Вы находитесь на странице: 1из 5

Keperawatan, Islam, Masa Kini

dan Mendatang
MAY 4, 2013
Dr. H Afif Muhammad dalam seminar perawat rohani Islam di Akper Aisyiyah,
Bandung 31/8/2004 mengatakan, masalah sehat dan sakit adalah alami
sebagai ujian dari Allah SWT, hingga manusia tidak akan bisa terbebas dari
sakit. Sehat kerap membuat orang lupa dan lalai baik dalam melaksanakan
perintah-perintah Allah maupun mensyukuri nikmat sehatnya. Kita sering
menyebut kondisi yang tidak menyenangkan seperti sakit sebagai musibah
yang terkesan negatif, padahal musibah berkonotasi positif, jelasnya. 9)

Tugas seorang perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak


berputus asa apalagi menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan
hidup lagi. Pernyataan tidak memiliki harapan hidup untuk seorang muslim
tidak dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak lagi bisa menanganinya,
tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya dengan mengabaikan hukum
sebab akibat, katanya. Perawat juga memandu pasiennya untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh yang
bisa mendatangkan manjurnya doa. 9)

Dr. Ahmad Khan (lulusan suma cumlaude dari Duke University) yang
menemukan Ayat-ayat Al Quran dalam DNA (Deoxy Nucletida Acid) berpesan
semoga penerbitan buku saya Alquran dan Genetik, semakin menyadarkan
umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa lagi
memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim
menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan
agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan penulis berharap akan
datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan
yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para
pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi
pendidikan atau pada level pemerintah. 10)

Di negara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak


dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan
di Arab, keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic health
belief), dan nilai-nilai profesional yang diperoleh dari pendidikan
keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di negara barat,
keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam budaya mereka.

Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana


keperawatan dan islam dapat berkembang sejalan dalam harmoni
percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit,
perkembangan tehnologi kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap
mengenang dan menteladani sejarah perkembangan keperawatan yang di
mulai oleh Rufaida binti Saad.
Nur Martono
Penulis, staf keperawatan, RS Amiri Kuwait
Ditulis menjelang :
Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dan Ramadhan 1427 H
Kegiatan Umroh INNAK (Indonesian National Nurses Association Kuwait) 6
10 September 2006, semoga ibadahnya diterima Allah SWT
0

Masa Sejarah Perkembangan Islam


dalam Keperawatan
MAY 4, 2013
Masa sejarah perkembangan islam dalam keperawatan, tidak dapat
dipisahkan dalam konteks perkembangan keperawatan di Arab Saudi
khususnya, dan negara-negara di timur tengah umumnya. Berikut ini akan
lebih dijelaskan tentang sejarah perkembangan keperawatan di masa Islam
dan di Arab Saudi khususnya.

1. Masa penyebaran Islam/ The Islamic Period (570 632 M)


Dokumen tentang keperawatan sebelum-islam (pre-islamic period) sebelum
570 M sangat sedikit ditemukan. Perkembangan keperawatan di masa ini,
sejalan dengan perang kaum muslimin/jihad (holy wars), memberikan
gambaran tentang keperawatan dimasa ini. Sistem kedokteran masa lalu
yang lebih menjelaskan pengobatan dilakukan oleh dokter ke rumah pasien
dengan memberikan resep, lebih dominan. Hanya sedikit sekali lilature
tentang perawat, namun dalam periode ini dikenal seorang perawat yang
bersama Nabi Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu
Rufaidah binti Saad/Rufaidah Al-Asamiya (Tumulty 2001, Al Osimy, 1994) 2)

2. Masa Setelah Nabi/Post Prophetic Era (632 1000 M).


Sejarah tentang keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang
sekali (Al Simy, 1994). Dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran
dimasa itu. Dr Al-Razi yang digambarkan sebagai seorang pendidik, dan
menjadi pedoman yang juga menyediakan pelayanan keperawatan. Dia
menulis dua karangan tentang The Reason Why Some Persons and the
Common People Leave a Physician Even if He Is Clever dan A Clever
Physician Does Not Have the Power to Heal All Diseases, for That is Not
Within the Realm of Possibility. Di masa ini ada perawat diberi nama Al
Asiyah dari kata Aasa yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama
memberikan makanan, memberikan obat, dan rehidrasi.

