Вы находитесь на странице: 1из 42

1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Diabetes Mellitus


1.1.1 Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang terjadi karena hiperglikemia dan
gangguan metabolisme pada tubuh yang dihubungkan dengan kekurangan secara
absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin (Purborini, 2016).
Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati (Yuliana, 2009).
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan
kadar gula dalam darah dan dapat mengakibatkan atau menimbulkan komplikasi
pada organ tubuh yang lain.
1.1.2 Anatomi dan Fisiologi Pankreas
Pankreas merupakan organ retroperitoneal yang terletak di bagian posterior dari
dinding lambung. Letaknya diantara duodenum dan limfa, di depan aorta
abdominalis dan arteri serta vena mesenterica superior. Organ ini konsistensinya
padat, panjangnya11,5 cm, beratnya 150 gram. Pankreas terdiri bagian
kepala/caput yang terletak di sebelah kanan, diikuti corpus ditengah,dan cauda di
sebelah kiri. Ada sebagian kecil dari pankreas yang berada di bagian belakang
Arteri Mesenterica Superior yang disebut dengan Processus Uncinatus (Sudoyo,
2009).

Universitas Muhammadiyah Magelang


2

2.1 Gambar anatomi pankreas


(Sibuea, 2009)
Jaringan penyusun pankreas (Sudoyo, 2009)terdiri dari: a. Jaringan eksokrin,
berupa sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur yang disebut sebagai
asinus/Pancreatic acini, yang merupakan jaringan yang menghasilkan enzim
pencernaan ke dalam duodenum.b. Jaringan endokrin yang terdiri dari pulau-
pulau Langerhans/Islet of Langerhans yang tersebar di seluruh jaringan pankreas,
yang menghasilkan insulin dan glukagon ke dalam darah.

2.2 Gambar asinus dan pulau langerhans


(Sibuea, 2009)

Universitas Muhammadiyah Magelang


3

Pulau-pulau Langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel (Sudoyo, 2009)yaitu:


a. Sel (sekitar 20%), menghasilkan hormon glukagon.
b. Sel (dengan jumlah paling banyak 70%), menghasilkan hormon
insulin.
c. Sel (sekitar 5-10%), menghasilkan hormon Somatostatin.
d. Sel F atau PP (palingjarang), menghasilkan polipeptida pankreas.
Masuknya glukosa ke dalam sel otot dipengaruhi oleh 2 keadaan. Pertama, ketika
sel otot melakukan kerja yang lebih berat, sel otot akan lebih permeabel terhadap
glukosa. Kedua, ketika beberapa jam setelah makan, glukosa darah akan
meningkat dan pankreas akan mengeluarkan insulin yang banyak. Insulin
yangmeningkat tersebut menyebabkan peningkatan transport glukosa ke dalam
sel. Insulin dihasilkan didarah dalam dengan bentuk bebas dengan waktu paruh
plasma 6 menit, bila tidak berikatan dengan reseptor pada sel target, maka akan
didegradasi oleh enzim insulinase yang dihasilkan terutama di hati dalam waktu
10-15 menit (Sudoyo, 2009).
Reseptor insulin merupakan kombinasi dari empat subunit yang berikatandengan
ikatan disulfida yaitu dua subunit- yang berada di luar sel membran dan dua unit
sel- yang menembus membran (Gambar 2.3). Insulin akan mengikat serta
mengaktivasi reseptor pada sel target, sehingga akan menyebabkan sel
terfosforilasi. Sel akan mengaktifkan tyrosine kinase yang juga akan
menyebabkan terfosforilasinya enzimintrasel lain termasuk Insulin Receptors
Substrates (IRS) (Sudoyo, 2009).
fungsi fisiologis hormon insulin adalah sebagai berikut:
a. Insulin menyediakan glukosa untuk sebagian besar sel tubuh, terutama untuk
otot dan adiposa, melalui peningkatan aliran glukosa yang melewati membrane sel
dalam mekanisme carier.
b. Insulin memperbesar simpanan lemak dan protein dalam tubuh pertama dengan
cara meningkatkan transport asam amino dan asam lemak dari darah kedalam sel
yang kedua meningkatkan sintesis protein dan lemak, serta menurunkan
katabolisme protein dan lemak

Universitas Muhammadiyah Magelang


4

c. Insulin meningkatkan penggunaaan karbohidrat untuk energy

2.3 Gambar reseptor insulin


(Sibuea, 2009)
Dalam tubuh kita terdapat mekanisme reabsorbsi glukosa oleh ginjal, dalam batas
ambang tertentu. Kadar glukosa normal dalam tubuh kira-kira
100mgglukosa/100ml plasma dengan GFR/Glomerular Filtration Rate
125ml/menit.Glukosa akan ditemukan diurin jika telah melewati ambang ginjal
untuk reabsorbsi glukosa yaitu 375 mgmg/menit dengan glukosa di plasma darah
300mg/100ml(Sudoyo, 2009).
1.1.3Klasifikasi
Menurut Sudoyo (2009) ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda,
penyakit ini dibedakan bedasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya.
Klasifikasi Diabetes Mellitus yang utama adalah :
1.1.3.1 Diabetes Mellitus tipe 1 :
Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus atau
IDDM)
Pada Diabetes Mellitus jenis ini, sel-sel beta pancreas yang dalam keadaan normal
menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses auto imun. Sebagai
akibatnya, penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalian kadar glukosa
darah.

Universitas Muhammadiyah Magelang


5

2.1.3.2 Diabetes Mellitus tipe II : Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (Non-
Insulin Dependent Diabetes Mellitus atau NIDDM ).
Pada DM ini, terjadi akibat penurunanterhadap insulin (retensi insulin). DM ini
pada mulanya diatasi dengan diet dan latihan, ditemukan pada individu berusia
lebih dari 30 tahun atau obesitas.
1.1.3.3 Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya.
Pada DM jenis ini, keadaan yang diketahui atau di curigai dapat menyebabkan
penyakit: pancreatitis, kelainan hormonal dan preparat yang mengandung estrogen
penyandang DM.
1.1.3.4 Diabetes Mellitus gestasional ( Gestasional Diabetes Mellitus (GDM))
Pada DMjenis ini, terjadi saat kehamilan, biasanya pada trimester dua atau tiga
disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta dan menghambat insulin.
1.1.4 Etiologi
Etiologi atau faktor penyebab penyakit DM bersifat heterogen, akan tetapi
dominan genetik atau keturunan biasanya menjadi peran utama dalam mayoritas
Diabetes Melitus (Sibuea, 2009). Adapun faktor faktor lain sebagai
kemungkinan etiologi penyakit Diabetus Melitus antara lain:
1.1.4.1 Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai dengan
terjadinya kegagalan pada sel B melepas insulin.
1.1.4.2 Faktor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b, antara lain
agen yang mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat serta
gula yang diproses secara berlebih, obesitas dan kehamilan.
1.1.4.3 Adanya gangguan sistem imunitas pada penderita/gangguan system
imunologi
1.1.4.4 Adanya kelainan insulin
1.1.4.5 Pola hidup yang tidak sehat
1.1.5 Patofisiologi
1.1.5.1 Diabetes tipe 1 Menurut (Corwin, 2009).
Pada Diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses auto imun.

