Вы находитесь на странице: 1из 6

DIARE

Diare yaitu buang air besar ( defekasi ) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram
atau 200 ml/ 24 jam.
Diare kronik yaitu diare yang berlungsung lebih dari 15 hari. Batasan waktu ini
merupakan kesepakatan untuk mempercepat pemastian diagnosa dan pengobatan,
sedangan pakar atau pusat studi lain ada yang mngusulkan lebih dari dua minggu atau
tiga minggu atau satu bulan dll.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari, didefenisikan sebagai
pasase tinja yang cair/lembek
Diare persisten merupakan istilah yang di pakai di luar negeri yang menyatakan diare
yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut.
Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare non infeksi bila tidak
ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut.
Diare organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal atau
toksikologik. Diare fungsional bila tidak ditemukan penyebab organik.

I. DIARE KRONIK
A.PATOFISIOLOGI

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari mekanisme/patofisiologi di bawah ini:
1. Diare osmotik : terjadi peningkatan omotik isi lumen usus
2. Diare sekretorik : terjadi peningkatan sekresi cairan usus.
3. Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: terjadi gangguan pembentukan micelle
empedu.
4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit : terjadi penghentian
mekanisme transport ion aktif (pada Na+-K+ATP ase) di enterosit gangguan absorbsi Na
+ dan air.
5. Motilitas dan waktu trnsit usu abnormal : terjadi motilitas yang lebih cepat, tak teratur
sehingga isi usus tidak sempat diabsorbsi.
6. Gangguan permeabilitas usus : terjadi kelainan morfologi usus pada membran epitel
spesifik sehingga permeabilitas mukos usus halus dan usus besar terhadap air dan
garam / elektrolit terganggu.
7. Eksudasi airan, elektrolit dan mukus berlebihan : terjadi peradangan dan kerusakan
mukosa usus.

B. KLASIFIKASI

Diare kronik dapat diklasifikasikan berdasarkan patofiologi diatas menjadi 7 macam diare
berbeda
Berdasarkan etiologi infeksi atau tidak
Infeksi
Non-infeksi
Berdasarkan ada/tidknya kelainan organik pada pemeriksaan
Organik
Istilah organik ditunjukan pada diare yang jelas ditemkan adanya kelainan
histologi atau biokimia usus
Fungsional
Fungsional ditujukan pada diare karena kelainan idiopatik, diet dan gangguan
motilitas
Berdasarkan karakteristik tinja
Steatore : diare berdarah
Diare dengan tidak berdarah tiak steatore

American Gastroenterological Association (AGA) membagi diare kronik berdasarkan


karakteristik tinja juga a.l. air(warery), inflamotorik dan lemak(fatty). Diare air terbagi atas
sekretorik dan osmotik.

C. PEMERIKSAAN DASAR

Anamnesis
Anamnesis sangat penting dalam enegakan diagnosis etiologik. Dalam melakukan
anamsesis perlu di tanyakan hal-hal seperti:
1. Waktu dan frekuensi diare : diare pada malam hari atau sepanjang hari, tidak
intermiten, atau diare timbul mendadak, menunjukan adanya penyakit organik.
Lama diare kronik kurang dari 3 bulan juga mengarahkan kita pada penyakit
organik. Perasaan ingin buang air besar yang tidak bisa di tahan mengarah ke
penyakit inflamotorik. Diare yang terjai pada pagi hari lebih banyak berhubungan
dengan stres, hal ini biasa mengarah ke sindrom usus iritabel (IBS). Sedangkan diare
pada malam hari lebbih mengarah ke kelainan organic.
2. Bentuk tinja : bila terdapat minyak dalam tinja, tinja pucat (steatoea) menunjukan
insufisiesi pankreas dan kelainan proksimal ileosekal. Tinja yang mengambang pada
air toilet dan flatus yang berlebihan mengarahkan adanya malabsorpsi karbohidrat
atau steatorea.kita harus dapat membedakan perdarahan yang disertai diare
(campur) dengan diare lalu diikuti perdarahan (tidak campur) atau dengan
perdarahan yang menyertai tinja normal. Pada kolitis infeksi dan kolitis useratif
perdarahan diserta dengan diare, sedangkan diare yang diikuti darah menetes
belakangan menujukan adanya hemoroid. Perdarahan yang menyertai tinja normal
terdapat pada keganasan, polip, pasien dengan diare air lebih dari 1 liter perhari
lebih disebabkan penyakit usus halus atau kombinasi penyakit kolon dan usus atau
keadan hipersekretorik.
3. Keluhan lain yang menyertai diare : deskripsi dan lama keluha harus diperinci
karena diperlukan dalam menegakan diagnosa kaus diare. (a). Nyeri abdomen :
merupakan kelainan yang tidak khas, dapat terjadi pad kelainan organik maupun
fungsional.pada diare karena penyakit organik lokai nyeri menetap sedangkan pada
diare fungsional nyeri dapat berubah-ubah baik tempat maupun penyebaran. (b).
Demam : sering menyertai infeksi dan keganasan. (c). Mual dan muntah : dapat
menunjukan infeksi. (d). Penurunan berat bada disertai riwayat dehidrasi atau
hipokalemi menunjukan adanya penyakit organik. (e). Mengedan waktu defikasi:
lebih banyak dari diare fungsional.
4. Obat : banyak obat dapat menimbulkan diare misal: laksan, Antibiotika, anti
kanker, anti depresan anti hipertensi obat penurun kolestrol, obat diabetes, obat
saluran cerna. Penghentian obat beberapa hari dapat dicoba untuk membantu
menegakkan diagnosa. Bila diare berhenti dengan dihentikannya obat, maka
kemungkinan besar diare disebabkan oleh obat tersebut.
5. Makanan/minuman : makanan dapat menimbulkan diare melalui mekanisme
osmotik yang berlebihan atau proses alergi. Diare dan mual yang menyertai minum
susu menunjukan dugaan kuat adanya intoleransi laktosa dan sindrom usus iritabel.
Pemeriksaan laboratoriu lain

