Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I. Pendahuluan
Diabetes Mellitus merupakan penyakit sillent killer yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah dan kegagalan sekresi insulin atau penggunaan insulin dalam
metabolisme yang tidak adekuat. Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great imitator,
karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan. Gejalanya sangat bervariasi, Diabetes mellitus (DM) dapat timbul secara perlahan-
lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi
lebih banyak, buang air kecil ataupun berat badan yang menurun. Gejala-gejala tersebut dapat
berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai kemudian orang tersebut pergi kedokter dan
diperiksa kadar glukosa darahnya.
1
II. DIABETES MELITUS
A. Pengertian
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002 dalam www.ilmukeperawatan.com).
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif (Noer, 2003 dalam www.trinoval.web.id).
Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula
dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga
mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan (FKUI, 2001 dalam
www.trinoval.web.id).
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar
glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk
berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin
oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi metabolic akut seperti ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat
menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit makrovaskuler,
termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.(brunner and suddarth,
2002: 109)
Diabetes ini dikenal sebagai tipe juvenile onset dan tipe dependen insulin, namun
kedua tipe ini dapat muncul pada sembarang usia. Insidens tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru
setiap tahunnya dan dapat dibagi dalam dua subtype yaitu autoimun akibat disfungsi
autoimun dengan kekurangan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti adanya autoimun dan
tidak diketahui sumbernya. Sub tipe ini lebih sering timbul pada etnik keturunan Afrika-
Amerika dan Asia.Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian
therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga,
2
diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada
penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula
darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita
yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang
berbagai penyakit.
1) 90% sampai 95% penderita diabetic adalah tipe 2. Kondisi ini diakibatkan oleh
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan
jumlah pembentukan insulin
2) Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olahraga; jika kenaikan kadar glukosa
darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemia(suntikan insulin dibutuhkan
jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia)
3) Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka
yang obesitas.
GDM dikenal pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua
kehamilan. Faktor resiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas,
riwayat keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Karena tejadi peningkatan
sekresi berbagai hormone yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa, maka
kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik. Pasien-pasien yang mempunyai presdisposisi
diabetes secara genetic mungkin akan memperlihatkan intoleransi glukosa atau manifestasi
klinis diabetes pada kehamilan.
Dalam skala yang lebih kecil, ada beberapa kasus diabetes oleh syndrome genetic tertentu
( perubahan fungsi sel beta dan perubahan fungsi insulin secara genetis ), gangguan pada
pancreas yang didapati pada pecandu alcohol, dan penggunan obat ataupun zat kimia.
Beberapa kasus tersebut dapat memicu gejala yang sama dengan diabetes. ( Pearce, 2007 )
C. Etiologi
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka penyebabnyapun pada
setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini merupakan beberapa penyebabdari
penyakit diabetes mellitus
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
3
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
(Price,2005)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor resiko:
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada awlanya, tipe 2
muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan fisik mulai menurun.
2. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang menyebabkan diabetes
tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan persediaan cadangan glukosa dalam tubuh mencapai level
yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol dalam darah serta kerja jantung yang harus ekstra
keras memompa darah keseluruh tubuh menjadi pemicu obesitas. Pengurangan berat badan
sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi
glukosa.
3. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%. Resiko berkembangnya
diabetes tipe 3 pada sausara kandubg mendekati 40% dan 33% untuk anak cucunya. Jika
orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan
sekitar 90% pasti membawa carer diabetes tipe 2.( Martinus,2005)
4
Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil.
Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh
darah perifer.
Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon yang mengalami peningkatan
jumlah. Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan human placental lactogen (HPL). Ternyata,
saat hamil, peningkatan jumlah hormon-hormon tersebut mempunyai pengaruh terhadap
fungsi insulin dalam mengatur kadar gula darah (glukosa). Kondisi ini menyebabkan kondisi
yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai insulin resistance.Saat fungsi insulin dalam
mengendalikan kadar gula dalam darah terganggu, jumlah gula dalam darah pasti akan naik.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan seorang wanita hamil menderita diabetes gestasional
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 1200 mg/dl.
Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada
dinding pembuluh darah.
Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien pasien yang mengalami
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang
normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi
ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 180 mg/100 ml ),
akan timbul glikosuria karena tubulus tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi
dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
5
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi.
Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah
dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan
menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer.
Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu
teori sorbitol dan teori glikosilasi.
a. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan
tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak
akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan
perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk
dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
b. Teori Glikosilasi
Manifestasi gangguan
Pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di
malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati
tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam ) serta
antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan
komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga
faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
6
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis
yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun
tidak semua,dialami oleh penderita :
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak
sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala diabetes melitus dapat berkembang
dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak
yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1.
Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami
berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing
manis.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :
7
F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak dapat
ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menegakkan diagnosis DM harus
diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk
diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara
enzimatik dengan bahan glukosa darah plasma vena. Saat ini banyak dipasarkan alat
pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering yang umumnya sederhana dan mudah
dipakai.
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya
sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang
dianjurkan. Untuk memantau kadar glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler. Ada
perbedaan antara uji diagnostic DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostic DM
dilakukan untuk mereka yang menunjukan gejala atau tanda DM. Sedangkan pemeriksaan
penyaring bertujuan untuk mengidenfikasi mereka yang tidak bergejala tetapi memilliki
resiko DM.
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu faktor risiko untuk
DM, yaitu :
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan teraupetik pada setiap jenis diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah
normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas klien.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:
a. Diet
b. Latihan
c. Pemantauan
d. Terapi
e. Pendidikan
Tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk mengetahui jumlah kalori basal pasien DM.
Cara termudah adalah perhitungan menurut Bocca :
Kemudian hitung jumlah kalori yang dibutuhkan. Ada beberapa cara untuk menentukan
jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien DM.
1) Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalihkan berat badan ideal dengan 30
untuk laki-laki dan 25 untuk wanita. Kebutuhan kalori sebenarnya harus ditambah lagi sesuai
dengan kegiatan sehari-hari
2) Kebutuhan basal dihitung seperti , tetapi ditambah kalori berdasarkan persentase kalori
basal.
b) Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih 0,5 jam yang
sifatnya sesuai CRIPE (continous, Rhtmical, Interval, Progresiv, endurance training). Latihan
dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur,
selang seling antara gerak cepat dan lambat, berangsur angsur dari sedikit ke latihan yang
lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan
pilihan adlah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung.Sedapat mungkin
mencapai zona sasaran atau zona latihan, yaitu 75%-85% denyut nadi maksimal.Hal yang
perlu diperhatikan dalam latihan jasmani ini adalah jangan memulai olahraga sebelum makan,
memakai sepatu yang pas, harus didampingi orang yang tahu mengatasi serangan
hipoglikemia, harus selalu membawa permen, dan memeriksa kaki setelah berolahraga.
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur tapi
kadar glukosa darah masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat
hipoglikemik (oral/suntikan)
1) Sulfonylurea
2) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal. Preparat
yang ada dan normal adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk(IMT>30)
sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-30), dapat dikombinasi dengan
obat golongan sulfonylurea.
3) Inhibitor glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim glukosidase di dalam
saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukos.
4) Insulin sensitizing agent
Insulin
4) Dm dengan kehamilan
5) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis maksimal atau
kontraindikasi obat tersebut.
Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikkan perlahan-
lahan sesuai dengan hasil glukosa darah apsien. Jika pasien sudah diberikan sulfonylurea dan
metformin sampai dosis maksimal namun kadar glukosa darah belum mencapai sasaran
dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dengan metformin. Jika cara ini tidak
berhasil juga, dipakai kombinasi sulfonilaria dan metformin
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe diabetes digolongkan sebagai akut dan kronis
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dalam
glukosa darah.Ada tiga komplikasi akut pada diabetes yang penting dan berhubungan dengan
gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek. Ketiga komplikasi tersebut
adalah: Hipoglikemia, ketoasidosis diabetic, dan sindrom HHNK(juga disebut koma
hiperglikemik hiperosmolar nonketotik)
a. Hipoglikemia terjadi kalau kadar glukosa darah turun di bawah 50 60 mg/dl. Keadaan
ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi
makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat
terjadi setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian ini bias dijumpai sebelum makan,
khususnya jika waktu makan tertunda atau bila pasien lupa makan camilan.
Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: Gejala adrenergic dan
gejala system saraf pusat.
Pada hipoglikemia ringan, ketika kadar glukosa darah menurun, system saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
tremor, takikardi, palpitasi, dan kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada system saraf pusat mencakupi ketidakmampuan konsentrasi,
sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir serta
lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang
tidak rasional, pengluhatan ganda, dan perasaan ingin pingsan.