Universitas Muhammadiyah Magelang


6

Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial
(sesudah makan).
Jika konsentrasi gula dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan kedalam
urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan.Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasienakan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibatmenurunnya simpanan kalori. Gejala lainya mencangkup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keon yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.

Universitas Muhammadiyah Magelang


7

1.1.5.2 Diabetes tipe II Menurut (Corwin, 2009).


Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan eseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untukmenstimulasipengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulinyang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes
tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas.
DM tipe II, masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya
yang dinamakan sindrom Hiperglikemik Hiperosmoler Non Ketoik(HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya di alami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan
dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit
yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur.
1.1.6 Manifestasi Klinis
Menurut Suyono (2012) :
a.Sering mengantuk
b. Gatal-gatal, terutama disekitar kemaluan
c.Pandangan mata kabur

Universitas Muhammadiyah Magelang


8

d.Penurunan Berat badan berlebihan


e.Poliuria (buang air kecil terus-menurus)
f.Polidipsia (haus yang terus-menurus, tidak seperti biasanya)
g.Polifagi (nafsu makan yang meningkat)
h.Cepat lelah
i. Peningkatan kadar gula dalam darah
1.1.7 Lima pilar penanganan DM menurut Suyono (2012):
1.1.7.1 Edukasi
Edukasi dalam penanganan DM meliputi pemahaman pasien DM tentang :
a.Penyakit DM
b. Perlunya pengendalian dan pemantauan penyakit DM
c. Pengobatan secara farmakologis dan non farmakologis
d. Tanda-tanda hipoglikemia
e. Perawatan kaki pada pasien DM dan pencegahan timbulnya kaki diabetes.
1.1.7.2 Diet Nutrisi (perencanaan makan)
Perencanaan makanan harus disesuaikan menurut kebiasaan dan kebutuhan
masing-masing individu. Pada prinsipnya, pada pasien DM diperlukan makanan
yang seimbang.
a. Komposisi Makanan
Terdiri dari Karbohidrat 60-70%, Protein 10-15%, Lemak 20-25%.
b. Penentuan status gizi dipakai BMI ( Body Mass Index ) = IMT ( Indeks Massa
Tubuh ).
BB ( Kg )
BMI = (TB(m))2

IMT normal wanita = 18,5 23,5 Kg/m2


IMT normal laki-laki = 22,5 25 Kg/m2
c. Penentuan jumlah kalori di pakai rumus broca.
BB ideal = ( TB-100 ) + 10%
BB kurang = <90 110% BB ideal
BB normal = 90-110% BB ideal

Universitas Muhammadiyah Magelang


9

d. Jumlah kalori yang diperlukan : BB x kebutuhan kalori basal ( 30Kkal / kg BB


untuk laki-laki, 25 Kkal/kg untuk perempuan)
Kalori untuk aktivitas : ringan/sedang/berat + 10-30%
e. Total kebutuhan dibagi menjadi 5 porsi/hari dengan pembandingan pagi 20%,
siang 30%, sore 30%, dan selingan antara makan 10-15%.
f. Prinsip diet DM, adalah jumlah sesuai kebutuhan, jadwal diet ketat dan jenis
boleh dimakan atau tidak.
g. Dalam melaksanakan diit DM sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
J1: jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah. J2:
jumlah diit harus sesuai dengan intervalnya. J3: jumlah makanan yang manis
harus dihindari.
1.1.7.3 Aktivitas Fisik (Olahraga)
Pasien DM disarankan untuk mengurangi aktivitas atau kurang gerak dan
memperbanyak olahraga. Hal ini selain dimaksudkan untuk menjaga kebugaran
tubuh juga untuk menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
sehingga dapat memperbaiki kadar gula dalam darah.
1.1.7.4 Obat-obatan
Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan diet dan
aktivitas fisik, pasien DM akan diberikan obat penurunan gula darah.
2.1.7.5 Monitor kadar gula darah
Pasien DM harus dipantau secara menyeluruh dan teratur. Pemeriksaan pada
dasarnya untuk memantau apakah dosis pengobatan sudah cukup dan apakah
target pengobatan yang berikan sudah tercapai.
1.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer,(2007) :
1.1.8.1 Tujuan
a. Tujuan penatalaksanaan DM untuk jangka pendek adalah menghilangkan
keluhan/gejala DM.
b. Tujuan jangka panjang adalah untuk mencegah komplikasi.Tujuan tersebut
dilaksanakan dengan cara menurunkan kadar gula darah, lipid dan insulin.

Universitas Muhammadiyah Magelang


10

2.1.8.2 Penatalaksanaan
a. Medis
Menurut Sudoyo (2009)penatalaksaan secara medis sebagai berikut:
1. Obat hiperglikemik Oral
2. Insulin
3. Pembedahan
Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan yang bertujuan untuk
mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih sehat, tindakannya antara
lain: debridement, necrotomi dan amputasi.
b.Keperawatan
Menurut Sudoyo (2009), dalam penatalaksaan medis secara keperawatan yaitu:
1.Diit: Diit harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa. Nutrisi
disini berperan penting untuk menurunkan kadar gula darah, karena asupan nutrisi
yang cukup mampu mengontrol energi yang dikeluarkan.
2. Latihan: Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil, jalan
jalan sore, senam diabetik untuk mencegahadanya ulkus.Penelitian yang
dilakukan oleh Flora (2013) tentang Pencegahan Komplikasi Diabetes pada Kaki
(Diabetes Foot) yaitu senam kaki DM dapat membantu memperbaiki sirkulasi
darah, dan juga memperkuat otot-otot kecil kaki serta mencegah terjadinya
kelainan bentuk kaki dan akan lebih efektif jika kegiatan senam kaki DM
dijadikan salah satu program di Puskesmas dalam rangka meningkatkan kesehatan
penderita DM.
3. Pemantauan: Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya secara
mandiri dan optimal.
4. Penyuluhan kesehatan: Penyuluhan kesehatan dilakukan sebagai edukasi bagi
penderita DM..
5. Stress Mekanik: Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya adalah
seperti bedrest, dimana semua pasien beraktifitas di tempat tidur jika diperlukan.
Dan setiap hari tumit kaki harus selalu dilakukan pemeriksaan dan perawatan
(medikasi) untuk mengetahui perkembangan luka dan mencegah infeksi luka
setelah dilakukan operasi debridement tersebut.

