Вы находитесь на странице: 1из 41

Brownfield

Brownfield adalah lahan yang sebelumnya digunakan oleh kegiatan industri atau pabrik
maupun komersial dan meninggalkan bekas-bekas kegiatan berupa limbah sehingga tanah
terkontaminasi oleh bahan-bahan berbahaya. Hal ini kemudian menjadi faktor yang menghalangi
investor untuk berinvestasi. Perlu dilakukan standar keamanan untuk pembersihan dengan biaya
yang tidak sedikit.

Bioremediasi
Pionir proses pembuangan secara alami

Bioremediasi adalah metode yang terbukti aman serta efektif untuk mengelola tanah yang
terkontaminasi minyak mentah dan minyak lainnya dari sisa pengolahan industri dengan
menggunakan mikro organisme. Melalui siklus selama tiga hingga enam bulan, kandungan
minyak secara perlahan dikonsumsi oleh mikroba dan mengubahnya menjadi air dan gas yang
tidak berbahaya. Proses ini mengembalikan kandungan tanah secara alami.

Bioremediasi merupakan pengembangan praktik global yang telah diterapkan dalam berbagai
industri, seperti fasilitas petrokimia dan perkapalan dan rel kereta api. Praktik ini telah disetujui
oleh berbagai lembaga pemerintahan di seluruh dunia.

Bioremediasi di Indonesia

PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang bermitra dengan Kementerian Lingkungan Hidup
Indonesia, lembaga-lembaga pemerintah dan para pakar lingkungan hidup merupakan pionir
dalam penggunaan metode bioremediasi di Indonesia sebagai teknik remediasi tanah yang efektif
dan ramah lingkungan. Kami telah bekerja sama untuk merancang, menerapkan dan mengawasi
program bioremediasi yang sukses, yang membantu CPI dan Pemerintah Indonesia memenuhi
target produksi minyak nasional secara ramah lingkungan dan bertanggung jawab.

CPI saat ini mengoperasikan sembilan fasilitas bioremediasi di operasi kami di Provinsi Riau,
Sumatera, yang mencakup area seluas lebih dari 10 hektar, dengan kapasitas gabungan yang
mampu meremediasi sekitar 42.000 meter kubik tanah setiap siklusnya.
Sejak tahun 2003, menggunakan teknologi bioremediasi, kami telah sukses meremediasi lebih
dari setengah juta meter kubik tanah, setara dengan besaran 200 kolam renang ukuran
Olimpiade. Enam puluh hektar tanah yang sudah dibersihkan telah digunakan untuk penghijauan
kembali di Provinsi Riau, luas yang setara dengan 75 lapangan bola.

Pada tahun 2011, operasi CPI menerima peringkat Biru pada Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan (PROPER) dari Kementerian Lingkungan Hidup, bentuk pengakuan atas
kepatuhan perusahaan dengan standar manajemen lingkungan. Keberhasilan program
bioremediasi turut berkontribusi dalam peraihan pengakuan ini.

Tingkat kerusakan lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang menentukan tinggi
rendahnya risiko bencana di suatu kawasan, terutama di negera-negara kepulauan seperti
Indonesia. World Risk Report mencatat sepanjang 2002 hingga 2011, telah terjadi 4.130 bencana
di seluruh dunia yang mengakibatkan lebih dari 1 juta meninggal dunia dan kerugian material
mencapai US$1,195 triliun. Laporan Risiko Dunia ini juga membuat World Risk Index (Indeks
Risiko Dunia) yang memeringkatkan 173 negara berdasarkan risiko menjadi korban bencana
sebagai akibat dari bencana alam. Hal ini menunjukkan bahwa makhluk hidup khususnya
merupakan pihak yang selalu memanfaatkan lingkungan hidupnya, baik dalam hal respirasi,
pemenuhan kebutuhan pangan, papan dan lain-lain. Dan, manusia sebagai makhluk yang paling
unggul di dalam ekosistemnya, memiliki daya dalam mengkreasi dan mengkonsumsi berbagai
sumber-sumber daya alam bagi kebutuhan hidupnya. Kerusakan lingkungan yang terjadi juga di
dominasi dengan sampah- sampah yang tidak sepenuhnya dapat diolah oleh masyarakat
Indonesia. Untuk itu perlu adanya kesadaran dari masyarakat untuk mencegah peningkatan
kerusakan lingkungan ini. Penerapan sistem 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle) menjadi salah satu
solusi dalam menjaga lingkungan di sekitar kita yang murah dan mudah untuk dilakukan di
samping mengolah sampah menjadi kompos atau meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik
(Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Selain itu, penerapan 3R ini juga dapat dilakukan oleh
setiap orang dalam kegiatan sehari-hari. 3R terdiri dari Reuse, Reduce, dan Recycle. Reuse
berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama
ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.
Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru
yang bermanfaat. A.Reduce Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa
merusak lingkungan. Reduce juga berarti mengurangi belanja barang-barang yang anda tidak
terlalu butuhkan seperti baju baru, aksesoris tambahan atau apa pun yang intinya adalah
pengurangan kebutuhan. Kurangi juga penggunaan kertas tissue dengan sapu tangan, kurangi
penggunaan kertas di kantor dengan print preview sebelum mencetak agar tidak salah, baca
koran online, dan lainnya. Contoh kegiatan reduce sehari-hari: 1.Memilih produk dengan
kemasan yang dapat didaur ulang. 2.Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan
sampah dalam jumlah besar. 3.Menggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat
tulis yang bisa diisi ulang kembali). 4.Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai.
5.Menggunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat B.Reuse Reuse sendiri berarti
pemakaian kembali seperti contohnya memberikan baju-baju bekas anda ke yatim piatu. Tapi
yang paling dekat adalah memberikan baju yang kekecilan pada adik atau saudara anda, selain
itu baju-baju bayi yang hanya beberapa bulan dipakai masih bagus dan bisa diberikan pada
saudara yang membutuhkan. Contoh kegiatan reuse sehari-hari: 1.Memilih wadah, kantong atau
benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya, menggunakan sapu
tangan dari pada menggunakan tissu, menggunakan tas belanja dari kain dari pada menggunakan
kantong plastik. Menggunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis
kembali. Menggunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis. C.Recycle Recycle adalah
mendaur ulang barang. Paling mudah adalah mendaur ulang sampah organik di rumah anda,
menggunakan bekas botol plastik air minum atau apapun sebagai pot tanaman, sampai mendaur
ulang kertas bekas untuk menjadi kertas kembali. Daur ulang secara besar-besaran belum
menjadi kebiasaan di Indonesia. Tempat sampah yang membedakan antara organik dan non-
organik saja tidak jalan. Malah akhirnya lebih banyak gerilyawan lingkungan yang melakukan
daur ulang secara kreatif dan menularkannya pada banyak orang dibandingkan pemerintah.
Contoh kegiatan recycle sehari-hari: 1.Memilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang
dan mudah terurai. Mengolah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali. Melakukan
pengolahan sampah organik menjadi kompos. Lakukan pengolahan sampah non organik menjadi
barang yang bermanfaat dan bahkan memiliki nilai jual. Tingkat kerusakan lingkungan menjadi
salah satu faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya risiko bencana di suatu kawasan,
terutama di negera-negara kepulauan seperti Indonesia. World Risk Report mencatat sepanjang
2002 hingga 2011, telah terjadi 4.130 bencana di seluruh dunia yang mengakibatkan lebih dari 1
juta meninggal dunia dan kerugian material mencapai US$1,195 triliun. Laporan Risiko Dunia
ini juga membuat World Risk Index (Indeks Risiko Dunia) yang

memeringkatkan 173 negara berdasarkan risiko menjadi korban bencana sebagai akibat dari
bencana alam. Hal ini menunjukkan bahwa makhluk hidup khususnya merupakan pihak yang
selalu memanfaatkan lingkungan hidupnya, baik dalam hal respirasi, pemenuhan kebutuhan
pangan, papan dan lain-lain. Dan, manusia sebagai makhluk yang paling unggul di dalam
ekosistemnya, memiliki daya dalam mengkreasi dan mengkonsumsi berbagai sumber-sumber
daya alam bagi kebutuhan hidupnya. Kerusakan lingkungan yang terjadi juga di dominasi
dengan sampah- sampah yang tidak sepenuhnya dapat diolah oleh masyarakat Indonesia. Untuk
itu perlu adanya kesadaran dari masyarakat untuk mencegah peningkatan kerusakan lingkungan
ini. Penerapan sistem 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle) menjadi salah satu solusi dalam menjaga
lingkungan di sekitar kita yang murah dan mudah untuk dilakukan di samping mengolah sampah
menjadi kompos atau meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik (Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah). Selain itu, penerapan 3R ini juga dapat dilakukan oleh setiap orang dalam kegiatan
sehari-hari. 3R terdiri dari Reuse, Reduce, dan Recycle. Reuse berarti menggunakan kembali
sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce
berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti mengolah
kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. A.Reduce
Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan.
Reduce juga berarti mengurangi belanja barang-barang yang anda tidak terlalu butuhkan
seperti baju baru, aksesoris tambahan atau apa pun yang intinya adalah pengurangan kebutuhan.
Kurangi juga penggunaan kertas tissue dengan sapu tangan, kurangi penggunaan kertas di kantor
dengan print preview sebelum mencetak agar tidak salah, baca koran online, dan lainnya. Contoh
kegiatan reduce sehari-hari: 1.Memilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
2.Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
3.Menggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang
kembali). 4.Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai. 5.Menggunakan email (surat
elektronik) untuk berkirim surat B.Reuse Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti
contohnya memberikan baju-baju bekas anda ke yatim piatu. Tapi yang paling dekat adalah
memberikan baju yang kekecilan pada adik atau saudara anda, selain itu baju-baju bayi yang
hanya beberapa bulan dipakai masih bagus dan bisa diberikan pada saudara yang membutuhkan.
Contoh kegiatan reuse sehari-hari: 1.Memilih wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan
beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya, menggunakan sapu tangan dari pada menggunakan
tissu, menggunakan tas belanja dari kain dari pada menggunakan kantong plastik. Menggunakan
alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali. Menggunakan sisi kertas
yang masih kosong untuk menulis. C.Recycle Recycle adalah mendaur ulang barang. Paling
mudah adalah mendaur ulang sampah organik di rumah anda, menggunakan bekas botol plastik
air minum atau apapun sebagai pot tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas untuk menjadi
kertas kembali. Daur ulang secara besar-besaran belum menjadi kebiasaan di Indonesia. Tempat
sampah yang membedakan antara organik dan non-organik saja tidak jalan. Malah akhirnya lebih
banyak gerilyawan lingkungan yang melakukan daur ulang secara kreatif dan menularkannya
pada banyak orang dibandingkan pemerintah. Contoh kegiatan recycle sehari-hari: 1.Memilih
produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai. Mengolah sampah kertas
menjadi kertas atau karton kembali. Melakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos.
Lakukan pengolahan sampah non organik menjadi barang yang bermanfaat dan bahkan memiliki
nilai jual.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/annisa.tekkimits/3r-reduce-reuse-
recycle_5528c8b6f17e6143088b45a4

Dampak kadar Cadmium (Cd) dalam tubuh kerang hijau (Perna viridis)

Didaerah tambak muara karang telukT jakarta terhadap kesehatan manusia.

