Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Quran al-Karim adalah sebuah kitab yang tidak datang kepadanya kebatilan dari
awal sampai akhirnya, yang diturunkan oleh Allah swt. Kitab yang mendapat keistimewaan,
yaitu yang mampu mencetak ulama besar yang tahu dan mengerti tentang penafsiran nas-nas
al-Quran dan ulama yang mengamalkan hukum-hukum yang tersirat di dalamnya.
Al-Quran adalah tolok ukur wawasan pengetahuan keislaman, sejak dahulu pada
zaman Rasulullah saw sampai pada masa yang akan datang.
Al-Quran merupakan wahyu ilahi yang wajib dipahami kandungannya oleh umat
Islam agar supaya mampu mengaplikasikan ajaran yang terkandung di dalamnya dengan baik
dan benar sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah swt. Salah satu cara memahami
kandungan al-Quran adalah dengan mempelajari tafsirnya.
Salah satu upaya pengembangan keilmuan yang saat ini tampaknya sedangberjalan di
seluruh perguruan tinggi Islam adalah penekanan pada penguasaan metodologi untuk setiap
keilmuan yangdikembangkan. Sebab disadari bahwa hanya dengan penguasaan
metodologilah suatu ilmu dapat berdaya guna bagi pengembangan masyarakat dan
peradaban.
Karya ilmiah yang diajukan oleh mahasiswa, dalam Tafsir Al-Quran masih banyak menemui
kesulitan dari sudut metodologi. Hal itu disebabkan karena disamping metodologi itu sendiri
masih terus berkembang dan bahkan ada yang masih melewati diskursus yang
berkepanjangan di kalangan para ahli, juga karena masih minimnya buku metodologi yang
dengan mudah dapat dipahami dan diterapkan.
B. Rumusan Masalah
Olehnya itu, dengan didasari oleh latar belakang di atas, dalam makalah ini penulis
mencoba untuk memberikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian metodologi penelitian tafsir?
2. Apa dasar Metodologi Penelitian Tafsir?
3. Bagaimana Jenis-jenis dan Ilmu Bantu Metodologi penelitian Tafsir?
4. Bagaimana urgensi dan Kedudukan Metodologi Penelitian Tafsir?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Dasar Metodologi Penelitian Tafsir
1. Konsep: secara etimologis berasal dari bahasa inggris (consept) dan di indonesiakan menjadi
kata konsep yang berarti rancangan, ide atau pengertian yang di abstrakkan dari peristiwa
kongkrit, gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang
digunakan oleh akal budi untuk memahami sesuatu.[1] Menurut Muin Salim, setelah meneliti
uraian konsep berkesimpulan bahwa ia bermakna leksikal ide pokok yang mendasari suatu
gagasan atau ide umum.[2]
Dalam filsafat ilmu konsep dikenal dapat berguna untuk keterangan ilmiah yang
berlaku umum, walaupun ciri itu dipandang sangat abstrak.[3]selanjutnya yang dimaksud
dalam kajian ini adalah suatu pengertian yang terlahir setelah diadakan
penelitian/pengamatan terhadap obyek tertentu.
2. Dasar: adalah pokok atau pangkal sesuatu.[4] Pernyataan ini mengandung arti proses dan
urgen. Untuk yang pertama terkait dengan operasional, sehingga ia harus dipahami sebagai
langkah awal dalam melakukan sesuatu, sedangkan yang kedua terkait dengan sifat sesuatu,
sehingga sesuatu itu dipandang sangat penting untuk diketahui. Dalam kajian ini kedua
kandungan makna Dasar ini dipergunakan.
