Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh:
NIM : 12811090
Kelas : B
YOGYAKARTA
2 12
DAFTAR ISI
SAMPUL
DAFTAR ISI
ETIKAMORALETIKA Vs MORAL
ETIKET
ETIKA PROFESI
KASUS PENGADAAN
P, apoteker praktek di sebuah kota kecil, didekati oleh organisasi penelitian agar ikutserta
dalam uji klinik suatu obat AINS untuk osteoartritis. Dia ditawari sejumlah uanguntuk
setiap pasien yang dia ikut sertakan dalam uji tersebut. Wakil organisasi
tersebutmeyakinkan bahwa penelitian ini telah mendapatkan semua ijin yang
diperlukantermasuk dari Komite Etik Kedokteran. Apoteker P belum pernah ikut serta
dalam ujiklinik sebelumnya dan merasa senang dengan kesempatan ini, terutama dengan
uangyang ditawarkan. Dia menerima tawaran tersebut tanpa lebih jauh lagi menanyakan
aspeketis dan ilmiah dari penelitian tersebut.3.
clearence
, namun pertanyaan yang munculadalah mengenai nilai, hak-hak, dan tanggung jawab.
Apoteker akan menghadapi
pertanyaan- pertanyaan ini sesering dia menghadapi pertanyaan ilmiah maupun teknis. Di
dalam praktekkedokteran, tidak peduli apakah spesialisasinya maupun tempat kerjanya,
beberapa pertanyaanlebih mudah dijawab dibandingkan pertanyaan lain. Jadi apakah
sebenarnya etika itu dan bagaimanakah etika dapat menolong apoteker
berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan sepertiitu?Secara sederhana etika merupakan
kajian mengenai moralitas - refleksi terhadap moralsecara sistematik dan hati-hati dan
analisis terhadap keputusan moral dan perilaku baik padamasa lampau, sekarang atau
masa mendatang. Moralitas merupakan dimensi nilai dari keputusandan tindakan yang
dilakukan manusia. Bahasa moralitas termasuk kata-
kata seperti hak,tanggung jawab, dan kebaikan dan sifat seperti baik dan
buruk (atau jahat), benar dansalah,
sesuai dan tidak sesuai. Menurut dimensi ini, etika terutama adalah bagaimana
mengetahuinya (
knowing
), sedangkan moralitas adalah bagaimana melakukannya (
doing
).Hubungan keduanya adalah bahwa etika mencoba memberikan kriteria rasional bagi
orang untukmenentukan keputusan atau bertindak dengan suatu cara diantara pilihan cara
yang lain. Karenaetika berhubungan dengan semua aspek dari tindakan dan keputusan
yang diambil oleh manusiamaka etika merupakan bidang kajian yang sangat luas dan
kompleks dengan berbagai cabangdan subdevisi.
Asalkan apoteker memiliki pengetahuan dan keterampilan, maka etika tidak akan jadi
masalah
2.
Etika itu penting, tapi kurikulum kita sudah terlalu penuh dan tidak ada ruang
untukmengajarkan etika
Sebagian, hanya sebagian saja, yang valid. Secara bertahap sekolah-sekolah
pendidikanapoteker di dunia mulai menyadari bahwa mereka perlu membekali
mahasiswanya dengansumber dan waktu yang cukup untuk belajar etika. Etika
merupakan dan akan selalu menjadikomponen yang penting dalam praktek pengobatan.
Prinsip-prinsip etika seperti menghargaiorang, tujuan yang jelas dan kerahasiaan
merupakan dasar dalam hubungan apoteker-pasien.Walaupun begitu, penerapan prinsip-
prinsip tersebut dalam situasi khusus sering problematis,karena dokter, apoteker, pasien,
keluarga mereka, dan profesi kesehatan lain mungkin tidaksetuju dengan tindakan yang
sebenarnya benar dilakukan dalam situasi tersebut. Belajar etikaakan menyiapkan
mahasiswa kefarmasian untuk mengenali situasi-situasi yang sulit danmelaluinya dengan
cara yang benar sesuai prinsip dan rasional. Etika juga penting dalamhubungan apoteker
dengan masyarakat dan kolega mereka dan dalam melakukan penelitiankedokteran.
Sangat sering, bahkan etika membuat standar perilaku yang lebih tinggi dibandinghukum,
dan kadang etika memungkinkan apoteker perlu untuk melanggar hukum yangmenyuruh
melakukan tindakan yang tidak etis.
ETIKA KEFARMASIAN, PROFESIONALISME,HAK ASASI MANUSIA DAN
HUKUM
Etika telah menjadi bagian yang integral dalam pengobatan setidaknya sejak
masaHippocrates, seorang ahli pengobatan Yunani yang dianggap sebagai pelopor etika
kedokteran pada abad ke-5 SM. Dari Hippocrates muncul konsep pengobatan sebagai pro
fesi, dimana ahli pengobatan membuat janji di depan masyarakat bahwa mereka akan me
nempatkan kepentingan pasien mereka di atas kepentingan mereka sendiri. Saat ini etika
kedokteran telah banyakdipengaruhi oleh perkembangan dalam hak asasi manusia.Di
dalam dunia yang multikultural dan pluralis, dengan berbagai tradisi moral
yang berbeda, persetujuan hak asasi manusia internasional utama dapat memberikan dasa
r bagi etika
kefarmasian yang dapat diterima melampaui batas negara dan kultural. Lebih dari pada
itu,apoteker sering harus berhubungan dengan masalah-masalah medis dan obat karena
pelanggaranhak asasi manusia, seperti migrasi paksa, penyiksaan, dan sangat dipengaruhi
oleh perdebatanapakah pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia karena
jawaban dari pertanyaan ini
di beberapa negara tertentu akan menentukan siapakah yang memiliki hak untuk mendap
atkan perawatan medis.Etika kefarmasian juga sangat berhubungan dengan hukum.
Hampir di semua negara adahukum yang secara khusus mengatur bagaimana dokter
harus bertindak berhubungan denganmasalah etika dalam perawatan pasien dan
penelitian. Badan yang mengatur dan memberikanijin praktek apoteker di setiap negara
bisa dan memang menghukum apoteker yang melanggaretika. Namun etika dan hukum
tidaklah sama. Bahkan etika membuat standar perilaku yang lebihtinggi dibanding
hukum, dan kadang etika memungkinkan apoteker perlu untuk melanggarhukum yang
menyuruh melakukan tindakan yang tidak etis. Hukum juga berbeda untuk tiap-
tiapnegara sedangkan etika dapat diterapkan tanpa melihat batas negara. Namun
pengobatan ilmiahmemiliki keterbatasan terutama jika berhubungna dengan manusia
secara individual, budaya,agama, kebebasan, hak asasi, dan tanggung jawab. Seni
pengobatan melibatkan aplikasi ilmu danteknologi pengobatan terhadap pasien secara
individual, keluarga, dan masyarakat sehinggakeduanya tidaklah sama. Lebih jauh lagi
bagian terbesar dari perbedaan individu, keluarga, danmasyarakat bukanlah non-
fisiologis namun dalam mengenali dan berhadapan dengan
perbedaan- perbedaan ini di mana seni, kemanusiaan, dan ilmu-ilmu sosial bersama
dengan etika, memiliki peranan yang penting. Bahkan etika sendiri diperkaya oleh disipli
n ilmu yang lain, sebagaicontoh, presentasi dilema klinis secara teatrikal dapat menjadi
stimulus yang lebih baik dalamrefleksi dan analisis etis dibanding deskripsi kasus
sederhana.Secara umum apoteker diharapkan dapat mengaktualisasikan prinsip etika
profesi denganderajat yang lebih tinggi dibanding orang lain. Prinsip etika profesi itu
meliputi belas kasih,kompeten, dan otonomi.
