Вы находитесь на странице: 1из 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MIN Keutapang Dua yang berada

dibawah naungan Dinas Aceh Besar beralamat dijalan Soekarno Hatta

No.30 Desa Lambheu Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Kondisi

sekolah yang bersih dan nyaman serta disekitar halaman sekolah dihiasi oleh sejumlah

pekarangan bunga dan pepohonan, serta tanaman-tanaman hijau lainnya yang mampu

menciptakan kenyamanan bagi siswa dan juga bagi siapapun yang melihatnya.

Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, penulis memulai penelitian

disekolah sejak tanggal 10 Maret sampai 28 Maret 2017. Penulis melakukan kegiatan

observasi dan wawancara dengan 6 orang guru.

4.1.1 Hasil Penelitian dari Observasi

Peneliti melakukan pengamatan terhadap penerapan nilai-nilai

karakter oleh guru pada siswa. Adapun hasil pengamatan tersebut

dijabarkan sebagai berikut:

a. Tanggung Jawab

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat observasi

menunjukkan bahwa guru EP yang merupakan wali kelas Ia telah

menerapkan nilai karakter berupa tanggung jawab, hal ini terlihat

saat guru mengajarkan sifat amanah dan tanggung jawab yang

dikaitkan dengan pembelajaran yang bertema Tempat tinggalku. Guru

38
39

EP memberikan nasehat kepada siswa agar selalu menjaga dan

merawat lingkungan tempat kita tinggal. Karena jika kita hidup

dilingkungan yang bersih maka badan kita pun akan sehat, dan

merawat lingkungan merupakan tanggung jawab kita semua. Guru

tersebut juga selalu mengingatkan siswa untuk mengerjakan tugas

sekolah dengan baik dan melakukan piket sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan. Sama halnya dengan guru EP, guru KR yang

merupakan wali kelas IIa juga telah menerapkan nilai tanggung jawab

kepada siswa. Berbeda dengan guru EP dan KR, guru ER yang

merupakan guru kelas IIIa tidak menerapkan nilai tanggung jawab

kepada siswa. hal ini terlihat pada saat kegiatan belajar mengajar,

dimana guru tersebut tidak mengingatkan sifat amanah dan

pelaksanaan tugas rumah serta sekolah yang menjadi tanggung

jawab peserta didik juga tidak ditegaskan oleh guru, hal ini terlihat

saat guru menghimbau kepada siswa untuk mengumpulkan pekerjaan

rumah, ada sebagian siswa yang tidak membuat PR dan siswa

tersebut merasa tidak bersalah atas perbuatannya, hal tersebut

terjadi dikarenakan guru tersebut kurang menegaskan dan

menerapkan sikap tanggung jawab kepada siswa. Sedangkan guru CS

yang merupakan guru kelas VIa dan guru SB yang merupakan wali

kelas Va telah menerapkan nilai-nilai tanggung jawab kepada siswa

yang terlihat saat pembukaan pembelajaran berlangsung, dimana


40

guru-guru tersebut memeriksa keadaan kelas seperti kebersihan kelas

dan kerapian tempat duduk siswa dan guru juga telah mengingatkan

siswa untuk selalu mengerjakan tugas dan amanah terhadap tugas

yang telah diberikan, artinya siswa harus mengerjakan setiap tugas

dengan benar dan tepat waktu.. Guru JU yang merupakan wali kelas

VIa juga telah menerapkan nilai-nilai karakter. Hal ini terlihat saat

guru tersebut memerintah kepada seluruh siswa untuk melaksanakan

tugas dengan baik dan guru tersebut selalu memperhatikan

kebersihan kelas, guru mengintruksikan kepada siswa agar petugas

piket selalu menjaga kebersihan kelas, karena dengan suasana bersih

maka akan menjadi nyaman dan akan mudah menyerap

pembelajaran disebabkan pikiran pun segar tanpa ada bau-bau dan

kotoran apapun.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti,

maka terdapat 5 orang guru yang telah menerapkan nilai-nilai

tanggung jawab kepada siswa dan terdapat 1 orang guru yang belum

menerapkan nilai-nilai tanggung jawab kepada siswa. Dari hasil

tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sebagian besar

guru telah menerapkan nilai karakter berupa tanggung jawab kepada

siswa.

b. Rasa Hormat
41

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat observasi

menunjukkan bahwa guru EP yang merupakan wali kelas 1a telah

menerapkan nilai karakter berupa Rasa Hormat. Hal ini terlihat saat

guru mengaitkannya dengan pembelajaran, guru mengingatkan siswa

untuk saling menghormati dan menyayangi, serta sikap sopan dan

santun dengan orang tua dan guru. Dan guru juga menghimbau

kepada siswa untuk saling menghargai antar sesama. berbeda

dengan guru EP, guru KR yang merupakan wali kelas IIa tidak

menerapkan nilai Rasa Hormat kepada siswa, hal ini terlihat pada saat

proses pembelajaran, dimana ada beberapa siswa lalai sendiri dengan

aktivitasnya, sedangkan guru yang sedang menerangkan

pembelajaran didepan tidak diperhatikan oleh siswa tersebut.

Berbeda dengan guru EP, guru EL yang merupakan guru kelas IIIa dan

guru CS yang merupakan wali kelas IVa serta guru SB yang

merupakan guru kelas Va tidak menerapkan nilai Rasa Hormat kepada

siswa, hal ini terlihat pada saat pembelajaran berlangsung, guru tidak

mengingatkan siswa untuk saling menghormati dan menghargai serta

sopan santun antar sesama. Sedangkan guru JU yang merupakan wali

kelas VIa telah menerapkan nilai-nilai rasa hormat kepada siswa yang

terlihat saat penutupan pembelajaran, guru mengingatkan kepada

siswa sewaktu pulang kerumah harus memberi salam dan mencium


42

tangan orang tua, serta kepada orang tua harus berkata yang sopan

santun dan tidak boleh meninggikan suara kepada yang lebih tua.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti,

maka terdapat 2 orang guru yang telah menerapkan nilai-nilai rasa

hormat kepada siswa dan terdapat 4 orang guru yang belum

menerapkan nilai-nilai rasa hormat kepada siswa. Dari hasil tersebut

maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sebagian besar guru

telah menerapkan nilai karakter berupa rasa hormat kepada siswa.

c. Keadilan

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat observasi

menunjukkan bahwa guru EP yang merupakan wali kelas Ia tidak

menerapkan nilai karakter berupa Keadilan, hal ini terlihat bahwa

guru tidak mengaitkannya didalam pembelajaran, seperti

mengingatkan siswa untuk selalu mematuhi tata tertib sekolah, dan

guru EP juga terlihat membeda-bedakan siswa yang pintar dan yang

kurang pintar, dengan memusatkan pertanyaan dan perhatian hanya

kepada siswa yang pintar saja serta guru tersebut menjaga jarak

dengan siswa. Sama halnya dengan guru EP dan guru EL yang

merupakan wali kelas IIIa juga tidak menerapkan nilai keadilan

kepada siswa. Berbeda dengan guru EP dan EL, guru KR yang

merupakan wali kelas IIa dan guru CS yang merupakan wali kelas dari

IVa telah menerapkan nilai keadilan kepada siswa. Hal tersebut


43

terlihat didalam pembelajaran berlangsung, guru mengintruksikan

kepada siswa untuk selalu mematuhi tata tertib sekolah, guru juga

memotivasi semua siswa untuk giat belajar supaya menjadi siswa

yang pandai. Guru tidak hanya memusatkan perhatian kepada siswa

yang pandai saja, namun kepada semua siswa, terlebih siswa yang

kurang pandai, guru memberikan motivasi yang lebih lagi supaya

nantinya siswa tersebut akan menjadi siswa yang berprestasi dan

berkarakter. Sama halnya dengan guru KR dan CS, guru SB yang

merupakan wali kelas Va dan guru JU yang merupakan wali kelas VIa

juga telah menerapkan nilai karakter berupa keadilan, hal tersebut

terlihat pada saat guru membagikan kelompok belajar siswa. Guru

membagikannya sama rata, ada terdapat siswa yang pandai dan yang

kurang pandai, tujuannya yaitu agar semua siswa dapat bekerja sama

dengan baik dan saling bertukar pendapat.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti,

maka terdapat 4 orang guru yang telah menerapkan keadilan kepada

siswa dan terdapat 2 orang guru yang belum menerapkan nilai-nilai

tanggung jawab kepada siswa. Dari hasil tersebut maka dapat diambil

suatu kesimpulan bahwa sebagian besar guru tidak menerapkan nilai

karakter berupa keadilan kepada siswa.