1. Darah : idelanya pemeriksaan darah ini dilakukan setelah pemeriksaan tinja. Laju
endah darah (LED) yang tinggi, kadar hemoglobin yang rendah kadar albumin serum
yang rendah menunjukan adanya penyakit organik. LED dan CRP yang tinggi
ditemukan pada penyakit usus inflamatorik (IBD).
2. Urin: untuk menunjak diagnosa sindrom/tumor karsinoid (flusing kulit dll). Dapat
dilakukan pemeriksaan kadar 5-HIAA urin 24 jam.

D. PEMERIKSAAN LANJUTAN

Pemeriksaan anatomi usus


1. Barium enema kontras ganda (colon in loop) dan BNO
2. Kolonoskopi dan ileoskopi
3. Barium fillow through dan/atau Enteroclysis
4. Gastroduodeno-jejunoskopi
5. Endoscopic retrograde cholangi pancreatography (ERCP)
6. Sindik indium 111 leukosit
7. Ultrasonografi abdomen
8. Sidik perut (CT-Scan abdomen)
9. Arteriografi/angiografi mesenterika superior dan inferior
10.Enteroskopi
11.Magnetic resonance cholangio pancreatography
12.Endosonografi atau endoscopic ultrasound (EUS)

Pemeriksaan lain

1. Petanda tumor
2. Pemeriksaan thin-layer chromatography urine
3. Pemeriksaan ELISA tinja
4. Tes untuk alergi makanan gastrointestinal

Fungsi usus dan pankreas

1. Tes fungsi ileum dan jejunum


2. Tes fungsi pankreas
3. Tes schilling
4. Tes napas (breath test)
5. Tes kehilangan protein
6. Tes Malabsorbsi asam empedu (bile Acid Malabsorption)
7. Tes small dan large bowel transit time
8. Tes permeabilitas usus

E. PENUTUP
Kesulitan dalam mendiagnosa etiologi dan patofisiologi diare kronik merupakan tantangan
dalam praktek doketr sehari-hari karena etiologi dan patofisiologinya sangat beragam.
Anamnesis riwayat penyakit, latar belakang penderita, kelainan pemeriksaan fisik yang
didapatkan perlu dipelajari secara seksama agar dapat ditentukan jenis pemeriksaan
penunjang diagnostik yang sistematik, terarah dan cost effectiveness.
II. DIARE AKUT

A.KLASIFIKASI
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1. Lama waktu diare : diare akut atau kronik,
2.mekanisme patofisiologis: osmotik atau sekretorik, 3.berat ringan diare: kecil atau besar,
4. Penyebab infeksi atau tidak: infeksi atau non-infeksi, 5. Penyebab organik atau tidak :
organik atau fungsional.

B. ETIOLOGI
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri,parasit, virus),
keracunan makanan, efek obat-obat dll.
Menurut world gastroenterology organisation global guidelines 2005, etiologi diare akut
dibagi atas empat penyebab: bakteri, virus, parasit dan non infeksi

C. KEADAAN RISIKO DAN KELOMPOK RISIKO TINGGI YANG MUNGKIN MENGALAMI DIARE
INFEKSI
1. Baru saja berpergian/melancong
2. Makanan atau keadaan makanan yang tidak biasa
3. Homoseksual, pekerja seks.
4. Baru saja mengunakan obat antimikroba pada institusi.

D. PATOFISIOLOGI/PATOMEKANISME
Diare dapat disebabkan oelh satu atau lebih patofisiologi sebagai berikut:
1. Osmolaritas intraluminal yang meninggi disebut diare osmotik
2. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik
3. Malabsorbsi asam empedu, malabsosrbsi lemak
4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
5. Motilitas dan waktu transit usus abnormal
6. Gangguan permeabilitas usus
7. Inflamasi dinding usus disebut diare inflamatorik
8. Infeksi dinding usus disebut diare infeksi.

