Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara geografis Kabupaten Sambas terletak di bagian paling utara

Provinsi Kalimantan Barat. Secara administratif, batas wilayah Kabupaten

Sambas sebelah utara adalah Serawak (Malaysia Timur) & Laut Natuna, sebelah

selatan Kab. Bengkayang & Kota Singkawang, sebelah barat Laut Natuna dan

sebelah timur Serawak (Malaysia Timur) & Kab. Bengkayang. Luas Kabupaten

Sambas adalah 6.395,70 km2 atau sekitar 4,36 persen dari luas wilayah Provinsi

Kalimantan Barat. Daerah Pemerintahan Kabupaten Sambas pada tahun 2012

terbagi menjadi 19 Kecamatan dan 183 Desa. Penduduk Kabupaten Sambas

berjumlah 496.116 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki 244.569 jiwa dan

penduduk perempuan 251.547 jiwa dengan kepadatan rata-rata 77,32 jiwa/km.

Terdiri dari Suku Dayak, Melayu Sambas, China Hakka dan lain-lain.

Struktur perekonomian Kabupaten Sambas masih didominasi oleh 3 sektor

utama yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor

Industri Pengolahan. Selama 5 tahun terakhir, peranan ketiganya terhadap PDRB

Kabupaten Sambas mencapai lebih dari 81,64 persen. Pendapatan regional per

kapita yang tercermin dalam PDRB per kapita atas dasar harga berlaku mengalami

peningkatan dari Rp 8.497.104,26 menjadi Rp 13.263.405,03 atau naik sebesar

11,8 persen per tahun. Sedangkan atas dasar harga konstan, angka PDRB per

1
2

kapita ini mengalami kenaikan sebesar 4,95 persen per tahun, yaitu dari Rp

5.097.724,08 menjadi Rp 6.192.085,34.

Kalimantan Barat. merupakan daerah yang cukup besar andilnya sebagai

penghasil lada terbesar setelah Kalimantan Timur, Lampung, dan Bangka

Belitung. Sampai sejauh ini, perkebunan lada di Kalimantan Barat masih

berpeluang untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena lahan di Kalimantan

Barat masih cukup luas untuk ditanami. Di Kabupaten Sambas pada tahun 2012

luas lahan tanaman lada yakni sebesar 147.859 Ha dengan jumlah produksi

64.085 ton. Selain itu tersedianya teknologi budi daya lada yang efisien, biaya

produksi yang lebih rendah serta adanya peluang melakukan diversifikasi produk

apabila harga lada jatuh, merupakan keunggulan yang membuat perkebunan lada

selalu dapat dikembangkan. Konsumsi lada perkapita di negara maju yang industri

makanannya yang sudah berkembang seperti Amerika, Jerman, Prancis, dan

Jepang menunjukkan jumlah yang lebih besar dibandingkan negara yang sedang

berkembang..

Melihat potensi lada yang cukup besar di Kabupaten Sambas terutama

pada lada putih. Maka lada dianggap memiliki peluang untuk dikembangkan

menjadi lada bubuk. Lada atau merica (Piper nigrum) merupakan bumbu dapur

yang sangat populer. Kuliner Asia, Eropa hingga Timur Tengah selalu

menggunakan lada sebagai penyedap rasa. Sebagai bumbu dapur, peranan lada

memang sangat penting. Cita rasa pedas dan aroma yang khas terbentuk dari

menambahkan bumbu ini ke dalam setiap masakan. Bumbu ini memiliki rasa

pedas yang bersifat menghangatkan dan melancarkan peredaran darah. Peluang


3

pasar yang besar di dalam maupun di luar daerah, bukan hal yang mustahil produk

ini dapat dijadikan salah satu produk unggulan Kabupaten Sambas dimasa yang

akan datang, yang dapat memberikan nilai tambah bagi Kabupaten Sambas.

Dengan demikian, usaha pengolahan lada bubuk inilah dirintis untuk

memanfaatkan potensi sumber daya lokal yang ada di Kabupaten Sambas, dengan

nama perusahaan Cahaya Bintang. Selanjutnya merek dagang yang digunakan

adalah Lade Puteh.

