Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Selamat datang di Blogger saya! :) Perkenalkan saya Rahayu Wijayanti asal Cilacap,
Sekarang saya sedang melanjutkan study di Akademi Keperawatan Serulingmas Cilacap.
Disusun Oleh :
RAHAYU WIJAYANTI
12.098
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai proses fisikokimia
yang menunjang kehidupan sehari hari. Tubuh selalu berusaha agar segala sesuatu yang ada
didalamnya berada dalam rentang konstan agar tercapai keadaan homeostasis. Seluruh sistem
metabolisme bekerja sama dengan harmonis satu sama lain dalam menjalankan fungsinya
masing masing.
Elektrolit dan cairan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menjaga
keseimbangan ini. Secara kimiawi, elektrolit adalah unsur unsur yang berperan sebagai ion
dalam larutan dan memiliki kapasitas untuk konduksi listrik. Dan keseimbangan elektrolit
merupakan suatu hal yang penting agar sel dan organ dapat berfungsi secara normal.
Elektrolit terdiri atas kation dan anion. Di dalam tubuh ada beberapa kation yang penting
yaitu, natrium, kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan anion yang penting adalah
klorida, bikarbonat, dan fosfat.
Gangguan keseimbangan elektrolit diartikan sebagai suatu keadaan dimana kadar
elektrolit di dalam darah berada dalam rentang nilai yang tidak normal. Bisa melebihi nilai
normal atau dibawah nilai normal. Implikasi dari keadaan ini berpengaruh dalam hal
keseimbangan cairan dan fungsi fungsi organ tubuh lainnya. Berbagai macam hal dapat
menyebabkan ketidakseimbangan ini. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan asupan
serta ekskresi adalah penyebab utamanya. Adanya gangguan dari sistem regulasi yang
berperan, juga memberikan dampak dalam keseimbangan elektrolit.
Dalam praktek klinik sehari hari gangguan elektrolit merupakan kelainan yang
sangat sering dijumpai. Keadaan ini biasanya merupakan bagian manifestasi klinis dari
penyakit dasar yang diderita pasien. Hampir 20 % pasien rawat inap mengalami gangguan
elektrolit, yang disebabkan oleh bermacam hal, sehingga dalam pembiayaanpun menjadi hal
yang diperhitungkan.
Gangguan elektrolit seringkali terdiagnosis saat pasien dirawat di rumah sakit,
terutama pada pasien pasien dengan penyakit kritis. Keadaan ini berhubungan dengan
meningkatnya risiko mortalitas di rumah sakit. Insidensi gangguan elektrolit terbanyak adalah
gangguan kalium dan natrium. Sebanyak lebih dari 21 % pasien di rumah sakit mengalami
hipokalemia dan 15 20 % mengalami hiponatremia. Pasien pasien dengan hiperkalemia
mencapai 1 10 %, sedangkan hipernatremia 0,3 5,5 % dari seluruh pasien yang dirawat.
Hiperkalsemia terjadi pada lebih dari 70 % kasus keganasan. Hipomagnesemia muncul pada
lebih dari 12% pasien, yang terkadang sering diabaikan oleh para klinisi.
Mengingat tingginya angka kejadian gangguan keseimbangan elektrolit dalam praktek
klinik seharihari, terutama gangguan keseimbangan natrium, kalium, kalsium dan
magnesium, maka perlu adanya suatu pemahaman yang lebih baik. Dengan pemahaman ini,
akan memudahkan dalam hal penentuan diagnosis yang cepat dan akurat, sehingga terapi dan
penatalaksanaan dapat diberikan dengan cepat dan akurat pula.
B. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan gangguan
cairan dan elektrolit.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan cairan dan eelektrolit
dari aspek bio, psikososial, dan spiritual.
b. Dapat merumuskan diagnosis keperawatan dan menentukan prioritas masalah pada klein
dengan gangguan cairan dan elektrolit.
c. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan diagnosis keperawatan serta dapat
melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan cairan dan elektrolit.
d. Dapat mengevaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan pada
klien dengan gangguan cairan dan elektrolit.
C. Manfaat
Manfaat dari asuhan keperawatan dengan gangguan cairan dan elektrolit, yaitu :
1. Bagi institusi rumah sakit
Memberikan informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien gangguan
cairan dan elektrolit, sehingga dapat membantu meningkatkan pelayanan rumah sakit.
2. Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah masukan dan merupakan sumber informasi nyata tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan cairan dan elektolit dilahan pratek.
