Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. Definisi :
DAERAH TIBA
BERAT BRUTO
PENERIMAAN
LORI
KE STASIUN
REBUSAN
100%
TBS
STASIUN PENERIMAAN
100% KE
REBUSAN
Catatan:
Grading TBS dilaksanakan di areal khusus (bagi pabrik yang sudah
memiliki) yang dipersiapkan di stasiun penerimaan. Dan bagi pabrik yang
belum memiliki areal khusus, pelaksanaan grading harus tetap
dilaksanakan sesuai SOP grading , disalah satu sudut pada stasiun
penerimaan atau di areal yang memungkinkan bisa dilaksanakan
grading (bila lokasi penerimaan buah penuh pada saat panen puncak).
Pada masa panen puncak bila lokasi loading ramp penuh buah restan
(tidak ada lokasi grading lagi) Factory Manager meminta persetujuan
CEO untuk pengurangan persentase grading atau tidak melakukan
grading.
II. Pola TBS yang masuk ke PKS harus dimonitor dan dicatat. Pola ini
berbeda setiap bulan tergantung pada ton TBS.
Ja 6 7 8 9- 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Total
m - 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Tgl 7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29.
30.
31.
TTL
RAT
A2
Lembar Kerja di atas harus dibuat setiap bulan untuk memastikan pola
khusus TBS masuk setiap bulan (tinggi, sedang & rendah).
a. Sebelum Operasi
Pastikan permukaan platform bersih.
Kolong jembatan timbang pastikan tidak berisi air.
Untuk printer elektronik, pastikan telah menunjukkan angka 0.
b. Selama Operasi
SATPAM harus mengendalikan dan mencatat :
a. Waktu tiba, waktu masuk dan waktu keluar truk TBS.
b. Pastikan posisi truk di jembatan timbang telah sesuai ( beri
tanda )
c. Pastikan supir meninggalkan truk.
c. Stop Operasi
Petugas jembatan timbang harus memprint semua data
(summary) penerimaan pada komputer dan memberikan
paraf/tanda tangan .
Pastikan semua sistem elektrikal telah di matikan.
4.3. Penerimaan
a. Sebelum Operasi
Pastikan hydraulic oil level pada box nya ada dan cukup
(standar)
Periksa kebocoran pipa/hose pada masing masing pintu
penerimaan.
Pastikan lori beroperasi cukup, yaitu dengan jumlah minimal
c. Pengisian Lori
Pengisian Lori harus berdasarkan First In First Out.
Pengisian Lori harus dimulai dari pintu penerimaan No.1.
Lori harus diisi sebanyak mungkin (sesuai kapasitas lori)
Setelah pengisian, pastikan TBS diisi merata dan berondolan
dari lantai harus dikembalikan (dinaikan) ke Lori.
Lori harus dikirimkan ke bagian belakang rebusan sesegera
mungkin.
Penyediaan lori buah yang cukup harus dipastikan dalam
operasi di penerimaan.
a. Waktu Truk
Mill .
Bulan
Tanggal JUMLAH TRUCK Rerata Waktu Diperiksa
Tippler Non Total Tunggu Pembon ( KTU/FM )
Tippler truck Antrian gkaran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Perhitungan:
Rata-rata untuk 1 truck = total waktu Antrian atau Pembongkaran
dibagi Total truck
Tanggal ..
Jam Supply Lori Kosong Supply Lori buah dari L.Ramp
ke L.Ramp Ke.St.Rebusan
Line A Line B Total No 1 No 2 No 3 No 4 Total
07.00-
08.00
d
s
t
n
y
a
06.00-
07.00
Rerata/jam
Bulan
Tanggal SUPPLY LORI/JAM ( Unit ) TARGET LORI Di
periksa
Dari Rail Track Dari L.Ramp Ke (KAPASITAS Askep /
Ke L.Ramp Rebusan MILL) FM
1
2
d
s
t
30
31
1. Definisi;
TBS dari
Loading Ramps
TBS
Rebusan
3. Masterplan Stasiun
Pendahuluan
Mass Balance
TBS 100%
Kehilangan STERILISER
Moisture
12%
TBS Rebus
88%
Siklus Rebusan
a) Keterangan :
Siklus penguapan maksimum : A menit
Throughput Pabrik terpasang : B ton/Jam
Jumlah Rebusan terpasang : C unit
Jumlah lori/unit Rebusan terpasang : D unit
Kapasitas 1 unit lori : E ton/lori
Pintu terbuka sampai pintu tertutup : G menit
Maka :
C xDxE
SOP-PENGOLAHAN/ Review MCMD#2/2008
11/86
* Siklus waktu perebusan maksimum dalam menit (F) =--------------x 60
B
Dan,
Siklus penguapan maksimum (A) =F-G
DxE
b) Interval Waktu dalam menit (H) = ---------- x 60
B
Keterangan :
Keterangan :
1. Pengaturan waktu step 1 s/d 16 dilakukan pada masing-masing PKS.
2. Pengukuran rata-rata berat janjangan dan kematangan .
2
kg/cm
Sterilizer
2
No. 1
0
A B C D E B C D E
0 26 46 56 66 130 150 160 170 234
2
No. 3
0
X A B C D E B C D E
0 26 52 72 82 92 156 176 dst nya
2
No.2
0
X A B C D E B C D E
52 78 98 108 118 182 202 dstnya
2
No.4
1
0
X A B C D E B C
78 104 124 134 144 208 dstnya
Keterangan :
No Kode Keterangan Perkiraa Tekanan
n Waktu kg/cm2
Menit
1. A Pemanasan kembali TBS restan hari sebelumnya 26 1 1.5
yang telah masak
2. B Buka/tutup pintu 20 -
3. C Puncak tekanan pertama 10 1.3 1.5
4. Prosedur Operasi
B. Operasi Rebusan :
a) Membuka pintu rebusan:
Tekanan pada gauge-nya sebesar 0 (nol).
Pastikan di dalam rebusan tidak ada lagi steam (periksa
hand steam valve )
Arus listrik ke program OFF.
b) Menutup pintu rebusan :
Tekan kunci pengikat (tuas pengunci) ke bawah, maka ring
pengunci pintu akan berputar dan akan terhenti bila ring
pengunci sudah sejajar (berhimpit) dengan ring pintu.
Pada waktu yang bersamaan, Safety device turun ke bawah
menahan ring pengunci supaya tidak bergerak.
C . Stop Operasional .
Pastikan semua buah dalam rebusan sudah masak (sampai akhir
waktu perebusan).
Pastikan kondensate dan exhaust valve terbuka.
Pastikan supply power telah diputuskan (matikan) ke sistim, pada
akhir/stop proses
Catatan :
Selama pelaksanaan proses pembukaan dan penutupan pintu
rebusan, operator harus melaksanakan pengutipan berondolan &
janjangan yang jatuh ke lantai. Kebersihan areal stasiun terjaga.
5. Monitoring
Pengawasan rutin operasi rebusan yang harus dilaksanakan :
Diperiksa; Diketahui
Asst.Proses Askep
F.Manager
Siklus Waktu & Interval Waktu (ringkasan bulanan dari rata-rata harian)
1. Definisi ;
Proses pemisahan TBS yang telah direbus menjadi berondolan dan
janjang kosong dengan sistim diputar dan dibanting
TBS Rebus
(dari Stasiun Ke Rebusan
Rebusan)
Thresher Pertama
Janjang Kosong
Pendahuluan
Dalam master plan untuk proses threshing dan kelancaran supply TBS
pada stasiun ini, tergantung pada stasiun di depannya. Throughput
(SUPPLY LORI /JAM) dan efisiensi setiap proses merupakan yang bagian
penting.
