Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KONSEP DASAR
A. Pengertian
1
B. Penyebab
a. Malabsorbsi
c. BBLR (bayi berat badan lahir rendah) dan bayi baru lahir.
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Ryle dan Bockus (cit.Hadi, 1999: 44)
membagi penyebab diare sebagai berikut:
a. Penyakit di pankreas
b. Kelainan endokrin
c. Kelainan hepatobilier.
d. Penyakit kolagen
e. Uremia.
f. Tuberculosis paru.
g. Penyakit neurologis.
E. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat dehidrasinya
dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa untuk
diare akut.
b. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung
berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan
jam pertama 25 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /
oral.
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /
hari.
3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit
(inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per
oral.
2. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja
dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa
/ karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).
a. Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg. Klorrpomozin,
dosis 0,5 1 mg / kg BB / hari.
b. Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak
beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut
lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
c. Antibiotic Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab
yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 50 mg / kg
BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA,
faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.
F. Komplikasi
Adapun koplikasi dari Gastroenteritis :
1. Dehidrasi
2. Renyatan Hiporomelik
3. Kejang
4. Bakterikimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikimia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan sebagai
berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit kurang
elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi sedan
Kehilangan 5 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara
serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti
tandadihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai
koma, otot kaku sampai sianosis.
G.
Fokus Pengkajian
Menurut Doenges, dkk (2000: 1039) fokus pengkajian yang didapatkan pada
klien dengan masalah hipovolemi adalah sebagai berikut:
2. Sirkulasi
3. Eliminasi
Distensi abdomen.
5. Neurosensori
6. Pernapasan
7. Keamanan
8. Pemeriksaan diagnostik
H. Fokus intervensi
A. Fokus Intervensi
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran melewati
gastrointestinal (buang air besar dan muntah) yang berlebihan
Kriteria Tujuan:
Klien mampu memperlihatkan tanda-tanda rehidrasi dan pemeliharaan
hidrasi yang adekuat
Intervensi :
a. Berikan Oral Rehidrasi Solution untuk rehidrasi dan pengambalian
kehilangan (buang air besar).
b. Berikan dan monitor pemberian cairan intravena.
c. Berikan obat antimikroba sesuai advice
d. Berikan pengganti Oral Rehidrasi Solution dengan cairan rendah
sodium seperti air, ASI, atau susu formula (rendah laktosa).
e. Berikan makanan sehari-hari sesuai toleransi.
f. Observasi intake dan out put (urine faeces dan muntah).
g. Monitor pengeluaran urine setiap delapan jam atau sesuai indikasi.
h. Timbang berat badan setiap hari.
i. Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, membran mukosa dan status mental
tiap empat jam atau sesuai indikasi.
j. Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah dan minuman
berkarbonat.
k. Anjurkan keluarga berpartisipasi dalam memonitor intake dan output
serta mengkaji tanda dehidrasi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan
melalui diare dan intake yang tidak adekuat.
Kriteria tujuan:
Klien akan memperlihatkan konsumsi makanan yang adekuat dan
mempertahankan berat badan sesuai umur.
Intervensi:
a. Instruksikan untuk terus menerus memberi ASI bagi anak yang masih
menyusu.
b. Hindari pemberian diit BRAT (Banana, Rice, Apple, and Toast Or Tea)
c. Observasi respon terhadap makanan yang diberikan.
d. Instruksikan keluarga untuk menyediakan diit yang tepat.
e. Selidiki anggota keluarga terdekat yang dapat membantu pelaksanaan
regimen therapeutik.
3. Risiko penularan infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang
menginvasi saluran gastrointestinal.
Kriteria tujuan:
Klien tidak memperlihatkan tanda-tanda infeksi gastrointestinal.
Intervensi:
a. Lakukan tindakan pencegahan infeksi sesuai standar kebiasaan rumah
sakit.
b. Pertahankan kebiasaan cuci tangan.
c. Gunakan popok yang nyaman dan bersih.
d. Gunakan popok disposible yang mempunyai daya serap.
e. Lindungi bayi dan anak kecil dari tempat yang terkontaminasi.
f. Ajarkan aturan pencegahan yang mungkin pada anak.
g. Instruksikan anggota keluarga dan pengunjung untuk melakukan
pencegahan terutama melakukan cuci tangan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi sekunder terhadap
seringnya buang air besar.
Kriteria tujuan:
Integritas kulit utuh.
Intervensi:
a. Ganti popok setiap basah atau setiap habis buang air besar.
b. Bersihkan pantat dengan kapas lembut sabun non alkali dan air.
c. Gunakan salep seperti zinc oxide.
d. Hindari pengguanaan tissue basah yang mengandung alkhohol.
e. Observasi bokong dan perineum dari infeksi seperti candida.
f. Berikan salep antifungi bila perlu.
5. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang
proses penyakit.
Kriteria tujuan:
Keluarga memperlihatkan tanda kenyamanan.
Intervensi:
a. Berikan perawatan mulut dan tenangkan bayi.
b. Beri semangat atau dorong keluarga untuk berkunjung dan
berpartisipasi didalam perawatan yang sama porsinya dengan
kemampuan keluarga.
c. Sentuh, genggam dan bicarakan tentang stres anak.
d. Berikan stimulasi sensori dan pengalihan hiburan yang cocok terhadap
tingkat perkembangan anak dan kondisinya.
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan situasi krisis dan kurang
pengetahuan
Kriteria tujuan:
Keluarga akan mengerti tentang penyakit anaknya dan dapat melakukan
perawatan.
Intevensi:
a. Berikan informasi kepada keluarga tentang penyakit dan tindakan
pengobatan.
b. Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan support pada
anak.
c. Libatkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan
seperti yang mereka inginkan.
d. Ajarkan keluarga mengenai tindakan pencegahan.
e. Atur pelayanan kesehatan post hospitalisasi.
f. Rujuk keluarga pada unit pelayanan kesehatan masyarakat.