Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MORBILI
OLEH:
Vidya Hamzah 1110313019
Fauzan Muhammad 1210313005
PRESEPTOR:
dr. Liza Fitria, Sp.A, M.Biomed
PERIODE:
30 Oktober 2016 6 November 2016
1
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................3
1.1. Definisi Morbili............................................................................................3
1.2. Epidemiologi Morbili...................................................................................3
1.3. Etiologi Morbili............................................................................................4
1.4. Patogenesis Morbili......................................................................................6
1.5. Manifestasi Klinis dan Diagnosis Morbili..................................................7
1.6. Diagnosis Banding Morbili........................................................................10
1.7. Penatalaksanaan Morbili..........................................................................12
1.8. Pencegahan Morbili...................................................................................16
BAB II........................................................................................................................17
LAPORAN KASUS...................................................................................................17
2.1. Identitas Pasien..........................................................................................17
2.2. Identitas Orang Tua...................................................................................17
2.3. Anamnesis...................................................................................................17
2.4. Pemeriksaan Umum...................................................................................22
2.5. Hasil Labor dan Pemeriksaan Penunjang...............................................25
2.6. Diagnosa Kerja...........................................................................................25
2.7. Tindakan Pengobatan................................................................................25
BAB III.......................................................................................................................26
DISKUSI....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................27
2
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Morbili adalah penyakit akut yang sangat menular disebabkan oleh infeksi
virus yang umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala gejala klinis khas
yang terdiri dari 3 stadium yang masing-masing mempunyai ciri khusus : (1) stadium
masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari, (2) stadium prodromal dengan gejala
pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada mukosa pipi (bercak
Koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva, dan (3) stadium akhir dengan
keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan dan
kaki. Ruam timbul di dahului dengan suhu badan yang meningkat, selanjutnya ruam
menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%)
dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak usia 1 4 tahun
(0,77%).1
lampau campak dianggap sebagai suatu hal yang harus dialami setiap anak, sehingga
anak yang terkena campak tidak perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit
campak dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar. Ada juga anggapan bahwa
semakin banyak ruam yang keluar semakin baik. Ada kepercayaan bahwa penyakit
3
campak akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul di
dalam rongga tubuh lain seperti dalam tenggorokan, paru, perut, atau usus. Hal ini
diyakini akan menyebabkan anak sesak nafas atau diare, yang dapat menyebabkan
kematian.
timbul secara tidak teratur. Di daerah perkotaan epidemi campak terjadi setiap 2 4
tahun. Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan terhadap campak, yaitu di
daerah dengan populasi balita banyak mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh
lemah. Telah diketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh
secara umum, sehinga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit yang
berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan bergaris tengan 140 nm, dibungkus oleh
selubung luar yang terdiri daari lemak dan protein. Salah satu protein yang berada di
selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus
masih tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu pada
pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperatur 35 0C, beberapa hari
4
Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi.
Apalagi berada di luar tubuh manusia, keberadaannya tidak kekal. Pada temperatur
kamar ia akan kehilangan 60% sifat infektivitasnya setelah 3-5 hari, pada suhu 37 0C
waktu paruh usianya 2 jam, sedangkan pada suhu 560C hanya satu jam. Sebaliknya
virus ini mampu bertahan dalam keadaan dingin. Pada suhu -70 0C dengan media
protein ia dapat hidup selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari pendingin dengan
suhu 4-60C, dapat hidup selama 5 bulan. Tetapi bila tanpa media protein, virus ini
hanya mampu bertahan selam 2 minggu, dan dapat dengan mudah dihancurkan oleh
sinar ultraviolet. 1
Virus campak dapat tumbuh pada berbagai macam tipe sel, tetapi untuk