Pertama, ditetapkan mass balance. Kemudian ditentukan siklus waktu
hoist crane atau Tippler .yang memberikan perincian frekuensi angkat
dan supply TBS ke thresher untuk mempertahankan throughput.
Mass Balance
THRESHING PERTAMA
USB Max 5%
SORTASI atau
Recycle USB
SSBC
THRESHING KEDUA
Berondolan
rebusan
67% Janjangan kosong
ke Estate 21%
Siklus Angkat atau Tuang
Sebagai contoh: untuk 30 TPH, kapasitas lori 3,6 Ton TBS/lori, waktu
yang diperlukan = 60x3,6/30 = 7,2 menit artinya lori harus diangkat
(u/ Hoist crane ) atau di tuang (u/ Tippler ) setiap 7,2 menit /lori untuk
throughput 30 TPH.
Keterangan:
KODE PKS : xxxx
B Line atau Throughput TPH PKS ton/jam
C Ton TBS/Lori ton/lori
A Siklus Hoist /Pouring menit
xxxx Formulir di atas harus diisi setiap PKS sesuai dengan operasional
yang dipergunkan.
4. Prosedur Operasi
a) Sebelum Operasi
Periksa kondisi:
- Wire rope dan drumnya
- Oil level pada gearbox
- Kebocoran-kebocoran pelumas.
- Baut-baut yang longgar dan tidak normal .
b) Selama Operasional:
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam operasi Hoist Crane:
- Pastikan rantai dipasangkan / diletakan pada ring lori
dengan benar
- Mengangkat lori dari rel dengan kecepatan lambat.
- Mengangkat lori ke atas dengan kecepatan penuh.
- Bergerak horizontal ke hopper.
- Menurunkan lori tepat di pinggiran hopper.
- Menuangkan lori berisi TBS.
- Mengembalikan lori pada posisi normal.
- Menaikkan sedikit lori dari pinggiran hopper.
- Bergerak horizontal sampai lori melewati rail track.
- Menurunkan lori dengan kecepatan penuh.
- Pada saat mendekati rel, lori diturunkan dengan kecepatan
lambat untuk penempatan yang tepat di rel.
- Pastikan rantai telah terlepas dari ring di dinding lori.
c) Setelah Operasional :
Setelah operasional Hoist crane, wire rope harus tergulung rapi
pada hoist crane.
4.2. TIPPLER
a) Sebelum Operasi
Periksa kondisi:
- Rel dan drumnya
- Oil level dan rantai transmisi pada gearbox
- Baut-baut yang longgar dan tidak normal
- Chain dan scraper plat pada bunch conveyor
- Scraper plat atau bucket bunch elevator.
b) Selama Operasional:
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam operasi Tippler:
- Lori berada diatas rel tippler dengan posisi normal dan
benar.
- Kunci ( Lock ) lori di atas tippler , agar lori tidak
goyang/bergerak.
c) Setelah Operasional :
Setelah stop operasional tippler , bunch conveyor dan bunch
elevator agar dikosongkan dari sisa buah atau berondolan.
4.3 . Thresher
A. Sebelum Operasi:
a. Periksa peralatan Auto Feeder berikut :
Oil level pada gear box dan kebocoran-kebocoran.
Baut rantai Gearbox Coupling.
B. Operasional :
a. Thresher harus dioperasikan bersamaan dengan peralatan
stasiun fruit conveyor berikut :
Jalankan inclined dan horizontal empty bunch conveyor.
Jalankan top fruit conveyor, fruit elevator, bottom fruit
conveyor dan conveyor under thresher.
Jalankan thresher drum.
Mulai pengisian lori TBS ke Hopper dan jalankan Auto-
feeder.
C. Setelah Operasional :
1. Untuk menghentikan stasiun threshing, lakukan prosedur
start operasi secara berlawanan.
2. Hopper harus selalu kosong sebelum dimatikan & thresher
drum harus dalam keadaan kosong.
3. Matikan semua instalasi listrik dan lakukan pembersihan
stasiun & sekitarnya.
4. Lakukan pembersihan celah-celah drum dan pemeriksaan
spider.
5. Periksa kembali bahwa semua instalasi listrik telah
dimatikan.
6 6. Monitoring
A. Monitor harian
1. Definisi :
Digester
Press cake
Undiluted Crude
Oil
SOP-PENGOLAHAN/ Review MCMD#2/2008
23/86
Screw Press
2. Fungsi/Tujuan :
a) Mengkondisikan berondolan di digester sebelum di-press.
b) Meng-ekstraksi minyak semaksimal mungkin dari daging buah dengan
Nut pecah seminimum mungkin.
c) Menghantar press cake dan Nut ke cake breaker conveyor untuk
dipisahkan antara Nut dan Fibre di Depericarper.
d) Menyeimbangkan pencapaian kapasitas / jam, dengan operasional
press yang normal (disesuaikan kapasitas unit press terpasang)
A. Digester
Melepaskan sel minyak dari pericarp
Memisahkan pericarp dan Nut
Meng-homogen-kan massa brondolan
Mempertahankan temperatur 90oC 95oC
Ampere kerja digester disesuaikan dengan kapasitas digester.
Berbentuk tabung silinder bagian dalam liner plate stainless steel dan
bottom plate (9 12 mm), bagian luar diisolasikan
Mempunyai stirring arm sebanyak 4 6 set (tergantung kapasitas
digester) plus 1 set expeller dipasang melintang dan berselang-seling
Pengisian digester minimal dari kapasitas nya
Putaran poros digester sebesar 25 rpm
Bagian bawah poros ditumpu oleh bearing/bushing pada stuffing bor.
Pastikan Baffle siku 150x150 mm pada dinding digester dengan
panjang tidak kurang dari 6.
Lakukan pembersihan lobang-lobang digester secara rutin dari hand
hole (bila tersedia).
B. Screw Press
Mengekstraksi minyak maksimal (oil losses O/DM < 8) dan Nut
pecah yang minimal (Nut pecah/total nut < 10%)
Putaran worm screw press (semua tipe screw press) sebesar 9,5 -
13 rpm.
Tekanan lawan hydraulic terhadap aliran press cake 30 - 50 barg
Pengendalian beban ampere screw press disesuaikan dengan type
press.
Water dilution dengan komposisi oil in crude oil : 35% - 39%.
4. Prosedur Operasional
A Digester
Sebelum Operasi :
a. Lakukan pemeriksaan oil level gear box
b. Periksa kondisi baut-baut pada coupling shaft digester
c. Lakukan pemeriksaan visual keadaan digester:
ca. Sisa-sisa berondolan
cb. Kondisi pisau-pisau pencabik
cc. Pisau pelempar
cd .Plat penahan (siku 150x150 mm, panjang 6)
Operasional :
a. Lakukan pengisian digester secara berurutan dan tutup
terlebih dahulu chute pressan
b. Pastikan volume masing-masing unit digester tetap penuh
(minimal dari volumenya) dan bila kurang dari volume,
operasional press di stop.
c. Panaskan berondolan dalam digester 90 95oC
d. Bersihkan drainage pada bottom plate digester dengan steam
e. Jalankan arm digester dan perhatikan suara-suara yang tidak
normal selama 20 menit, buka chute pressan
f. Pengeluaran minyak dari drainage bottom plate harus lancar.
g. Pertahankan temperatur kerja digester 90 95oC.
h. Monitor amper kerja digester disesuaikan dengan kapasitas
digester.