Universitas Muhammadiyah Magelang


11

1.1.9 Komplikasi
Menurut Sudoyo, (2009) adapun komplikasi untuk penderita diabetes melitus
antara lain :
1.1.9.1 Akut
a. Koma hipoglikemia
b. Ketoasidosis
c. Koma hiperosmolar non ketotik
1.1.9.2 Kronik
a. Makro angiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung,
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b. Mikro angiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik, nefropati.
c. Neuropati diabetik
d. Rentan infeksi
e. Ganggren
1.1.9.3 Jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan penyakit
jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan penglihatan (mata
kabur bahkan kebutaan), luka infeksi dalam, penyembuhan luka yang jelek.
1.1.9.4Komplikasi pembedahan, dalam perawatan pasien post debridement
komplikasi dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak ditangani dengan
prinsip steril.
1.1.10 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sudoyo (2009), adapun pemeriksaan penunjang untuk penderita DM
antara lain :
1.1.10.1 Pemeriksaan Vaskuler
a. Pemeriksaan Radiologi yang meliputi: gas subkutan, adanya benda asing,
osteomelietus.
b. Pemeriksaan Laboratorium:
1. Pemeriksaan darah yang meliputi: GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP (Gula
Darah Puasa).
2. Pemeriksaan urine, dimana urine diperiksa ada atau tidaknya kandungan
glukosa pada urine tersebut. Biasanya pemeriksaan dilakukan menggunakan cara

Universitas Muhammadiyah Magelang


12

Benedict (reduksi). Setelah pemeriksaan selesai hasil dapat dilihat dari perubahan
warna yang ada: hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
3. Pemeriksaan kultur pus: Bertujuan untuk mengetahui jenis kuman yang
terdapat pada luka dan untuk observasi dilakukan rencana tindakan selanjutnya.
4. Pemeriksaan Jantung meliputi EKG sebelum dilakukan tindakan pembedahan.
2.1.10.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi: melihat pada daerah kaki bagaimana produksi keringatnya (menurun
atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-).
b.Palpasi: akral teraba dingin, kulit pecah-pecah, pucat, kering yang tidak normal,
pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa juga teraba lembek.
c.Pemeriksaan pada neuropatik sangat penting untuk mencegah terjadinya ulkus.

1.1.11.1 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Keperawatan Keluarga adalah suatu proses yang kompleks yang meliputi biologi,
psikologi, emosi, sosial, spiritual, termasuk budaya. Pemberian asuhan
keperawatan kepada keluarga merujuk pada proses keperawatan (Nursing process)
yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan
evaluasi (Friedman, 2010).
a. Pengkajian
Menurut (Friedman, 2010) pengkajian dimaksudkan untuk mendapatkan data
yang dilakukan secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibina.
Sumber data pengkajian dapat dilakukan dengan metode wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, atau melalui data, sekunder seperti data di Puskesmas, Desa,
Bidan, hasil pemeriksaan laboratorium dan lain sebagainya.
Data yang harus dikaji dalam keluarga yaitu:
1. Data Umum keluarga, pengkajian data umum keluarga meliputi:
a) Nama Kepala Keluarga (KK), berisi nama Kepala Keluarga dalam satu
keluarga tersebut dan nama klien ditulis initial sebagai privasi.
b) Umur dan jenis kelamin KK, berisi umur dan jenis kelamin kepala
keluarga dalam satu keluarga tersebut.

Universitas Muhammadiyah Magelang


13

c) Pendidikan KK, berisi pendidikan terakhir yang ditempuh Kepala


Keluarga dalam satu rumah tersebut.
d) Pekerjaan KK, menjelaskan pekerjaan Kepala Keluarga yang dikerjakan
sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dalam satu keluarga tersebut.
e) Alamat, berisi tempat tinggal alamat lengkap yang ditempati Kepala
Keluarga tersebut dalam satu rumah.
f) Komposisi keluarga, berisi mengenai riwayat anggota keluarga. Susunan
anggota keluarga terdiri dari nama anggota keluarga, jenis kelamin, hubungan
dengan kepala keluarga, umur, pendidikan, pekerjaan.
g) Genogram, berisi silsilah keluarga yang minimal terdiri dari tiga generasi
disajikan dalam bentuk bagan dengan mengunakan simbol-simbol atau sesuai
format pengkajian yang dipakai.
h) Tipe Keluarga, menjelaskan mengenai tipe keluarga saat ini berdasarkan
tipe pembagian keluarga tradisional dan non tradisional.
i) Suku bangsa, menjelaskan mengenai suku bangsa anggota keluarga serta
budaya yang terkait dengan kesehatan. Suku bangsa yang dimaksud seperti jawa,
sunda, batak, dan lain sebagainya.
j) Agama, menjelaskan mengenai agama yang dianut masing- masing
anggota keluarga serta aturan agama yang dianut oleh keluraga terkait dengan
kesehatan.
k) Status sosial ekonomi, menjelaskan mengenai pendapatan Kartu Keluarga
maupun anggota keluarga yang sudah bekerja, kebutuhan sehari-hari serta harta
kekayaan atau barang-barang yang dimiliki keluarga.
l) Aktivitas rekreasi keluarga, menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga
dalam rekreasi atau refrehsing. Rekreasi tidak harus ketempat wisata, namun
menonton tv, mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi keluarga.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, data ini ditentukan oleh anak tertua
dari keluarga inti

Universitas Muhammadiyah Magelang


14

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan


mengenai tugas dalam tahap perkembangan keluarga saat ini yang belum
terpenuhi dan mengapa belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, status imunisasi, sumber kesehatan
yang biasa digunakan serta pengalamannya menggunakan pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya, menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak
suami dan istri.
3. Pengkajian Lingkungan
a) Karakteristik rumah, menjelaskan mengenai luas rumah, tipe, jumlah
ruangan, jumlah jendela, pemanfaaatan ruangan, penempatan perabot rumah
tangga, jenis WC, serta jarak WC kesumber air.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas setempat, menjelaskan mengenai
lingkungan fisik setempat, kebiasaan budaya yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas Geografis Keluarga, menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, menjelaskan
mengenai kebiasaan keluarga berkumpul, sejauh mana keterlibatan keluarga
dalam pertemuan dengan masyarakat.
e) Sistem pendukung keluarga, menjelaskan mengenai jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas keluarga, dukungan keluarga dan masyarakat sekitar
terkait dengan kesehatan, dan lain sebagainya.
1) Struktur komunikasi keluarga, meliputi pola komunikasi keluarga, struktur
kekuatan keluarga, struktur peran serta nilai atau norma keluarga.
2) Fungsi Keluarga, terdiri dari: (a) Fungsi afektif/perasaan memiliki,
dukungan, kehangatan, kasih sayang, saling menghargai. (b) Fungsi
sosialisasi/interaksi dan hubungan dengan anggota keluarga, proses mendidik
anak, disiplin, norma, budaya, perilaku. (c) Fungsi perawatan kesehatan/mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan, merawat anggota yang sakit,
memelihara lingkungan yang sehat, menggunakan fasilitas kesehatan di
masyarakat. (d) Fungsi Reproduksi/mengetahui keluarga merencanakan jumlah