3. Metodologi berasal dari kata Metode artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan
Logos artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu
dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.[5]
Metodologi dalam pembuatan penelitian adalah menggambarkan tentang tata cara
pengumpulan data yang diperlukan guna menguji hipotesa atau menjawab permasalahan yang
ada. Dalam kegiatan ilmiah, metodologi merupakan hal yang penting untuk menentukan
secara teoritis teknik operasional yang dipakai sebagai pegangan dalam mengambil langkah-
langkah, sehingga dapat diketahui tentang:[6]
a. Tata cara pengambilan sampel
b. Lokasi yang dijadikan obyek penelitian
c. Jumlah responden
d. Waktu yang diperlukan
e. Instrumen pengumpul data
f. Pengolahan dan analisis data yang diperlukan
g. Biaya (kalau ada)
4. Penelitian pada dasarnya merupakan suatu apaya pencarian dan bukan sekedar mengamati
secara teliti terhadap sesuatu obyek. Penelitian berasal dari bahasa Inggris
yaitu research yang berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Dengan demikian
secara logawiyah berarti mencari kembali.[7]
Penelitian menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi dalam bukunyaMetodologi
Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis
sampai menyusun laporannya.[8]
Istilah penelitian (research) telah banyak didefenisikan oleh para ahli dalam bidang
metodologi research. Para ahli yang dimaksud antara lain sebagai berikut:[9]
Hill Way dalam bukunya Introduction to research mendefenisikan penelitian
sebagai a method of study by which, of all acertainable problem, we reach a solution to the
problem.[10] (Suatu metode studi yang bersifat hati-hati dan mendalam dari segi bentuk fakta
yang dapat dipercaya atas masalah tertentu guna membuat pemecahan masalah tersebut).
Sejalan dengan itu dikemukakan pula oleh Sutrisno Hadi bahwa research dapat
didefenisikan sebagai usaha menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan, usaha, yang dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
[11] Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris: research yang berarti usaha atau
pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengn suatu metode tertentu dan dengn cara
hati-hati, sistematis serta sempurna terhdap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk
menyelesaikan dan menjawab problemnya.[12]
Winarno Surachman mendefinisikan penelitian atau penyelidikan sebagai kegiatan
ilmiah mengumpulkan pengetahuan baru dari sumber-sumber primer, dengan tekanan tujuan
pada penemuan prinsip-prinsip umum, serta mengadakan ramalan generalisasi di luar sampel
yang diselidiki.[13]
David H. Penny mengemukakan bahwa bahwa penelitian adalah pemikiran yang
sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan
dan penafsiran fakta-fakta.[14]
J. Suprapto mengatakan penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidaang ilmu
pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan
sabar, hati-hati serta sistematis.[15]
Mohammad Ali Mengemukakan penelitian adalah suatu cara untuk memahami
sesuatu dengan melalui penyelidikan atau melalui usaha untuk mencari bukti-bukti
sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh
pemecahannya.
Dari batasan-batasan di atas, diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
metodologi penelitian adalah : Suatu cabang ilmu pengetahuan yang
membicarakan/mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi
kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun
laporannya) untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran suatu pengetahuan atau
masalah guna mencari pemecahan terhadap masalah tersebut berdasarkan fakta-fakta atau
gejala-gejala secara ilmiah.
Dengan demikian dalam penelitian terdapat lima unsur yang perlu diperhatikan, yaitu:
[16]
a. Unsur ilmiah, adalah penggunaan ilmu pengetahuan dan langkah-langkah penelitian sebagai
metode berpikir. Langkah-langkah penelitian yang dimaksud adalah mulai dari pernyataan
masalah, penyusunan hipotesis, pengumpulan data sampai dengan penarikan kesimpulan dan
melaporkan hasilnya.
b. Unsur penemuan, berarti berusaha mendapatkan sesuatu untuk mengisi kekosongan atau
kekurangan.
c. Unsur pengembangan, berarti memperluas dan menganalisis lebih dalam apa yang sudah
ada. Dalam hal ini seseorang sudah pernah meneliti sesuatu objek tertentu, tetapi hasilnya
belum memuaskan sehingga hasil penelitian tersebut masih perlu dikembangkan.
d. Unsur Pengujian kebenaran, diartikan sebagai mengetes hal-hal yang masih diragukan
kebenarannya.
e. Unsur pemecahan masalah, dimaksudkan untuk membuat pemecahan apabila dalam
penelitian dijumpai beberapa masalah.
Penelitian dapat dirumuskan sebagai penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian
suatu masalah. Ini adalah cara untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat
dipertanggungjawabkan. Tujuannya ialah untuk menemukan jawaban terhadap persoalan
yang berrti melalui penerapan prosedur-prosedur ilmiah. Suatu penyelidikan harus
melibatkan pendektan ilmiah agar dapat digolongkan sebagai penelitian. Secara universal
penelitian merupakan suatu usaha sistematis dan obyektif untuk mencari pengetahuan yang
dapat dipercaya.[17]
5. Tafsir- ulama Ushul dan ulama tafsir berbeda pendapat tentang makna tafsir, hal itu
disebabkan karena perbedaan pendekatan yang mereka gunakan. Defenisi yang digunakan
oleh ulama Ushul juga beragam. Al-Zarka>syi memandang tafsir sebagai ilmu alat,
sedangkan al-Zarqa>niy melihat tafsir sebagai pengetahuan-pengetahuan tentang petunjuk-
petunjuk al-Quran.
