Вы находитесь на странице: 1из 22

PANDUAN MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Komunitas
Lansia)

2012

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM
Pengertian Lansia
Menurut Depkes RI (1999), pengertian lansia adalah seseorang yang
berusia 60 tahun keatas.
Sedangkan menurut UU Kesejahteraan Lanjut Usia No 13 tahun 1998.
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas, baik pria
maupun wanita, masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang dan atau jasa ataupun tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Proses lansia adalah proses yang alami yang di sertai dengan penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara
umum maupun kesehatan jiwa secara khusus. Ada beberapa perubahan yang
sering di alami oleh para lansia yang sangat memepengaruhi kesehatan jiwa
mereka di antaranya penurunan kondisi fisik. Penurunan fisik dan potensi
seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan denagan
pekerjaaan, serta perubahan dalam peran sosial di masyarakat.( Kunjoro )

Batasan Umur pada Lansia


1. Menurut Hurlock (1980, dalam Nugroho, 2008), lansia dibagi dalam 2 tahap,
yaitu :
a. Early old age (usia 60 -70 tahun)
b. Advanced old age (usia 70 tahun ke atas).
2. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) 75 90 tahun.
d. usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
3. Burnside (1979, dalam Nugroho, 2008). Membagi lansia menjadi 4 tahap,
yaitu :
a. young old (usia 60-69 tahun).

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 2
b. middle age old (usia 70-79 tahun)
c. old-old (usia 80-89 tahun).
d. veryold-old (usia 90 tahun ke atas)
Dari beberapa batasan usia lansia diatas dapat disimpulkan bahwa batasan
usia lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas, dibagi ke dalam 3
kategori yakni:
1. Lansia muda
2. Lansia tua
3. Lansia sangat tua.

Perubahan yang Terjadi pada Lansia dan Pengaruhnya


1. Perubahan Fisik dan Biologis Lansia
Perubahan biologis meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua
sistem organ tubuhsistem integument (Kulit mengendur, timbul keriput pada
wajah, garis-garis yang menetap, rambut mulai beruban dan menjadi putih
(Miller, 2004; Nugroho, 2006)).
2. Perubahan Mental pada Lansia
Perubahan mental yang dapat terjadi pada lansia adalah muncul
penolakan karena kenyataan ketuaan, tidak mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan dalam hidup rutinnya, keras kepala, tidak mau mendengarkan
perkataan orang lain, suka menentang, perasaan takut, dan kawatir, bahkan
cemas dengan datangnya masa tua.
3. Perubahan Psikososial pada Lansia
Perubahan psikososial dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu aspek psikologis
dan aspek sosial. Perubahan psikososial mempunyai pengaruh timbal balik
dan berpotensi menimbulkan stres psikososial (Depkes RI, 2005).
Menurut Nugroho (2008), nilai seseorang sering diukur melalui
produktifitasnya dan identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan.
Bila mengalami pensiun (purnatugas), seseorang akan mengalami kehilangan
antara lain :

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 3
a. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
b. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan semua fasilitas)
c. Kehilangan hubungan dengan teman-teman/kenalan atau relasi.
d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan
e. Merasakan atau sadar terhadap kematian.
f. Perubahan cara hidup (memasuki rumah perawatan, bergerak lebih
sempit), kemampuan ekonomi berkurang
g. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran
diri, dan perubahan konsep diri).

Masalah Kesehatan Komunitas Lansia


Permasalahan yang sering dijumpai pada komunitas lansia adalah sebagai
berikut:
1. Penyakit siatem kardiovaskuler
Pada kelompok lansia banyak dijumpai penyakit jantung koroner dan
hipertensi. Perubahan-perubahan yang terjadi pada penderita PJK adalah
adanya aterosklerosis yang dapat membendung aliran darah menuju otot-otot
jantung. Masalah lain yang banyak ditemui pada kelompok lansia yang lain
adalah hipertensi. Yang sering ditemukan menjadi penyebab stroke dan PJK
pada lansia (Ismayadi, 2004).
2. Penyakit saluran pencernaan
Penyakit yang sering menyerang saluran cerna pada lansia adalah
gastritis dan ulkus peptikum. Dan gejalanya biasanya tidak spesifik seperti
penurunan berat badan, mual, perut terasa tidak enak. Namun keluhan seperti
kembung, perut terasa tidak enak sering kali akibat tidak mampunya
mencerna makanan karena penurunan fungsi kelenjar pencernaan (Ismayadi,
2004).
3. Penyakit system urogenital