Universitas Muhammadiyah Magelang


15

anak, hubungan seksual suami istri, masalah yang muncul jika ada. (e) Fungsi
ekonomi/kemampuan keluarga memenuhi sandang, pangan, papan, menabung,
kemampuan peningkatan status kesehatan.
3) Stres dan koping keluarga, meliputi stres jangka pendek dan jangka
panjang, kemampuan keluarga merespon stressor, strategi koping yang digunakan,
strategi koping disfungsional.
4) Pemeriksaan fisik, semua anggota keluarga diperiksa secara lengkap
seperti prosedur pemeriksaan fisik ditempat pelayanan kesehatan
5) Harapan keluarga, terhadap petugas kesehatan atau sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh
pada pengkajian. Proses perumusan diagnosis diawali dengan melakukan analisis
data, penentuan diagnosis, kemudian penentuan prioritas diagnosis. Analisis data
dilakukan untuk mengelompokkan data hasil pengkajian menjadi data subjektif
(DS) dan data objektif (DO). Pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam
DS, sedangkan data yang diambil dengan observasi, data sekunder atau data selain
pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam DO. Rumusan masalah
berdasarkan NANDA dan etiologi berdasarkan hasil pengkajian dari tugas
perawatan keluarga yang terdiri dari 5 (lima) tugas yaitu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, merawat anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada (Friedman, 2010).
Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada penderita diabetes
mellitus sebagai berikut: (1) Resiko ketidakstabilan gula darah berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. (2)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. (3) Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit. (4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. (5) Kerusakan

Universitas Muhammadiyah Magelang


16

integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota


keluarga yang sakit (Wilkinson, 2011).
c. Penentuan Prioritas
Perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosis keperawatan keluarga dalam
satu keluarga. Diagnosis terdapat empat kriteria yang akan menentukan prioritas
diagnosa, setiap kriteria memiliki bobotnya masing-masing. Kriteria tersebut
terdiri dari sifat masalah, kemungkinan masalah untuk diubah, potensial dicegah
dan menonjolnya masalah. Kriteria memiliki tiga skala yang memiliki skor
masing-masing.
Penentuan skala dari setiap kriteria ditentukan dengan mempertimbangkan
komponen pembenaranra sesuai dengan kondisi terkini yang ada dalam keluarga.

NO KRITERIA BOBOT

1 Sifatmasalah
Skala:
Aktual = 3 1
Risiko = 2
2 KemungkinanmasalahdapatdiubahSkala:
Mudah = 2
Sebagian = 1 2
Tidakdapat = 0
3 Potensialmasalahuntukdicegah
Skala:
Tinggi = 3 1
Cukup = 2
4 Menonjolnyamasalah
Skala:
Masalahberat, harussegeraditangani= 2 1
Ada masalahtetapitidakperluditangani = 1

Universitas Muhammadiyah Magelang


17

Berdasarkan table diatas, untuk menentukan prioritas terhadap diagnose


keperawatan keluarga yang ditemukan dapat dihitung dengan menggunakan cara
sebagai berikut:
1. Menentukan skor setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kali dengan bobot dengan rumus:

Skor x Bobot
3. Angka Tertinggi
Jumlah kan skor untuk semua kriteria
d. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang meliputi tujuan
jangka panjang (tujuan umum), tujuan jangka pendek (tujuan khusus), kriteria dan
standar serta intervensi. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan
tujuan khusus atau tujuan jangka pendek yang ditetapkan. Tujuan jangka panjang
mengacu pada problem, sedangkan tujuan jangka pendek mengacu pada etiologi
(Friedman, 2010).
Rencana keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada penderita diabetes
melitus sebagai berikut:
1. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
a) Tujuan Umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali
kunjungan rumah diharapkan kadar gula darah terkontrol.
b) Tujuan khusus: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali
kunjungan diharapkan keluarga mampu merawat dan mengenal masalah
ketidakstabilan kadar gula darah
1) Jelaskan manfaat melakukan pemeriksaan kadar gula darah dengan teratur
Rasional: memberikan pengetahuan bagi klien akan pentingnya melakukan
pemeriksaan gula darah secara teratur
2) Berikan penjelasan pada klien fasilitas-fasilitas kesehatan yang
memberikan pelayanan pemeriksaan kadar gula darah

Universitas Muhammadiyah Magelang


18

Rasional: agar klien mampu dan menggunakan fasilitas kesehatan dalam


menangani pemeriksaan kadar glukosa darah
3) Jelaskan dampak jika tidak melakukan pemeriksaan kadar gula darah
secara teratur
Rasional: agar klien mengenal dan mampu mengetahui dampak jika tidak
melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara teratur
4) Lakukan pemeriksaan gula darah setiap kunjungan
Rasional: membantu mengantisipasi kadar gula darah klien yang tinggi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
a) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali
kunjungan rumah, klien mendapat nutrisi yang adekuat, dengan kriteria hasil
meliputi berat badan meningkat, konjungtiva tidak anemis, tugor kulit baik dan
mukosa bibir lembab.
b) Tujuan khusus: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali
kunjungan rumah diharapkan keluarga dapat menyebutkan pengertian diabetes
mellitus, mengetahui penyebab, tanda dan gejala tentang diabetes mellitus,
mengetahui pola diet nutrisi pada pasien diabetes mellitus.
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang diabetes mellitus
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang diabetes mellitus.
2) Kaji pengetahuan keluarga tentang tanda dan gejala serta penyebab
diabetes mellitus
Rasional: Mengenalkan tanda dan gejala serta penyebab diabetes mellitus.
3) Kaji pengetahuan keluarga tentang diet nutrisi yang dibutuhkan dan
dihindari pada pasien
Rasional: Mengetahui diet nutrisi yang dibutuhkan pasien diabetes mellitus.
4) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, tanda dan gejala, serta
penyebab, diet dan pola makan yang baik untuk pasien diabetes mellitus
Rasional: Keluarga dapat mengerti tentang pengertian, tanda dan gejala, serta
penyebab, diet dan pola makanan yang dapat di konsumsi oleh pasien diabetes
mellitus

Universitas Muhammadiyah Magelang


19

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
a) Tujuan Umum: setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 3 kali
kunjungan rumah diharapkan kadar elektrolit klien dalam dalam keadaan batas
normal, turgor kulit elastis.
b) Tujuan khusus: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 30
menit keluarga klien mampu mengenal tentang kekurangan volume cairan dan
merawat penderita DM
1) Pantau tanda vital
Rasional: mengetahui terjadinya hipovolemia
2) Kaji pengetahuan keluarga tentang kebutuhan cairan
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang kebutuhan cairan
3) Jelaskan pada keluarga tentang tanda dan gejala kekurangan volume cairan
Rasional: mengantasipasi terjadinya kekurangan volume cairan
4) Berikan penjelasan pada keluarga untuk mempertahankan masukan secara
oral
Rasional: membantu klien agar dapat mengenal dan mempertahankan masukan
secara oral
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
a) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 kali
kunjungan rumah, diharapkan aliran darah ke perifer meningkat sehingga nadi
dapat teraba normal, edema berkurang dan perubahan karakteristik dapat normal
kembali.
b) Tujuan khusus: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15 kali
kunjungan rumah klien dapat menerapkan tindakan senam kaki diabetik secara
mandiri serta sensitivitas atau sirkulasi darah ujung telapak kaki diabetik
meningkat.
1) Ajarkan klien untuk melakukan penilaian komprehensif dari sirkulasi
perifer (memeriksa denyut nadi perifer, edema, capilarry refil, warna dan suhu)
Rasional: Mengajarkan klien memeriksa sensitivitas kaki secara mandiri.