Belas kasih
, memahami dan perhatian terhadap masalah orang lain, merupakan hal yang pokokdalam
praktek pengobatan. Agar dapat mengatasi masalah pasien, apoteker harus
memberikan perhatian terhadapkeluhan/gejala yang dialami pasien dan memberikan
nasehat yang meredakangejala tersebut dengan pengobatan dan harus
bersedia membantu pasien mendapatkanpertolongan
. Pasien akan merespon dengan lebih baik jika dia merasa bahwa apotekernyamenghargai
masalah mereka dan tidak hanya sebatas melakukan pengobatan terhadap
penyakitmereka.
Kompetensi
yang tinggi diharapkan dan harus dimiliki oleh apoteker. Kurang kompeten
dapatmenyebabkan kematian atau morbiditas pasien yang serius. Apoteker harus
menjalani pelatihanyang lama agar tercapai kompetensinya. Cepatnya perkembangan
pengetahuan dan teknologi
di bidang kefarmasian dan kedokteran, merupakan tantangan tersendiri bagi apoteker aga
r selalumenjaga kompetensinya. Terlebih lagi tidak hanya pengetahuan ilmiah dan
ketrampilan teknisyang harus dijaga namun juga pengetahuan etis, ketrampilan, dan
tingkah laku. Masalah etis
akan muncul sejalan dengan perubahan dalam praktek kefarmasian, lingkungan sosial
dan politik.
Otonomi
, atau penentuan sendiri, merupakan nilai inti dari pengobatan yang berubah dalamtahun-
tahun terakhir ini. Apoteker secara pribadi telah lama menikmati otonomi
pengobatanyang tinggi dalam menetukan bagaimana menangani pasien mereka. Apoteker
secara kolektif(profesi kesehatan) bebas dalam menentukan standar pendidikan farmasi
dan
praktek pengobatan. Masih ada ditemukan (walaupun sedikit), apoteker yang menghargai
otonomi profesional dan klinik mereka, dan mencoba untuk tetap menjaganya sebanyak
mungkin. Padasaat yang sama, juga terjadi penerimaan oleh apoteker di penjuru dunia
untuk menerima otonomidari pasien, yang berarti pasien seharusnya menjadi pembuat
keputusan tertinggi dalam masalahyang menyangkut diri mereka sendiri.Selain terikat
dengan ketiga nilai inti tersebut, etika kefarmasian berbeda dengan etikasecara umum
yang dapat diterapkan terhadap setiap orang. Etika kefarmasian masih terikatdengan
Sumpah dan Kode Etik Apoteker.
Sumpah dan kode etik beragam di setiap
negara bahkan dalam satu negara, namun ada persamaan, termasuk janji bahwa apoteker
akanmempertimbangkan kepentingan pasien diatas kepentingannya sendiri, tidak akan
melakukandeskriminasi terhadap pasien karena ras, agama, atau hak asasi menusia yang
lain, akan menjagakerahasiaan informasi pasien, dan akan memberikan pertolongan
darurat terhadap siapapun yangmembutuhkan.
SIAPAKAH YANG MENENTUKAN SESUATU ITU ETIS?
Etika bersifat pluralistik. Setiap orang memiliki perbedaan terhadap penilaian benar
atausalah bahkan jika ada persamaan bisa saja hal tersebut berbeda dalam alasannya. Di
beberapamasyarakat, perbedaan tersebut dianggap sebagai sesuatu yang normal dan ada
kebebasan
besar bagi seseorang untuk melakukan apa yang dia mau, sejauh tidak melanggar hak ora
ng lain. Namun di dalam masyarakat yang lebih tradisional, ada persamaan dan persetuju
an pada etikadan ada tekanan sosial yang lebih besar, kadang bahkan didukung oleh
hukum, dalam bertindak berdasarkan ketentuan tertentu. Dalam masyarakat tersebut
budaya dan agama sering memainkan peran yang dominan dalam menentukan perilaku
yang etis.
Jawaban terhadap pertanyaan, siapakah yang menentukan sesuatu itu etis untuk
seseorang
secara umum? karena itu bervarias
i dari satu masyarakat dibanding masyarakat yanglain dan bahkan dalam satu masyarakat
sendiri. Dalam masyarakat liberal, setiap individumemiliki kebebasan yang besar dalam
menentukan bagi dirinya sendiri apakah yang etis,walaupun sepertinya mereka akan
sangat dipengaruhi oleh keluarga, teman, agama, media, dansumbersumber eksternal lain
yang mereka dapat. Dalam masyarakat yang lebih tradisional,keluarga dan garis
keturunan, pemimpin agama, dan tokoh politik biasanya memiliki peran lebih besar
dalam menentukan apa yang etis dan tidak etis bagi seseorang. Terlepas dari perbedaan
ini,sepertinya sebagian besar manusia setuju dengan beberapa prinsip fundamental dari
etika, sebut
Apoteker akan selalu dihadapkan pada hukum yang berlaku dimana dia berada dan
kadangdihukum karena melanggar hukum.
Beberapa organisasi kesehatan sangat kuat dipengaruhi oleh ajaran agama, yang
mengakibatkanadanya kewajiban tambahan terhadap anggotanya selain kewajiban
apoteker secara umum.
Di banyak negara organisasi yang menetapkan standar bagi perilaku apoteker dan
memonitorkepatuhan, mereka memiliki anggota yang berpengaruh yang bukan
apoteker.Instruksi etis resmi dari organisasi profesi apoteker secara umum sama, mereka
tidakselalu dapat diterapkan di setiap situasi yang mungkin dihadapi apoteker dalam
praktekkefarmasian mereka. Di dalam kebanyakan situasi, apoteker harus memutuskan
untuk dirinyasendiri apakah yang benar untuk dilakukan, namun dalam mengambil
keputusan tersebut, akansangat membantu jika mereka mengetahui apa yang dilakukan
apoteker lain dalam situasi yangsama. Kode etik apoteker dan kebijakan yang berlaku
merupakan konsensus umum bagaimanaseorang apoteker harus bertindak dan harus
diikuti kecuali ada alasan yang lebih baik mengapaharus melanggarnya.
APAKAH ETIKA KEFARMASIAN DAPAT BERUBAH?
Sampai saat ini apoteker memiliki hak dan tugas untuk memutuskan bagaimana
pasienharus diberi obat dan tidak ada keharusan mendapatkan ijin tertulis pasien. Namun
sejak
Declaration on the Right of the Patient
tahun 1995 dimulai dengan kalimat: Hubungan antara
dokter, pasien mereka, dan masyarakat yang lebih luas telah mengalami perubahan yang
nyatasaat ini. Walaupun seorang dokter harus selalu bertindak benar menurut
pemikirannya, dan selalu
berdasarkan kepentingan terbaik dari pasien, usaha yang sama juga harus tetap
dilakukan dalam
menjamin otonomi dan keadilan pasien. Saat ini orang
-orang mulai berfikir bahwa diri merekasendiri merupakan penyedia kesehatan utama
bagi mereka sendiri dan bahwa peran tenagakesehatan adalah bertindak sebagai konsultan
dan instruktur. Walaupun penekanan
terhadap perawatan sendiri ini jauh dari keumuman, namun sepertinya terus menyebar da
n menggejaladalam perkembangan hubungan pasien-dokter-tenaga kesehatan lainnya
yang memunculkankewajiban etik yang berbeda bagi apoteker dibanding sebelumnya.
Hingga akhir-akhir iniapoteker menganggap diri mereka sendiri bertanggung jawab
terhadap diri sendiri, kepadakolega profesi kesehatan mereka, dan terhadap agama yang
dianut, Tuhan Yang Maha Kuasa.Saat ini, mereka memiliki tanggung jawab tambahan
terhadap pasien mereka, kepada pihakketiga seperti rumah sakit, organisasi yang
mengambil keputusan medis terhadap pasien,
kepada pemegang kebijakan dan perijinan praktek, dan bahkan sering kepada pengadilan.
