Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Laporan Akhir
Praktikum Mata kuliah Biologi Perikanan semester genap
Disusun oleh:
Perikanan B/Kelompok 7
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Akhir Praktikum Biologi Perikanan Analisis Aspek Pertumbuhan,
Reproduksi, Cara Makan dan Kebiasaan Makan Ikan Kembung Perempuan
(Rastrelliger brachysoma) yang merupakan bagian dari tugas praktikum mata
kuliah Biologi Perikanan. Pembuatan laporan akhir praktikum ini, penyusun banyak
mendapat kesulitan. Oleh karena itu, penyusun ingin menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya
dalam pembuatan dan penulisan laporan ini.
Penyusun menyadari akan segala kekurangan yang ada sehubungan dengan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, maka
penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat beberapa
kesalahan dalam pembuatan laporan akhir praktikum ini. Semoga laporan ini dapat
diterima dan bermanfaat bagi generasi selanjutnya serta bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ vii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
1.4 Kegunaan .................................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Letak Geografis Habitat Ikan Kembung Perempuan ................. 3
2.2 Biologi Ikan Kembung Perempuan ............................................ 3
2.3 Pertumbuhan Ikan Kembung Perempuan ................................... 5
2.3.1 Definisi Pertumbuhan ................................................................ 5
2.3.2 Tipe Pertumbuhan ...................................................................... 5
2.3.3 Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan ................................. 5
2.3.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ...................................................... 6
2.4 Reproduksi Ikan Kembung ......................................................... 7
2.4.1 Definisi Reproduksi ................................................................... 7
2.4.2 Tipe Reproduksi ......................................................................... 8
2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pemijahan ..................................... 8
2.4.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ..................................................... 9
2.5 Kebiasaan Makan dan Cara Makan Ikan ................................... 11
2.5.1 Definisi Kebiasaan dan Cara Makan Ikan ................................. 11
2.5.2 Tipe-tipe Kebiasaan Makan dan Cara Makan Ikan ................... 12
2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan Ikan ................. 12
2.5.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ..................................................... 12
2.6 Parameter Penunjang Fisik dan Kimiawi Kualitas Air .............. 12
2.6.1 Suhu Air ..................................................................................... 13
2.6.2 Penetrasi Cahaya ........................................................................ 13
2.6.3 Derajat Keasaman (pH) ............................................................. 14
2.6.4 Dissolved Oxygen (DO) ............................................................. 14
iii
3.4 Prosedur Kerja ............................................................................ 17
3.5 Parameter Pengamatan ................................................................ 19
3.5 Analisis Data ............................................................................... 21
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan praktikum Aspek Biologi Ikan Kembung
Perempuan (Rastrelliger brachysoma) ini adalah :
1. Mengetahui aspek pertumbuhan ikan kembung perempuan dan hubungan
panjang dan bobot ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma).
2. Mengetahui tingkat kematangan gonad, fekunditas, hepatosomatik, tingkat
kematangan telur dan diameter telur ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma).
3. Mengetahui aspek cara makan dan kebiasaan makan ikan kembung
perempuan (Rastrelliger brachysoma).
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari kegiatan praktikum Biologi Perikanan mengenai Ikan
kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) ini, yaitu memahami aspek
pertumbuhan, reproduksi, dan food and feeding habits dari ikan kembung
perempuan (Rastrelliger brachysoma).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lelaki. Ikan Kembung perempuan memiliki bentuk tubuh pipih dengan bagian
pectoral lebih besar daripada bagian tubuh yang lain dan ditutupi oleh sisik yang
berukuran kecil dan tidak mudah lepas. Warna tubuh biru kehijauan di bagian
punggung dengan titik gelap atau totol-totol hitam di atas garis rusuk sedangkan
bagian bawah tubuh berwarna putih perak. Sirip punggung (dorsal) terpisah nyata
menjadi dua buah sirip, masing-masing terdiri atas 10 hingga 11 jari-jari keras dan
12 hingga 13 jari-jari lemah (Direktorat Jendral Perikanan 1979). Sirip dubur (anal)
terdiri dari 12 jari-jari lemah. Di belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur
terdapat 5 sampai 6 sirip tambahan yang disebut finlet. Sirip perut (ventral) terdiri
dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lemah. Sirip ekor (caudal) bercagak dalam dan
sirip dada (pectoral) lebar dan meruncing. Mata mempunyai selaput yang berlemak,
gigi yang kecil pada tulang rahang. Tapis insang halus berjumlah 29-34 buah, pada
bagian bawah busur insang pertama tapis insang panjang dan banyak terlihat
seolah-olah bulu jika mulutnya dibuka.
Klasifikasi Ikan Kembung Perempuan (Rastrelliger brachysoma) menurut
Saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Parcomorphy
Sub ordo : Scombroidea
5
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger brachysoma
Nama umum : Short Mackerel
Nama Lokal : Kembung perempuan
(Ball and Rao 1984). Nikolsky (1969) dalam Hermawansyah (2007) menyatakan
bahwa perbandingan kelamin dapat berubah menjelang dan selama pemijahan.
Perubahan rasio kelamin secara teratur dapat terjadi dalam pergerakan ikan untuk
memijah, pada awalnya ikan jantan lebih dominan daripada ikan betina dan
kemudian rasio kelamin berubah menjadi 1:1, diikuti oleh dominasi ikan betina.
Penyimpangan seringkali terjadi pada pola perbandingan 1:1, antara lain karena
adanya perbedaan pola tingkah laku bergerombol, perbedaan laju mortalitas, dan
pertumbuhan antara jantan dan betina (Febianto 2007).
diperairan alami akan memijah pada awal atau akhir musim hujan, karena pada
waktu tersebut akan terjadi suatu perubahan kondisi perairan yang dapat
merangsang ikan berpijah. Faktor Internal yang berperan adalah kematangan gonad,
ketersediaan hormon kelamin, dan hormon gonadotopin. Pemijahan terjadi ketika
adanya stimuli (rangsangan lingkungan) yang ditangkap oleh alat indera ( kulit,
mata, dan alat olfaktory), lalu diteruskan ke hipothalmus malalui sarabut saraf.
Hipothalmus memporoduksi releasing hormon gonadotropin yang dapat
merangsang kelenjar hipofisa untuk memproduksi hormon gonadotropin melalui
serabut saraf lalu melalui aliran darah akan menuju ke testis dan ovarium dan
merangsang gonad untuk memproduksi hormon steroid yang menjadi mediator
langsung untuk pemijahan.
Pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan
dalam biologi perikanan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan
melakukan reproduksi dan yang tidak. Perkembangan gonad yang semakin matang
merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan, selama
itu sebagian hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Berdasarkan
pengetahuan tahap perkembangan gonad akan didapatkan keterangan bilamana
ikan itu memijah, baru memijah, atau telah selesai memijah. Ukuran ikan saat
pertama kali gonadnya menjadi masak berhubungan dengan pertumbuhan ikan itu
sendiri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Effendie 1997).
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan mencapai
matang gonad yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam antara lain adalah
perbedaan spesies, kebiasaan makanan, umur dan ukuran, serta kondisi fisiologis
dari ikan tersebut, sedangkan faktor luar antara lain adalah hubungan antara
lamanya terang dan gelap, suhu, arus, dan keberadaan dari jenis kelamin yang
berbeda (Lagler et al. 1962).
yang besar pada perairan pantai dengan kedalaman antara 10-50 meter. Ikan ini
melakukan ruaya pemijahan yang bersifat oceanodromus yaitu ikan menghabiskan
siklus hidupnya di daerah pantai dan memijah di daerah laut lepas
(McKeown 1984). Chirastit (1962) menduga bahwa Ikan kembung perempuan
yang sudah matang gonad beruaya dari daerah pantai ke laut lepas sedangkan ikan
juvenil beruaya dari laut lepas ke daerah pantai untuk membesar.
Estimasi fekunditas pada ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) dengan panjang 190 hingga 208 cm sebesar 200.000 dan 500.000
telur, namun jumlah telur ikan kembung pada umumnya berkisar antara 100.000
hingga 166.000 butir (Boonprakop 1965). Menurut penelitian yang dilakukan
Suwarso (2015), ikan kembung mencapai kematangan gonad pertama kali (length-
at-first-maturity, Lm) diperoleh pada ukuran 16,4 cm.
Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) memiliki musim
pemijahan dari bulan Maret sampai dengan bulan Oktober (Ochavillo et al. 1991;
Froese and Pauly 2006 in Lachita 2006). Menurut penelitian Boonprakop (1965) di
Teluk Thailand yang menyatakan bahwa ikan kembung (Rastrelliger spp.) memijah
lebih dari satu kali selama musim pemijahan. Pemijahan yang terjadi pada ikan
kembung yaitu sekumpulan telur dilepaskan terlebih dahulu, berikutnya
sekumpulan telur akan dilepaskan kembali dengan interval yang pendek.
Ikan kembung memiliki sebaran diameter telur yang luas. Kelompok ukuran
diameter telur yang besar merupakan perkembangan dari kelompok ukuran
diameter telur sebelumnya dan mungkin merupakan sekumpulan telur yang terakhir
dilepaskan setelah pemijahan pertama selama musim pemijahan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larasati (2011), R. brochysoma
berjenis kelamin jantan berjumlah 124 ekor ikan (56,9%), 44 ekor ikan (20,2%)
berjenis kelarmin betina dan 50 ekor ikan (22,9%) tidak dapat teridentifikasi jenis
kelaminnya. Ikan dengan panjang 16,0-18,0 sebagian dapat teridentifikasi jenis
kelarminnya dan sebagian lagi tidak. Tidak semua ikan kembung dapat ditentukan
jenis kelarninnya terutama jenis kelamin ikan muda (Burnahuddin et al 1984).
Data nisbah kelamin dan batch fecundity bermanfaat dalam pendugaan
spawning biomassdari stok alam serta diharapkan dapat diperoleh suatu refference
11
points sebagai bahan masukan bagi pengelolaan sumberdaya ikan. Variasi nisbah
kelamin sering terjadi baik menurut musim maupun lokasi. Hasil penelitian di
perairan Pekalongan tentang nisbah kelamin ikan kembung jantan dan betina
diperoleh perbandingan 1:1.086 (Zamroni et al., 2008).Variasi nisbah kelamin
terjadi di setiap musim dan di setiap lokasi diduga karena pengaruh perubahan
fishing ground kegiatan penangkapan nelayan yang bergantung pada kondisi cuaca
dan musim sehingga menyebabkan bias dalam pengambilan sampling.
R brachysoma di Laut Jawa pertama kali matang kelamin pada ukuran 17,3
(17,0-17,5) cm atau pada umur 7,5 bulan (Sudjastani 1976). Sebaran diameter telur
ikan membentuk dua puncak yaitu pada selang diameter 0,45 0,48 mm dan 0,69
0,72 mm, sehingga dapat ditetapkan bahwa pola pemijahan ikan kembung
perempuan adalah bertahap (partial spawning). Artinya pemijahan ikan kembung
perempuan dilakukan dengan mengeluarkan telur masak secara bertahap dalam
beberapa waktu pemijahan (siklus reproduksi). Selain itu ikan hasil tangkapan di
utara Pekalongan memiliki GSI antara 0,1311,24 dengan kisaran masing-masing
TKG I antara 0,112,69; TKG II antara 0,284,75; TKG III antara 0,597,19; TKG
IV antara 2,5911,24; dan TKGV antara 0,537,73 (Zamroni et al., 2008).
Perbedaan dari ukuran pertama kali matang gonad juga ditemukan pada
jenis ikan kembung lain yaitu Rastrelliger kanagurta, seperti di laut Jawa diperoleh
20,2 cm untuk betina dan jantan sebesar 21,7 cm (Nurhakim 1993). Di perairan
Flores diperoleh ukuran pertama kali matang gonad sebesar 19,1 cm untuk betina
dan jantan sebesar 20,0 cm (Musbir et al. 2006). Penurunan ukuran (Lm)
diperkirakan sebagai akibat dari tekanan penangkapan yang semakin tinggi.
fungsional morfologis (Effendie 1997). Adaptasi morfologis dan tingkah laku ikan
berkaitan erat dengan makanan yang dikonsumsinya (Malcolm 1995 dalam
Herawati 2017). Kebiasaan makan dan cara makan ikan secara alami bergantung
kepada lingkungan tempat ikan itu hidup. Kebiasaan makanan ikan (food habits)
mencakup jenis, kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan.
Kebiasaan makanan dan cara makan ikan secara alami bergantung kepada
lingkungan tempat ikan itu hidup (Effendi 1997).
2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan dan Cara Makan Ikan
Kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh ukuran tubuh ikan, bentuk organ
pencernaan, umur, lingkungan hidup ikan, dan penyebaran organisme pakan.