Universitas Muhammadiyah Magelang


20

2) Mengevaluasi edema perifer dan denyut nadi


Rasional: Mengantisipasi terjadinya penurunan sensitivitas atau sirkulasi darah
ujung telapak kaki diabetik
3) Anjurkan klien untuk selalu melakukan aktivitas
Rasional: Membantu melancarkan aliran darah perifer
4) Anjurkan klien untuk selalu melindungi ekstremitas (kaki) dari cedera
Rasional: Mengantisipasi terjadinya infeksi pada luka
5) Ajarkan klien senam kaki diabetik
Rasional: Membantu meningkatkan sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil
kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
a) Tujuan Umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali
kunjungan rumah integritas kulit klien meningkat, dengan kriteria hasil: luka
mengecil dalam ukuran dan peningkatan granulasi jaringan.
b) Tujuan khusus: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali
kunjungan keluarga klien dapat mengetahui dan mampu merawat luka penderita
DM.
1) Ajarkan klien merawat luka secara mandiri
Rasional: membantu keluarga klien agar tidak terjadi infeksi
2) Kaji keluarga klien tentang perawatan luka
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan keluarga dalam perawatan luka
3) Jelaskan penyebab dari terjadinya luka
Rasional: membantu keluarga mengenal penyebab terjadinya luka
4) Anjurkan klien untuk merawat luka sesering mungkin
Rasional: mengantisipasi terjadinya infeksi
e. Implementasi
Menurut (Friedman, 2010) implementasi keperawatan terhadap keluarga
mencakup hal-hal dibawah ini:
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi

Universitas Muhammadiyah Magelang


21

kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat
terhadap masalah
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan
tentang konsekuensi tiap tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas
yang ada dirumah serta mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan.
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga,
membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan rencana
tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila tidak atau belum berhasil perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat
dilaksanakan dalam satu kali kunjungan rumah ke keluarga. Untuk itu dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga yang
telah disepakati bersama (Friedman, 2010).

Universitas Muhammadiyah Magelang


22

Universitas Muhammadiyah Magelang


23

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SENAM KAKI DM

Pokok bahasan : DM

Sub pokok bahasan : Langkah-langkah senam kaki DM

Waktu : 30 menit

Tempat : Rumah Tn.S

Metode : ceramah

Media : lembar balik dan leafleat

I. Tujuan instruksional umum

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, keluarga dan pasien dapat


mengetahui tentang langkah-langkah senam kaki pada pasien DM

II. Tujuan instruksional khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga dan pasien mengetahui:

a. Definisi Senam DM

b. Tujuan Senam kaki DM

c. Langkah-langkah Senam kaki

III. Kegiatan penyuluhan

No Tahap Kegiatan penyuluh Kegiatan audiens waktu

1 Pembukaan - Mengucapkan - Menjawab salam 2 menit


salam

- Menjelaskan tujuan
- memperhatikan
penyuluhan

Universitas Muhammadiyah Magelang


24

2 Penyajian - definisi Senam - memperhatikan 20 menit


Kaki DM
- memperhatikan
- Tujuan Senam
Kaki DM
- memperhatikan
- Langkah-langkah
Senam Kaki DM

3 Penutup - memberikan - mengajukan 8 Menit


kesempatan kepada pertanyaan
keluarga dan pasien untuk
mengajukan pertanyaan

- menjawab
pertanyaan

- melakukan
evaluasi tentang materi
- memperhatikan
yang disampaikan

- salam penutup
- menjawab pertanyaan

- menjawab salam

IV. evaluasi

prosedur: akhir kegiatan

waktu: 8 menit

Universitas Muhammadiyah Magelang


25

bentuk soal: tanya jawab

V. materi penyuluhan

VI. TEORI

1. Definisi

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes
melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredarah
darah bagian kaki.

2. Tujuan Senam Kaki DM

A. Memperbaiki sirkulasi darah


B. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
C. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
D. Mengatasi keterbatasan gerak sendi

3. Langkah-langkah Senam Kaki DM

A. Posisikan pasien duduk tegak di atas bangku dengan kaki menyentuh


lantai
B. Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke
atas lalu dibengkokan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10
kali.
C. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke
atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit
kaki diangkat ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan
kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10kali.
D. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan
buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali
E. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan
memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
F. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari ke depan
turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak
10 kali.

Universitas Muhammadiyah Magelang


26

G. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali ke lantai.
Ulangi sebanyak 10 kali
H. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakan
pergelangan kaki ke depan dan ke belakang. Ulangi sebanyak 10 kali
I. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 9 lakukan secara
bergantian.
J. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola
dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran
seperti semula menggunakan kedua belah kaki.

Cara ini dilakukan hanya sekali saja :

1). Robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.

2). Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki

3).Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu


letakkan sobek kan kertas pada bagian kertas yang utuh.

4). Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC


Dr. W. Herdin Sibuea dkk. 2009.Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta.Rineka Cipta.
Esther, Chang. 2010. Patofisiologi Aplikasi pada Praktek Keperawatan.Jakarta
: EGC
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International NursingDiagnoses:
Definitions & Classification, 20152017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell

Universitas Muhammadiyah Magelang


27

Kozier, B.,Berman, A.and Shirlee J. Snyde. 2010. Buku Ajar Fundamental


Keperawatan Konsep Proses dan PraktikVolume 1.Edisike-7. Dialih
bahasakan olehPamilih Eko Karyuni.Jakarta : EGC.
Listyowati, R., & Purborini, N. (2016). Luffa Acutangula Sebagai Alternatif
Penurun Kadar Glukosa Darah, 1(1).
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Masykur, 2009, Sistem Pakar Penyusun Diet Diabetes Tipe II, Jurnal Digilibs,
Institute Teknologi Bandung, Bandung
Rizal, 2009, Pengembangan Aplikasi Sistem Pakar Untuk Diagnosis Penyakit
Diabetes Mellitus, Tesis UNDIP.
Saputra, Lyndon. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Klinik. Jakarta : Binarupa
Aksara Publisheraa
Sinaga, E. V. I. (2012). Pengaruh pemberian susu kedelai terhadap kadar glukosa
darah puasa pada wanita prediabetes.
Suyono S. Diabetes Melitus di Indonesia. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.
IV ed. Jakarta: Pusat penerbitan Ilmu Penyakit dalam FK UI; 2012.
Tandra H. 2013. Penderita Diabetes Boleh Makan Apa Saja. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Tandra H.2014. Strategi Mengalahkan Komplikasi Diabetes: Dari Kepala Sampai
Kaki. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Yuliana elin, Andrajat Retnosari, dkk. ISO Farmakologi, ISFI, Jakarta. 2009

