Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
a) Sejarah Al Barzanji
Al Barzanji erat kaitannya dengan Perayaan Maulid yang ada pada masyarakat
pada umumnya. Perayaan Maulid pada mulanya dirintis oleh Shalahuddin Al-Ayyubi.
Yang sebenarnya Maulid tersebut berperan menghidupkan kembali Maulid yang pernah
ada pada masa Dinasti Fatimiyah. Tujuannya, membangkitkan semangat jihad
(perjuangan) dan ittihad (persatuan) tentara Islam melawan crusaders (Pasukan Salib)
yang saat itu memang memerlukan keteguhan dan keteladanan. Dari itulah muncul
anggapan, Shalahuddin adalah penggagas dan peletak dasar peringatan Maulid Nabi.
Adapun historisitas Al Barzanji berawal dari lomba menulis riwayat dan puji-
pujian kepada Nabi yang diselenggarakan Shalahuddin pada 580 H/1184 M. Dalam
kompetisi itu, karya indah Syekh Ja`far al-Barzanji tampil sebagai yang terbaik. Sejak
itulah Kitab Al-Barzanji mulai disosialisasikan pembacaanya ke seluruh penjuru dunia
oleh salah seorang gubernur Salahudin yakni Abu Sa`id al-Kokburi, Gubernur Irbil, Irak
Di Indonesia, tradisi Berzanji bukan hal baru, terlebih di kalangan Nahdliyyin
(sebutan untuk warga NU). Berzanji tidak hanya dilakukan pada peringatan Maulid
Nabi, namun kerap diselenggarakan pula pada tiap malam Jumat, pada upacara
kelahiran, akikah dan potong rambut, pernikahan, syukuran, dan upacara lainnya.
Bahkan, pada sebagian besar pesantren, Berjanjen telah menjadi kurikulum wajib.
Selain al-Barzanji, terdapat pula kitab-kitab sejenis yang juga bertutur tentang
kehidupan dan kepribadian Nabi. Misalnya, kitab Shimthu al-Durar karya al-Habib Ali
bin Muhammad bin Husain al-Habsyi. Ada pula al-Burdah karya al-Bushiri dan al-
Diba’ karya Abdurrahman al-Diba’iy. Namun, yang masyhur di masyarakat adalah al-
Barzanji dan al-Diba’.
Al Barjanji sendiri merupakan karya tulis berupa puisi yang terbagai atas 2 bagian
yaitu Natsar dan Nazhom. Bagian natsar mencakup 19 sub-bagian yang memuat 355
untaian syair, dengan mengolah bunyi ah pada tiap-tiap rima akhir. Keseluruhnya
merunutkan kisah Nabi Muhammad SAW, mulai saat-saat menjelang Nabi dilahirkan
hingga masa-masa tatkala beliau mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian Nazhom
terdiri dari 16 subbagian berisi 205 untaian syair penghormatan, puji-pujian akan
keteladanan ahlaq mulia Nabi SAW, dengan olahan rima akhir berbunyi nun.
Mengenai hal ini erat kaitannya pula dengan pro-kontra Al Barjanji? Pihak yang
pro menganggap pembacaan Al Barzanji adalah refleksi kecintaan umat terhadap figur
Nabi, pemimpin agamanya sekaligus untuk senantiasa mengingatkan kita supaya
meneladani sifat-sifat luhur Nabi Muhammad SAW. Kecintaan pada Nabi berarti juga
kecintaan, ketaatan kepada Allah. Adapun pihak kontra memandang Barjanji hanyalah
karya sastra yang walau mungkin mengambil inspirasi dari 2 sumber hukum haq Islam
yakni Al Qur’an dan hadist.
Wajarlah bila kemudian pihak kontra menghukumi pembacaan Barjanji juga
bacaan sejenis lainya semisal Diba', Burdah, Simthuddurar itu Bid’ah atau mengada-
ada dalam ibadah yang justru sangat jelas dilarang agama. Sebuah hadist Nabi riwayat
Bukhari Muslim menyatakan, ”Barangsiapa menimbulkan sesuatu yang baru dalam
urusan (agama) kita yang bukan dari ajarannya maka tertolak.” (HR. Bukhari).
"Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya
dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya,
dan barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk dalam Islam, maka baginya
dosanya dan dosa orang yang mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari
dosanya" (Shahih Muslim hadits no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn
Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban dan banyak
lagi).
Berkata Imam Syafii bahwa Bid'ah terbagi dua, yaitu Bid'ah mahmudah (terpuji)
dan Bid'ah madzmumah (tercela), maka yang sejalan dengan sunnah maka ia
terpuji, dan yang tidak selaras dengan sunnah adalah tercela, beliau berdalil
dengan ucapan Umar bin Khattab ra mengenai shalat tarawih : "inilah sebaik
baik Bid'ah". (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 86-87)
Itulah dasar hukum yang bisa dipegang berkaitan Al Barzanji Yang telah
dilakukan dari dulu sampai sekarang dari Para Ulama dan para Muhaddist terdahulu,
Maka bila muncul pemahaman di akhir zaman yang bertentangan dengan pemahaman
para Muhaddits maka mestilah kita berhati hati darimanakah ilmu mereka, berdasarkan
apa pemahaman mereka, atau seorang yang disebut imam padahal ia tak mencapai
derajat hafidh atau muhaddits, atau hanya ucapan orang yang tak punya sanad, hanya
menukil menukil hadits dan mentakwilkan semaunya tanpa memperdulikan fatwa fatwa
para Imam.
Dafar Pustaka
• Tafsir Imam Qurtubiy
• 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) Oleh : Dr. Muhammad Faiz
Almath