Oleh : Dorce Atdjas

Protein sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, hewan maupun tumbuhan. Protein dibutuhkan dalam penerjemahan kode-
kode genetika khususnya dalam pewarisan sifat-sifat keturunan, proses pembentukan sel-sel baru contohnya dalam
pembentukan sel-sel reproduksi.

Berdasarkan sumbernya, protein dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani
selain didapatkan dari golongan vertebrata (hewan bertulang belakang) banyak juga dijumpai pada golongan invertebrata
( hewan tidak bertulang belakang ), filum Mollusca yaitu hewan lunak.

Pada filum molusca, khususnya kelas Pelecypoda atau Bivalvia jenis Perna viridis merupakan jenis kerang
yang banyak dicari orang karna selain sumber protein yang tinggi Perna viridis kerap dijadikan kudapan kuliner yang
menggoda selera yang bukan hanya menjadi komoditi ekspor dalam negeri tapi juga keluar negeri.

Namun selama beberapa tahun terakhir ini, jumlah ekspor keluar negeri makin berkurang malahan dilarang
untuk diekspor karna bagi dunia internasional kerang hijau dari indonesia sudah banyak yang terkontaminasi dengan
logam-logam berat yang dapat berakibat membahayakan kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Salah satu jenis logam
berat yang sangat membahayakan kesehatan manusia adalah Cadmium (Cd) selain tembaga (Cu), timbal (Pb) maupun jenis
yang lainnya.
Logam berat seperti Cadmium dapat terakumulasi dalam tubuh manusia yaitu lewat makanan maupun
minuman yang terkontaminasi, untuk itu untuk mengetahui kadar Cadmium dalam tubuh perlu dilakukan pengukuran
kadar cadmium dalam makanan maupun lewat feses.

Cadmium dapat melebur pada suhu 321 0C dan larutnya lambat dalam asam encer dengan melepaskan
Hidrogen sedangkan suhu air laut berkisar antara -2 sampai 30 0 sehingga sangat berpengaruh terhadap peleburan
cadmium. Dengan suhu air laut yang kecil ini menyebabkan cadmium tidak melebur tetapi utuh molekulnya dan tenggelam
sehingga bercampur dengan lumpur yang berada didasar laut.

Kerang hijau memiliki sistem anatomi tubuh yang terkenal sangat kuat dalam menyaring aneka jenis logam-logam berat.
Karna habitatnya didalam lumpur membuat sistem digesti (pencernaan) banyak berhubungan dengan lumpur dan apabila
logam berat ini masuk kedalam tubuh dapat membahayakan kesehatan terlebih khusus hasil pengendapan ini bisa menjadi
racun didalam tubuh manusia. Bila racun ini terserap oleh tulang maka pengendapan didalam tulang dapat berakibat
osteoporosis.

Cadmium yang diabsorbsi oleh tubuh manusia masuk kedalam tubuh melalui makanan dapat dikeluarkan
lewat feses tetapi ada sebagian kecil yang masuk kedalam ginjal dan dikeluarkan oleh urin. Cadmium yang terdapat dalam
ginjal dapat terakumulasi dengan protein yang terdapat didalam ginjal sehingga dapat menyebabkan gangguan pada
aktivitas kerja enzim.

Enzim merupakan biokatalisator yang dapat bekerja bolak-balik dan mempengaruhi reaksi-reaksi kimia seperti proses
metabolisme yang terjadi didalam tubuh. Enzim dapat bekerja pada suhu yang normal (suhu tubuh) sekitar 37 0C dan tidak
dapat bekerja diatas suhu 370 C maupun dibawah yaitu suhu 00C sehingga apabila molekul cadmium masuk kedalam tubuh,
enzim tidak mampu untuk menguraikannya sehingga cadmium tidak dapat larut didalam tubuh jika dilihat dari suhu yang
dibutuhkan untuk melebur adalah 321 0 C tetapi dapat meresap kedalam tulang, organ-organ penting dan vital didalam
tubuh maupun terserap didalam otot.

Keracunan kronis terjadi bila memakan Cadmium (Cd) dalam waktu yang lama. Gejala akan terjadi setelah selang
waktu beberapa lama dan kronis seperti:

keracunan pada nefron ginjal yang dikenal dengan nefrotoksisitas, yaitu gejala proteinuria atau protein
yang terdapat dalam urin, juga suatu keadaan sakit dimana terdapat kandungan glukosa dalam air seni
yang dapat berakibat kencing manis atau diabetes yang dikenal dengan glikosuria, dan aminoasidiuria
atau kandungan asam amino dalam urine disertai dengan penurunan laju filtrasi (penyaringan)
glumerolus ginjal.

Cadmium (Cd) kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler yaitu kegagalan sirkulasi yang ditandai
dengan penurunan tekanan darah maupun tekanan darah yang meningkat (hipertensi). Hal tersebut
terjadi karena tingginya aktifitas jaringan ginjal terhadap cadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu
dijumpai pada kasus keracunan Cadmium (Cd) krosik.

Cadmium dapat menyebabkan keadaan melunaknya tulang yang umumnya diakibatkan kurangnya
vitamin B yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan daya keseimbangan kandungan kalsium dan
fosfat dalam ginjal yang dikenal dengan nama osteomalasea atau penyakit Itai-iatai . Kekurangan
kalsium dapat menyebabkan osteoporosis sehingga

orang tidak dapat berdiri dengan tegak tetapi membungkuk.

Untuk mengukur tingkat konsentrasi kemampuan organisme mengakumulasi bahan kimia (polutan)
dalam tubuhnya yang didefenisikan sebagai perbandingan antara konsentrasi polutan pada lapisan tubuh
organisme, Ct dan konsentrasi bahan kimia pada air dimana organisme tersebut ter-expose, Cw dengan
persamaan

Penimbunan darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah,
metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg
tidak terpakai , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan
darat yg dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis
dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan
menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik
berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas
methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di bandung kandungan gas methan ini
meledak dan melongsorkan gunung sampah)

Pertambangan Liar, Menabur Racun Sosial dan Lingkungan di Indonesia

June 20, 2013 Birchard Kellog, khusus untuk mongabay.com xLingkungan


Hidup

Sebuah lokasi pengolahan tambang liar di Lombok yang berada tak jauh dari Laut Bali. Sisa
pembuanganya meracuni ikan dan terumbu karang.

Di tengah kelebatan hutan tropis di utara Sumatera, seorang pria 28 tahun dengan
celana jeans dan sepatu bot tinggi menarik dalam-dalam rokoknya dan mendongakkan
lampu di helmnya. Sambil berdiri di bawah terpal, dia menyalakan lampu dan bersandar
di pintu masuk sebuah lorong sempit yang dipenuhi dengan papan-papan kayu yang
diambil dari pohon-pohon yang dulu berdiri gagah di sekitarnya. Sang pria menarik
sebuah tali yang menjuntai sepanjang 100 meter ke bawah, dan mulai meluncur ke
dalam lubang tersebut. Selama berjam-jam, Sarial menggunakan pemecah batu dan
mengantungi bebatuan yang diangkat ke atas permukaan oleh penambang lainnya
dengan roda kayu.

Di dalam lorong ini, logam mulia bernama emas digali setiap harinya di hutan lindung
Ulu Masen, Aceh.

Drum-drum besi berputar berjerit-jerit di sekitar pertambangan, masing-masing


menghancurkan sekitar 5 kilogram bebatuan. Apa yang dituangkan oleh para
petambang ini adalah material yang sudah lama dilarang untuk digunakan: merkuri.
Dua sendok teh material berwarna perak, yang diperoleh dari Medan, dimasukkan ke
dalam masing-masing drum. Percampuran ini akan diangkat dalam waktu tiga jam dan
sisa pengolahan akan dibuang ke dalam kolam pembuangan dan dibiarkan mengering.

Ten
da-tenda tempat tinggal para petambang liar di dalam konsesi PT Woyla Aceh MIneral di Ulu Masen
di Aceh. Sekitar 3000 petambang tersebar di beberapa lokasi mengambil kandungan emas di dalam
perut bumi.

Seorang petambang lokal berusia 40-an tahun bernama Bukari, ketika ditanya apakah
dirinya takut terhadap paparan merkuri yang mungkin akan membayakan dirinya, dia
hanya menjawab: Suatu hari mungkin. Namun tetap sepadan hasilnya.
Masyarakat di sekitar Gampong, Aceh tidak menyadari bahwa hutan ini mengandung
emas sampai hadirnya perusahaan pertambangan swasta bernama PT Woyla Aceh
Minerals -salah satu dari 13 konsesi pertambangan yang ada di wilayah ini- memulai
eksplorasi pertambangan sekitar satu dasawarsa silam. Saat mereka menghentikan
operasi mereka beberapa tahun lalu, beberapa penambang lokal mulai memasuki
wilayah ini. Kebanyakan warga lokal dan dilatih oleh ahli-ahli dari pulau Jawa.

Hut
an yang dibuka dan dihancurkan untuk lokasi penambangan di Sumatera.

Kami gembira perusahaan ini pergi, ungkap Bukari. Dengan emas berkualitas baik
yang ada disini, sekitar 200 pekerja yang bekerja secara kolektif di bisa mendapatkan
sekitar 3 miliar rupiah per bulan.

Kini dalam waktu singkat, warga bisa memiliki sepeda motor dan bisa membangun
rumah, ungkap M. Sabi salah seorang tokoh warga. Namun hutannya habis dirusak.

Penebangan hutan tropis oleh para petambang dan pembalak liar telah membuat gajah-
gajah yang tersisa memasuki jalan raya dan pertanian, dan menyebabkan konflik
diantara mereka. Seekor gajah Sumatera, mati sepekan sebelumnya setelah terjerat
kawat.

Saat hujan turun, sisa buangan tambang yang mengandung racun ini mulai meluncur ke
sungai-sungai terdekat dan mengontaminasi air di dalamnya. Dan air sungai itu
mengalir menuju desa lain,Jadi warga desa lainnya tidak akan menyadari hal itu, ucap
seorang pria bernama Sulaiman.
Sal
ah satu kolam pembuangan di Lombok, yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari Laut Bali.

Masalah Nasional
Di seluruh wilayah Indonesia dan dimanapun di belahan dunia ketiga, pertambangan
berskala kecil terus bertambah dalam satu dekade terakhir, seiring dengan melonjaknya
harga emas. Para ahli mengatakan bahwa saat ini ada sekitar 250.000 petambang -dan
sekitar 1 juta orang pekerja lainnya terlibat dalam proses ini, di setiap pulau di negeri
ini. Menurut perkiraan, mereka secara kolektif bisa memproduksi sekitar 60 ton emas
setiap tahun, bandingkan dengan jumlah ekspor emas Indonesia secara resmi yang
berjumlah 100 ton per tahun.

Penggunaan merkuri dalam pertambangan tak berizin ini adalah hal ilegal. Namun
beberapa wilayah di Indoneia kini mengandung kontaminasi merkuri tertinggi di dunia:
mencapai 1000 miligram per kilogram tanah, menurut Chris Anderson seorang pakar
yang melakukan mitigasi masalah ini.

