Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oeh ;
NURUL FIKRIYAH
(1501090)
S1-IVB
Dosen Pembimbing :
Dr.Emrizal, M.Si, Apt
Obat tradisional dalam kimia bahan alam mengandung senyawa-senyawa yang dikenal
dengan metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang terbentuk
dalam tanaman. Senyawa-senyawa yang tergolong ke dalam kelompok metabolit sekunder ini
antara lain: alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin dan lain-lain. Senyawa metabolit
sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemampuan biokaktifitas
dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan.
DAFTAR ISI
Bab I
Latar Belakang
Rumusan masalah
Bab II
2. 1 Mangga (Mangifera indica L.)
Pembahasan
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera indica l
Menurut Depkes (2007) dalam Rosyidah (2010) bahwa kulit batang mangga mengandung senyawa
alkalod, flavonoid dan tanin. Gonzales (2007) dalam Rosyidah (2010) mengemukakan bahwa ekstrak
kulit batang mangga menunjukan aktifitas antioksidan dan antiinflamasi. Hal senada juga
dikemukakan oleh Ashari (1995) dalam Eka (2010) bahwa tumbuhan mangga sering digunakan
sebagai obat tradisional mulai dari daun, akar, buah, kulit hingga biji, yang mengandung senyawa
alkaloid dan flavonoid. Dari hasil skrinning fitokimia diketahui bahwa di dalam kulit batang Mangga
terdapat senyawa alkaloid dan flavonoid. Alkaloid merupakan salah satu metabolisme sekunder
yang terdapat pada tumbuhan, yang bisa dijumpai pada bagian daun, ranting, biji, dan kulit batang.
Alkaloid mempunyai efek dalam bidang kesehatan berupa pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan
darah, mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat penenang, obat penyakit jantung dan lain-lain lain .
serbuk kulit batang mangga(M. indika L) sebanyak 700 gr diekstraksi dengan cara maserasi diperoleh
maserat sebanyak 3,1 liter yang berwarna merah kecoklatan. Maserat yang diperoleh diuapkan dengan
menggunakan penguap putar vakum (rotary vacuumevaporator) pada suhu 40 oC diperoleh ekstrak
kental metanol berwarna merah kecoklatan sebanyak 26,89 gr. Kemudian di lakukan skrining
fitokimia untuk mengetahui kandungan kimia utamanya. hasil uji fitokimia positif terhadap flavonoid
, alkaloid dan steroid serta negatif terhadap saponin dan terpenoid.
Alkaloid memiliki cincin-A dan cincin-B yang akan berikatan dengan active site pada
COX-2. COX-2 memiliki tiga active site penting yaitu gugus hidrofobik, kanal residu
hidrofilik, dan gugus tepi. Aktivitas penghambatan obat NSAID golongan COX-2
selektif terjadi melalui pengikatan gugus tepi, sedangkan ikatan alkaloid terjadi pada
gugus hidrofobik dan kanal residu hidrofilik. Meskipun berbeda, alkaloid masih dapat
bertindak sebagai agen anti inflamasi yang mungkin berhubungan dengan
penghambatan transkripsi COX-2. Ketika COX-2 dihambat maka prostaglandin yang
bekerja meningkatkan aliran darah ke tempat yang mengalami inflamasi,
meningkatkan permeabilitas kapiler (vasodilatasi) dan merangsang reseptor nyeri
menjadi terganggu, sehingga bengkak (edema) dan nyeri sebagai tanda inflamasi akan
berkurang .
mencegah produksi inducible nitric oxide syntase (iNOS). Kuersetin terbukti memiliki
aktivitas paling poten dalam penghambatan Nuclear Factor-B (NF-B) dan Signal
Transducer and Activator of Transcription 1 (STAT-1) yang merupakan faktor penting
dalam transkripsi iNOS.
Ketika terjadi inflamasi, produk bakteri dan sitokin proinflamator akan menginduksi
inducible nitric oxide syntase (iNOS) yang bisa memproduksi NO (Nitric Oxide)
dalam jumlah besar. Nitric oxide memiliki efek vasodilator .
Mekanisme terakhir alkaloid sebagai anti inflamasi yaitu dengan menghambat enzim
histidin dekarboksilase sehingga sintesis histamin terhambat. Ketika histamin
terhambat maka efeknya terhadap vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan
peningkatan aliran darah dan terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler pada awal
inflamasi akan terganggu .
Tumbuhan pulai (Alstonia scholaris, L.R.Br) merupakan salah satu tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai obat. Hampir seluruh bagian dari tumbuhan pulai mengandung
senyawa alkaloid. Ekstraksi daun pulai bertujuan unutk mengambil senyawa alkaloid yang
telah diketahui sebagai antitoksoplasma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
dan dosis terbaik dari ekstrak alkaloid terhadap daya hidup mencit yang terinfeksi parasit
serta mereduksi Toxoplasma gondii yang nantinya berpotensi sebagai obat antitoksoplasma.
Ekstraksi dilakukan secara maserasi dan ekstraksi asam basa untuk pengambilan senyawa
alkaloid dalam ekstrak etanol. Hasil ekstrak dilakukan Uji antitoksoplasma menggunakan
mencit Balb/C jantan dengan variasi dosis yaitu 25 mg/Kg BB, 50 mg/Kg BB dan 75 mg/Kg
BB mencit dengan melihat parameter daya hidup mencit yang didukung dengan jumlah
takizoit intraperitoneal selama masa terapi 8 hari. Ekstrak kasar alkaloid selanjutnya di uji
fitokimia serta diidentifikasi dengan KLT. Hasil penelitian menunjukan kadar alkaloid dari
ekstrak etanol sebesar 0,37 % dan hasil uji fitokimia menunjukan ekstrak positif mengandung
alkaloid. Ekstrak kasar alkaloid baik pada dosis 25 mg/Kg BB, 50 mg/Kg BB dan 75 mg/Kg
BB dapat memperpanjang daya hidup mencit hingga hari terapi ke-8. Dosis 25 mg/Kg BB
memberikan daya hidup dengan sisa mencit 3 ekor dengan didukung jumlah takizoit
intraperitoneal sebesar 737,5 x 103
Achmad, Sjamsul. 1986. Buku Materi Pokok Kimia Organic Bahan Alam. Jakarta : Dapartemen
Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka
Creswell, Cliford J, Olaf A Runquist, dan Malcolm M. Campbell. 1982.Analisis Spektrum Senyawa
Organik.Bandung : ITB
Day dan Underwood, 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam .Jakarta :Erlangga
Fessenden, Joan S. & Fessenden, Ralph. J.1982.Kimia organik edisi ketiga. Erlangga:
PT.Gelora Aksara Pratama.
Harbone, J.B. 2006. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan
oleh Kosasih Padmawinata K, dan Soediro I., Edisi 4. Bandung : Instut Teknologi Bandung
Silverstein, Bassler, dan Morill 1984. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Edisi ke-4, Jakarta
: Erlangga