Tingkat kesukaan makanan mencakup jenis, kualitas dan kuantitas makanan yang
dimakan oleh ikan. Umumnya makanan pertama semua ikan pada fase juvenil
adalah plankton (Effendie 1997).
adanya kehidupan di suatu tempat di jagat raya. Air merupakan sumber daya alam
yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk
hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup yang lain.
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : satu molekul tersusun
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen air pada satu atom oksigen.
Beberapa parameter fisik yang digunakan untuk menentukan kualitas air
meliputi suhu, penetrasi cahaya, derajat keasaman (pH) dan Dissolved Oxygen
(DO).
2.6.1 Suhu
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan kegiatan
budidaya adalah tentang ketinggian tempat. Ketinggian tempat merupakan letak
suatu tempat atau daerah yang diukur dari permukaan laut sebagai titik nolnya.
Ketinggian suatu tempat erat hubungannya dengan suhu karena semakin tinggi
letak suatu daerah, maka suhunya semakin rendah. Suhu sangat berpengaruh
terhadap makhluk hidup, terutama dalam proses metabolisme.
Suhu merupakan pengatur utama dalam lingkungan perairan. Suhu dapat
mempengaruhi aktifitas ikan seperti bernafas, tumbuh dan bereproduksi. Suhu
mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan (Effendi, 2003).
Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,
evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air (gas
O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya) (Haslam, 1995 dalam Effendi, 2003).
Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan
organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di
perairan adalah 20 oC 30 oC.
Temperatur, kandungan garam dan gas juga berpengaruh pada kelarutan oksigen.
Sedangkan perombakan organik dan respirasi organisme akan menrunkan kadar O2
terlarut dalam air (Boyd, 1979).
Air tanah dan air dari lapisan hypolimnion di danau dan reservoir biasanya
mengandung CO2 dalam jumlah yang cukup banyak. Konsentrasi ini dihasilkan dari
oksidasi materi organik oleh bakteri dimana materi organik ini mengalami kontak
dengan air dan pada kondisi ini CO2tidak bebas untuk keluar ke atmosfer.
CO2 merupakan produk akhir dari oksidasi bakteri secara anaerobik dan aerobik.
Oleh karena itu konsentrasi CO2 tidak dibatasi oleh jumlah oksigen terlarut.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
16
17
Diukur panjang ikan (TL, SL, dan FL) serta lingkar kepala, lingkar badan dengan
menggunakan benang dan milimeter blok dengan satuan milimeter
B. Reproduksi
Dibedah bagian bawah perut ikan dari anus ke arah atas hingga
mencapai tulang sampai operculum
3.5.1 Pertumbuhan
A. Hubungan Panjang Bobot
Menurut saputra (2009), analisa hubungan panjang dan berat bertujuan untuk
mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam. Rumus hubungan antara panjang total
ikan dengan beratnya adalah persamaan eksponensial sebagai berikut (Effendie
1979) :
W= a .Lb
Keterangan :
W = berat total ikan (g)
L = panjang total ikan (mm),
a = nilai intersep
b = nilai slope atau sudut tangensial
Log a = log W x (log L) - log L x (log L x log W)
N x (log L) - ( log L)
Utuk mencari b digunakan rumus:
b = log W (N x log a)
log L
Kemudian harga log a dan b masukkan ke dalam rumus:
Log W = log a + b log L
Perhitungan faktor kondisi atau indeks ponderal menggunakan sistem metrik
(K). Mencari nilai K digunakan rumus :
K=
.
Keterangan :
K = Faktor Kondisi
W = Bobot Ikan
L = Panjang Total
a = Intercept
b = Slope
20
3.5.2 Reproduksi
A. Rasio kelamin
Rasio kelamin dihitung dengan cara membandingkan jumlah ikan jantan dan
betina yang diperoleh sesuai dengan Haryani ( 1998), sebagai berikut :
Rasio kelamin =
B. IKG (Indeks Kematangan Gonad )
Indeks Kematangan Gonad yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil
perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan 100%,
atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
= %
Keterangan :
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bg = Berat Gonad (gram)
Bw = Berat Tubuh (gram)
C. HSI (Hepatosomatik indeks)
Rumus yang digunakan dalam perhitungan HSI adalah sebagai berikut :
= %
Keterangan :
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bh = Berat Hati (gram)
Bw = Berat Tubuh (gram)
Keterangan :
IPi = Indeks preponderan
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
(Vi x Oi) = Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
B. Indeks Pilihan
Ikan ditentukan berdasarkan indeks pilihan (indeks of electivity) dalam
Effendi (1979) sebagai berikut :
E=
+
Keterangan :
E = Indeks pilihan
ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimakan
pi = Jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
C. Tingkat Trofik
Tingkat trofik adalah urutan-urutan tingkat pemanfaatan makanan atau
material dan energi seperti yang tergambarkan oleh rantai makanan. Untuk
mengetahui tingkat trofik ikan, ditentukan berdasarkan pada hubungan antara
tingkat trofik organisme pakan dan kebiasaan makanan ikan sehingga dapat
diketahui kedudukan ikan tersebut dalam ekosistem dirumuskan sebagai berikut :
= + ( )
Keterangan :
Tp = Tingkat trofik ikan
Ttp = Tingkat trofik kelompok pakan ke-p
Ii = Indeks bagian terbesar untuk kelompok pakan ke-p
Tingkat trofik ikan dikategorikan menjadi tingkat trofik 2 yaitu untuk ikan
yang bersifat herbivora, tingkat 2,5 untuk ikan yang bersifat omnivora dan tingkat
trofik 3 atau lebih untuk ikan yang bersifat karnivora (Caddy dan Sharp 1986 dalam
Tjahjo 2001 dalam Nugraha 2011).
22
23
30%
24%
25%
Persentase (%)
20% 19%
15%
10%
10% 9%
5% 3% 3%
0%
171-175 176-180 181-185 186-190 191-195 196-200 201-205
Interval (mm)
Gambar 2. Grafik distribusi panjang ikan kembung perempuan
Berdasarkan data angkatan terdapat tujuh kelas interval ukuran panjang ikan
kembung perempuan, dengan ukuran terbesar yaitu 205 mm sedangkan ukuran ikan
terkecil yaitu 171 mm. Ikan dengan ukuran kecil tersebut kemungkinan besar
merupakan ikan yang masih dalam tahap pertumbuhan.
Ukuran ikan kembung perempuan yang digunakan dalam praktikum biologi
perikanan ini mayoritas berada pada kelas interval keempat, yaitu pada ukuran 186-
190 mm dengan persentase ikan sebesar 33% dari total ikan yang digunakan,
sedangkan kelas ukuran paling sedikit adalah pada kelas pertama (ukuran 171-175
mm) dan kelas ketujuh (ukuran 201-205 mm) dengan persentase sebesar 3% pada
masing-masing kelas interval tersebut.
