Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Preseptor:
Abstrak
Penyakit paru-paru kerja dikenal baik sebagai faktor risiko tuberkulosis (TB).
untuk mengevaluasi risiko dan prognosis dari TB di antara pasien dengan penyakit
Nasional Taiwan, studi kohort penyakit paru-paru kerja diidentifikasi menurut kode
diagnosis dari tahun 1998-2008 dan dipantau dengan prospektif sampai akhir 2010,
lost to follow up, atau kematian. Pasien yang baru didiagnosis TB, komorbiditas, dan
masa follow up. Di antara mereka, 586 (4,58%) baru didiagnosis TB dan 3180
(24,87%) meninggal selama masa follow up. Insiden TB adalah 473 per 100.000
orang-tahun, dan risiko infeksi TB meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu.
Faktor risiko independen untuk kematian termasuk jenis kelamin laki-laki (rasio
hazard [HR]: 2.23, 95% confidence interval [CI]: 1,91-2,60), usia (HR: 1,05, 95% CI:
1,05-1,06), TB (HR: 1,17, 95% CI: 1,01-1,37), gagal jantung kongestif (HR: 1,44,
95% CI: 1,17-1,79), penyakit serebrovaskular (HR: 1,34, 95% CI: 1,15-1,57),
penyakit paru obstruktif kronik (HR : 1,44, 95% CI: 1,33-1,56), dan asma (HR: 1,27,
95% CI: 1,15-1,40). Selain itu, pasien dengan infeksi TB memiliki hasil yang lebih
buruk dalam analisis survival daripada mereka yang tidak TB (log-rank tes P = 0,02).
Meskipun prevalensi penyakit paru kerja rendah di Taiwan, pasien dengan
penyakit paru kerja memiliki kejadian TB yang lebih tinggi daripada populasi umum
medis yang intensif pada pasien TB berisiko tinggi ini untuk kontrol yang lebih baik
tuberculosis.
Kata kunci: negara, penyakit paru-paru kerja, prognosis, tuberkulosis
1. Pendahuluan
Pekerja batubara 'pneumokoniosis, asbestosis, dan silikosis termasuk dalam
spektrum penyakit paru-paru kerja yang disebabkan oleh menghirup debu batubara,
asbes, atau silika kristal. paparan Lingkungan terhadap partikel-partikel beracun ini
memiliki efek kumulatif, dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
[1]
perubahan fibrotik di paru-paru dan penurunan fungsi paru. Semua paparan
kualitas hidup pada pasien ini. Meskipun teknologi industri modern telah
pekerja batubara US. [2] Tidak ada pengobatan kuratif yang terbukti untuk menangani
penyakit paru-paru kerja tersebut, dan bukti yang kuat telah menunjukkan bahwa
kematian yang lebih tinggi ditemukan pada pasien dengann penyakit paru kerja
perkembangan TB aktif. [6-8] Selain itu, gangguan paru lainnya termasuk penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) [9,10] dan kanker paru-paru [11 -13] juga terkait dengan penyakit
penyakit yang ireversibel dan memberikan prognosis yang buruk di antara pasien
dengan penyakit paru kerja. Namun, dengan kemoterapi antimikroba yang efektif, TB
menjadi penyakit yang dapat disembuhkan tetapi masih memiliki dampak yang
korelasi antara komplikasi TB dan mortalitas penyakit paru kerja dan studi ini
[14,15]
dibatasi oleh karakteristik epidemiologi out-of-date atau berbeda dari daerah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi peran TB terhadap keluaran
universal Taiwan, menyediakan perawatan medis komprehensif untuk lebih dari 95%
dari penduduk Taiwan sejak tahun 1996. NHI database, yang dikeluarkan oleh Institut
Penelitian Kesehatan Nasional (NHRI), berisi pasien ' nomor identifikasi, jenis
kelamin, tanggal lahir, tanggal kunjungan rawat jalan, rawat inap dan data debit, obat,
diagnosis, dan prosedur. Diagnosa dan prosedur diberi kode dengan menggunakan
sementara memungkinkan pasien tertentu yang akan dipilih untuk studi dan tindak
lanjut. Studi kami menggunakan dataset Penyakit Bencana dari data NHI, yang