Di Sumbawa, di jajaran selatan kepulauan kecil di Indonesia, drum penggiling bisa


ditemui di setiap perhentian jalan, ungkap Agrawal. Dan di Pulau Buru, di Maluku kini
tengah terjadi demam emas.
Bat
u-batu yang diduga mengandung emas.

Sementara di timur pulau Bali, di Lombok empat drum besar menjulang digunakan
untuk melakukan aktivitas pertambangan tahap kedua yang bisa dengan mudah
dilihat dari jalan menuju resor ramah lingkungan yang baru didirikan. Tas-tas berlumpur
dari mesin pemecah dibawa dan dituangan isinya ke dalam tong untuk kemudian
dicampur dengan sianida dan dibiarkan selama 48 jam. Sisa buangan diaktifkan kembali
dengan karbon. Namun sisa buangan merkuri tidak diserap dengan baik dan masuk ke
dalam pembuangan. Sebuah kolam besar penuh dengan air limbah berwarna merah
kecoklatan berjarak hanya sekitar 5 meter dari kanal yang mengalir menuju terumbu
karang.

Ini adalah bom waktu merkuri-sianida, ungkap Marcello Veiga, seorang konsultan
pertambangan skala kecil yang bekerja untuk PBB selama 30 tahun yang tengah
memeriksa lokasi tambang dengan beberapa reporter. Hal ini mengandung lebih
banyak racun dan tidak hanya merkuri bagi ikan-ikan. Sianida menekan oksigen, dan
ikan-ikan mati akibat terkena sianida Ini adalah sebuah tragedi.

Beras yang dikumpulkan sebagai sampel oleh Anderson dan beberapa rekannya di
sekitar kolam pembuangan mengandung methyl merkuri sebesar 100 bagian per miliar
(part per billion), lima kali lebih tinggi dari kandungan yang dilegalkan di Cina. Dia
menekankan, tidak ada batasan aman bagi beras dan hasil pertanian lainnya.
Lokasi-lokasi penambangan liar di Indonesia. Klik untuk memperbesar peta.

Di Kalimantan, para pekerja mengeluarkan sekitar 100 ton pasir setiap hari untuk
menghasilkan emas, mereka melakukan peledakan tanah dengan selang tekanan tinggi
sampai pasir menjadi bubur. Kemudian mereka memompa keluar campuran ini dan
menysisihkan 10 ton bijih emas per jamnya, cerita Sumali Agriwal, Direktur Teknis dari
Yayasan Tambuhak Sinta, sebuah organisasi pembangunan setempat. Para pekerja
kemudian mencuci konsentrat ini dalam campuran ember dengan merkuri untuk
menghasilkan sebanyak mungkin emas. Sekitar 20 gram merkuri hilang setiap saat, dan
daratan semakin banyak yang rusak.

Hamparan besar hutan tropis yang sebelumnya menjadi rumah bagi orangutan kini
bagaika permukaan bulan. Sekitar tigapuluh toko emas di Kalimantan telah membakar
campuran emas lebih dari satu dekade, dan melepaskan merkuri ke udara selama kurun
waktu tersebut.

Tak Ada Penanganan


Pemerintah Indonesia saat ini telah membentuk satuan kerja untuk mengevaluasi
pertambangan skala kecil, dimana hal ini menjadi masalah yang terus berkembang,
ungkap seorang pakar dari BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) bernama
Abdul Harris.

Namun sejauh ini tak ada lembaga yang melakukan tindakan atau bahkan melakukan
pengawasan terhadap kontaminasi logam berat ini. Dia mencatat bahwa pemerintah
akan memiliki lembaga ini, Indonesia telah berkomitmen untuk menghilangkan
penggunaan merkuri dalam pertambangan di tahun 2018.

Kini, Harris mengatakan bahwa mereka masih menunggu DPR untuk mengesahkan RUU
yang akan memakasa petambang individu atau kelompok kecil untuk melakukan
mendapat izin lokal. Para petambang ini, ungkap Harris lebih lanjut, Harus
diintegrasikan dalam sistem ekonomi.

Jika undang-undang baru ini nanti diberlakukan, para pejabat lokal harus mengecek dan
memeriksa lingkungan sekitar mereka, dan biasanya mereka akan enggan melakukann,
ungkap Harris lebih lanjut.

Alasannya? tentu saja uang. Para pakar industri mengatakan beberapa kepala daerah
seperti bupati, menarik sejumlah uang, baik dari perusahaan tambang swasta maupun
petambang berskala kecil.

Pemerintah pusat, di sisi lain, juga terus meningkatkan proses eksploitasi mineral di
perut bumi.

See
kor harimau Sumatera, terekam kamera tersembunyi di Hutan Batang Toru yang berhimpitan dengan
lokasi konsesi pertambangan mineral milik G-Resources di Sumatera Utara.

Air Berkurang, Kontaminasi Semakin Mengkhawatirkan


Sumatera adalah kunci dalam strategi ini. Perusahaan tambang yang berbasis di Hong
Kong bernama G-Resources yang baru saja memulai pertambangan emas di lahan
seluas 1.640 kilometer persegi di hutan Batang Toru, Sumatera Utara, bertindihan
dengan habitat orangutan dan berbagai spesies langka lainnya.

Di selatan kawasan tambang ini, anak perusahaan dari Sihayo Gold, PT Sorikmas
memiliki pertambangan besar yang mengikis Taman Nasional Batang Gadis. Warga lokal
menuding perusahaan tambang ini menjadi penyebab keringnya mata air, dan
membuat sawah mereka kekurangan air. Sungai yang melewati Banya Panyabungan,
hanya berjarak sekitar 4 meter.
Peta konsesi PT Sorikmas Mining. Kilik untuk memperbesar peta

Setelah perusahaan Sorikmas memberhentikan pekerja-pekerja mereka bulan Juli tahun


lalu, ratusan pemrotes membakar bangunan kantor perusahaan ini. Dan para pekerja
menemukan peta dimana lokasi emas berada dan kini sekitar 2000 petambang
mengambil alih sebuah lembah di ujung konsesi ini.

Perusahaan Sorikmas sendiri tidak menjawab apakah mereka menjadi penyebab


berkurangnya air akibat prosedur tebang habis dan pengeboran di lokasi
pertambangan. Dalam pernyataannya, mereka hanya menekankan mereka tidak
mengizinkan aktivitas penebangan ilegal di dalam konsesi dan memberikan catatan
bahwa pekerja mereka selalu berbeda-beda dari waktu ke waktu tergantung wilayah
tambang mana yang sedang kami kerjakan.

Dengan prosedur tebang habis dan erosi di puncak pegunungan yang dilakukan oleh
petambang kecil dan perusahaan, hujan badai dan tanah longsor di bulan Februari telah
memicu banjir dan tanah longsor. Beberapa bulan sebelumnya, beberapa petambang
mati terjebak sedalam 50 meter setelah lubang tambang mereka runtuh. Sekitar 50
orang tewas menurut penuturan beberapa penduduk lokal.

Bijih meas yang mereka tambang diproses di seratus tempat pengolahan yang tersebar
di kota-kota terdekat. Setelah memuat campuran ini ke dalam ember, para pekerja
menuang sisa limbah tambang bermerkuri ke kolam-kolam kecil yang menuju aliran air.

Banyak penduduk masih berpikir jika mereka melihat siput atau ikan masih hidup maka
airnya sehat, ungkap Kusandi Oldani, dari Walhi Sumatera Utara. Sementara para
penduduk di sekitar desa sudah meyakini bahwa ikan-ikan di sekitar pertambangan
sudah teracuni dan tidak lagi dimakan dalam lima tahun terakhir. Kini jumlah ikan dan
udang juga semakin sedikit.

Saya kangen memasak ikan, ungkap seorang perempuan bernama Noni Hairani.
Kami lebih sering memasak ayam, jika kami sanggup membelinya.

Sementara, anak-anak kecil masih asyik berenang dan bermain air di sungai yang kini
sudah bercampur dengan merkuri dan bakteri, yang jauh lebih berbahaya dan beracun.
Para ahli mengatakan warga desa yang mengonsumsi ikan disini akan mengalami
masalah dengan kecerdasan dan kemungkinan terserang penyakit mental. Merkuri juga
bisa menyebabkan masalah pada ginjal, pernapasan, kehamilan yang bermasalah, dan
bahkan kematian.

Untuk melakukan monitoring kesehatan terhadap para pekerja sendiri juga tidak
mudah, ungkap sa;ah satu anggota dewan penasihat Yayasan Tambuhak Sinta, Rini
Sulaiman, karena mereka adalah pekerja migran dari luar daerah. Mungkin mereka
mungkin sudah tidak di tempat ini saat mereka mati. Dalam sebuah studi yang dirilis
oleh PBB ditemukan kandungan beracun merkuri di masyarakat sekitar pertambangan
dan pria yang bekerja di pertambangan. Para wanitanya, memiliki kandungan merkuri
yang tinggi dalam air susu ibu mereka.

Selama berminggu-minggu, sebagian besar pertambangan di puncak bukit telah


dihentikan lewat kesepakatan antara Sihayo dan para petambang lokal. Di sebuah kedai
kopi seorang pria tua bernama Baginda mengatakan bahwa sebelum ada pertambangan
dia masih sering melihat beruang madu, rusa dan bahkan harimau melintas. Saya
kehilangan mereka, ungkapnya. Saat pekerjaan ini dimulai, satu demi satu satwa
tersebut hilang.

Pada suatu senja, saat asap membumbung ke udara dari sebuah tenda terpal di
punggung bukit, di dinginnya udara di ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut,
hanya suara-suara burung rangkong sesekali terdengar menjerit. Selusin kelelawar
terbang melintas kanopi hutan dan jauh di permukaan sungai tapak-tapak hutan masih
berselimut lumpur. Dan dalam keheningan itu, dua hari sebelumnya, seekor harimau
melintas di jalan lumpur tersebut.

PT Pengolahan Limbah Industri Bekasi, sebagai perusahaan pengangkut,


pengumpul, pemanfaat, pengolah limbah B3 (Platform), sebagai satu-
satunya perusahaan yang dapat mengirimkan hasil proses mixing blending
dengan kategori Hazardous Waste as Material dan Hazardous Waste as Fuel
yang dimanfaatkan di perusahaan semen. Menjalankan kegiatan usaha,
dengan mendukung program pembangunan nasional indonesia dengan
strategi pembangunan yang berkelanjutan, dengan menjalankan program
ramah lingkungan dengan Waste Hierarchi dan taat akan peraturan, untuk
meningkatkan kualitas perlindungan lingkungan dengan cara menjaga
kualitas lingkungan, melalui konsep Zero Waste & 3 R (Reuse, Reduce,
Recycle).

Info lebih lanjut hubungi Marketing


Ridwan (082122519115)http://plib-bekasi.com
Diposkan oleh asphaltmixingplant di 18.33 Tidak ada komentar:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Senin, 16 Mei 2016

Alur Limbah B3
1.1 Deskripsi Kegiatan

PT. Pengolahan Limbah Industri Bekasi adalah, Perusahaan yang bergerak di bidang pengolah dan
Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Industri kecuali radioaktif dan infectious
dengan Zero Waste Concept.