isolasi primer digunakan biakan sel ginjal manusia atau kera. Pertumbuhan virus
campak lebih lambat daripada virus lainnya, baru mencapai kadar tertinggi pada fase
larutan setelah 7-10 hari. Virus tidak akan tumbuh dengan baik pada perbenihan
primer yang terdiri dari continuous cell lines, tetapi dapat diisolasi dari biakan primer
sel manusia atau kera terlebih dahuludan selanjutnya virus ini akan dengan mudah
menyesuaikan diri dengan berbagai macam biakan yang terdiri dari continuous cell
lines yang berasal dari sel ganas maupun sel normal manusia. Sekali dapat
4 hari.1
yang pertama berupa perubahan pada sel yang batas tepinya menghilang sehingga
sitoplasma dari banyak sel akan sering bercampur dan membentuk anyaman dengan
dan intinya. Efek sitopatik yang kedua menyebabkan perubahan bentuk sel
5
perbenihan dari poligonal menjadi bentuk gelondong. Sel ini menjadi lebih hitam dan
lebih membias daripada sel normal dan jika dicat menunjukkan inclusion bodies
yang berada di dalam inti. Efek pada sel gelondong ini lebih sering terjadi pada sub-
kultur yang berurutan, terutama apabila virus lebih menyesuaikan diri dalam sel
amnion manusia. 1
Ada atau tidak adanya glutamin dalam media mungkin menentukan efek
sitopatik utama mana yang akan timbul, terutama bila virus di tumbuhkan dalam sel
H.Ep2. tipe efek sitopatik yang bervariasi ini tergantung pada tipe sel penjamu,
media, jalur virus yang dilalui dan genetik strain virus itu sendiri. Struktur serat dan
pipa kecil terlihat dalam inti sel yang terinfeksi virus campak, namun struktur
tersebut bukan merupakan partikel virus melainkan tanda istimewa dari infeksi virus
campak. Struktur serupa juga terlihat pada kasus subacule sclerosing encephalitis. 1
melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah
timbul ruam. Ditempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang
dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun
regional. Disini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dimulailah
6
Gambaran kejadian awal dijaringan limfoid masih belum diketahui secara
lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu ketika
Pada hari ke 9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel.
Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan
menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas di awali dengan keluhan
batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang
terjadi ialah proses peradangan epitel pada sisitem saluran pernafasan diikuti dengan
manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan suatu ulsera
kecil pada mukosa pipi yang disebut Koplik, yang dapat dijadikan sebagai tanda
sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi pada kulit.
Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. 1
Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
terjadi suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran
bronkopneumonia, ototis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu pnemonia juga
7
1.5. Manifestasi Klinis dan Diagnosis Morbili
sangat berkaitan yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi
dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri khas, yaitu diawali
dari belakang telinga kemudian menyebar kemuka, dada, tubuh, lengan dan kaki
manifestasi sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengidap gizi kurang
ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau bahkan sudah meninggal
sebelum ruam timbul. Pada kasus gizi kurang juga dapat terjadi diare yang
berkelanjutan.
sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi, pada
khas disebut campak atifikal; diagnosis banding lainnya adalah rubela, demam
Penyulit1
a. Laringitis akut
Laringitis timbul akibat adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas,
8
dengan distress pernapasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam
b. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri. Ditandai
dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus.
Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus gejala pneumonia akan
menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari
lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan dan gejala
karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah
dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada foto thorak dan adanya
c. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam
pada saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang
demam.
d. Ensefalitis
campak kedalam otak. Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letragi, koma,
9
disorientasi juga dapat ditemukan. Pemeriksaan cairan serebrospinal
susunan saraf pusat yang jarang disebabkan oleh infeksi virus campak yang
Resiko terjadi SSPE lebih besar pada usian yang lebih muda, dengan masa
dalam serum ( CF dan HAI ) meningkat ( 1:1280 ).Tidak ada terapi untuk
9 bulan.
f. Otitis media
erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena
invasi virus akan terjadi otitis media purulenta. Dapat pula terjadi
mastoiditis.
g. Enteritis
pada fase prodormal, keadaan invasi virus kedalam sel mukosa usus. Dapat
10
pula timbul enteropati yang menyebabkan kehilangan protein ( protein
losing enteropathy ).
h. Konjungtivitis
campak atau antigennya dapat dideteksi pada lessi konjungtiva pada hari-
i. Sistem kardiovaskuler
tersebut bersifat sementara dan tidak atau hanya sedikit mempunyai arti
klinis.
