Вы находитесь на странице: 1из 9

PENERAPAN STRATEGI PERENCANAAN PAJAK ( TAX PLANNING ) DALAM UPAYA

PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN


(Studi pada PT. BPR Tulus Puji Rejeki, Kediri)

Titin Dian W
Muhammad Saifi
Dwiatmanto
(PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya,
105030400111047@mail.ub.ac.id)

Abstract
This research is about tax planning strategies of PT. BPR Tulus Puji Rejeki.in order to save income Tax
and save the other taxes that should be paid. This research used the descriptive-qualitative to describe method by
revealed the condition of profit and financial lost report in that the company based on fact. Then it processed into
data which it would be analized so taht produced conclusion. PT BPR Tulus Puji Rejeki engaged in the business
services set by Bank Indonesia and had a special tax treatment.This study proved that, tax planning can optimal
profit after tax by using different method for depresiasi. PT BPR Tulus Puji Rejeki used the decline methode before,
however the reseacher used the straight line method and it could prove can be save tax Rp. 20.777.963. Then
reseacher used the gross up method to calculate PPh 21 for employee could save tax PPh 21 Rp. 8.219.600. The tax
planning for PT BPR Tulus Puji Rejeki could save tax in 2013 Rp. 8.059.049.
Keyword: Income Tax, Tax Planning, Tax Saving.

PENDAHULUAN dilakukan secara tepat dan menyeluruh


Pajak bagi pemerintah merupakan terhadap transaksi-transaksi yang mempunyai
sumber pendapatan yang digunakan untuk dampak dalam perpajakan.
membiayai pengeluaran negara, baik PT BPR Tulus Puji Rejeki sebagai salah
pengeluaran rutin maupun pengeluaran satu Bank Pengkreditan Rakyat di Kabupaten
pembangunan. Namun bagi perusahaan, pajak Kediri termasuk lembaga keuangan yang
merupakan biaya atau beban yang akan mengalami peningkatan aset setiap tahunnya
mengurangi laba bersih. Jika keuntungan secara cukup signifikan. Penghasilan/laba yang
diperoleh perusahaan besar secara otomatis diperoleh BPR Tulus Puji Rejeki secara otomatis
pajak penghasilan yang dibayarkan ke kas perusahaan telah menjadi subjek pajak sekaligus
negara juga besar. Berdasarkan fenomena inilah menjadi objek pajak suatu negara. Laba
maka perusahaan dalam hal ini manajer merupakan suatu aspek penting bagi bank yang
keuangannya, berusaha agar dapat melakukan digunakan untuk jangka panjang demi menjaga
penghematan atau pengurangan pajak secara kontinuitas usaha. Sehingga suatu bank akan
lawful (masih tetap dalam bingkai ketentuan selalu berusaha untuk meningkatkan laba secara
pajak). Perusahaan dapat melakukan berbagai berkelanjutan. Semakin besar laba yang
cara untuk meminimumkan beban pajak diperoleh suatu bank maka semakin besar pula
dimana tetap dalam konteks mematuhi pajak yang ditanggung oleh bank tersebut.
ketentuan perpajakan dengan cara perencanaan Akibatnya bank harus membayar pajak
pajak (tax planning). terutangnya dalam jumlah yang cukup besar.
Perencanaan pajak atau Tax Planning PT BPR Tulus Puji Rejeki membayar pajak
merupakan tahap awal untuk melaksanakan penghasilan tiap tahun selalu meningkat, hal ini
analisis secara sistematis berbagai perlakuan sebenarnya dapat diminimalisir pajak nya
perpajakan dengan tujuan untuk mencapai melalui perencanaan pajak dengan beberapa
pemenuhan kewajiban perpajakan minimum. metode yang mengacu pada Undang-Undang
Dalam arus globalisasi serta tingkat persaingan Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 .
yang ketat, menyebabkan seorang manajer Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
perusahaan maupun badan usaha dalam mengetahui mengetahui gambaran laporan
melakukan tax planning perusahaannya dituntut keuangan komersial dan fiskal dan untuk
untuk benar-benar menguasai situasi yang mengetahui dampak penerapan perecanaan
dihadapi. Baik situasi dari segi internal maupun pajak ( tax planning ) terhadap pajak penghasilan
eksternal, sehingga perencanaan pajak dapat

1
yang dibayar oleh PT BPR Tulus Puji Rejeki tergantung pada aparatur perpajakan (peranan
pada tahun 2013. dominan ada pada aparatur perpajakan).