d. Keberanian
44

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat observasi

menunjukkan bahwa guru EP yang merupakan wali kelas Ia telah

menerapkan nilai karakter berupa Keberanian kepada peserta didik,

hal ini terlihat didalam pembelajaran, guru mengingatkan kepada

siswa untuk bersikap mandiri dan berani mempertanggung jawabkan

apa saja yang telah dikerjakan, artinya disini guru melatih siswa untuk

berani dan terampil di dalam pembelajaran, berani

mempresentasikan hasil tugas yang telah siswa buat, dan guru selalu

memotivasi siswa untuk bersikap aktif dalam pembelajaran. Guru juga

memberikan reward atau penghargaan kepada siswa yang aktif dalam

pembelajaran. Sama halnya dengan guru EP, guru KR yang

merupakan wali kelas IIa dan guru CS yang merupakan wali kelas IVa

juga telah menerapkan nilai keberanian kepada siswa. Berbeda

dengan guru EP, KR dan CS, guru EL yang merupakan wali kelas IIIa

dan guru SB yang merupakan wali kelas Va serta guru JU yang

merupakan wali kelas Via tidak menerapkan nilai keberanian kepada

siswa. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran, guru EL pada saat

proses belajar mengajar lebih banyak menggunakan metode ceramah

saja tanpa adanya umpan balik kepada siswa, siswa hanya sekedar

duduk saja mendengarkan pembelajaran dari guru EL, sehingga PBM

tersebut tidak terciptanya keaktifan dari pada siswa itu sendiri. Sama

halnya dengan guru EL, guru JU yang merupakan wali kelas Via juga
45

tidak menerapkan nilai keberanian, guru tersebut tidak menggunakan

metode-metode yang membuat siswa aktif dalam belajar, dan guru

tersebut juga tidak memberikan penghargaan kepada siswa yang

aktif.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti,

maka terdapat 3 orang guru yang telah menerapkan nilai-nilai

keberanian kepada siswa dan terdapat 3 orang guru yang belum

menerapkan nilai keberanian kepada siswa. Dari hasil tersebut maka

dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sebagian besar guru telah

menerapkan nilai karakter berupa keberanian kepada siswa.

e. Kejujuran

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat observasi

menunjukkan bahwa guru EP yang merupakan wali kelas Ia telah

menerapkan nilai karakter berupa Kejujuran kepada peserta didik. Hal

ini terlihat pada saat pembelajaran berlangsung. Guru

mengintruksikan kepada siswa untuk memeriksa hasil jawaban teman

pada suatu evaluasi yang telah guru berikan, disitu guru mengaitkan

dengan nilai kejujuran, bahwa siswa harus senantiasa bersikap jujur

dalam memeriksanya, dan guru EP juga melakukan sistem penilaian

yang akuntabel terhadap semua siswa, serta guru juga selalu


46

mengajarkan untuk tidak menyontek dan member sontekan. Sama

halnya dengan guru EP, guru KR yang merupakan wali kelas IIa dan

guru EL yang merupakan wali kelas IIIa juga telah menerapkan nilai

kejujuran kepada siswa. Guru CS yang merupakan wali kelas IVa juga

telah menerapkan nilai kejujuran kepada siswa, guru mengingatkan

kepada siswa bahwa betapa pentingnya menerapkan nilai kejuuran

didalam kehidupan. Kita harus jujur dalam segala hal, dan guru

tersebut juga mengajarkan sikap mandiri yaitu mengerjakan tugas

secara individu tanpa harus menyontek atau melihat hasil jawaban

teman. Sama halnya dengan guru CS, guru SB yang merupakan wali

kelas Va dan guru JU yang merupakan wali kelas Via juga telah

menerapkan nilai kejujuran kepada siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti,

menunjukkan bahwa sebanyak 6 orang guru telah menerapkan nilai

kejujuran kepada siswa, tidak ada guru yang tidak menerapkan nilai

karakter berupa kejujuran kepada peserta didikmya. Dari hasil ini

maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa semua guru telah

menerapkan nilai kejujuran berupa selalu bersikap jujur dan tidak

berbohong, guru juga telah menerapkan penilaian yang akuntabel

kepada siswa serta guru selalu mengintruksikan kepada siswa untuk

tidak menyontek dan member sontekan.

f. Rasa Kebangsaan
47

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat observasi

menunjukkan bahwa guru EP yang merupakan wali kelas 1a telah

menerapkan nilai karakter berupa Rasa kebangsaan. Hal ini terlihat

pada saat siswa memperingati hari-hari besar nasional, seperti

mengadakan upacara, mengikut sertakan siswa dalam kegiatan-

kegiatan kebangsaan, seperti Hari Kemerdekaan, dengan adanya

lomba-lomba, jalan santai dan ikut pawai, serta guru juga

mengingatkan kepada siswa tentang pentingnya meneladani sikap

dari pada pahlawan bangsa yang telah berjuang demi Negara kita ini.

Sama halnya dengan guru EP, guru KR yang merupakan wali kelas IIa

juga telah menerapkan nilai rasa kebangsaan kepada siswa, begitu

pula dengan guru EL yang merupakan wali kelas IIIa, guru CS yang

merupakan wali kelas IVa, guru SB yang merupakan wali kelas Va

serta guru JU yang merupakan wali kelas Via juga telah menerapkan

nilai rasa kebangsaan, hal tersebut terlihat pada saat hari-hari

kebangsaan dan lainnya, siswa juga turut berpartisipasi dalam segala

kegiatan tersebut.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti,

menunjukkan bahwa sebanyak 6 orang guru telah menerapkan nilai

rasa kebangsaan kepada siswa, tidak ada guru yang tidak

menerapkan nilai karakter berupa rasa kebangsaan kepada peserta

didiknya. Dari hasil ini maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
48

semua guru telah menerapkan nilai rasa kebangsaan berupa selalu

memperingati hari-hari besar nasional, mengikutsertakan siswa dalam

kegiatan-kagiatan kebangsaan dan meneladani para pahlawan

nasional.

g. Disiplin diri

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat observasi

menunjukkan bahwa guru EP yang merupakan wali kelas Ia tidak

menerapkan nilai karakter berupa disiplin diri. Hal ini terlihat pada diri

siswa sendiri, bahwa masih terdapat beberapa siswa yang hadir tidak

tepat waktu atau terlambat. Hal tersebut terjadi karena guru tersebut

tidak mengingatkan kepada siswa untuk selalu mematuhi tata tertib

sekolah. Sama halnya dengan guru EP, guru EL yang merupakan wali

kelas IIIa juga tidak menerapkan nilai disiplin diri. Berbeda halnya

dengan guru KR yang merupakan wali kelas IIa telah menerapkan nilai

disiplin diri, hal ini terlihat pada saat pembelajaran, guru tersebut

selalu mengingatkan siswa untuk selalu mengerjakan tugas sekolah

dengan tepat waktu dan hadir tidak boleh terlambat. Sama halnya

dengan guru KR, guru CS yang merupakan wali kelas IVa, dan guru SB

yang merupakan wali kelas Va serta guru JU yang merupakan wali

kelas VIa juga telah menerapkan nilai disiplin diri terhadap siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti,

maka terdapat 4 orang guru yang telah menerapkan nilai karakter


49

berupa disiplin diri kepada siswa dan terdapat 2 orang guru yang

belum menerapkan nilai disiplin diri terhadap siswa. Dari hasil

tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sebagian besar

guru telah menerapkan nilai karakter berupa displin diri kepada siswa.

h. Peduli

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat observasi

menunjukkan bahwa guru EP yang merupakan wali kelas 1a telah

menerapkan nilai karakter berupa peduli. Hal ini terlihat saat guru

mengaitkannya dengan pembelajaran, guru mengingatkan siswa

untuk saling berbagi dan mengasihi antar sesama, menjenguk apabila

ada teman yang sakit, dan juga guru EP ada menyediakan kotak amal

atau sumbangan bagi kawan yang terkena musibah. Sama halnya

dengan guru EP, guru KR yang merupakan wali kelas IIa juga telah

menerapkan nilai peduli. Berbeda halnya dengan guru EP dan KR,

guru EL yang merupakan wali kelas IIIa tidak menerapkan nilai peduli,

hal ini terlihat pada saat pembelajaran, guru tidak menekankan

kepada siswa tentang pentingnya saling berbagi antar sesama, dan

juga tidak melakukan kegiatan bakti sosial, guru EL hanya

menyediakan kotak amal saja. Sedangkan guru CS yang merupakan

wali kelas IVa, dan guru SB yang merupakan wali kelas Va serta guru
50

JU yang merupakan wali kelas VIa telah menerapkan nilai peduli

kepada siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti,

maka terdapat 5 orang guru yang telah menerapkan nilai karakter

berupa nilai peduli kepada siswa dan terdapat 1 orang guru yang

belum menerapkan nilai peduli. Dari hasil tersebut maka dapat

diambil suatu kesimpulan bahwa sebagian besar guru telah

menerapkan nilai karakter berupa peduli.

i. Ketekunan

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat observasi

menunjukkan bahwa guru EP yang merupakan wali kelas 1a telah

menerapkan nilai karakter berupa peduli. Hal ini terlihat saat guru

mengaitkannya dengan pembelajaran, guru selalu mengintruksikan

kepada siswa untuk membaca dan membuat tugas dengan sungguh-

sungguh, guru EP juga memberi motivasi kepada siswa agar semua

siswa dapat aktif dalam pembelajaran, sehingga menjadikan siswa

berprestasi. Sama halnya dengan guru EP, guru KR yang merupakan

wali kelas IIa juga telah menerapkan nilai ketekunan kepada siswa.

