Вы находитесь на странице: 1из 15

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI i
Proses pengolahan minyak bumi 1
1. Destilasi 2
2. Cracking 4
3. Reforming 5
4. Alkilasi dan Polimerisasi 6
5. Treating 7
6. Blending 8
DAFTAR PUSTAKA

PROSES PENGOLAHAN MINYAK BUMI


Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut.
Minyak bumi diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah
yang diperoleh ditampung dalam kapal tanker atau dialirkan
melalui pipa ke stasiun tangki atau ke kilang minyak.

Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau
kurang sedap.

Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar


maupun untuk keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih
dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon
dengan jumlah atom C-1 sampai 50. Titik didih hidrokarbon
meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang berada di
dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi
dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah
dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih
yang mirip.

Secara umum Proses Pengolahan Minyak Bumi digambarkan sebagai


berikut:
1. Minyak Mentah
2. Penyimpanan
3. Penghilangan Garam
4. Destilsi Frasinasi
5. Fraksi Berat dan Ringan
6. Proses Hidrokarbon: Craking; Reforming ;Pemurnian ;Pemurnian
;Pencampuran
7. Produk akhir minyak bumi

Proses Pengolahan Minyak Bumi


1. DESTILASI
Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi.
Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam
furnace (tanur) sampai dengan suhu 370C. Minyak mentah yang
sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom
fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada
sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan
tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap
air panas dan bertekanan tinggi).

Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke


bagian atas kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang
berbeda-beda. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap
berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya
lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui
sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas,
suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah,
sehingga setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan
terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik
ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga
komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada
suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas
petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum
Gas).

Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu


minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini
memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari 20.

Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik


didihnya antara lain sebagai berikut :

1. Gas
Rentang rantai karbon : C1 sampai C5
Trayek didih : 0 sampai 50C

2. Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C6 sampai C11
Trayek didih : 50 sampai 85C

3. Kerosin (Minyak Tanah)


Rentang rantai karbon : C12 sampai C20
Trayek didih : 85 sampai 105C

4. Solar
Rentang rantai karbon : C21 sampai C30
Trayek didih : 105 sampai 135C

5. Minyak Berat
Rentang ranai karbon : C31 sampai C40
Trayek didih : 135 sampai 300C

6. Residu
Rentang rantai karbon : di atas C40
Trayek didih : di atas 300C

Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih lanjut
yang meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi, treating, dan blending.

2. CRACKING
Setelah melalui tahap destilasi, masing-masing fraksi yang dihasilkan dimurnikan
(refinery)
Cracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon
yang besar menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang
kecil.

Contoh cracking ini adalah pada pengolahan minyak solar atau


minyak tanah menjadi bensin. Proses ini terutama ditujukan untuk
memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi gasolin (bensin). Kualitas
gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock (ketukan) yang
dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan
pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti
knocking yang istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-
heptana yang mempunyai sifat anti knock yang buruk. Gasolin yang
diuji akan dibandingkan dengan campuran isooktana dan n-heptana.
Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur molekul
hidrokarbon.

Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :


1. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan
suhu tinggi dan tekanan yang rendah.
Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking adalah sebagai berikut :

2. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan


katalis. Katalis yang digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit.
Reaksi dari perengkahan katalitik melalui mekanisme perengkahan
ion karbonium. Mula-mula katalis karena bersifat asam
menambahkna proton ke molekul olevin atau menarik ion hidrida
dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium :

3. Hidrocracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan


hidrogenasi untuk menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi
tersebut dilakukan pada tekanan tinggi. Keuntungan lain dari
Hidrocracking ini adalah bahwa belerang yang terkandung dalam
minyak diubah menjadi hidrogen sulfida yang kemudian dipisahkan.

3. REFORMING

Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin


yang bermutu kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi
bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang).
Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama bentuk
strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut
isomerisasi. Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan
pemanasan.

Contoh reforming adalah sebagai berikut :

Reforming juga dapat merupakan pengubahan struktur molekul dari


hidrokarbon parafin menjadi senyawa aromatik dengan bilangan
oktan tinggi. Pada proses ini digunakan katalis molibdenum oksida
dalam Al2O3 atau platina dalam lempung.Contoh reaksinya :
4. ALKILASI dan POLIMERISASI
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul
menjadi molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam
proses ini menggunakan katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3
(suatu asam kuat Lewis). Reaksi secara umum adalah sebagai
berikut:

Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul


kecil menjadi molekul besar. Reaksi umumnya adalah sebagai
berikut :

Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa isobutena dengan


senyawa isobutana menghasilkan bensin berkualitas tinggi, yaitu
isooktana.