Kami adalah satu-satunya Platform Pengolahan Limbah B3 di Indonesia dimana sesuai dengan peraturan
Pemerintah bahwa Limbah B3 tidak diperkenankan langsung dikirimkan ke End Disposal dan harus
dilakukan treatment terlebih dahulu dengan konsep 3R (Reuse, Reduce dan Recycle) untuk selanjutnya
diolah di Pabrik Semen sesuai dengan ijin yang kami miliki.

PT. PLIB sudah mendapatkan sertifikat ISO 14001:2004 dan ISO 9001:2008 dan PROPER Biru tiga kali
berturut (2011-2012, 2012-2013,2013-2014)

Tahap Pelaksanaan Kegiatan

1. Persiapan Pengangkutan

a. Sumber

Sumber limbah B3 yang diterima oleh PT. PLIB antara lain dari :

o Pabrik-pabrik/industri

o Transporter dan Pengumpul Limbah B3

o Pertambangan

o Pembangkit energi dan lain sebagainya

Sebelum dilakukan pengambilan limbah B3 tersebut, sampel harus diterima oleh PT. PLIB terlebih dahulu
dari penghasil/waste generator untuk dilakukan tes/pengujian nilai kalori. Penerimaan sampel dilakukan
jika sampel tersebut telah sesuai dengan ijin yang dimiliki oleh PT. PLIB dan kesesuian rencana mixing ke
depan. Setelah sampel diketahui nilai kalori dan parameter lainnya maka dilakukan proses pengajuan
harga oleh PT. PLIB kepada pihak waste generator.

b. Pengemasan

Pengemasan yang dilakukan sesuai dengan Kepdal No : Kep-01/Bapedal/09/1995 yang bertujuan untuk
memudahkan pengangkutan serta untuk memastikan agar dalam pengangkutan dan pembongkaran
dapat dilakukan secara aman.

Pengemasan dilakukan sesuai dengan karakteristik dan jenis limbah B3 yang akan diangkut. Untuk
pengemasan minyak pelumas bekas, minyak kotor dan sludge yang mengandung minyak umumnya
dikemas dalam drum. Ada juga limbah sludge yang dikemas menggunakan Box dan Jumbo bag. Untuk
tempat-tempat tertentu (waste generator) yang telah bekerjasama dengan PT. PLIB, PT. PLIB telah
menyediakan tenaga kerja yang khusus disediakan untuk menyiapkan dan menata kemasan agar baik
dan terjaga saat diangkut.
2. Tahap Pengangkutan

Setelah dimasukkan ke dalam kemasan, limbah B3 diangkut menuju PT. PLIB yang berlokasi di Jl.
Mustikasari Kel. Mustikasi Kec. Mustikajaya Kota Bekasi.

Sebelum diangkut, kemasan diberi simbol dan label limbah B3 sesuai keputusan Kepala Bapedal No.
Kep-05/BAPEDAL/09/1995 sistem dokumen limbah B3 (manifest) yang terdiri dari tujuh (7 rangkap
setelah diisi oleh pihak penghasil dan pengangkut limbah, 2 lembar lagi diisi oleh penghasil, 1 lembar
menjadi arsip penghasil, 1 lembar lagi diisi oleh penghasil untuk dikirimkan Ke Kementerian
Negara KLHK. Lima (5) lembar yang tersisa dibawa oleh pengangkut ke pengumpul yaitu PT. PLIB.

Dalam pengangkutan terdapat dua metode, yaitu :

a. Dengan menggunakan mobil bak terbuka atau bak tertutup yang sebelumnya sudah dimasukkan ke
dalam kemasan. Jika bak terbuka, setelah muatan penuh maka ditutup menggunakan terpal.

b. Dengan menggunakan truk tangki apabila berupa cairan (minyak pelumas bekas, minyak kotor dan
sludge yang mengandung minyak cukup besar)

Metode pengangkutan di atas dilakukan dengan melihat jumlah limbah B3 dan jarak tempuh dari
PT. PLIB ke Penghasil limbah B3 tersebut. Pengangkutan limbah B3 diangkut menggunakan alat
transportasi yang layak sesuai kewajiban. Kemasan limbah B3 diangkut ditata satu lapis dibak truk dan
dijaga sedemikian rupa agar drum tidak terlalu bergerak untuk menghindari tergulingnya kemasan/drum
tersebut.

Bagi setiap pengendara alat angkut (sopir) telah diberikan informasi dan dibekali pengetahuan tentang
upaya tanggap darurat yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan serta berkendaraan harus selalu
berhati-hati dan telah dibekali dengan safety driving dan defensive safety and hazard material
transportation.

Setibanya pengangkut di lokasi tempat pengumpulan limbah B3 PT. PLIB, maka terdapat serangkaian
kegiatan yang dilakukan yaitu :

o Pemeriksaan Penerimaan Limbah B3

Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa limbah B3 yang diterima sudah sesuai
dengan manifest dan surat jalan yang dibawa oleh kendaraan pengangkut limbah B3.

Secara umum yang diperiksa antara lain kadar air dan kandungan padatan (basic sediment). Pada tahap
pemeriksaan ini juga akan dilakukan pengecekan terhadap manifest yang dibawa oleh transporter
(pengangkut). Jika barang yang diterima telah sesuai dengan manifest maka PT. PLIB akan mengisi
bagian yang harus dilengkapi oleh penerima limbah.

Kegiatan selama proses berlangsung (dari keberangkatan kendaraan pengangkut ke


penghasil, kepulangan angkutan, pengiriman ke co-procesing sampai proses pengelolaan) semua
dituangkan dalam SOP yang kami miliki.

o Kegiatan Bongkar Muat dan Fasilitas Pengumpulan

Setelah pemeriksaan penerimaan limbah B3 sudah sesuai, maka kendaraan pengangkut masuk ke
jembatan timbang untuk mengetahui berat barang yang diangkut.

Dan selanjutnya dilakukan bongkar muatan di tempat pengumpulan yang dimiliki PT. PLIB yang berlokasi
di Kel. Mustikasari Kec. Mustikajaya Kota Bekasi. Bongkar muat tersebut menggunakan forklift.
Pengumpulan yang dilakukan disesuaikan dengan karakteristik dan jenis limbahnya

Fasilitas pengumpulan yang dimiliki PT. PLIB ini telah memenuhi ketentuan sesuai dengan peraturan
yang berlaku, fasilitas tersebut antara lain:

Bebas banjir dan bangunan beratap

Lantai kedap dengan kemiringan lebih dari 1% menuju bak penampungan ceceran (gambar terlampir)

Berdinding dengan tembok di sekelilingnya (gambar terlampir)

Adanya fasilitas laboratorium dan pre-treatment menggunakan laboratorium independen

3. Tahap Pengolahan

Berbagai kegiatan PT. PLIB dirangkum (baik limbah padat maupun cair) dalam gambar dibawah ini yang
merupakan bagian dari prosedur PT. PLIB. Tahapan awal penanganan limbah B3 adalah dilakukan
penyortiran dan selanjutnya dilakukan proses crushing-Shreddin,treatment, incinerator (tentative), mixing
dan blending.

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Limbah B3


Limbah (dari penghasil limbah) yang diterima oleh PT. PLIB dilakukan pemisahan antara limbah padat
dan limbah cair. Kemudian limbah padat dilakukan penyortiran (pemisahan mix metal) agar metal tidak
merusak mesin. Limbah cair disortir dimana yang masih bisa dimanfaatkan oleh pemanfaat (dengan
syarat mempunyai ijin dari KLH) dipisah melalui proses treatment oli dan yang tidak bisa dimanfaatkan
oleh pemanfaat dilakukan proses koagolasi dimana air hasil koagolasi yang sesuai standard dipakai
untuk siram tanaman dan yang tidak sesuai standard diproses ulang dan sludge dari hasil koagolasi
dikirim ke bagian mixing untuk dijadikan bahan mixing yang kemudian dikirim ke co-processing. Limbah
B3 padat untuk jenis halus seperti majun terkontaminasi dan lainnya dimasukkan ke dalam mesin
crushing dengan melalui conveyor. Limbah B3 padat untuk jenis kasar seperti paint sludge dan lainnya
dimasukkan ke dalam mesin shredder dengan melalui conveyor. Sedangkan prosedur untuk limbah cair
seperti oli bekas mendapatkan perlakuan sebagai berikut :

1. Limbah oli yang sudah disimpan di gudang oli/yang baru datang, dimasukkan dalam bak penampung oli
untuk dilakukan proses pengendapan dengan mendiamkan oli sehingga oli mengalir secara perlahan
(overflow) melalui sekat penyaringan.

2. Kemudian dilakukan pengecekan untuk mengetahui bahwa oli tersebut tidak mengandung air

3. Oli kemudian dimasukkan ke dalam drum dan disimpan digudang oli. Oli kemudian dikirim ke pemanfaat.

4. Tahapan Pengiriman Hasil Proses Limbah B3 (ke End User/Pemanfaat/Co-processing)

a. Limbah B3 Padat

Hasil pengolahan limbah B3 yang sudah masuk kategori AM dan AF selanjutnya dilakukan pengecekan
lab untuk mengetahui nilai kalori dan zat pengotor dan kemudian dibuatkan mixing recipe dan hasil
pengolahan tersebut dimasukkan ke mobil pengangkut untuk dikirim ke co processing seperti
Perusahaan semen yang telah mendapat izin dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) atau pihak lain yang telah memiliki ijin dari KLHK.

b. Limbah B3 Cair

Limbah B3 Cair seperti minyak pelumas bekas, minyak kotor (yang telah diolah) dimanfaatkan oleh PT.
Logam Jaya Abadi ( Jl. Mawar 88 Padurenan Mustikajaya Kota Bekasi) sebagai bahan bakar sesuai izin
yang telah diberikan dari KLHK atau pihak ketiga lainnya yang telah memiliki ijin dari KLHK.

Limbah B3 Cair berupa air coolant dan air terkontaminasi B3 dilakukan proses Koagolasi, hasil dari
koagolasi berupa air sesuai NAB akan dipakai untuk siram tanaman yang sebelumnya ditampung dalam
kolam yang telah diberi ikan. Hal ini untuk memastikan bahwa air hasil koagolasi tersebut layak untuk
siram tanaman. Dan sludge hasil dari koagolasi akan dimixing untuk dikirim ke Co-Processing seperti
perusahaan semen.