Berbeda halnya dengan guru EP dan KR, guru EL yang merupakan


51

wali kelas IIIa dan guru SB yang merupakan wali kelas Va tidak

menerapkan nilai ketekunan, hal ini terlihat pada saat pembelajaran,

dimana pada saat proses belajar mengajar, guru tidak memotivasi

siswa untuk aktif dan pengelolaan pembelajarannya pun tidak

menarik, guru hanya menggunakan metode ceramah saja. Berbeda

halnya dengan guru CS yang merupakan wali kelas IVa dan guru JU

yang merupakan wali kelas VIa telah menerapkan nilai ketekunan

kepada siswa. hal tersebut terlihat pada proses pembelajaran, guru

mengajarkan siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh, siswa

pun aktif dalam pembelajaran, dikarenakan pengelolaan yang guru

terapkan pun menarik.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti,

maka terdapat 4 orang guru yang telah menerapkan nilai karakter

berupa ketekunan kepada siswa dan terdapat 2 orang guru yang

belum menerapkan ketekunan diri terhadap siswa. Dari hasil tersebut

maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sebagian besar guru

telah menerapkan nilai karakter berupa ketekunan kepada siswa.

Dari hasil diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagaian

besar guru kelas Ia, IIa, IIIa, IVa, Va dan VIa MIN Keutapang Dua Aceh

Besar sudah menerapkan nilai-nilai karakter kepada siswa. karena

secara keseluruhan dari observasi menunjukkan rata-rata guru telah

menerapkan nilai-nilai karakter. Dari hasil observasi maka dapat


52

dilihat bahwa nilai-nilai karakter yang banyak diterapkan oleh guru

yaitu nilai kejujuran, hal ini dapat dilihat didalam pembelajaran, guru

selalu menghimbau kepada siswa untuk bersikap jujur dan jangan

pernah berhohong, selanjutnya sistem penilaian yang guru lakukan

juga akuntabel dan guru selalu mengajarkan sikap mandiri dan tidak

menyontek. Selanjutnya nilai rasa kebangsaan, dengan selalu

memperingati hari-hari besar nasional dan meneladani sikap dari

pada para pahlawan. Sikap peduli yaitu mengajarkan sikap dermawan

dan melakukan kegiatan bakti sosial. Nilai tanggung jawab, yaitu

dengan mengerjakan tugas dengan tepat waktu dan bekerja sama

dalam piket. Nilai disiplin diri dengan hadir tepat waktu dan selalu

menjalankan tata tertib sekolah. Nilai ketekunan dalam belajar

sehingga memperoleh prestasi yang baik. Nilai keberanian yaitu

dengan mengajarkan sikap aktif dan terampil didalam pembelajaran

dan memberikan penghargaan kepada siswa yang terampil tersebut.

Sedangkan untuk nilai-nilai karakter yang tidak banyak

diterapkan oleh guru yaitu rasa hormat, guru kurang mengajarkan

bagaimana besikap hormat terhadap yang lebih tua dan sopan serta

santun terhadap orang tua dan guru, hal ini terlihat pada diri siswa,

dimana terdapat siswa yang tidak menghargai guru saat sedang

menerangkan pembelajaran, beberapa siswa lalai sendiri dengan

aktivitasnya tanpa memperhatikan guru yang sedang menjelaskan


53

pelajaran. Dan nilai keberanian, hal ini dapat dilihat dalam

pembelajaran, bahwa sebagian besar siswanya tidak aktif dan

terampil, hanya beberapa siswa saja yang terampil, hal terebut

dikarenakan guru kurang memberikan motivasi dan semangat belajar

kepada siswa, serta pengelolaan pembelajaran yang guru gunakan

pun kurang menarik minat siswa untuk aktif.

4.1.2. Hasil Penelitian dari Wawancara

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penerapan nilai-nilai

karakter kepada siswa, peneliti melakukan wawancara kepada 6

orang guru di MIN Keutapang Dua Aceh Besar. Berikut ini hasil

wawancara dengan guru-guru:

1. Apakah selama ini ibu/bapak guru sudah menerapkan nilai-

nilai karakter? jika ada, nilai karakter apa sajakah yang

telah diterapkan ?

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, maka dapat

diketahui bahwa sebagian besar guru telah menerapkan nilai-nilai

karakter kepada siswa, hal tersebut terlihat pada saat pembelajaran.

Peneliti melakukan pengamatan dan wawancara terhadap penerapan

nilai-nilai karakter yang diterapkan oleh guru dan peneliti

menggambarkannya sebagai berikut:

Nilai-nilai karaker yang telah diterapkan oleh sebagian besar

guru yaitu kejujuran dan kedisiplinan diri. Guru berinisial EP


54

menyatakan bahwa selami ini saya rasa saya telah menerapkan nilai

karakter terhadap siswa, hal ini dapat dilihat dalam mengaitkan

materi pembelajaran dengan nilai karakter seperti guru selalu

menghimbau kepada siswa untuk berlaku adil, tidak berbohong, serta

tepat waktu dalam mengerjakan tugas.

Selanjutnya, guru lainnya yang berinisial KR memberikan

jawaban yang tidak jauh berbeda dengan jawaban sebelumnya, KR

mengatakan bahwa selama ini saya telah menerapkan nilai karakter,

seperti saya selalu mengingatkan siswa untuk bekerja sama dalam

melakukan tugas piket, menjaga kebersihan lingkungan, karena

dengan bersih maka suasana belajar pun akan nyaman, serta

mengingatkan siswa untuk selalu disiplin dalam belajar, selalu dating

tepat waktu dan tidak melanggar tata tertib sekolah.

Guru lainnya yang berinisial EL juga memberikan jawaban yang

berkaitan dengan cara guru menerapkan nilai karakter kepada siswa

dengan mengaitkannya didalam pembelajaran, seperti menyuruh

siswa untuk selalu tekun dalam belajar, karena jika kita sungguh-

sunggu didalam pelajaran, maka kita akan mudah paham dan

mengerti apa yang dijelaskan oleh guru.

Selanjutnya, guru lainnya yang berinisial CS juga mengatakan

hal yang sama, saya rasa saya sudah menerapkan nilai karakter

kepada siswa, hal ini dapat kita lihat dari kebiasaan baik siswa yang
55

telah tertanam dalam diri dia, seperti dia selalu dating tepat waktu,

disiplin dan juga selalu menjaga kebersihan kelas, yaitu petugas piket

selalu bekerja sama dalam membersihkan kelas.

Senada dengan guru diatas, guru yang berinisial SB yang

mengatakan bahwa selama ini ia telah menerapkan nilai karakter, hal

tersebut ia kaitkan didalam pembelajaran, seperti selalu

mengingatkan siswa untuk mengerjakan tugas secara individu tanpa

ada yang menyontek, berarti disini nilai kejujuran yang diterapkan

kepada siswa, selain itu saya juga selalu memberikan motivasi belajar

kepada siswa sehingga minat belajarnya pun tumbuh dan ia dapat

aktif atau terampil didalam pembelajaran.

Peneliti juga mewawancarai guru lainnya yang berinisial JU

mengatakan hal yang sama seperti guru lainnya, bahwa ia telah

menerapkan nilai karakter kepada siswa, seperti mengajarkan disiplin,

saling menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang kecil, serta

mengingatkan untuk selalu membantu sesama, seperti halnya apabila

ada saudara kita yang tertimpa musibah, maka siswa sangat antusias

untuk memberikan bantuan barupa sumbangan.

Dari berbagai wawancara dengan 6 orang guru dan setelah

peneliti melakukan observasi, dapat disimpulkan bahwa selama ini

sebagian besar guru telah menerapkan nilai-nilai karakter kepada

siswa, yaitu dengan cara mengaitkannya didalam pembelajaran,


56

seperti halnya mendisiplinkan siswa, mengajarkan sikap terampil atau

berani didalam kelas, saling bekerja sama antar tugas piket, saling

menghormati guru dan orang tua serta menyayangi yang lebih kecil,

serta adanya rasa peduli terhadap sesama apabila ada teman atau

saudara yang terkena musibah.

2. Bagaimana cara ibu/bapak guru menerapkan nilai-nilai

karakter kepada siswa?

Peneliti melakukan beberapa wawancara yang berkaitan

dengan cara untuk menerapkan nilai-nilai karakter kepada siswa

melalui dengan sering memberikan nasehat dan mengaitkannya nilai-

nilai karakter tersebut dalam semua pelajaran dan proses belajar

mengajar. Hal ini dapat diketahui dari jawaban guru berinisial EP,

yang menyatakan bahwa setiap tema dan mata pelajaran pasti ada

penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa, contohnya pada

pelajaran IPS tentang kewajiban mematuhi tata tertib. Disitu siswa

dibimbing dan dilatih untuk disiplin diri, datang tepat waktu,

mengerjakan PR dan bertanggung jawab pada tugas piket.

Guru lainnya yang berinisial KR juga memberikan jawaban yang

berkaitan dengan penerapan nilai-nilai karakter melalui pembelajaran

didalam kelas, guru tersebut juga menjelaskan bagaimana

pengelolaan kelas yang baik juga sangat mendukung terciptanya

suasana belajar yang aktif, sehingga siswa menjadi terampil dan


57

berani, maka disinilah nilai keaktifan dan keberanian anak akan

timbul. Guru juga harus selalu member motivasi dan stimulus kepada

anak, agar anak mempunyai semangat dan tekun dalam

pembelajaran,

Selanjutnya, guru lainnya yang berinisial EL mengatakan hal

yang sama seperti diatas, nilai karakter dapat diterapkan didalam

semua pelajaran, seperti halnya dalam pemilihan ketua kelas, wakil

ketua kelas, bendahara serta sekretaris disitu siswa diajarkan untuk

saling bermusyawarah dan mufakat, serta pemilihannya dilakukan

dengan memberikan suara, maka suara terbanyak dalam

musyawarah tersebut akan terpilih menjadi ketuanya, maka disitu

telah diajarkan nilai keadilan, dan guru juga tidak membeda-bedakan

perlakuan antara siswa yang pintar dn kurang pintar, karena semua

anak dimata guru adalah sama, tidak ada bedanya. Sama halnya

dimata Tuhan, Allah SWT, bahwa semua manusia ini sama, yang

membedakan manusia satu dan yang lainnya hanyalah

ketaqwaannya.