5. TREATING
Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara
menghilangkan pengotor-pengotornya. Cara-cara proses treating
adalah sebagai berikut :
Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses
penghilangan pengotor yang dapat menimbulkan bau yang tidak
sedap.
Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan
perbaikan warna.
Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan
berat molekul tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk
menghasillkan minyak pelumas dengan pour point yang rendah.
Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang
digunakan untuk minyak pelumas
Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur
belerang.
Sulfur merupakan senyawa yang secara alami terkandung dalam
minyak bumi atau gas, namun keberadaannya tidak dinginkan
karena dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk di
antaranya korosi pada peralatan proses, meracuni katalis dalam
proses pengolahan, bau yang kurang sedap, atau produk samping
pembakaran berupa gas buang yang beracun (sulfur dioksida, SO2)
dan menimbulkan polusi udara serta hujan asam. Berbagai upaya
dilakukan untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi,
antara lain menggunakan proses oksidasi, adsorpsi selektif,
ekstraksi, hydrotreating, dan lain-lain. Sulfur yang disingkirkan dari
minyak bumi ini kemudian diambil kembali sebagai sulfur elemental.
Desulfurisasi merupakan proses yang digunakan untuk
menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi. Pada dasarnya
terdapat 2 cara desulfurisasi, yaitu dengan :
1. Ekstraksi menggunakan pelarut, serta
2. Dekomposisi senyawa sulfur (umumnya terkandung dalam
minyak bumi dalam bentuk senyawa merkaptan, sulfida dan
disulfida) secara katalitik dengan proses hidrogenasi selektif
menjadi hidrogen sulfida (H2S) dan senyawa hidrokarbon asal dari
senyawa belerang tersebut. Hidrogen sulfida yang dihasilkan dari
dekomposisi senyawa sulfur tersebut kemudian dipisahkan dengan
cara fraksinasi atau pencucian/pelucutan.

6. BLENDING
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam
fraksi minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas
produk tersebut. Bensin yang memiliki berbagai persyaratan
kualitas merupakan contoh hasil minyak bumi yang paling banyak
digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi cuaca. Untuk
memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan
pencampur yang dapat ditambanhkan pada proses pengolahannya.

Diantara bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah tetra ethyl


lead (TEL). TEL berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin.
Demikian pula halnya dengan pelumas, agar diperoleh kualitas yang
baik maka pada proses pengolahan diperlukan penambahan zat
aditif. Penambahan TEL dapat meningkatkan bilangan oktan, tetapi
dapat menimbulkan pencemaran udara

DAFTAR PUSTAKA
http://kimia.upi.edu
http://chem-is-try.org

Disarankan Untuk Menyertakan Sumber Artikel Untuk Menghargai


Penulis. Sumber
Artikel : http://inkorclass.blogspot.co.id/2014/05/makalah-
pengolahan-minyak-bumi-kimia.html#ixzz3zAG2ZK4s
EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI PADA BATANG SERAI SEBAGAI PENGUSIR
NYAMUK
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara beriklim tropis memiliki berbagai keanekaragaman hewani.
Nyamuk menjadi salah satu hewan khas Indonesia yang populasinya cenderung meningkat pada
musim penghujan. Kondisi cuaca yang lembab, basah, dan kotor menjadi salah satu daya tarik
nyamuk untuk bereproduksi. Meningkatnya jumlah nyamuk tidak diimbangi dengan nilai
mortalitasnya, sehingga hewan ini membawa keburukan bagi manusia.
Aedes aegypti adalah salah satu nyamuk pembunuh di Indonesia. Nyamuk ini berperan sebagai
vektor penyakit Demam Berdarah Dengue yang dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat. Kasus
DBD setiap tahun di Indonesia terus meningkat dan bahkan dikhawatirkan makin merajalela dengan
pemanasan global. Pusat Informasi Departemen Kesehatan mencatat, jumlah kasus DBD di
Indonesia pada bulan Januari 2008 mencapai 8.765 kasus dengan 68 korban meninggal (Agnes,
2008).
Banyak cara telah dihimbau pemerintah guna mengurangi kasus DBD, seperti penggunaan
insektisida, tetapi Penggunaan insektisida dianggap kurang ekonomis. Penggunaan secara
berlebihan dan berulang-ulang juga dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan seperti
pencemaran lingkungan. Maka salah satu cara untuk mendapatkan bahan kimia yang ramah
lingkungan adalah memanfaatkan potensi alam yaitu tanaman yang mengandung bioinsektisida.
Salah satunya adalah tanaman serai (Andropogon nardus L) yang dapat dimanfaatkan
sebagai pengusir nyamuk karena mengandung zat-zat seperti geraniol, metil heptenon, terpen-
terpen, terpen-alkohol, asam-asam organik dan terutama sitronela sebagai obat nyamuk semprot. Kandungan-
kandungan di atas dapat diperoleh dengan cara pemisahan kimia. Minyak atsiri

