Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3.2 Diabetes Mellitus tipe II : Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (Non-
Insulin Dependent Diabetes Mellitus atau NIDDM ).
Pada DM ini, terjadi akibat penurunanterhadap insulin (retensi insulin). DM ini
pada mulanya diatasi dengan diet dan latihan, ditemukan pada individu berusia
lebih dari 30 tahun atau obesitas.
1.1.3.3 Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya.
Pada DM jenis ini, keadaan yang diketahui atau di curigai dapat menyebabkan
penyakit: pancreatitis, kelainan hormonal dan preparat yang mengandung estrogen
penyandang DM.
1.1.3.4 Diabetes Mellitus gestasional ( Gestasional Diabetes Mellitus (GDM))
Pada DMjenis ini, terjadi saat kehamilan, biasanya pada trimester dua atau tiga
disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta dan menghambat insulin.
1.1.4 Etiologi
Etiologi atau faktor penyebab penyakit DM bersifat heterogen, akan tetapi
dominan genetik atau keturunan biasanya menjadi peran utama dalam mayoritas
Diabetes Melitus (Sibuea, 2009). Adapun faktor faktor lain sebagai
kemungkinan etiologi penyakit Diabetus Melitus antara lain:
1.1.4.1 Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai dengan
terjadinya kegagalan pada sel B melepas insulin.
1.1.4.2 Faktor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b, antara lain
agen yang mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat serta
gula yang diproses secara berlebih, obesitas dan kehamilan.
1.1.4.3 Adanya gangguan sistem imunitas pada penderita/gangguan system
imunologi
1.1.4.4 Adanya kelainan insulin
1.1.4.5 Pola hidup yang tidak sehat
1.1.5 Patofisiologi
1.1.5.1 Diabetes tipe 1 Menurut (Corwin, 2009).
Pada Diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses auto imun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial
(sesudah makan).
Jika konsentrasi gula dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan kedalam
urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan.Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasienakan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibatmenurunnya simpanan kalori. Gejala lainya mencangkup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keon yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
2.1.8.2 Penatalaksanaan
a. Medis
Menurut Sudoyo (2009)penatalaksaan secara medis sebagai berikut:
1. Obat hiperglikemik Oral
2. Insulin
3. Pembedahan
Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan yang bertujuan untuk
mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih sehat, tindakannya antara
lain: debridement, necrotomi dan amputasi.
b.Keperawatan
Menurut Sudoyo (2009), dalam penatalaksaan medis secara keperawatan yaitu:
1.Diit: Diit harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa. Nutrisi
disini berperan penting untuk menurunkan kadar gula darah, karena asupan nutrisi
yang cukup mampu mengontrol energi yang dikeluarkan.
2. Latihan: Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil, jalan
jalan sore, senam diabetik untuk mencegahadanya ulkus.Penelitian yang
dilakukan oleh Flora (2013) tentang Pencegahan Komplikasi Diabetes pada Kaki
(Diabetes Foot) yaitu senam kaki DM dapat membantu memperbaiki sirkulasi
darah, dan juga memperkuat otot-otot kecil kaki serta mencegah terjadinya
kelainan bentuk kaki dan akan lebih efektif jika kegiatan senam kaki DM
dijadikan salah satu program di Puskesmas dalam rangka meningkatkan kesehatan
penderita DM.
3. Pemantauan: Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya secara
mandiri dan optimal.
4. Penyuluhan kesehatan: Penyuluhan kesehatan dilakukan sebagai edukasi bagi
penderita DM..
5. Stress Mekanik: Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya adalah
seperti bedrest, dimana semua pasien beraktifitas di tempat tidur jika diperlukan.
Dan setiap hari tumit kaki harus selalu dilakukan pemeriksaan dan perawatan
(medikasi) untuk mengetahui perkembangan luka dan mencegah infeksi luka
setelah dilakukan operasi debridement tersebut.
1.1.9 Komplikasi
Menurut Sudoyo, (2009) adapun komplikasi untuk penderita diabetes melitus
antara lain :
1.1.9.1 Akut
a. Koma hipoglikemia
b. Ketoasidosis
c. Koma hiperosmolar non ketotik
1.1.9.2 Kronik
a. Makro angiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung,
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b. Mikro angiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik, nefropati.
c. Neuropati diabetik
d. Rentan infeksi
e. Ganggren
1.1.9.3 Jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan penyakit
jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan penglihatan (mata
kabur bahkan kebutaan), luka infeksi dalam, penyembuhan luka yang jelek.
1.1.9.4Komplikasi pembedahan, dalam perawatan pasien post debridement
komplikasi dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak ditangani dengan
prinsip steril.
1.1.10 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sudoyo (2009), adapun pemeriksaan penunjang untuk penderita DM
antara lain :
1.1.10.1 Pemeriksaan Vaskuler
a. Pemeriksaan Radiologi yang meliputi: gas subkutan, adanya benda asing,
osteomelietus.
b. Pemeriksaan Laboratorium:
1. Pemeriksaan darah yang meliputi: GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP (Gula
Darah Puasa).