Berbagaitanggung jawab yang berbeda ini dapat saling bertentangan satu sama lain, yang
akan terlihatdalam bahasan loyalitas ganda.Etika kefarmasian juga telah berubah dengan
cara yang lain. Ontoh keterlibatan dalamaborsi dilarang dalam kode etik dokter sampai
beberapa saat yang lalu, namun sekarang dapatditoleransi dalam kondisi tertentu oleh
profesi kesehatan di beberapa negara. Sedangkan dalametika kedokteran tradisional
dokter hanya bertanggung jawab terhadap pasien mereka secara pribadi. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi medis memunculkan masalah etis baru yangtidak dapat
dijawab oleh etika kefarmasian tradisional. Reproduksi buatan, genetika,
informatikakesehatan serta teknologi perbaikan kehidupan dan teknologi untuk
memperpanjang kehidupan,kesemuanya memerlukan keterlibatan dokter dan tenaga
kesehatan lainnya, sangat berpotensimenguntungkan pasien namun juga sangat
berpotensi merugikan pasien tergantung bagaimanamenerapkannya. Untuk membantu
bagaimana memutuskan dan dalam kondisi apa apotekerdapat melakukan hal tersebut,
organisasi profesi apoteker harus menggunakan metode analisisyang berbeda tidak hanya
berdasarkan kode etik yang telah ada. Selain perubahan dalam etikakefarmasian yang
jelas memang terjadi, sudah ada persetujuan diantara apoteker atau
ornagisasi profesi bahwa nilai fundamental dan prinsip-prinsip etis tidaklah berubah, kare
na tidak bisadihindari bahwa manusia akan selalu memiliki masalah kesehatan sehingga
mereka akan terusmemerlukan tenaga kesehatan yang otonom, kompeten, dan berbelas
kasih untuk merawatmereka.
Moralitas hanya mengikuti contoh yang diberikan oleh orang yang menjadi panutan. Ini
mungkincara yang paling umum mempelajari etika kedokteran, dengan panutannya
adalah konsultansenior dan cara belajar dengan cara mengobservasi dan melakukan
asimilasi dari nilai-nilai yangdigambarkan.
Perasaan
atau
kehendak
merupakan pendekatan subjektif terhadap keputusan dan perilaku moralyang diambil.
Yang dianggap benar adalah apa yang dirasakan benar atau dapat memuaskankehendak
seseorang sedangkan apa yang salah adalah yang dirasakan salah atau tidak sesuaidengan
kehendak seseorang. Ukuran moralitas harus ditemukan di dalam setiap individu dantentu
saja akan sangat beragam dari satu orang ke orang lain, bahkan dalam individu itu
sendiridari waktu ke waktu.
Intuisi
merupakan persepsi yang terbentuk dengan segera mengenai bagaimana bertindak di
dalamsebuah situasi tertentu. Intuisi serupa dengan kehendak dimana sifatnya sangat
subjektif,
namun berbeda karena intuisi terletak pada pemikiran dibanding keinginan. Karena itu int
uisi lebihdekat kepada bentuk rasional dari keputusan etis yang diambil dari pada
kepatuhan,
imitasi, perasaan, dan kehendak. Meskipun begitu, intuisi sistematis ataupun penuh pemi
kiran namunhanya sebatas mengarahkan keputusan berdasarkan apa yang terbersit dalam
pikiran saat itu.Seperti halnya perasaan dan kehendak, intuisi dapat bervariasi dari setiap
individu, dan bahkandari individu itu sendiri.
Kebiasaan
merupakan metode yang sangat efisien dalam mengambil keputusan moral karenatidak
diperlukan adanya pengulangan proses pembuatan keputusan secara sistematis
setiapmasalah moran muncul dan sama dengan masalah yang pernah dihadapi. Meskipun
begitu adakebiasaan yang buruk (seperti berbohong) dan juga kebiasaan baik (seperti
mengatakan
dengan jujur) terlebih lagi ada berbagai keadaan yang sepertinya serupa namun tetap me
mbutuhkankeputusan yang sangat berbeda. Walaupun kebiasaan ini sangat berguna,
namun kita tidak bolehterlalu mengandalkannya.
2.
Pendekatan rasional:
Deontologi
melibatkan pencarian aturan-aturan yang terbentuk dengan baik yang dapat
dijadikansebagai dasar dalam pembuatan
keputusan moral seperti perlakukan manusia secara sama.
Dasarnya dapat saja agama (seperti kepercayaan bahwa manusia sebagai ciptaan Tuhan
adalahsama) atau juga non-religius (seperti manusia memiliki gen-gen yang hampir
sama). Sekaliaturan ini terbangun maka hal tersebut harus diterapkan dalam situasi
ilmiah, dan akan sangatmungkin terjadi perbedaan aturan mana yang diperlukan (seperti
apakah aturan bahwa tidak boleh membunuh orang lain atau hukuman yang menjadi
dasar larangan aborsi).
Konsekuensialisme
mendasari keputusan etis yang diambil karena merupakan cara
analisis bagaimana konsekuensi atau hasil yang akan didapatkan dari berbagai pilihan da
n tindakan.Tindakan yang benar adalah tindakan yang memberikan hasil yang terbaik.
Tentunya
ada berbagai perbedaan mengenai batasan hasil yang terbaik. Salah satu bentuk konsekue
nsialismeyang sangat dikenal adalah
utilitarianisme
, menggunakan utility untuk mengukur dan
menentukan mana yang memberikan hasil yang paling baik diantara semua pilihan yang
ada.
Ukuran-ukuran
outcome
yang digunakan dalam pembuatan keputusan medis antara lain
cost-effectiveness
dan kualitas hidup diukur sebagai QALYs (
quality-adjusted life-years
) atau DALYs(
disablility-adjusted life-years
). Pendukung teori ini umumnya tidak banyak menggunakan prinsip-
prinsip karena sangat sulit mengidentifikasi, menentukan prioritas dan menerapkannyada
n dalam suatu kasus mereka tidak mempertimbangkan apakah yang sebenarnya penting
dalam pengambilan keputusan moral seperti hasil yang ingin dicapai. Karena mengesamp
ingkan prinsip-prinsip maka konsekuensialisme sangat memungkinkan timbulnya pernyat
aan bahwa
hasil yang didapat akan membenarkan cara yang ditempuh seperti hak manusia dapat
dikorbankan untuk mencapai tujuan sosial.
Prinsiplisme
, seperti yang tersirat dari namanya, mempergunakan prinsip-prinsip etik sebagaidasar
dalam membuat keputusan moral. Prinsip-prinsip tersebut digunakan dalam kasus-
kasusatau keadaan tertentu untuk menentukan hal yang benar yang harus dilakukan,
dengan tetapmempertimbangkan aturan dan konsekuensi yang mungkin timbul.
Prinsiplisme sangat berpengaruh dalam debat-debat etika baru-baru ini terutama di
Amerika. Keempat
prinsip dasar, penghargaan otonomi, berbuat baik berdasarkan kepentingan terbaik dari pa
sien, tidakmelakukan tindakan yang dapat menyakiti pasien serta keadilan merupakan
prinsip dasar yangdigunakan dalam pengambilan keputusan etik di dalam praktek.
Prinsip-prinsip tersebut jelasmemiliki peran yang penting dalam pengambilaan keputusan
rasional walaupun pilihan terhadapkeempat prinsip tersebut dan terutama prioritas untuk
menghargai otonomi di atas yang lainmerupakan refleksi budaya liberal dari Barat dan
tidak selalu universal. Terlebih lagi
keempat prinsip tersebut sering kali saling bergesekan di dalam situasi tertentu sehingga
diperlukan beberapa kriteria dan proses untuk memecahkan konflik tersebut.