3. Masa Late to Middle Ages (1000 1500 M)


Dimasa ini negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan
mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar
dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga
sekarang, yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta
perawat wanita merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat
pasien laki-laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004) 2).

4. Masa Modern (1500 sekarang) Early Leaders in Nursings


Development
Masa ini ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari
Eropa, Amerika dan Australia, India, Philipina) yang masuk dan bekerja di RS
di negara-negara Timur Tengah. Bahkan dokumen tentang keperawatan di
Arab, sampai tahun 1950 jarang sekali, namun di tahun 1890 seorang
misionaris Amerika, dokter dan perawat dari Amerika telah masuk Bahrain
dan Riyadh untuk merawat Raja Saudi King Saud. (Amreding, 2003) 2).

Dimasa ini ada seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah Al-Khateeb,
seorang perawat bidan Saudi pertama yang mendapatkan Diploma
Keperawatan di Kairo dan kembali ke negaranya, dan di tahun 1960 dia
membangun Institusi Keperawatan di Arab Saudi.

Meskipun keperawatan masih baru sebagai profesi di Timur tengah,


sebenarnya telah dibangun di masa Nabi Muhammad SAW. Dimana
mempengaruhi philosofi praktek, dan profesi keperawatan. Dan sejak tahun
1950 dengan dikenalkannya organized health care dan pembangunan RS di
Arab Saudi, keperawatan menjadi lebih maju dan bukan hanya sekedar
pekerjaan (job training) 7)

Rufaidah binti Saad


MAY 4, 2013
Setelah Rasulullah menyampaikan risalah Islam, banyak tokoh-tokoh Islam di
bidang ilmu pengetahuan lahir, pada saat itu Islam memegang peranan
penting di semua bidang ilmu pengetahuan seperti Filsafat, Astronomi,
Matematika dan bahkan di bidang kesehatan, untuk bidang kesehatan
mereka adalah : Ibnu Qoyyim Al-Jauzy, Ibnu Sina ( Avicenna ), Abu bakar Ibnu
Zakariya Ar-Razi ( Ar-Razi ), Imam al Ghazali, Abu Raihan Muhammad Al-
Biruni dan tak ketinggalan untuk dunia keperawatan seorang tokoh
muslimah yang ikut membantu rasul untuk mengobati kaum muslimin yang
terluka salah satunya bernama RUFAIDAH BINTI SA AD Al- Asalmiya.
Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang
perawat muslim pertama yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad
S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang
membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin. 1).(Elly
Nurahmah, 2001). Ada pula yang mengenal sebagai Rufaidah binti
Saad/Rufaidah Al-Asalmiya dimana dalam beberapa catatan publikasi
menyebutkan Rufaidah Al-Asalmiya, yang memulai praktek keperawatan
dimasa Nabi Muhammad SAW adalah perawat pertama muslim (Kasule,
2003; Mansour & Fikry, 1987). Sementara sejarah perawat di Eropa dan
Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan
modern, Negara di timur tengah memberikan status ini kepada Rufaidah,
seorang perawat muslim (Jan, 1996). Talenta perjuangan dan kepahlawanan
Rufaidah secara verbal diteruskan turun temurun dari generasi ke generasi di
perawat Islam khususnya di Arab Saudi dan diteruskan ke generasi modern
perawat di Saudi dan Timur Tengah 2) (Miller Rosser, 2006)

Banyak perawat-perawat muslim tidak mengenal Rufaidah binti Sa ad,


mereka lebih mengenal tokoh keperawatan yang berasal dari dunia barat
yaitu Florence Nighttingale seorang tokoh keperawatan yang berasal dari
Inggris.