2. Pemeriksaan urine, dimana urine diperiksa ada atau tidaknya kandungan
glukosa pada urine tersebut. Biasanya pemeriksaan dilakukan menggunakan cara
Benedict (reduksi). Setelah pemeriksaan selesai hasil dapat dilihat dari perubahan
warna yang ada: hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
3. Pemeriksaan kultur pus: Bertujuan untuk mengetahui jenis kuman yang
terdapat pada luka dan untuk observasi dilakukan rencana tindakan selanjutnya.
4. Pemeriksaan Jantung meliputi EKG sebelum dilakukan tindakan pembedahan.
2.1.10.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi: melihat pada daerah kaki bagaimana produksi keringatnya (menurun
atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-).
b.Palpasi: akral teraba dingin, kulit pecah-pecah, pucat, kering yang tidak normal,
pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa juga teraba lembek.
c.Pemeriksaan pada neuropatik sangat penting untuk mencegah terjadinya ulkus.
anak, hubungan seksual suami istri, masalah yang muncul jika ada. (e) Fungsi
ekonomi/kemampuan keluarga memenuhi sandang, pangan, papan, menabung,
kemampuan peningkatan status kesehatan.
3) Stres dan koping keluarga, meliputi stres jangka pendek dan jangka
panjang, kemampuan keluarga merespon stressor, strategi koping yang digunakan,
strategi koping disfungsional.
4) Pemeriksaan fisik, semua anggota keluarga diperiksa secara lengkap
seperti prosedur pemeriksaan fisik ditempat pelayanan kesehatan
5) Harapan keluarga, terhadap petugas kesehatan atau sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh
pada pengkajian. Proses perumusan diagnosis diawali dengan melakukan analisis
data, penentuan diagnosis, kemudian penentuan prioritas diagnosis. Analisis data
dilakukan untuk mengelompokkan data hasil pengkajian menjadi data subjektif
(DS) dan data objektif (DO). Pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam
DS, sedangkan data yang diambil dengan observasi, data sekunder atau data selain
pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam DO. Rumusan masalah
berdasarkan NANDA dan etiologi berdasarkan hasil pengkajian dari tugas
perawatan keluarga yang terdiri dari 5 (lima) tugas yaitu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, merawat anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada (Friedman, 2010).
Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada penderita diabetes
mellitus sebagai berikut: (1) Resiko ketidakstabilan gula darah berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. (2)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. (3) Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit. (4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. (5) Kerusakan
NO KRITERIA BOBOT
1 Sifatmasalah
Skala:
Aktual = 3 1
Risiko = 2
2 KemungkinanmasalahdapatdiubahSkala:
Mudah = 2
Sebagian = 1 2
Tidakdapat = 0
3 Potensialmasalahuntukdicegah
Skala:
Tinggi = 3 1
Cukup = 2
4 Menonjolnyamasalah
Skala:
Masalahberat, harussegeraditangani= 2 1
Ada masalahtetapitidakperluditangani = 1
Skor x Bobot
3. Angka Tertinggi
Jumlah kan skor untuk semua kriteria
d. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang meliputi tujuan
jangka panjang (tujuan umum), tujuan jangka pendek (tujuan khusus), kriteria dan
standar serta intervensi. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan
tujuan khusus atau tujuan jangka pendek yang ditetapkan. Tujuan jangka panjang
mengacu pada problem, sedangkan tujuan jangka pendek mengacu pada etiologi
(Friedman, 2010).
Rencana keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada penderita diabetes
melitus sebagai berikut:
1. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
a) Tujuan Umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali
kunjungan rumah diharapkan kadar gula darah terkontrol.
b) Tujuan khusus: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali
kunjungan diharapkan keluarga mampu merawat dan mengenal masalah
ketidakstabilan kadar gula darah
1) Jelaskan manfaat melakukan pemeriksaan kadar gula darah dengan teratur
Rasional: memberikan pengetahuan bagi klien akan pentingnya melakukan
pemeriksaan gula darah secara teratur
2) Berikan penjelasan pada klien fasilitas-fasilitas kesehatan yang
memberikan pelayanan pemeriksaan kadar gula darah
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat
terhadap masalah
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan
tentang konsekuensi tiap tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas
yang ada dirumah serta mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan.
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga,
membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan rencana
tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila tidak atau belum berhasil perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat
dilaksanakan dalam satu kali kunjungan rumah ke keluarga. Untuk itu dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga yang
telah disepakati bersama (Friedman, 2010).