Tafsir secara harfiyah berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk masdar dari
kata yang berarti menjelaskan[18], membuka dan menampakkan makna yang maqul.
Oleh karena itu pengertian tafsir dibedakan atas dua macam:[19]
a. Tafsir sebagai mashdar berarti menguraikan dan menjelaskn apa-apa yang dikandung al-
Quran berupa makna-makna, rahasia-rahasia dan hukum-hukum.
b. Tafsir sebagai maful berarti ilmu yang membahas koleksi sistematis dari natijah penelitian
terhadap al-Quran dari segi dilalahnya yang dikehendaki Allah sesuai dengan kadar
kemampun manusia.
Pengertian tafsir yang dimaksud dalam uraian ini adalah pengertian pertama, tegasnya
tafsir dalam arti metode, bukan tafsir al-Quran.
Jadi Metodologi Penelitian Tafsir adalah ilmu mengenai jalan (cara) yang dilewati
melalui kegiatan ilmiah untuk memahami, membahas, menjelaskan serta merefleksikan \
kandungan al-Quran secara apresiatif dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan yang
diperlukan berdasarkan kerangka konseptual tertentu sehingga menghasilkan suatu karya
tafsir yang refresentatif.
Metodologi tafsir merupakan alat dalam upaya menggali pesan-pesan yang
terkandung dalam kitab al-Quran. Hasil dari upaya keras dengan menggunakan alat
dimaksud terwujud sebagai tafsir. Konsekwensinya, kwalitas setiap karya tafsir sangat
tergantung kepada metodologi yang digunakan dalam melahirkan karya tafsir.[20]
B. Dasar Metodologi Penelitian Tafsir
Ada tiga segi dasar metodologi penelitian tafsir menurut Prof. Dr. Abd. Muin Salim:
1. Dasar dari Segi Filosofis
Yang dimaksud dari segi filosofis apabila dasar tafsir dari fungsi tafsir sebagai
penjelasan maksud kandungan al-Quran. Fungsi demikian disebut sendiri oleh al-Quran
(QS. Al-Baqarah (2) : 185
Terjemahan: Bulan Ramadhan, bulan diturunkannya al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dan yang batil.
Penggunaan kata jamak dalam ayat tersebut di atas, menurut para mufasir ada
dua kemungkinan, yaitu: (1) berfungsi sebagai uslub tafadhdhul atau gaya bahasa yang
memuliakan lawan bicara, dan (2) keterlibatan Jibril yang bertugas menyampaikan wahyu
untuk menjelaskan maksud ayat.
Apabila kata tafsir disinonimkan dengan kata baya>n dalam istilah ilmu Ushul
fiqh yang berfungsi menjelaskan ayat sebagaimana termaktub dalam ayat di atas.[21]
2. Dari segi Historis
Selain ayat al-Quran berfungsi sebagai penjelas bagi ayat yang lainnya, maka dalam
kenyataan sejarah, Rasulullah juga diberi tugas oleh Allah untuk menjelaskan dan merinci
ketentuan-ketentuan yang masih global dalam nas al-Quran. Adapun dalilnya (QS. Al-Nahl
(15) : 44
Terjemahan: Dan kami turunkan kepadamu al-Quran agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka.
Ilmu al-Baya>n adalah adalah ilmu yang menjelaskan suatu makna dengan
perantaraan beberapa kalimat atau perumpamaan-perumpamaan yang berbeda,
meliputi tasybi>h, maja>s, istiarah dan kina>yah.
Contoh tasybi>h dalam (QS. Ibrahim (14) : 18
(18)
Terjemahan: Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang
ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat
mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang
demikian itu adalah kesesatan yang jauh.
b. Ilmu-ilmu Ushuluddin
= Ushu>l, bentuk jamak dari kata = Ashl), dipahami sebagai pokok-pokok
ilmu[31], pokok-pokok agama, yaitu identifikasi masalah-masalah agama yang prinsipil,
yang tidak boleh diperselisihkan oleh siapapun di kalangan kaum muslimin. Masalah-
masalah pokok ini meliputi kepercayaan, keyakinan atau keimanan. Jadi ada kesejajaran
antara makna Ushu>l al-di>n dan aqi>dah atauaqa>id, yaitu ilmu tentang sistem
kepercayaan, keyakinan dan keimanan Islam. Yang termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu
Ushuluddin itu meliputi:[32]
1) Ulu>m al-Qura>n/Tafsir
2) Ulu>m al-Hadi>s/Hadis
3) Pemikiran dalam Islam (Teologi/ Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawwuf)
4) Perkembangan modern dalam Islam
5) Ilmu Perbandingan Agama atau hubungan Agama-agama.