24
30%
26%
24%
25%
Persentase (%)
20%
15%
10% 7% 7%
5% 1% 1%
0%
Interval (gram)
Gambar 3. Grafik distribusi bobot ikan kembung perempuan
Berdasarkan data angkatan terdapat tujuh kelas ukuran bobot ikan kembung
perempuan, dengan bobot terbesar yakni 106,13 gram sedangkan bobot terkecil
yakni 70,28 gram.
Mayoritas ikan kembung perempuan pada praktikum biologi perikanan ini
memiliki ukuran sekitar 80,68-85,87 gram yakni pada pada kelas interval bobot
ketiga dengan persentase sebesar 33%. Persentase bobot ikan kembung perempuan
terkecil berada pada kelas interval keenam (96,28-101,47 gram) dan ketujuh
(101,48-106,67 gram) dengan persentase masing-masing sebesar 1%. Perbedaan
bobot ini kemungkinan disebabkan karena adanya persaingan pakan maupun
kondisi alam atau habitat dari sampel ikan kembung perempuan.
1,94
1,92
1,90
1,88
1,86 y = 1,3059x - 1,0443
1,84 R = 0,3266
1,82
2,22 2,24 2,26 2,28 2,30 2,32
Log L (X)
Gambar 4. Grafik regresi hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan
1,05 1,05
1,02
1,00 1,00
0,96
0,95
0,90
0,85
171-175 176-180 181-185 186-190 191-195 196-200 201-205
Interval (mm)
untuk menilai kesehatan ikan secara umum, produktivitas dan kondisi fisiologi dari
populasi ikan.
Faktor kondisi menunjukan keadaan ikan dilihat dari segi kapasitas fisik
untuk survival dan reproduksi Secara komersil mempunyai arti akan kualitas dan
kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat dimakan (Effendie 1997).
4. 3. 1. Rasio Kelamin
Ikan kembung perempuan yang digunakan oleh kelompok kami berjenis
kelamin jantan. Karena setelah dibedah terdapat gonad yang memiliki warna putih
susu dan bergerigi.
46% Jantan ()
54% Betina ()
Rasio kelamin dari populasi ikan kembung perempuan yang digunakan pada
praktikum biologi perikanan ini, yaitu 54% jantan : 46% betina dimana jumlah ikan
kembung perempuan jantan ada sebanyak 38 ekor dan ikan kembung perempuan
betina ada sebanyak 32 sehingga diasumsikan bahwa ikan ini merupakan ikan
poliandri. Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukan bahwa nilai 2 hitung
memiliki nilai 0,64 sedangkan nilai 2 tabel nilainya 3,84, sehingga 2 hitung < 2
tabel, maka Ho diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan rasio antara ikan
jantan dan ikan betina.
29
5 4 44 4 4
4 3 3 3 33
3 2 2 2 2
2 1 1 11 1 1 1 1 11 1 11
1
0
() () () () () () () () () ()
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
3,81 3,94
4,00 3,44
2,96
3,00 2,64
2,30
2,00
1,00
1,00
0,00
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
TINGKAT KEMATANGAN GONAD
Nilai IKG (%) () Nilai IKG (%) ()
sebesar 2,3% untuk betina, sedangkan nilai IKG ikan jantan sebesar 2,96%.
Selanjutnya pada TKG IV, nilai IKG ikan kembung perempuan jantan memiliki
nilai lebih kecil 0,13% dibandingkan ikan kembung perempuan betina, yakni
sebesar 3,81% untuk jantan, sedangkan untuk betina sebesar 3,94%. Terakhir pada
TKG V ikan kembung perempuan jantan memiliki nilai IKG sebesar 1,6%,
sedangkan ikan kembung perempuan betina 0%. Hasil tersebut disebabkan karena
dalam praktikum ini tidak ditemukan individu ikan kembung perempuan betina
yang berada dalam fase TKG V.
Berdasarkan hasil data angkatan tersebut, dapat dianalisis bahwa semakin
tinggi tingkat kematangan gonad, maka nilai indeks kematangan gonad akan
semakin tinggi pula tingkat kematangan gonadnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Nikolsky (1969) yang mengatakan bahwa untuk membedakan kematangan gonad
dapat dengan melihat perbandingan antara bobot gonad dengan bobot tubuh yang
dikenal sebagai koefisien kematangan atau indeks kematangan gonad (IKG).
4. 3. 4. Hepatosomatik Indeks
Adapun indeks hepatosomatik pada ikan kembung perempuan berdasarkan
hasil praktikum biologi perikanan, diantaranya sebagai berikut :
1,2%
1,0%
0,8%
0,6%
0,4%
0,2%
0,0%
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
TINGKAT KEMATANGAN GONAD
Berdasarkan data angkatan, nilai HSI tertinggi berada pada TKG II, dan yang
terendah berada pada TKG I dan V. Sehingga dapat dianalisis bahwa pada TKG II,
cadangan energi pada ikan kembung perempuan banyak dan masih belum
digunakan. Kemudian, pada TKG III, ikan kembung perempuan memerlukan
energi yang lebih untuk mengembangkan kematangan gonad sedangkan makanan
disekitarnya kurang sehingga terjadi penurunan HSI. Selanjutnya, pada TKG IV
ikan kembung perempuan masih melakukan perkembangan telur namun makanan
yang disekitarnya banyak, sehingga ikan tidak memakai cadangan energi, sehingga
nilai HSI nya pun naik.
4. 3. 6. Diameter Telur
Berdasarkan data angkatan diameter telur ikan kembung perempuan dalam
praktikum ini, pada TKG IV diameter telur tertinggi memiliki ukuran 83,25 m dan
terendah 8 m. Adapun pada TKG IV ini diameter telur besar memiliki nilai ukuran
rata-rata 34,7 m, diameter telur sedang memiliki nilai ukuran rata-rata 27,18 m
dan diameter telur kecil memiliki nilai ukuran rata-rata 18,69 m, sedangkan pada
TKG III diameter telur tertinggi berada pada ukuran 70,8 m dan terendah pada
ukuran 1,75 m.
33
4. 3. 7. Fekunditas
Berdasarkan data hasil praktikum, pada TKG III, fekunditas ikan kembung
tertinggi yaitu 158404, sedangkan yang terendah, yaitu 30528 dan rata-rata nya
adalah 79904. Kemudian, pada TKG IV, fekunditas ikan kembung tertinggi yaitu
145440, sedangkan yang terendah, yaitu 1813 dan rata - ratanya adalah 49389.