2. Self assessment system


KAJIAN PUSTAKA
Suatu sitem pemungutan pajak yang memberi
Tinjauan Umum Perpajakan
wewenang wajib pajak untuk menentukan
Pengertian Pajak
sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
Definisi pajak menurut Prof. DR.
tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-
Rochmat Soemitro, S.H menjelaskan bahwa
undang perpajakan yang berlaku. Dalam sistem
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta
(peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke
pelaksanaan pemungutan pajak berada di
sektor pemerintah) berdasarkan undang-
tangan Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap
undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mampu menghitung pajak, mampu memahami
mendapat jasa timbal (tegnen prestasi), yang peraturan perpajakan yang sedang berlaku, dan
langsung dapat ditujukkan dan digunakan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta
untuk membiayai pengeluaran umum
menyadari akan arti pentingnya membayar
(Mardiasmo, 2009:1). Sementara itu, Prof. DR. pajak.
P.J.A Andriani memberikan batasan pengertian 3. With holding system
pajak, Pajak adalah iuran kepada negara (yang
Suatu sistem pemungutan pajak yang meberi
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wewenang kepada pihak ketiga yang ditujuk
wajib membayarnya menurut peraturan-
untuk menentukan besarnya pajak yang
peraturan dengan tidak mendapat prestasi
terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan
kembali, yang langsung dapat ditujukkan, dan
ketentuan undang-undang perpajakan yang
yang gunanya adalah untuk membiayai
berlaku.Penunjukan pihak ketiga ini bisa
pengeluaran-pengeluaran umum yang
dilakukan dengan undang-undang perpajakan,
berhubungan dengan tugas negara untuk keputusan presiden dan peraturan lainnya
menyelenggaran pemerintahan (Andriani, untuk memotong dan memungut pajak,
1989:2). Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor menyetorkan, dan mempertangungjawabkan
6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir melalui sarana perpajakan yang
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tersedia.Berhasil atau tidaknya pelaksanaan
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara pemungutan pajak banyak tergantung pada
Perpajakan (UU KUP) menyebutkan bahwa: pihak ketiga yang ditunjuk.
Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau Hambatan Pemungutan Pajak
badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Terlepas dari kesadaran sebagai warga
Undang-Undang dengan tidak mendapatkan
negara, pada sebagian besar masyarakat tidak
imbalan secara langsung dan digunakan untuk
memenuhi kewajiban membayar pajak.Dalam
keperluan negara bagi sebesar-sebesarnya
hal yang demikian timbul perlawanan terhadap
kemakmuran rakyat (UU KUP, 2009).
pajak. Perlawanan terhadap pajak dapat
dibedakan menjadi :
Sistem Pemungutan Pajak
1. Perlawanan Pasif
Dalam pemungutan pajak dikenal
Perlawanan pasif berupa hambatan yang
beberapa system pemungutan, yaitu: official
mempersulit pemungutan pajak dan
assessment system, self assessment system, dan with
mempunyai hubungan erat dengan struktur
holding system.
ekonomi. Masyarakat enggan (pasif) membayar
1. Official Assesment System
pajak, yang dapat disebabkan antara lain :
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi a. Perkembangan intelektual dan moral
kewenangan aparatur perpajakan untuk masyarakat.
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang
b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit
setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan dipahami masyarakat.
undang-undang perpajakan yang
c. Sistem control tidak dapat dilakukan atau
berlaku.Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan dilaksanakan dengan baik.
menghitung serta memungut pajak sepenuhnya 2. Perlawanan Aktif
berada di tangan para aparatur perpajakan.
Perlawanan aktif meliputi semua usaha
Dengan demikian berhasil atau tidaknya
dan perbuatan yang secara langsung ditujukan
pelaksanaan pemungutan pajak banyak