Konsultasi kepada sumber-sumber kewenangan seperti kode etik dan kebijakan ikatan
apotekerserta kolega lain untuk mengetahui bagaimana apoteker biasanya berhadapan
dengan masalahtersebut.3.
Diskusikan usulan solusi anda dengan siapa solusi itu akan berpengaruh.5.
Buatlah keputusan dan lakukan segera, dengan tetap memperhatikan orang lain
yangterpengaruh.6.
Evaluasi keputusan yang telah diambil dan bersiap untuk bertindak berbeda pada
kesempatanyang lain.
Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan
kegiatankhusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip
moral dasar.2)
Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai prilaku saya dan
oranglain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh
kondisi yangmemungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil
suatu keputusanatau tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
a)
Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
b)
Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia
sebagaianggota umat manusia. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan
manusia baiksecara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat,
negara), sikap kritisterhadap pandangan-pandangan dunia dan idiologi-idiologi maupun
tanggung jawab umatmanusia terhadap lingkungan hidup.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkansatu
sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan
sebagaianggota umat manusia saling berkaitan.Dengan demikian luasnya lingkup dari
etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atauterpecah menjadi banyak bagian atau
bidang. Dan pembahasan bidang yang paling aktualsaat ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
Etika keluarga
3.
Etika profesi4.
Etika politik
5.
Etika lingkungan
6.
Etika idiologi
Ada dua macam etika yang harus kita pahami dalam menentukan baik dan
buruknyaperilaku manusia :
1.
ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis danrasional
sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup inisebagai
sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasaruntuk mengambil
keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
2.
ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
polaperilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebag
aidasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Moralitas adalah kualitas perbuatan manusiawi untuk berperilaku benar atau salah,baik
atau buruk dan perbuatan yang demikian itu dikehendaki atau tidak (obyektif)
sertaperbuatan itu sesuai atau tidak dengan suara hati nuraninya (subyektif).
ETIKA = / MORAL
Etika
Moral
Etika : sistem dari prinsip prinsp moral atau aturan perilakuMoral: prinsip-2 yg berkaitan
dg perlaku baik dan buruk
(Priharjo, 1995)
ETIKET
Etiket
Sopan santun
Etiket
a.
Atur prilaku manusia scr normatif artinya memberi norma pd manusia apa yg hrs
dilakukandan tdk boleh dilakukan
PERBEDAAN ETIKA & ETIKET
Etika
Etiket
1. Tdk terbatas cara, namun normaperilaku itu sendiri (dg tangan mana ajabila mencuri
tetap salah)
ETIKA PROFESI
2.
1. Tanggung jawab
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadihaknya.
3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasandalam menjalankan profesinya.
- Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.
Pekerjaan yang dapat kita sebut dengan profesi adalah yang mempunyai karakter
sebagaiberikut;
orientasi kerja lebih untuk melayani daripada sekedar mencari nafkah (komitmen
untukmembantu orang lain, bahkan di luar waktu kerja),
bekerja berdasar ilmu dan keterampilan yang didapat dari pendidikan khusus,
(Latham, 2002).
first, do no harm
autonomy,
beneficence,
non-maleficence
justice
(Monagle & Thomasma, 1998).
Prinsip
autonomy
(
self-governance
):
Prinsip
beneficence
(
do good
):
Prinsip
non-maleficence
(
do no harm
):
Prinsip
justice
(
fairness
):
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan3.
Mencegahcampur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaanprofesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai bidang.
Merupakan hasil self regulation dari profesi itu sendiri yang mewujudkan nilai
-nilaimoral yang dianggap hakiki dan pada prinsipnya tidak pernah dipaksakan dari luar.
3.
Dijiwai nilai-nilai dan cita hidup dalam kalangan profesi itu sendiri maka tidakefektif
apabila keberadaannya ditentukan dari pemerintah/instansi atasan.
4.
Mencegah campur tangan yang dilakukan oleh pihak luar yang bukan kalangan profesi.
3.
1.
2.
Persaingan kerja.
Misal: ingin mendapatkan status, sehingga menerima gaji tidak sesuai standar.
3.
Lemahnya kinerja organisasi profesi dalam pembinaan anggotanya (kurang komunikasi).
4.
Peraturan perUUan dan sistem regulasi yang kurang kondusif (interpretasi ganda,
tumpangtindih).
5.
a.
b.
c.
d.
Pemusnahan obat
a.
b.
a. Sanksi moral.
b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi.
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu
dewankehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah
mencegahterjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan
ketentuan-ketentuanprofesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman sejawat
melanggar kode etik.Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self regulation yang
terwujud dalam kode etik;seperti kode ituberasal dari niat profesi mengatur dirinya
sendiri, demikian jugadiharapkan kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol terhadap
pelanggar. Namundemikian, dalam praktek sehari-hari control ini tidak berjalan dengan
mulus karena rasasolidaritas tertanam kuat dalam anggota-anggota profesi, seorang
profesional mudahmerasa segan melaporkan teman sejawat yang melakukan pelanggaran.
Tetapi dengan
perilaku semacam itu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik profesi
dandengan demikian maka kode etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang
sebenarnyaadalah menempatkan etika profesi di atas pertimbangan-pertimbangan lain.
Lebih lanjutmasing-masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan kode etik
profesi barukemudian dapat melaksanakannya.Kode Etik Profesi merupakan bagian
dari etika profesi. Kode etik profesi merupakanlanjutan dari norma-norma yang lebih
umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etikaprofesi. Kode etik ini lebih
memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma ke
bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat d
alametika profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan
yangditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik,
apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak
boleh dilakukanoleh seorang profesional.
Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan bervariasi.Umumnya
pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat nasional,misalnya
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan Penasehat HUKUMIndonesia, Kode
Etik Jurnalistik Indonesia, Kode Etik Advokasi Indonesia dan lain-lain. Adasekitar tiga
puluh organisasi kemasyarakatan yang telah memiliki kode etik.
Tetapi yang terpenting patient safetydengan terapi yang rasionala dengan harga
terjangkau.5. Apoteker menjadi sumber informasi.
SUMPAH APOTEKER
DI APOTEK:
1.
Dokter menulis resep dengan kode, dan resep tersebut hanya bisa ditebus di apotekyang
ditunjuk dokter.
2.
PSA menjual psikotropika dan pada saat membuat laporan bekerja sama dengandokter
untuk membuatkan resep.
3.
Krim malam, krim pagi buatan apotek sendiri, tidak diketahui formulanya.
DI PUSKESMAS ATAU KLINIK:
1.
DI RUMAH SAKIT:
1.
Apoteker membuat suatu obat yang isinya campuran dari beberapa obat (oplosan).
DI INDUSTRI:
1.
melanggar etika.
2.
Kebohongan publik
DI APOTEK:
1.
Dokter menulis resep dengan kode, dan resep tersebut hanya bisa ditebus di apotekyang
ditunjuk dokter.
2.
PSA menjual psikotropika dan pada saat membuat laporan bekerja sama dengandokter
untuk membuatkan resep.
3.
Krim malam, krim pagi buatan apotek sendiri, tidak diketahui formulanya.
1.
DI RUMAH SAKIT:
1.
Apoteker membuat suatu obat yang isinya campuran dari beberapa obat (oplosan).
DI INDUSTRI:
1.
melanggar etika.
2.
Kebohongan publik
KASUS PRODUKSI
KASUS I:
Kasus Ia
Dalam FI IV disebutkan bahwa tablet efedrin memiliki kadar yang dapat diterima adalah
90-100% efedrin anhydrat.