j. Adenitis servikal
l. Pada ibu hamil dapat terjadi abortus, partus prematurus, dan kelainan
m. Aktivasi tuberkulosis
n. Pneumoniamediastianal
o. Emfisema subkutan
p. Apendisitis
11
s. Kankrum oris ( noma )
Morbili Rubella
Manifestasi a. Stadium kataral (prodormal) Gejala klinis:
Klinis ditandai oleh demam Nyeri pada mata pada gerakan
ringan hingga sedang, mata lateral dan ke atas
batuk kering ringan, (keluhan sangat
coryza, fotofobia mengganggu)
dan
Konjungtivitis
konjungtivitis Sakit tenggorokan
Menjelang akhir stadium Sakit kepala
kataral dan 24 jam Demam yang tidak terlalu
sebelum timbul enantema, tinggi
Menggigil
timbul bercak koplik Anoreksia
b. Stadium erupsi Mual
Coryza dan batuk-batuk Pembengkakan kelenjar getah
bertambah. bening auricularis posterior
Timbul enantema
dan terutama kelenjar getah
Terjadinya eritema yang
bening suboccipital
berbentuk makula papula Tanda Forchheimer (suatu
disertai dengan menaiknya enanthem diamati
suhu tubuh. Eritema timbul pada 20% pasien
dibelakang telinga dengan rubella selama
dibagian atas lateral periode prodromal,
tengkuk, sepanjang rambut terdapat pada beberapa
dan bagian belakang pasien selama
bawah fase awal exanthem; terdiri
Terdapat pembesaran
dari petechiae pinpoint atau
kelenjar getah bening
yang lebih besar
disudut mandibula dan
yang biasanya terjadi
didaerah leher belakang
c. Stadium konvalesensi pada palatum mole)
Suhu menurun sampai Gejala utama
menjadi normal kecuali infeksi virus rubella adalah
bila ada komplikasi munculnya ruam(exanthem)
12
pada wajah yang
Erupsi berkurang menyebar ke batang tubuh
meninggalkan bekas yang dananggota badan dan
berwarna lebih tua biasanya memudar
(hiperpigmentasi) yang setelah tiga hari (itu
bisa hilang sendiri sebabnya sering disebut
sebagai campak tiga hari)
Pemeriksaan darah lengkap Adanya rubella-specific
menunjukkan immunoglobulin M (IgM)
Data leukopenia dengan limfosit antibody atau rubella-
Laboratorium
osis relatif specific IgG antibody yang
dan trombositopenia meningkat 4 kali
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup
dengan penyulit, pasien perlu di rawat inap. Dirumah sakit pasien campak dirawat di
peroral diberiakan satu kali apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500.000 IU tiap
hari. 1
Untuk konjungtivitis ringan dengan cairan mata yang jernih, tidak diperlukan
pengobatan. Jika mata bernanah, bersihkan mata dengan kain katun yang telah
direbus dalam air mendidih, atau lap bersih yang direndam dalam air bersih. Oleskan
menggunakan salep steroid. Jaga kebersihan mulut, beri obat kumur antiseptik bila
13
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit
dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat peroral.
minggu kemudian ) oleh karena uji tuberkulin biasanya negatig anergi ( pada
dosis )
Ensefalopati
Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk
Vitamin A 100.000 IU
14
dengan campak harus menerima suplemen vitamin A terlepas dari negara mereka
Paracetamol
digunakan untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau
sebab yang lainnya. Disamping itu, paracetamol juga dapat digunakan untuk
meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam
dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak
inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi. Telah
molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa pro-
inflamasi.
menghambat enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut terjadi
15
pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada
kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti
inflamasi.
tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan
GG (Gliseril guaiakolat)
dan mengurangi kekentalan sputum yang terdapat di trakhea dan bronki. Dapat
Dosis : 4mg/kgBB/kali
Efedrin
pernafasan. Efek sentral lebih kuat dengan efek bronchodilatasi lebih ringan dan
16
1.8. Pencegahan Morbili
berumur 9 bulan atau lebih. Program imunisasi campak secara luas baru
Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu (1) vaksin
yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonstone B) dan
(2) vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada
dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium). Sejak tahun 1967
vaksin berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak digunakan lagi oleh
karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat menimbulkan gejala
adalah 1.000 TCID 50 atau sebanyak 0,5 ml. tetapi dalam hal vaksin hidup,
pemberian dengan 20 TCID 50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang
baik. Cara pemberian yang dianjurkan adalah subkutan, walaupun dari data yang
Efek proteksi dari vaksin campak diukur dengan berbagai macam cara. Salah
satu indicator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian
BAB II
17
LAPORAN KASUS
Nama : An. H
Umur : 6 tahun
Alamat : Bukittinggi
Agama : Islam
No. RM : 31.18.01
2.2. Anamnesis
WIB
Keluhan Utama
Demam sejak 14 hari yang lalu, demam tinggi hilang timbul, tidak menggigildan
Muntah sejak 2 hari yang lalu berisi sisa makanan, tidak menyemprot, frekuensi
Nafsu makan berkurang sejak 2 hari yang lalu, anak hanya menghabiskan lebih
18
BAB encer 2 hari yang lalu, frekuensi 1 kali, tidak berdarah, tidak berlendir,
Timbul bercak kemerahan pada tubuh sejak 1 hari yang lalu, bercak muncul
Anak sebelumnya dibawa berobat ke bidan 14 hari yang lalu dan diberi
Anak lalu dibawa ke dokter spesialis anaki dan mendapat cefixime, paracetamol
dan obat batuk. Demam hilang, lalu muncul lagi 2 hari yang lalu.
