Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh
M.Guntur.Pratama
(5143331010)
1
KATA PENGANTAR
Maha Esa atas selesainya penulisan Critical Book Report Ilmu Sosial Budaya
Dasar. Critical Book Report ini saya buat berdasarkan buku milik I Gusti Ayu
Armini/Raj. Riana Dyah Prawitasari/ I Gusti AYU Agung Sumarheni, yang saya
miliki dan dari situs-situs yang berhubungan dengan mata kuliah ini serta dari
Sosial Budaya Dasar khusunya yang tengah membimbing saya pada mata kuliah ini.
Saya berharap Semoga Critical Book Report singkat ini nantinya bermanfaat bagi
dan demi perbaikan hasil Critical Book Report singkat ini, saya memerlukan kritik
beserta saran dari para pembaca sekalian agar kelak mendapat masukan yang lebih
baik untuk kedepannya, akhir kata kami haturkan terima kasih, wabbillahi
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
1. BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
2. BAB II SEPUTAR KECAMATAN PRAYA TIMUR...................................................
3. BAB III DESKRIPSI PERISEAN PENDAHULUAN.................................................
4. BAB IV FUNGSI DAN MAKNA PERISEAN............................................................
5. BAB V PENUTUP......................................................................................................
BAB IV PENUTUP...................................................................................................
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................
4.2 Saran...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Identitas Buku :
Halaman : xi + 121
Penerbit : Ombak
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2013
ISBN : 978-602-258-113-0
4
BAB II
1. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
suku sasak ini memiliki corak budaya khas. Salah satunya adalah perisean yang
B. Tinjauan Teori
Kajian buku ini mengacu pada dua teori yaitu, 1) teori structural yang
dikemukakan oleh Robert K. Merton dan 2) teori makna yang dikemukakan oleh
A. Batas Wilayah
selatan : Samudra Indonesia, sebelah barat : Kecamatan Praya Tengah dan Pujut.
B. Iklim
tandai oleh musim kemarau yang relatif lebih panjang. Musim hujan terjadi hampir
5
C. Keadaan Penduduk
sebanyak 63.285 jiwa yang terdiri dari 30.172 jiwa penduduk laki-laki dan 33.113
D. Pertanian
Usaha di sektor pertanian di Kecamatan Praya Timur kurang optimal. Hal ini
tidak lepas dari posisi geografis Kecamatan Praya Timur yang berbatasan dengan
wilayah pantai yang menyebabkan curah hujan yang relative rendah, serta sumber air
Dari keseluruhan penduduk hampir 90% orang Sasak beragama Islam. Agama
kedua terbesar yang dianut di pulau ini adalah agama Hindu, yang dipeluk oleh para
penduduk keturunan Bali yang berjumlah sekitar 10% dari seluruh populasi di sana.
Di samping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penduduk Pulau
Lombok (terutama suku Sasak), menggunakan bahasa Sasak (bahasa asli) sebagai
bahasa utama dalam pecakapan sehari-hari. Di seluruh Lombok sendiri Bahas Sasak
dapat dijumpai dalam empat macam dialek yang berbeda yakni dialek Lombok
6
G. Transportasi dan Komunikasi
perekonomian adalah kendaraan roda empat mengingat sarana jalan sudah cukup
baik. Disamping itu kendaraan tidak bermotor seperti cidomo masih tetap digunakan
TV dan radio.
H. Adat-istiadat
Pelaksanaan acara adat susuk Sasak dapat disaksikan pada saaat resepsi
perkawinan ketika perempuan mau dinikahkan dengan seorang laki-laki, acara yang
berasal dari kata per-isi-an secara filosofis mengandung makna mengisi ilmu
kebatinan atau ilmu spiritual, ilmu kesaktian, dan ilmu bela diri khususnya bagi anak
laki-laki untuk mencari jati diri mencapai kedewasaan menjadi laki-laki sejati.
