajemen likuiditas adalah salah satu hal yang penting
dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Untuk itu
setiap bank yang beroperasi sangat menjaga likuiditasnya agar pada posisi yang
ideal. Dalam manajemen likuidtas bank berusaha untuk mempertahankan status
rasio likuiditas, memperkecil dana yang menganggur guna meningkatkan
pendapatan dengan resiko sekecil mungkin, serta memenuhi kebutuhancashflownya

Jadi tujuan manajemen likuiditas adalah mencapai cadangan yang


dibutuhkan yang telah ditetapkan oleh bank sentral karena kalu tidak dipenuihi
akan kena pinalti dari Bank sentral, kedua memperkecil dana yang menganggur
karena kalau banyak dana yang menganggur akan mengurangi profitabilitas bank,
dan mencapai likuiditas yang aman untuk menjaga proyeksi cashflow dalam kondisi
yang sangat mendesak misalnya penarikan dana oleh nasabah, pengambilan
pinjaman

Dalam likuiditas terdapat dua resiko yaitu resiko ketika kelebihan dana
dimana dana yang ada dalam bank banyak yang idle, hal ini akan menimbulkan
pengorbanan tingkat bunga yang tinggi. Kedua resiko ketika kekurangan dana,
akibatnya dana yang tersedia untuk mencukupi kebutuhan kewajiban jangka
pendek tidak ada. Dan juga akan mendapat pinalti dari bank sentral. Kedua
keadaan ini tidak diharapkan oleh bank karena akan mengganggu kinerja keuangan
dan kepercayaan masyarkat terhadap bank tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa
ketika bank mengharapkan keuntungan yang maksimal akan beresikopada tingkat
likuiditas yang rendah atau ketika likuiditas tinggi berarti tingkat keuntungan tidak
maksimal.disini tearjadi konflik kepentingan antara mempertahankan likuiditas yang
tinggi dan mencari keuntungan yang tinggi.

Pengeleloan likuiditas sangat penting bagi bank terutama untuk mengatasi


resiko likuiditas yang disebabkan oleh dua hal diatas. Untuk menjaga agar resiko
likuiditas ini tidak terjadi kebijakan manajemen likuiditas yang dapat dilakukan
antara lain dengan menjaga asset jangka pendek, seperti kas, memelihara earning
assetnya yang dapat dijual dengan mudah dll.

Namun ketika resiko tersebut menjaga likuiditas tersebut terdapat beberapa


cara yang dapat dilakukan oleh bank. Pertama dengan melakukan transaksi di pasar
uang antar bank (interbank call money market) yaitu penempatan dana
(placement/leding) dan pinjaman dana (deposit/taken/borrowing) dalam rupiah atau
dengan mata uang lainnya. Kedua dengan menempatkan dana di SBI (sertifikat
bank Indonesia). Ketiga membeli surat berharga pasar uang (SBPU), keempat
melalui transaksi pasar lewat broker. Dimana kesemuanya itu dalam bentuk kontrak
pinjam atau utang. Dimana diwaktu jatuh tempo bank mendapatkan dananya
kembali ditambah dengan bunga yang telah ditetapkan

Pasar uang diatas sangat likuid untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya


ketika kekurangan dana. Disamping itu juga aman unutuk menempatkan kelebihan
dana sehingga dana yang idle dapat menghasilkan keuntungan bagi bank sehingga
mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untukmembayar bunga.

Pendahuluan
Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang sangat kompleks dalam kegiatan
operasi bank.
Hal ini karena menyangkut dana pihak ke tiga (DPK) yang sebagian besar sifatnya
jangka pendek.
Pengelola bank harus memperhatikan seakurat mungkin kebutuhan likuiditas
untuk jangka waktu tertentu.
Perkiraan kebutuhan likuiditas dipengaruhi oleh perilaku penarikan nasabah, sifat
dan jenis sumber dana yang dikelola bank.

Definisi likuiditas
Likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk menghimpun sejumla tertentu dana
dengan biaya tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. (Joseph E Burns)
Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan,
kewajiban yang telah jatuh tempo dan memenuhi permintaan kredit tanpa penundaan. (Oliver G. Wood,
Jr)
Likuiditas berarti memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban (Wiliam
M. Glavin)

Definisi manajemen likuiditas


Manajemen likuiditas melibatkan perkiraan permintaan dana oleh masyarakat dan penyediaan cadangan
untuk memenuhi semua kebutuhan. (Duane B. Graddy). Sedangkan menurut Oliver G Wood, Jr,
manajemen likuiditas melibatkan perkiraan sumber dana dan penyediaan kas secara terus menerus baik
kebutuhan jangka pendek atau musiman maupun kebutuhan jangka panjang.

