Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
1 1 Latar Belakang
2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis mencoba merumuskan
masalah penelitian ini yakni, adakah pengaruh pemberian jus pare terhadap
perubahankadarglukosadarahpadaTikus Galur Wistar yang diinduksi Aloksan.
3 Tujuan Penelitian
1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian jus pare terhadap kadar glukosa
darah padaTikus Galur Wistar yang diinduksi Aloksan.
2 Tujuan Khusus
Mengetahui perubahan kadar glukosa darah tikus setelah diberi jus
pare.
Mengetahui perbedaan kadar glukosa darah antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol pada Tikus Galur Wistar yang
diinduksi Aloksan.
3
4 Manfaat Penelitian
1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan
Sebagai masukan bagi ilmu pengetahuan di bidang kedokteran tentang
pengaruh jus buah pare terhadap perubahan kadar glukosa darah.
2 Manfaat untuk layanan kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi tenaga
kesehatan professional untuk mengetahui pengaruh jus buah pare
terhadap perubahan kadar glukosa darah.
3 Manfaat untuk masyarakat
5 Orisinalitas
Tabel 1. Orisinalitas Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Diabetes mellitus
2.1.1 Definisi
5
2.1.3 Etiologi
b. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami
hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi
insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan
beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk
mencukupi energi sel yang terlalu banyak.
8
c. Riwayat Keluarga
Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada
kembar non identik), risiko menderita penyakit ini 5 hingga 10
kali lebih besar daripada subjek (dengan usia dan berat yang
sama) yang tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarganya.
Tidak seperti diabetes tipe 1, penyakit ini tidak berkaitan dengan
gen HLA. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa diabetes
tipe 2 tampaknya terjadi akibat sejumlah defek genetif, masing-
masing memberi kontribusi pada risiko dan masing-masing juga
dipengaruhi oleh lingkungan.
d. Gaya hidup (stres)
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan
yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan
ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan
meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan
akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja
pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak
hingga berdampak pada penurunan insulin.
2.1.4 Patogenesis
Patogenesis diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya
resistensi insulin perifer, gangguan hepatic glucosa production (HGP)
dan penurunan fungsi sel , yang akhirnya akan menuju kerusakan
total sel . Mula-mula timbul resistensi insulin kemudian disusul oleh
peningkatan sekresi insulin, untuk mengkompensasi (mengatasi
kekurangan) resistensi insulin agar kadar glukosa darah tetap normal.
Lama-kelamaan sel beta tidak sanggup lagi mengkompesasikan
resistensi insulin hingga kadar glukosa darah meningkat dan fungsi sel
beta semakin menurun saat itulah diagnosa diabetes ditegakkan
ternyata penurunan fungsi sel beta berlangsung secara progresif
sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mengekresi insulin. (8)
2.1.5 Gejala
9
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis diabetes melitus harus berdasarkan atas pemeriksaan
kadar glukosa darah. Dalam menentukan diagnosis diabetes melitus
harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara
pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan
10
2.1.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan diabetes melitus secara umum adalah
meningkatnya kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan
penatalaksanaan diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu 2:
1. Jangka pendek, hilangnya keluhan dan tanda diabetes
melitus,mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target
pengendalian glukosa darah.
2. Jangka panjang, tercegah dan terhambatnya progresifitas
penyulitmikroangiopati, makroangiopati, dan neyropati.
Tujuan akhir pengelolaan diabetes melitus adalah turunnya
morbiditas dan mortalitas diabetes melitus. Untuk mencapai
tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah,
tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengelolaan
pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan
perubahan tingkah laku.(2)
Langkah pertama dalam mengelola diabetes melitus selalu
dimulai dengan pendekatan non farmakologis, yaitu berupa
perencanaan makan atau terapi nutrisi medik, kegiatan jasmani
dan penurunan berat badan bila didapat berat badan lebih atau
obesitas. Bila dengan langkah-langkah tesebut sasaran
pengendalian belum tercapai, maka dilanjutkan dengan
penggunaan obat atau intervensi farmakologis. Dalam melakukan
pemilihan obat perlu diperhatikan titik kerja obat sesuai dengan
macam-macam penyebab terjadinya hiperglikemia seperti yang
tertera pada gambar. (2)
13
Gambar 1. Sarana farmakologis dan titik kerja obat untuk pengendalian kadar
glukosa.(1)
Aktivitas harian kebiasaan bergaya hidup sehatMisalnya berjalan kaki ke pasar tidak
menggunakan mobil, menggunakan
16
D. Farmakologi
1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan 2:
1. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan
glinid.