Selanjutnya, guru lainnya yang berinisial CS juga mengatakan

hal yang sama, nilai karakter juga dapat ditanamkan didalam semua

mata pelajaran dan didalam keseharian anak, contohnya dalamp

pengaturan tugas piket, disitu anak dilatih untuk bekerja sama dan

disiplin, anak diajarkan untuk hidup bersih dan mandiri. Pertama


58

mungkin anak terpaksa melakukannya, karena itu semua merupakan

suatu kawajiban didalam kelas, namun nantinya pasti anak akan

mengetahui manfaat dari pada itu semua, jadi jika itu diterapkan

pada anak sedini mungkin, pada masa nantinya pasti akan melekat

pada dirinya, tanpa harus disuruh-suruh lagi.

Senanda yang diungkapkan oleh guru berinisial CS. Guru

berinisial SB juga mengatakan demikian, penerapan nilai-nilai moral

dapat dikaitkan dengan semua mata pelajaran, contohnya pada saat

pembukaan pembelajan disitu siswa sebelum memulai pelajaran

berdoa terlebih dahulu, jadi sikap religius atau keagamaannya mulai

ditanam, guru mengintruksikan kepada siswa untuk berdoa

seluruhnya tanpa ada yang berbicara dan selanjutnya guru juga

menyampaikan manfaat dari pada berdoa, memohon kepada Allah

SWT untuk memudahkan pemahaman kita didalam menuntut ilmu.

Dan penerapan nilai-nilai karakter juga dapat diterapkan melalui

pelajaran agama, seperti kita harus senantiasa meneladani sifat-sifat

rasul, sifat-sifat beliau dapat menjadi panutan dan harus kita terapkan

didalam kehidupan.

Peneliti juga mewawancarai guru lainnya yang berinisial JU

mengatakan hal yang sama seperti guru lainnya, bahwa penerapan

nilai karakter dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar,

seperti halnya guru memotivasi siswa untuk belajar secara aktif


59

dengan metode yang menarik pula, disitu guru menstimulus siswa

untuk berani dan terampil didalam pembelajaran, tanpa adanya rasa

takut misalnya didalam mengeluarkan pendapat. Guru menghimbau

kepada siswa untuk jangan takut salah, sehingga siswa menjadi lebih

berani mencoba tanpa harus takut salah. Guru juga tidak

membedakan antara jawaban salah atau benar, karena sudah

menjawab saja sudah ada nilai plus tersendiri, dan guru juga

memberikan reward dengan tepuk tangan kepada siswa yang berani

dan terampil.

Dari berbagai wawancara dengan 6 orang guru dan setelah

peneliti melakukan observasi dapat disimpulkan bahwa penerapan

nilai-nilai karakter dilakukan pada saat pembelajaran, dengan cara

mengaitkan materi dengan nilai-nilai karakter seperti pada saat

pembukaan pembelajan disitu siswa sebelum memulai pelajaran

berdoa terlebih dahulu, jadi sikap religius atau keagamaannya mulai

ditanam, guru juga menerapkan bagaimana pengelolaan kelas yang

baik sangat mendukung terciptanya suasana belajar yang aktif,

sehingga siswa menjadi terampil dan berani, maka disinilah nilai

keaktifan dan keberanian anak akan timbul. Selain itu juga dapat

diterapkan diluar pelajaran seperti dilingkungan sekolah maupun

lingkungan rumah karena hal tersebut dapat menjadikan siswa lebih

banyak mempunyai nilai karakter.


60

3. Bagaimana interaksi guru dengan siswa saat pembelajaran

dalam kelas ?

Berikut ini merupakan beberapa hasil wawancara dengan guru

berkaitan dengan interaksi guru dengan siswa saat pembelajaran

didalam kelas. Guru berinisial EP mengatakan bahwa didalam kelas

guru selalu berupaya agar terciptanya interaksi yang kondusif,

interaksi yang bukan hanya berpusat pada guru saja, namun juga

berpusat pada siswa. Jadi didalam kelas, siswa saya ada yang aktif

dan terampil serta suka bertanya, namun ada pula beberapa siswa

yang hanya diam saja. Ini menjadi tanggung jawab guru untuk

berupaya menjadikan siswa tersebut aktif yaitu dengan sering

memanggil namnya untuk menjawab soal yang guru berikan, Karena

siswa yang pendiam bukan berarti dia bodoh, atau tidak bisa

menjawab, hanya saja dia masih memiliki rasa malu yang sangat

besar sehingga dia tidak berani untuk tampil.

Selanjutnya guru berinisial KR juga mengemukakan pendapat

yang demikian, bahwa sejauh ini masih terjalin interaksi yang bagus

antara guru dengan siswa. Saya selalu menstimulus siswa untuk

menjawab pertanyaan yang saya berikan dan supaya dia aktif serta

terampil didalam pembelajaran.

Senada yang diungkapkan oleh guru berinisial KR. Guru

berinisial EL juga mengatakan demikian, yaitu interaksi yang terjalin


61

dengan siswa didalam pembelajaran baik, seperti ada beberapa siswa

yang aktif bertanya, juga ada yang berani mengeluarkan pendapat.

Peneliti juga mewawancarai guru lainnya yang berinisial CS dan

mendapatkan informasi yang tidak jauh berbeda dengan guru lainnya,

yaitu guru selalu menstimulus siswa supaya aktif dalam pembelajaran

sehingga terciptanya interaksi yang tidak hanya berpusat kepada

guru saja namun juga kepada siswa dan siswa dengan siswa. ya,

Karena sesuai dengan kurikulum 2013 juga, bahwa disini siswa

dituntut aktif dan terampil dalam pembelajaran dengan tidak hanya

berpusat pada guru, namun juga siswa.

Senada dengan guru diatas, guru yang berinisial SB yang

mengatakan bahwa interaksi guru dengan siswa sangat baik, karena

guru juga selalu berupaya menjadikan siswa terampil dalam

mengeluarkan pendapat dengan memberikan teknik dan metode-

metode yang menarik pula.

Peneliti juga mewawancarai guru lainnya yang berinisial JU dan

mendapatkan informasi yang tidak jauh berbeda dengan guru lainnya

yang mengatakan bahwa interaksi guru dengan siswa didalam

pembelajaran baik, ada beberapa siswa yang aktif dan cepat tanggap

apabila guru melontarkan pertanyaan, bahkan siswa saling berebutan

dalam menjawab soal yang saya berikan. Ini terjadi karena saya

selalu memberikan stimulus kepada anak untuk tidak takut dalam


62

mengeluarkan pendapat dan tidak masalah apabila jawaban yang

anak berikan masih kurang tepat, karena nantinya akan guru

betulkan.

Dari berbagai wawancara dengan 6 orang guru dan setelah

peneliti melakukan observasi dapat disimpulkan bahwa interaksi yang

terjalin antar guru dengan siswa didalam pembelajaran sangat baik,

hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan

guru dan keberanian siswa dalam mengeluarkan pendapat. Hal

tersebut terjadi tidak terlepas dari bagaimana cara guru memotivasi

siswa dan memberikan pengelolaan pembelajaran yang menarik,

sehingga siswa memiliki minat yang tinggi serta terampil didalam

pembelajaran.

4. Bagaimana hubungan anak dengan teman-temannya saat

didalam kelas/diluar kelas ?

Berikut ini merupakan beberapa hasil wawancara dengan guru

berkaitan dengan tingkah laku siswa baik didalam kelas maupun

diluar kelas, jadi menurut sebagian besar guru, siswa sangat antusias

dalam bekerja sama dengan teman-temannya, misalnya dalam

pelaksanaan piket kelas dan dalam hal gotong royong bersama

membersihkan sekolah. Guru berinisial EP menyatakan bahwa tingkah

laku anak berbeda antara satu dengan lainnya, ada anak yang baik,

ada anak yang pendiam, ada pula anak yang hiperaktif, jadi tingkah
63

laku yang ditunjukkan oleh anak-anak pun bermacam-macam. Namun

jika kita didik dan bina perilaku mereka, maka akan menjadi anak

yang tahu akan perilaku yang baik. Seperti halnya saya didalam kelas

sebagai guru selalu melihat bahwa ada terciptanya hubungan yang

baik antar anak, seperti didalam tugas piket, terlihat bahwa mereka

saling bekerja sama didalam melaksanakan tugas piket, apabila

belum selesai salah satunya, maka siswa yang lainnya tidak pulang

dahulu, namun mereka menunggu bersama-sama hingga selesai

pekerjaannya. Akan tetapi yang namanya anak-anak pasti ada

terjadinya perkelahian baik didalam kelas maupun diluar kelas,

namun hanya perkelahian kecil saja yang terjadi, disebabkan

kecemburuan misalnya atau hal yang lainnya, namun hal tersebut

masih bisa guru atasi dan guru berikan bimbingan kepada siswa

tersebut.