pasien dengan penyakit yang parah di Taiwan. penyakit paru-paru kerja diakui
sebagai penyakit bencana di Taiwan, dan mereka dibebaskan dari copayment dalam
program NHI. Enam jenis kanker termasuk paru-paru, hati, usus, leher rahim,
payudara, dan nasofaring tidak dimasukkan dalam database kami karena awalnya
oleh dewan peninjau kelembagaan University Hospital Chung Kang Nasional (B-EX-
104-019). Menurut peraturan NHRI, hanya warga Taiwan (Republik Cina) yang
ketersediaan data dibatasi oleh hukum Taiwan. Alamat email kontak yang meminta
dengan 31 Desember 2008 berdasarkan rawat jalan dan rekam medis pasien rawat
inap. Pasien dengan diagnosis kode ICD-9-CM kompatibel (500, 501, 502, 503, dan
505) yang terdaftar sebagai penyakit paru-paru kerja kohort. Sertifikasi penyakit paru
oleh spesialis kedokteran kerja atau pulmonologists. Selain itu, pasien yang lebih
muda dari 20 tahun, dengan riwayat TB dan human immunodeficiency virus (HIV)
sebelum diagnosis penyakit paru kerja diekslusikan dari penelitian. Semua pendaftar
018) ditambah resep bersamaan dari 1 (termasuk kombinasi dosis tetap obat isoniazid
lebih dari 60 hari. Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan menyiapkan sistem pelaporan
dan pengawasan untuk pengendalian TB. Semua kasus yang dicurigai TB didaftarkan
dan pasien diberitahu diagnosis TB setelah dikonfirmasi oleh dokter melalui bukti
diobati dengan obat anti-TB selama minimal 6 bulan. Dengan cara langsung
menghubungkan data ICD-9-CM dengan registry resep obat yang dikumpulkan dalam
CM kode 410-414), aritmia jantung (kode ICD-9-CM 427), gagal jantung kongestif
(kode ICD-9-CM 428), penyakit serebrovaskular (kode ICD-9-CM 430-438) , COPD
(ICD-9-CM co), asma (ICD-9-CM 493), bronkiektasis (ICD-9-CM kode 494), sirosis
hati (kode ICD-9-CM 571,2, 517,5, penyakit ginjal 517,6), stadium akhir (ICD-9-
code CM 585), dan penyakit jaringan ikat (ICD-9-CM kode 710, 714). Komorbid
dicatat ketika kode ICD-9-CM yang dipilih ada dalam data klaim dari pendaftar untuk
deviasi atau nomor (%). Perbedaan dasar antara kelompok dengan dan tanpa TB
dianalisis menggunakan uji chi-square atau uji Fisher untuk perbandingan variabel
variabel kontinu. Regresi proporsional hazard Cox univariat dan multivariat Cox
risiko dengan nilai P <0,05 dalam analisis Cox univariat dimasukkan ke dalam
analisis multivariat, dan hasilnya direpresentasikan sebagai rasio hazard (HR) dengan
95% CI. Analisis survival Kaplan-Meier digunakan untuk mengevaluasi hasil, yang
secara statistik. Ekstraksi data dan analisis statistik dilakukan dengan menggunakan
3. Hasil
Skema untuk pasien yang terpilih digambarkan pada gambar 1. Dari 1 Januari
1998 hingga 31 Desember 2008, terdaftar 12.787 pasien sebagai penelitian kohort
setelah dieksklusi pasien dengan jenik kelamin yang tidak diketahui dan usia dibawah
paru kerja. Rata-rata lamanya periode observasi adalah 9,692,94 tahun. Diantara
yang terdatar sebagai pasien penyakit paru kerja, 586 (4,58%) baru didiangnosis
sebagai TB, dan 3180 (24,87%) telah meninggal saat waktu akhir waktu observasi
(31 Desember 2010). Insiden TB adalah 473 per 100.000 orang pertahun.
Tabel 1. Menunjukan bahwa laki-laki lebih cenderung menderita TB, dengan penyakit
penyerta seperti hipertensi, penyakit jantung iskemik, gagal jantung kongestif, dan
penyakit serebrovaskular terjadi dengan frekuensi yang lebih besar diantara pasien
tanpa TB. Pasien TB yang dipantau lama memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi.
didiangnosis adalah 5.183.37 tahun (minimal: 0.12 tahun, maximal: 12.38 tahun).