Riwayat persalinan lahir spontan, cukup bulan, ditolong bidan, BBL 3600
Riwayat Makanan
ASI : Diberikan sejak lahir sampai usia 18 bulan
19
MP ASI : Makanan pendamping ASI diberikan sejak usia 6 bulan
Kuantitas : Cukup
Perkembangan fisik:
Berat badan lahir 3600 gram, panjang badan lahir ibu mengaku lupa, berat
6 bulan
Psikomotor:
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 8 bulan
Berjalan : 12 bulan
Bicara : 11 bulan
sesuai usia
Perkembangan Pubertas:
20
2.3. Pemeriksaan Umum
Perkusi : Batas jantung atas RIC 2 kiri, kiri LMCS RIC 5, kanan
LSD
21
Auskultasi : Suara jantung I dan II normal, Suara tambahan (-)
Paru-Paru
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bronkovesikuler
Abdomen
Perkusi : Timpani
Demem Thypoid
2.5. Tatalaksana
22
3. Amoxicillin 3 x 250 mg
4. Paracetamol 3 x 200 mg
23
BAB III
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien anak laki-laki umur 6 tahun di bagian Anak
Dari anamnesis didapatkan anak demam sejak 14 hari yang lalu, demam
tinggi hilang timbul, tidak menggigil dan tidak berkeringat, demam turun setelah
minum obat penurun panas. Batuk sejak seminggu yang lalu, disertai pilek. Sakit
pada perut bagian bawah sejak 1 minggu yang lalu. Muntah sejak 2 hari yang lalu
berisi sisa makanan, tidak menyemprot, frekuensi 1 kali, jumlah lebih kurang 3
sendok makan. Nafsu makan berkurang sejak 2 hari yang lalu, anak hanya
menghabiskan lebih kurang 2 sedok makan. BAB encer 2 hari yang lalu, frekuensi
1 kali, tidak berdarah, tidak berlendir, jumlah lebih kurang gelas. BAK warna
dan jumlah tidak dikeluhkan. Timbul bercak kemerahan pada tubuh sejak 1 hari
yang lalu, bercak muncul awalnya di daerah wajah, kemudian sekarang juga
muncul ditelapak kaki. Sesak tidak ada. Anak sebelumnya dibawa berobat ke
bidan 14 hari yang lalu dan diberi amoxicillin dan paracetamol. Demam hilang
sebentar kemudian muncul lagi. Anak lalu dibawa ke dokter spesialis anaki dan
mendapat cefixime, paracetamol dan obat batuk. Demam hilang, lalu muncul lagi
2 hari yang lalu. Demam, batuk, BAB encer, muntah yang terjadi sesuai dengan
gejala campak juga demam tifoid belum dapat disingkirkan.
Dari pemeriksaan fisik, masalah yang ditemukan seperti : Pada
pemeriksaan kulit didapatkan papul eritem di wajah dan kaki. Pada pemeriksaan
mulut didapatkan koplik spot (+) dengan tonsil T1-T2 hiperemis faring hipermis.
Pada pemeriksaan paru, didapatkan adanya ronkhi pada paru kanan. Pada
pemeriksaan abdomen, didapatkan nyeri tekan pada abdomen. Hal ini menunjang
untuk diagnosis campak, keluhan gastrointestinal yang dicurigai dengan demam
perbaikan cepat terjadi. Juga diberikan KAEN 1B 18 tpm makro yang bertujuan
untuk mengatasi kekurangan cairan yang terjadi pada pasien campak dengan