Selanjutnya guru berinisial KR juga mengemukakan pendapat

yang demikian, mengenai tingkah laku siswa yang terjadi didalam

kelas maupun diluar kelas, sejauh ini guru melihat siswa sesama

siswa lainnya selalu berteman dan berperilaku baik, sesekali

terciptanya canda tawa, mereka pun suka menolong teman yang lagi

membutuhkan, seperti meminjamkan alat tulis kepada teman yang

tidak mempunyainya, saling berbagi makanan bila anak tersebut

membawa makanan lebih, bersahabat dengan baik, namun kadang


64

kala suka berkelahi kecil juga. Namanya juga anak-anak dengan

berbagai macam tingkah dan perilaku, namun jika kita didik dan bina

sejak dini mungkin, pasti akan terbentuk anak dengan perilaku yang

baik pula.

Selanjutnya, guru lainnya yang berinisial EL juga memberikan

jawaban yang tidak jauh berbeda dengan jawaban diatas, EL

mengatakan bahwa didalam kelas siswanya baik sesama teman,

kondisi kelasnya pun aman saat terjadimya proses belajar mengajar

walaupun kadang-kadang rebut juga, namun saat guru menjelaskan

pelajaran kebanyakan siswa mendengarkan dengan baik. Begitu juga

diluar kelas, siswa saling bermain sesame teman, pergi ke kantin

secara bersama, dan apabila guru mengintruksikan kepada salah satu

siswa untuk mengutip sampah, maka siswa yang lainnya juga ikut

mengutip sampah. Jadi, dari hasil yang telah dijabarkan diatas,

terlihat bahwa tingkah laku siswa didalam kelas maupun diluar kelas

baik.

Peneliti juga mewawancarai guru lainnya yang berinisial CS dan

mendapatkan informasi yang tidak jauh berbeda dengan guru lainnya,

yaitu perilaku siswa yang tercipta didalam kelas baik-baik saja,

mereka saling bekerjasama apabila mengerjakan tugas kelompok,

apalagi saya sudah mengelompokkan tempat duduk siswa, ini

diharapkan siswa saling bekerja sama, supaya mereka tidak


65

individual, siswa yang pandai bisa saling mengajarkan kepada siswa

lainnya yang kurang pandai, dan sesama siswa pun bisa saling

berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka didalam kelompok

mereka, sehingga terciptanya kelompok yang solid. Sedangkan diluar

kelas mereka tetap kompak dengan teman yang lainnya, saling

berbagi, bermain bersama dan tetap menjaga lingkungan agar tetap

bersih yaitu dengan cara bergotong royong dan membuang sampah

masing-masing didalam tong sampah.

Senada dengan guru diatas, guru yang berinisial SB yang

mengatakan bahwa tingkah laku sebagian besar anak semuanya baik

namun ada juga beberapa siswa yang nakal, namanya juga anak-

anak, namun masih sebatas nakal yang wajar, mereka juga saling

rukun baik didalam kelas maupun diluar kelas, bekerja sama dalam

melakukan tugas piket kelas, saling membantu temannya yang

sedang piket apabila ada siswa yang piket yang tidak hadir, dan

mereka selalu menjaga kebersihan kelas dan halaman sekolah.

Peneliti juga mewawancarai guru lainnya yang berinisial JU dan

mendapatkan informasi yang tidak jauh berbeda dengan guru lainnya

yang mengatakan bahwa siswa dalam bergaul dan bertingkah laku

dengan siswa lainnya saling akur, baik, kerjasamanya pun juga

terjalin erat, dan saat gotong royong guru mengintruksikan kepada

siswa untuk membawa perlengkapan gotong royong, maka siswanya


66

pun patuh dan semuanya membawa perlengkapannya tanpa ada

yang lupa walaupun saat bergotong royong ada satu atau dua orang

siswa yang lalai dan asik bermain.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diketahui bahwa

siswa bertingkah laku didalam/diluar kelas dengan baik dan saling

terjalin kerjasama antar siswa baik dalam pelaksanaan tugas piket

maupun dalam membuat tugas kelompok belajar, namun kadang-

kadang ada beberapa siswa yang nakal, suka berkelahi kecil,

mengganggu temannya, namun hal tersebut tidak terlalu parah.

Namanya juga anak-anak pasti mempunyai beragam sifat yang

berbeda-beda. Sehingga dengan adanya tingkah laku tersebut guru

sebagai pendidik diharapkan dapat membimbing dan senantiasa

mendidik siswa sehingga menjadi siswa yang berperilaku baik, karena

jika siswa di didik sedari kecil maka kedepannya akan terciptanya

anak yang berakhlakul karimah.

5. Apakah siswa selain belajar pelajaran agama (diniyah)

disekolah juga belajar ditempat lain ?

Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa belajar agama

bukan hanya di sekolah tetapi untuk memperdalam ilmu agama siswa

juga belajar ditempat lain, seperti ditempat pengajian, TPA dan

pasantren. Dengan dorongan dari guru dan orang tua yang utamanya,

siswa sangat antusias menuntut ilmu agama, karena ilmu agama


67

sangat utama dan berguna bagi mereka, selain untuk masa sekarang

juga hingga nantinya, hingga akhir kahidupannya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru berinisial

EP menyatakan bahwa siswa bukan hanya belajar agama di sekolah

saja, namun juga ada belajar ditempat lain, seperti di TPA dan

pengajian, hal tersebut memang seharusnya terjadi, karena dengan

belajar ditempat-tempat pengajian dan TPA, maka ilmu yang

didapatpun akan berkesinambungan dan yang diperoleh pun akan

lebih banyak, hal tersebut sangat perlu karena akan semakin terbina

akhlak dan terbentuk karakter yang baik pula terhadap diri anak.

Senada yang diungkapkan oleh guru EP, guru yang berinisial KR

juga menyatakan demikian, siswa memang seharusnya lebih

memperdalam ilmu agama bukan hanya disekolah namun ditempat-

tempat lain juga seperti di pasantren, TPA dan pengajian. Apalagi di

Aceh merupakan kawasan dengan berlandaskan syariat islam, jadi

memang menjadi suatu kebutuhan bagi anak untuk lebih

memperdalam ilmu agama, hal tersebut sangat berguna bagi diri

anak sendiri dan bagi khalayak, karena supaya siswa tidak terjerumus

kedalam hal-hal yang buruk.

Senada yang diungkapkan oleh guru berinisial KR. Guru

berinisial EL juga mengatakan demikian, yaitu melalui pelajaran

agama nilai-nilai karakter dapat diterapkan kepada anak dan untuk


68

memperdalamnya maka anak perlu belajar dan menambahkannya

lagi di tempat lain, seperti ditempat pengajian, TPA atau pasantren,

Karena ditempat tersebut anak akan mendapatkan ilmu dan nilai-nilai

yang sangat baik bagi terbentuk karakter anak yang mulia pula.

Begitu pula yang diungkapkan oleh guru berinisial CS, bahwa

pelajaran agama memang sangat penting untuk dituntut dan

diajarkan, baik disekolah maupun ditempat lain. Apalagi disekolah

waktunya sangat terbatas, jadi siswa harus mendalaminya lagi

ditempat pengajian. Melalui ilmu agama, siswa akan menjadi lebih

tahu mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang halal dan

mana yang haram. Dengan begitu, siswa pasti didalam kehidupannya

akan berperilaku dan berakhlak sesuai anjuran yang terdapat dalam

agama Islam.

Selanjutnya guru lainnya yang berinisial SB memberikan

jawaban yang tidak jauh berbeda dengan jawaban diatas, yaitu nilai-

nilai karakter yang harus diterapkan kepada siswa sangatlah penting

atau utama dan juga banyak, jadi salah satu penanamannya selain

didalam pelajaran agama, siswa juga harus mendalaminya ditempat

pengajian, pasantren juga merupakan suatu ranah yang mengajarkan

karakter anak supaya menjadi anak yang berkarakter baik dan

berakhlakul karimah. Peneliti juga mewawancarai guru lainnya yang

berinisial JU dan mendapatkan informasi bahwa selain ilmu yang


69

didapatnya disekolah, anak-anak juga sangat memerlukan wawasan

yang lebih luas lagi yaitu dengan belajar ditempat lain seperti TPA,

pengajian dan lainnya, hal tersebut diharapkan supaya anak

mendapatkan hasil yang lebih baik lagi apalagi keterbatasan waktu

belajar pelajaran agama disekolah.

Dari berbagai wawancara dengan 6 orang guru dan setelah

peneliti melakukan observasi dapat disimpulkan bahwa siswa ada

belajar pelajaran agama ditempat lain seperti di TPA, pasantren dan

tempat pengajian. Guru juga selalu menyarankan siswa untuk belajar

agama di rumah atau di tempat pengajian, hal ini disebabkan oleh

waktu belajar pelajaran agama disekolah sangat singkat dan kurang

memadai.

6. Apakah selama ini ada kasus siswa yang berbohong

terhadap guru ?

Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

tidak berbohong karena siswa tahu bahwa berbohong itu adalah

perbuatan tercela dan akan mendapat dosa, apalagi siswa sendiri

sudah diterapkan nilai kejujuran oleh guru, maka pada diri siswa

sudah tertanam nilai kejujuran tersebut. Guru yang berinisial EP

menyatakan bahwa tidak adanya siswa yang berbohong karena sudah

guru sudah menerapkan nilai kejujuran pada diri siswa dan jika

mereka berbohong maka akan berdosa dan di hari akhirat kelak akan
70

masuk neraka, dan siswa juga diingatkan bahwa selalu ada bersama

mereka kedua malaikat yang mencatat segala sesuatu yang kita

kerjakan, baik itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Hal ini

dapat membuat siswa lebih terawasi dan selalu bersikap benar karena

apapun yang dikerjakan mereka selalu ada yang mengawasi.

Peneliti juga mewawancarai guru lainnya yang berinisial KR dan

mendapatkan informasi yang tidak jauh berbeda dengan guru lainnya,

siswa sudah diterapkan nilai kejujuran, maka tidak ada lagi siswa

yang berbohong, akan tetapi jika kasus berbohongnya kecil juga

masih terdapat beberapa siswa, seperti siswa yang tidak membuat PR

dengan alasan yang bermacam-macam, kemungkinan besar dia

berbohong. Akan tetapi siswa selalu dilatih dan diajarkan oleh guru

tentang nilai kejujuran, sehingga sampai saat ini mengenai kasus

siswa yang berbohong sudah tidak ada.

Selanjutnya guru lainnya yang berinisial EL mengatakan hal

yang sama seperti diatas, disebabkan siswa sudah diterapkan nilai

kejujuran oleh guru maka siswa sudah mengetahui tentang

konsekuensi apa yang akan didapatkan apabila dia berbohong, seperti

guru memberikan sanksi kepada siswa yang menyontek dengan

mengerjakan ulang latihannya sendiri dan duduk didepan kelas, maka

siswa tersebut akan menjadi malu dan nanti kedepannya tidak akan

mengulangi hal yang seperti itu lagi.


71

Jawaban yang hampir sama juga disampaikan oleh guru yang

berinisial CS, yaitu guru telah menerapkan nilai kejujuran kepada

siswa, sehingga tidak ada siswa yang berbohong, dan guru juga telah

memberikan penjelasan kepada siswa beserta dengan sanksinya

apabila ada siswa yang berbohong. Seperti halnya jika mereka tidak

membuat PR dan mengaku dengan seribu satu alas an, maka guru

akan memberikan sanksi berupa tugas yang lebih banyak lagi dari

pada tugas sebelumnya, ini dapat menjadikan pelajaran dan obat bagi

mereka supaya kedepannya mereka selalu membuat tugas yang guru

berikan.

Selanjutnya guru yang berinisial SB memberikan jawaban lain

mengenai kasus berbohong, karena didalam kelasnya ada siswa yang

berbohong namun masih sebatas dalam hal membuat PR, pernh

kedapatan PR salah satu siswa sama persis dengan siswa yang lain,

dari susunan kata dan bahasanya pun juga sama. Lalu guru

menanyakan langsung kepada siswa tersebut dan akhirnya siswa

tersebut mengakui kesalahannya, untuk membuat siswa tersebut

tidak mengulangi lagi perbuatannya, maka guru memberikan sanksi

dan sedikit ancaman kepada siswa agar tidak mengulanginya lagi.

Sama halnya yang dikatakan oleh guru SB, guru lainnya yang

berinisial JU juga mengatakan hal yang sama seperti diatas, kalau

kasus berbohong ya tidak banyak, hanya beberapa siswa saja, itupun


72

hal yang kecil, seperti tidak membuat PR. Hal tersebut terjadi

disebabkan siswa tersebut malas dalam mebuat tugas, sehingga guru

memberikan sanksi kepadanya berupa menyuruh siswa tersebut

membuat PR didepan kelas dan duduk dilantai kelas, hal tersebut

dilakukan agar siswa tersebut menjadi malu dan tidak akan

melakukan kesalahan yang sama lagi nantinya.

Dari berbagai wawancara dengan 6 orang guru tersebut diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa tidak

berbohong kepada guru dikarenakan guru telah menerapkan nilai

karakter berupa kejujuran dan guru juga mengingatkan kepada siswa

bahwa berbohong itu merupakan sifat tercela dan apabila kita

melakukannya maka akan mendapat dosa. Guru juga memberikan

sanksi apabila ada siswa yang berbohong, sehingga siswa tidak ada

yang berani berbohong lagi terhadap guru dan terhadap orang

lainnya juga. Walaupun ada beberapa juga anak yang masih

berbohong, namun setelah diberikan teguran dan guru juga

membangun kerjasama dengan pihak keluarga, maka hal tersebut

tidak akan terjadi lagi.

7. Apakah ada siswa yang terampil dan berani pada saat

proses belajar mengajar?


73

Berikut ini merupakan beberapa hasil wawancara dengan guru

berkaitan dengan siswa yang aktif dan terampil didalam kelas pada

saat proses belajar mengajar. Guru berinisial EP menyatakan bahwa

ada beberapa siswa yang aktif didalam pembelajaran hal tersebut

dapat dilihat dari keberanian siswa dalam mengeluarkan pendapat

dan keaktifan siswa dalam bertanya namun tentunya tidak semua

siswa aktif didalam pembelajaran hal ini disebabkan karena pada

dasarnya setiap anak berbeda-beda kemapuan yang dimilikinya, ada

siswa siswa yang pandai ada siswa pendiam adapula yang hiperaktif.

Jadi disini guru sangat berperan dalam memotivasi siswa agar siswa

dapat aktif dalam pembelajaran.

Guru lainnya yang berinisial KR juga mengemukakan pendapat

yang hampir sama seperti diatas bahwa ada beberapa siswa yang

terampil didalam kelas. Namun juga masih terdapat siswa yang

kurang aktif dalam kelas, hal ini sangat tergantung dari guru sebagai

pendidik harus menstimulus peserta didiknya agar semua siswa dapat

aktif dalam belajar. Namun kembali lagi kepada diri siswanya, bahwa

setiap anak pasti mempunyai kemampuan dan potensi yang berbeda-

beda, jadi disini saya sebagai guru bertugas untuk terus mengasah

bakat dan minat siswa supaya terampil dan aktif didalam

pembelajaran.
74

Selanjutnya, guru lainnya yang berinisial EL juga memeberikan

jawaban yang berkaitan dengan siswa yang aktif didalam

pembelajaran hanya sebagian saja, hal ini mungkin disebabkan

dengan kepribadian siswa, karena ada siswa yang pendiam, ada pula

siswa yang mempunyai rasa takut yang berlebih, sehingga ia enggan

untuk mengeluarkan pendapat dan aktif didalam kelas. Namun disini

guru juga harus lebih menguasai pengelolaan pembelajaran yang

menarik sehingga dapat membuat peserta didiknya semangat dan

aktif didalam pembelajaran.

Senada yang diugkapkan oleh guru berinisial EL. Guru berinisial

CS juga mengatakan demikian, bahwa ada beberapa siswa yang

terampil dalam pembelajaran hal tersebut dapat dilihat dari sering

menjawab pertanyaan yang guru lontarkan dan aktif mengeluarkan

pendapat serta bertanya. Namun terdapat beberapa siswa yang

kurang aktif, jadi teknik yang guru gunakan yaitu dengan sering

menginstruksikan kepada siswa tersebut untuk maju ke depan kelas

untuk menjawab soal di papan tulis hal ini diharapkan agar siswa

tersebut tertanam sikap keberanian didalam dirinya tanpa adanya

rasa malu.

Peneliti juga mewawancarai guru lainnya yang berinisial SB dan

mendapatkan informasi yang tidak jauh berbeda dengan guru lainnya,

bahwa ada beberapa siswa yang terampil didalam kelas. Namun juga
75

masih terdapat siswa yang kurang aktif dalam kelas, hal ini sangat

tergantung dari guru sebagai pendidik dalam memberikan motivasi

belajar kepada siswa. Bukan hanya pembelajaran disekolah yang guru

berikan kepada siswa sehingga membuat siswa tersebut pandai dan

aktif dalam pembelajaran namun peranan orang tua dalam mendidik

anaknya juga sangat berpengaruh. Jadi walaupun anak kita nasehati

disekolah untuk belajar dengan sungguh-sungguh, namun orang tua

dirumah tidak mendidik dan mengawasi anaknya untuk belajar, maka

hal ini tidak akan berjalan lancar.

Senada dengan guru yang diatas, guru yang berinisial JU juga

mengatakan hal yang sama bahwa hanya sebagian siswa yang aktif

dan terampil didalam pembelajaran. Jadi di sini guru sangat berperan

dalam membimbing siswa sehingga semua siswa dapat aktif didalam

pembelajaran, baik dengan cara memberikan penghargaan kepada

siswa yang aktif sehingga siswa yang lainnya juga termotivasi untuk

aktif didalam pembelajaran.

Dari berbagai wawancara dengan 6 orang guru tersebut data

disimpulkan bahwa hanya beberapa siswa yang aktif dan terampil

didalam pembelajaran hal tersebut dikarenakan siswa tersebut

memang memiliki kemampuan atau potensi yang lebih dan juga

adanya dukungan dari orang tua di rumah. Walaupun ada beberapa

siswa yang kurang aktif didalam pembelajaran, guru sebagai pendidik


76

harus senantiasa menerapkan pengelolaan pembelajaran yang

menarik dan memotivasi siswa agar semua siswa berperan aktif dan

terampil dalam pembelajaran.

8. Bagaimana respons siswa terhadap kegiatan sosial yang

diselenggarakan oleh sekolah ?