Rata-rata umur pasien yang didiangnosis sebagai TB dari 586 pasien adalah
71.427.42 tahun. Seperi yang dijelakan pada gambar 2 dan table 2, insiden TB
diantara pasien dengan panyakit paru kerja meningkat signifikan seiring waktu. Tabel
3 menunjukan bahwa TB intratorak terbanyak yaitu 93% dari semua kasus, dan TB
Tabel 4 menunjukan jenis kelamin, umur, dan penyakit penyerta yang berbeda
antara bertahan hidup dan meninggal dunia. Cox univariate analisis regresi bahaya
risiko independent untuk mortalitas, jenis kelamin laki-laki, lansia, TB, gagal jantung
menunjukan ketahanan hidup secara signifikan lebih buruk pada pasien dengan TB
4. Diskusi
Dari tahun 1998 hingga 2010, jumlah insiden dan insiden TB diantara pasien
dengan pasien dengan pernyakit paru kerja adalah masing-masing 4,58% dan 473 per
100.000 orang per tahun. Walaupun ada persentase yang kecil pada pekerja yang
dari total pekerja), insiden yang menggabungkan antara penyakit paru kerja dengan
TB tidak lebih banyak dari Negara lain yang memiliki prevalensi penyakit paru kerja
yang lebih tinggi. Sebuah analisis yang sistematis dari tahun 2001 hingga 2011,
adalah sebanyak 10,82%. Penelitian lain menyelidiki dari tahun 2008 hingga 2013
dilaporkan bahwa kasus kombinasi penyakit paru kerja dan TB adalah dengan
proporsi 6,6%. Kedua penelitian tersebut dilakukan di Tiongkok, yang mana totalnya
pasien pneumoconiosis pekerja batu bara dengan TB adalah 6,02% dari tahun 2001
sampai 2011 dan lebih tinggi di Taiwan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa TB
muncul pada rata-rata 5,18 tahun setelah diagnosis dari penyakut paru kerja.
Disamping itu, insiden dari TB pada pasien-pasien ini lebih tinggi dari populasi
Taiwan pada umumnya setelah 2 tahun follow-up (86 per 100,000 orang/tahun
Tambahan pada jenis kelamin laki-laki, usia tua, gagal jantung kongestif, penyakit
lebih rendah di Taiwan (<1% dari populasi total Taiwan, 0,8% di United Kingdom
dari tahun 1998 sampai 2000, dan 3,2% di AS selama tahun 2000-an). Meski
cedera paru kronik akibat toksin partikultat yang terinhalasi saat melakukan
pekerjaan. Lebih lanjut, data dari Departemen Statistik Insuransi Tenaga Kerja
selama lebih dari 4 tahun, kecacatan permanen, dan kematian akibat penyakit
pekerjaan di Taiwan mulai tahun 1999 sampai 2003. Efek inflamasi yang terus
berlangsung dari partikel toksik yang tertahan di saluran napas walau paparan
respiratorik dan beban yang berat dari penyakit paru. Identifikasi dari faktor-faktor
risiko untuk morbiditas dan mortalitas dari penyakit paru kerja bermanfaat tidak
namun juga untuk para pekerja dari perusahaan yang terlibat dalam pekerjaan
berbahaya.
penelitian ini menunjukkan bahwa risiko infeksi TB pada pasien-pasien ini lebih
tinggi dari populasi umum Taiwan (473 banding 55 per 100,000 orang/tahun, risiko
relatif: 8,6) and terus meningkat selama perjalanan klinis dari penyakit paru kerja
(gambar 2). Dari telaah artikel, risiko berkembangnya TB paru dilaporkan 2,8 sampai
39 kali lebih tinggi untuk pasien dengan silikosis dibandingkan kontrol yang sehat,
bergantung pada area epidemiologi berbeda (2,8 kali di Afrika Selatan, 3 kali di
Spanyol, dan 39,5 kali di AS). Disamping itu, beberapa bukti dapat mendukung
peningkatan secara dramatik risiko dari TB pada stadium akhir penyakit. Pertama,
insiden TB dalam kasus silikosis dalam durasi yang bervariasi, kecuali satu penelitian
yang dilakukan oleh Cowre pada tahun 1990. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa insiden TB meningkat pada proporsi langsung terhadapa durasi dan luasnya
silikosis dalam 7 tahun follow up, dimana memiliki kecocokan dengan temuan
penelitian ini pada tren yang sama. Hasil penelitian ini dapat diterangkan sebagian
oleh latensi dan hal pregresif serta kronik dari kedua penyakit. Kedua, faktor penjamu
termasuk penuaan dan imunitas lokal dari paru mungkin memudahkan risiko dari
infeksi TB dalam proporsi terhadap periode yang diamati. Ketiga, terdapat spekulasi
bahwa peningkatan risiko dari TB aktif secara dramatis pada tahap lanjut penyakit
paru kerja pada penelitian kohort ini dapat disebabkan oleh penyaringan yang tidak
adekuat atau kurangnya perhatian dari klinisi. Pada suatu penelitian kohort tentang
berdasarkan uji pelepasan interferon- atau uji tuberkulin pada kulit (secara berurutan
66,2% dan 65,9%). Ada atau tidaknya hubungan antara prevalensi dari infeksi TB
laten di Taiwan dan risiko yang berhubungan dari progresi selanjutnya menjadi TB
aktif tidak dipahami dengan baik. Jadi, identifikasi yang komprehensif dari
karakteristik faktor risiko dan pemahaman individual terhadap risiko berubah dari
Taiwan. Penelitian ini menekankan pentingnya pemeriksaan TB yang rutin pada tahap
aktif atau laten, dengan peningkatan frekuensi pada tahap lanjut dari penyakit paru
kerja.