5. Sarana / Alat Penunjang Proses

Berbagai peralatan serta utilitas yang menopang kegiatan PT. PLIB, nama alat dan kapasitas/spesifikasi
yang ada dijelaskan pada tabel 5.1 berikut :

Kapasitas/Spesi
Nama Alat Jumlah Keterangan
fikasi

Untuk pengumpulan limbah


BakPenampunga
1 unit 64 ton cair B3, khususnya Air
n1
terkontaminasi Limbah B3

Untuk pengumpulan limbah


Bak Penampung
1 Unit 600 ton cair B3, khususnya oli &
2
solvent

Forklift 6 unit 2,5 ton Merk Nissan & Toyota

Alat transportasi angkut


Mobil
12 unit Truck & wing box limbah baik dari penghasil
pengangkut
mapun ke co-processing

Mesin Shredder Alat pemotong/pengecil


1 unit 6 ton/jam
& Conveyor belt volume max 2 cm

Mesin Crushing Ukuran kasar& Alat pemotong/pengecil


2 unit
& Conveyor belt halus volume max 2 cm

Mesin Elektro Untuk pemisahan air dengan


1 unit Ukuran halus
Koagolasi minyak/coolant
Mesin Used Pemisahan mercury dengan
1 unit 500 kg/jam
Lamp kaca TL & metal

Mesin Press
2 unit 2 ton/jam
Kaleng

Cair : 20 L/jam Membakar limbah yang tidak


Mesin
1 uit Padat : 100 bisa di proses di fasilitas
Incenerator
kg/jam lainnya

info lebih lanjut hubungi marketing

0821 2251 9115


Diposkan oleh asphaltmixingplant di 02.34 Tidak ada komentar:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Alur Limbah B3
1.1 Deskripsi Kegiatan

PT. Pengolahan Limbah Industri Bekasi adalah, Perusahaan yang bergerak di bidang pengolah dan
Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Industri kecuali radioaktif dan infectious
dengan Zero Waste Concept.

Kami adalah satu-satunya Platform Pengolahan Limbah B3 di Indonesia dimana sesuai dengan peraturan
Pemerintah bahwa Limbah B3 tidak diperkenankan langsung dikirimkan ke End Disposal dan harus
dilakukan treatment terlebih dahulu dengan konsep 3R (Reuse, Reduce dan Recycle) untuk selanjutnya
diolah di Pabrik Semen sesuai dengan ijin yang kami miliki.

PT. PLIB sudah mendapatkan sertifikat ISO 14001:2004 dan ISO 9001:2008 dan PROPER Biru tiga kali
berturut (2011-2012, 2012-2013,2013-2014)

Tahap Pelaksanaan Kegiatan

1. Persiapan Pengangkutan

a. Sumber
Sumber limbah B3 yang diterima oleh PT. PLIB antara lain dari :

o Pabrik-pabrik/industri

o Transporter dan Pengumpul Limbah B3

o Pertambangan

o Pembangkit energi dan lain sebagainya

Sebelum dilakukan pengambilan limbah B3 tersebut, sampel harus diterima oleh PT. PLIB terlebih dahulu
dari penghasil/waste generator untuk dilakukan tes/pengujian nilai kalori. Penerimaan sampel dilakukan
jika sampel tersebut telah sesuai dengan ijin yang dimiliki oleh PT. PLIB dan kesesuian rencana mixing ke
depan. Setelah sampel diketahui nilai kalori dan parameter lainnya maka dilakukan proses pengajuan
harga oleh PT. PLIB kepada pihak waste generator.

b. Pengemasan

Pengemasan yang dilakukan sesuai dengan Kepdal No : Kep-01/Bapedal/09/1995 yang bertujuan untuk
memudahkan pengangkutan serta untuk memastikan agar dalam pengangkutan dan pembongkaran
dapat dilakukan secara aman.

Pengemasan dilakukan sesuai dengan karakteristik dan jenis limbah B3 yang akan diangkut. Untuk
pengemasan minyak pelumas bekas, minyak kotor dan sludge yang mengandung minyak umumnya
dikemas dalam drum. Ada juga limbah sludge yang dikemas menggunakan Box dan Jumbo bag. Untuk
tempat-tempat tertentu (waste generator) yang telah bekerjasama dengan PT. PLIB, PT. PLIB telah
menyediakan tenaga kerja yang khusus disediakan untuk menyiapkan dan menata kemasan agar baik
dan terjaga saat diangkut.

2. Tahap Pengangkutan

Setelah dimasukkan ke dalam kemasan, limbah B3 diangkut menuju PT. PLIB yang berlokasi di Jl.
Mustikasari Kel. Mustikasi Kec. Mustikajaya Kota Bekasi.

Sebelum diangkut, kemasan diberi simbol dan label limbah B3 sesuai keputusan Kepala Bapedal No.
Kep-05/BAPEDAL/09/1995 sistem dokumen limbah B3 (manifest) yang terdiri dari tujuh (7 rangkap
setelah diisi oleh pihak penghasil dan pengangkut limbah, 2 lembar lagi diisi oleh penghasil, 1 lembar
menjadi arsip penghasil, 1 lembar lagi diisi oleh penghasil untuk dikirimkan Ke Kementerian
Negara KLHK. Lima (5) lembar yang tersisa dibawa oleh pengangkut ke pengumpul yaitu PT. PLIB.

Dalam pengangkutan terdapat dua metode, yaitu :


a. Dengan menggunakan mobil bak terbuka atau bak tertutup yang sebelumnya sudah dimasukkan ke
dalam kemasan. Jika bak terbuka, setelah muatan penuh maka ditutup menggunakan terpal.

b. Dengan menggunakan truk tangki apabila berupa cairan (minyak pelumas bekas, minyak kotor dan
sludge yang mengandung minyak cukup besar)

Metode pengangkutan di atas dilakukan dengan melihat jumlah limbah B3 dan jarak tempuh dari
PT. PLIB ke Penghasil limbah B3 tersebut. Pengangkutan limbah B3 diangkut menggunakan alat
transportasi yang layak sesuai kewajiban. Kemasan limbah B3 diangkut ditata satu lapis dibak truk dan
dijaga sedemikian rupa agar drum tidak terlalu bergerak untuk menghindari tergulingnya kemasan/drum
tersebut.

Bagi setiap pengendara alat angkut (sopir) telah diberikan informasi dan dibekali pengetahuan tentang
upaya tanggap darurat yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan serta berkendaraan harus selalu
berhati-hati dan telah dibekali dengan safety driving dan defensive safety and hazard material
transportation.

Setibanya pengangkut di lokasi tempat pengumpulan limbah B3 PT. PLIB, maka terdapat serangkaian
kegiatan yang dilakukan yaitu :

o Pemeriksaan Penerimaan Limbah B3

Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa limbah B3 yang diterima sudah sesuai
dengan manifest dan surat jalan yang dibawa oleh kendaraan pengangkut limbah B3.

Secara umum yang diperiksa antara lain kadar air dan kandungan padatan (basic sediment). Pada tahap
pemeriksaan ini juga akan dilakukan pengecekan terhadap manifest yang dibawa oleh transporter
(pengangkut). Jika barang yang diterima telah sesuai dengan manifest maka PT. PLIB akan mengisi
bagian yang harus dilengkapi oleh penerima limbah.

Kegiatan selama proses berlangsung (dari keberangkatan kendaraan pengangkut ke


penghasil, kepulangan angkutan, pengiriman ke co-procesing sampai proses pengelolaan) semua
dituangkan dalam SOP yang kami miliki.

o Kegiatan Bongkar Muat dan Fasilitas Pengumpulan

Setelah pemeriksaan penerimaan limbah B3 sudah sesuai, maka kendaraan pengangkut masuk ke
jembatan timbang untuk mengetahui berat barang yang diangkut.
Dan selanjutnya dilakukan bongkar muatan di tempat pengumpulan yang dimiliki PT. PLIB yang berlokasi
di Kel. Mustikasari Kec. Mustikajaya Kota Bekasi. Bongkar muat tersebut menggunakan forklift.
Pengumpulan yang dilakukan disesuaikan dengan karakteristik dan jenis limbahnya

Fasilitas pengumpulan yang dimiliki PT. PLIB ini telah memenuhi ketentuan sesuai dengan peraturan
yang berlaku, fasilitas tersebut antara lain:

Bebas banjir dan bangunan beratap

Lantai kedap dengan kemiringan lebih dari 1% menuju bak penampungan ceceran (gambar terlampir)

Berdinding dengan tembok di sekelilingnya (gambar terlampir)

Adanya fasilitas laboratorium dan pre-treatment menggunakan laboratorium independen

3. Tahap Pengolahan

Berbagai kegiatan PT. PLIB dirangkum (baik limbah padat maupun cair) dalam gambar dibawah ini yang
merupakan bagian dari prosedur PT. PLIB. Tahapan awal penanganan limbah B3 adalah dilakukan
penyortiran dan selanjutnya dilakukan proses crushing-Shreddin,treatment, incinerator (tentative), mixing
dan blending.

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Limbah B3

Limbah (dari penghasil limbah) yang diterima oleh PT. PLIB dilakukan pemisahan antara limbah padat
dan limbah cair. Kemudian limbah padat dilakukan penyortiran (pemisahan mix metal) agar metal tidak
merusak mesin. Limbah cair disortir dimana yang masih bisa dimanfaatkan oleh pemanfaat (dengan
syarat mempunyai ijin dari KLH) dipisah melalui proses treatment oli dan yang tidak bisa dimanfaatkan
oleh pemanfaat dilakukan proses koagolasi dimana air hasil koagolasi yang sesuai standard dipakai
untuk siram tanaman dan yang tidak sesuai standard diproses ulang dan sludge dari hasil koagolasi
dikirim ke bagian mixing untuk dijadikan bahan mixing yang kemudian dikirim ke co-processing. Limbah
B3 padat untuk jenis halus seperti majun terkontaminasi dan lainnya dimasukkan ke dalam mesin
crushing dengan melalui conveyor. Limbah B3 padat untuk jenis kasar seperti paint sludge dan lainnya
dimasukkan ke dalam mesin shredder dengan melalui conveyor. Sedangkan prosedur untuk limbah cair
seperti oli bekas mendapatkan perlakuan sebagai berikut :

1. Limbah oli yang sudah disimpan di gudang oli/yang baru datang, dimasukkan dalam bak penampung oli
untuk dilakukan proses pengendapan dengan mendiamkan oli sehingga oli mengalir secara perlahan
(overflow) melalui sekat penyaringan.

2. Kemudian dilakukan pengecekan untuk mengetahui bahwa oli tersebut tidak mengandung air

3. Oli kemudian dimasukkan ke dalam drum dan disimpan digudang oli. Oli kemudian dikirim ke pemanfaat.

4. Tahapan Pengiriman Hasil Proses Limbah B3 (ke End User/Pemanfaat/Co-processing)

a. Limbah B3 Padat

Hasil pengolahan limbah B3 yang sudah masuk kategori AM dan AF selanjutnya dilakukan pengecekan
lab untuk mengetahui nilai kalori dan zat pengotor dan kemudian dibuatkan mixing recipe dan hasil
pengolahan tersebut dimasukkan ke mobil pengangkut untuk dikirim ke co processing seperti
Perusahaan semen yang telah mendapat izin dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) atau pihak lain yang telah memiliki ijin dari KLHK.

b. Limbah B3 Cair

Limbah B3 Cair seperti minyak pelumas bekas, minyak kotor (yang telah diolah) dimanfaatkan oleh PT.
Logam Jaya Abadi ( Jl. Mawar 88 Padurenan Mustikajaya Kota Bekasi) sebagai bahan bakar sesuai izin
yang telah diberikan dari KLHK atau pihak ketiga lainnya yang telah memiliki ijin dari KLHK.

