Вы находитесь на странице: 1из 7

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH KALIMANTAN TENGAH


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALANGKA
RAYA

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALANGKA RAYA POLDA


KALTENG
Nomor: Kep/ /XI/2016

tentang

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT (ICU)

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALANGKA RAYA POLDA KALTENG

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS


Bhayangkara Palangka Raya, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit yang
bermutu tinggi;
: b. bahwa agar pelayanan Intensif Care Unit di RS
Bhayangkara Palangka Raya dapat terlaksana dengan
baik, perlu adanya kebijakan Karumkit Bhayangkara
Palangka Raya sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan Intensif Care Unit di RS Bhayangkara Palangka
Raya;
: c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b ,perlu ditetapkan dengan
Keputusan Karumkit Bhayangkara Palangka Raya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara


Republik Indonesia;
: 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
: 3. Keputusan Presiden Nomor 70 tahun 2002 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia;
: 4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1778/Menkes/SK/XII/2010
tentang Pedoman Penyelenggaraan Intensif Care Unit di RS
: 5. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 11 tahun 2011 tanggal 30 Juni 2011 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Bhayangkara Kepolisian Negara Republik Indonesia;

Memperhatikan : saran dan pertimbangan pokja akreditas Rumkit


Bhayangkara Palangka Raya Polda Kalteng.
KEPUTUSAN KARUMKIT BHAYANGKARA
NOMOR : KEP/ /XI/2016
TANGGAL : NOVEMBER 2016
Menetapkan : 1. KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
PALANGKA RAYA TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN
INTENSIF CARE UNIT DI RS BHAYANGKARA PALANGKA
RAYA;

: 2. Kebijakan pelayanan Intensif Care Unit RS Bhayangkara


Palangka Raya sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini;
: 3. Kebijakan ini mengatur Standar Pelayanan Kesehatan Kerja
Personel di Rumah Sakit;

: 4. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan


Intensif Care Unit RS Bhayangkara Palangka Raya dilaksanakan
oleh Kepala Urusan Pelayanan Medis RS Bhayangkara Palangka
Raya;
: 5. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini;

MEMUTUSKAN

Ditetapkan di : Palangka Raya


pada tanggal : November
2016
KARUMKIT BHAYANGKARA PALANGKA RAYA
POLDA KALTENG
Tembusan:
Kabiddokkes Polda
Kalteng. dr. ANTON SUDARTO
AJUN KOMISARIS POLISI NRP 78091231
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN KEPUTUSAN KARUMKIT
DAERAH KALIMANTAN TENGAH BHAYANGKARA
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALANGKA NOMOR : KEP/ /IX/2016
RAYA TANGGAL : SEPTEMBER 2016

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALANGKA RAYA

Kebijakan Umum:

1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai


dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan
pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur opersinal yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati
hak pasien.
6. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat
rutin bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.

Kebijakan Khusus :

1. Ruang intensif penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai
dengan standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan
perawatan insentif yang lebih tinggi tingkatannya dapat di rujuk ke rumah
sakit lain sesuai dengan kondisi pasien.
2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada
informed consent.
3. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU
atau dokter spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang
diperlukan dan informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.

4. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resuitasi


diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup
pasien, dokter dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan
resusitasi.
5. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mrngikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life
supporting.
6. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis
tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien
tindakan tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga
kesehatan non medis yang terlatih.
7. Kriteria dokter ICU adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan
perawatan ICU dan telah mendapat sertifikat Intensive care Medicine ( KIC,
Konsultan Intensive Care) melalui program pelatihan dan pendidikan yang
diikuti oleh perhimpunan profesi yang terkait.
8. Mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :
Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi
mekanis.
Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring, termasuk :
- Kateter arteri
- Kateter vena perifer
- Kateter vena central ( CVP )
- Kateter arteri pulmonalis
Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer
Resuitasi kardiopulmoner
Pipa thoracostomy
9. Fungsi dan kewenangan Kepala unit intensif sebagai koordinator
pengelolaan pasien:
Fungsi : Melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan,
memberi instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan
mempertimbangkan usulan anggota team.

Kewenangan / peran :
Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan pelayanan di ICU,
menggabungkan dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit kompleks
atau cedera termasuk gagal organ multi sistem.
Intervist memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan
dokter pasien sebelumnya. Mampu mengelola pasien dalam kondisi yang
biasa terdapat pada pasien sakit kritis seperti :
1) Haemodinamik tidak stabil,
2) Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan
tunjangan ventilasi mekanis,
3) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi cranial,
4) Gangguan atau gagal ginjal akut,
5) Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam nyawa,
6) Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat,
7) Gangguan koagulasi,
8) Infeksi serius,
9) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi,
10) Tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah
sakit dan luar rumah sakit :
Tata cara pasien masuk / keluar ICU
Penanggung jawab pasien melakukan register / pendaftaran di
bagian admission.
Indikasi pasien masuk ICU
Pasien saat kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
seperti bantuan ventilasi, infus obat-obat vaso aktif kontinyu dan
lain-lainnya.
Indikasi pasien keluar ICU :
Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau bila
terapi intensif telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga
prognosis jangka pendek jelek,
11) Setiap pengguanaan peralatan medis diinformasikan kepada
penanggung jawab pasien,
12) Seluruh fasililtas pelayanan yang ada di ICU baik medis
maupun non medis menjadi tanggung jawab Ka Ru termasuk
pemeliharaan dan perbaikan berkoordinasi dengan bagian teknisi,
13) Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas
diwajibkan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien,
14) Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan
permintaan dari DPJP (Dokter penanggung Jawab Pasien) atau dokter
konsulen lain berkoordinasi dengan dokter penanggung jawab ICU,

15) Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan


pada formulir yang sudah ditentukan lalu di input oleh petugas
administrasi untuk selanjutnya di informasikan pada bagian terkait,
16) Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :
Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter
spesialis anestesi yang bertugas di ICU,
Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah dokter
spesialis yang bertugas di ICU,
DPJP pasien yang di rujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga IGD
ialah dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU,
Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama
dengan dokter spesialis lain, maka sebagai DPJP utama adalah
dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU,
Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk di rawat di ICU
harus jelas apakah akan rawat bersama atau di rujuk. Bila rawat
bersama, maka DPJP utamanya ialah dokter spesialis anestesi
yang bertugas di ICU,
DPJ Putama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran
yang di bantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU
yang bertugas. Kewenangan tersebut harus dengan tetap
memperhatikan dan mempertimbangkan saran dari DPJP atau
dokter spesialis lain yang terkait dengan parawatan pasien,
Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang
diberikan oleh DPJP utama, maka masukan / keberatan harus
dikomunikasikan langsung ke DPJP utama atau di tulis dalam
Intensif Care Unit pasien,
Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP
lain yang menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat
ditetapkan ulang siapa DPJP utama pasien tersebut. Hal tersebut
harus dicatat dalam Intensif Care Unit,
Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal
tersebut dilaporkan kepada Manajer Pelayanan sesegera
mungkin,
Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal
yang terkait dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien
akan di ajukan untuk dilakukan audit medis oleh Sub Komite
Audit pasien.

Ditetapkan di : Palangka Raya


pada tanggal : November
2016

KARUMKIT BHAYANGKARA PALANGKA RAYA


POLDA KALTENG

dr. ANTON SUDARTO


AJUN KOMISARIS POLISI NRP 78091231

Вам также может понравиться