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 4
Pada pria yang berusia lebih dari 50 tahun terjadi pembesaran kelenjar
prostat (hipertrofi prostat) yang mengakibatkan gangguan buang air kecil.
sedang pada pra lansia sering dijumpai kanker kelenjar prostat. Pada wanita
sering dijumpai adanya peradangan kandung kemih sampai peradangan pada
ginjal akibat gangguan pada buang air kecil. Keadaan ini dikarenakan
berkurangnya tonus otot dan adanya tumor yang menyumbat pada saluran
kemih (Ismayadi, 2004).
4. Gangguan endokrin (metabolik)
Penurunan hormone tiroid dapat menyebabkan lansia kelihatan lesu
dan kurang bergairah. Kemunduran fungsi endokrin lainnya seperti wanita
yang menoaouse, sedangkan pada pria terjadi penurunan sekresi kelenjar
testis. Penyakit metabolic yang sering dijumpai pada lansia adalah diabetes
mellitus dan osteoporosis (Ismayadi, 2004).
5. Penyakit pada persendian gerak
Penyakit pada sendi ini akibat dari degenerasi atau kerusakan pada
permuakaan sendi-sendi tulang yang banyak dijumpai pada lansia. Lansia
sering mengeluh linu-linu, pegal, dan kadang terasa nyeri. Biasanya
persendian yang sering terkena adalah jari-jari, tulang punggung, sendi-sendi
lutut dan panggul. Gangguan metabolism asam urat dalam tubuh (gout)
menyebabkan nyeri yang sifatnya akut (Ismayadi, 2004).
Terjadinya osteoporosis menyebabkan tulang lansia mudah patah.
Biasanya patah tulang pada lansia terjadi karena terjatuh, akibat kekuatan
otot berkurang, koordinasi anggota gerak menurun, mendadak pusing,
penglihatan kurang baik, dan bisa karena pencahayaan kurang terang dan
lantai licin (Ismayadi, 2004).

6. Penyakit yang disebabkan karena proses keganasan


Penyebab pasti belum jelas, namun semakin tua usia seseorang makin
mudah terkena kanker. Pada wanita yang banyak dijumpai adalah penyakit

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 5
kanker rahim, payudara, dan saluran cerna yang dimulai dari usia 50 tahun.
Kanker pada pria paling banyak dijumpai pada paru-paru, saluran cerna dan
kelenjar prostat (Ismayadi, 2004).
7. Penyakit-penyakit lain
Peyakit saraf yang terpenting adalah akibat kerusakan pembuluh darah
otak yang dapat mengakibatkan perdarahan otak atau menimbulkan
kepikunan (Ismayadi, 2004).

Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia


Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan,
dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
1. Azas
a. Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been
Added to life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi
(participation), perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan
kehormatan (dignity).
b. Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the
Years, Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan
mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan
memperpanjang usia.
2. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social
development)
b. Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging
persons)
c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
d. Lansia turut memilih kebijakan (choice)
e. Memberikan perawatan di rumah (home care)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 6
f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the
aging)
h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya
(productivity)
j. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help
care and family care)
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan,
yaitu promotif, preventif, diagnose dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan,
dan rehabilitatif
a. Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk
meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap
praktek kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial.
b. Preventif
Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan
primer : program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan
di dalam dan sekitar rumah, menejemen stres, menggunakan medikasi yang
tepat. Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap
penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol
hipertensi, deteksi dan pengobatan kanker, skrining : pemeriksaan rektal,
mamogram, papsmear, gigi dan mulut. Melakukan pencegahan tersier
dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis pelayanan mencegah
berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi, medukung usaha
untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih berfungsi
c. Diagnosa dini dan pengobatan
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan
persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 7
utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada
lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut.
(Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah
bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia.
Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita
bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka membutuhkan
beberapa jenis obat.
d. Pembatasan Kecacatan
e. Rehabilitatif

Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia


1. UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo.
2. UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
3. UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
4. UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
6. UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
7. UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
8. UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera
9. UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
10. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
11. PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga
Sejahtera
12. PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan
13. UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran
negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang
Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo.
14. UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 8
1. Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat,
dan kelembagaan.
2. Upaya pemberdayaan
3. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak
potensial
4. Pelayanan terhadap lansia
5. Perlindungan sosial
6. Bantuan sosial
7. Koordinasi
8. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
9. Ketentuan peralihan

Peran Perawat
Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses
penuaan. Dalam praktek keperawatan gerontik, perawat mempunyai peran dan
fungsi, yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai care giver atau pemberi asuhan langsung.
2. Sebagai pendidik klien lansia.
3. Sebagai motivator
4. Sebagai advokasi
5. Sebagai konselor
Dalam memenuhi peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang perawat
gerontik, adapun sifat pelayanan dalam melakukan asuhan keperawatan gerontik,
meliputi independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri),
iInterdependent, humanistik (secara manusiawi), dan holistik (secara
keseluruhan).

Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Komunitas Lansia

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 9
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah
merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk
mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaannya.
Di Indonesia sendiri, sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan
kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan
program JPKM dan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan
kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan
lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat
lanjutan adalah Rumah Sakit.
1. JPKM
JPKM yang merupakan salah satu program pokok perawatan
kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang
didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang
terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko tentunya
menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara professional.
Tuntutan ini tentunya membangun Indonesia Sehat 2015 yang salah satu
strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
2. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang
digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang
penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran
serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 10
KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

Tujuan Posyandu Lansia

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 11
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat
usia lanjut.

Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang
diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan
pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada
yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada
juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau
tinggi badan
2. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga
dilakukan di meja II ini.
3. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi.

Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia


Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara
lain :
1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman
pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan
posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup
sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada
mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 12
menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi
mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu
Lokasi yang jauh dan sulit dijangkau merupakan kendalan terbesar.
Akan lebih baik jika jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah
menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik
karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam
menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau
keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk
menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah
yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini
merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri
posyandu lansia.
3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia
untuk datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi
motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi
atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal
posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama
lansia.
4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas
kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan
sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti
kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap
seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek.
Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 13
tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya
suatu respons.

Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia


Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan
Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu
Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di
Posyandu Lansia seperti tercantum dalam situs Pemerintah Kota Jogjakarta
adalah:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh
(IMT).
4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. dan
9. Penyuluhan Kesehatan.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 14
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat
seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek
kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak
jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan,
sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat
terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa,
meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium
sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 15
PLIKASI MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN SUNRISE
MODEL (MADELINE LEININGER)

PENGKAJIAN PADA KOMUNITAS LANSIA RT.X RW.Y KELURAHAN Z,


KABUPATEN W, PROPINSI V

1. Pengkajian
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model"
yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
1. persepsi sehat sakit : komunitas lansia di Rt.X, Rw.Y, Kelurahan
Z, mempersepsikan semakin bertambah umur
tubuh semakin lemah.
2. kebiasaan berobat: : tidak terlalu memperdulikan penyakit dan
kalau sudah parah baru memeriksakan diri ke
3. alasan mencari bantuan puskesmas.
kesehatan, : karena penyakit dengan gejala yang sudah
4. persepsi klien tentang parah.
penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi : terkesan takut memeriksakan diri dengan
permasalahan kesehatan saat ini alat-alat medis, biaya yang terlalu mahal, dan
kurangnya pengetahuan tentang pengobatan.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Komunitas lansia di Rt.X, Rw.Y, Kelurahan Z sebagian besar menganut agama
Islam.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 16
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Komunitas lansia di Rt.X, Rw.Y, Kelurahan Z, menggunakan bahasa Jawa.
Tradisi di komunitas tersebut membiasakan para lansia khusunya perempuan
nginang (arti : menggosok-gosokkan gigi dengan sirih, kapur, dan tembakau)
untuh mencegah karies. Sedangkan pada lansia laki-laki terbiasa untuk minum
kopi dan rokok saat cangkrukan (arti : berkumpul). Para lansia masih dalam
kondisi yang tradisional yang terbiasa untuk BAK dan BAB di sungai.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan di komunitas lansia di Rt.X, Rw.Y, Kelurahan Z masih
dalam bentuk norma sosial. Pengambilan keputusan tertinggi ada ditangan ketua
adat setempat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Komunitas lansia di Rt.X, Rw.Y, Kelurahan Z, sebagian besar bekerja sebagai
petani dan veteran.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Riwayat pendidikan sebagian besar komunitas lansia di Rt.X, Rw.Y, Kelurahan
Z, adalah lulusan Sekolah Rakyat yaitu setara sekolah dasar .