Stop Operasi :
a. Pastikan tabung digester telah benar-benar kosong.
b. Tutup semua aliran steam ke digester
c. Switch off aliran listrik
d. Lakukan pembersihan lingkungan kerja dari digester
B. Screw Press
Sebelum Operasi :
a. Lakukan pemeriksaan oil level gear box.
b. Lakukan pemeriksaan baut-baut coupling electromotor.
c. Lakukan pemeriksaan oil level hydraulic pada tank.
d. Lakukan pemeriksaan kebocoran pada pipa hydraulic.
e. Perhatikan beban motor (ampere-meter) pada saat screw
press jalan kosong, suara dan getaran yang tidak normal saat
dioperasikan
SOP-PENGOLAHAN/ Review MCMD#2/2008
25/86
Operasional :
a. Jalankan screw press sebelum chute dibuka dan posisi cone
tertutup (maksimal) di lubang press cake liner.
b. Pastikan secara visual kondisi dari press cake, apakah
berminyak atau broken Nut tinggi.
c. Pastikan tekanan hydraulic 30 50 barg.
d. Laksanakan juga monitor terhadap amper kerja press
disesuaikan dengan type press.
e. Selama operasi, operator harus menjaga kebersihan
lingkungan stasiun press.
f. Perhatikan kondisi water dilution agar komposisi oil in crude
oil antara 35% - 39% dan temperatur 90 95oC
Operasional :
Pada waktu operasi, perhatikan suara-suara yang tidak normal
serta getaran yang tidak normal.
Operasional :
a. Pertahankan temperatur sand trap tank 90oC - 95oC.
SOP-PENGOLAHAN/ Review MCMD#2/2008
26/86
b. Perhatikan water dilution
5. Monitor
d
s
t
30
31
V. STASIUN KLARIFIKASI
1. Definisi
Perlakuan proses penjernihan crude oil dari estraksi stasiun press, yang
masih mengandung sejumlah kadar air, sludge dan lumpur, melalui
tahapan-tahapan klarifikasi yang merupakan faktor yang sangat
menentukan terhadap produksi CPO untuk kuantitas dan kualitas.
Crude Oil ex press
Vertical Continuous
Tank
Oil Sludge
Solid to
Purifier drain Suldge Tank
Moisture 0.150%
Dirt 0.015%
FFA 3.00%
Heavy phase Light phase
DOBI 3.00
Storage Tank
To effluent Treatment
DESPATCH
aa. Definisi :
Pemisahan crude oil dari fibre-fibre, cagkang-cangkang halus dan
partikel-partikel lainnya dengan menggunakan filtrasi ukuran
20/40 mesh.
b. Pengendapan
ba. Definisi :
Pengambilan minyak berdasarkan viskositas (density) antara
minyak dan partikel-partikel lainnya.
c. Centrifugasi
ca. Definisi :
SOP-PENGOLAHAN/ Review MCMD#2/2008
29/86
Proses pemisahan minyak pada tahap akhir, dengan metode
centrifugal.
d. Pemurnian
da. Definisi :
Proses pemurnian minyak yang masih mengandung kadar air dan
kotoran-kotoran yang sangat ringan.
4. Monitoring
a. Oil Loss
Pada sludge centrifuge. Maksimum 13,00 %O/DM
Pada Final Effluent Maksimum 17,00
%O/DM
Pada solid decanter Maksimum 14,00%O/DM
Pada heavy phase decanter Maksimum 11,50%O/DM
V.STASIUN KLARIFIKASI
Sub stasiun: OIL RECOVERY TANK
1. ALUR PROSES
Suldge underflow dari oil recovery tank dialirkan ke sludge fit dan
selanjutnya dipompa ke final effluent bersamaan dengan sludge eks
sludge centrifuge atau heavy phase decanter.
Drainage
Klarifikasi
Fat - Pit
Minyak eks
recovery
Oil Recovery
Tank
Sludge Underflow
Final Effluent ke
Heavy phase
decanter atau sludge
Sludge fit kolam limbah
eks centrifuge
ccentrifuge
2. Tujuan
a. Menekan kandungan minyak di sludge underflow eks Recovery tank di
bawah 25% O/DM.
b. Mencegah air kondensat dikembalikan ke proses klarifikasi.
3. Fasilitas Peralatan
Fasilitas peralatan untuk mendukung tujuan recovery tank:
1. Temperatur gauge tersedia dan tidak rusak.
2. Tersedia steam coil dengan steam trap untuk mempertahankan
temperatur operasi
3. Tersedia steam injection dengan ukuran lobang-lobang yang tepat untuk
mempercepat kenaikan temperatur saat awal pengolahan.
4. Skimmer oil yang dapat diadjust.
b) Saat Pengolahan
1. Pastikan skimmer oil diatas permukaan cairan recovery tank.
2. Buka valve steam injection secara perlahan sampai bukaan valve
terbuka penuh. Setelah temperatur di recovery tank mencapai 88-
90oC kemudian valve steam injection ditutup kembali. Perhatikan
waktu pembukaan steam injection terhadap gejolak di permukaan.
Bila terjadi gejolak yang kuat menunjukkan telah membesarnya
lubang keluar steam pada steam injection atau support penahan
steam injection terlepas. Jika demikian, maka dilakukan perbaikan
pada waktu yang tepat.
3. Buka valve by pass steam trap kemudian buka valve steam inlet
untuk membuang semua air sehingga steam keluar dan tutup
kembali valve bypass (Perlakuan pembukan valve steam inlet dapat
bersamaan dengan pembukaan valve steam injection). Kemudian
buka valve steam trap. Jika terlihat sludge keluar saat pembuangan
air menunjukkan steam coil sudah bocor dan dilakukan perbaikan
pada waktu yang tepat.
4. Amati ketebalan minyak dari sight glass bila tersedia untuk
memonitoring ketebalan minyak.
5. Lakukan pengutipan minyak dengan menurunkan skimmer oil jika
ketebalan minyak telah mencapai 10 cm dan stop pengutipan bila
ketebalan minyak 3 cm dengan tujuan memproteksi air masuk ke
proses klarifikasi.
6. Naikkan kembali skimmer oil diatas permukaan cairan setelah
selesai pengutipan minyak
6. Monitoring
- Temperatur operasi rata-rata 88-90oC.
- Rata-rata ketebalan minyak pada permukaan recovery tank lebih
kurang 10 cm.
- Kandungan minyak di underflow recovery tank tidak lebih dari 25 %
O/DM.
2. Alur Proses
Dirt atau moisture yang mengendap di Tangki Storage di
recycling dan dialirkan ke tangki penampung di stasiun Klarifikasi
sesuai instalasi pipa yang terpasang di masing-masing pabrik.
Minyak recycling selanjutnya diproses di Stasiun Klarifikasi.
Recycling
Tangki Stasiun
Stor
Dispatch CPO
Final Effluent
3. Parameter
3.1. %Moisture minyak dispatch terkontrol sesuai target (0,12 0,15%).