2
kepada fiskus dengan tujuan untuk Objek Pajak Penghasilan
menghindari pajak. Bentuknya antara lain : Berdasarkan pasal 4 ayat 1 Undang-
a. Tax Avoidance, usaha meringankan beban undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak
pajak dengan tidak melanggar undang-undang. Penghasilan, yang dimaksud Objek Pajak
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak Penghasilan adalah setiap tambahan
dengan cara melanggar undang-undang. kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik berasal dari
Tarif Pajak Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat
Jenis-jenis tarif pajak dibedakan sebagai berikut: dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
1. Tarif Tetap kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah atau dengan nama dan dalam bentuk apapun
angka yang tetap, berapa pun besarnya
dasar pengenaan pajak. Tarif Pajak Penghasilan
2. Tarif Proporsional (sebanding)
Tarif proporsional adalah tarif berupa Tabel 1. Tarif Pajak Penghasilan
persentase tertentu yang sifatnya tetap Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
terhadap berapa pun dasar pengenaan Pajak
pajaknya. a. Wajib Pajak orang pribadi di dalam negeri
3. Tarif progresif (meningkat) Sampai dengan RP 50.000.000,00 5%
Tarif progresif adalah tarif berupa Di atas Rp.50.000.000,00-Rp.250.000.000,00 15%
persentase tertentu yang semakin Di atas Rp.250.000.000,00-Rp.500.000.000,00 25%
meningkat dengan semakin meningkatnya Di atas Rp 500.000.000,00 30%
dasar pengenaan pajak. b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan 25%
4. Tarif Degresif (menurun) Bentuk Usaha Tetap
Tarif degresif atau menurun adalah tarif Sumber : UU PPh no 36 Tahun 2008
berupa persentase tertentu yang semakin
Pengenaan tarif 20% lebih tinggi untuk
menurun dengan semakin meningkatnya
Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok
dasar pengenaan pajak.
Wajib Pajak seperti yang tertuang dalam
Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36
Pajak Penghasilan Tahun 2008 Pasal 21 ayat 5(a).
Mengacu pada Undang-Undang No. 36
Tahun 2008 pajak penghasilan merupakan pajak Biaya-biaya yang Boleh dikurangkan dari
yang dikenakan atas penghasilan, baik Penghasilan Bruto
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang Pengurangan atau biaya yang
pribadi atau perorangan maupun badan yang diperkenankan dikurangkan dari penghasilan
berbeda didalam negeri dan/ atau di luar negeri, bruto untuk menghitung besarnya Penghasilan
yang terutang selama tahun pajak. Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dan Bentuk
Usaha Tetap sesuai dengan pasal 6 ayat (1) UU
Subjek Pajak Penghasilan PPh.

Subjek Pajak Penghasilan adalah segala


sesuatu yang mempunyai potensi untuk Biaya-biaya yang Tidak Boleh dikurangkan
memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran dari Penghasilan Bruto
untuk dikenakan Pajak Penghasilan. Undang- Pengurangan atau biaya yang tidak
undang Pajak Penghasilan Indonesia mengatur diperkenankan dikurangkan dari penghasilan
pengenaan Pajak Penghasilan terhadap Subjek bruto untuk menghitung besarnya Penghasilan
Pajak berkenaan dengan penghasilan yang Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dan Bentuk
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Usaha Tetap sesuai dengan pasal 9 ayat (1) UU
Subjek pajak akan dikenakan Pajak Penghasilan PPh.
apabila menerima atau memperoleh
penghasilan sesuai dengan peraturan Laporan Keuangan Fiskal dan Komersial
perundangan yang berlaku (UU PPh No. 36 Laporan yang disusun khusus untuk
Tahun 2008). kepentingan perpajakan dengan mengindahkan
semua peraturan perpajakan maka laporan
keuangan itu dinamakan laporan keuangan
fiskal.Laporan keuangan komersial dapat juga