Hasil uji bagian QC didapat kadar efedrin 95,25%, KS/KB, WH memenuhi syarat
sehingga barang tersebut diluluskan.
Bobot keseragaman obat tablet efedrin 50 mg, walaupun range 95-110%, akan tetapi
harusditimbang 50 mg jangan dikurangi.
KASUS II:
Pemerintah telah menetapkan harga jual obat adalah 1- 3 kali harga obat generiknya.
Seorangapoteker yang menjabat sebagai Manajer Produksi di suatu industri farmasi
mendapati bahwaharga bahan baku glibenclamide naik sehingga setelah diproduksi
menjadi tablet glibenclamide juga harga tinggi
Bila mengikuti harga yang ditetapkan pemerintah, pabrik mengalami kerugian. Diketahui
bahwa pabrik farmasi yang memproduksi glibenclamide tablet hanya oleh beberapa
pabrik farmasi.
Tindakan apa yang sebaiknya dilakukan oleh apoteker?
Efektivitas produksi/menekan biaya produksi. Ganti dengan bahan tambahan yang lebih
murahtapi tidak mengubah kualitas.
Sebuah pabrik obat tradisional Kec. Bumiayu Kab. Brebes Jawa Tengah memproduksi
OTmengandung BKO tanpa hak dan kewenangan. Ruang produksi OT TIE dan
mengandung BKOtersebut didesain seperti Bunker yang terletak dibawah tanah dan
bertingkat 2 (dua).Hasil pengujian PPOMN terhadap barang bukti yang ditemukan
menunjukkan :
Kajian Pelanggaran Etika Dan Undang-Undang Kefarmasian
Persyaratan usaha industri obat tradisional dan usaha industri kecil obat
tradisional (SKMENKES NO. 246/MENKES/SK/ V/1990 tentang izin usaha
industri obat tradisional danpendaftaran obat tradisional)
Pasal 3
1.
2.
Industri kecil obat tradisional dalam bentuk rajangan, pilis, tapel, dan parem. b.
1.
Industri obat tradisional harus didirikan di tempat yang bebas pencemaran dan tidak
mencemarilingkungan
.
Pasal 8
.
Pasal 9
1.
Industri obat tradisional dan industri kecil obat tradisional wajib mengikuti pedomancara
pembuatan obat tradisioanl yang baik (CPOTB).
2.
Pasal 23
Untuk pendaftaran obat tradisional dimaksud dalam pasal 3 obat tradisional harus
memenuhi persyaratan:
a.
b.
Bahan obat tradisional dan proses produksi yang digunakan memenuhi prsyaratanyang
ditetapkan.
c.
Tidak mengandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat sebagaiobat.
d.
Pasal 4a
Hak konsumen adalah :Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
PP
Pasal 7 (1)
KASUS I:
Apotek panel
melanggar UU.Untuk bersaing dengan apotek lain, sehingga apotek X mencari PBF yang
menjual harga murahwalaupun tidak legal dengan tujuan agar bisa menjual kembali
dengan harga murah dengandiskon, sehingga mampu bersaing.
KASUS II:
a. minta tolong dengan sopan dan cara yang baik, jangan hanya menggunakan
kertassobekan untuk pemesanan.
c. Kalimat terbaik: (1) SP; (2) Copi Resep; (3) Dengan kertas yang baik. 1 & 2
Untuknempil narkotik boleh tapi pake SP narkotik (baca UU Narkotika No.35/2009)
2.
a. Harga (pada umumnya HNA + PPN x index 1,3), namun untuk sejawat tidak
samadengan harga pada umumnya, atau bukan juga harga netto, ini egois. Tapi
indexmisalnya 1,1. Tidak menarik biaya tueslag dan embalanse.
KASUS III:
Narkotik boleh didistribusikan dari apotek ke apotek, dari apotek ke RS. Masa sesama s
ejawattidak saling percaya untuk nempil obat, percuma kuliah lama kata bu Bondan.
Yang penting adaSP nya aja (kesepakatan di Yogya pake SP khusus, tapi berdasarkan
undang-undang
yang penting ada permintaan tertulis dari apoteker). UU Narkotik tahun 70an memang tid
akdiperbolehkan, namun UU Narkotik sekarang boleh.
UU Narkotika No. 35/2009:
Pasal 43
(1) Penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh:a. apotek; b. rumah sakit;c. pusat
kesehatan masyarakat;d. balai pengobatan; dane. dokter.(2) Apotek hanya dapat
menyerahkan Narkotika kepada:a. rumah sakit; b. pusat kesehatan masyarakat;c. apotek
lainnya;d. balai pengobatan;e. dokter; danf. pasien.(3) Rumah sakit, apotek, pusat
kesehatan masyarakat, dan balai pengobatan hanya dapatmenyerahkan Narkotika kepada
pasien berdasarkan resep dokter.(4) Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya dapat
dilaksanakan untuk:a. menjalankan praktik dokter dengan memberikan Narkotika melalui
suntikan; b. menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan memberikan Narkotika
melalui suntikan;atauc. menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.(5)
Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu yang diserahkan oleh
doktersebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya dapat diperoleh di apotek.
Apabila apoteker menganggap pada resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak
lengkap,apoteker harus menanyakan kepada penulis resep (Hartono, 2003).
Dalam resep harus memuat: nama dokter, nomor Surat Izin Praktek dokter, alamat dokter,
tanggal penulisan resep, tanda tangan dokter, nama pasien, alamat, umur, berat
badan, nama obat, dosis, jumlah yang diminta, aturan pakai.
Resep yang mengandung narkotika harus ditulis tersendiri yaitu tidak boleh ada
iterasi (ulangan),ditulis dengan nama pasien
tidak boleh
m.i.=mihi ipsi=untuk dipakai sendiri, alamat pasiendan
aturan pakai yang jelas, tidak boleh ditulis sudah tahu pakainya (Aniefa, 2000).
Kaidah Penulisan Resep
Nama obat ditulis dengan jelas. Penulisan nama obat tidak jelas dapat menyebabkan obat
yangkeliru diberikan kepada penderita.
Kekuatan dan jumlah obat ditulis dalam resep dengan jelas(Zaman, 2001).
Pemberian obat yang terlalu banyak sebaiknya dihindari karena bisa bahaya.
Pemberian obat dalam jangka waktu yang terlalu lama sebaiknya dihindari.(Joenes,
2001).
Pelayanan Resep Obat
Dalam pelayanan resep ini, resep yang sudah diterima apoteker harus dibaca secara
lengkap dan hati-hati, sehingga tidak ada keraguan dalam resep tersebut(Scott, 2000).
Skrining Resep
Persyaratan administratif yaitu: nama, nomor Surat Izin Praktek dan alamat dokter,
tanggal penulisan resep, paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, be
rat badan pasien, nama obat, dosis, dan jumlah yang diminta, dan cara pemakaian yang
jelas.
Jika terdapat sesuatu yang kurang jelas atau jika nampak telah terjadi kesalahan, apoteker
harusmengkonsultasikan kepada penulis resep. Hendaknya apoteker tidak mengartikan
maksud darikata yang tidak jelas atau singkatan yang tidak diketahui (Scott, 2000).
Beberapa jenis kesalahan memang cukup banyak dijumpai dalam penulisan resep,
misalnya masih banyak resep obat yang ditulis tanpa ada penulisan
signa atau aturan pakai, kadang kata signa yang dituliskan kurang jelas atau kurang
lengkap (Zairina
dan Himawati, 2003).
Beberapa jenis kesalahan yang terjadi pada resep:
Penulisan obat dengan khasiat sama lebih dari 1 kali dalam 1 lembar resep, baik dengan
namasama atau merk berbeda.(Nadeem, 2003).