Sehingga dapat mendorong kearah peningkatan kualitas ahli madya keperawatan yang akan
dihasilkan.
3. Bagi institusi keperawatan
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien gangguan cairan dan elektrolit dan pendokumentasiannya,
sehingga pada gilirannya mampu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Kasus
1. Definisi
Cairan merupakan komponen terbesar yang membentuk tubuh; 60% dari berat badan
orang dewasa terdiri atas cairan (Patricia. 2010)
Saat cairan berpindah dari kompartemen tubuh, cairan terdiri atas substansi yang
terkadang disebut mineral atau garam yang dikenal sebagai elektrolit (Christensen dan
kockrow, 2003). Elektrolit merupakan elemen atau campuran yang ketika dilarutkan atau
dicampur dengan air atau cairan pelarut lainnya, dipisahkan menjadi ion yang bermuatan
listrik.
Gangguan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu beresiko mengalami
penurunan, peningkatan atau pemindahan (perpindahan) cepat dari satu kelainan cairan
intravaskuler, interstisial dan intraseluler (Carpenito, 2000).
2. Etiologi
a. Hypervolemia, ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
b. Hipovolemia, ini terjadi dapat disebabkan karena :
1) Penurunan masukan.
2) Kehilangan cairan yang abnormal melalui kulit, gastrointestinal, ginjal abnormal.
3) Pendarahan.
5. Pathway
Cairan dan
Elektrolit
Keseimbangan cairan
Osmoieseptor
Kekurangan Volume
Cairan
7. Komplikasi
Gangguan penurunan kardiac out put.
a. Hypokalemia : Gagal ginjal akut, gangguan sirkulasi ( aritmia, decomp. cordis, hypotensi
orthostatik), Ileus paralitik, kelemahan otot sampai kuadrat plegia.
b. Hyponatremia: Kram otot (kejang), twicing, hemiparese, odema pupil, koma.
c. Perubaan perfusi jaringan perifer.
8. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Menghitung IWL
2) Menghitung tetesan infus
Cara menghitung tetesan infus :
a) Dewasa
Tetesan/menit : Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infus ( jam ) x 3
b) Anak
Tetesan/menit : Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infus ( jam )
b. Medis
1) Terapi cairan IV
2) Pemberian cairan melalui infus
3) Transfusi darah
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
a. Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
b. Kaji manifestasi klinik melalui cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat
terlarut/kepekatannya melebihi cairan tubuh, contohnya:
1) Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,Dextrose 5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl
0,45%.
2) Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang.
3) Timbang berat badan klien setiap hari
4) Monitor vital sign
5) Kaji intake output
c. Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
1) Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
2) Auskultasi bunyi /suara nafas
3) Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
d. Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa Gas Darah,
Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme pernafasan,
abnormalitas nilai darah arteri.
b. Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,ketidak seimbangan
elektrolit.
c. Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
d. Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan dengan anuria, penurunan
kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.
e. Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan.
f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
g. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema.
3. Focus Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit adalah :
a. Defisit Volume Cairan
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah
Defisit Volume Cairan dapat teratasi dengan Kriteria Hasil:
1) Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan berat badan.
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi :
1) Timbang popok/pembalut jika diperlukan
2) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
3) Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortastik), jika diperlukan
4) Monitor hasil lab yangh sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, Osmolalitas urin)
5) Monitor tanda tanda vital (Tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi)
6) Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
7) Kolaborasi pemberian cairan IV
8) Monitor status nutrisi
9) Berikan cairan
10) Berikan biuretik sesuai interuksi
11) Berikan cairan IV pada suhu ruangan
12) Dorong masukan oral
13) Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
14) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
15) Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
16) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
17) Atur kemungkinan transfuse
18) Persiapan untuk transfuse
b. Kelebihan Volume Cairan
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah
Kelebihan Volume Cairan dapat teratasi dengan Kriteria Hasil:
1) Terbebas dari edema, efusi, anaskara
2) Bunyi nafas bersih tidak ada dyspnea/ortopnea
3) Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)
4) Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru output, jaringan dan vital sign dalam
batas normal
5) Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
6) Menjelaskan indicator kelebihan cairan
Intervensi :
1) Timbang popok/pembalut jika diperlukan
2) Pertahankan catatn intake dan output yang akurat
3) Pasang urin kateter jika diperlukan
4) Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
5) Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP dan PCWP
6) Monitor tanda tanda vital (Tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi)
7) Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan
8) Kaji lokasi dan luas edema
9) Monitor masukan makanan/cairan dan intake kalori harian
10) Berikan biuretik sesuai interuksi
11) Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatremi dilusi serum Na < 136 m Eq/1
12) Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
13) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
14) Monitor berat badan
15) Monitor BR, HR dan RR
16) Monitor tekanan darah
17) Monitor tanda dan gejala dari edema
18) Berikan obat yang dapat meningkatkan output urin
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Dilakukan pengkajian selama 30 menit pada tanggal 17 Juli 2013 di Ruang An-Nuur
RSI Fatimah Cilacap. Pengkajian dilakukan oleh saya pada pukul 11:00 WIB saat pada shift
pagi dan dari pengkajian mendapatkan data sebagai berikut.