3
diubah menjadi laporan keuangan fiskal dengan memperoleh laba dan likuiditas yang
melakukan koreksi seperlunya atau sesuai diharapkan.
dengan peraturan perpajakan. Tujuan manajemen pajak dapat dicapai
Perencanaan pajak mencangkup hal-hal melalui fungsi-fungsi manajemen pajak, yaitu :
seperti meminimalkan tarif pajak dan 1. Perencanaan Pajak (tax planning)
memaksimalkan biaya fiskal yang dapat 2. Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax
dikurangkan serta memaksimalkan penghasilan implementasion)
yang ditangguhkan atau dikecualikan dari 3. Pengendalian pajak (tax control)
pengenaan pajak. Berikut ini adalah formula
umum perhitungan Pajak Penghasilan dalam Perencanaan Pajak (Tax Planning)
rangka mendesain suatu perencanaan pajak: Menurut Suandy (2008:6) Perencanaan
pajak adalah langkah awal dalam manajemen
Tabel 2 Formula Perhitungan Pajak pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan
Penghasilan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan
Jumlah seluruh penghasilan Pasal 4 agar dapat diseleksi jenis tindakan
(-) Penghasilan yang bukan ayat (1) penghematan pajak yang akan dilakukan.
objek pajak Pasal 4
Zain (2008:67) mengungkapkan bahwa
ayat (3)
perencanaan pajak merupakan tindakan
(=) Penghasilan bruto (1-2)
(-) Biaya Fiskal yang boleh Pasal 6 penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi
dikurangi ayat (1) potensi pajaknya, yang tekanannya kepada
Pasal 11 pengendalian setiap transaksi yang ada
Pasal 11 konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah
Koreksi: Biaya Fiskal tidak A bagaimana pengendalian tersebut dapat
boleh dikurangi Pasal 9 mengefisiensikan jumlah pajak yang akan
ayat (1)
ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang
dan (2)
disebut sebagai penghindaran pajak (tax
(=) Penghasilan neto (3-4)
(-) Kompensasi kerugian Pasal 6 avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax
(-) Penghasilan Tidak Kena ayat (2) evasion).
Pajak (WP orang pribadi) Pasal 7
ayat (1) Tahapan Dalam Membuat Perencanaan Pajak
(=) Penghasilan Kena Pajak (5-6-7)
Suandy (2011:13) menyatakan agar
(x) Tarif Pasal 17
perencanaan pajak dapat berhasil sesuai dengan
(=) Pajak Penghasilan Terutang (8x9) yang diharapkan, maka rencana itu seharusnya
(-) Kredit Pajak Pasal 21 dilakukan melalui berbagai urutan tahap-tahap
(WP berikut ini :
Orang
1. Menganalisis informasi (Basis Data) yang
Pribadi)
Ada
Pasal 22,
23,24, 25 Tahap pertama dari perencanaan pajak adalah
(=) Pajak Penghasilan Kurang (10-11) menganalisis komponen yang berbeda atas
Bayar/ Lebih Bayar/Nihil Pasal 28, pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan
28 A 29 menghitung seakurat mungkin beban pajak
yang ditaanggung. Hal ini hanya bisa dilakukan
Manajemen Pajak dengan mempertimbangkan masing-masing
Manajemen pajak merupakan upaya elemen dari pajak, baik secara sendiri-sendiri
dalam melakukan penghematan pajak secara maupun secara total pajak yang harus dapat
legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak dirumuskan sebagai perencanaan pajak yang
melalui manajemen pajak. Namun perlu diingat paling efisien. Penting juga untuk
bahwa legalitas manajemen pajak tergantung memperhitungkan kemungkinan besarnya
dari instrumen yang dipakai. Legalitas baru penghasilan dari suatu proyek dan
dapat diketahui secara pasti setelah ada putusan pengeluaran-pengeluaran lain di luar pajak
pengadilan. Menurut Lumbantoruan dalam yang mungkin terjadi. Untuk itu, seorang
Suandy (2008:6) Manajemen pajak adalah manajer perpajakan harus memerhatikan faktor-
sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan faktor baik internal maupun eksternal, yaitu :
dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar Fakta yang relevan, Fakta pajak, Faktor non
dapat ditekan serendah mungkin untuk pajak Lainnya.