SENAM KAKI DM
Pokok bahasan : DM
Waktu : 30 menit
Metode : ceramah
a. Definisi Senam DM
- Menjelaskan tujuan
- memperhatikan
penyuluhan
- menjawab
pertanyaan
- melakukan
evaluasi tentang materi
- memperhatikan
yang disampaikan
- salam penutup
- menjawab pertanyaan
- menjawab salam
IV. evaluasi
waktu: 8 menit
V. materi penyuluhan
VI. TEORI
1. Definisi
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes
melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredarah
darah bagian kaki.
G. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali ke lantai.
Ulangi sebanyak 10 kali
H. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakan
pergelangan kaki ke depan dan ke belakang. Ulangi sebanyak 10 kali
I. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 9 lakukan secara
bergantian.
J. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola
dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran
seperti semula menggunakan kedua belah kaki.
DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. data umum
a. Identitas keluarga
Nama KK : Tn. S
Pendidikan : SLTA
b. Komposisi keluarga
c. Genogram :
d. d. Type keluarga : keluarga inti
e. Suku/kebangsaan : Jawa/Indonesia
f. Agama : islam
g. Status sosial ekonomi : keluarga Tn. S masih mendapat dana
pensiunan, dana pensiunan Tn. S 3,5 juta
1) Kegiatan organisasi :
Tn. S merupakan ketua RW 03 selama 6 tahun
Tn. S terdaftar sebagai anggota BKM
2) Keadaaan ekonomi :
Keluarga Tn. S termasuk keluarga menengah keatas dengan penghasilan
diatas UMK
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga :
Tn. S mengatakan Tn. S setiap sabtu anak dan cucunya pulang
kerumah. Bermain dengan cucu menjadi bentuk rekreasi bagi Tn. S
dan Ny. H
3. Lingkungan
a. Kharateristik rumah :
4. Struktur Keluarga
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
hubungan dalam keluarga Tn. S terjalin baik antara anggota keluarga,
saling mendukung, menghormati satu sama lain.
b. Fungsi Sosial
Interaksi antar anggota keluarga terjalin denga baik, serta interaksi dengan
masyarakat sekitar. Tn S sering mengikuti kegiatan Rw seperti gotong
royong
c. Fungsi perawatan kesehatan
bila salah satu anggota keluarga sakit keluarga yang lain mampu merawat,
jika tidak kunjung sembuh maka akan berobat ke puskesmas atau rumah
sakit
d. Fungsi reproduksi
Tn. S dan Ny. H mempunyai 2 anak yang sudah berkeluarga, anak pertama
berusia 34 tahun dan mempunyai 2 anak, anak kedua berusia 32 tahun
serta mempunyai 1 anak.
e. Fungsi ekonomi
Tn. S masih membiayai anak asuhnya sekolah, Tn. S adalah pensiunan
TNI dan Ny. H adalah guru.
7. pemeriksaan Fisik
keadaan umum Tn. S baik, kesadaraan Compos Mentis, klien mampu berjalan dan
beraktivitas mandiri
b. Tanda-tanda vital
Tn.S
Nadi : 60x/menit BB : 50 KG
Suhu : 36C
Ny. H
Nadi : 70x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36C
ANALISA DATA
Diagnosa prioritas:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.Ketidakstabilan kadar gula darah
3. Resiko ketidakefektifan jaringan perifer
Diagnosa Rencana
Tujuan Evaluasi
Keperaw Tindakan
atan Krite
Umum Khusus Standar
ria
Ketidak Setelah Setelah Resp Klien 1. kaji status
seimbanga dilakukan on dapat gizi klien
dilakukan
n nutrisi tindakan vebal memaham2. diskusikan
kurang asuhan tindakan i: dengan
dari kepewatan 1. Jenis diet
keperawatan klien
kebutahan selam 3x untuk
tubuh kunjungan selama 3x pasien tentang
diharapkan dm jenis nutrisi
kunjungan yang
klien dapat 2. Klien
mengenal diharapkan dapat dibutuhkan
diet untuk mengatur klien
asupan nutrisi
penyakit dm diet pada 3. Mengatur
klien adekuat penderita diet yang
dm
diperlukan
klien
( tinggi
protein,
menguragi
asupan gula,
menambah
kalori,
vitamin)
4. mengintruksi
kan klien
untuk
mengatur
diet cukup
kalori,
nutrisi, dan
kabohidrat
IMPLEMENTASI
Do : klien kooperatif
EVALUASI
no Tangg Diagnose Evaluasi
al
1.04. Resiko S : klien mengatakan masih bisa
17 ketidakefektifan merasakan dengan tes sensitivitas pada
jaringan perifer telapak kaki klien.
-klien mengatakan akan lebih banyak
berolahraga
O : tes pada sensitivitas telapak kaki klien
bagus dan tidak ada masalah yang terjadi.
A : masalah klien belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 Ketidakseimbanga S : klien mengatakan bersedia diperiksa
n kadar gula darah kadar gula darahnya
O: GDS : 269 mg/dl