Sumber-sumber likuiditas
Sumber kebutuhan likuiditas bank berasal dari adanya kebutuhan antara lain untuk memenuhi:
Ketentuan likuiditas wajib (reserve requirement) atau cash ratio
Saldo rekening minimum pada bank koresponden
Penarikan simpanan dalam operasional bank sehari-hari
Permintaan kredit dari masyarakat

Tujuan manajemen likuiditas


Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang ditentukan bank sentral;
Mengelola alat-alat likuid agar selalu dapat memenuhi semua kebutuhan cash flow, termasuk kebutuhan
yang tidak diperkirakan, misalnya penarikan yang tiba-tiba terhadap sejumlah giro atau deposito
berjangka yang belum jatuh tempo;
Sedapat mungkin memperkecil adanya idle funds.

Dalam rangka menjaga posisi likuiditas dan proyeksi cashflow agar selalu berada dalam posisi aman,
terutama dalam kondisi tingkat bunga berfluktuasi, beberapa strategi yang dapat dikembangkan oleh
bank sbb (Raflus Rax, 1996):
Memperpanjang jatuh tempo semua kewajiban bank, kecuali bila tingkat bunga cenderung mengalami
penurunan;
Melakukan diversifikasi sumber dana bank;
Menjaga keseimbangan jangka waktu aset dan kewajiban;
Memperbaiki posisi likuidias antara lain mengalihkan aset yang kurang marketable menjadi lebih
marketable.
Bank dianggap likuid apabila:
Memiliki sejumlah likuiditas / memegang alat-alat likuid, cash assets (uang kas, rekening pada bank
sentral dan bank lainnya) sama dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang diperkirakan.
Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan, tetapi bank memiliki surat-surat berharga yang segera dapat
dialihkan menjadi kas, tanpa mengalami kerugian baik sebelum / sesudah jatuh tempo.
Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan uang, misalnya
penggunaan fasilitas diskonto, call money, penjualan surat berharga dengan repurchase agreement
(repo)

Ketentuan likuiditas wajib minimum


Bank dalam menghimpun dana diwajibkan memelihara sejumlah likuiditas tertentu dari total DPK yang
dihimpun oleh bank dlm periode tertentu.
Jumlah likuiditas wajib minimum tsb harus ditempatkan dalam rekening giro bank ybs pada bank
sentral. Oki/ disebut Giro Wajib Minimum (GWM)
Ketentuan BI: GWM Rupiah adalah 5% dari total DPK Rupiah yang dihitung rata-rata harian dalam satu
minggu dan harus dilaporkan ke BI
GWM dibedakan dalam 2 kategori: GWM rupiah (5%) dan GWM valas (3%)
Pelaporan GWM valas dilakukan oleh bank devisa, sedangkan pelaporan GWM rupiah dilakukan oleh
bank devisa dan bukan bank devisa termasuk pula BPR
Perhitungan GWM bagi analis luar menggunakan data keuangan bank yang dipublis di media.
Ketentuan BI bank wajib mempublis laporan keuangan setiap triwulan (per 31 Maret, 30 Juni, 30
September, dan 31 Desember)
Perhitungan GWM: Jumlah Saldo Giro pada BI / Jumlah DPK X 100% = > 5%

Manajemen likuiditas bank syariah

Dalam bank syariah secara konsep tidak jauh berbeda dengan manajemen
bank konvensional. Baik itu dari segi tujuan dan resiko yang akan dihadapi oleh
bank syariah. Yang membedakan hanyalah pada akad yang digunakan ketika
melakukan kontrak. Selama in alat untuk manajemen likuiditas dalam bank syariah
adalah PUAS (pasar uang antar bank syariah) dengan akad wadiah, SIMA (sertifikat
mudharabah antar bank syariah) dan SWBI (surat wadiah bank indonesia) juga
dengan akad wadiah. Semuanya ini adalah instrument yang likuid untuk menjaga
likuiditas bank.