Ilmu-ilmu Ushuluddin menempati posisi yang sangat penting dalam konstalasi
keilmuan Islam. Ilmu-ilmu yang termasuk dalam lima kelompok di atas merupakan objek
penelitian dalam ilmu Ushuluddin. Adapun ciri khas pendekatan dalam penelitian ilmu-ilmu
Ushuluddin[33] adalah
Pertama, Pendekatan Kewahyuan, yaitu pengkajian tentang al-Quran dan Hadis,
terutama bagaimana ia memberikan jawabannya sendiri mengenai berbagai problema yang
dihadapi manusia.
Kedua, Pendekatan rasional atau Pendekatan Akliah/Ijtiha>diyah.Apabila yang
diteliti adalah islam (dalam bidang Ushuluddin) sebagai yang dipahami/dipikirkan/ditafsirkan
dan diinterpretasikan oleh para ulama/pakar/filosof dan diungkapkan berbagai karya mereka,
maka yang dihadapi adalah area ijtihad.
Ketiga, Pendekatan Empiris. Apabila yang diteliti adalah Islam (dalam bidang
Ushuluddin) sebagai yang dihayati dan diamalkan oleh umatnya, maka yang dihadapi adalah
area penghayatan dan pengamalan, yang diistilahkan dengan area pengamalan/empiris.
D. Urgensi dan Kedudukan Metodologi Penelitian Tafsir
Al-Quran adalah merupakan sumber ajaran Islam. Kitab suci ini menempati posisi
sentral, bukan saja dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga
merupakan inspirator, pemandu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang ilma belas abad
sejarah pergerakan umat ini. Berdasarkan kedudukan dan peran al-Quran, pemahaman
terhadap al-Quran melalui penafsiran-penafsirannya mempunyai peranan sangat besar bagi
maju mundurnya umat, sekaligus dapat mencerminkan perkembangan serta corak pemikiran
mereka.
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang bisa ditarik dalam makalah ini adalah:
1. Metodologi Penelitian Tafsir adalah ilmu mengenai jalan (cara) yang dilewati melalui
kegiatan ilmiah untuk memahami, membahas, menjelaskan serta merefleksikan \ kandungan
al-Quran secara apresiatif dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan
berdasarkan kerangka konseptual tertentu sehingga menghasilkan suatu karya tafsir yang
refresentatif.
2. Adapun dasar-dasar metodologi tafsir adalah ditinjau dari segi historis, filosofis dan yuridis.
3. Jenis-jenis Metodologi Penelitian Tafsir adalah (a) Sebagai Subjek (Mufassir), (b) sebagai
objek (al-Quran), (c) metodologi
4. Ilmu bantu metodologi penelitian tafsir adalah meliputi: Bahasa Arab, ilmu Ushuluddin, ilmu
syariat
5. Urgensi dan Kedudukan Metodologi Penelitian Tafsir
6. Al-Quran adalah merupakan sumber ajaran Islam. Kitab suci ini menempati posisi sentral,
bukan saja dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga
merupakan inspirator, pemandu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang ilma belas abad
sejarah pergerakan umat ini. Berdasarkan kedudukan dan peran al-Quran, pemahaman
terhadap al-Quran melalui penafsiran-penafsirannya mempunyai peranan sangat besar bagi
maju mundurnya umat, sekaligus dapat mencerminkan perkembangan serta corak pemikiran
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Cet. III; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta; Raja Grapindo Persada: 2006
Cholid Narbuko dan Abu achmadi, Metodologi Penelitian, Cet. III; Jakarta: Sinar Grafika, 2001
Harahap, Syahrin, Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-ilmu Ushuluddin, Cet. I; Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000
Moh. Pabundu Tika, Metode Penelitian Geografi, Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2005
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian (Dalam teori dan Praktek), Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Sutrisno Hadi, Metodologi research, Jilid I; Yayasan penerbit Fakultas Psycologi; Universitas Gajah
Mada; yogyakarta, 1969
Syahdianor dan Faisal Shaleh, Metodologi Tafsir, Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo persada, 2006
Syarif, M. M., Philosophical Teachings of the Quran dalam M. M. Syarif (ed.), A History of
muslim Philosophy, Vol. I, Ottoharassowitz, Wieswbaden, 1963
1. Pengertian
Makalah ini didukung oleh empat istilah, yaitu; konsep , dasar, kajian dan tafsir.