2. Riwayat Penyakit
Klien mengatakan datang ke Rumah Sakit dengan keluhan BAB lebih dari 4 kali, tiba-tiba
badan menggigil, dan merasa badannya lemas. Klien juga mengatakan nyeri perut serta klien
juga pernah menderita asam lambung, usus melilit dan gejala lever.Namun sebelumnya klien
tidak pernah mengalami sakit diare dan klien mengatakan keluarganya ada yang memiliki
riwayat penyakit liver.
Dengan mengkaji nyeri secara komprehensif yaitu P: pasien mengatakan nyeri bertambah
bila beraktifitas, Q: pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk tusuk, R: pasien mengatakan
nyeri di bagian perut (hampir menyeluruh), S: skala yang dirasakan 3, T: nyeri muncul secara
terus menerus.
Dengan pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Laboratorium. Tindakan yang telah
dilakukan adalah infus RL 20 tpm + ampul antrain, injeksi antrain ampul IV, injeksi
ranitidin, dan injeksi cofetoxim.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan pasien ada nyeri tekan di perut kiri atas, saat
diauskultasi terdengar bising usus sebanyak 15 kali permenit.
3. Pengkajian Fungsional Gordon
Pada pengkajian pola eliminasi didapatkan data bahwa sebelum sakit BAB dan BAK
lancar tetapi selama sakit BAB 4x sehari dan konsistensinya cair dan berlendir serta BAK
tidak lancar, warna kuning keruh dan bau khas. Berat badan pasien 55 kg.
Pada pengkajian pola aktivitas didapatkan data bahwa sebelum sakit semua aktivitas
seperti makan dan minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah
dan ambulasi dilakukan secara mandiri. Tetapi selama sakit semua aktivitas dibantu orang
lain (keluarga dan perawat).
Setelah dilakukan pengkajian pola fungsi kesehatan didapatkan data. Pola istirahat dan
tidur klien mengatakan susah tidur karena suasana pengunjung yang ramai. Pasien biasa tidur
7 jam tetapi saat sakit pasien hanya bisa tidur 4 jam saja. Pola mekanisme koping stress
pasien mengatakan tidak khawatir dan cemas akan sakitnya, namun ketika dilakukan
pengkajian klien sedikit mengetahui sakit yang dideritanya.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Ny.L didapatkan hasil kesadaran umum compos mentis dan TD : 110/70
mmHg, N : 80x/ menit, RR : 24x/ menit, S : 371 C. Di pemeriksaan fisik kepala rambut lurus
kering dan beruban, tidak ada lesi tidak ada benjolan. Mata pasien simetris, conjungtiva
pasien tidak anemis, mata pasien kotor . Hidung pasien tidak ada polip, simetris, tidak ada
secret atau lendir. Telinga pasien simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pada
pendengaran pasien dan bersih. Mulut pasien tidak ada stomatitis dan gigi kuning. Leher
pasien tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Dibagian payudara bentuk simetris, tidak ada benjolan dan lesi. Sedangkan pada
pemeriksaan abdomen didapatkan hasil inspeksi simetris, auskultasi terdapat nyeri tekan di
bagian perut kiri atas, palpasi tidak ada distensi abdomen, perkusi terdapat bising usus
18x/menit. Pada pemeriksaan genitalia tidak ada benjolan, warna sesuai dengan warna kulit
dan tidak terpasang dower cateter. Pada pemeriksaan punggung didapatkan tidak terdapat
lesi, bentuk simetris dan fokal fremitus normal.