4
2. Buat Satu Model atau Lebih Rencana data dan dalam memberikan penafsiran
Besarnya Pajak terhadap hasilnya.
Pemilihan bentuk transaksi operasi atau Penelitian deskriptif melakukan analisis
hubungan internasional. Pada hampir semua hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu
sistem perpajakan internasional, paling tidak menganalisis dan menyajikan fakta secara
ada dua negara yang ditentukan lebih dahulu. sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk
Dari sudut pandang perpajakan, proses dipahami dan disimpulkan. Teknik
perencanaan tidak bisa berada diluar dari pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah
tahapan pemilihan transaksi, operasi , dan melalui wawancara, pengamatan dan
hubungan yang paling menguntungkan. dokumentasi. Selanjutnya metode analisis data
3. Evaluasi atas Perencanaan Pajak yang dilakukan adalah
Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan 1. Menganalisis informasi (Basis Data) yang
yang merupakan bagian kecil dari seluruh Ada.
perencanaan strategis perusahaan, oleh karena Menganalisis segala komponen yang
itu perlu dilakukan evaluasi untuk melihat ada dalam perusahaan dan menganalisis
sejauh mana hasil pelaksanaan suatu sumber-sumber pendapatan yang diperoleh
perencanaan pajak terhadap beban pajak, perusahaan serta menganalisis biaya-biaya
perbedaan laba kotor, dan pengeluaran selain yang boleh dikurangkan dan yang tidak
pajak atas berbagai alternatif perencaan. boleh dikurangkan sesuai dengan UU PPh
4. Mencari Kelemahan Dan Kemudian No 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) dan pasal 9
Memperbaiki Kembali Rencana Pajak (1).
Untuk mengatakan bahwa hasil suatu 2. Membuat satu model atau lebih rencana
perencanaan pajak baik atau tidak, tentu harus kemungkinan besarnya pajak.
dievaluasi melalui berbagai rencana yang 3. Membuat model perencaan pajak terkait
dibuat. Tindakan perubahaan (up to date dengan biaya penyusutan yang digunakan
planning) harus tetap dijalankan walaupun oleh PT BPR Tulus Puji Rejeki dan metode
diperlukan penambahan biaya atau penyusutan yang diperbolehkan dalam
kemungkinan keberhasilannya sangat kecil. peraturan perundang-undangan
Sepanjang penghematan pajak masih besar, perpajakan. Membuat perencanaan pajak
rencana tersebut harus tetap dijalankan, karena penghasilan yang dibayarkan kepada
bagaimanapun juga kerugian yang ditanggung karyawan perusahaan melalui metode-
merupakan kerugian minimal. Jadi, akan sangat metode yang diperbolehkan perundang-
membantu jika pembuatan suatu rencana undangan perpajakan.
disertai dengan gambaran atau perkiraan 4. Mengevaluasi Pelaksanaan Perencanaan
berapa peluang kesuksesan dan berapa laba Pajak.
potensial yang akan diperoleh jika berhasil 5. Mengevaluasi perbedaan laporan laba rugi
maupun kerugian potensial jika terjadi perusahaan PT BPR Tulus Puji Rejeki
kegagalan. sebelum dan sesudah dilakukannya
5. Memutakhirkan Rencana Pajak perencanaan pajak (tax planning) dalam
Meskipun suatu rencana pajak telah laporan keuangan komersial dan fiskal.
dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan, 6. Mencari kelemahan-kelemahan dan
tetap perlu diperhitungkan setiap perubahan kemudian memperbaiki kembali rencana
yang terjadi, baik dari undang-undang maupun pajak.
pelaksanaannya (negara di mana aktivitas 7. Memutakhirkan Rencana Pajak
tersebut dilakukan) yang dapat berdampak Melakukan penyesuaian-
terhadap komponen suatu perjanjian. penyesuaian dalam pelaksanaan
perencanaan pajak (tax planning) sehingga
METODE PENELITIAN pelakasanaan pajak tetap berdasarkan

Metode penelitian yang digunakan pada peraturan perundang-undang an


dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan yang berlaku.
pendekatan kualitatif. Menurut Arikunto
(2006:12) penelitian kualitatif berarti bahwa HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam kegiatannya peneliti tidak akan Laporan Keuangan BPR Tulus Puji Rejeki
menggunakan angka dalam mengumpulkan PT BPR (Bank Pengkreditan Rakyat)
sebagai badan usaha yang mempunyai