Apabila suatu bank kekurangan likuiditas, maka bank tersebut akan meminjam
kepada bank lain berupa PUAS, SWBI atau menerbitkan SIMA, sebaliknya bila
kelebihan likuiditas maka akan ditempatkannya pada bank lain (PUAS) atau dengan
membeli SWBI atau SIMA.

Sedikitnya alat likuiditas bank syariah, membuat para praktisi memutar otak
untuk mencari solusi yang dapat memperluas instrument likuiditas bank syariah.
Maka dari itu untuk mengakomodir permintaan akan instrument likuiditas yang lain,
dibuatlah instrument derivative future kontrak ini dengan salah akad yang
digunakan adalah murabahah yang akan menjadi focus kajian kali ini.

Jadi pada prinsipnya manajemen bank baik konvensional maupun syariah


tidak jauh berbeda. Yang membedakan dan yang ditekankan adalah bagaimana
cara mendapatkan dana tersebut haruslah sesuai dengan syariah.

Bank
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia


Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan,
tolong hapus pesan ini.

Keuangan

bagian dari Ekonomi

Pasar uang[tampilkan]

Pelaku pasar[tampilkan]

Keuangan korporasi[tampilkan]

Keuangan personal[tampilkan]

Keuangan publik[tampilkan]

Bank dan perbankan[tampilkan]

Regulasi keuangan[tampilkan]

Standar[tampilkan]

Sejarah ekonomi[tampilkan]
Sistem pembayaran[tampilkan]

Bank (pengucapan bahasa Indonesia: [bang]) adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan
dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau
yang dikenal sebagai banknote.[1]Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat penukaran uang [2].
Sedangkan menurut undang-undang perbankan[3] bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. [4]

Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir.[5] Industri ini menjadi
lebih kompetitif karena deregulasi peraturan[5]. Saat ini, bank memiliki fleksibilitas pada layanan yang mereka
tawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi, dan tarif yang mereka bayar untuk simpanan deposan. [5]

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Etimologi

2 Pengertian

3 Sejarah

o 3.1 Asal mula

4 Jenis-jenis bank dan fungsinya

5 Jasa perbankan

6 Rujukan
7 Lihat pula

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Kata bank berasal dari bahasa Italia banque atau Italia banca yang berarti bangku. Para bankir Florence pada
masaRenaissans melakukan transaksi mereka dengan duduk di belakang meja penukaran uang, berbeda
dengan pekerjaan kebanyakan orang yang tidak memungkinkan mereka untuk duduk sambil bekerja. [6]

Pengertian[sunting | sunting sumber]

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa
usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa
bank lainnya.[4] Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan
memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung [4]. Kegiatan menghimpun dana, berupa
mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito.[4] Biasanya sambil
diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat.[4] Kegiatan
menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. [4] Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya
diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut. [4]bank didirikan oleh Prof. Dr. Ali Afifuddin,
SE. Inilah beberapa manfaat perbankan dalam kehidupan:

1. Sebagai model investasi, yang berarti, transaksi derivatif dapat dijadikan sebagai salah satu model
berinvestasi. Walaupun pada umumnya merupakan jenis investasi jangka pendek (yield
enhancement).

2. Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai salah satu cara
untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk
management.

3. Informasi harga, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai sarana mencari atau
memberikan informasi tentang harga barang komoditi tertentu dikemudian hari (price discovery).

4. Fungsi spekulatif, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan kesempatan spekulasi (untung-
untungan) terhadap perubahan nilai pasar dari transaksi derivatif itu sendiri.

5. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, yang berarti, transaksi derivatif dapat
memberikan gambaran kepada manajemen produksi sebuah produsen dalam menilai suatu
permintaan dan kebutuhan pasar pada masa mendatang.
Terlepas dari funsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka yang perlu diperhatikan untuk
dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari eksistensi bank di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin
dalam Pasal empat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan, Perbankan Indonesia
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Meninjau
lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya
harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian.4 Hal ini, jelas
tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan
bangsa.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Asal mula[sunting | sunting sumber]

Bank pertama kali didirikan dalam bentuk seperti sebuah firma pada umumnya pada tahun 1690, pada saat
kerajaan Inggris berkemauan merencanakan membangun kembali kekuatan armada lautnya untuk bersaing
[7]
dengan kekuatan armada laut Perancis akan tetapi pemerintahan Inggris saat itu tidak mempunyai
kemampuan pendanaan kemudian berdasarkan gagasan William Paterson yang kemudian oleh Charles
Montagu direalisasikan dengan membentuk sebuah lembaga intermediasi keuangan yang akhirnya dapat
memenuhi dana pembiayaan tersebut hanya dalam waktu duabelas hari. [8]