Berikut ini merupakan beberapa hasil wawancara dengan guru

berkaitan dengan respons siswa terhadap kegiatan sosial yang

diselenggarakan disekolah, siswa sangat antusias dalam

keikutsertaannya di kegiatan sosial, seperti ikut memberi sumbangan

kepada yang terkena musibah, seperti di pidie jaya yang lalu, jadi

bukan hanya siswa saja yang ikut menyumbang, orang tua siswa pun

juga ikut serta. Jadi disini ada terjalin kerjasama antar guru dengan

orang tua siswa. hal tersebut diungkapkan oleh guru yang berinisial

EP.

Senada yang diungkapkan oleh guru berinisial EP,. Guru brinisial

KR juga mengatakan demikian, siswa selalu berperan aktif dan ikut

serta terhadap kegiatan sosial yang dilaksanakan, baik itu membantu

orang yang terkena musibah dengan memberikan sumbangan,

maupun turut ikut menjenguk teman yang sedang sakit.

Selanjutnya, guru lainnya yang berinisial EL juga memeberikan

jawaban yang sama, bahwa siswa sangat antusias dalam kegiatan

sosial yang sekolah selenggarakan. Seperti memberikan sumbangan,


77

adanya rasa belas kasih dan peduli terhadap orang yang tertimpa

musibah, dan hal yang lainnya.

Senada yang diugkapkan oleh guru berinisial EL. Guru berinisial

CS juga mengatakan demikian, bahwa siswa sangat antusias dalam

kegiatan sosial, misalnya kita mengadakan penggalangan dana, siswa

selalu memberikan sumbangan untuk korban atau yang terkena

musibah, bahkan ada beberapa siswa yang bertanya apabila ia

memberikannya lagi besok bisa bu ? tentu saya jawab bisa, karena

waktu yang diberikan pun tidak singkat, seperti penggalangan dana

yang kami lakukan untuk korban banjir di pidie jaya waktu lalu.

Peneliti juga mewawancarai guru lainnya yang berinisial SB dan

mendapatkan informasi yang tidak jauh berbeda dengan guru lainnya,

bahwa siswa memberikan respons yang sangat baik terhadap

kegiatan sosial yang sekolah selenggarakan, seperti memberikan

sumbangan, selalu menjenguk teman apabila ada yang terkena

musibah dan sakit, dan hal yang lainnya.

Peneliti juga mewawancarai guru lainnya yang berinisial JU dan

mendapatkan informasi yang tidak jauh berbeda dengan guru lainnya

yang mengatakan bahwa siswa sangat semangat dan antusias

terhadap kegiatan sosial yang sekolah selenggarakan, Seperti

memberikan sumbangan, adanya rasa belas kasih dan peduli

terhadap orang yang tertimpa musibah, dan hal yang lainnya.


78

Dari berbagai wawancara dengan 6 orang guru dan setelah

peneliti melakukan observasi dapat disimpulkan bahwa siswa sangat

antusias dan memberikan respons yang baik terhadap kegiatan sosial

yang diselenggarakan oleh sekolah, seperti seperti memberikan

sumbangan, selalu menjenguk teman apabila ada yang terkena

musibah dan sakit, dan hal yang lainnya.

9. Apakah bapak/ibu masih menemui hambatan dalam

menerapkan nilai karakter kepada siswa di MIN Keutapang

Dua Aceh Besar ? jika masih menemui hambatan, apa saja

hambatan tersebut dan bagaimana cara mengatasinya ?

Hasil wawancara menunjukkan bahwa masih terdapat

hambatan yang ditemui guru dalam menerapkan nilai karakter

kepada siswa. Guru berinisial EP mengatakan bahwa masih menemui

hambatan dalam penerapan nilai karakter, hal tersebut disebabkan

oleh siswa sendiri yang kita ketahui bahwa memiliki berbagai macam

sifat dan karakter, jadi dalam mendisiplinkan siswa guru perlu

memberikan motivasi dan menasehati secara mendalam terhadap

manfaat apa saja yang didapatkan apabila siswa menerapkan nilai

karakter didalam kehidupan.

Guru lainnya yang berinisial KR juga mengemukakan pendapat

yang hampir sama seperti diatas bahwa ada beberapa siswa yang

memiliki sikap yang hiperaktif, sehingga dia suka mengganggu


79

temannya yang lain, jadi ini juga menjadi suatu hambatan. Cara saya

membimbing dia yaitu dengan memusatkan perhatian lebih kepada

dia, sering menyebut namanya, supaya dia merasa malu dan tidak

mengulangi kesalahannya lagi.

Selanjutnya, guru lainnya yang berinisial EL juga memeberikan

jawaban yang sama, yaitu hambatannya terdapat dari beberapa siswa

yang nakal, yang tidak disiplin, sudah berulang kali kalau di nasehati

ia tidak mendengarkannya, maka saya membangun komunikasi

dengan orang tuanya, supaya orang tua juga mendidik anak tersebut

agar menjadi anak yang baik dan berkarakter.

Jawaban yang hampir sama juga disampaikan oleh guru yang

berinisial CS, yaitu hambatan yang ditemui terdapat beberapa siswa

yang tidak mematuhi aturan, seperti tidak membuat PR, jika ia tdak

membuat PR sekali atau dua kali masih saya maafkan, namun jika

masih berlanjut maka saya akan menelpon dan berkomunikasi

dengan orang tuanya, supaya ada kerja sama antar guru di sekolah

dengan orang tua siswa di rumah. Dan jika keduanya saling

bekerjasama membangun karakter anak yang baik, maka akan

terciptanya karakter kuat anak yang akan selalu melekat pada diri

anak.

Peneliti juga mewawancarai guru lainnya yang berinisial SB dan

mendapatkan informasi yang tidak jauh berbeda dengan guru lainnya,


80

bahwa masih menemui hambatan, seperti terdapat beberapa siswa

yang malas membuat PR, siswa yang suka dating terlambat dan tidak

disiplin, jadi disini guru selalu berupaya dan berusaha menasehatinya,

namun jika ia tidak juga berubah, maka guru akan memberikan

sanksi, supaya ia tidak mengulanginya lagi.

Peneliti juga mewawancarai guru lainnya yang berinisial JU dan

mendapatkan informasi yang tidak jauh berbeda dengan guru lainnya,

yaitu terdapat hambatan dalam penerapan nilai karakter, seperti

siswa yang pasif, yang tidak mau mengeluarkan pendapat, maka

disini guru harus lebih memberikan stimulus kepada siswa tersebut,

supaya minatnya keluar dan ia merespons apa yang guru jelaskan di

dalam pembelajaran.

Dari berbagai wawancara dengan 6 orang guru dan setelah

peneliti melakukan observasi dapat disimpulkan bahwa guru masih

menemui hambatan didalam penerapan nilai-nilai karakter kepada

siswa, seperti terdapat siswa yang tidak disiplin, malas membuat PR,

dan tidak aktif didalam pembelajaran, maka solusi yang guru tempuh

yaitu dengan membangun kerjasama antara orang tua dan guru,

serta memberikan motivasi yang lebih supaya minat belajar siswa

akan timbul.

10. Upaya apa saja yang bapak/ibu lakukan dalam

menerapkan nilai karakter kepada siswa ?


81

Berikut ini merupakan beberapa hasil wawancara dengan guru

berkaitan dengan upaya yang guru lakukan dalam menerapkan nilai-

nilai karakter kepada siswa. Guru berinisial EP mengatakan bahwa

selama ini guru selalu berusaha menjadikan peserta didiknya menjadi

peserta didik yang terampil, berakhlak dan baik, berbagai cara guru

tempuh untuk membuat peserta didiknya dapat aktif di dalam

pembelajaran, salah satunya yaitu dengan selalu memberikan

motivasi belajar kepada siswa, menasehati siswa tentang bagaimana

cara berakhlak dan menghormati orang tua serta apa hukumnya bila

anak durhaka terhadap orang tua maka akan mendapatkan dosa dan

akan masuk ke dalam neraka. Jadi ini membuat siswa takut dan tidak

akan mengulangi hal-hal yang buruk lagi.

Guru lainnya yang berinisial KR juga mengemukakan pendapat

yang hampir sama seperti diatas bahwa salah satu upaya yang guru

lakukan yaitu dengan selalu mengingatkan siswa supaya berperilaku

yang baik dan membuang perilaku tercela, karena kalau kita

berakhlak tercela, maka kita akan mendapat dosa. Guru juga selalu

menanamkan nilai kejujuran terhadap siswa, mulai dari hal yang kecil

seperti tidak menyontek dan memberi sontekan, dan hal yang laiinya

Selanjutnya, guru lainnya yang berinisial EL juga memeberikan

jawaban yang sama, yaitu upaya yang guru lakukan salah satunya

yaitu dengan membiasakan siswa untuk hidup bersih, jadi didalam


82

tugas piket, siswa saling bekerja sama dalam membersihan kelas,

sehingga suasana belajar pun akan nyaman.

Jawaban yang hampir sama juga disampaikan oleh guru yang

berinisial CS, yaitu salah satu upaya yang dilakukan guru yaitu

dengan memberikan pengelolaan pembelajaran yang baik dan

menarik, sehingga siswa tertarik minatnya untuk aktif didalam

pembelajaran, dan sikap keberaniannya pun akan timbul.