5
penghasilasudah sepatutnya menyelenggarakan merupakan pos-pos akun pendapatan
pembukuan yang diatur dalam Ketentuan perusahaan, yaitu :
Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang- a. Pendapatan Bunga
Undang No. 28 Tahun 2007. Bank Indonesia PT BPR Tulus Puji Rejeki dalam
memberikan kebijakan kepada BPR untuk menjalankan usaha memperoleh
menetapkan SAK ETAP. Proses penyusunan pendapatan operasional salah satunya
pedoman penulisan akuntansi BPR yang berasal dari bunga atas pinjaman yang
melibatkan Stake Holder dan melalui due procces diberikan. Pendapatan operasional atas
procedure termasuk public hearing dan limited bunga diperoleh dari : Pendapatan bunga
hearing. Mengacu pada PSAK No. 27 Laporan dari bank-bank lain Rp.166.495.020,
Keuangan Bank terdiri dari Neraca, Perhitungan Pendapatan bunga non Bank sebesar
laba rugi dan laporan arus kas. Laporan Rp.4.124.250.450, Pendapatan Bunga
keuangan yang utama dihasilkan dari proses Provisi Rp.676.575.581, Denda KYD Rp.
akuntansi adalah neraca dan laporan laba rugi 140.325.352, Pendapatan denda pinalti
perushaan. Laporan keuangan merupakan hasil deposito Rp. 3.423.000.
akhir dari proses akuntansi. Dalam perhitungan b. Pendapatan non operasional
perpajakan PT BPR Tulus Puji Rejeki mengacu Pendapatan non oprasional ialah
pada laporan laba rugi perusahaan. pendapatan yang tidak berhubungan
dengan kegiatan operasional rutin
Laporan Penyusutan Aktiva Tetap PT BPR perusahaan. Pendapatan non operasional
Tulus Puji Rejeki PT BPR Tulus Puji Rejeki sebesar Rp.
Perusahaan pada umumnya dalam 5.489.450.
kegiatan usahanya melakukan pemotongan 2. Analisis Beban Pada Laporan Laba Rugi PT
pajak (tax deductions) yang disebabkan karena BPR Tulus Puji Rejeki
adanya pengeluaran kas, baik untuk pembelian Berdasarkan hasil laporan laba rugi
barang, membayar tenaga kerja, maupun jasa perusahaan, berikut merupakan penjelasan dari
lainnya yang digunakan dalam kegiatan pos-pos akun beban yang tercantum didalam
operasional. Pengeluaran kas untuk hal tersebut laporan laba rugi yaitu :
memberikan manfaat lebihn hasil dari satu a. Beban Bunga
periode. Untuk kepetingan pajak, perlakuan PT BPR Tulus Puji Rejeki dalam kaitannya
terhadap pengeluaran semacam ini dapat dengan bentuk usaha bank selain pemberi
menimbulkan masalah dalam penentuan pajak kredit juga berfungsi sebagai bank umum yang
penghasilan . melayani kebutuhan masyarakat sebagai tempat
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu untuk menabung serta melayani kebutuhan
aset yang dapat disusutkan sepanjang masa nasabah dalam hal investasi. Berikut ini
manfaat yang diestimasikan (PSAK 17). merupakan rincian beban bunga operasional
Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat perusahaan: Beban Bunga Kepada Bank Lain
yang diberikan dan nilai dari aset tersebut Rp.24.335.682 Beban Bunga Kepada Pihak
semakin berkurang. Pengurangan nilai aset ketiga bukan bank Rp. 195.723.356 Beban
dibebankan secara bertahap (Suandy 2011 : 30). Bunga Deposito Rp. 411.168.783 Beban Bunga
Berikut ini laporan hasil penyusutan aktiva pinjaman yang diterima Rp. 4.200.000 Beban
tetap PT BPR Tulus Puji Rejeki tahun 2013 bunga lainnya Rp. 1.110.976.358.
menggunakan metode garis lurus. b. Beban Premi
Beban premi asuransi BPJS sebesar Rp.
Analisis Data dan Interprestasi 42.467.000. Beban premi asuransi ini
Mengalisis Informasi dan Basis Data yang diperuntukan untuk karyawannya yang
Ada. dibayarkan perusahaan. Sesuai dengan UU
1. Analisis Pendapatan Pada Laporan Laba Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat 1 tentang biaya
Rugi PT BPR Tulus Puji Rejeki yang boleh dikurangankan atas penghasilan
Sesuai dengan laporan keuangan PT bruto.
BPR Tulus Puji Rejeki bahwa penghasilan c. Biaya Tenaga Kerja
netto dari peredaran usaha perusahaan berasal Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang
dari pendapatan bunga sebesa Rp. dibayarkan untuk gaji karyawan PT BPR Tulus
5.110.889.403 . Berdasarkan laporan laba rugi Puji Rejeki, adapun biaya tenaga kerja
pendapatan perusahaan, berikut ini rinciannya sebagai berikut : BTK- Gaji