pada batang serai dapat diekstrak dengan menggunakan metode destilasi ekstraktif. Pembahasan
lebih lanjut mengenai metode dan prinsip kerja, akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
Klasifikasi dan morfologi tanaman serai
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Serai.
Serai merupakan tanaman bermarga Andropogon, dengan nama spesies
Andropogon
nardus L. Serai merupakan tanaman rumput-rumputan tegak, menahun dan
mempunyai
perakaran yang sangat dalam dan kuat. Batangnya membentuk rumpun, pendek,
massif dan
bulat. Penampang lintang batang berwarna merah. Daun serai merupakan daun
tunggal, lengkap
dan pelepah daunnya silindris, gundul, seringkali bagian permukaan dalam
berwarna merah,
ujung berlidah (ligula), helaian, lebih dari separuh menggantung, remasan berbau
aromatik.
Susunan bunganya malai atau bulir majemuk, bertangkai atau duduk, berdaun
pelindung nyata,
biasanya berwarna sama umumnya putih.
(gambar Andropogon nardus L)
Tanaman serai di Indonesia banyak terdapat di Jawa, di tepi jalan atau di
persawahan dan
dikenal dengan nama serai / new citronella grass. Tanaman ini cukup mudah
dijumpai. Tanaman
serai Jawa, tumbuh pada berbagai tanah yang memiliki kesuburan cukup. Tanah
yang memiliki
iklim lembab dengan curah hujan teratur menghasilkan minyak dengan kualitas
tinggi. Daerah
yang beriklim panas dengan cukup sinar matahari dan curah hujan tiap tahun
merupakan syarat
utama untuk menghasilkan daun dan minyak serai yang baik.
makalah pemisahan minyak atsiri dari biji pala menggunakan metode ekstraksi

December 5, 2013 | Posted by Konsultan Air Anda in air laut, Air MinumNo comments

Evaporasi air salah satu teknik desalinasi , Proses Evaporasi air adalah penguapan air dari
permukaan air, tanah, dan bentuk permukaan bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Energi
(radiasi) matahari dan ketersediaan air adalah dua unsur utama dari proses evaporasi. Evaporasi
dapat terjadi pada perairan (seperti laut, sungai, danau, waduk) permukaan tanah dan tumbuh-
tumbuhan (disebut transpirasi), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan dan
kelambatan evaporasi air dan transpirasi disuatu kawasan ada bermacam-macam antara lain :
temperatur air dan udara, kelembaban udara, kecepatan tiupan angin, tekanan udara, intensitas
sinar matahari, dan lain-lain. Kombinasi antara proses evaporasi dan transpirasi merupakan
evaporasi total (evapotranspirasi) yang juga disebut dengan Consumtive use.