Pelayanan Resep
Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep ada kekeliruan atau penulisan resep
yang tidaktepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep.
(Anief, M., 2000).
Kesimpulan
Resep tidak memenuhi persyaratan/ tidak sesuai dengan kaidah hukum dan teori yang
berlaku.
Resep tersebut dikonfirmasi dan didiskusikan lebih lanjut kepada dokter penulis resep
Bila terdapat resep yang tidak memenuhi aturan-aturan diatas, resep tidak dapat dilayani,
begitu pula resep narkotika yang telah diambil sebagian oleh pasien diapotek lain.
OWA atau BUKAN
Apotek menjual antibiotik secara bebas tanpa resep misal Amox adalah obat yang tidak
termasukOWA, tetapi banyak pasien minta amox tanpa resep dokter. Apotek A tetap
melayani. Sehinggauntuk mengantisipasi jika diperiksa oleh Dinkes & POM, agar tidak
ketahuan maka apoteker di
apotek tersebut membuat copi resep sendiri resep putih untuk melegalkan transaksi.
So:
Resep putih merupakan dokumen palsu dan tidak bertanggung jawab sehinggamelanggar
kode etik dan UU, seharusnya bila apoteker menyerahkan obat selainOWA, maka harus
berani bertanggung jawab. Keadaan pasien ditanya terlebih dahulu beserta alasannya.
Tidak benar karena copi resep ada tulisan pcc (pro copi confirm) artinya
sesuai benarnya/aslinya. Apoteker ini hanya takut peraturannya tapi tidak tau prinsipnya.
Menurut bu Bondan apoteker bisa memberikan judgement profesi (keputusan) karenakita
seorang profesional yang berbasis keilmuan.
Jadi jika berdasarkan judgement kita amox harus diserahkan maka buat catatan
danketerangan (tanggal, nama & alamat pasien, dasar pertimbangan, keluhan, nama
obat,dosis, dan jumlah obat, keterangan lain yang jelas, saat penyerahan
diberikaninformasi dan konseling) dan dibubuhi tanda tangan apoteker sehingga apoteker
tidak perlu membuat dokumen palsu.
o
Maka layani dengan keyakinan dan keilmuan sehingga bisa membuat judgement profesi
yang bisa kita pertanggungjawabkan.
Jika resep sah layani, kecuali kita tau pasti disalahgunakan maka kita dapat tolakdengan
tegas namun sopan dan lembut serta dikomunikasikan kepada dokter.
Maka layani dengan keyakinan dan keilmuan sehingga bisa membuat judgement profesi
yang bisa kita pertanggungjawabkan.
MASUK FORMULARIUM
Produk memiliki kualitas kurang bagus tetapi tetap dimasukkan ke dalam formularium
karenamenjadi sponsor/PBF memberikan subsidi besar. Atau sebaliknya kualitas baik
tetapi tidak
2.
3.
Alat itu batasannya untuk apa dulu kita gunakan. Bukan untuk diagnosa, namununtuk
mendukung swamedikasi pasien dan monitoring obat/hasil terapi serta hanya
memberikan warning kepada pasien.
KASUS I:
Telah terjadi kecelakaan antarmotor di depan sebuah apotek . Kedua korbanmengalami
luka-luka dan salah seorang diantaranya pingsan. Apa yang seharusnyadilakukan oleh
apoteker?
Tindakan:
1.
P3K.
2.
3.
4.
Menyiapkankan tenaga.
5.
6.
Jadi, kita harus bisa menempatkan diri, saat kapan kita turun langsung untukmengambil
tindakan.
7.
KASUS II:
Apoteker S berpraktek di apotek miliknya. Suatu saat ada pasien anak kecil kejang yang
diantaroleh orang tuanya ke rumah sakit, namun belum sampai rumah sakit anak tersebut
kejang yangtiada tara sehingga orang tuanya (dalam perjalanan ke rumah sakit)
memutuskan berhenti diapotek untuk minta tolong pengobatan darurat di apotek tersebut.
Dokter praktek sudah tidak adadan apoteker S harus mengambil keputusan menolong
pasien atau menolaknya.
Dengan pertimbangan keilmuannya, apoteker S memberikan valisanbe rectal ke dubur an
ak kecil itusehingga kejangnya mereda. Pasien dapat diselamatkan dan segera dikirim ke
rumah sakitterdekat.
Implementasi
PASAL 3
:
1.
2.
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentinganmasyarakat, menghormati hak azasi pasien dan melindungi mahluk hidup
insani.
Implementasi
PASAL 9
:
1.
2.
1.
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan terutamadalam
bidang Kesehatan;
2.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya
dankeilmuan saya sebagai Apoteker;
3.
4.
Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat
dantradisi luhur jabatan kefarmasian;
5.
6.
Analisis Kasus:
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan, terutam dalam
bidang kesehatan
.
Pasal 5 :
Ayat 1 : Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidangkesehatan.Ayat 2 : Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, danterjangkau.Ayat 3 :
Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan
Pasal 85
(1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun
swasta wajibmemberikan pelayanan kesehatan pada bencana bagi penyelamatan nyawa
pasien dan pencegahan kecacatan.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
bencanasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang menolak pasien dan/atau meminta
uangmuka terlebih dahulu.
Pasal 102
Ayat 1 : Penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika dan psikotropika hanya dapa
t dilakukan berdasarkan resep dokter atau dokter gigi dan dilarang untuk disalahgunakan.
RESEP RACIK
Apotek C adalah apotek yang cukup ramai, termasuk omzet dari penjulan resep. Resep
yangmasuk selain obat generic, banyak pula obat-obat paten dan racikan. Apotek C
menerima sebuahresep racikan dari seorang dokter kulit, sebagai
berikut:R/ Acid salisil 0.5Resorcin 0.5Miconazole cr
5
Garamycin oint
5
m.f.la. ungt.da in pot tube IS 2 dd u e
Keterangan:
Acid salisil tersedia dalam bentuk serbuk ( HNA+PPn = Rp 300,- per gram) jadi biaya yg
harusdibayarkan Rp 195
Resorcin tersedia dalam bentuk serbuk (HNA+PPn = Rp1500,- per gram) jadi biaya
yg harusdibayarkan Rp 975
So, Solusi:
Tambah aja numero resep asal dalam rentang aman.Atau subsidi silang aja terhadap
keuntungan kita yang lain jadi anggap sedekah githu.
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 922/Menkes/Per/X/1993
Pasal 1
Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi. Dokter Hewan kepada
ApotekerPengelola Apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita
sesuai peraturan perundang-undangan yang beriaku.
BAB VI Pelayanan
Pasal 14
(1) Apotik wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.(2) Pelayanan
resep dimaksud dalam ayat (1) sepenuhnya atas tanggungjawab Apoteker
PengelolaApotik.
Pelanggaran undang-undang:
Pasal 4
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
Kewajiban Pelaku Usaha
Pasal 7
a). beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; b).
memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barangd
an/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;c).
memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha
Pasal 8 ayat 1
e). tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau
penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan
barang dan/atau jasatersebut;f). tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label,
etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;
Pelanggaran Sumpah Apoteker
Pasal 1:
Sumpah/janji : Setiap Apoteker/ Farmasis harus menjunjung tinggi, menghayati,
danmengamalkan Sumpah Apoteker/Farmasis.
Pasal 5:
Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan diri dari
usahamencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi
luhur jabatankefarmasian.
UU Pidana terkait kasus:
Apoteker harus menjalankan tugasnya sbg decission maker dalam hal ini harus bs
memberikan
alternatif sediaan yg efisien dan efektif.