Pada hipoglikea berat, fungsi system saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang dideritanya. Gejala dapat mencakup perilaku yang mengalami
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur, atau bahkan kehilangan
kesadaran.
b. Diabetes Ketoasidosis
1) Patofisiologi
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini menyebabkan gangguan pada metabolism
karbohidrat, protein, dan lemak. Ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis:
a) Dehidrasi
b) Kehilangan elektrolit
c) Asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
pula. Di samping itu produksi gula hati menjadi tidak terkendali pula. Kedua factor ini
menimbulkan hiperglikemia.Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan
dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit(seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang ditandai dengan oleh urinasi
berlebihan(poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit.
Akibat defisiensi insulin yang lain dalah pemecahan lemak(lipolisis) menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh
hati. Pada ketoasidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat
dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah keadaan tersebut. Badan keton
bersifat asam, dan bila bertumpuk di sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolic.
2) Manifestasi Klinik
b) Ketosis dan asidosis yang merupakan cirri dkhas diabetes asidosis mengalami gejala
gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah, dan nyeri abdomen. Nyeri abdomen dan
gejala-gejala fisik pada pemeriksaan dapat begitu berat sihingga tampaknya terjadi proses
intraabdominal yang memerlukan tindakan pembedahan. Napas pasien mungkin berbau
aseton sebagai akibat meningkatnya badan keton. Selain itu hiperventilasi dapat terjadi.
Pernapasan kusmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis guna
melawan efek dari pembentukan badan keton.
c) Perubahan mental pada ketoasidosis diabetic bervariasi, antara pasien yang satu dan
lainnya. Pasien dapat terlihat sadar, mengantuk, atau koma.
3) Nilai laboratorium
Kadar glukosa darah dapat bervariasi dari 300-800mg/dl. Bukti adanya ketoasidosis
ditandai oleh kadar bikarbonat serum rendah (0 hingga 15 mEq/L) dan pH yang rendah(6,8-
7,3). Tingkat pCO2 yang rendah(10-30mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik
terhadap asidosis metabolic.
4) Terapi
1) Patofisiologi
2) Manifestasi klinik
Terdiri atas gejala hipotensi, dehidrasi berat, takikardi, dan tanda-tanda neurologis yang
bervariasi.
3) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan HHNK serupa dengan DKA, yaitu: cairan, elektrolit, dan insulin.
2. Kompilkasi Kronis
Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua system organ dalam
tubuh. Kategori diabetes yang lazim digunakan adalah
a. Komplikasi Makrovaskuler
Perubahan ateroskerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi peda diabetes.
Perunahan aterosklerotik dalam pembuluh arteri koroner menyebabkan peningkatan insidens
infark miokard pada penderita. Salah satu ciri unik pada penyakit arteri koroner yang diderita
oleh pasien-pasien diabetes adalah tidak terdapatnya gejala iskemik yang khas. Jadi, pasien
mungkin tidak memperlihatkan tanda-tanda awal penurunan aliran darah koroner dan dapat
mengalami infark miokard asimptomatik ini hanya dijumpai melalui pemeriksaan EKG.
Kurangnya gejala iskemik ini disebabkan oleh neuropati otonom
2) Penyakit Serebrovaskuler
Para peneliti diabetes masih terus menyelidiki hubungan antara diabetes dan penyakit
makrovaskuler. Ada factor-faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan percepatan
ateroslerosis. Faktor-faktor ini mencakup kenaikan kadar lemak darah, hipertensi, kebiasaan
merokok, obesitas, kurangnya latihan dan riwayat keturunan.Diet merupakan terapi penting
dalam menangani obesitas, hipertensi dan hiperlipidemia. Latihan teratur merupakan terapi
yang sangat penting pula.
b. Komplikasi Mikrovaskuler
1) Retinopati Diabetik
Kelainan patologis mata yang disebut retinopati diabetic disebabkan oleh perubahan
dalam pembuluh-pembuluh darah kecil disekitar retina. Retina merupakan bagian mata yang
menerima bayangan dan mengirimkan informasi tentang bayangan tersebut ke otak. Bagian
ini mengandung banyak sekali pembuluh darah arteri serta vena kecil, arteriol, venula, dan
kapiler.Ada tiga stadium utama retinopati diabetic; retinopati nonproliferatif, retinopati
praproliferatif, dan retinopati proliferative.Komplikasi oftalmologi lain yang dapat terjadi
pada pasien diabetes mellitus adalah katarak, glaucoma, dan perubahan lensa.
