Вы находитесь на странице: 1из 7

OTITIS MEDIA AKUT

Otitis media adalah peradangan telinga bagian tengah yang biasanya disebabkan
oleh penjalaran infeksi dari tenggorokan (faringitis) dan sering terjadi pada anak-
anak. Pada semua jenis otitis media juga dikeluhkan gangguan pendengaran (tuli)
konduktif.

Otitis media adalah tipe infeksi telinga yang paling umum pada bayi dan anak-anak,
75% diantaranya terjadi pada usia 1 tahun. Sekitar 20% kasus otitis terjadi pada
orang dewasa, terlebih pada orang yang pernah terinfeksi pada waktu anak-anak.

1.1 Etiologi

Penyakit Otitis Media dapat disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus


pneumoniae dengan kemungkinan penyebabnya sebanyak 20% hingga 35%, galur
non-tipe dari Haemophilus influenza dengan kemungkinan penyebabnya sebanyak
20% hingga 30%, dan Moxarella catarrhalis dengan kemungkinan penyebabnya
sebanyak 20%. Mikroorganisme bakteri lainya yang sering menyebabkan otitis
media meliputi Staphylococcus aureus, S. Pyogenes, dan bacillus gram-negatif
seperti Pseudomonas aeruginosa. Bakteri non patogen ditemukan sebanyak 20-30
% dan virus sebanyak 44 % kasus dengan atau tanpa kontaminan bakteri.

Anatomi saluran Eustasia pada anak berbeda dengan orang dewasa, anatomi
saluran eustasia pada anak-anak lebih pendek dan letaknya lebih horizontal.
Perbedaan anatomi ini menyebabkan gangguan atau terhambatnya pengeluaran
cairan pada telinga tengah, sehingga anak-anak lebih rentan terhadap infeksi
bakteri.

Otitis media akut juga bisa terjadi karena adanya penyumbatan pada sinus atau
tuba eustasia akibat alergi atau pembengkakan amandel.

1.2 Patofisiologi

Pada telinga normal, cairan yang menumpuk di bagian tengah telinga akan dibuang
melewati saluran eustasia, difasilitasi oleh sistem pembersihan mukosilia. Sistem
pembersihan mukosilia ini normalnya juga memfasilitasi pembersihan bakteri-
bakteri yang memasuki telinga tengah. Adanya infeksi oleh virus atau alergi dapat
menyebabkan disfungsi saluran eustasius (penyumbatan saluran eustasius), dan
pembengkakan mukosa. Akibatnya sistem pembersihan oleh mukosilia akan
terganggu, dan terjadi penumpukan cairan di telinga tengah. Penumpukan cairan ini
mengganggu kemampuan gendang telinga bervibrasi, sehingga kemampuan
mendengar dapat berkurang. Bakteri dari nasofaring kemudian dapat memasuki
telinga tengah dengan melemahnya sistem bersihan mukosilia, kemudian
berproliferasi dan menyebabkan infeksi.

Proses imunologi untuk melawan infeksi menyebabkan bertambahnya inflamasi dan


penumpukan cairan. Akibatnya terjadi penghambatan total pembuangan cairan,
dan cairan menekan gendang telinga, sehingga muncul rasa sakit, serta lebih jauh
lagi terjadi pengurangan kemampuan mendengar.

Jenis Otitis Media yang lain adalah Otitis media dengan effusi. Jenis Otitis Media in
tidak termasuk dalam infeksi saluran pernapasan atas, namun perlu diketahui untuk
membedakannya dengan otitis media akut. Pada otitis media dengan efusi, cairan
yang menumpuk di telinga tengah tidak terinfeksi atau infeksi dapat diatasi. Cairan
kemudian diabsorbsi secara bertahap melalui saluran yang tidak sepenuhnya
terinflamasi, dan udara

dari luar memberikan tekanan sehingga gendang telinga tertarik ke dalam. Hal ini
menyebabkan kehilangan pendengaran tetapi tidak menyebabkan rasa sakit. Jika
disfungsi eustasia sudah dapat diatasi, udara dapat masuk ke telinga tengah atau
bagian dalam gendang telinga dan mengimbangi tekanan udara dari luar, sehingga
fungsi telinga kembali normal.

Anak-anak lebih rawan terkena otitis media akut dibandingkan orang dewasa akibat
anatomi saluran eustasia pada anak-anak yang lebih pendek dan letaknya yang
lebih horizontal, sehingga memfasilitasi masuknya bakteri ke bagian telinga tengah.