Pemrakarsa rencana usaha ini adalah Mirta Nengsih yang merupakan

lulusan Program Beasiswa TPL Kementerian Perindustrian Angkatan IV, pada

Program Studi Manajemen Pemasaran, Konsentrasi Kewirausahaan (Manajemen

Pemasaran), Program D III Manajemen Industri Akademi Pimpinan Perusahaan.

Program Beasiswa TPL tersebut diselenggarakan berdasarkan Peraturan Menteri

Perindustrian Tentang Penyelenggaraan Program Beasiswa D III Tenaga Penyuluh

Lapangan (TPL) Industri Kecil dan Menengah No. 19/M-IND/PER/2/2007

tanggal 21 Februari 2007.

1.2. Tujuan

Tujuan disusunnya rencana usaha pembuatan lada bubuk di Kabupaten

Sambas adalah sebagai berikut:

1. Membuka lapangan kerja baru bagi para masyarakat sekitar;


2. Mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku kuliah dalam dunia nyata

melalui kegiatan bisnis yang direncanakan, hingga nantinya akan mengetahui

sejauh mana kelayakan usaha yang telah dijalani;


4

3. Sebagai pelopor wirausaha muda di Kabupaten Sambas agar para pemuda

dan lulusan perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Sambas dapat menjadi

wirausaha yang dapat mengembangkan daerah dengan potensi sumber daya

alam yang ada.

1.3. Metode Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini

terdiri dari beberapa metode observasi, metode kepustakaan dan metode

wawancara

Observasi ialah metode pengumpulan data secara sistematis melalui

pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti. Metode observasi

dilakukan oleh penulis guna memperoleh gambaran langsung tentang perikanan di

wilayah target pasar.

Metode kepustakaan digunakan dalam keseluruhan proses penelitian sejak

awal hingga sampai akhir penelitian dengan cara memanfaatkan berbagai macam

pustaka yang relevan tentang perkebunan di wilayah target pasar

Metode wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan

untuk memperoleh Informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan

bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah

responden sedikit.

1.4. Sistematika Penulisan


5

Dalam sistematika penulisan laporan ini terdiri dari 6 (enam) bab yang

akan membantu dan memudahkan penulis dalam menyusun laporan. Adapun

sistematika penyusunan laporan (rencana bisnis) ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Mencakup uraian tentang latar belakang, tujuan, metode

pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

BAB II : ASPEK PEMASARAN

Mencakup uraian tentang perkembangan dan proyeksi permintaan

produk, perkembangan dan proyeksi penawaran produk,

perkembangan dan proyeksi harga produk, analisis persaingan,

rencana penjualan, dan pangsa pasar.

BAB III : ASPEK PRODUKSI

Mencakup uraian tentang spesifikasi produk, penentuan kapasitas

dan rencana produksi, proses produksi, bangunan, mesin, peralatan

dan harta tetap lainnya, kebutuhan bahan baku, bahan pembantu dan

bahan pendukung lainnya, kebutuhan tenaga kerja langsung,

penentuan lokasi dan tata letak usaha/ pabrik, dan kegiatan umum

usaha.

BAB IV : ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA

Mencakup uraian tentang rencana bentuk usaha dan struktur

organisasi, pengurusan perijinan, kebutuhan SDM dan sistem

kompensasi, kebutuhan inventaris dan alat tulis kantor, kegiatan pra

operasional dan jadwal pelaksanaan.


6

BAB V : ASPEK KEUANGAN DAN KELAYAKAN USAHA

Mencakup uraian tentang jumlah dan struktur permodalan, analisis

proyeksi keuangan meliputi: proyeksi arus kas, proyeksi rugi laba,

proyeksi neraca, analisis titik impas, analisis kelayakan usaha yang

terdiri dari : NPV ( Net Present Value ), IRR (Internal Rate Of

Return), B/C Ratio ( Benefit Cost Ratio ), dan PBP (Pay Back

Period).

BAB VI : KESIMPULAN

Mengenai uraian tentang kesimpulan dan analisis SWOT

Вам также может понравиться