2) Nefropati
Bukti menunjukkan bahwa segera sesudah terkena diabetes, khususnya bila kadar
glukosa darah meninggi, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah ke dalam urin. Sebagai akibatnya, tekanan dalam
pembuluh darah ginjal meningkat. Kenaikan tersebut diperkirakan berperan sebagai stimulus
untuk terjadinya nefropati.
c. Neuropati Diabetes
I. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 1999) adalah :
3) Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
A.Peran Nutrisi
Nutrisi juga dapat menunjukkan peranannya dalam terjadinya Diabetes Mellitus dalam
dua arah yang berlawanan. Nutrisi lebih yang merupakan petunjuk umum peningkatan taraf
kesejahteraan perorangan, memperbesar kemungkinan manifestasi DM, terutama pada
mereka yang memang dilahirkan dengan bakat tersebut. Pada keadaan yang demikian gejala
DM dapat di atasi dengan pengaturan kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam
tubuh dengan masukan zat gizi melalui makanan. Belum adanya pedoman yang nyata akan
taraf gizi yang dianggap optimal membuka peluang terjadinya gizi lebih dan yang diketahui
cenderung lebih mudah jatuh dalam diabetes mellitus. Disamping itu, usaha diversifikasi
menu makanan rakyat, perlu diimbangi dengan kegiatan-kegiatan lain untuk membebaskan
bahan makanan yang potensial untuk dimakan dari racun yang dapat merugikan pertumbuhan
jaringan dalam tubuh manusia
Metabolisme basal pada Diabetes Mellitus biasanya tidak banyak berbeda dari orang
normal, kecuali pada keadaan yang parah dan tak terkendali. Pada keadaan puasa kadar
glucose darah yang normal adalah 70 90/100 ml. Pada diabetes yang berat angka tersebut
dapat mencapai 400 mg/100 ml atau lebih. Sintesa asam lemak pada penderita DM akan
menurun, sebaliknya oksidasi akan meningkat. Hasil metabolisme asam lemak yang
berlebihan akan meningkatkan kadar acetone heta hydroxylic acid dan acetoacetic acid yang
selanjutnya menimbulkan keadaan yang dikenal sebagai acidosis. Sebagai akibat ketidak
normalan metabolisme hidrat arang, protein akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi tubuh melalui proses deaminasi asam amino. Pemecahan protein tersebut akan
menyebabkan peningkatan glucosa darah dan pembakaran asam lemak yang tidak lengkap.
C.Kebutuhan Zat Gizi Pada Penderita Diabetes Melitus
1. Protein.
Ada pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10% sampai 20% energi dari protein
total. Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia kebutuhan protein untuk orang
dengan diabetes adalah 1015% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg
perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan
65% hendaknya bernilai biologi tinggi.
2. Total Lemak.
Asupan lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih 10% energi
dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu 60 70% total energi dari lemak
tidak jenuh tunggak dan karbohidrat. Anjuran persentase energi dari lemak tergantung dari
hasil pemeriksaan glukosa, lipid, dan berat badan yang diinginkan. Untuk individu yang
mempunyai kadar lipid normal dan dapat mempertahankan berat badan yang memadai (dan
untuk pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak dan remaja) dapat dianjurkan tidak
lebih dari 30% asupan energi dari lemak total dan < 10% energy dari lemak jenuh. Dalam hal
ini anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20 25% energi. Apabila peningkatan LDL
merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet dislipidemia tahap II yaitu < 7% energi
total dari lemaj jenuh, tidak lebih dari 30% energi dari lemak total dan kandungan kolesterol
200 mg/hari. Apabila peningkatan trigliserida dan VLDL merupakan masalah utama,
pendekatan yang mungkin menguntungkan selain menurunkan berat badan dan peningkatan
aktivitas adalah peningkatan sedang asupan lemak tidak jenuh tunggal 20% energi dengan <
10% masing energi masing-masing dari lemak jenuh dan tidak jenuh ganda sedangkan asupan
karbohidrat lebih rendah.
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolestrol adalah untuk
menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu < 10% asupan energi sehari
seharusnya dari lemak jenuh dan asupan makanan kolesterol makanan hendaknya dibatasi
tidak lebih dari 300 mg perhari.