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di
daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang.
[rujukan?]
Perkembangan perbankan di Asia,Afrika dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan
penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. [rujukan?] Bila
ditelusuri, sejarah dikenalnya perbankan dimulai dari jasa penukaran uang.[rujukan?]Sehingga dalam sejarah
perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang. [rujukan?] Dalam perjalanan sejarah kerajaan
pada masa dahulu penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dnegan kerajaan yang lain.
[rujukan?]
Kegiatan penukaran ini sekarang dikenal dengan nama Pedagang Valuta Asing (Money Changer).
[rujukan?]
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan berkembang lagi menjadi
tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan. [rujukan?] Berikutnya kegiatan
perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang.[rujukan?] Uang yang disimpan oleh masyarakat, oleh
perbankan dipinjamkan kembali kepada masyarakatyang membutuhkannya. [rujukan?] Jasa-jasa bank lainnya
menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. [rujukan?]

Jenis-jenis bank dan fungsinya[sunting | sunting sumber]


Tiga kelompok utama Institusi keuangan - bank komersial, lembaga tabungan, dan credit unions - yang juga
disebut lembaga penyimpanan karena sebagian besar dananya berasal dari simpanan nasabah. [9] Bank-bank
komersial adalah kelompok terbesar lembaga penyimpanan bila diukur dengan besarnya aset. [rujukan?] Mereka
melakukan fungsi serupa dengan lembaga-lembaga tabungan dan credit unions, yaitu, menerima deposito
(kewajiban) dan membuat pinjaman ( Namun, mereka berbeda dalam komposisi aktiva dan kewajiban, yang
jauh lebih bervariasi).[9]

Perbandingan konsentrasi aset ukuran bank, menunjukkan bahwa konsolidasi perbankan tampaknya telah
mengurangi pangsa aset bank paling kecil ( aset di bawah $ 1 miliar). [rujukan?] Bank-bank ini - dengan aset
dibawah $ 1 milliar - cenderung mengkhususkan diri pada ritel atau consumer banking, seperti
memberikan hipotek perumahan, kredit konsumen dan depositolokal.[9] Sedangkan aset bank yang relatif lebih
besar (dengan aset lebih dari $ 1 miliar), terdiri dari dua kelas adalah bank regional atau super regional.
[9]
Mereka terlibat dalam grosir yang lebih kompleks tentang kegiatan komersialperbankan, meliputi kredit
konsumen dan perumahan serta pinjaman komersial dan industri (D & I Lending), baik secara regional maupun
nasional.[9] Selain itu, bank - bank besar memiliki akses untuk membeli dana (fund) - seperti dana antar bank
atau dana pemerintah ( federal funds)- untuk membiayai pinjaman dan kegiatan investasi mereka. [9] Namun,
beberapa bank yang sangat besar memiliki sebutan yang berbeda, yaitu Bank Sentral.[9] Saat ini, lima
organisasi perbankan membentuk kelompok Bank Sentral,yaitu: Bank New York , Deutsche Bank( melalui
akuisisi bankir-bankir saling mempercayai), Citigroup, JP Morgan , dan Bank HSBC di Amerika Serikat.
[9]
Namun, jumlahnya telah menurun akibat megamergers.[9]. Penting untuk diperhatikan bahwa, aset atau
pinjaman tidak selalu menjadi indikator suatu bank adalah bank sentral. Tapi, gabungan dari lokasi dengan
ketergantungan pada sumber nondeposit atau pinjaman dana.[9]

Jasa perbankan[sunting | sunting sumber]

Jasa perbankan diberikan untuk mendukung kelancaran menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang
berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung. [4] Jasa perbankan
lainnya antara lain sebagai berikut:[4]

Jasa setoran seperti setoran listrik, telepon, air, atau uang kuliah

Jasa pembayaran seperti pembayaran gaji, pensiun, atau hadiah

Jasa pengiriman uang (transfer)

Jasa penagihan (inkaso)


Kliring

Penjualan mata uang asing

Penyimpanan dokumen

Jasa cek wisata

Kartu kredit

Jasa-jasa yang ada di pasar modal, seperti pinjaman emisi dan pedagang efek.