Sulfonilurea, obat golongan ini mempunyai efek utama
meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan
merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal
dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan
berat badan lebih. Untuk menghindari hipoglikemia
berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang tua,
gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit
kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja
panjang.
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea, dengan penekanan pada meningkatkan sekresi insulin
fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu:
Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat
fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepatsetelah pemberian
secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati.
2. Penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion.
Tiazolidinedione (rosiglitazon dan pioglitazon) berikatan pada
Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-),
suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini
mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindion
dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung klas I-IV
karena dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada
17
sehingga dapat tumbuh subur di tempat yang teduh dan terlindung dari
sinar matahari. Sebagai tumbuhan bangsa Cucurbitaceae, buah Pare juga
mengandung bahan yang tergolong dalam glikosida triterpen atau
kukurbitasin. (5)
2.2.4 Kandungan dan Manfaat Pare (Momordica charantia L)
Kandungan dalam buah pare yang berguna dalam penurunan gula
darah adalah charantin, dan polipeptid-P insulin (polipeptida yang mirip
insulin) yang memiliki komponen yang menyerupai sulfonylurea (obat
antidiabetes paling tua dan banyak dipakai). Manfaat dari charantin ini
adalah menstimulasi sel-beta kelenjar pancreas tubuh memproduksi
insulin lebih banyak, selain meningkatkan deposit cadangan gula
glycogen di hati. Efek pare dalam menurunkan gula darah pada tikus
diperkirakan juga serupa dengan mekanisme insulin, sedangkan
polypeptide-P insulin menurunkan kadar glukosa darah secara langsung.
(15)
2.3 Aloksan
2.3.1 Definisi Aloksan
Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural adalah
derivatpirimidin sederhana. Aloksan diperkenalkan sebagai hidrasi aloksan
padalarutan encer. Nama aloksan diperoleh dari penggabungan kata
allantoin danoksalurea (asam oksalurik). (18)
2.3.2 Pengaruh Aloksan terhadap Kerusakan Sel Beta Pankreas
Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk
menginduksidiabetes pada binatang percobaan. Pemberian aloksan adalah
cara yangcepat untuk menghasilkan kondisi diabetik eksperimental
(hiperglikemik)pada binatang percobaan. Aloksan dapat menyebabkan
Diabetes Melitus tergantung insulin pada binatang tersebut (aloksan
diabetes) dengan karakteristik mirip dengan Diabetes Melitus tipe 1 pada
manusia. Aloksan bersifat toksik selektif terhadap sel beta pancreas 14
yang memproduksi insulin karena terakumulasinya aloksan secara khusus
melalui transporter glukosa yaitu GLUT2.Aloksan bereaksi dengan
merusak substansi esensial didalam sel beta pankreas sehingga
menyebabkan berkurangnya granulagranula pembawa insulin di dalam
sel beta pankreas.(18)
21
Obat
Olahraga Diet
(OHO)
Sulfonylurea Meglitinid
Sel
pankreas
Kadar glukosa
darah
2.5. Hipotesis
Pemberian jus buah pare berpengaruh terhadap kadar glukosa darah pada
Tikus Wistar yang diberi larutan gula.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
5. Sonde oral
6. Pipet tetes
7. Gelas ukur
8. Juicer
9. Handscoon
10. Masker
11. Glucotest One touch
Bahan
1. Hewan coba berupa tikus galur wistar
2. Aloksan 1mg
3. Aquadest
4. Preparat glibenklamid
5. Jus buah pare diberikan pada Tikus secara oral, dengan
dosis yang sudah ditentukan.
3.7.2 Prosedur Penelitian
1. Penelitian menggunakan 28 ekor tikus yang menggalami
masa adaptasi selama 7 hari di laboratorium Farmakologi
UNPAD, diberi makan secara ad libitum menggunakan
pelet 551 sebanyak 50mg 1x/hari.
2. Puasakan tikus selama 16 jam.
3. Setelah tikus menjalani adaptasi dan dipuasakan, tikus yang
hidup dan sehat akan masuk ke dalam tahap selanjutnya.