3.2. %Dirt CPO terkontrol sesuai target (<0,015%).
4. Pelaksana
5.1. Operator dispatch dan dibantu operator klarifikasi.
5. Fasilitas Peralatan
5.2. Valve recycling minyak Tangki Storage dilengkapi kunci pengaman
(kunci gembok).
5.3. Pompa recycling atau pompa dispatch difungsikan sebagai pompa
recycling minyak.
Recycling minyak
Dispatch CPO
1 3 5
2 4
6
Keterangan gambar
1 dan 3 2 dan 4 5 6 7 8 9
Dispatch Drain inlet valve Dispatch Check Outlet valve Outlet valve
Valve Valve pada pump Valve pada pada
dispatch dispatch dispatch
pump pump untuk pump untuk
dispatch recycling
CPO
7.1.2. Tutup dispatch valve tangki yang akan di-dispatch dan outlet
valve pada dispatch pump untuk dispatch CPO.
7.1.3. Buka drain valve tangki yang akan di-dispatch. Buka inlet valve
dan outlet valve untuk recycling minyak pada dispatch pump.
7.1.4. Operasikan dispatch pump yang difungsikan sebagai pompa
recycling minyak Tangki Storage.
7.1.5. Lakukan pengamatan visual pada minyak yang keluar dari pipa
recycling ke tangki penampung di stasiun klarifikasi.
Note :
Bila recycling minyak dilakukan dengan metode gravitasi (tanpa
pompa), agar posisi buka-tutup valve disesuaikan aliran
recycling.
Setelah di recycling, sounding kembali Tangki Storage yang akan
di-dispatch (untuk keperluan rekonsiliasi antara hasil timbangan
dengan sounding dari CPO dispatch).
Lakukan pengukuran temperature CPO untuk keperluan
perhitungan stock CPO pada Tangki Storage dengan cara:
(i) Lakukan pengukuran temperatur CPO pada bagian bawah,
tengah dan atas pada tangki storage.
(ii) Celupkan thermometer pada bagian yang akan diukur dan
biarkan thermometer sampai menunjukkan temperature
tidak naik lagi.
(iii) Catat temperatur terbaca pada thermometer.
(iv) Ambil rata-rata hasil pengukuran temperatur untuk
perhitungan stock CPO.
7.2. Tangki yang tidak di-dispatch (bila hasil analisa moisture atau dirt
pada CPO di Tangki Storage melebihi target)
1. Definisi :
Stasiun yang melakukan proses pencapaian efisiensi recovery kernel
yang maksimal dengan kualitas produksi yang optimal dan losses yang
minimal.
Press cake
Depericarper Fibre
Polishing Drum
Nut=+/- 12%
Nut hopper
Ripple Mill
Eff. Pemecahan
96%
Broken Kernel 15%
Bulk Silo/Bisley
Despatch produksi
SOP-PENGOLAHAN/ Review MCMD#2/2008
38/86
Moisture 6-7%
Dirt 5-6%
%Broken kernel
15%
%FFA 2%
a. Kualitas noten harus baik pada bentuk lancip noten maksimal hanya
terdapat serabut yang pendek dan jumlahnya sedikit.
b. Volume noten hopper tetap balance (volume maksimal noten hopper
setengah {50%} dari kapasitasnya).
c. Operasional ripple mill sesuai dengan kapasitasnya.
d. Mass balance craxmix ex ripple mill, agar dicapai pada :
Kernel dry separation = + 50%
Broken kernel ex craxmix pada LTDS = + 30%
Broken kernel ex craxmix pada Claybath maksimal 20%
e. Operasional pada claybath, larutan medianya (larutan CaCO3)
pencapaian terbaik untuk specific gravity sebesar 1,12 s/d 1,14 .
f. Volume kernel silo harus tetap penuh kapasitasnya.
g. Pengukuran volume pada batching tank harus benar sesuai kalibrasi
yang telah ditetapkan masing-masing PKS.
4. Operasi (Proses)
a. Sebelum Proses
Periksa kondisi seluruh unit mesin yang bergerak, dalam keadaan
baik.
Periksa kondisi volume noten hopper dan kernel silo
Periksa spesific gravity (SG) larutan Calcium Carbonat (CaCO3)
masih baik atau tidak.
b. Operasional (Start)
Periksa sebelum proses dimulai, kondisi seluruh unit mesin yang
bergerak dalam keadaan bersih dan kosong.
SOP-PENGOLAHAN/ Review MCMD#2/2008
39/86
ON Fibre dan shell conveyor
ON Fan LTDS dan fibre cyclone (dari stasiun press)
ON Cracked moisture conveyor dan wet kernel conveyor
ON Feed distribusi claybath conveyor dan pompa claybath dan
fan-fannya
ON Air lock feeder dan Nut conveyor
ON Nut elevator
ON Nut transport fan/polishing drum
Buka by pass dan Drain semua steam trap (buang kondensasi
uap pada steam trap) dan buka valve steam
Operasikan heater dan fannya
ON dry kernel conveyor dan dry kernel elevator
ON fan transport kernel to bulk silo
ON fan pembuang udara panas dari dalam bulk silo
c. Stop Operasional
OFF Fibre cyclone dan polishing drum dan Nut transport fan
OFF Nut silo Nut conveyor dan Nut elevator
OFF Ripple mill air lock feeder dan cracked mixture conveyor
OFF Claybath Pompa sirkulasi dan fan transport shell dan fan
transport broken kernel.
OFF LTDS Fannya serta fibre dan shell conveyor
OFF Kernel silo distribusi wet kerrnel conveyor/dry kernel
conveyor/dry kernel elevator dan kernel transport fan serta fan
heaternya.
Tutup valve steam dan drainage steam trapnya.
5. Monitoring
a. Kualitas Produksi :
Moisture 6-7%
Dirt 5 6%
Broken Kernel <15 %
FFA <2%
b. Effisiensi Ripple Mill 96 %
c. Volume noten hopper maksimal. 50% dari kapasitasnya
Volume kernel silo harus penuh ( minimal 75 % dari kapasitasnya).
d. Mass Balance Craxmix
Ex LTDS no 1 = 50 % maksimum
Ex LTDS no 2 = 30 % maksimum.
Ex Claybath = 20 % maksimum.
e. Kernel Loss
Penjelasan Umum
Feed Tank
Deaerato
r Fiber & Shell
BOILER
Steam
Make-up
Steam
SOP-PENGOLAHAN/ Review MCMD#2/2008 Separator
41/86
Steam
Steam Turbin
Back
Main Switch Pressure
Board Receiver
Power Supply Steam untuk
ke stasiun pengolahan
pengolahan
Feed Tank
1. Level air umpan pada tangki harus dijaga dalam kondisi penuh sepanjang
waktu ketika boiler beroperasi
2. Temperatur air umpan harus terjaga pada kisaran 80 - 90 oC sehingga
memudahkan proses deaeration dan mengurangi pemakaian bahan bakar
boiler
3. Bypass valve (tanpa lewat deaerator) harus ditutup dan disegel plastic
bernomor dan dicatat. Valve ini hanya boleh dibuka dalam kondisi darurat
oleh operator boiler dan dibuatkan berita acara dalam logsheet boiler.