Apoteker menjalankan tugasnya tidak hanya azas mencari keuntungan pribadi tetapi
memahamidan mengimplementasikan lafal sumpah dalam amanahnya,,,
GANTI OBAT/MEREK
KASUS I:
Karena suatu kondisi (stok kosong) obat X, yang diminta dalam resep tidak dapat
dilayani.Setelah di cek ternyata IFRS mempunyai obat Y yang kandungannya sama dari
pabrik lain.Harga obat pengganti memang lebih mahal, tetapi dengan pertimbangan agar
pasien segera dapatdilayani, tidak ada pasien yang membeli obat di luar RS dan efisiensi
perputaran stok diIFRS, Apoteker segera memberikan obat Y tersebut. Setelah menerima
obatnya, pasien yang
bersangkutan minta dibuatkan kopi resep, namun Apoteker keberatan karena resep sudah
ditebus semua. Namun karena pasien terus mendesak akhirnya Apoteker membuatkan
kopi resepdan menuliskan obat Y, sesuai obat yang diterima pasien pada kopi resep
tersebut.
Apoteker mengganti merek obat dengan harga yang lebih mahal tanpa konfirmasi
kepada pasien
tidak boleh. Harusnya sampaikan kepada pasien alasan dan rekomendasi bahwa bedatapi
sama isinya.
Sebaiknya Apoteker melakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep dan menghimbau
untukmematuhi formularium rumah sakit.
Apoteker tidak mengikuti kaidah penulisan kopi resep (pcc). Harusnya:R/ Obat
xxxS 3 dd 1 detDa Obat Y
KASUS II:
Dalam PP 51/2009 ada pernyataan:
Pasal 24
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian,
Apotekerdapat:(b). mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obatmerek dagang lain atas persetujuan
dokter dan/atau pasien
;
Ganti obat/merek:
Pastikan alasan kenapa obat tidak dapatdilayani (stok kosong, keterlambatan, produk
baru, atau penyebab lain).
Upayakan melayani sesuai dengan permintaan
Komunikasikan kepada pasien dan (dokter bila perlu) tentang penggantian obat beserta
alasannya.
Pemerintah Daerah
Kab S mensyaratkan bahwa dlm pendirian apotek harus telah ditunjuk
apoteker pendamping agar proses pelayanan kefarmasian selalu dilakkan apoteker.
Guna penuhi syarat tsb APA buka lowongan aping dan banyak yg melamar.
Salah satu pelamar digunakan utk syarat pendirian apotek sbg apoteker pendamping
tanpakonfirmasi aptk ybs.
Surat pernyataan kesediaan jadi aping dibuat dan ditandatangani calon APA. Semua
persyaratanadministrasi terpenuhi
Terjadi pemalsuan .
Apoteker B mementingkan keuntungan pribadi, menaikkan harga obat tidak wajar pada
kondisimasyarakat perlu dibantu.
GUNAKAN KESEMPATAN YANG ADA
Pada waktu terjadi gempa di Bantul, keadaan apotek banyak yang lumpuh total, banyak
rumahsakit maupun apotek yang rusak berat dan tidak dapat melayani masyarakat.
Karena kurangnyatim medis serta keterbatasan jumlah apoteker untuk menyeleksi dan
mendistribusikan obat-obat bantuan untuk masyarakat, maka pemerintah DIY dan ISFI
setempat menghimbau semua tenagakesehatan untuk menjadi relawan.Di pinggiran
Bantul ada sebuah apotek B, milik seorang Apoteker, yang selamat dari bencana.Dalam
kondisi tersebut, Apotek B berusaha membantu masyarakat dengan buka 24 jam,sehingga
masyarakat dapat mendapatkan pelayanan kapan saja. Dengan pertimbanganketerbatasan
persediaan, sulitnya supply obat dari distributor, permintaan konsumen yangmeningkat
dan untuk menutupi biaya lembur karyawan, Apoteker B mengambil kebijakanuntuk
menaikkan harga semua item obat 25%, masyarakat tidak
mempermasalahkan berapapunharga obat tersebut yang penting mendapatkan obat-obatan
yang diperlukan.
Apoteker B tidak mengikuti himbauan pemerintah dan ISFI untuk menjadi relawan,
padahal padakondisi tersebut apoteker sangat dibutuhkan untuk mencegah masyarakat
dari obat-obat yangtidak bermutu. Kondisi apotek kan aman, jadi sebaiknya prioritaskan
daerah bencana di Kota. Nanti banyak korban yang salah minum obat karena minimnya
apoteker yang menjadi relawan.Jika mau buka atur shift aja.
Apoteker B mementingkan keuntungan pribadi, menaikkan harga obat tidak wajar pada
kondisimasyarakat perlu dibantu.
APA YANG BARU DIBIDANG FARMASI
Kode Etik bilang
apoteker harus up date info, jadi kalau KuPer sudah melangar kode etik.
PROMOSI TERSELUBUNG
Apotek menjadi alat promosi, ditawari bonus kaos yang berlogo merek obat tertentu dan
harusdipakai saat pelayanan.
BERBAGAI ETIKET PROMOSI, APA KOMENTAR ANDA???
Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
4.700
Semua promosi terselubung tidak baik (tidak boleh) karena mendominasi, membuat
persainganantar apotek menjadi tidak sehat.Promosi dibawah ini boleh dilakukan, karena
kata-katanya lebih halus dan tidak menyinggung.
Ini lebih elegan:
Perhatikan dan bacalah dengan seksama obat yang Anda terima. Hubungi Apoteker
kami jika
Anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut, pada: No. telp. : 0274
55xxxxSms : 0811252xxxxEmail : drug_apt@yahoo.co.id
atau:
Tips cuci tangan : 1. .....2. .....Pesan ini disampaikan oleh apoteker xxxxx, S.Farm., Apt.
atau:
Apotek ini dilayani langsung oleh Apoteker !
KASUS MARKETING
KASUS I:
Untuk meningkatkan penjualan, seorang Apoteker yang menjadi Manajer Marketing
divisi
OTC pada suatu pabrik farmasi merencanakan untuk melakukan promosi aktif kepada out
let apotek.Apotek yang dapat menjual produk A dengan target tertentu akan mendapatkan
reward berupa bonus/marketing fee/diskon yang cukup besar. Adapun ketentuan yang
ditetapkan adalah sebagai berikut:1. Perhitungan pencapaian target berdasarkan jumlah
pembelian produk A ke PBF yang telahditentukan, dibuktikan dengan foto kopi faktur
pembelian.2. Outlet bersedia mendisplay produk A pada tempat yang strategis.
3.
Petugas outlet bersedia menggunakan atribut berupa kaos produk A dan selalu
aktifmenawarkan produk kepada konsumen.
tidak fair.
apotek akan menjadi alat promosi dari pabrik tertentu dan apotek
hanyamenyediakan/menjual obat-obatan dari industri farmasi tertentu saja.
Promosi produk A sebaiknya dilakukan sendiri oleh pabrik tanpa melibatkan apotek
Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
ApotekerIndonesia serta selalu mengutamakan dan
berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan
dalammelaksanakan kewajibannya.
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus
menjauhkan diri dari usaha mencarikeuntungan diri semata
yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatankefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan
menjadi contoh yang baik bagi orang lain
.
UU Kesehatan no. 36 tahun 2009
Pasal 24
1.
2.
3.
4.
Perusahaan farmasi dilarang memberikan honorarium dan atau uang saku kepadaseorang
dokter untuk menghadiri pendidikan kedokteran berkelanjutan, kecuali doktertersebut
berkedudukan sebagai pembicara atau menjadi moderator
Kode etik IPMG (Internasional Pharmaceutical Manufacturers Group)
Tentang
Promosi obat
BAB III
Representatif Perusahaan
Pasal 8
(1)
Pemberian dan donasi tidak dikaitkan dengan penulisan resep atau anjuran penggunaan
obatyang bersangkutan.(2)
Pemberian dan donasi hanya diperbolehkan untuk diberikan kepada institusi, tidakkepada
pribadi profesi kesehatan.