1) Konsep: secara etimologis berasal dari bahasa inggris (consept) dan di indonesiakan menjadi
kata konsep yang berarti rancangan, ide atau pengertian yang di abstrakkan dari peristiwa
kongkrit, gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang
digunakan oleh akal budi untuk memahami sesuatu. [34] Menurut Muin Salim, setelah meneliti
uraian konsep berkesimpulan bahwa ia bermakna leksikal ide pokok yang mendasari suatu
gagasan atau ide umum.[35]
Dalam filsafat ilmu konsep dikenal dapat berguna untuk keterangan ilmiah yang
berlaku umum, walaupun ciri itu dipandang sangat abstrak. [36]selanjutnya yang dimaksud
dalam kajian ini adalah suatu pengertian yang terlahir setelah diadakan penelitian/pengamatan
terhadap obyek tertentu.
2) Dasar: adalah pokok atau pangkal sesuatu. [37] Pernyataan ini mengandung arti proses dan
urgen. Untuk yang pertama terkait dengan operasional, sehingga ia harus dipahami sebagai
langkah awal dalam melakukan sesuatu, sedangkan yang kedua terkait dengan sifat sesuatu,
sehingga sesuatu itu dipandang sangat penting untuk diketahui. Dalam kajian ini kedua
kandungan makna Dasar ini dipergunakan.
[1]Anton, M. et. al., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta; Balai Pustaka, 1990) h. 456
[2]Muin Salim, Beberapa Aspek Metodologi Tafsir al-Quran, (Ujung Pandang, LSKI,1990) h. 17
[3]The Liang Gie, Pengantar Filsafat ilmu, (Yogyakarta; Liberty, 1991) h. 126
[5]Cholid Narbuko dan Abu achmadi, Metodologi Penelitian, (Cet. III; Jakarta: Sinar Grafika,
2001), h. 1
[6]P. Joko Subagyo, Metode Penelitian (Dalam teori dan Praktek), (Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta,
1997), h. 16
[7]Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta; Raja Grapindo Persada: 2006, h.
27
[8]Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Op.Cit
[9]Moh. Pabundu Tika, Metode Penelitian Geografi, (Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 1
[11]Sutrisno Hadi, Metodologi research, (Jilid I; Yayasan penerbit Fakultas Psycologi; Universitas
Gajah Mada; yogyakarta, 1969), h. 4
[12]Ibid, h. 2
[15]Ibid, h. 1-2
[17]Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Cet. III; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), h. 32
[18]Ibrahim Anis, Mujam al-Wasit, (Cet.II; Jilid 1 & 2, t.pn, t.th), h. 721
[19]M. Al-Fatih Suryadilaga, dkk, Metodologi Ilmu Tafsir, (Cet.I; Yogyakarta: teras, 2005), h. 12
[21]Ibid, h. 31
[22]Ibid, h. 33
[23]Manna al-Qattan, Mabahits fi Ulum al-Quran, ( Cet. X; Kairo: maktabah Wahbah, 1997), h.
321-323
[24]Syahdianor dan Faisal Shaleh, Metodologi Tafsir, (Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo persada,
2006), h. 92-98
[25]Ibid, h. 97
[27]M. M. Syarif , Philosophical Teachings of the Quran dalam M. M. Syarif (ed.), A History of
muslim Philosophy, Vol. I (Ottoharassowitz, Wieswbaden, 1963), dan Syahrin Harahap, Metodologi Studi
dan Penelitian Ilmu-ilmu Ushuluddin, (Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 13
[29]Ibid, h. 14
[31]Ibrahim Anis, Op. Cit., h. 40
[32]Ibid, h. 4
[33]Ibid, h. 6
[34]Anton, M. et. al., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta; Balai Pustaka, 1990) h. 456
[35]Muin Salim, Beberapa Aspek Metodologi Tafsir al-Quran, (Ujung Pandang, LSKI,1990) h. 17
[36]The Liang Gie, Pengantar Filsafat ilmu, (Yogyakarta; Liberty, 1991) h. 126