Evapotranspirasi dapat terjadi


dalam dua keadaan, yaitu terjadi pada saat cukup air disebut Evapotranspirasi potensial, dan
evapotranspirasi yang terjadi sesungguhnya, dalam arti kondisi pemberian air seadanya disebut
Evapotranspirasi aktual. Kehilangan air oleh proses evaporasi dan transpirasi dapat mempercepat
terjadinya kekeringan dan penyusutan debit sungai pada musim kemarau, umumnya didaerah
tropis.
Bagi pakar hidrology, kehilangan air akibat evaporasi air biasanya dilihat dari dua sisi. Pertama,
evaporasi dari permukaan (Eo) yaitu penguapan air langsung dari danau, sungai dan badan air
lainnya. Kedua, kehilangan air melalui vegetasi oleh proses-proses intersepsi dan transpirasi.
1. Radiasi matahari
Sebagian radiasi gelombang pendek ( shortwave radiation ) matahari akan diubah menjadi energi
panas di didalam tanaman, air dan tanah. Energi panas tersebut akan menghangatkan udara di
sekitarnya. Panas yang dipakai untuk menghangatkan partikel partikel berbagai material di
udara tanpa mengubah bentuk partikel dinamakan panas tampak ( sensible heat ). Sebagian
energi matahari diubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan menyebabkan
perputaran udara dan uap di atas permukaan tanah. Hal ini menyebabkan udara di atas
permukaan tanah jenuh, sehingga mempertahankan tekanan uap air yang tinggi pada permukaan
bidang evaporasi air .
2. Ketersediaan air
Melibatkan jumlah air yang ada dan juga persedian air yang siap untuk terjadinya evaporasi air.
Permukaan bidang evaporasi yang kasar akan memberikan laju evaporasi lebih tinggi daripada
bidang permukaan rata karena pada bidang permukaan kasar besarnya turbulent meningkat.
Faktor Penentu Evaporasi
Pada kedua proses evaporasi di atas terjadi proses proses fisika, yakni terjadinya perubahan
bentuk dari zat cair menjadi gas.
Faktor faktor yang berpengaruh dalam evaporasi air antara lain :
1. Panas
Panas diperlukan untuk berlangsungnya perubahan bentuk dari zat cair ke zat gas dan secara
alamiah matahari menjadi sumber energy panas.
2. Suhu Udara, permukaan bidang penguapan ( air, vegetasi dan tanah ) dan energi panas
matahari
Makin tinggi suhu udara di atas permukaan bidang pengupan, makin mudah terjadi perubahan
bentuk dari zat cair menjadi zat gas. Dengan demikian, laju evapotranspirasi menjadi lebih besar
di daerah tropic daripada daerah beriklim sedang. Perbedaan laju evapotranspirasi yang sama
juga dijumpai di daerah tropic pada musim kering dan musim basah.
3. Kapasitas kadar air dalam udara
Kapasitas kadar air dalam udara secara langsung dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suhu di
tempat tersebut. Beasarnya kadar air dalam udara di suatu tempat tersebut. Proses evaporasi air
tergantung pada deficit tekanan uap jenuh air, Dvp,( saturated vapour pressure deficit ) di udara
atau jumlah uap air yang dapat diserap oleh udara sebelum udara tersebut menjadi jenuh.
Sehingga, evaporasi lebih banyak di daerah pedalaman karena kondisi udara cenderung lebih
kering daripada di daerah pantai yang lembab karena penguapan dari permukaan air laut.
4. Kecepatan angin
Ketika pengupan berlangsung, udara di atas permukaan bidang penguapan secara bertahap
menjadi lembab, sampai pada tahap ketika udara menjadi jenuh dan tidak mampu menampung
uap air lagi. Pada tahap ini, udara jenuh di atas permukaan bidang tersebut akan berpindah ke
tempat lain akibat beda tekanan dan kerapatan udara, dan demikian, proses evaporasi air dari
bidang penguapan tersebut akan berlangsung secara terus menerus. Hal ini terjadi karena
adanya pergantian udara lembab oleh udara yang lebih kering atau gerakan massa udara dari
tempat dengan tekanan udara lebih tinggi ke tempat dengan tekanan udara lebih rendah ( proses
adveksi ) dalam hal ini kecepatan angin di atas permukaan bidang penguapan sangat penting.
Penguapan air di daerah lapang lebih besar dari daerah dengan banyak naungan karena di daerah
lapang perpindahan udara menjadi lebih bebas.
5. Bidang permukaan
Secara alamiah bidang permukaan penguapan akan mempengaruhi proses evoporasi air melalui
perubahan pola perilaku angin. Pada bidang permukaan yang kasar atau tidak beraturan,
kecepatan angin akan berkurang oleh adanya proses gesekan. Tapi, pada tingkat tertentu,
permukaan bidang penguapan yang kasar juga dapat gerakan angin berputar ( turbulent ) yang
dapat memperbesar evaporasi. Pada bidang permukaan air yang luas, angin kencang juga dapat
menimbulkan gelombang air besar dan dapat mempercepat terjadinya evopotranspirasi.
Penentuan besarnya evaporasi
Besarnya evaporasi air dapat ditentukan dengan beberapa perkiraan sebagai berikut :
1.Perkiraan evaporasi berdasarkan panci evaporasi.
Evaporasi permukaan air bebas menggunakan panci evaporasi harus dikonversi karena perkiraan
evaporasi pada 1 unit area permukaan air bebas.
2.Perkiraan evaporasi dengan menggunakan rumus empiris
Cara Aerodinamik
Metode ini mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan uap air dari suatu
permukaan, yaitu pertumbuhan kelembaban arah vertical dan turbulensi dari aliran udara.
Sumber[AnekaSumber]
Tags: evaporasi air, evaporasi air laut, metode evaporasi air laut, proses evaporasi air, teknik evaporasi air laut