Jasa Letter of Credit (L/C)

Bank garansi dan referensi bank

Jasa bank lainnya.

Pengertian Bank, Jenis-jenis Bank, Fungsi Bank, dan Reformasi Bank

A. Pengertian Bank

Mengenai arti bank bisa dipastikan semua orang sudah


mengerti, baik yang pernah mengenyam pendidikan di
sekolah ataupun yang tidak sekolahpun pasti tahu arti umum
dari bank. Meskipun tidak semua orang mempunyai tabungan
di bank, tapi kata bank sering dijumpai dalam kehidupan
sehari hari, seperti iklan di TV yang sering menampilkan iklan
bank, atau ketika bepergian kita melihat gedung bank.
Saya rasa kita semua sepakat bahwa arti pendek dari bank
adalah tempat menyimpan uang atau menabung, dan juga
tempat untuk meminjam uang. Pada artikel ini akan dibahas
mengenai pengertian bank secara lengkap, mulai asal kata
bank, pengertian bank secara umum, dan pengertian bank
menurut udang-undang pemerintah.
Asal dari kata bank adalah dari bahasa Italia
yaitu banca yang berarti tempat penukaran uang. Secara
umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi
keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan
untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.
Sedangkan pengertian bank menurut Undang-undang Negara
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10
November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Dari pengertian bank menurut Undang-undang Negara
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 dapat disimpulkan
bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu
menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa
bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana
merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa
bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan
menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan
deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik
seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi
masyarakat agar lebih senang menabung. Kegiatan
menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada
masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya
diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama
tersebut.

B. Jenis-jenis Bank

1. Bank Sentral, yaitu bank yang tugasnya dalam


menerbitkan uang kertas dan logam sebagai alat
pembayaran yang sah dalam suatu negara dan
mempertahankan konversi uang dimaksud terhadap emas
atau perak atau keduanya.

2. Bank Umum, yaitu bank yang bukan saja dapat


meminjamkan atau menginvestasikan berbagai jenis
tabungan yang diperolehnya, tetapi juga dapat memberikan
pinjaman dari menciptakan sendiri uang giral.

3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang


melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
4. Bank Syariah, yaitu bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip bagi hasil (sesuai kaidah ajaran islam tentang hukum
riba).

C. Fungsi Bank

1. Penghimpun dana Untuk menjalankan fungsinya sebagai


penghimpun dana maka bank memiliki beberapa sumber
yang secara garis besar ada tiga sumber, yaitu:

a. Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa


setoran modal waktu pendirian.

b. Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan


melalui usaha perbankan seperti usaha simpanan giro,
deposito dan tabanas.

c. Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang


diperoleh dari pinjaman dana yang berupa Kredit Likuiditas
dan Call Money (dana yang sewaktu-waktu dapat ditarik oleh
bank yang meminjam) dan memenuhi persyaratan. Mungkin
Anda pernah mendengar beberapa bank dilikuidasi atau
dibekukan usahanya, salah satu penyebabnya adalah karena
banyak kredit yang bermasalah atau macet.

2. Penyalur dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan


kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit,
pembelian surat-surat berharga, penyertaan, pemilikan harta
tetap.

3. Pelayan Jasa Bank dalam mengemban tugas sebagai


pelayan lalu-lintas pembayaran uang melakukan berbagai
aktivitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek
wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.

Adapun secara spesifik bank bank dapat berfungsi sebagai


agent of trust, agent of develovment dan agen of services.

1. Penyalur/pemberi Kredit Bank dalam kegiatannya tidak


hanya menyimpan dana yang diperoleh, akan tetapi untuk
pemanfaatannya bank menyalurkan kembali dalam bentuk
kredit kepada masyarakat yang memerlukan dana segar
untuk usaha. Tentunya dalam pelaksanaan fungsi ini
diharapkan bank akan mendapatkan sumber pendapatan
berupa bagi hasil atau dalam bentuk pengenaan bunga
kredit. Pemberian kredit akan menimbulkan resiko, oleh
sebab itu pemberiannya harus benar-benar teliti

1. Agent Of Trust

Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama


kegiatan perbankkan adalah kepercayaan ( trust ), baik
dalam penghimpun dana maupun penyaluran dana.
Masyarakat akan mau menyimpan dana dananya di bank
apabila dilandasi kepercayaan. Dalam fungsi ini akan di
bangun kepercayaan baik dari pihak penyimpan dana
maupun dari pihak bank dan kepercayaan ini akan terus
berlanjut kepada pihak debitor. Kepercayaan ini penting
dibangun karena dalam keadaan ini semua pihak ingin
merasa diuntungkan untuk baik dari segi penyimpangan
dana, penampung dana maupun penerima penyaluran dana
tersebut.