6
Karyawan Rp. 528.169.500 BTK- honorarium
komisaris Rp. 123.159.500 BTK- Tunjangan Membuat Satu Model Atau Lebih Rencana
Lainnya Rp.50.450.000. Kemungkinan Besarnya Pajak.
d. Biaya Tenaga Kerja Lainnya Pemilihan Metode Pembukuan
Biaya tenaga lainya sebesar Rp. 60.340.000. Dasar pembukuan yang dapat
Biaya ini dikeluarkan untuk biaya edukasi atau digunakan untuk memberikan informasi yang
pemberian beasiswa untuk keryawannya guna benar dan lengkap tentang penghasilan wajib
untuk memperbaiki kinerjanya di perusahaan. pajak untuk dapat mengadakan pajak secara
Sehingga dalam UU Pajak Penghasilan biaya ini adil , benar, dan secara wajar sesuai dengan
dapat menjadi pengurang penghasilan bruto. kemampuan ekonomis WP, yang diakui oleh
Biaya tenaga kerja lainnya menganut prinsip Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah akrual
deductuble expenses diamana biaya yang basis kas yang dimodifikasi. Pada akrual basis ,
dikeluarkan oleh perusahaan dan dicatat pendapatan dan biaya dicatat dan dilaporkan
sebagai beban merupakan pendapatan bagi si pada saat timbulnya hak dan kewajiban,
penerima tersebut. meskipun uangnya belum diterima atau
e. Biaya Promosi dibayar. Sedangkan pada basis kas, pendaptan
Laporan keuangan PT BPR Tulus Puji Rejeki dan biaya dicatat dan dilaporkan pada saat
tidak mencantumkan biaya promosi sebagai terjadinya penerimaan dan pengeluaran uang.
beban yang mengurangi penghasilan. Setelah
wawancara dengan manajer BPR Tulus Puji Metode Penyusutan
Rejeki ternyata beban promosi sebesar Rp. PT BPR Tulus Puji Rejeki menggunakan
2.460.000. Sesuai dengan PMK NO. 02/ PMK metode penyusutan garis lurus untuk aktiva
03/2010 besarnya biaya prmosi yang dapat tetap bukan bangunan. Dalam melakukan
dikurankan dari penghasilan bruto merupakan penyusutan atas aktiva tetap bukan bangunan
akumulasi dari jumlah periklanan di media tarif penyusutan yang digunakan oleh BPR
cetak, media elektronik dan biaya sphonsorship. tidak sesuai dengan tarif penyusutan yang
Biaya yang dikeluarkan oleh BPR merupakan diatur dalam pasal 11 UU No 36 tentang Pajak
biaya promosi dan biaya pengenalan sehingga Penghasilan. Hampir keseluruhan aktiva tetap
dari biaya-biaya tersebut dapat dikurangi dari yang dimiliki oleh perusahaan disusutkan
penghasilan pajak. sebesar 12,5%. Seharusnya aktiva tersebut
f. Biaya Kantor diklasifikasikan terlebih dahulu berdasarkan
Biaya kantor sebesar RP. 90.239.000. Biaya kelompoknya dan disusutkan sesuai dengan
kantor ini merupakan biaya rapat, rapat tarif yang telah ditetapkan. Penulis telah
tahunan, biaya kosumsi tamu. Biaya biaya melakukan perhitungan penyusutan aktiva
tersebut bisa dikurangkan sebagai biaya tetap bukan bangunan dengan metode saldo
pengurang penghasilan dengan dibuktikan menurun pada tabel. Dari hasil perhitungan
telah dibuatkan daftar nominatifnya. tersebut terdapat selisih sebesar Rp. 20.777.963,
g. Beban Pajak dari penyusutan yang dilakukan BPR sebesar
Beban pajak terdiri dari Beban Pajak Bumi Rp. 42.366.753 dengan penyusutan secara fiskal
bangunan dan beban pajak kendaraan dinas yang dihitung oleh penulis sebesar Rp.
sebesar Rp. 8.020.389. Sesuai dengan UU Pajak 63.144.716. Dengan adanya penyesuaian tarif
Penghasilan No 36 Tahun 2008 pasal 6 beban penyusutan tersebut BPR dapat menghemat
pajak selain pajak penghasilan dapat beban pajak penghasilan sebesar Rp. 20.777.963.
dikurangkan sebagai biaya pengurang
pendapatan perusahaan. Mengevaluasi Perencanaan Pajak
h. Biaya Barang dan Jasa Dari hasil rekonsiliasi fiskal sebelum
Biaya barang dan jasa merrupakan biaya perencanaan pajak dan setelah perencanaan
pembelian barang dan jasa. Laporan keuangan pajak terbukti bahwa dilakukan perencanaan
PT BPR Tulus Puji Rejeki biaya barang dan jasa pajak laba kena pajak PT BPR Tulus Puji Rejeki
tediri dari : BBJ- Listrik dan air Rp. 12.089.890, sebesar Rp.1.543.536.117. Namun setelah
BBJ-Biaya telepon Rp.8.678.907, BBJ-Biaya dilakukan perencanaan pajak secara efektif laba
barang cetakan kantor Rp.10.860.000, BBJ kena pajak perusahaan menjadi
Pengadaan seragam kantor Rp. 20.590.000, BBJ- Rp.1.511.298.154. Dengan bertambah kecilnya
telepon selular direktur dan komisaris laba kena pajak maka berdampak pada jumlah
Rp.4.000.000. pajak terutang. Jika sebelumnya pajak terutang