December 3, 2013 | Posted by Konsultan Air Anda in air laut, Air Minum, pemurnian airNo comments

Evaporasi air laut dengan teknologi evaporator, evaporasi atau penguapan adalah proses
perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air laut) dengan spontan menjadi gas
(contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat
dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume
signifikan.
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan
akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka
saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan.
Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan
energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan
molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan menguap

Ada cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam gas tertentu
(contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini memiliki molekul-molekul yang
cenderung tidak menghantar energi satu sama lain dalam pola yang cukup buat memberi satu
molekul kecepatan lepas energi panas yang diperlukan untuk berubah menjadi uap. Namun
cairan seperti ini sebenarnya menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan karena itu
lebih tak terlihat

Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air. Uap air di udara akan berkumpul menjadi awan.
Karena pengaruh suhu, partikel uap air yang berukuran kecil dapat bergabung (berkondensasi)
menjadi butiran air dan turun hujan. Siklus air terjadi terus menerus. Energi surya menggerakkan
penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya. Dalam hidrologi penguapan
dan transpirasi (yang melibatkan penguapan di dalam stomata tumbuhan) secara kolektif
evaporasi ini diistilahkan sebagai evapotranspirasi.

Evapotranspirasi adalah gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang hidup di permukaan
bumi. Air yang diuapkan oleh tanaman dilepas ke atmosfer. Evaporasi merupakan pergerakan air
ke udara dari berbagai sumber seperti tanah, atap, dan badan air. Transpirasi merupakan
pergerakan air di dalam tumbuhan yang hilang melalui stomata akibat diuapkan oleh daun.
Evapotranspirasi adalah bagian terpenting dalam siklus air.
Evapotranspirasi potensial adalah nilai evaporasi yang menggambarkan kebutuhan lingkungan,
sekumpulan vegetasi, atau kawasan pertanian untuk melakukan evapotranspirasi yang ditentukan
oleh beberapa faktor, seperti intensitas penyinaran matahari, kecepatan angin, luas daun,
temperatur udara, dan tekanan udara. Evapotranspirasi potensial juga menggambarkan energi
yang didapatkan oleh kawasan tersebut dari matahari. Di sisi lain, transpirasi sebanding dengan
seberapa banyak karbon yang diserap oleh kawasan vegetasi karena transpirasi juga berperan
perpindahaan CO2 dari udara ke daun.

Evaporator adalah sebuah alat evaporasi yang berfungsi mengubah sebagian atau keseluruhan
sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap. Evaporator mempunyai dua
prinsip dasar, untuk menukar panas dan untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan.
Evaporator umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat di
mana cairan mendidih lalu menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu
dimasukkan ke dalam kondenser (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya.
Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat berupa padatan atau larutan
berkonsentrasi. Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa komponen volatil
(mudah menguap). Evaporator biasanya digunakan dalam industri kimia dan industri makanan.
Pada industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin jenuh (merupakan contoh dari
proses pemurnian) dalam evaporator. Evaporator mengubah air menjadi uap, menyisakan residu
mineral di dalam evaporator. Uap dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan
garamnya. Pada sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas oleh
cairan pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan energi panas). Teknik
evaporasi dengan alat evaporator juga digunakan untuk memproduksi air minum,
memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi lain.
Jenis-jenis teknologi evaporator
Evaporator dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

Submerged combustion evaporator adalah evaporator yang dipanaskan oleh api yang menyala di
bawah permukaan cairan, dimana gas yang panas bergelembung melewati cairan.

Direct fired evaporator adalah evaporator dengan pengapian langsung dimana api dan
pembakaran gas dipisahkan dari cairan mendidih lewat dinding besi atau permukaan untuk
memanaskan.

Steam heated evaporator adalah evaporator dengan pemanasan stem dimana evaporasi atau uap
lain yang dapat dikondensasi adalah sumber panas dimana uap terkondensasi di satu sisi dari
permukaan pemanas dan panas ditranmisi lewat dinding ke cairan yang mendidih.

Sumber [id.wikipedia.org]
Tags: air laut, evaporasi, evaporasi air laut, jenis evaporator, proses evaporasi air laut, teknik penyaringan air laut, teknologi
evaporator

Вам также может понравиться