Selanjutnya guru yang berinisial SB memberikan jawaban yang

hampir sama dengan jawaban sebelumnya, guru selalu berupaya

untuk bersikap adil terhadap semua siswa, sehingga tidak terjadinya

kecemburuan oleh para siswa. guru selalu memusatkan perhatian

terhadap seluruh peserta didiknya, dan guru juga selalu menanamkan

sikap tanggung jawab terhadap siswa, yaitu dengan mengerjkan

tugas yang guru berikan dengan tepat waktu dan selalu disiplin.

Peneliti juga mewawancarai guru lainnya yang berinisial JU dan

mendapatkan informasi yang tidak jauh berbeda dengan guru lainnya,

yaitu salah satu upaya yang ditempuh guru dengan menanamkan

rasa peduli terhadap siswa, peduli terhadap kawan yang terkena

musibah, guru selalu mengingatkan siswa bahwa didalam kehidupan

kita tidak bisa hidup sendiri, kita harus saling tolong menolong dan

simpati terhadap orang yang tertimpa musibah. Guru mengaitkannya

didalam pembelajaran dan kehiddupan sehari-hari.


83

Dari berbagai wawancara dengan 6 orang guru dan setelah

peneliti melakukan observasi dapat disimpulkan bahwa guru selalu

berupaya untuk menjadikan siswanya berkarakter yang baik, salah

satunya yaitu dengan memberikan motivasi belajar, mengaitkannya

didalam pembelajaran dan selalu menasehati siswa tentang manfaat

dari pada berperilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter yang baik.

4.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai hasil

penelitian dari usaha guru dalam menerapkan nilai-nilai karakter

kepada siswa di MIN Keutapang Dua Aceh Besar.

Penerapan nilai-nilai karakter bertujuan untuk menerapkan nilai-

nilai karakter pada anak yang mulai luntur disebabkan berbagai


84

pengaruh buruk yang mereka dapatkan, baik dari lingkungan tempat

ia tinggal, sekolah maupun pengaruh budaya luar yang sangat mudah

masuk dan memberikan dampak yang negatif pada anak. Sehingga

guru mengharapkan agar pada diri anak tertanam nilai-nilai karakter,

supaya anak tersebut menjadi anak yang berakhlak mulia. Penerapan

nilai-nilai karakter kepada anak perlu dilakukan pembinaan secara

baik, mulai dari awal atau sedini mungkin yaitu dari masa pendidikan yang

paling awal misalnya mulai dari pendidikan keluarga terlebih dahulu, selanjutnya pada

masa remajanya dimana anak mulai terpengaruh oleh lingkungan, disaat itulah orang tua

dan pendidikan sekolah sangat berperan aktif untuk membentuk karakter anak. Karakter

atau sifat yang baik perlu di bina sejak dini agar dapat menghindari timbulnya nilai

karakter atau sikap anak yang kurang baik pada masa depannya nanti. Guru menerapkan

nilai-nilai karakter kepada siswa melalui semua mata pelajaran dan mengaitkannya

didalam proses belajar mengajar, dengan cara menyisipkan nilai-nilai karakter tertentu

dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa guru di

MIN Keutapang Dua Aceh Besar sudah menerapkan nilai-nilai karakter kepada

siswanya, nilai-nilai yang diterapkan adalah nilai tanggung jawab: mengajarkan anak

untuk selalu membuat tugas dan PR dengan tepat waktu, dan melaksanakan tugas piket

secara bersama guna menciptakan kebersihan lingkungan kelas, sehingga dalam proses

belajar pun nantinya akan nyaman dan akan mudah menyerap pembelajaran

disebabkan pikiran pun segar tanpa ada bau-bau dan kotoran apapun.
85

Nilai Rasa hormat: megajarkan kepada siswa untuk selalu menghormati yang

lebih tua dan saling menghargai antar sesama, serta bersikap sopan dan santun baik

terhadap orang tua maupun guru serta terhadap orang lainnya.

Nilai keadilan: mengajarkan dalam melakukan setiap perbuatan harus sesuai

dengan aturan, guru juga selalu melakukan sistem nilai yang akuntabel, guna tidak

membeda-bedakan siswa yang pintar dan yang kurang pintar karena tugas dari seoang

guru adalah membimbing semua siswanya agar menjadi pintar jadi tidak ada perlakuan

yang berbeda antara siswa yang pintar dan yang kurang pintar dan tidak menjaga jarak

antar siswa, karena dimata guru semua siswa itu sama, tidak ada bedanya, hanya saja

ada beberapa siswa yang malas, jadi disini guru tetap berusaha memberikan motivasi

kepada siswa tersebut agar rajin dan tekun dalam belajar.

Nilai keberanian: mengajarkan sikap aktif dan terampil terhadap siswa, dengan

memberikan metode-metode yang menarik, sehingga siswa terampil dalam

mengeluarkan pendapat dan aktif bertanya apabila ia tidak paham, guru juga

memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif, guna siswa yang lain juga

termotivasi untuk aktif dan terampil juga di dalm pembelajaran

Nilai kejujuran: mengajarkan kepada siswa untuk tidak berbohong dalam segala

hal, apalagi dalam membuat PR, dan mengajarkan siswa untuk mandiri dalam membuat

tugasnya tanpa harus menyontek pekerjaan teman ataupun memberikan sontekan kepada

teman.

Nilai rasa kebangsaan: dengan selalu memperingati hari-hari besar

nasional dan meneladani sikap dari pada para pahlawan serta ikut
86

serta dalam kegiatan kebangsaan, seperti pawai 17 Agustus, dan

lainnya.

Nilai disiplin diri: mengajarkan siswa untuk selalu mematuhi

tata tertib dan disiplin didalam segala hal, seperti guru dan siswa

hadir tepat waktu serta mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah

dengan tepat waktu pula. Dan apabila terdapat siswa yang tidak

mengerjakan PR maka guru memberikan sanksi terhadap siswa

tersebut agar dia malu dan tidak mengulanginya lagi.

Nilai peduli: guru mengingatkan siswa untuk saling berbagi dan

mengasihi antar sesama, menjenguk apabila ada teman yang sakit,

dan juga menyediakan kotak amal atau sumbangan bagi kawan yang

terkena musibah. Hal ini dilakukan untuk terciptanya sikap dermawan

pada diri anak dan saling mengasihi antar sesama

Nilai ketekunan: guru selalu mengintruksikan kepada siswa

untuk membaca dan membuat tugas dengan sungguh-sungguh dan

juga memberi motivasi kepada siswa agar semua siswa dapat aktif

dalam pembelajaran, sehingga menjadikan siswa berprestasi.

Penerapan nilai-nilai karakter bukan hanya dapat dilakukan saat

proses belajar mengajar tetapi saat berada diuar kelas juga dapat

diterapkan seperti dilingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga,

karena jika adanya kerjasama dalam penerapan nilai karakter antara


87

orang tua dan guru, maka anak tersebut akan menjadikan anak yang

berkarakter baik dan berakhlak yang baik pula.

Dan ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Daniel Goleman yang

terkenal dengan bukunya Multiple Intelligences, dan Emosional Intelligence,

menyebutkan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, yang mencakup

Sembilan nilai dasar yang saling terkait, yaitu: tanggung jawab, rasa hormat, keadilan,

keberanian, kejujuran, rasa kebangsaan, disiplin diri, peduli dan ketekunan (dalam

Adisusilo, Sutarjo, 2012:79)

Apabila dalam pendidikan nilai berhasil menerapkan kesembilan nilai dasar

tersebut dalam diri peserta didik, maka akan terbentuk seorang pribadi yang berkarakter

dan pribadi yang berakhlakul karimah. Dalam penerapan pendidikan nilai-nilai karakter

tersebut, hal yang utamanya yaitu dimulai dari rumah, selanjutnya dikembangkan

melalui lembaga pendidikan sekolah dan diterapkan secara nyata dalam kehidupan

bermasyarakat.

Вам также может понравиться

  • Lembar Konsultasi
    Lembar Konsultasi
    Документ3 страницы
    Lembar Konsultasi
    اسوندى سفوترا
    Оценок пока нет
  • Balok Cover
    Balok Cover
    Документ22 страницы
    Balok Cover
    اسوندى سفوترا
    Оценок пока нет
  • Dokumen Terselamatkan
    Dokumen Terselamatkan
    Документ1 страница
    Dokumen Terselamatkan
    اسوندى سفوترا
    Оценок пока нет
  • Aceh Tempatkan 6 Finalis
    Aceh Tempatkan 6 Finalis
    Документ1 страница
    Aceh Tempatkan 6 Finalis
    اسوندى سفوترا
    Оценок пока нет
  • Yuuk Tumbuhkan Budaya Malu
    Yuuk Tumbuhkan Budaya Malu
    Документ2 страницы
    Yuuk Tumbuhkan Budaya Malu
    اسوندى سفوترا
    Оценок пока нет
  • Aceh Tempatkan 6 Finalis
    Aceh Tempatkan 6 Finalis
    Документ1 страница
    Aceh Tempatkan 6 Finalis
    اسوندى سفوترا
    Оценок пока нет
  • Ketentuan PPA
    Ketentuan PPA
    Документ1 страница
    Ketentuan PPA
    اسوندى سفوترا
    Оценок пока нет
  • Bab V Penutup
    Bab V Penutup
    Документ3 страницы
    Bab V Penutup
    اسوندى سفوترا
    Оценок пока нет