Adapun menurut Anjani (2011), fekunditas pada ikan kembung perempuan
(Rastrelliger brachysoma) dengan panjang 190 hingga 208 cm sebesar 200.000 dan
500.000 telur. Namun, jumlah telur ikan kembung pada umumnya berkisar antara
100.000 hingga 166.000 butir (Boonprakop 1965).
37,66%
Perempuan
18,20%
40,00%
14,39%
30,00%
IP (%)
6,82%
6,69%
5,60%
4,64%
3,37%
1,49%
0,44%
0,35%
0,26%
0,04%
0,04%
0,00%
0,00%
0,00%
20,00%
10,00%
0,00%
Jenis Makanan
Berdasarkan jenis makanan yang ditemukan dalam isi usus ikan kembung
perempuan (Rastrelliger brachysoma) pada praktikum ini, menunjukkan bahwa
komposisi isi usus ikan kembung sebagian besar adalah detritus. Hal ini tidak sesuai
dengan pernyataan Kriswantoro dan Sunyoto (1986) dalam Sari (2004) bahwa
kebiasaan makanan ikan kembung yaitu memangsa plankton, copepod atau
crustacea. Plankton tersebut disaring dengan tapis insang dimana tapis insang pada
ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) memiliki tapis insang yang
halus karena plankton yang dimakannya berukuran kecil (Nontji 2005 in Astuti
2007). Jenis plankton terutama copepod dalam hasil praktikum ini hanya menjadi
makanan pelengkap. Hal ini terjadi disebabkan karena diduga berkaitan dengan
ketersediaan makanan pada suatu perairan. Effendie (1997) menyatakan bahwa
penilaian kebiasaan makanan berkaitan erat dengan ketersediaan makanan di
lingkungannya. Menurut Effendie (1997) banyak spesies ikan yang dapat
menyesuaikan diri dengan persediaan makanan yang ada di lingkungannya sesuai
35
dengan musim yang berlaku. Suatu spesies ikan yang hidup terpisah-pisah dapat
terjadi perbedaan kebiasaan makanannya dalam suatu daerah geografis yang luas.
Perbedaan ini bukan untuk satu ukuran saja tetapi untuk semua ukuran jenis ikan.
Jadi untuk satu spesies ikan dengan ukuran yang sama pada daerah yang berbeda,
dapat berbeda kebiasaan makanannya. Perubahan lingkungan dapat merubah
kebiasaan makanan ikan, dimana apabila terjadi perubahan lingkungan dapat
menyebabkan perubahan ketersediaan makanan di lingkungan perairan tersebut,
sehinggga memaksa ikan tersebut untuk mengubah kebiasaan makanannya agar
tetap bertahan hidup.
Namun hasil raktikum ini sesuai dengan hasil penelitian ningrum (2011)
yang mendapatkan bahwa ikan kembung perempuan memiliki tingkat trofik 2,72.
kemudian menurut klasifikasi froese dan pauly (2010) ikan kembung termasuk ke
dalam tingkat trofik 2 dengan interval tingkat trofik 2,1-2,9 dimana ikan pada
tingkat trofik ini termasuk omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan.
.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan data hasil pengamatan pada praktikum Biologi Perikanan
Mengenai Pertumbuhan, Reproduksi, dan Food dan Feeding Habits dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Pertumbuhan ikan kembung perempuan yang digunakan dalam praktikum
biologi perikanan ini memiliki tipe pertumbuhan allometrik negatif, karena
memiliki nilai b < 3 (b = 1,3), dimana pertumbuhan panjang lebih cepat
dibanding pertumbuhan bobot ikan
2. Reproduksi ikan kembung perempuan memiliki rasio kelamin jantan yang
lebih banyak dibanding betina, sehingga ikan kembung perempuan
termasuk kelompok poliandri.
3. Ikan kembung perempuan termasuk kedalam ikan omnivora atau pemakan
segala, ikan kembung perempuan mencari makan dengan cara menyaring
plankton di perairan dengan tapis insang.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari kelompok 7 untuk praktikum
selanjutnya, yaitu sebaiknya praktikan selanjutnya lebih meningkatkan kerjasama
kelompok dan asisten agar dapat meningkatkan bimbingannya sehingga praktikan
dapat melakukan pengamatan dengan baik dan benar.
37
DAFTAR PUSTAKA
Andamari R, Hutapea JH, & Prisantoso BI. 2012. Aspek reproduksi ikan tuna sirip
kuning (Thunnus albacores). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan. 4(1) :
8996.
Astuti DP. 2007. Analisis tangkapan per satuan upaya (tpsu) ikan kembung di
Kepulauan Seribu skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Bal DV & Rao KV. 1984. Marine fisheries. Tata Mc Graw-Hill Publishing
Company Limited. New Delhi. 470 p.
Ruswahyuni, 1979. Makanan alami ikan kembung perempuan berdasarkan kelas
ukuran panjang total dan tingkat kematangan gonad di sekitar perairan
Jepara. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 16-17 p.
Boonprakop U. 1965. Study on the fecundity of the indo-pasifik mackerel,
Rastrelliger SPP. In the gulf of Thailand. Proc. Indo-Pasific Fish.Coun. 12
(2) : 124-138
Burhanuddin, Martosewojo S, Adrim M, Hutomo M. 1984. Sumberdaya ikan
kembung. Proyek Studi Potensi Sumber Daya Alam Indonesia, Studi
Potensi Sumber Daya Hayati Ikan. Jakarta (ID) : Lembaga Oseanologi
Nasional (LIPI).
Chee PE. 2000. Fish code management: SlIppiement to the report of a workshop
on the fishery and management of a short mackerel (Rastrellige r spp.) on
the lVest Coast of Peninslliar Malaysia. FAO,Rome. pp 6-19
Chirastit C. 1962. Progress report on tagging experiment of chub mackerel
(Rastrelliger spp) in The Gulf of Thailand in The Year 1961.
IPFC.Proceedeing 10th Session Section II. 1962: 22-23p.
Direktorat Jendral Perikanan. 1979. Buku pedoman pengenalan sumber perikanan
laut bagian 1 (Jenis-jenis ikan ekonomis penting). Direktorat Jendral
Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Effendie MI. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID) : Yayasan Pustaka
Nusantara.