Deaerator
1. Tekanan dalam deaerator harus dijaga pada kisaran 0,34 barg.
2. Temperatur air di dalam deaerator harus dijaga sekitar 100-105oC
3. Pastikan exhaust valve pada bagian atas deaerator selalu terbuka
sepanjang waktu sehingga steam (berupa gas) terlihat keluar dari pipa
4. Level air di dalam deaerator harus dijaga sedikit di atas setengah tinggi
tangki. Ruang kosong di atas level air diperlukan untuk melepaskan
oksigen
BOILER
Abu
Keterangan:
1. SSC untuk turbin dicapai dari pengukuran flowmeter (jika ada)
2. Steam yang keluar dari boiler (B kg/jam) diukur dari steam flowmeter (jika
ada)
3. %Fiber/TBS dan %shell/TBS berdasarkan pengujian
4. 3.5 kg steam per kg fuel merupakan acuan dan didasari pada nilai kalor
gabungan bersih 6000 BTU/lb (3333 Kkal) dan efisiensi thermal boiler 57%
Catatan:
Mill: . Region: .
Boiler
Keamanan
1. Segera bersihkan tumpahan oli pada lantai dan plaform
2. Sebelum mengoperasikan beberapa peralatan, pastikan tak satu pun yang
sedang bekerja
3. Bunyikan sirine sebelum membuka steam ke main steam range
4. Gunakan sarung tangan dan sepatu pada saat membersihkan firte grate
(korek abu)
5. Pastikan tekanan ruang bakar negatif ketika korek abu
6. Operator boiler yang bertugas harus melakukan serah terima dengan
operator berikutnya
7. Tak seorang pun boleh membuka atau membiarkan terbuka boiler untuk
perbaikan, pembersihan atau maksud lainnya jika tidak pencegahan yang
diambil untuk memastikan semua tekanan telah dilepaskan
8. Tak seorang pun boleh masuk atau diizinkan masuk ke boiler sampai:
a) Kondisi sudah cukup dingin
b) Kondisi bebas dari bau yang menyengat dan menguap
c) Semua steam dan jalur air panas tidak berhubungan secara efektif
Keadaan Darurat
1. Second Low Water Level
Jika lampu second low water level pada panel menyala, dan secara
bersamaan alarm low water berbunyi, segera lakukan tindakan berikut ini:
a. Hidupkan pompa cadangan untuk air umpan boiler dan periksa valve
isolasi untuk modulating control valve telah dibuka penuh. Buka
bypass valve dari modulating control valve untuk menaikkan flowrate
feed water kedalam boiler yang sedang mangalami second low water
level. Tutup main steam stop valve.
b. Jangan matikan pompa cadangan untuk air umpan boiler sampai level
air di dalam gauge glass mencapai level normal.
c. Dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk memasukkan air ke
dalam boiler dengan 2 pompa air umpan boiler, yang disebabkan oleh
berbagai alasan, maka boiler harus segera di stop total sesuai prosedur
Stop Total Boiler Dalam Keadaan Darurat, point 2(a) sampai 2(g) di
atas.
2. Pipa bocor
(Definisi pipa bocor merujuk pada lampiran 1)
Segera lakukan tindakan sebagai berikut:
a. Operasikan terus pompa air ke boiler dan pertahankan level air paling
sedikit setengah gelas sampai boiler cukup dingin. Dimungkinkan perlu
mengoperasikan pompa cadangan air umpan boiler.
3. Pipa Pecah
(Definisi pipa pecah merujuk pada lampiran 2)
Pipa pecah di boiler dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Semburan abu keluar dari dapur boiler dan ash-pit door, dan/atau dari
belakang boiler.
b. Air menetes pada ash-pit dapur boiler atau meresap dari bagian bawah
boiler, tergantung pada bagian mana pipa pecah.
c. Suara bising terpancar dari steam/air yang keluar melalui pipa yang
pecah.
Dalam situasi pipa pecah, kemungkinan tidak cukup waktu untuk
memeriksa gauge glass. Segera lakukan stop total boiler sesuai prosedur
Stop Total Boiler Dalam Keadaan Darurat (kondisi low water), dari point
2(a) sampai 2(g) diatas.
4. Pecatatan Pelatihan
a. Buku Catatan
i. Buku catatan harus ada untuk mencatat semua kegiatan pelatihan
yang berhubungan dengan Power House (boiler house dan engine
room).
ii. Buku catatan harus disimpan di ruang Manager dan harus tersedia
setiap saat ketika diperlukan untuk pemeriksaan.
b. Pencatatan
Informasi pelatihan harus dicatat sebagai berikut:
i. Tanggal dan tempat pelaksanaan pelatihan
ii. Nama trainer
iii. Nama dan posisi para peserta pelatihan.
Contoh : Wahid Operator in-charge, shift 1
iv. Garis besar materi yang diberikan
SOP-PENGOLAHAN/ Review MCMD#2/2008
52/86
Contoh: Pelatihan pengujian Gauge Glass - Pengujian rutin normal dan
pengujian dalam keadaan darurat.
Catatan : Pelatihan harus dihadiri oleh Manager.
Perawatan boiler
2. Dry Storage
a. Metode dry storage dapat digunakan ketika boiler stop total dan
didiamkan lebih dari satu bulan.
b. Setelah stop total, pendinginan dan pengosongan boiler:
i. Bersihkan fireside untuk menghilangkan abu/jelaga yang
menempel pada pipa-pipa dan permukaan drum bagian luar.
SOP-PENGOLAHAN/ Review MCMD#2/2008
54/86
ii. Bersihkan waterside untuk menghilangkan endapan dan
bersihkan kerak yang melekat pada bagian dalam drum dan
header. Apabila memungkinkan, bilas pipa dengan air. Keluarkan
sisa air di dalam drum dan header dengan pengepelan
menggunakan kain.
c. Setelah pembersihan fireside dan waterside:
i. Nyalakan api yang kecil untuk mengeringkan permukaan bagian
dalam boiler.
ii. Setelah permukaan bagian dalam kering, letakkan bahan
penyerap kadar air, seperti quicklime atau silica gel di dalam
wadah, di dalam steam drum, mud drum dan bila
memungkinkan di dalam header. Konsultasikan ke vendor bahan
kimia boiler water treatment jumlah quicklime atau silica gel
yang ditempatkan di dalam boiler.
iii. Setelah menempatkan bahan penyerap kadar air di dalam
boiler, tutup semua man-hole, hand-hole dan semua
valve/lubang pada boiler. Perlu Blank off main steam valve dan
koneksitas air umpan di boiler.
iv. Ganti bahan penyerap kadar air setiap 3 bulan.
v. Gunakan pemanas listrik pada fireside boiler untuk menjaga
agar permukaan luar pipa dan drum kering. Alternatif lainnya,
setiap 2 hari sekali nyalakan api yang kecil di dalam dapur untuk
menjaga permukaan bagian luar pipa dan drum hangat dan
kering.
Lampiran 1.
Pipa bocor
Dalam kasus pipa bocor sebesar lubang jarum yang disebabkan
overheating pada pipa karena kerak, atau disebabkan localized corrosion
(pitting) pada pipa, atau disebabkan pengikisan bagian luar pipa, tekanan
steam boiler akan sulit untuk dipertahankan. Supply air umpan ke boiler
terus menerus dan diatas normal untuk menjaga level air di dalam steam
drum pada level normal.