7
sebesar Rp.385.884.029 setelah dilakukan oleh PT BPR Tulus Puji Rejeki dalam
perencanaan pajak secara optimal maka menjalankan kegiatan operasionalnya :
besarnya pajak PT BPR Tulus Puji Rejeki 1. PT BPR Tulus Puji Rejeki sebaiknya
menjadi Rp.377. 824.029 . Perusahaan dapat menerapkan perencanaan pajak sebagai
menghemat pajak sebesar Rp.8.059.490. strategi perusahaan dalam menghemat
pembayaran pajak penghasilan yang dibayar
KESIMPULAN DAN SARAN oleh perusahaan.
Kesimpulan
2. PT BPR Tulus Puji Rejeki sabaiknya
Berdasarkan hasil penelitian yang telah melakukan penyusutan aktiva tetap untuk
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
tahun berikutnya perusahaan menggunakan
1. Laporan keuangan komersial dan laporan metode penyusutan saldo menurun.
keuangan fiskal PT BPR Tulus Puji Rejeki pada Penggunaan metode ini akan menghasilkan
tahun 2013 terdapat beberapa akun-akun yang beban penyusutan yang lebih besar jika
seharusnya bisa direkonsiliasi fiskal negatif dibandingkan menggunakan metode garis
sehingga dapat mengurangi pajak penghasilan lurus.
yang harus dibayar oleh PT BPR Tulus Puji
3. PT BPR Tulus Puji Rejeki dapat dimasukkan
rejeki. PT BPR Tulus Puji Rejeki sebagai wajib biaya promosi dan biaya telepon selular
pajak badan dalam memenuhi kewajiban direktur pada biaya sebagai pengurang
perpajakan masih kurang efisien sehingga penghasilan dengan catatan disertakan
pada laporan keuangan komersial perusahaan daftar nominatif yang sesuai dengan
masih terdapat biaya-biaya yang seharusnya perpajakan dan dilampirkan dalam SPT.
bisa mengurangi pendapatan penghasilan
4. PT BPR Tulus Puji rejeki dalam melaksankan
belum di catat oleh perusahaan.
kewajibannya membayar PPh 21 sebaiknya
2. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan
sebaiknya menggunakan metode gross up
oleh PT BPR Tulus Puji Rejeki diantara nya : dan memberikan tunjangan pajak kepada
a. Penyusutan saldo menurun menghasilkan karyawannya melalui metode tersebut.
beban penyusutan yang lebih besar yaitu
Rp.63.144.716 Jika dibandingkan dengan DAFTAR PUSTAKA
metode garis lurus yaitu sebesar Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Penelitian
Rp.42.366.753. :Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI.
b. Biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh BPR Jakarta : PT. Rineka Cipta.
sebaiknya diberikan daftar nominatif dan Desak Eva Indira Pratiwi.2012. Perencanaan pajak
dilampirkan pada SPT, sehingga untuk tahun sebagai upaya legal untuk meminimalkan pajak
berikutnya biaya lain-lain dapat digunakan penghasilan (Studi Kasus Pada KSU Griya
sebagai biaya fiskal dan BPR dapat Anyar Sari Boga). Skripsi (S1). Akuntansi.
menghemat pajak sebesar Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijya.
Rp.11.460.000. Malang
Lumbantoruan,Sophar.(2006).Akuntansi Pajak
3. Dampak dilakukannya perencanaan Pajak
Penghasilan terhadap laporan keuangan BPR Edisi Revisi. Jakarta:PT Gramedia
Tulus Puji rejeki : Widiasarana Indonesia

Terdapat perbedaan yang cukup Mardiasmo.(2008). Perpajakan: edisi revisi 2008.


Yongyakarta: Andi.
material antara PPh terutang sebelum dilakukan
Muljono,Djoko.(2009). Akuntansi Pajak Lanjutan.
perencanaan pajak dengan setelah dilakukan
perencanaan pajak. Sebelum dilakuakan Yogyakarta : CV. Andi Offset.
perencanaan pajak PPh yang harus dibayar oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor 251/
PT BPR Tulus Puji Rejeki adalah sebesar PMK.03/2009 tentang penghasilan atas Jasa
Rp.385.884.029 dan setelah dilakukan Keuangan yang dilakukan oleh Badan Usaha
perencanaan pajak adalah sebesar yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman
Rp.377.824.029. Perusahaan dapat menghemat dan/atau pembiayaan yang tidak dilakukan
pajak sebesar Rp.8.059.490. pemotongan pajak penghsilan pasal 23.

Suandi, Erly.(2008) . Perencanaan Pajak revisi.


Saran
Jakarta: Salemba Empat
Dari hasil pembahasan, perhitungan,
dan kesimpulan hasil penelitian di atas, ada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
beberapa saran yang dapat diberikan untuk Tentang Pajak Penghasilan.
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

8
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara
Zain, M. (2008), Manajemen Perpajakan. Jakarta:
Salemba Empat

Вам также может понравиться