Food and Agriculrural Organization (FAO). 2000. Report: workshop on the Fishery
and Management of Short Mackerel (Rastrelliger spp.) on the rJ7e st Coast
of Peninslliar Malaysia. Food and Agriculrural Organization. Rome
38
Febianto S. 2007. Aspek biologi reproduksi ikan lidah pasir (Cynoglossus lingua
Hamilton-Buchanan, 1822) di perairan Ujung Pangkah, kabupaten Gresik,
Jawa Timur [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan (Dasar Pengembangan Teknik Perikanan).
PT. Rineka Cipta : Jakarta.
Ganga U. 2010. Investigations on the biology of Indian Mackerel Rastrelliger
kanagurta (Cuvier) along the Central Kerala coast with special reference to
maruration, feeding and lipid dynamics. [Thesis]. Cochin University Of
Science And Technology
Ghazali AF, Abidin DHZ, Nor SAM, Nairn DM. 2012. Genetic Variation of Indian
Mackerel (Rastrelliger kanagllrta) (C uvier, 1816) of Sabah Water Based
on Mitochondrial D-loop region: A Preliminary Study. Asian Journal of
Biology and Biotechnology 1(1): 1-10
Haryanti, S. Ismi, & A. Khalik, 1994. Studi Penggunaan Pakan Mikro dan Alami
dengan Perbandingan Berbeda dalam Pemeliharaan Larva Udang Windu,
Penaeus monodon. J. Penelitian Budidaya pantai. 10 (1) : 35 42
Herawati, Titin. 2017. Metode Biologi Perikanan. Unpad Press. Jatinangor
Lachita RB. 2006. Using life-history, surplus production, and individual-based
population models for stock assessment of data-poor stocks: an application
to small pelagic fisheries of the Lingayen Gulf,Philippines. [tesis].
Departement of Oceanography and Coaltal Sciences. Don Mariano Marcos
Memorial State University. 13p.
Lagler KF, Bardach JE, & Miller RR. 1962. Ichtyology. John Wiley and Sons, Inc.
New York. 505 p.
Larasati, Dara Anjani. Kajian Biolohi Reproduksi Ikan Kembung Perempuan
(Rastrelliger brachysoma) di Perairan Teluk Jakarta. skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
McKeown BA. 1984. Fish migration. Croom Helm Ltd, Australia. 11p.
Moyle, P. B, & J. J. Cech, Jr. 2004. Fishes An Introduction to Ichthyology .
Prentice Hall, Upper Saddle River.
Nikolsky, G.V. 1993. The Ecology of Fishes. Academic Press. New York. 325 hal.
Nugraha B, Mardlijah S. 2006. Hubungan panjang bobot, perbandingan jenis
kelamin dan tingkat kematangan gonad tuna mata besar (Thunnus obesus)
di perairan Laut Banda. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 12(3) :
195202.
39
Puja, I K., Suatha, I K., Heryani, S.S., Susari, N.N. W., Setiasih, N. L.E.,2010.
Embryologi Modern. Udayana University Press. Denpasar.
Rahardjo, M. F. dan D. S. Sjafei. 2011. Iktiology. Bringing Native Fish Back the
Rivers. Bandung Lubuk Agung, Bandung: 336-339 hlm.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1 dan 2. Bina Cipta.
Bandung. Viii + 508h.
Sudjastani T. 1976. The Species of Rastrelliger in The Jawa Sea, Their Taxonomy
And Morphometry (perciforrnes, Scornbridae). Manlle fusearcb ill
Illdollesia 16: 1-29
Sari MR. 2004. Pendugaan potensi lestari dan musim penangkapan ikan kembung
di perairan Lampung Timur . skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 61 p.
Suwarso, Hariati T, Ernawati T. 2010. Biologi reproduksi, prefferensi habitat
pemijahan dan dugaan stok pemijahan ikan kembung (Rastrelliger
brachysoma, Fam. Scombridae) di pantai utara Jawa. Laporan penelitian.
Balai Rise t Perikanan Laut KKP. 32p
Vanichkul P & Hongskul V. 1963. Length-weight relationship of chub mackerel
(Rastrelliger sp.) in the Gulf of Thailand. Indo-Pacific Fish. Cour. 11 (2) :
20-33.
Zamroni A, Suwarso, Mukhlis NA. 2008. Biologi reproduksi dan generik populasi
ikan kembung di pantai utara Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
14(2): 215-226
Zen M. 2006. Pengkajian zona potensial penangkapan ikan kembung (rastrelliger
spp) di kabupaten asahan, sumatra utara. Tesis. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor
40
LAMPIRAN
41
Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktikum
42
Pipet Tetes dan Conting Ikan Kembung Perempuan
Chamber (Rastrilleger brachysoma))
43
Lampiran 2. Kegiatan Praktikum
44
Pembedahan Ikan Ikan setelah dibedah
45
Pengamatan isi usus Pengamatan isi usus
46
Lampiran 3. Daftar Tabel
Tabel 1 Hasil Pengukuran Ikan Kembung Perempuan
Data Hasil Pengukuran
No. Panjang (mm)
Bobot (gram)
SL FL TL LK LT
1 158 177 191 120 134 84,00
2 165 168 180 90 120 76,00
3 155 170 185 115 140 82,00
4 147 167 185 114 137 72,93
5 160 175 195 120 160 93,00
6 145 155 180 140 143 75,00