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari komunitas lansia di Rt.X,
Rw.Y, Kelurahan Z adalah: gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi
sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem
nilai yang diyakini.

3. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu
proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan
tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 17
1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural
(Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien
bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya
klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya
klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara komunitas dan perawat tentang kondisi dan
masalah penuaan
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan lansia
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki komunitas lansia dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien (komunitas lansia)
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan Perawat dan
klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak
memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan
terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien
amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien
yang bersifat terapeutik.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 18
3. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi
budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya
baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.
Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya klien.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 19
PENUTUP

Kesimpulan

Konsep keperawatan komunitas pada lansia didasarkan pada perubahan


perubahan fisiologis yang dialami oleh lansia. Salah satu program pemerintah dalam
pelayanan keperawatan komunitas yaitu Posyandu Lansia. Program ini bertujuan
untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia serta
mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia
lanjut.

Saran
Dalam proses pembelajaran, hendaknya mahasiswa sarjana keperawatan tidak
hanya memahami peran perawat dalam lingkungan rumah sakit, namun juga harus
memahami peran perawat dalam lingkungan masyarakat (komunitas). Dengan
terselesaikannya makalah ini, penulis mengharapkan agar para mahasiswa
mengetahui konsep-konsep pembelajaran keperawatan komunitas sebelum nantinya
terjun ke lapangan/masyarakat. Khususnya mengenai konsep keperawatan komunitas
pada lansia secara tepat.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Tren dan Isu Pelayanan Kesehatan Lansia. Diakses tanggal 13
Oktober 2011 pukul 11.00 WIB.
http://fiinsayblog.blogspot.com/2011/03/tren-dan-isu-pelayanan-kesehatan-
lansia.html
Anonim, 2009. Tren dan Isu Pelayanan Kesehatan Lansia. Diakses tanggal 11
Oktober 2011 pukul 11.00 WIB. http://qie30.wordpress.com/2009/05/07/tren-
dan-isu-pelayanan-kesehatan-lansia/
Erfandi, 2008. Pengelolaan Posyandu Lansia. Diakses tanggal 11 Oktober 2011 pukul
12.00 WIB. http://puskesmas-oke.blogspot.com/2009/04/pengelolaan-
posyandu-lansia.html
Husada, 2011. 10 Jenis Pelayanan di Posyandu Lansia. Diakses tanggal 11 Oktober
2011 pukul 12.00 WIB. http://www.infoposyandu.info/10-jenis-pelayanan-di-
posyandu-lansia.html
Khalid, 2010. Proses Penuaan pada Lansia. Diakses tanggal 13 Oktober 2011 pukul
15.00 WIB. http://masmamad.blogspot.com/2010/02/proses-penuaan-pada-
lansia.html
Maryam, R Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Salemba
medika
Mubarak Wahid iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung
Seto
Situart dan Sundart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah 1. Jakarta: EGC
Robby, Fadli. 2007. Proses penelitian pengaruh obesitas terhadap tekanan darah dan
kadar glukosa darah pada lansia diakses pada 21 Oktober 2011 pukul 11.00
WIB. http://www.scribd.com/doc/24474939/Proposal-Penelitian-Pengaruh-
Obesitas-Terhadap-Tekanan-Darah-Dan-Kadar-Glukosa-Darah-Pada-Lansia
Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed,
Philadelphia, JB Lippincot Company

Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and


Case Studies, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

Fitzpatrick. J.J & Whall. A.L, (1989), Conceptual Models of Nursing : Analysis and

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 21
Application, USA, Appleton & Lange

Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc

Iyer. P.W, Taptich. B.J, & Bernochi-Losey. D, (1996), Nursing Process and Nursing
Diagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia

Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts,


Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill
Companies

Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam
Konteks Budaya, Jakarta, UI Press

Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section One
Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care
Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 22

Вам также может понравиться