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. data umum

a. Identitas keluarga

Nama KK : Tn. S

Jenis kelamin : Laki-laki

Universitas Muhammadiyah Magelang


28

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : pensiunan TNI

Alamat : Wonokromo RT 04 Rw 1 Sumberejo

b. Komposisi keluarga

No Nama Jenis kelamin Hubungan Umur Pekerjaan ket


keluarga
1. Tn. S L KK 60 Pensiuna
TNI
2. Ny. H P Istri 56 Guru

3. Sdr. Y L Anak 34 Dinas


pendidikan
4. Sdr. W L Anak 32 Swasta
5. Sdri. S P Anak Asuh 13 Pelajar

c. Genogram :
d. d. Type keluarga : keluarga inti
e. Suku/kebangsaan : Jawa/Indonesia
f. Agama : islam
g. Status sosial ekonomi : keluarga Tn. S masih mendapat dana
pensiunan, dana pensiunan Tn. S 3,5 juta
1) Kegiatan organisasi :
Tn. S merupakan ketua RW 03 selama 6 tahun
Tn. S terdaftar sebagai anggota BKM

2) Keadaaan ekonomi :
Keluarga Tn. S termasuk keluarga menengah keatas dengan penghasilan
diatas UMK
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga :
Tn. S mengatakan Tn. S setiap sabtu anak dan cucunya pulang
kerumah. Bermain dengan cucu menjadi bentuk rekreasi bagi Tn. S
dan Ny. H

2. Riwayat dan Tahap Perkembanan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga adalah keluarga dengan usia lanjut

Universitas Muhammadiyah Magelang


29

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah anak


Tn. S sudah berkeluarga, namun klien masih membiayai anak
asuhnya sekolah
c. Riwayat keluarga inti :
Tn. S mengatakan tahun 2004, Tn. S mengalami tanda-tanda DM,
yaitu pada malam hari sering BAK + tiap 1 jam sekali, esok
harinya beliau cek up hasil pemeriksaan GDS 450 mg/dL. Tn. S
diberitahukan menderita DM tipe 2.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya :
Tn. S mengatakan pada tahun 2016, ibu meninggal dan GDS
sebelum meninggal tergolong tinggi.

3. Lingkungan

a. Kharateristik rumah :

Rumah Tn. S tinggal di tanah/bangunan pribadi dengan ukuran + 343 m,


termauk rumah permanen, berdinding tembok, lantai keramik, mempunyai 1
ruang tamu, 4 kamar tidur, 1 ruanh makan, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC, 1
garasi, 1 toko, ventilasi rumah dapat mencakup 10 % dari total ruangan rumah dan
lingkungan nampak bersih.

1) Pembuangan air kotor :


Rumah Tn. S memiliki pembuangan air kotor sendiri yaitu pada
sapiteng/jamban
2) Pembuangan Sampah :
Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri yang
ditempatkan di bak sampah dan diambil petugas sampah setiap pagi.
3) Sanitasi :
Lingkungan Tn. S nampak bersih, pekarangan dimanfaatkan secara
maksimal, banyak tanaman dan bunga.
4) Jamban keluarga :
Mempunyai jamban keluarga sendiri dengan bentuk leher angsa dan
terletak di dalam rumah.
5) Sumber Air Minum :
Keluarga menggunakan PDAM sebagai sumber air minum
b. Denah Rumah
c. Kharateristik Tetangga dan Komunitas RW

Universitas Muhammadiyah Magelang


30

Tetangga Tn. S berperilaku ramah terhadap keluarga Tn. S, tercipta rasa


kekeluargaan dan saling gotong royong antar warga.
d. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga termasuk pendatang di lingkungan tersebut, Tn S sering
berpindah pindah karena tuntutan dinas.
e. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. S sering mengikuti kegiatan di lingkungan RW, salah satu nya rapat
RW
f. Sistem Pendung keluarga :
Keluarga selalu mendapat dukungan dari anak-anaknya. Bila ada masalah
kesehatan pada anggota keluarga selalu berobat ke puskesmas/RS.
Jarak untuk pelayanan kesehatan terdekat
Puskesmas : 1 km
Rumah Sakit : 6 km

4. Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi keluarga :


Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga berkomunikasi dengan bahasa jawa
dan indonesia, Tn. S mengatakan antar anggota keluarga berkomunikasi
dengan terbuka
b. Struktur kekuatan keluarga
Struktur kekuatan keluarga cenderung bersifat afektif, kekuatan/sifat
merubah perilaku keluarga timbul karena ada perasaan saling menyayangi,
keluarga selalu bermusyawarah dalam mengambil keputusan.
c. Struktur peran keluarga
Tn S menjadi tulang punggung keluarga tetapi sudah pensiun, Ny. H juga
bekerja menjadi guru di SD, kedua anak Tn S sudah berkeluarga.
d. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn. S menganut nilai dan norma sesuai nilai dan norma agama
islam, keluarga juga mengikuti nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat sekitar.

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif
hubungan dalam keluarga Tn. S terjalin baik antara anggota keluarga,
saling mendukung, menghormati satu sama lain.
b. Fungsi Sosial

Universitas Muhammadiyah Magelang


31

Interaksi antar anggota keluarga terjalin denga baik, serta interaksi dengan
masyarakat sekitar. Tn S sering mengikuti kegiatan Rw seperti gotong
royong
c. Fungsi perawatan kesehatan
bila salah satu anggota keluarga sakit keluarga yang lain mampu merawat,
jika tidak kunjung sembuh maka akan berobat ke puskesmas atau rumah
sakit

d. Fungsi reproduksi
Tn. S dan Ny. H mempunyai 2 anak yang sudah berkeluarga, anak pertama
berusia 34 tahun dan mempunyai 2 anak, anak kedua berusia 32 tahun
serta mempunyai 1 anak.
e. Fungsi ekonomi
Tn. S masih membiayai anak asuhnya sekolah, Tn. S adalah pensiunan
TNI dan Ny. H adalah guru.