E.DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab
penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena
penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan
malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare dengan kelainan kolon seringkali
berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering bercampur dengan darah dan ada
sensai ingin kebelakang. Pasien dengan diare akut infeksi datang dengan keluhan khas
yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam dan tinja yang sering, bisa air, malabsorptif,
atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Diare air merupakan gejala tipikal
dari organisme yang mnginvasi epitel usus dengan inflamasi minimal, seperti virus enterik,
atau organisme yang menempel tetapi tidak menghancurkan epitel, seperti
enteropathogenic E coli , protozoa, and helmints. Beberapa organisme seperti
Campylobacter, Aeromonas, Shigella dan Vibrio spesies menghasilakn enterotoksin dan
juga menginvasi mukosa usus,; pasien karena itu menunjukan gejala diare air diikuti diare
berdarah dalam beberapa jam atau hari.

Pemeriksaan fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam
menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai
dengan memeperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur
tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang
penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya ayau tidak adanya disentensi
abdomen dan nyeri tekan merupakan clue bagi penentuan etiologi.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksana diare akut antra laain:
Rehidrasi. Bila pasien keadaan umum baik tidak rehidrasi, asupan cairan uang adekuat
dapat mencapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien
kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksaanaan yang agresif seperti
cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan gula
atau starch yang harus di berikan. Cairan oral antara lain: pedialit, oralit dll. Cairan infus
antara lain: ringer laktat dll. Cairan di berikan 50-200 ml/kgBB/24 jam tergantung
kebutuhan dan status hidrasi.
Untuk memeberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi. Dehidrasi
terdari atas dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat. Ringan bila pasien
mengalami kekurangan cairan 2-5% dari berat badan. Sedang bila pasien kehilangan cairan
5-8% dari berat badan. Berat bila pasien kehilangan cairan 8-10% dari berat badan.
Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari tubuh. Macam-macam pemberi cairan:
1. BJ plasma dengan rumus:

BJ plasma 1,025
Kebutuhan cairan = x berat badanx 4 ml
0,001
2. Metode pierce berdasarkan klinis:
Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan =5%x berat badan (kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan= 8% x berat badan (kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x berat badan (kg)
3. Metode daldiyono berdasarkan skor klinis

skor
Kebutuhan cairan = x 10% x kgBBx 1 liter
15

pemberian cairan dehidarsi terbagi atas:

1. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut
rumus BJ plasma atau skor daldiyono di berikan langsung dalam 2 jam ini agar
tercapati rehidrasi optimal secepat mungkin.
2. Satu jam berikut/ jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan
kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila
tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral.
3. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui
tinja dan Insensible water loss (IWL).

Diet. Pasien dapat dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien justru
dianjurkan minum sari buah,teh, minuman tidak bergas, makanan mudah dicernah seperti
pisang, nasi, keirpik dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi laktase
trasein yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alkofol
harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.

Obat-obat diare. Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala


a. Yang paling efektif yaitu derivat opioid misal loperamide,difenoksilat-antropin dan
tinktur opium. Loperamide paling disukai karena tidak adektif dan memiliki efek
samping paling kecil.
b. Obat yang mengerskan tinja: tapulgite 4x 2 tab/hari, smestite 3x 1 saset diberikan tiap
diare/ BAB encer sampai diare berhenti.
c. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase: Hidrasec 3 x 1 tab/ hari

Obat antimikroba. Karena kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self limited
diseases virus atau bakteri non-invasif, pengobatan empirik tidak dianjurkan pada semua
pasien. Pengobatan empirik diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga mengalami
infeksi bakteri infasif, diare turis (travalers diarrhea) atau imunosupresif. Untuk turis
tertentu yang berpergian ke daerah risiko tinggi, kuinolon (misal siprofloksasin 500
mg/hari) dapat dipakai sebagai profilaktik yang memebrikanperlindungan sekitar 90%.
Patogen spesifik yang harus diobati a.1. vibrio cholerae, Clostridium difficale, parasit,
travelers diarrhea, dan infeksi karena penyakit seksual (gonorrhea, sifiliis, klamidiosis, amd
herpes simpleks). Vankomisin merupakan obat alternatif, tetapi lebih mahal dan harus
dimakan oral karena tidak efektif bila diberikan secara parenteral.

G. KESIMPULAN

Pada diare akut harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis yang baik untuk
menentukan diagnosa penyebab diare akut. Penatalaksanaan diare akut terdiri dari
rehidrasi, diet, obat anti diare dan obat anti mikroba bila penyebabnya infeksi.

Вам также может понравиться