7 165 180 200 140 120 87,00
8 160 175 195 100 120 84,00
9 160 175 195 135 110 79,00
10 155 180 205 110 125 100,00
11 167 174 193 110 122 90,00
12 155 170 188 130 140 88,00
13 155 170 180 110 120 81,00
14 185 175 200 130 115 99,00
15 171 177 177 134 124 88,00
16 155 166 188 105 125 75,00
17 175 169 192 140 145 86,79
18 160 170 180 110 120 80,06
19 165 180 195 125 130 85,55
20 154 170 190 105 150 96,73
21 155 170 183 109 127 85,00
22 150 170 190 130 100 83,97
23 155 172 189 102 130 80,92
24 166 180 192 125 150 106,13
25 150 165 175 110 130 82,00
26 160 177 195 120 133 90,00
27 155 165 190 105 120 75,40
28 159 165 185 108 113 76,00
29 165 173 188 114 129 90,00
30 158 174 196 127 135 86,00
31 155 180 200 100 135 95,00
47
Data Hasil Pengukuran
No. Panjang (mm)
Bobot (gram)
SL FL TL LK LT
32 155 170 188 110 130 86,00
33 158 170 193 109 127 87,00
34 175 165 190 90 130 91,00
35 157 170 190 120 130 86,00
36 160 175 195 140 180 90,00
37 160 180 190 90 130 91,00
38 160 168 188 105 120 82,00
39 167 174 195 123 137 91,00
40 150 165 180 115 125 80,00
41 145 170 190 135 140 82,95
42 155 165 185 125 135 81,96
43 150 170 190 80 125 80,01
44 155 170 190 110 130 78,48
45 145 169 190 105 117 81,68
46 167 172 193 124 131 90,15
47 160 170 185 65 70 80,78
48 161 173 198 105 126 94,00
49 145 165 185 100 120 77,00
50 146 162 185 104 126 79,00
51 165 168 187 105 138 90,00
52 149 164 177 111 124 75,00
53 153 167 186 106 120 83,00
54 148 172 195 95 125 87,00
55 152 165 183 91 124 76,00
56 158 175 189 100 122 90,00
57 172 183 192 119 128 91,00
58 162 167 190 120 126 78,00
59 150 172 194 125 127 93,00
60 155 171 193 116 125 87,00
61 164 182 205 116 131 94,00
62 160 175 200 98 120 90,00
63 165 173 190 103 130 86,00
64 159 168 185 104 121 84,85
65 148 163 184 98 125 79,17
48
Data Hasil Pengukuran
No. Panjang (mm)
Bobot (gram)
SL FL TL LK LT
66 150 154 171 126 137 84,78
67 157 173 190 120 133 87,55
68 150 163 185 110 130 70,28
69 152 161 184 130 133 90,00
70 152 167 189 110 125 80,43
49
Kelas Jumlah Persentase
Interval Rata-rata
ke- (ekor) (%)
7 201-205 203 2 3%
70 100%
50
Tabel 4 Regeresi Hubungan Panjang dengan Bobot Ikan Kembung Perempuan
Panjang
log L log W log L
No. Total Bobot (W) (Log L)2 (Log W)2
(X) (Y) log W
(L)
1 191 84 2,28 1,92 5,20 3,70 4,39
2 180 76 2,26 1,88 5,09 3,54 4,24
3 185 82 2,27 1,91 5,14 3,66 4,34
4 185 72,93 2,27 1,86 5,14 3,47 4,22
51
Panjang
log L log W log L
No. Total Bobot (W) (Log L)2 (Log W)2
(X) (Y) log W
(L)
32 188 86 2,27 1,93 5,17 3,74 4,40
33 193 87 2,29 1,94 5,22 3,76 4,43
34 190 91 2,28 1,96 5,19 3,84 4,46
35 190 86 2,28 1,93 5,19 3,74 4,41
36 195 90 2,29 1,95 5,24 3,82 4,48
37 190 91 2,28 1,96 5,19 3,84 4,46
38 188 82 2,27 1,91 5,17 3,66 4,35
39 195 91 2,29 1,96 5,24 3,84 4,49
40 180 80 2,26 1,90 5,09 3,62 4,29
41 190 82,95 2,28 1,92 5,19 3,68 4,37
42 185 81,96 2,27 1,91 5,14 3,66 4,34
43 190 80,01 2,28 1,90 5,19 3,62 4,34
44 190 78,48 2,28 1,89 5,19 3,59 4,32
45 190 81,68 2,28 1,91 5,19 3,66 4,36
46 193 90,15 2,29 1,95 5,22 3,82 4,47
47 185 80,78 2,27 1,91 5,14 3,64 4,32
48 198 94 2,30 1,97 5,27 3,89 4,53
49 185 77 2,27 1,89 5,14 3,56 4,28
50 185 79 2,27 1,90 5,14 3,60 4,30
51 187 90 2,27 1,95 5,16 3,82 4,44
52 177 75 2,25 1,88 5,05 3,52 4,22
53 186 83 2,27 1,92 5,15 3,68 4,36
54 195 87 2,29 1,94 5,24 3,76 4,44
55 183 76 2,26 1,88 5,12 3,54 4,26
56 189 90 2,28 1,95 5,18 3,82 4,45
57 192 91 2,28 1,96 5,21 3,84 4,47
58 190 78 2,28 1,89 5,19 3,58 4,31
59 194 93 2,29 1,97 5,23 3,87 4,50
60 193 87 2,29 1,94 5,22 3,76 4,43
61 205 94 2,31 1,97 5,34 3,89 4,56
62 200 90 2,30 1,95 5,29 3,82 4,50
63 190 86 2,28 1,93 5,19 3,74 4,41
64 185 84,85 2,27 1,93 5,14 3,72 4,37
65 184 79,17 2,26 1,90 5,13 3,60 4,30
66 171 84,78 2,23 1,93 4,99 3,72 4,31
52
Panjang
log L log W log L
No. Total Bobot (W) (Log L)2 (Log W)2
(X) (Y) log W
(L)
67 190 87,55 2,28 1,94 5,19 3,77 4,43
68 185 70,28 2,27 1,85 5,14 3,41 4,19
69 184 90 2,26 1,95 5,13 3,82 4,43
70 189 80,43 2,28 1,91 5,18 3,63 4,34
159,37 135,02 362,86 260,50 307,41
log L 159,370
log W 135,020
(Log L) 362,860
(Log W) 260,500
log L log W 307,410
N 70
log a -6450421625
B 2833215381
R 0,3266
R 0,57149
Interval TL (mm) L W a b K
171-175 173 72,875 0,96
176-180 178 78,075 1,00
181-185 183 83,275 1,02
186-190 188 88,475 0,0903 1,3059 1,05
191-195 193 93,675 1,07
196-200 198 98,875 1,10
201-205 203 104,075 1,12
53
Interval TL
L W K
(mm)
171-175 173 72,875 0,96
176-180 178 78,075 1,00
181-185 183 83,275 1,04