6. Stress dan koping keluarga

a. stressor jangka panjang dan pendek


stres jangka panjang klien memikirkan penyakit DM yang sudah
14 tahun
stres jangka pendek klien
b. kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
keluarga selalu bermusyawarah bila mendapat masalah
c. stressor koping yang digunakan
klien mengatakan berdoa untuk mengatasi stres nya
d. srategi adaptasi disfungsional
klien mengatakan keluarga berespon bila anggota keluarga
mendapat masalah kesehatan

7. pemeriksaan Fisik

a. pemeriksaan fisik umum :

keadaan umum Tn. S baik, kesadaraan Compos Mentis, klien mampu berjalan dan
beraktivitas mandiri

b. Tanda-tanda vital

Tn.S

Tekanan Darah : 120/80 mmHg TB : 171 cm

Universitas Muhammadiyah Magelang


32

Nadi : 60x/menit BB : 50 KG

Pernapasan 20x/menit IMT : 17, 8 %

Suhu : 36C

Ny. H

Tekanan Darah : 140/100 mmHg

Nadi : 70x/menit

Pernapasan : 20x/menit

Suhu : 36C

c. Pemeriksaan fisik Khusus


1) Kepala : tidak ada edema, rambut berwarna putih, kebersihan baik
2) Leher : tidak nampak peningkatan vena jugularis
3) Mata : congjungtiva anemis, mata nampak bersih dari kotoran mata
4) Telinga : tidak ada serumen
5) Hidung : tidak ada nafas cuping hidung, hidung nampak bersih
6) Mulut : mukosa bibir kering
7) Dada :
I : nampak ictus cosdis di ics 4-5
P : ictus cosdis teraba di ics 4-5
P : suara ketukan redup
A : tidak ada suara tambahan pada detak jantung
8) Abdomen :
I : perut klien nampak datar
A : bunyi peristaltik usus + 11x/menit
P : tidak ada nyeri tekan, tidak pembesaran hepar
P : suara ketukan timpani
9) Ekstremitas : tidak ada kelumpuhan pada ekstremitas atas dan bawah,
kedua ekstremitas mampu menggerakkan dengan baik
d. Harapan keluarga
Keluarga berharap Tn. S sembuh dari penyakitnya

Universitas Muhammadiyah Magelang


33

ANALISA DATA

N Tanggal Data Problem


O
Ds : klien mengatakan nyeri jika Resiko ketidakefektifan
berjalan terlalu jauh perfusi jaringan perifer
klien mengatakan mudah lelah
Do :
Klien nampak pucat
Klien nampak lemas
TTV
TD : 120/80 mmHg
Nadi :60x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36C
DS : Ketidakstabilan gula darah
Istri mengatakan Tn. S takut bila
dicek Gula Darah Sewaktu
Do:
Saat di cek GDS klien nampak
tegang
TTV :
TD :120/80 mmHg
Nadi : 60x/menit
SuShu : 36C
Pernapasan : 20x/menit
GDS : 269 mg/dL
Ds : klien mengatakan berat Ketidakseimbangan nutrisi
badannya berkurang kurang dari kebutuhan
Klien mengatakan sering merasa
lapar tetapi merasa lemas
Do :
A. BB klien : 64
IMT : 17,8%
B. GDS : 269 mg/Dl
C. Mata : congjungtiva anemis
Mukosa bibir kering
D. Klien sering merasa lapar
tetapi merasa lemas

Universitas Muhammadiyah Magelang


34

D. Skala Prioritas Masalah


1. Resiko ketidakefektifan jaringan perifer

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran


1. Sifat Masalah : resiko 2/3 X 1 2/3 Masalah belum terjadi
2. Kemungkinan masalah Luka belum terjadi pada Tn S
X2 1
dapat diubah: Sebagian
3. Potensial masalah untuk Klien mengatakan rutin untuk
dicegah: tinggi 3/3 X 1 1 berobat dan melakukan senam
kaki DM.
4. Menonjolnya masalah: Tn. S mengatakan masalah ini
masalah dirasakan dan 2/2 X 1 1 harus segera ditangani.
harus segera ditangani
Jumlah 3 2/3

2. Ketidakstabilan kadar gula darah


No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1. Sifat Masalah : Actual Masalah sudah terjadi, GDS: 269
3/3 X 1 1
mg/dl
2. Kemungkinan masalah Klien sudah lama menderita DM,
dapat diubah: sebagian X2 1 dan klien rutin untuk
memeriksakan kadar gula darah.
3. Potensial masalah Klien dekat dengan fasilitas
untuk dicegah: cukup 2/3 X 1 2/3 kesehatan klien rutin
memeriksakan kadar gula darah
4. Menonjolnya masalah: Tn. S mengatakan masalah ini
masalah dirasakan harus segera ditangani
2/2X 1 1
dan harus segera
ditangani
Jumlah 3 2/3

3.ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1. Sifat Masalah : Actual Klien mengalami penurunan berat
3/3 X 1 1
badan.
2. Kemungkinan masalah 2/2 X 2 2 Klien sudah lama menderita DM,

Universitas Muhammadiyah Magelang


35

dapat diubah: tinggi fasilitas pendukung kelurga baik.


3. Potensial masalah Klien memiliki kesadaran untuk
untuk dicegah: cukup memeriksakan kesehatannya dan
2/3 X 1 2/3
keluarga mendukung pengobatan
klien.
4. Menonjolnya masalah: Tn. S mengatakan masalah ini
masalah dirasakan harus segera ditangani
2/2X 1 1
dan harus segera
ditangani
Jumlah 4 2/3

Diagnosa prioritas:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.Ketidakstabilan kadar gula darah
3. Resiko ketidakefektifan jaringan perifer

Diagnosa Rencana
Tujuan Evaluasi
Keperaw Tindakan
atan Krite
Umum Khusus Standar
ria
Ketidak Setelah Setelah Resp Klien 1. kaji status
seimbanga dilakukan on dapat gizi klien
dilakukan
n nutrisi tindakan vebal memaham2. diskusikan
kurang asuhan tindakan i: dengan
dari kepewatan 1. Jenis diet
keperawatan klien
kebutahan selam 3x untuk
tubuh kunjungan selama 3x pasien tentang
diharapkan dm jenis nutrisi
kunjungan yang
klien dapat 2. Klien
mengenal diharapkan dapat dibutuhkan
diet untuk mengatur klien
asupan nutrisi
penyakit dm diet pada 3. Mengatur
klien adekuat penderita diet yang
dm
diperlukan
klien
( tinggi
protein,
menguragi
asupan gula,

Universitas Muhammadiyah Magelang


36

menambah
kalori,
vitamin)
4. mengintruksi
kan klien
untuk
mengatur
diet cukup
kalori,
nutrisi, dan
kabohidrat