4. Tikus akan dibagi menjadi empat kelompok, dimana satu
kelompok terdiri dari 7 ekor dan tikus dari masing-masing
kelompok akan diberi kandang perekor.
5. Setiap kelompok tikus masing-masing akan dilakukan
pengukuran kadar glukosa (pretest)
6. Buah pare didapatkan di pasar, untuk pembuatan jus buah
pare dilakukan langkah sebagai berikut :
a. Buah pare yang masih utuh disusi bersih.
b. Dikupas dan diambil dagingnya tanpa biji
27
BAB IV
30
HASIL
Tabel 13. Hasil uji wilcoxon antara pre-test dengan setelah diberi
aloksan
Kelompok Rata-rata Rata-rata P
Pre-test Aloksan
K1 92.28 274.42 0.02
(aquadest)
K2 123.32 320.42 0.02
(Glibenklamid)
P1 94.42 348.42 0.02
(2,5 ml Jus Pare +
2,5 ml aquadest)
P2 97 293.28 0,02
(5 ml Jus Pare)
Tabel 13. Menunjukan bahwa terdapat perubahan yang
signifikan setelah diberikan aloksan baik antara kelompok 1,2,3,
dan kelompok 4, karena (p value) <0.05.
Tabel 14. Hasil uji wilcoxon antara setelah diberi aloksan dengan
perlakuan
Kelompok Rata-rata Rata-rata P
Aloksan Perlakuan
K1 274.42 592.42 0.02
(aquadest)
K2 320.142 315.14 1.00
(Glibenklamid)
P1 348.42 419.71 0.34
34
Tabel 15. Hasil uji wilcoxon antara setelah diberi perlakuan dengan
diberi perlakuan setelah 2hari perlakuan pertama
Kelompok Rata-rata Rata-rata P
Perlakuan Perlakuan hari
hari ke-3 ke-5
K1 592.42 342.42 0.02
(aquadest)
K2 315.14 170.14 0.02
(Glibenklamid)
P1 419.71 165.57 0.02
(2,5 ml Jus Pare +
2,5 ml aquadest)
P2 431.28 193 0.03
(5 ml Jus Pare)
Tabel 15. Menunjukan bahwa terdapat perubahan yang
signifikan setelah diberikan perlakuan baik pada kelompok 1,2,3
dan kelompok 4 karena (p value) <0.05.
BAB V
PEMBAHASAN
3. Bahan
Pare diambil dari pasar tidak diambil dari kebun sehingga tidak punya
karakteristik sendiri.
38
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Jus buah pare berpengaruh terhadap glukosa darah pada tikus galur
wistar.
2. Kelompok kontrol positif yang diberikan glibenklamid, kelompok
perlakuan aquadest 2,5ml yang dicampur jus pare 2,5ml, dan 5ml jus
pare murni dapat menurunkan kadar glukosa darah.
3. Didapatkan dosis yang efektif untuk menurunkan kadar glukosa
darah yaitu jus buah pare murni 2,5ml dengan aquadest 2,5ml.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil peneletian maka saran yang dapat diberikan adalah,
sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan waktu yang relative lebih
lama.
2. Perlu diperhatikan dosis pemberian jus buah pare agar mendapatkan
efek yang lebih maksimal lagi dalam perubahan kadar glukosa darah.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan kelompok control
menggunakan obat antihiperglikemik jenis lain.
4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan kenapa aquadest 2,5ml + 2,5ml
jus pare murni bisa menurunkan kadar glukosa darah tikus.
Daftar Pustaka
39
1. Sudoyo, AW. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Fkui. 2009.
2. Parkeni. Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta:
CV Aksara Buana. 2006.
3. Budiman D. Hidup Sehat Dengan Diabetes. Balai Penerbit FKUI:
Jakarta.2007.
4. Tandra. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Tanya
Jawab Lengkap dengan Ahlinya. Jakarta: Gramedia pustaka utama. 2007.
5. Nugroho A.E., Andrie M., Warditiani N.K., Siswanto E., Pramono S.,
Lukitaningsih E. Antidiabetic and antihiperlipidemic effect of
Andrographispaniculata (Burm. f.) Nees and andrographolide in high-
fructose-fat-fed rats.Indian Journal of Pharmacology. 2012.