186-190 188 88,475 1,08
191-195 193 93,675 1,11
196-200 198 98,875 1,14
201-205 203 104,075 1,17
54
B. B. Diameter (m) TKT
TL Bobot J. IKG HIS
Kel Gonad Hati TKG Fekunditas
(mm) (g) Kelamin (%) (%) Kecil Sedang Besar Tengah Kutub Melebur
(g) (g)
25 175 82,00 1,86 Jantan II 2,27
26 195 90,00 4,95 Jantan IV 5,50
27 190 75,40 2,99 0,83 Betina IV 15948 3,97 1,10 38,00 49,00 56,00 5 7 18
28 185 76,00 2,62 Jantan IV 3,45
29 188 90,00 4,00 1,18 Betina IV 145326 4,44 1,31 20,00 32,50 45,00 8 9 13
30 196 86,00 3,36 1,19 Betina IV 95815 3,91 1,38 20,00 32,50 45,00 4 10 16
31 200 95,00 3,49 Jantan III 3,67
32 188 86,00 3,64 1,69 Betina IV 96930 4,23 1,97 20,00 30,00 42,50 7 8 15
33 193 87,00 2,46 1,34 Betina IV 29650 2,83 1,54 42,50 47,50 50,00 8 13 9
34 190 91,00 3,99 1,24 Betina IV 101912 4,38 1,36 17,00 32,00 58,00 9 1 11
35 190 86,00 2,77 1,20 Betina IV 120237 3,22 1,40 10,00 30,00 65,00 9 6 16
36 195 90,00 4,60 Jantan III 5,11
37 190 91,00 3,16 0,47 Betina IV 29875 3,47 0,52 20,00 25,00 37,50 10 5 15
38 188 82,00 1,16 Jantan V 1,41
39 195 91,00 1,66 Jantan V 1,82
40 180 80,00 2,06 Jantan III 2,58
41 190 82,95 1,25 0,57 Betina III 155400 1,51 0,69 45,80 60,00 70,80 7 5 18
42 185 81,96 3,10 0,83 Betina IV 145440 3,78 1,01 45,00 52,50 60,00 15 9 6
43 190 80,01 1,36 0,67 Betina III 158404 1,70 0,84 20,00 50,00 77,50 8 6 15
44 190 78,48 2,46 Jantan III 3,13
45 190 81,68 2,71 1,04 Betina III 73300 3,32 1,27 14,00 20,00 26,00 17 8 5
46 193 90,15 4,18 1,27 Betina IV 15127 4,64 1,41 20,00 45,00 75,00 7 13 10
47 185 80,78 2,16 Jantan III 2,67
48 198 94,00 5,19 Jantan IV 5,52
49 185 77,00 2,20 0,99 Betina IV 54720 2,86 1,29 25,00 37,50 35,00
50 185 79,00 2,00 Jantan V 2,53
51 187 90,00 2,34 Jantan IV 2,60
52 177 75,00 2,16 0,69 Betina IV 1813 2,88 0,92 25,00 42,50 47,50 0 13 17
53 186 83,00 2,42 1,65 Betina IV 5360 2,92 1,99 25,00 37,50 45,00 1 16 10
54 195 87,00 3,19 Jantan II 3,67
55 183 76,00 1,57 0,95 Betina III 112300 2,07 1,25 25,00 30,00 37,50
56 189 90,00 2,61 Jantan III 2,90
57 192 91,00 3,69 1,03 Betina IV 45638 4,05 1,13 17,50 40,00 72,50 13 1 10
58 190 78,00 1,83 Jantan III 2,35
59 194 93,00 2,17 Jantan III 2,33
55
B. B. Diameter (m) TKT
TL Bobot J. IKG HIS
Kel Gonad Hati TKG Fekunditas
(mm) (g) Kelamin (%) (%) Kecil Sedang Besar Tengah Kutub Melebur
(g) (g)
60 193 87,00 3,02 Jantan III 3,47
61 205 94,00 2,73 1,24 Betina III 30528 2,90 1,32 32,50 40,00 45,00 16 9
62 200 90,00 2,49 Jantan V 2,77
63 190 86,00 4,00 Jantan V 4,65
64 185 84,85 4,18 Jantan IV 4,93
65 184 79,17 1,45 Jantan III 1,83
66 171 84,78 3,76 Jantan II 4,44
67 190 87,55 3,81 Jantan IV 4,35
68 185 79,28 4,25 Jantan IV 5,36
69 184 90,00 3,12 Jantan III 3,47
70 189 80,43 2,68 Jantan III 3,33
(fo-
fo fh fo-fh (fo-fh)
fh)/fh
54,28571 50 4,285714286 18,36735 0,367347
-
45,71429 50 4,285714286 18,36735 0,367347
hitung 0,734694
tabel 3,841459
56
Kelas TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
Interval
ke- () () () () () () () () () ()
5 191-195 4 4 2 6 1
6 196-200 1 3 1 1
7 201-205 1 1
57
Tabel 11. Pengamatan Kebiasaan Makanan Ikan Kembung Perempuan
58
Fitoplankton Zooplankton Bagian
Bagian
Cyano Chloro Bacillario Desmi Chryso Rhizo Rota Entomos Cope Tardi Platy Benthos Tumbu Detritus Ikan
Kel Nemata Hewan
phycae phycae phycae diacae phycae poda toria traca poda grada hemintes han
1 4 3
2 7 5
3
4 2 2 1
5 2 3
6 5
7 2 6 6 9 64
8 5
9 1
10 65
11 5
12 2 6
13
14
15 20
16 1
17 2 3 2
18 5 15 5
19 36
20 4 4 9
21 8 80
22 3 5 10
23 22
24 8 12 5
25
26 10 8
27 2 2
28 2 5 4
29 1 7
59
30 1 1 2 1 2 1 1
31 3 1
32 2 3
33 40
34
35 72
36 25 14 39 55
37 16
38 1 11 21
39 1 1 1
40 26 18 1 6 2
41 2 6 8 148
42 1 100
43 96
44 3 10
45 132
46 5
47 11 4 11
48 3 57
49 28 30
50
51 36 5 43
52
53 46 3 51
54 3 1 11 18
55 51 5 21 62
60
56 1 1
57 18
58
59 70 1
60
61 6 7
62 3 6 1
63 12 1
64 2 8
65 7 3
66 223
67 7
68 3 20
69 1 1
70
Sum 156 106 77 153 0 1 10 8 416 0 6 34 1 128 329 861 0
61
Tabel 12. Indeks Preponderan Ikan Kembung Perempuan
Kelas Vi Oi Vi Oi IP (%)
Cyanophycae 10 156 1560 6,82
Chlorophycae 10 106 1060 4,64
Bacillariophycae 10 77 770 3,37
Desmidiacae 10 153 1530 6,69
Chrysophycae 10 0 0 0,00
Rhizopoda 10 1 10 0,04
Rotatoria 10 10 100 0,44
Entomostraca 10 8 80 0,35
Copepoda 10 416 4160 18,20
Tardigrada 10 0 0 0,00
Nemata 10 6 60 0,26
Platyhelmintes 10 34 340 1,49
Benthos 10 1 10 0,04
Bagian Hewan 10 128 1280 5,60
Bagian Tumbuhan 10 329 3290 14,39
Detritus 10 861 8610 37,66
Ikan 10 0 0 0,00
Jumlah 22860 100,00
62