Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Agen spionase harus berani, mampu berpikir cepat, dan cerdas, mengingat tugas yang
harus mereka selesaikan tergolong sulit dan berbahaya.Sejarah spionase sudah amat
tua. Mesir Kuno, misalnya, memiliki dinas rahasia yang menyelidiki negara tetangga
sekaligus tokoh masyarakat terkemuka. Orang Yunani Kuno dan Romawi juga
memiliki agen spionase mereka sendiri.
Di Asia, spionase adalah bentuk seni tinggi dan dibahas mendalam dalam berbagai
teks seperti The Art of War karangan Sun Tzu.Perbedaan utama antara spionase dan
bentuk pengumpulan intelijen lain adalah bahwa spionase melibatkan akses fisik ke
sebuah lokasi di mana informasi rahasia disimpan.Terdapat sejumlah cara untuk
mencapai tujuan ini, misalnya, mendapatkan pekerjaan sebagai anggota sah dari suatu
organisasi tertentu yang ingin dicuri informasinya.Dalam semua kasus, mata-mata
yang disusupkan harus dapat membedakan mana informasi yang paling relevan, serta
membutuhkan alat-alat untuk merekam dan mengirimkan informasi tersebut.
SPIONASE
Infiltrasi organisasi merupakan salah satu bentuk populer spionase karena memastikan
akses ke informasi yang dicari.Semua kondisi tersebut membuat spionase menjadi
aksi berbahaya dan harus direncanakan dan dilakukan dengan sangat hati-hati.Itu
sebab, agen spionase umumnya mendapatkan pelatihan ekstensif yang memungkinkan
mereka untuk bergerak cepat dan tanpa terdeteksi untuk mendapatkan informasi yang
mereka butuhkan.Agen spionase juga diharapkan mampu menyembunyikan informasi
tentang pergerakan, operasi, dan pihak dimana mereka bekerja.Spionase sering
berhasil mengungkapkan informasi penting tentang pergerakan pasukan dan hal
berkaitan dengan kemiliteran lainnya, atau memasok informasi tentang kebijakan dan
rencana pemerintah lawan.Spionase tidak terbatas pada pemerintahan yang sedang
dalam konflik. Antara negara sekutu mungkin juga saling melepaskan aksi spionase
untuk mengetahui informasi satu sama lain
2. Intel Soviet
SPIONASE
Jaringan intelijen Uni Soviet pernah beraksi di Jakarta pada 1982. Seorang perwira
tinggi TNI Letkol Soesdarjanto membocorkan dokumen data-data kelautan Indonesia
kepada Alexandre Finenko, intel yang mengepalai kantor cabang maskapai Aeroflot di
Jakarta. Soesdarjanto ditangkap di sebuah rumah makan saat menyerahkan dokumen
kepada atase militer Soviet, Sergei Egorov.
Finenko ditangkap 6 Februari 1982, mogok makan hingga dideportasi pada 13
Februari. Sejak saat itu, operasi Aeroflot di Indonesia ditutup oleh pemerintah Orde
Baru. Sosok yang berperan dalam pengungkapan kasus spionase ini adalah Mayjen
Norman Sasono, saat itu menjabat Pelaksana Khusus Panglima Kopkamtib Daerah
Jakarta. Kini, anak Norman Sasono, Marciano Norman menjabat sebagai Kepala BIN.
M Alfa H (100411100095)