Limbah B3 Cair berupa air coolant dan air terkontaminasi B3 dilakukan proses Koagolasi, hasil dari
koagolasi berupa air sesuai NAB akan dipakai untuk siram tanaman yang sebelumnya ditampung dalam
kolam yang telah diberi ikan. Hal ini untuk memastikan bahwa air hasil koagolasi tersebut layak untuk
siram tanaman. Dan sludge hasil dari koagolasi akan dimixing untuk dikirim ke Co-Processing seperti
perusahaan semen.

5. Sarana / Alat Penunjang Proses

Berbagai peralatan serta utilitas yang menopang kegiatan PT. PLIB, nama alat dan kapasitas/spesifikasi
yang ada dijelaskan pada tabel 5.1 berikut :
Kapasitas/Spesi
Nama Alat Jumlah Keterangan
fikasi

Untuk pengumpulan limbah


BakPenampunga
1 unit 64 ton cair B3, khususnya Air
n1
terkontaminasi Limbah B3

Untuk pengumpulan limbah


Bak Penampung
1 Unit 600 ton cair B3, khususnya oli &
2
solvent

Forklift 6 unit 2,5 ton Merk Nissan & Toyota

Alat transportasi angkut


Mobil
12 unit Truck & wing box limbah baik dari penghasil
pengangkut
mapun ke co-processing

Mesin Shredder Alat pemotong/pengecil


1 unit 6 ton/jam
& Conveyor belt volume max 2 cm

Mesin Crushing Ukuran kasar& Alat pemotong/pengecil


2 unit
& Conveyor belt halus volume max 2 cm

Mesin Elektro Untuk pemisahan air dengan


1 unit Ukuran halus
Koagolasi minyak/coolant

Mesin Used Pemisahan mercury dengan


1 unit 500 kg/jam
Lamp kaca TL & metal

Mesin Press
2 unit 2 ton/jam
Kaleng

Cair : 20 L/jam Membakar limbah yang tidak


Mesin
1 uit Padat : 100 bisa di proses di fasilitas
Incenerator
kg/jam lainnya

Diposkan oleh asphaltmixingplant di 02.34 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Alur Pengolhan Limbah B3 PT. PLIB


1.1 Deskripsi Kegiatan

PT. Pengolahan Limbah Industri Bekasi adalah, Perusahaan yang bergerak di bidang pengolah dan
Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Industri kecuali radioaktif dan infectious
dengan Zero Waste Concept.

Kami adalah satu-satunya Platform Pengolahan Limbah B3 di Indonesia dimana sesuai dengan peraturan
Pemerintah bahwa Limbah B3 tidak diperkenankan langsung dikirimkan ke End Disposal dan harus
dilakukan treatment terlebih dahulu dengan konsep 3R (Reuse, Reduce dan Recycle) untuk selanjutnya
diolah di Pabrik Semen sesuai dengan ijin yang kami miliki.

PT. PLIB sudah mendapatkan sertifikat ISO 14001:2004 dan ISO 9001:2008 dan PROPER Biru tiga kali
berturut (2011-2012, 2012-2013,2013-2014)

Tahap Pelaksanaan Kegiatan

1. Persiapan Pengangkutan

a. Sumber

Sumber limbah B3 yang diterima oleh PT. PLIB antara lain dari :

o Pabrik-pabrik/industri

o Transporter dan Pengumpul Limbah B3

o Pertambangan

o Pembangkit energi dan lain sebagainya

Sebelum dilakukan pengambilan limbah B3 tersebut, sampel harus diterima oleh PT. PLIB terlebih dahulu
dari penghasil/waste generator untuk dilakukan tes/pengujian nilai kalori. Penerimaan sampel dilakukan
jika sampel tersebut telah sesuai dengan ijin yang dimiliki oleh PT. PLIB dan kesesuian rencana mixing ke
depan. Setelah sampel diketahui nilai kalori dan parameter lainnya maka dilakukan proses pengajuan
harga oleh PT. PLIB kepada pihak waste generator.

b. Pengemasan

Pengemasan yang dilakukan sesuai dengan Kepdal No : Kep-01/Bapedal/09/1995 yang bertujuan untuk
memudahkan pengangkutan serta untuk memastikan agar dalam pengangkutan dan pembongkaran
dapat dilakukan secara aman.

Pengemasan dilakukan sesuai dengan karakteristik dan jenis limbah B3 yang akan diangkut. Untuk
pengemasan minyak pelumas bekas, minyak kotor dan sludge yang mengandung minyak umumnya
dikemas dalam drum. Ada juga limbah sludge yang dikemas menggunakan Box dan Jumbo bag. Untuk
tempat-tempat tertentu (waste generator) yang telah bekerjasama dengan PT. PLIB, PT. PLIB telah
menyediakan tenaga kerja yang khusus disediakan untuk menyiapkan dan menata kemasan agar baik
dan terjaga saat diangkut.

2. Tahap Pengangkutan

Setelah dimasukkan ke dalam kemasan, limbah B3 diangkut menuju PT. PLIB yang berlokasi di Jl.
Mustikasari Kel. Mustikasi Kec. Mustikajaya Kota Bekasi.

Sebelum diangkut, kemasan diberi simbol dan label limbah B3 sesuai keputusan Kepala Bapedal No.
Kep-05/BAPEDAL/09/1995 sistem dokumen limbah B3 (manifest) yang terdiri dari tujuh (7 rangkap
setelah diisi oleh pihak penghasil dan pengangkut limbah, 2 lembar lagi diisi oleh penghasil, 1 lembar
menjadi arsip penghasil, 1 lembar lagi diisi oleh penghasil untuk dikirimkan Ke Kementerian
Negara KLHK. Lima (5) lembar yang tersisa dibawa oleh pengangkut ke pengumpul yaitu PT. PLIB.

Dalam pengangkutan terdapat dua metode, yaitu :

a. Dengan menggunakan mobil bak terbuka atau bak tertutup yang sebelumnya sudah dimasukkan ke
dalam kemasan. Jika bak terbuka, setelah muatan penuh maka ditutup menggunakan terpal.

b. Dengan menggunakan truk tangki apabila berupa cairan (minyak pelumas bekas, minyak kotor dan
sludge yang mengandung minyak cukup besar)

Metode pengangkutan di atas dilakukan dengan melihat jumlah limbah B3 dan jarak tempuh dari
PT. PLIB ke Penghasil limbah B3 tersebut. Pengangkutan limbah B3 diangkut menggunakan alat
transportasi yang layak sesuai kewajiban. Kemasan limbah B3 diangkut ditata satu lapis dibak truk dan
dijaga sedemikian rupa agar drum tidak terlalu bergerak untuk menghindari tergulingnya kemasan/drum
tersebut.

Bagi setiap pengendara alat angkut (sopir) telah diberikan informasi dan dibekali pengetahuan tentang
upaya tanggap darurat yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan serta berkendaraan harus selalu
berhati-hati dan telah dibekali dengan safety driving dan defensive safety and hazard material
transportation.

Setibanya pengangkut di lokasi tempat pengumpulan limbah B3 PT. PLIB, maka terdapat serangkaian
kegiatan yang dilakukan yaitu :

o Pemeriksaan Penerimaan Limbah B3

Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa limbah B3 yang diterima sudah sesuai dengan
manifest dan surat jalan yang dibawa oleh kendaraan pengangkut limbah B3.

Secara umum yang diperiksa antara lain kadar air dan kandungan padatan (basic sediment). Pada tahap
pemeriksaan ini juga akan dilakukan pengecekan terhadap manifest yang dibawa oleh transporter
(pengangkut). Jika barang yang diterima telah sesuai dengan manifest maka PT. PLIB akan mengisi
bagian yang harus dilengkapi oleh penerima limbah.

Kegiatan selama proses berlangsung (dari keberangkatan kendaraan pengangkut ke penghasil,


kepulangan angkutan, pengiriman ke co-procesing sampai proses pengelolaan) semua dituangkan dalam
SOP yang kami miliki.

o Kegiatan Bongkar Muat dan Fasilitas Pengumpulan

Setelah pemeriksaan penerimaan limbah B3 sudah sesuai, maka kendaraan pengangkut masuk ke
jembatan timbang untuk mengetahui berat barang yang diangkut.

Dan selanjutnya dilakukan bongkar muatan di tempat pengumpulan yang dimiliki PT. PLIB yang berlokasi
di Kel. Mustikasari Kec. Mustikajaya Kota Bekasi. Bongkar muat tersebut menggunakan forklift.
Pengumpulan yang dilakukan disesuaikan dengan karakteristik dan jenis limbahnya

Fasilitas pengumpulan yang dimiliki PT. PLIB ini telah memenuhi ketentuan sesuai dengan peraturan
yang berlaku, fasilitas tersebut antara lain:

Bebas banjir dan bangunan beratap

Lantai kedap dengan kemiringan lebih dari 1% menuju bak penampungan ceceran (gambar terlampir)

Berdinding dengan tembok di sekelilingnya (gambar terlampir)

Adanya fasilitas laboratorium dan pre-treatment menggunakan laboratorium independen

3. Tahap Pengolahan

Berbagai kegiatan PT. PLIB dirangkum (baik limbah padat maupun cair) dalam gambar dibawah ini yang
merupakan bagian dari prosedur PT. PLIB. Tahapan awal penanganan limbah B3 adalah dilakukan
penyortiran dan selanjutnya dilakukan proses crushing-Shreddin,treatment, incinerator (tentative), mixing
dan blending.

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Limbah B3

Limbah (dari penghasil limbah) yang diterima oleh PT. PLIB dilakukan pemisahan antara limbah padat
dan limbah cair. Kemudian limbah padat dilakukan penyortiran (pemisahan mix metal) agar metal tidak
merusak mesin. Limbah cair disortir dimana yang masih bisa dimanfaatkan oleh pemanfaat (dengan
syarat mempunyai ijin dari KLH) dipisah melalui proses treatment oli dan yang tidak bisa dimanfaatkan
oleh pemanfaat dilakukan proses koagolasi dimana air hasil koagolasi yang sesuai standard dipakai
untuk siram tanaman dan yang tidak sesuai standard diproses ulang dan sludge dari hasil koagolasi
dikirim ke bagian mixing untuk dijadikan bahan mixing yang kemudian dikirim ke co-processing. Limbah
B3 padat untuk jenis halus seperti majun terkontaminasi dan lainnya dimasukkan ke dalam mesin
crushing dengan melalui conveyor. Limbah B3 padat untuk jenis kasar seperti paint sludge dan lainnya
dimasukkan ke dalam mesin shredder dengan melalui conveyor. Sedangkan prosedur untuk limbah cair
seperti oli bekas mendapatkan perlakuan sebagai berikut :

1. Limbah oli yang sudah disimpan di gudang oli/yang baru datang, dimasukkan dalam bak penampung oli
untuk dilakukan proses pengendapan dengan mendiamkan oli sehingga oli mengalir secara perlahan
(overflow) melalui sekat penyaringan.