5. Sukrosa.
6. Pemanis.
Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil dari pada sukrosa dan kebanyakannya
karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat memberikan
keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun demikian, karena
pengaruh penggunaan dalam jumlah besar (20% energi) yang potensial merugikan
pada kolesterol dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya menguntungkan sebagai bahan
pemanis untuk orang dengan diabetes.
Sorbitol, mannitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa (polyols) yang menghasilkan
respon glikemik lebih rendah dari pada sukrosa dan karbohidrat lain. Penggunaan
pemanis tersebut secra berlebihan dapat mempunyai pengaruh laxatif.
Sakarin, aspartam, acesulfame adalah pemanis tak bergizi yang dapat diterima sebagai
pemanis pada semua penderita DM.
7. Serat.
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang
yang tidak diabetes. Dianjurkan mengkonsumsi 20 35 gr serat makanan dari berbagai
sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 g/hari dengan
mengutamakan serat larut.
8. Natrium.
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu tidak
lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai sedang,
dianjurkan 2400 mg natrium perhari.
Pengaturan makan harus disertai dengan perubahan pola makan dan pola aktifitas fisik.
Dengan olahraga teratur sel organ lebih sensitif terhadap insulin yaitu glukosa masih bisa
masuk ke dalam sel walaupun insulin rendah.
Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan
energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-
30 kkal/kgBB normal, ditambah kebutuhan untuk aktifitas fisik dan keadaan khusus misalnya
kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi. Makanan dibagi dalam tiga porsi besar,
yaitu makan pagi (20%), siang (30%), sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan
selingan (masing-masing 10-15%).Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan
energi total.Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Kolesterol
300 mg/hari.Karbohidrat 60-70%, terutama karbohidrat kompleks dengan indeks glikemik
yang rendah.
Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali
sedikit sebagai bumbu masakan. Bila kadar gula darah terkendali diperbolehkan
mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.Penggunaan gula
alternative (selain sakarosa) dalam jumlah terbatas. Ada dua jenis ngula alternative yaitu
yang bergizi (fruktosa, gula alcohol berupa sorbitol, manitol, dan silitol)
Asupan serat 25-50 g/hari dengan mengutamakan serat larut air.Asupan natrim pada
penderita DM tanpa hiprtensi yaitu1-3 g/hari, tetapi bila terdapat hipertensi asupan natrium
dikurangi.Cukup vitamin dan mineral.
a. DM tipe 1
Diet pada DM tipe 1 dilakukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah, yang mencakup
hal-hal sebagai berikut:
Makan 5 6 kali setiap hari pada waktu yang kurang lebih sama dengan interval
sekitar 3 jam dan terdiri atas 3 kali makanan pokok serta 3 kali camilan. Saat makan harus
disesuaikan dengan saat penyuntikan insulin hingga kadar puncak insulin dengan plasma
sama dengan kadar gula darah tertinggi sesudah makan.Usahakan minum minuman yang
bebas gula dan kaya serat, seperti agar-agar, rumput laut, gelatin, kolang-kaling.Pilihlah
camilan yang rendah lemak dan rendah indeks glikemknya tetapi dengan indeks kekenyangan
yang cukup tinggi seperti sayuran rebus serta buah segar yang berserat dan tidak begitu
manis, pisang rebus, roti bekatul, kacang hijau serta kacang kacangan lainnya, cracker dan
makanan camilan tanpa kalori seperti agar-agar, kolang-kaling, rumput laut dll.Biasakan
memakan sereal tinggi serat seperti havermut sebagai sarapan (> 6 gram) setiap pagi: hindari
makan sereal yanaag banyak mengandung gula.Biasakan makan buah-buahan segar,
khususnya buah yang biasa dimakan bersama kulitnya seperti apel, peach, belimbing, jambu,
tomat.Hindari kebiasan makan buah-buahan kaleng atau manisan yang direndam dalam
sirup.Minum susu rendah lemak (<1%) seperti susu krim, susu kedelai sebagai pengganti
susu fullcream untuk mengurangi asupaan lemak.Lakukan olahraga sebagai bagian dari
kegiatan sehari-hari. Olahraga tidak boleh dilakukan bila kadar gula darah tidak terkontrol
(>250 mg%) atau bila terdapat keton bodies dalam urine ( karena bahaya
ketoasidosis).Lakukan pemantauan kadar gula darah paling tidak satu kali perhari. Riset
membuktikan bahwa pengendalian gula darah dengan melakukan diet, olahraga yang teratur
dan terafi insulin serta pemantauan gula darah di rumah akan mengurangi perawatan di
rumah sakit bagi penyandang DM tipe 1.