Sentuhan lembut penuh kemanusiaan menjadi penyemangat para mujahid


yang teluka. Masa-masa peperangan di bawah kepemimpinan Rasulullah tak
hanya melahirkan para lelaki Muslim yang tangguh. Tapi juga seorang
mujahidah yang berada di tepi garis batas, Rufaidah binti Saad.
Sosok Muslimah tersebut memiliki nama lengkap Rufaidah binti Saad Al-Bani
Aslam Al-Khazraj. Pengabdiannya sangat besar saat Perang Badar, Uhud, dan
Khandaq berkobar. Keahliannya di bidang ilmu keperawatan membuat
hatinya terpanggil sebagai sukarelawan bagi korban yang terluka akibat
perang.
Dia juga mendirikan rumah sakit lapangan yang amat membantu para
mujahid saat perang. Semangat Rufaidah membuat Rasulullah SAW pun
memerintahkan agar para korban yang terluka dirawat oleh Rufaidah.
Keahlian Rufaidah menitis dari sang ayah yang berprofesi sebagai dokter.
Sedari kecil dia seringkali membantu merawat orang sakit. Rufaidah lahir di
Madinah. Dia termasuk kaum Anshar, golongan yang pertama kali menganut
Islam di Madinah. Di saat Kota Madinah berkembang pesat, dia membangun
tenda di luar Masjid Nabawi saat dalam keadaan damai.
Rufaidah juga melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat.
Kelompok ini mengambil peran penting dalam Perang Khibar. Mereka
meminta izin kepada Rasulullah untuk ikut di garis belakang pertempuran
serta merawat mujahid yang terluka.
Tercatat pula dalam sejarah saat Perang Khandaq, Saad bin Muadz yang
terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat oleh Rufaidah hingga
stabil/homeostatis. Momen ini dikenang sebagai awal mula dunia medis dan
dunia keperawatan.
Kelembutan hati Rufaidah nyatanya tak terbendung. Dia juga menaruh
perhatian terhadap aktivitas masyarakat. Dia memberikan perawatan
layanan kesehatan kepada anak yatim dan penderita gangguan jiwa.
Kepribadian yang luhurnya ditunjukkan dengan pengabdian serta layanan
yang baik bagi kaum papa tersebut.
Menurut Prof D. Omar Hasan Kasule, Sr dalam studi Paper Presented at the
3rd International Nursing Conference Empowerment and Health: An Agenda
for Nurses in the 21st Century yang diselenggarakan di Brunei Darussalam
1-4 Nopember 1998, Rufaidah adalah perawat profesional pertama di masa
sejarah Islam.

Ia hidup di masa Nabi Muhammad SAW di abad pertama Hijriyah/abad ke-8


Masehi. Kasule menggambarkannya sebagai perawat teladan, baik dan
bersifat empati. Rufaidah juga dikenal sebagai seorang pemimpin,
organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain.Konstribusi
Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun
juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian
kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia
merawat anak yatim dan memberikan bekal pendidikan.

Pengalaman klinisnya pun tak segan dia bagi pada perawat lain yang dilatih
dan bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam
aspek klinikal semata. Namun juga melaksanakan peran komunitas dan
memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai
macam penyakit. Rufaidah adalah perawat dan pekerja sosial yang menjadi
inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam.

Rufaidah juga sebagai pemimpin dan pencetus sekolah keperawatan pertama


di dunia Islam. Ia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit
dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan.

Dalam sejarah Islam tercatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah
seperti Ummu Ammara, Aminah binti Qays Al-Ghifariyat, Ummu Ayman,
Safiyah, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Di masa sesudah Rufaidah, ada pula
beberapa wanita Muslim yang terkenal sebagai perawat. Di antaranya
Kuayibah, Aminah binti Abi Qays Al-Ghifari, Ummu Atiyah Al-Ansariyah,
Nusaibah binti Kaab Al-Maziniyah, dan Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli
dalam penyakit dan bedah mata.

Вам также может понравиться