Dalam hal ini, dimana tekanan steam boiler sulit untuk dipertahankan dan
air umpan disuplai secara terus menerus diatas normal, periksa ash-pit,
sisi samping dan bagian belakang boiler terhadap resapan air. Jika terlihat
air menetes pada ash-pit atau meresap dari bagian bawah boiler, semua
indikasi ini menunjukkan adanya kebocoran pipa. Suara berdesis dapat
terdengar.
Lampiran 2:
Pipa Pecah
Istilah pipa pecah, digunakan untuk menggambarkan luas areal yang
terbuka lebar dari pipa metal, dan menggambarkan parahnya pipa pecah
dibandingkan pipa bocor.
Korosi eksternal dan/atau erosi akan menyebabkan penipisan bagian luar
pipa. Korosi eksternal bersifat menyeluruh dan dapat menyebar luas. Pipa
akan pecah ketika ketebalan pipa yang tersisa tidak cukup kuat menahan
tekanan kerja normal boiler. Ada kemungkinan bahwa pengerakan yang
parah pada area yang luas pada pipa, dan akibat dari overheating yang
tinggi pada area yang luas tersebut, dapat menyebabkan pipa pecah.
Dalam kejadian pipa pecah, steam dan air di boiler akan dikeluarkan
melalui area yang pecah pada kecepatan sangat tinggi. Boiler akan sangat
cepat ke level low water, kecepatannya sangat tergantung pada ukuran
diameter steam drum, ukuran yang pecah
Kamar Mesin
a) Sebelum operasional
Periksa oli mesin pada stik oli apakah ada posisi normal (level H) jika
kurang tambah
Periksa air radiator (jika kurang tambah)
Periksa batere dan kabel batere apakah sudah benar
Periksa v- belt engine, apakah dalam steady
Periksa BBM solar, apakah sudah cukup stock untuk operasi
Start engine tanpa beban selama 10 menit (maksimal) pada rpm
1500 sebagai pemanasan (warming up)
Setting voltage dan Hz pada posisi 400V dan 50 Hz pada putaran
engine 1500 rpm
Cross check engine, terhadap gentaran, bunyi/suara apakah ada
kelainan atau tidak
Netral switch pada engine dan MCCB set pada posisi on
MCB set pada posisi on (single operasi)
Periksa kembali voltage dan Hz, bila kurang dari 400 V/50 Hz di adjust
MCB untuk supply power yang memerlukan set on, sesuaikan dengan
kemampuan engine bila kurang power sinkron dengan engine yang lain
Data Kwh, Voltage, Hz, Amp, tekanan oil, temperatur engine setiap 1
jam operasi harus dicatat demikian juga Hm
Bila ada gangguan pada engine dan alat-alat instrument yang lainnya,
gunakan emergency stop yang telah tersedia pada MCCB
Buat laporan resmi bila ada masalah pada engine dan alat instrument
secara lisan atau tulisan langsung kepada Manager.
b) Selama operasional
Setelah operasi normal, diesel genset bisa disesuaikan dengan main
switch board
Setelah disesuaikan, adjust loading dan pastikan load diseragamkan
dengan semua alternator yang sedang beroperasi
Periksa dan pastikan line voltage dan frekuensi di dalam operating
range, adjust jika perlu
Periksa dan monitor temperatur radiator
Periksa dan monitor pressure lubrication oil
Batere genset tidak boleh dibongkar/dipindahkan waktu operasi genset
2. Air pendingin
Buka air pendingin lubricating oil cooler
Amati dan pastikan air disalurkan pada ujung saluran air
3. Kontrol turbin
Tempatkan semua alat kontrol, trip mekanisasi dalam posisi operasi
Buka/tutup hand nozzle valve sesuai dengan muatan turbin
b) Start turbin
Buka steam trap pada pipa line boiler
Buka steam trap pada steam separator
Buka semua steam trap pada turbin
Buka steam trap pada BVP
Buka valve water cooled turbin
Buka exhaust valve turbine
Buka semua valve BVP ke sterilizer, pressing, nut dan kernel,
klarifikasi, dearator, oil storage tank dll
Periksa level oil/minyak pelumas pada governor turbin
Start oil pump agar oil masuk ke bagian yang diperlukan
Buka inlet valve steam turbin sedikit untuk pemanasan rotor dan
governor 15 menit
Buka inlet steam turbin hingga rpm 100, 200, 300, 400 dan 500
secara perlahan-lahan 10 menit
Pada rpm 500 periksa getaran turbin dan bunyi /suara
Buka full inlet steam valve, sampai 1500 rpm
Setting Hz sampai 50 pada MCCB dan voltage 400
Masukkan/naikan switch netral
On synchronize key
Monitor
Mill : Operator: 1. ..
Boiler No. : 2. ..
3. ..
Tanggal:
Tekan Furnac Flu Water gauge Shut Blower Blow down Feed Dearat
an e e glass wate or
Draugh gas r
t
Jam Bar In Hg ToC Actio Name Actio Name Actio Name ToC ToC
n n n
07:00
Mill : Operator: 1.
3.
..
Tanggal:
Power Eletrik Oil Oil Inlet Steam BVP
Generato Presure Temp Presure Cosumption Presure
r
Tanggal:
Power Eletrik Oil Oil Air Solar
Generator Presure Temp Pendingin Cosumption
Sasaran
1. Memproduksi air yang bersih dan jernih
2. Mengurangi biaya raw water treatment
3. Mengurangi biaya boiler water treatment dengan hasil air yang bersih dan
jernih
4. Memperpanjang umur operasional boiler sehingga dapat mengurangi
biaya perbaikan
Raw
Sung Waduk Water
ai Tank
Koreksi pH, bila
diperlukan.
Coagulant
Clarifier
Tank
Floccolant.
Titik
Pengambilan
sampel
Boiler Sand Treated Water
Wate Filter Tank
Titik Pengambilan
sampel
Raw Water
Supply RS
(m3/jam)
Dosis Bahan Raw Water untuk
Kimia Pengolahan dan
(m3/jam) Pembersihan PC
(m3/jam)
Treated
Water
BOILER Konsumsi
BF Domestik
(m3/jam) DC (m3/jam)
Kode Penjelasan Volume Satuan
RS Pengadaan raw water m3/jam
TW Pengadaan air bersih dan jernih m3/jam
BF Air umpan ke boiler m3/jam
DC Konsumsi air domestik/perumahan m3/jam
PC Pemakaian untuk pengolahan dan m3/jam
pembersihan
F TBS olah ton/jam
RW/F Pengadaan raw water terhadap TBS m3/ton
TBS
BF/F Air umpan ke boiler terhadap TBS m3/ton
TBS
Clarifier Tank
1. Bersihkan dan inspeksi clarifier tank satu kali dalam 3 ( tiga ) bulan. Catat
tanggal pelaksanaannya pada buku water treatment.
2. Simpan catatan kapasitas clarifier tank dan waktu retensinya.
3. Pertahankan sludge blanket di dalam clarifier tank untuk menangkap floc.
Ketika lapisan sludge mulai tebal dan floc yang terbentuk mengalami
carry over, buka drain bawah atau samping di lapisan bawah sludge
blanket.
4. Drain bagian bawah clarifier tank beberapa menit di pagi hari (Lamanya
drain dan banyaknya per hari tergantung pada kondisi lokal dimana pabrik
perlu menetapkannya sehingga sludge blanket tetap terjaga).