Ketidaksei Setelah Setelah Resp Klien dan1. lakukan


mbangan dilakukan dilakukan keluarga pemeriksaan
on
kadar gula tindakan tindakan dapat gula darah
darah asuhan asuhan verba memaha 2. jelaskan
keperawatan keperawatan mi: manfaat
l
selama 3x selama 3x 1. manfaat melakukan
kunjungan kunjungan pemeriksa pemeriksaan
diharapkan diharapkan an gula kadar gula
keluarga klien mampu: darah darah
dapat 1. Klien dapat 2. dampak 3. berikan
mengenal mengetahui ketidaksta informasi
dan merawat dampak bilan gula tentang
klien dengan ketidakefektif darah fasilitas
ketidakefekti an kadar gula 3. mengetah kesehatan
fan kadar darah dalam ui kadar terdekat
gula darah. tubuh gula 4. jelaskan
2. Klien dapat darah dampak
memanfaatka klien ketidakstabil
n fasilitas an gula
kesehatan darah
dengan baik
Resiko Setelah Setelah Klien dan1. Lakukan
ketidakefe dilakukan keluarga pengkajian
dilakukan
ktifan tindakan memaha sensifitas
jaringan asuhan tindakan mi telapak pada
perifer keperawtan tentang: telapak kaki
asuhan
selama 3x 1. cara klien
kunjungan keperawatan melakuka2. Ajarkan klien
diharapkan n senam seman kaki
selama 3x
keluarga kaki DM DM
dapat kunjungan Anjurkan
merawat klien untuk
diharapkan
anggota berolahraga

Universitas Muhammadiyah Magelang


37

keluarga 1. Klien dapat


yang sakit menerapkan
dan tidak senam kaki
terjadi DM secara
komplikasi mandiri.

Universitas Muhammadiyah Magelang


38

IMPLEMENTASI

N Tanggal Diagnosa Implementasi Respons Paraf


o
1 1.04.17 3 Melakukan tindakan Ds : klien mengatakan
pengkajian sensitivitas pada masih bisa merasakan

kaki klien dengan tes sensitivitas Rido
pada telapak kaki klien.
Tapi klien merasa cepat
lelah sekarang
Do : tes pada sensitivitas
telapak kaki klien bagus
dan tidak ada masalah
yang terjadi.
2 3 Mengajarkan klien senam Ds : klien mengatakan
kaki dm bersedia diajarkan senam

kaki dm, karena hanif
sebelumnya klien belum
senam kaki dm
Do : klien tampak
kooperatif diajarkan
senam kaki dm
3 3 Anjurkan klien untuk Ds : klien mengatakan
berolahraga akan lebih banyak

berolahraga Tika
Do : klien kooperatif dan
setuju untuk melakukan
olahraga sesuai dengan
anjuran
4 2 melakukan pemeriksaan gula Ds : klien mengatakan
darah bersedia diperiksa kadar

gula darahnya Tika
Do : GDS : 269 mg/dl

1 2.04.17 3 Melakukan senam kaki dm Ds : klien mengatakan


bersama klien telah bisa melakukan

senam dan merasa lebih Enggar
segar setelah melakukan
senam
Do : klien tampak
kelelahan

Universitas Muhammadiyah Magelang


39

2 2 Memberikan pendidikan Ds: klien mengatakan


kesehatan tentang diabetes belum begitu paham

melitus dengan penyebab diabetes Enggar
militus
Do : klien tampak kurang
memahami materi yang di
berikan
3 2 Melakukan pengecekan kadar Ds : klien mengatakan
gula darah bersedia di lakukan

pemeriksaan kadar gula Rido
darah
Do : GDS : 215 mg/dl
4 1 Mengkaji status gizi klien Ds : klien mengatakan
berat badannya berkurang

setelah mengalami sakit Tika
dm.
Do : bb klien : 64 dari
sebelumnya beratnya 74
5 1 mendiskusikan dengan klien Ds : klien mengatakan
tentang jenis nutrisi yang lebih paham tentang

dibutuhkan klien nutrisi yang dibutuhkan hanif
untuk penderita dm
Do : klien tampak
kooperatif
1 3.04.17 2 Melakukan pemeriksaan gula Ds : klien mengatakan
darah bersedia diperiksa kadar

gula darah Rido
Do : GDS : 197 mg/dl
2 3 Melakukan senam kaki dm Ds : klien mengatakan
bersama klien merasa lebih enak setelah

melakukan senam kaki dm hanif
Do : klien tampak lebih
segar
3 1 Mengatur diet yang Ds : klien mengatakan
diperlukan klien ( tinggi akan melakukan diit yang

protein, menguragi asupan di anjurkan Tika
gula, menambah kalori, Do : diit diatur dengan 3 j.
vitamin)
4 1 mengintruksikan klien untuk Ds : klien mengatakan
mengatur diet cukup kalori, akan mematuhi instruksi

nutrisi, dan kabohidrat diit yang dianjurkan Enggar

Universitas Muhammadiyah Magelang


40

Do : klien kooperatif

Universitas Muhammadiyah Magelang


41

EVALUASI
no Tangg Diagnose Evaluasi
al
1.04. Resiko S : klien mengatakan masih bisa
17 ketidakefektifan merasakan dengan tes sensitivitas pada
jaringan perifer telapak kaki klien.
-klien mengatakan akan lebih banyak
berolahraga
O : tes pada sensitivitas telapak kaki klien
bagus dan tidak ada masalah yang terjadi.
A : masalah klien belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 Ketidakseimbanga S : klien mengatakan bersedia diperiksa
n kadar gula darah kadar gula darahnya
O: GDS : 269 mg/dl

1 2.04. Resiko S : klien mengatakan telah bisa melakukan


17 ketidakefektifan senam dan merasa lebih segar setelah
jaringan perifer melakukan senam
O : klien tampak kelelahan
A : malah klien belum teratasi belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 Ketidakseimbanga S : klien mengatakan belum begitu paham
n kadar gula darah dengan penyebab diabetes militus
O : klien tampak kurang memahami materi
yang di berikan
GDS : 215 mg/dl
A : masalah klien belum teratasi
3 Ketidak S : klien mengatakan berat badannya
seimbangan nutrisi berkurang setelah mengalami sakit dm.
kuragan dari klien mengatakan lebih paham tentang
kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk penderita dm
o : bb klien : 64 dari sebelumnya beratnya
74
1 3.04. Resiko S : klien mengatakan merasa lebih enak
17 ketidakefektifan setelah melakukan senam kaki dm
jaringan perifer O : klien tampak lebih segar
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 Ketidakseimbanga S : klien mengatakan bersedia diperiksa

Universitas Muhammadiyah Magelang


42

n kadar gula darah kadar gula darah


O : GDS : 197 mg/dl
A : masalah belum teratasi
P : lanjut intervensi

3 Ketidak S : klien mengatakan akan melakukan diit


seimbangan nutrisi yang di anjurkan
kuragan dari - klien mengatakan akan mematuhi instruksi
kebutuhan diit yang dianjurkan
O : diit diatur dengan 3 j
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi

Universitas Muhammadiyah Magelang

Вам также может понравиться