2. Kemudian dilakukan pengecekan untuk mengetahui bahwa oli tersebut tidak mengandung air

3. Oli kemudian dimasukkan ke dalam drum dan disimpan digudang oli. Oli kemudian dikirim ke pemanfaat.

4. Tahapan Pengiriman Hasil Proses Limbah B3 (ke End User/Pemanfaat/Co-processing)

a. Limbah B3 Padat

Hasil pengolahan limbah B3 yang sudah masuk kategori AM dan AF selanjutnya dilakukan pengecekan
lab untuk mengetahui nilai kalori dan zat pengotor dan kemudian dibuatkan mixing recipe dan hasil
pengolahan tersebut dimasukkan ke mobil pengangkut untuk dikirim ke co processing seperti
Perusahaan semen yang telah mendapat izin dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) atau pihak lain yang telah memiliki ijin dari KLHK.

b. Limbah B3 Cair

Limbah B3 Cair seperti minyak pelumas bekas, minyak kotor (yang telah diolah) dimanfaatkan oleh PT.
Logam Jaya Abadi ( Jl. Mawar 88 Padurenan Mustikajaya Kota Bekasi) sebagai bahan bakar sesuai izin
yang telah diberikan dari KLHK atau pihak ketiga lainnya yang telah memiliki ijin dari KLHK.

Limbah B3 Cair berupa air coolant dan air terkontaminasi B3 dilakukan proses Koagolasi, hasil dari
koagolasi berupa air sesuai NAB akan dipakai untuk siram tanaman yang sebelumnya ditampung dalam
kolam yang telah diberi ikan. Hal ini untuk memastikan bahwa air hasil koagolasi tersebut layak untuk
siram tanaman. Dan sludge hasil dari koagolasi akan dimixing untuk dikirim ke Co-Processing seperti
perusahaan semen.

5. Sarana / Alat Penunjang Proses

Berbagai peralatan serta utilitas yang menopang kegiatan PT. PLIB, nama alat dan kapasitas/spesifikasi
yang ada dijelaskan pada tabel 5.1 berikut :
Kapasitas/Spesi
Nama Alat Jumlah Keterangan
fikasi

Untuk pengumpulan limbah


BakPenampunga
1 unit 64 ton cair B3, khususnya Air
n1
terkontaminasi Limbah B3

Untuk pengumpulan limbah


Bak Penampung
1 Unit 600 ton cair B3, khususnya oli &
2
solvent

Forklift 6 unit 2,5 ton Merk Nissan & Toyota

Alat transportasi angkut


Mobil
12 unit Truck & wing box limbah baik dari penghasil
pengangkut
mapun ke co-processing

Mesin Shredder Alat pemotong/pengecil


1 unit 6 ton/jam
& Conveyor belt volume max 2 cm

Mesin Crushing Ukuran kasar& Alat pemotong/pengecil


2 unit
& Conveyor belt halus volume max 2 cm

Mesin Elektro Untuk pemisahan air dengan


1 unit Ukuran halus
Koagolasi minyak/coolant

Mesin Used Pemisahan mercury dengan


1 unit 500 kg/jam
Lamp kaca TL & metal

Mesin Press
2 unit 2 ton/jam
Kaleng

Cair : 20 L/jam Membakar limbah yang tidak


Mesin
1 uit Padat : 100 bisa di proses di fasilitas
Incenerator
kg/jam lainnya

PERTAMBANGAN FREEPORT DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN


Indonesia telah meraih kemerdekaannya sejak 64 tahun silam. Namun sejatinya, bangsa ini belum meraih
kebebasan dalam mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya. Selama puluhan tahun, Indonesia terjebak dalam
sistem pertambangan kapitalis dan mengabaikan amanat konstitusi. Melalui kebijakan-kebijakan yang ada, Indonesia
telah lepas kendali dalam pengelolaan sumberdaya pertambangan yang dimilikinya. Sebenarnya, negara kita adalah
pemilik sumberdaya alam yang sangat kaya. Namun pada saat mengelolanya negara telah dirugikan oleh korporasi-
korporasi swasta dan asing yang dengan leluasa melakukan eksploitasi. Perusahaan-perusahaan tersebut telah
menguasai, mengeksploitasi dan menguras sumberdaya tersebut dengan target produksi sebanyak-banyaknya
dalam waktu secepat-cepatnya.

Beberapa kebijakan yang dikeluarkan justru mendukung penguasaan sumberdaya oleh asing. Misalnya UU
No.25 Tahun 2007 tentang penanaman modal serta Peraturan Presiden No.76 dan 77 Tahun 2007, yang seolah
member jalan mulus bagi korporasi-korporasi asing untuk menguasai perekonomian Indonesia, termasuk
penguasaan sumberdaya pertambangan. Selain itu juga, seperti pada kasus penambangan di hutan lindung yang
semula dilarang, seperti tercantum dalam UU No.41 Tahun 1999, namun oleh pemerintah dibolehkan kembali
dengan menerbitkan Perppu No.1 Tahun 2004. Amanat konstitutsi pasal 33 UUD 1945 menegaskan bahwa Bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Dengan kata lain, pemanfaatan kekayaan alam Negara harus diperuntukkan dan tidak boleh
merugikan rakyat. Termasuk juga didalamnya pengelolaan sumberdaya minyak dan gas bumi (migas),
pertambangan mineral dan batu bara (minerba) sarta pengelolaan sumberdaya air.

PT Freeport Indonesia

Freeport McMoRan Copper and Gold pada awalnya merupakan sebuah perusahaan kecil yang berasal dari
Amerika Serikat yang memiliki nama Freeport Sulphur. Freeport McMoRan didirikan pada tahun 1981
melalui merger antara Freeport Sulphur, yang mendirikan PT Freeport Indonesia dan McMoRan Oil and Gas
Company. Perusahaan minyak ini didirikan oleh Jim Bob Moffet yang menjadi CEO Feeport McMoRan. Sejak
menemukan deposit emas terbesar dan tembaga terbesar nomor tiga di dunia yang terletak di Papua Barat,
perusahaan ini berubah menjadi penambang emas raksasa skala dunia. Total asset yang dimiliki oleh Freeport
hingga akhir tahun 2005 mencapai 3.3 miliar US dollar.

Aktivitas pertambangan Freeport di Papua yang dimulai sejak tahun 1967 hingga saat ini talah berlangsung
selama 42 tahun. Selama ini, kegiatan bisnis dan ekonomi Freeport di Papua, telah mencetak keuntungan finansial
yang sangat besar bagi perusahaan asing tersebut, namun belum memberikan manfaat optimal bagi negara, Papua
dan masyarakat lokal disekitar wilayah pertambangan.
Penandatanganan Kontrak Karya (KK) I pertambangan

antara pemerintah Indonesia dengan Freeport pada 1967, menjadi landasan bagi perusahaan ini mulai melakukan
aktivitas pertambangan. Tak hanya itu, KK I ini juga menjadi dasar penyusunan UU Pertambangan No.11 Tahun 1967
yang disahkan pada Desember 1967 atau delapan bulan berselang setelah penandatanganan KK I. Pada Maret
1973, Freeport memulai pertambangan terbuka di Etsberg, kawasan yang selesai ditambang pada tahun 1980-an
dan menyisakan lubang sedalam 360 meter.
Pada tahun 1988, Freeport mulai mengeruk cadangan raksasa lainnya, Grasberg, yang masih berlangsung
hingga saat ini. Dari eksploitasi kedua wilayah ini, sekitar 7.3 juta ton tembaga dan 724.7 juta ton emas telah dikeruk.
Pada Juli 2005, lubang tambang Grasberg telah mencapai diameter 2.4 kilometer pada daerah seluas 499 hektar
dengan kedalaman 800 m2.

Aktivitas Freeport yang berlangsung dalam kurun waktu lama ini telah menimbulkan berbagai masalah,
terutama dalam hal penerimaan negara yang tidak optimal, peran negara/ BUMN dan BUMD untuk ikut mengelola
tambang yang sangat minim dan dampak lingkungan yang sangat signifikan, berupa rusaknya bentang alam
pegunungan Grasberg dan Ertsberg. Kerusakan lingkungan telah mengubah bentang alam seluas 166 km2 di daerah
aliran sungai Ajkwa.
Kerusakan Lingkungan
Permintaan akan bahan tambang di pasar dunia di masa mendatang tampaknya akan terus meningkat.
Permintaan tembaga, misalnya, terus naik bersamaan dengan meningkatnya perekonomian negara-negara di dunia.
Hal ini dibarengi dengan peningkatan sektor industri, terutama industri yang berkaitan dengan sektor telekomunikasi
dan listrik. Freeport sebagai produsen tembaga tentunya sangat diuntungkan oleh kebutuhan industri ini.

Indonesia melalui produksi Freeport tercatat sebagai sepuluh produsen tembaga terbesar di dunia. Produksi tembaga
Indonesia menunjukan peningkatan, misalnya dari 928.2000 ton pada tahun 1993 hingga 1, 06 juta ton pada tahun 1994 dan
1,52 juta ton pada tahun 1995. Proyeksi harga komoditas tembaga oleh Bank Dunia menunjukan kecenderungan untuk terus
naik. Sementara itu, negara-negara produsen lainnya seperti Amerika dan Canada telah mencapai titik maksimum produksi.

Dengan permintaan dunia yang terus meningkat dapat diartikan bahwa ke depan Freeport memiliki peluang besar
untuk memperoleh keuntungan yang berlipat. Sampai saat ini produksi ketiga jenis barang tambang di Indonesia didominasi oleh
Freeport. Produksi tembaga Freeport meningkat sangat tinggi, misalnya pada tahun 1991 sebesar 50% dan tahun 1995 sebesar
42%. Hal ini dapat terpenuhi karena semakin besarnya wilayah eksploitasi yang diberikan pemerintah. Saat ini produksi tembaga
Indonesia 100% dihasilkan oleh PT Freeport.

Wilayah penambangan PT Freeport saat ini mencakup wilayah seluas 2,6 juta hektar atau sama dengan 6,2% dari
luas Irian Jaya. Padahal, awal beroperasinya PT FI hanya mendapatkan wilayah konsesi seluas 10.908 hektar. Secara garis
besar, wilayah penambangan yang luas itu dapat dianggap dieksploitasi pada 2 periode, yaitu periode Ertsberg (1967-1988) dan
periode Grasberg (1988- sekarang). Potensi bijih logam yang dikelola Freeport awalnya hanya 32 juta ton, sedangkan sampai
tahun 1995 naik menjadi hampir 2 miliar ton atau meningkat lebih dari 58 kali lipat. Data tahun 2005 mengungkap, potensi
Grasberg sekitar 2,822 juta ton metrik bijih.

Freeport selalu mengklaim berkomitmen terhadap pengelolaan lingkungan hidup yang kuat. Meskipun telah
memiliki pengakuan ISO 14001 dan mengklaim memiliki program komprehensif dalam memantau air asam tambang,
Freeport terbukti tidak memiliki pertanggung jawaban lingkungan. Perusahaan ini beroperasi tanpa transparansi dan
tidak memenuhi peraturan lingkungan yang ada. Terlepas dari keharusan untuk menyediakan akses publik terhadap
informasi terkait lingkungan, Freeport belum pernah mengumumkan dokumen-dokumen pentingnya, termasuk Studi
Penilaian Resiko Lingkungan (Environmental Risk Assessment). Freeport juga tidak pernah mengumumkan laporan
audit eksternal independen tiga tahunan sejak 1999, seperti yang disyaratkan Amdal. Dengan demikian perusahaan
melanggar persyaratan izin lingkungan.