5. Dosis flocculant ke silinder bagian dalam clarifier tank, di bagian tengah,
bertemu aliran air yang naik (Kedalaman silinder tempat dosis flocculant
masuk diperoleh lewat beberapa percobaan yang menghasilkan floc yang
berukuran besar)
6. Turbidity air di clarifier tank ,di bawah 5 NTU.
Treated Water
1. Injeksi soda ash pada air sebelum treated water tank untuk menaikkan pH
ke 7.5
SOP-PENGOLAHAN/ Review MCMD#2/2008
69/86
2. Bersihkan dan inspeksi treated water tank tiap 6 ( enam ) bulan dan catat
tanggal pelaksanaannya
Sand/Pressure Filter
1. Lakukan backwash setiap 8 ( delapan ) jam secara perlahan-lahan untuk
mencegah keluarnya pasir dari dalam vessel , lihat selisih pressure
gauge posisi atas dan bawah telah mencapai 0.5 bar ( +/- 7.4 psi ).
2. Keluarkan semua pasir dan gravel satu kali setahun dan bersihkan serta
inspeksi vessel. Catat tanggal pelaksananya dalam buku water treatment.
3. Turbidity air selepas sand filter , di bawah 2 NTU.
Laboratorium
Larutan Standard
1. Persiapkan larutan standard (untuk coagulant, flocculant dan soda ash)
hanya untuk pemakaian selama satu minggu. Cek larutan standard jika
telah lebih dari satu minggu.
2. Persiapkan larutan standard untuk coagulant (alum atau polimer) dan
soda ash/coustic soda dengan konsentrasi 1% (1 ml pipet sebanding
dengan 20 ppm bahan kimia).
3. Persiapkan larutan standard untuk flocculant dengan konsentrasi 0.1% (1
ml pipet sebanding dengan 2 ppm bahan kimia).
4. Contoh untuk mempersiapkan larutan alum:
a) Timbang 0.5 gr alum dan larutkan dalam 500 ml air suling (pengukuran
menggunakan measuring cylinder) dan beri label pada botol plastik.
b) Perhitungan:
Konsentrasi = 0.5/500 = 0.001 (0.1%)
ppm = 0.001 x 1000000 = 1000
500 ml larutan mengandung 1000 ppm alum
1 ml larutan= 1000/500 = 2 ppm alum
Jar Test
1. Lakukan jar test setiap hari untuk penentuan dosis coagulant, flocculant
dan soda ash/coustic soda.
2. Kumpulkan sampel raw water dalam jumlah yang cukup dari satu titik
sebelum dosis beberapa bahan kimia.
3. Cek pH raw water di laboraorium untuk menentukan perlunya
mengkoreksi pH
4. Tes dilakukan dengan minimal 8 sampel 500 ml air per hari (4 sampel
sekali pengujian, sehingga terdapat 2 set pengujian). Banyaknya air
diukur dengan measuring cylinder 500 ml dan dituangkan ke dalam
beaker glass.
5. Atur stirer dengan kecepatan maksimal untuk dosis coagulant selama 5
menit. Catat ppm coagulant untuk tiap beaker glass.
Perhitungan:
ppm x flowrate x jam
Jumlah bahan kimia (kg) = -------------------------
1000000
dimana:
ppm = ppm larutan standard yang diinjeksikan
flowrate = pengukuran flowrate dari raw water
jam = jam pengadaan air yang ditreatment ke pabrik
Catatan/Log Sheet
1. Masukkan hasil tes harian ke dalam log sheet.
2. Manager atau asisten terkait harus memeriksa hasil tes harian tersebut.
Softener
Backwash
1. Lakukan backwash satu kali di pagi hari sebelum mulai mengolah.
2. Amati dengan teliti selama backwash dilakukan untuk mencegah
hilangnya resin.
3. Hentikan backwash ketika air yang keluar sudah terlihat jernih.
4. Backwash flowrate 245 liter per menit per m2 daerah permukaan resin
Regenerasi
1. Lakukan regenerasi ketika hardness pada air setelah softener di atas 2
ppm (sebagai CaCO3).
2. Sebelum regenerasi, backwash softener selama 20 menit atau sampai air
yang terbuang sudah terlihat jernih.
3. Jumlah garam yang dibutuhkan untuk regenerasi didasarkan pada 10
pounds NaCl untuk meregenerasi 1 cu.ft resin (1 cu.ft = 28.32 liter)
total garam
Volume larutan garam = ---------------------
factor kelarutan
Pembilasan
1. Bilas softener sesegera setelah regenerasi untuk mengeluarkan garam.
2. Cek air yang keluar dari softener untuk memastikan bahwa semua jenis
chloride telah keluar (cara sederhana pengujian adalah dengan
merasakan air dengan lidah tidak berasa asin).
3. Hentikan pembilasan hanya ketika semua chloride sudah keluar.
4. Slow rinse 60 menit (0.07 liter per menit per liter resin)
Fast rinse 20 menit (0.21 liter per menit per liter resin)
Operasi/Service
1. Flowrate pada saat operasi 0.27 sampai 0.55 liter per menit per liter
resin
2. Sistem tekanan tidak melebihi tekanan kerja standard softener sebesar 50
pound per inch2
DEMINT PLANT
Cation Exchanger
Regenerasi
1. Lakukan regenerasi kation ketika hardness di dalam air sudah di atas 2
ppm.
2. Sebelum diregenerasi, backwash kation selama 20 menit atau sampai air
yang terbuang sudah terlihat jernih.
3. Persiapkan bahan kimia regenerasi dengan konsentrasi yang
direkomendasikan oleh supplier.
4. Lakukan regenerasi kation sampai bahan kimia regenerasi habis.
Pembilasan
1. Bilas kation segera setelah regenerasi untuk mengeluarkan regenerant.
2. Lakukan slow rinse dan fast rinse sesuai rekomendasi supplier.
Anion Exchanger
Backwash
1. Lakukan backwash satu kali di pagi hari sebelum mulai mengolah
2. Amati dengan teliti selama backwash dilakukan untuk mencegah
hilangnya resin.
3. Hentikan backwash ketika air yang keluar sudah terlihat jernih
Regenerasi
1. Lakukan regenerasi anion ketika kandungan silica di dalam air sudah di
atas 5 ppm.
2. Sebelum diregenerasi, backwash anion selama 20 menit atau sampai air
yang terbuang sudah terlihat jernih.
3. Persiapkan bahan kimia regenerasi dengan konsentrasi yang
direkomendasikan oleh supplier.
4. Lakukan regenerasi anion sampai bahan kimia regenerasi habis.
Pembilasan
1. Bilas anion setelah regenerasi untuk mengeluarkan regenerant.
2. Lakukan slow rinse dan fast rinse sesuai rekomendasi supplier.
Deaerator
1. Pertahankan tekanan dalam deaerator kisaran 0,34 barg.
2. Pertahankan temperatur air di deaerator sekitar 100-105 oC
3. Catat tekanan dan temperatur air deaerator dalam tiap jam.
4. Pastikan venting (exhaust) valve pada bagian atas deaerator terbuka
selama beroperasi.
5. Pertahankan level air di deaerator sedikit di atas setengah ketinggian
deaerator.