b. DM Tipe 2
Tujuan utama diet pada DM tipe 2 adalah menurunkan dan/atau mengendalikan berat
badan di samping mengendalikan kadar gula dan kolesterol yang mencakup:
Makan 3 kali makanan utama dan 2-3 kali camilan per hari dengan interval waktu
sekitar 3 jam.Makan camilan yang rendah kalori dengan indeks glikemik yang rendah dan
indeks kekenyangan yang tinggi, seperti kolang-kaling, cincau, agar-agar, rumput laut, pisang
rebus, kacang hijau serta kacang-kacangan lainnya, sayuran rendah kalori dan buah-buahan
yang tidak manis (apel, belimbing, jambu) serta alpukat.Hindari kebiasaan minum sari buah
secara berlebihan, khususnya pada pagi hari dan gantikan dengan minuman yang berserat dari
kelompok sayuran yang rendah kalori seperti blender tomat, ketimun, dan labu siam yang
sudah direbus.Sertakan rebusan buncis dan sayuran lain yang dapat membantu
mengendalikan glukosa darah dlam menu sayuran sedikitnya dua kali sehari. Buncis, bawang
dan beberapa sayuran lunak lain (pare, terong, gambas, labu siam) dianggap dapat membantu
mengendalikan kadar glukosa darah karena kandungan seratnya.Biasakan sarapan dengan
sereal tinggi serat, seperti havermout kacang hijau, jagung rebus, atau roti bekatul (whole
wheat bread) setiap hari.Makanan pokok bisa bervariasi antara nasi (sebaiknya nasi beras
merah/beras tumbuk), kentang, roti (sebaiknya roti bekatul/whole wheat bread) dan jagung.
Jangan menggabungkan dua atau lebih makanan pokok seperti nasi dengan lauk mi goring
dan perkedel kentang ( karena ketiganya memiliki indeks glisemik yang tinggi).Hindari
penambahan gula pasir pada minuman (kopi, teh) dan makanan sereal.Makanan camilan dan
minuman bebas gula yang tersedia di pasaran. Penyandang diabetes yang gemar memasak
dapat membuat kue-kue basah seperti wafel yang terdiri atas tepung gandum utuh,
havermout, putih telur, susu skim dan sedikit buah-buahan dengan aroma yang mengundang
selera misalnya pisang, stroberi, nanas.Biasakan membuang lemak/gaji dari daging sebelum
memasaknya. Kurangi konsumsi daging merah yang dapat diganti dengan daging putih
seperti daging ayam atau ikan.Gunakan minyak goreng dalam jumloah terbatas (kurang lebih
setengah sendok makan untuk sekali makan). Biasakan memasak dengan cara menumis,
merebus, memepes, memanggang serta menanak, dan hindari kebiasaan menggoreng
makanan dengan banyak minyak.Biasakan makan makanan vegetarian pada waktu santap
malam.Dalam membuat menu yang menggunakan telur, setiap merah telur dapat diganti
dengan dua buah putih telur, santan dapat diganti dengan susu skim, dan minyak diganti
dengan saus apel. Untuk menu yang memmerlukan kecap, gunakan kecap diet dalam jumlah
terbatas.Nasihat diet lainnya dapt dimintakan dari ahli gizi/diet.Biasakan berjalan sedikitnya
3 kali seminggu selama >30 menit.
1. Menu pagi
100 gr nasi merah
100 gr sayur rebus
1 butir telur balado
alpokat
2. Menu makan siang
150 gr nasi merah
1 mangkuk sup ayam
50 gr ikan asam manis
1 potong tahu
1 buah jeruk
3. Menu makan malam
100 gr nasi merah /4 potong roti tawar
1-2 potong terong panggang
50 gr ayam panggang usahakan bagian dada
1 buah pir
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association [ADA] 1998 dalam Soegondo, 2007; Price & Wilson, 2006;
Suyono dalam Sudoyo, 2006
https://fitrirahayuyoga1979.wordpress.com/2010/12/28/manajemen-nutrisi-pada-pasien-
diabetes-melitus