Respon dosis dari debu silika dalam penurunan fungsi paru dan peningkatan
risiko mortalitas pada pekerja tambang batu bara telah ditetapkan. Peneliti-peneliti
sebelumnya telah menaruh perhatian pada hubungan antara ketahanan hidup pasien
dengan penyakit paru kerja dan morbiditas TB, namun hasilnya terbatas pada efikasi
terapi kedokteran pada era-era yang berbeda, perubahan pada keselamatan kerja dan
kontrol penyakit infeksi, dan karakteristik epidemiologi yang bervariasi dari penyakit
akibat kerja dan TB. Analisis-analisis ketahanan hidup yang dikumpulkan dari
penelitia kohort tentang pneumokoniosis di Cina yang dilakukan pada tahun 1990
oleh Yi dan Zhang, dan hasilnya mengindikasikan bahwa TB merupakan faktor risiko
tersebut mungkin tidak mewakili pada waktu sekarang ini karena penelitian
dilaksanakan pada tahun 1990-an. Kontrol dan prevensi yang efektif dari kedua
periode penelitian dari 1968 sampai 2006, dan penurunan tersebut berjalan paralel
baik pada kematian akibat silikosis dan akibat TB. Walaupun demikian, meski
kemajuan menuju eliminasi dari penyakit paru kerja dan TB di Taiwan, penelitian ini
tingginya kegagalan terapi dan tingkat relaps dilaporkan pada pasien dengan silikosis
yang menerima terapi anti tuberkulosis. Lebih jauh, TB sendiri merupakan penunjang
menunjukkan penurunan fungsi paru yang eksesif diantara mereka yang mendapat
secara langsung ditunjukkan pada hasil penelitian ini. Selain itu, penelitian
sebelumnya yang meneliti sebanyak 3202 laki-laki pekerja yang silikotik di Hong
Kong selama 1981 sampai 2006 juga disimpulkan peningkatan secara signifikan
risiko kematian untuk TB paru (rasio mortalitas yang distandardisasi = 6,57 ; 95% CI:
5,01-8,61).
Penelitian ini memiliki beberapa kekuatan dan batasan. Ini merupakan
penilaian berbasis nasional pertama dari TB pada para pekerja di Taiwan dengan
penyakit paru kerja dan mencakup periode longitudinal yang diperpanjang dari 1998
riwayat peresepan atau pemberian terapi. Penelitian ini tidak mampu mengidentifikasi
perubahan pada fungsi paru atau perubahan radiologis yang dapat secara potensial
memberikan efek terhadap keparahan atau aktivitas dari penyakit paru kerja tiap
kebanyakan dari subjek penelitian ini diambil pada usia pensiun, waktu definitif yang
dihabiskan para pekerja di tempat kerja tidak tersedia. Sehingga, hubungan antara
demikian, penelitian ini masih menemukan bahwa risiko infeksi TB meningkat secara
dramatis dari waktu ke waktu, walaupun pada tahap lanjut dari penyakit paru kerja.
pekerja di Taiwan.
Isu kesehatan kerja telah mencuri perhatian publik di Taiwan. Program untuk
Menurunkan Paparan melalui Sistem Surveilans telah dikenalkan pada tahun 1993
dan telah dioperasikan secara penuh pada tahun 1995 di Taiwan untuk meningkatkan
higiene industri. Meski begitu, kesenjangan substansial pada pengertian penelitian ini
dari morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan penyakit akibat kerja tersebut ada
Pernyataan-pernyataan
Penelitian ini didasarkan pada dan bagian dari data yang disediakan oleh
Database Penelitian Asuransi Kesehatan Nasional yang disediakan oleh Biro Asuransi
Kesehatan Nasional. Interpretasi dan simpulan yang terdapat pada penelitian ini tidak
Penelitian Kesehatan Nasional. Penulis juga memberikan terima kasih kepada Yi-
Universitas Nasional Cheng Kung, untuk ektraksi database NHI dan bantuan statistik.