2. Agent Of Development

Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan


ekonomi. Kegiatan bank berupa penghimpun dan penyalur
dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan
perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut
memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi,
kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa,
mengingat bahwa kegiatan investasi , distribusi dan
konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan
uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi
ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian
suatu masyarakat.

3. Agent Of Services

Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan


ekonomi. Disamping melakukan kegiatan penghimpun dan
penyalur dana, bank juga memberikan penawaran jasa
perbankan yang lain kepada masyarakan. Jasa yang
ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum.

D. Reformasi Bank

PAK JUN 1983

Paket Juni 1983 adalah kebijakan perbankan yang dikeluarkan


tanggal 1 juni 1983 ini juga dikenal sebagai paket non ceiling
policy dalam arti perbankan telah dibebaskan dari ketentuan
batas atas (ceiling) suku bunga. Hal ini berarti bank-bank
boleh menentukan suku bunga yang ditawarkan kepada
masyarakat sesuai dengan pertimbangannya sendiri. Bank
boleh menawarkan suku bunga kredit yang paling murah
sekalipun demikian pula bank boleh menawarkan suku bunga
tabungan atau deposito setinggi langit. Pertimbangannya
penentuan suku bunga itu dipulangkan kepada masing-
masing bank sepanjang mengikuti prnsip ekonomi yaitu
sepanjang masih menjamin kelangsungan hidup bank.
Pokok-pokok kebijakan deregulasi perbankan 1 juni 1983
yakni :
1. Pagu credit (ceiling policy) dibebaskan artinya setiap bank
dapat mengadakan ekspansi kreditnya menurut pengelolaan
masing-masing bank asalkan bank tersebut memiliki loanable
funds yang cukup.
2. Loanable funds yang bersumberkan dari kredit likuiditas
dan bank Indonesia (KLBI) dibatasi dan hanya diberikan untuk
kredit-kredit yang bersifat prioritas.
3. Masing-masing bank bebas menentukan tingkat bunga
simpanan dan bunga pinjamannya.
PAK TO 1988

Kebijakan paket kebjakan 1 juni 1983 dalam hal mobilisasi


dana serta peningkatan efisiensi perbankan menjadi dasar
dilanjutkannya deregulasi di bidang perbankan. Memang,
salah satu tujuan dan deregulasi di bidang perbankan adalah
menciptakan suatu iklim yang mendorong terjadinya
terjadinya persaingan usaha sehat diantara bank-bank untuk
meningkatkan efisiensi dalam kegiatan usahanya.
Pada awal tahun 1988, keadaan perekonomian di Indonesia
mulai membaik. Hal ini mendorong pemerntah untuk
melanjutkan dan mempeluas lagi kebijakan deregulasi di
bidang perbankan yaitu dikeluarkannya paket kebijakan 27
oktober 19988 (pakto 1988) yang merupakan titik adanya
liberalisasi dalam sector perbankan.
Tujuan dari pakto 1988 yakni :
a. Peningkatan mobilisasi dana dan alokas dana
b. Pendayagunaan lembaga keuangan dan perbankan agar
bergfunsi sebagai sarana transaksi yang dapat mendorong
ekspor non minyak dan gas
c. Peningkatan efisiensi dan kemudahan pendirian bank
d. Pengendalian kebijakan moneter serta pencipataan iklim
pengembangan pasar modal.
Secara umum tujuan dilancarkannya deregulasi dapat
disimpulkan :
a. Penyederhaan proses berbagai kegiatan ekonomi.
b. Penekanan ongkos-ongks non produktif dalam
perekonomian.
c. Efisiensi lembaga-lembaga pelaku ekonomi.
d. Pengurangan campur tangan pemerintah dalam
perekonomian
e. Meningkatkan peran swasta yang lebih besar dalam
perekonomian.
f. Mengupayakan membuat daya saing produk di dalam
negeri lebih wajar dalam percaturan ekonomi internasional.

Вам также может понравиться