5. Program Theraphy
Program theraphy yang diberikan dokter pada tanggal 17 Juli 2013 yaitu:
a. Infus RL 20tpm + ampul antrain
b. Injeksi antrain ampul IV
c. Injeksi ranitidin
d. Injeksi cofetoxim
Intervensi
1) Monitor tekanan darah, suhu, nadi, dan tekanan darah.
Rasional : mengetahui kondisi pasien.
2) Kolaborasi pemberian cairan IV.
Rasional : mempertahankan keseimbangan cairan.
3) Monitor masukkan makanan.
Rasional : memantau kebutuhan nutrisi klien.
4) Dorong keluarga untuk memantau pasien makan.
Rasional : agar kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan baik.
5) Kolaborasi dengan dokter.
Rasional : mempercepat proses penyembuhan.
b. Diagnosa Keperawatan 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah eliminasi
dalam rentang normal. Kriteria Hasil:
Indikator IR ER
1. Tidak mengalami diare 2 5
2. Feses terbentuk 2 5
Intervensi
1) Monitor tanda dan gejala diare.
Rasional : mengetahui kondisi pasien.
2) Observasi turgor kulit secara rutin.
Rasional : mengetahui diare berat atau ringan.
3) Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare.
Rasional : mengurangi frekuensi diare.
4) Intruksikan pasien atau keluarga untuk mencatat warna, konsistensi, dan frekuensi dari feses.
Rasional : mengetahui perkembangan pasien.
5) Lakukan WWZ (warm water zack) bila perlu.
Rasional : WWZ (buli buli) untuk merangsang gerakan peristaltik, pasien yang mengalami
diare akan muncul nyeri pada perut.
c. Diagnosa Keperawatan 3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan tidak ada nyeri.
Kriteria hasil:
Indikator IR ER
2 4
1. Melaporkan adanya nyeri
2 4
2. Frekuensi nyeri
2 4
3. Ekspresi nyeri pada wajah
Intervensi
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
Rasional : mengetahui kondisi pasien.
2) Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
Rasional : seperti menggunakan wwz untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri pada
pasien diare.
3) Berikan analgetik.
Rasional : untuk mengurangi nyeri.
4) Bedrest.
Rasional : meningkatkan sirkulasi.
5) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
Rasional : mengetahui kondisi nyeri pasien.
Indikator IR ER
2. Frekuensi nyeri
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
1. Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 2 hari, penulis akan membahas masalah
keperawatan yang muncul selama pemberian asuhan keperawatan. Pengumpulan data pada
saat pengkajian Pasien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem pencernaan : diare
yang berhubungan dengan kekurangan volume cairan.
2. Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem
pencernaan maupun dengan penyakit sistem lainnya. Riwayat kesehatan tersebut dapat
dikaji dari Pasien atau keluarga sebagai data subyektif.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata yang sesuai dengan teori yaitu :
a. Defisit kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan aktif volume cairan.
2. Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada kasus nyata tetapi ada dikonsep teori yaitu
:
a. Diare berhubungan dengan peradangan
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologi
3. Tidak semua diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata tetapi tidak ada
dikonsep teori.
BAB V
PENUTUP
B. Saran
1. Saran untuk perawat
a. Hendaklah bersabar dalam mengadapi Pasien.
b. Hendaklah dalam memberi asuhan keperawatan itu sama tanpa membedakan status.
c. Hendaklah menghargai mahasiswa praktekan.
2. Saran untuk teman sejawat dan profesi
a. Kerja sama adalah hal yang penting dalam kita memberikan asuhan keperawatan yang
professional dalam mempercepat proses penyembuhan klien.
b. Berkolaborasi akan memaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan.
c. Menambah pengetahuan karena ilmu pengetahuan akan berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, Aziz. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.
Asmadi.2008.Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, Lynda Juall. (2006). Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa I Made Kariasa. Edisi
10.Jakarta : EGC.
Kusuma, Hardhi.2012.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
Media Hardy
NANDA. 2012. Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Media
Hardy
Potter, Anne G. 2010. Fundamental Keperawatan, edisi 7 buku 3. Salemba Medika: Jakarta.
Poskan Komentar
Arsip Blog
2015 (2)
2014 (50)
o Oktober (5)
o Agustus (1)
o Juni (1)
o April (6)
o Maret (5)
o Februari (19)
3 Tipe Depresi
Douching
Syaraf Manusia
o Januari (13)
2013 (10)
Mengenai Saya
Rahayu Wijayanti
Lihat profil lengkapku
Pengikut
Total Tayangan Laman
167960
Ada kesalahan di dalam gadget ini