bahwa latar belakang sejarah perisean dimulai dari legenda pertarungan sampai mati
dua orang laki-laki yang merupakan tunangan dari Putri Mandalika karena
7
3 Proses Perisean
Proses dalam acara perisean dibedakan menjadi tiga tahap yaitu tahap
B Bentuk Perisean
1 Pemain yang Terlibat dalam Pertunjukan Perisean
Didalam perisean ada pemain yang bertanding yang disebut pepadu. Jalannya
pertunjukan dikendalikan oleh dua pakembar yakni pakembar tengaq (sebagai wasit)
Pertunjukan diadakan dengan sistem lima ronde, dengan uji coba waktu awal 2
1
menit selang waktu istiahat 2 menit. Pemenang dalam perisean ditentukan
dengan dua cara yaitu pertama, ketika kepala atau anggota badan salah satu petarung
mengeluarkan darah, maka pertarungan dianggap selesai dan pihak yang menang
adalah tidak mengeluarkan darah. Kedua, jika petarung sama-sama mampu bertahan
Dalam pertunjukan perisean, penggunaan busana adat juga sangat dijaga dan
a Sapuq (ikat kepala). Ada tiga jenis yaitu 1) Sapuq tunggal alit; 2) Sapuq
atau tamper pelung (kain panjang didominasi warna biru tua, dengan garis-
8
garis kecil berwarna putih); 2) tamper bong atau tamper beaq (kain
Alat musik berfungsi untuk menggugah semangat bertanding para pepadu. Alat
Pada masa kini perisean berfungsi sebagai ajang sosialisasi nilai-nilai- budaya
dan mohon hujan, tampak jelas ketika kepala pepadu luka berdarah dan penonton
B Makna Perisean
Dalam pertarungan perisean, harus sportif dan tidak boleh menyimpan dendam
sampai ke luar arena pertandingan. Mereka harus menerima kekalahan sesuai aturan
2. Makna Kedisplinan
apakah mereka sudah berisi atau belum, jika merasa belum berisi mereka berupaya
melakukan olah batin dan latihan fisik dengan penuh kedisplinan untuk mencapai
3. Makna Estetika
4. Makna Prestise
Makna ini nampak pada sosok seseorang pepadu yang sering menang sebagai
juara dalam berbagai ajang lomba perisean. Ia dianggap sebagai jagoan, pemberani,
5. BAB V PENUTUP
Perisean adalah warisan budaya dari suku Sasak yang ada di Pulau Lombok.
Perisean ini diharapkan dapat dipatenkan menjadi milik orang Sasak, supaya jangan
terulang klaim negara lain, menjadi kebanggan orang Sasak dan Pulau Lombok dapat
semakin terkenal.
10
Perisean ini juga diharapkan dapat menjadi pelajaran yang dimasukkan dalam
11
BAB III
paparkan mengenau seputar kecamatan Praya Timur yang pada Bab ini
geografis, iklim, Agama, hingga Adat istiadat, lalu kemudian pada Bab 3 di
deskripsikan mengenai Perisean, mulai dari pengertian apa itu Perisean, Asal-
kemudian pada Bab 4 di jelaskanlah fungsi dan makna dari proses tarung
kegiatan proses perisean, di Bab ini juga di paparkan fungsi dari perisean untuk
sosoial dan rekreasi, kemudian berlanjut ke Bab 5 seluruh isi buku di ringkas
Gusti Ayu Armani, dkk. ini memberikan pengetahuan tentang budaya asli
Indonesia yang ada di Pulau Lombok oleh suku Sasak yang jarang di ketahui
Buku ini lebih menarik karena adanya foto-foto dari ahap mewawancarai nara
12
3.2 Kelemahan Buku
Setelah saya baca dan saya pelajari, kelemahan dari buku ini terletak pada kata
kata yang belum diartikan , pada buku ini, kata kata itu dicetak dengan tulisan
miring, sehingga saya sedikit kesulitan untuk memahami isi buku ini, untuk
kelemahan isi kajian buku, saya sebagai pe-review tidak dapat banyak menilai,
karena kurang nya ilmu saya dalam budaya perisean ini, karena saya juga baru
mendengar adanya budaya ini, mungkin dalam bagian kelemahan buku, saya hanya
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang ada pada bab-bab di buku ini maka dapat
prasean atau perisean berasal dari kata per-isi-an secara filosofis mengandung
makna mngisi ilmu kebatinan aau ilmu spiritual, ilmu kesaktian dan ilmu bela diri
upacara memohon hujan. Selain itu, Perisean juga sebagai permainan atau hiburan
mana nilai-nilai sportivitas, keperwiraan, dan ketampilan dalam membela diri yang
4.2 Saran
kekurangan di sana sini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
14
DAFTAR PUSTAKA
I Gusti Ayu Armini, dkk. 2013. Perisean Di Lombok Nusa Tenggara Barat.
15