Catatan/Log Sheet
1. Catat hasil tes harian ke dalam log sheet.
2. Manager atau asisten terkait harus memeriksa hasil tes harian tersebut.
MONITORING
FORMAT PENCUCICAN TANGKI
Mill .
BULAN R. WATER TANK CLARIFIER -TANK TREATED WATER FEED TANK
per 3 BULAN per 3 BULAN TANK per 6 BLN per 3 BLN
JAN
PEB
MAR
APR
MAI
JUN
JUL
AGST
SEPT
OKT
NOP
DES
DIPERIKSA ; DIKETAHUI ;
Mill . BULAN
TGL HASIL JAR TEST TTL FLOW PENAMBAHAN BAHAN SETTING TANGGUNG DIPERIKS
-HARIAN ( ppm ) RATR AIR . KIMIA ( Kg ) DOSING JAWAB A
ASKEP /
Alum Flocculant Soda ( M3 ) Alum Flocculant Soda PUMP OPRT ASST F.MGR
ash ash
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
1. Definisi
FINAL EFFLUENT
Kolam Anaerobic
LAND APPLICATION
2. Tujuan stasiun
3. Rencana kerja
Dalam master plan final effluent, perlu diperhatikan level kolam, sistem
umpan multi feeding, dan kondisi nutrisi, serta dilakukan analisa di PPKS
atau lembaga pemerintah yang resmi setiap bulan sekali, setiap kolam
selama proses sedimentasi berlangsung.
RAW LIMBAH
(a : 1 ton TBS)
Kolam Anaerobic
KE LAND
APPLICATION
b (ton)/jam
Keterangan
Formulir di atas harus diisi setiap PKS sesuai dengan operasional yang
dipergunakan.
4. Prosedur operasi
a. Sebelum operasi
Lakukan pembersihan terhadap bak penampung dua bulan sekali .
Usahakan supaya potongan stasiun klarifikasi tidak dipompakan ke
bak sedimentasi terlebih dahulu .
Pastikan ball switch dan pompa bekerja dengan baik
b. Selama operasi
Pastikan bahwa laju sludge buangan klarifikasi yang masuk ke bak
penampung ini konstan
c. Setelah operasi
Pastikan bahwa buangan terakhir klarifikasi selesai dipompakan ke
bak sedimentasi
a. Sebelum operasi
Kontrol visual kondisi pompa .
Kontrol power supply dan pastikan semua phase dalam kondisi
kerja .
Catat hour meter, awal operasi pompa
b. Selama operasi
Kontrol dan pastikan tidak ada getaran abnormal .
Operasi pompa tidak terjadi over heating
c. Setelah operasi
Tutup terlebih dahulu kerangan outlet pompa .
Matikan power pompa .
Tutup kerangan outlet pompa.
Catat hour meter , akhir operasi pompa
b. Selama operasi
Sesuaikan lama pengumpanan ke kolam dengan rencana waktu
yang ditetapkan, bila ada perubahan waktu pengumpanan lapor ke
staff bersangkutan.
Pastikan underflow setiap kolam tidak tersumbat.
Pastikan pompa Land Application dapat memompa limbah sesuai
jumlah yang telah ditetapkan.
c. Setelah operasi
Pastikan valve pompa Land Application dalam posisi tertutup.
Pastikan bahwa pengumpanan telah merata ke semua kolam.
a. Sebelum operasi
Pastikan tidak ada outlet yang keluar dari bak sedimentasi ke arah
bak kontrol
Pastikan pompa dapat bekerja dengan baik
b. Selama operasi
Pastikan outlet berasal hanya dari satu bak sedimentasi saja
Outlet dari tiap bak sedimentasi hanya dibuka selama dua jam dan
bergiliran
c. Setelah operasi
Pastikan tidak ada lagi outlet yang keluar dari bak sedimentasi
Pastikan level pada bak kontrol tidak luber
a. Sebelum operasi
Kontrol visual kondisi pompa
Kontrol power supply dan pastikan semua phase dalam kondisi
kerja
Catat hour meter , awal dari pompa land application ber operasi.
b. Selama operasi
Kontrol dan pastikan tidak ada getaran abnormal
Operasi pompa tidak terjadi over heating
c. Setelah operasi
Tutup terlebih dahulu kerangan outlet pompa.
Matikan power pompa
Tutup kerangan outlet pompa
Catat hour meter , akhir pompa land application di matikan.
Sasaran
Memperkirakan aktivitas bakteri an-aerob yang terdapat di dalam kolam
limbah
Frekuensi Pengujian
Satu kali pengujian per hari untuk tiap kolam
6. Metode Pengujian
A.pH
Tuang 50 ml sampel effluent ke dalam beaker glass 100 ml
Celupkan sensor untuk pengukuran pH (pastikan bahwa sensor
sudah bersih dan sudah distandarsisasi dengan larutan standard
pH 10.01)
Catat nilai yang muncul pada pH meter
B. Total Alkalinity
Hilangkan zat padatan yang terbawa melalui filtrasi ataupun
centrifuge
Tempatkan 100 ml larutan jernih effluent ke dalam conical flask
250 ml
Tambahkan 2-3 tetes phenolphtalein (jika warna sampel berubah
menjadi merah muda, titrasi dengan H 2SO4 0,1 N sampai warna
tersebut hilang)
Tambahkan 2-3 tetes methyl orange (jika warna sampel berubah
menjadi kuning, lanjutkan titrasi sampai warna berubah menjadi
orange dan jika pemberian methyl orange warna sampel sudah
berubah menjadi orange, tidak perlu dilakukan titrasi)
Perhitungan:
Total alkalinity (sebagai mg CaCO3/lt) = v x 50
dimana v adalah volume total H2SO4 yang digunakan dalam titrasi
(ml)
Perhitungan:
103
VFA = (S-B) x N x 60 x ----
V
dimana:
S = volume titrasi sampel effluent
B = volume titrasi sampel blanko
N = normalitas NaOH
V = volume sampel yang dititrasi (ml)
Perhitungan
103
VFA = (S-B) x N x 60 x ----
V
dimana:
S = volume titrasi sampel effluent
B = volume titrasi sampel blanko
N = normalitas NaOH
V = volume sampel yang dititrasi (ml)
7. Monitoring
Catatan:
Bila VFA (volatile fatty acid) keseluruhan kolam diatas >1000
ppm dan VFA/TA > 0,40, minta persetujuan CEO untuk
mengambil tindakan selanjutnya.
1. Definisi :
3. Master plan
a. Pencucian tanki storage setiap 6 bulan sekali , minta persetujuan CEO
bila storage tank tidak dapat dilakukan pencucian nya , disebabkan
stock CPO pada storage tank penuh.
b. Programkan jadwal pencucian ,dan koordinasikan dengan pihak
Marketing untuk dapat membantu pemasaran stock CPO.
c. Mengosongkan tanki storage sampai batas minimal CPO dalam tanki,
d. Menambahkan air dingin sebatas steam coil dan berikan steam s/d
tempratur +/- 70 o C ( untuk memisahkan minyak dengan solid /
blended)
e. Recycle sisa2 CPO di dalam tanki storage ke Stasiun Klarifikasi, sisa
solid (blended) di buang keluar.
f. Mengepel sisa2 air & solid, dengan mempergunakan kain majun.
4. Prosedur pelaksanaan;
a. Sebelum pelaksanaan
b. Pelaksanaan ;
c. Setelah pencucian
Mill , .