Dampak yang dihasilkan secara kasat mata akibat limbah Freeport tidak kalah menakjubkan. Produksi
tailing yang mencapai 220 ribu ton per hari dalam waktu 10 tahun terakhir menghasilkan kerusakan wilayah produktif
berupa hutan, sungai, dan lahan basah (wetland) seluas 120 ribu hektar, Freeport masih akan beroperasi hingga
tahun 2041. Jika tingkat produksinya tetap, maka akan mencapai 225.000 hingga 300.000 ton bijih per hari. Selain
itu, Freeport juga tidak mampu mengolah limbahnya baik limbah batuan (Waste Rock), tailing hingga air asam
tambang (Acid Mine Drainage).

Limbah Batuan (Waste Rock)


Hingga tahun 2005, setidaknya sekitar 2.5 milyar ton limbah batuan Freeport dibuang ke alam. Hal ini
mengakibatkan turunnya daya dukung lingkungan sekitar pertambangan, terbukti longsor berulang kali terjadi
dikawasan tersebut. Bahkan salah satu anggota Panja DPR RI untuk kasus Freeport menemukan fakta bahwa
kecelakaan longsor akibat limbah batuan terjadi rutin setiap tiga tahunan. Batuan limbah ini telah menimbun danau
Wanagon. Sejumlah danau berwarna merah muda, merah dan jingga dikawasan hulu telah hilang, padang rumput
Cartstenz juga didominasi oleh gundukan limbah batuan lainnya yang pada tahun 2014 diperkirakan akan mencapai
ketinggian 270 meter dan menutupi daerah seluas 1.35 km2. Erosi limbah batuantelah mencemari perairan di gunung
dan gundukan limbah batuan yang tidak stabil telah menyebakan sejumlah kecelakaan.

Tailing

Ada dua hal yang membuat


tailing Freeport sangat
berbahaya. Pertama, karena jumlahnya yang sangat massif dan dibuang begitu saja ke lingkungan. Kedua,
kandungan bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam tailing. Freeport mengklaim bahwa tailingnya tidak
beracun karena hanya menggunakan proses pemisahan logam emas dan tembaga secara fisik. Freeport
menyebutnya sebagai proses pengapungan (floatasi), tanpa menggunakan sianida dan merkuri. Hal yang sama juga
dipakai oleh Newmont untuk tambang emasnya di Batu Hijau Sumbawa, NTB. Faktanya, laporan Freeport
menyebutkan mereka menggunakan sejumlah bahan kimia dalam proses pemisahan logam yang bahkan resiko
peracunannya tidak banyak diketahui, bahkan oleh Freeport sendiri. Disamping itu, didalam tailing Freeport masih
terdapat kandungan tembaga yang masih tinggi dan sangat beracun bagi kehidupanaquatic. Uji tingkat racun
(toxicity) dan potensi peresapan biologis (bioavailability) oleh Freeport di daerah yang terkena dampak operasi
tambang membuktikan bahwa sebagian besar tembaga terlarut dalam air sungai terserap oleh tubuh makhluk hidup
dan ditemukan kandungannya pada tingkat beracun. Tembaga terlarut pada kisaran konsentrasi yang ditemukan di
sungai Ajkwa bagian bawah mencapai tingkat racun kronis bagi 30% hingga 75% organism air tawar. Tak hanya
berbahaya karena kandungan logam beratnya, jumlah tailing Freeport yang sangat masif juga memiliki bahaya yang
sama. Hingga tahun 2005 tidak kurang dari 1 milyar ton tailing beracun dibuang Freeport ke sungai Aghawagon-
Otomona-Ajkwa. Padahal cara pembuangan tailing kesungai atau riverine tailing disposalseperti ini telah dilarang
disebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia.

Air Asam Tambang (Acid Mine Drainage)

Batuan tambang Freeport mengandung logam sulfide (metal sulfides). Dimana ketika digali, dihancurkan
dan terkena udara dan air akan menjadi tidak stabil sehingga menghasilkan masalah lingkungan serius. Masalah ini
dikenal sebagai air asam tambang (Acid Mine Drainage). Yang berbahaya karena memiliki tingkat keasaman sangat
tinggi (pH rendah). Limbah batuan tambang Grasberg yang terakumulasi berpotensi membentuk asam. Limbah
batuan ini dibuang ke lingkungan sekitar Grasberg dan menghasilkan AMD dengan tingkat keasaman tinggi hingga
rata-rata pH=3. Kandungan tembaga pada batuan rata-rata 4.500 gram per ton dan eksperimen menunjukkan bahwa
sekitar 80% tembaga ini akan tebuang (leach) dalam beberapa tahun. Bukti menunjukkan pencemaran AMD dengan
tingkat kandungan tembaga sekitar 800 miligram per liter telah meresap ke air tanah di pegunungan. Resiko
pencemaran AMD juga terjadi di dataran rendah di daerah penumpukan tailing. Hal ini terjadi karena Freeport
menetapkan rasio yang sangat rendah dalam penetralan asam (kapur) dibanding potensi maksimum keasaman
hanya (1.3 : 1), bahkan lebih rendah dibanding praktek terbaik industri tambang yang ada. Partikel sulfida yang
menghasilkan asam cenderung mengendap terpisah dari partikel kapur yang lebih ringan yang bertugas menetralisir
asam.

Pelanggaran Hukum Lingkungan

Sebagian besar kehidupan air tawar sepanjang daerah aliran sungai yang dimasuki tailing telah hancur
akibat pencemaran dan perusakan habitat. Freeport telah melanggar PP No.82 Tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Dalam pasal 11 disebutkan bahwa pencemaran air adalah
memasukkan atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya.

Solusi

Tambang Freeport adalah bukti kesalahan pengurusan pada sektor pertambangan di Indonesia dan bukti
tunduknya hukum dan wewenang negara terhadap korporasi. Pemerintah menganggap emas hanya sebatas
komoditas devisa yang kebetulan berada di tanah Papua. Telah sekian lama pemerintah menutup mata terhadap
daya rusak industry pertambangan di tanah Papua. Tak hanya sebatas itu, pemerintah juga tidak pernah mampu
mengontrol perusahaan pertambangan agar lebih bertanggung jawab. Itulah sebab nya pemerintah terus
membiarkan Freeport membuang miliyaran limbahnya ke alam. Meskipun belakangan diketahui bahwa Freeport
belum memiliki izin pembuangan limbah B3. Kementrian Lingkungan Hidup bahkan sudah menemukan sejumlah
bukti pelanggaran ketentuan hukum lingkungan sejak tahun 1997 hingga 2006. Pemerintah juga tidak berani
memaksa Freeport melakukan renegosiasi Kontrak Karya, meskipun banyak pihak mendukung dan berbagai basis
argumentasi telah dimiliki.

Oleh karena itu, ada beberapa solusi dapat dilakukan oleh pemerintah antara lain :melakukan evaluasi
terhadap seluruh aspek pertambangan Freeport terutama aspek pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan,
melakukan perubahan Kontrak Karya Freeport yang lebih menguntungkan bagi negara pada umumnya dan bagi
rakyat Papua pada khususnya, memfasilitasi sebuah konsultasi penuh dengan penduduk asli Papua terutama yang
berada di wilayah operasi Freeport dan pihak berkepentingan lainnya mengenai masa depan pertambangan tersebut
serta memetakan dan mengkaji sejamlah skenario bagi masa depan Freeport, termasuk kemungkinan penutupan,
kapasitas produksi dan pengolahan limbah.
Konsep pembangunan berkelanjutan harus dikedepankan oleh pemerintah, dengan memelihara kelestarian
lingkungan. Maka, pemerintah dapat menghentikan secara sepihak kegiatan korporasi asing yang dapat merusak
lingkungan selama melakukan penambangan sumberdaya alam Indonesia. Perusakan lingkungan oleh asing
merupakan utang lingkungan. Seluruh pajak, royalty dan pembagian keuntungan yang diperoleh Indonesia melalui
korporasi pertambangan asing, niscaya tidak akan dapat membangun kembali lingkungan yang telah rusak total
tersebut. Oleh karena itu, penanganan kasus ini merupakan agenda mendesak yang harus segera diselesaikan oleh
pemerintah.

Si Pembawa Maut

Antimon
Antimon (Sb) sudah dikenal sejak abad ke-17. Terdiri dari dua bentuk, metal padat berwarna perak dan serbuk halus
berwarna abu-abu. Banyak digunakan dalam industri untuk menguatkan metal lainnya. Juga untuk baterai, peluru,
dan pelapis kabel.

Arsenik
Arsenik (As) adalah logam toksik yang terdapat di alam, air, dan batu. Berwarna abu-abu, berbentuk kristal, dan
rapuh. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan kematian dan penyakit lain. Susah di deteksi
karena tidak berbau dan tidak terasa.

Merkuri
Merkuri (Hg) atau air raksa. Sudah digunakan sejak masa Mesir kuno 1.500 tahun sebelum Masehi. Keracunan
merkuri mengakibatkan kerusakan permanen pada otak, sistem saraf, paru-paru, usus, ginjal, dan bahkan kematian.

Alternatif Pengolahan Limbah Logam Berat

Sistem pembuangan limbah padat (tailing) seperti dilakukan PT Newmont Minahasa Raya di Teluk Buyat berisiko
tinggi. Maklumlah, teknologi pembuangan tailing yang disebut submarine tailing disposal (STD) ini menggunakan
prinsip termoklin alias membuang limbah ke dasar laut.

Menurut Hazardous Substance Research Center di St. Louis, Amerika Serikat, ada dua teknologi alternatif untuk
mengolah limbah padat berkandungan merkuri (Hg) dan arsenik (As), yaitu low temperature thermal desorption
(LTTD), atau teknologi phytoremediation.

Low Temperature Thermal Desorption

Material diuraikan pada suhu rendah (< 300 derajat Celsius) dengan pemanasan tidak langsung serta kondisi
tekanan udara lebih kecil dari 1 atmosfer. Material akan lebih mudah diuapkan daripada dalam kondisi tekanan
tinggi. Dengan sistem ini, polutan merkuri dan arsen akan menguap (desorpsi), sedangkan limbah padat yang telah
bersih dari polutan dapat dibuang ke tempat penampungan.

Keunggulan: Proses pengolahan cepat, investasi peralatan murah.


Kelemahan: Daerah buangan terbatas.

Phytoremediation
Menggunakan pohon, rumput, atau tanaman lain sebagai alat pengolah bahan pencemar. Limbah padat atau cair
yang akan diolah ditanami tanaman tertentu yang menyerap, mengumpulkan, mendegradasi bahan-bahan pencemar
dalam limbah.

Keunggulan: Mudah dan murah.

Kelemahan: Perlu waktu lama dan pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman. Limbah di bawah tanah tak
terjangkau. Tanaman kemungkinan beracun.

Вам также может понравиться