BAB VI
Pasal 9
Industri Farmasi dan/atau Pedagang Besar Farmasi dilarang :
a.
b.
Kerjasama dalam peresepan obat dengan Apotik dan/atau Penulis Resep dalamsuatu
program khusus untuk meningkatkan penjualan obat tertentu.
c.
Kesimpulan
Pada kasus ini hubungan kerjasama seperti ini yang dikenal sebagai kolusi,
menyebabkan hargaobat merek/paten yang selama ini dikonsumsi konsumen Indonesia
menjadi sangat mahalmelebihi harga obat diluar negeri, dan secara tidak langsung akan
merugikan pasien sebagai pihak konsumen. Oleh karena itu, secara
de facto
, dokterlah yang menjadi konsumen obat.
Strategi Promosi: Ucapkan selamat aja kepada seseorang, atau ucapkan selamat
telahdibuka Apotek X, dari Keluarga Besar kita sendiri.
Panel di RS.
Formulasi khusus.
Pembatasan info.
Ada tawaran di PBF dan diterima. Segera mengurus ijin dan bekerja disana.
Tindakan apa yang akan saudara lakukan sebagai apoteker?
Permenkes 918/Menkes/Per/X/1993
Permenkes 922/Menkes/Per/X/1993
Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha
mencarikeuntungan diri semata bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
kefarmasian (Kode Etik pasal 5).
Kode Etik Apoteker Indonesia:
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya seorang apoteker harus menjauhkan diri dari usaha
mencarikeuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
jabatankefarmasian.Lihat juga
IMPLEMENTASI-JABARAN.
Kasus:
Apoteker M bekerja sebagai salah
satu staf pengajar
di salah satu PT Farmasi di propinsi Y. Saatini Apoteker M juga tercatat masih sebagai
APA di salah satu apotek di propinsi yangberbeda.
Alasan yang diungkapkan oleh Apoteker M belum melepas apotek tersebut karenaingin
membantu PSA yang belum sanggup membayar penuh 2 Apoteker jika stand by
semuakarena kondisi apotek yang omzetnya masih rendah. Selama ini pekerjaan
kefarmasian di apotektersebut dilakukan oleh Aping dan AA.
Permasalahan:
1.
Apoteker tsb juga bekerja sebagai APA di Apotek berbeda propinsi dengan tempat
mengajarnya
.
tentang
Pekerjaan Kefarmasian
Pasal 18
SIPA dan SIKA hanya diberikan 1 tempat fasilitas kefarmasian.
Bagaimana jika sebagai staf pengajar?
Pasal 20
Dalam menjalankan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian,
Apotekerdapat dibantu oleh Apoteker Pendamping dan/ atau Tenaga Teknis Kefarmasian.
Pasal 21
tentang
Pasal 19
(1). Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buk
a apotek,Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk apoteker pendamping.
(2). Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena hal2 tertentu
berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti.(3). Penunjukan
dimaksud (1) dan (2) harus kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota dengantembusan kepada Kepala Kesehatan Propinsi setempat denganmenggun
akan contoh Formulir Model APT-9(4). Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti w
ajib memenuhi persyaratan dimaksuddalam Pasal 5.(5). Apabila Apoteker
Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahunsecara terus
menerus, Surat Ijin Apotek atas nama Apoteker bersangkutan dicabut.
Apoteker Pengganti
adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotekselama APA tsb tidak
berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus menerus, telah memilikiSurat Ijin Kerja
dan tidak bertindak sebagai APA di Apotek lain.
Apoteker Pendamping
adalah Apoteker yang bekerja di Apotik di samping ApotekerPengelola Apotik dan / atau
menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotik.
Keputusan Kongres Nasional XVIII / 2009 IKATAN SARJANA FARMASI
INDONESIANomor 006/Kongres XVIII/ISFI/2009
tentang
Pasal 3
Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker
Indonesia sertaselalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan
dalam melaksanakankewajibannya.
Permenkes 922 / Th. 1993
Pasal 19
1)
Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA dapat
menunjukApoteker Pendamping2)
Apabila APA dan Aping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tuganya, APA
dapatmenunjuk Apoteker Pengganti5) Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya
lebih dari 2 (dua) tahun secara terus-menerus,SIA atas nama Apoteker bersangkutan
dicabut
Pasal 19
1)
Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus
menunjukApoteker Pendamping2)
Apabila APA dan Aping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tuganya,
APAmenunjuk Apoteker Pengganti5) Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya
lebih dari 2 (dua) tahun secara terus-menerus,SIA atas nama Apoteker bersangkutan
dicabut
Kesimpulan:
Pada Kasus ini, Apoteker M melanggar peraturan Kode Etik sebagai Apoteker,
bilamanaAPA berhalangan hadir di Apotek selama 3 bulan secara terus menerus, maka
APA harus segeramencarikan Apoteker Pengganti dengan syarat memiliki SIPA dan tidak
sedang bekerja sebagaiAPA di apotek lain.APA M melanggar peraturan
KepMenKes, karena dalam hal ini kemungkinan ApotekerPendamping bekerja di Apotek
di setiap waktu selama APA tidak berada ditempat dalam waktuyang tidak menentu juga,
sedangkan Aping hanya bekerja pada waktu2 tertentu setiap jam bukaapotek.
PENDIRIAN APOTEK
KASUS:
Apoteker H, seorang apoteker baru yang belum lama disumpah menjadi apoteker di
salah
satu perguruan tinggi terkenal di Yogyakarta. Ia ditawari beberapa pemilik sarana apotek
untukmendirikan apotek di suatu tempat yang strategis namun berdekatan dengan
beberapa apotekyang telah ada. Apoteker H segera menerima tawaran tersebut tanpa
berkonsultasi dengansejawat lainnya ataupun organisasi profesi (Ikatan Apoteker
Indonesia).
Analisis Kasus:
Didalam menjalankan tugasnya seorang apoteker harus menjauhkan diri dari usaha me
ncarikeuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan
kefarmasian.
Pasal 10:
Pasal 11:
Sesama apoteker harus saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi
ketentuan
-
ketentuan kode etik.
Pasal 12:
Apo
teker dilarang melakukan perbuatan yang melanggar kode etik apoteker
.
Kepmenkes RI No.1332/MenKes/SK/X/2002
Pasal 9
Terhadap permohonan izin apotik yang ternyata tidak memenuhi persyaratan dimaksud
pasai 5
dan atau pasal 6 , atau lokasi Apotik tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dalam jangka waktu selambat-
lambatnya 12 (duabelas)hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan
alasan-alasannya denganmempergunakan contoh Formuiir Model APT-
7.
Sebaiknya apoteker H tidak langsung menerima tawaran tersebut dan harus berkonsultasi
terlebihdahulu kepada IAI karena mengingat peraturan yang telah ditetapkan.
Jarak apotek
perlu (biasa diatur perda/IAI kecuali apotek yang dibuka dirumah pribadi, karnaUU
sekarang tidak lagi mengatur jarak, dulu jalan lurus 500 m) agar tidak konflik.
Apoteker harus menghindarkan diri dari konflik yang dapat merusak pekerjaan profesi.
Perjanjian APA-PSA
Pergantian Apoteker
jangan ditawari langsung masuk aja. Pastikan dulu siapa APA sebelumnya. Biasanya
pindah APA karna sepihak. Terus bagi APA yang diapoteknya tidak enak jangan bilang d
isini enak biar dia cepat pindah. Kan kasian juniornya kejebak ntar.
Persaingan harga.
CATATAN PENTING...