Mekanisme infeksi oleh bakteri yang umumnya menyebabkan otitis media dapat
diperantarai oleh pengeluaran toxin maupun kemampuannya berkembang biak.
Streptococcus pneumoniae tidak menghasilkan eksotoksin, infeksi diakibatkan
kemampuannya bekembang biak di jaringan, sehingga memicu reaksi imunologi
yang menyebabkan inflamasi serta penumpukan cairan. Organisme ini dilengkapi
dengan kapsul yang mencegah atau menghindari ingesti oleh fagositosis.
Haemophilus influenza juga tidak menghasilkan eksotoksin dan juga memiliki kapsul
antifagositik. P. Aeruginosa hanya menyerang daerah dengan sistem pertahanan
yang rusak, misalnya pada daerah dengan mukosa yang rusak. Infeksi oleh
organisme ini dipicu oleh toksin, enzim, dan pili. Enzim yang diproduksi antara lain
adalah hemolisin, protease, dan fosfolipase, sedangkan toksin yang diproduksi
adalah eksotoksin A yang menyebabkan nekrosis jaringan. Pili, toksin dan enzim ini
berfungsi membantu bakteri ini menempel dan berkoloni pada mukosa.
Lipopolisakarida dari P. Aeruginosa memegang peranan penting dalam
menyebabkan demam, shock, oligouria, leukositosis, dan leukopenia. Moraxella
catarrhalis juga merupakan bakteri penyebab otitis media akut. Patogenisitasnya
disebabkan oleh endotoksin dan faktor-faktor yang bersifat kemotaksis.
Komplikasi ostitis media jarang terjadi. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi
antara lain mastoiditis, bakteremia (bakteri menginvasi darah), meningitis, dan
abnormalitas pendengaran.

1.3 Faktor Resiko

Berikut adalah faktor-faktor resiko dari otitis media.

Musim dingin, musin semi, wabah influenza dan infeksi saluran pernapasan lainnya

Pada musim dingin seseorang cenderung berada di dalam ruangan (indoor) dan
kontak dengan banyak orang sehingga lebih rentan terinfeksi. Tidak terbukti adanya
hubungan udara dingin dengan infeksi. Sedangkan pada musim semi, otitis dapat
berkembang akibat banyaknya polen yang terdapat diudara dan dapat memicu
alergi (hubungan alergi dan otitis media dibahas dalam poin berikutnya)

Virus influenza atau patogen lain dapat menyebabkan inflamasi mukosa, sehingga
dapat menyebabkan penyempitan saluran eustasia. Hal ini menimbulkan
penumpukan cairan di rongga telinga tengah yang merupakan awal mula terjadinya
otitis media

Mengikuti daycare/penitipan anak (anak-anak)

Pada penitipan anak, anak-anak saling berinteraksi dalam jarak yang cukup dekat
dalam ruangan yang sama. Dari penelitian ditemukan bahwa hal-hal ini
menyebabkan penularan pathogen yang lebih cepat.

Kurangnya ASI

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta
mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan yang dibuat
manusia ataupun susu hewan seperti susu sapi (Soeharjo, 1992). ASI Ekslusif adalah
pemberian ASI saja kepada bayi sampai umur 6 bulan tanpa memberikan
makanan/cairan lain. Bayi yang mendapat ASI Ekslusif lebih tahan terhadap ISPA
(lebih jarang terserang ISPA), karena dalam air susu ibu terdapat zat anti terhadap
kuman penyebab ISPA (Anonim, 2004).

Aborigin atau suku inuit

Diduga hal ini disebabkan adanya perbedaan pada anatomi saluran eustasia.

Kolonisasi Nasofaringeal dengan pathogen telinga tengah

Kolonisasi pada daerah nasofaringeal oleh bakteri yang merupakan patogen pada
telinga tengah dapat menyebar ke telinga tengah dan menginfeksi. Penyebaran
melalui saluran eustasia dan dimungkinkan oleh beberapa mekanisme.
Predeposisi Genetik

Salah satu contoh faktor resiko ini adalah pada penderita down syndrome. Penderita
down syndrome mengalami abnormalitas multisistem, termasuk sistem imun,
sehingga lebih mudah terinfeksi.

Adanya Saudara kandung yang tinggal serumah

Adanya saudara kandung yang tinggal serumah dan kemungkinan terinfeksi dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinga penularan.

Status social ekonomi tingkat menengah-kebawah

Tingkat sosial ekonomi yang rendah diikuti dengan tingkat pendidikan yang rendah,
sehingga ketidaktahuan akan terjadinya gejala awal infeksi dapat meperparah
penyakit. Selain itu umumnya tempat tinggal tidak diikuti sanitasi yang baik,
sehingga dapat meningkatkan kemungkinan infeksi oleh patogen.

Terpapar asap rokok

Menurut studi yang telah dilakukan pada orang yang merokok dan yang tidak
merokok, diperoleh bahwa terjadi peningkatan jumlah makrofag alveolar ketika
munculnya inflamasi bronchial pada orang yang merokok. Selain itu asap rokok juga
dapat menyebabkan rusaknya sistem mukosilia sehingga mengganggu fungsinya
dalam mengeluarkan bakteri dan benda-benda asing

Pemakaian empeng/dot.

Empeng/dot yang tidak bersih dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas,
seperti faringitis yang dapat menyebar pula ke telinga tengah melalui saluran
eustasia.

Pria

Pria atau anak laki-laki lebih cenderung terkena infeksi ini, walaupun tidak diketahui
apa penyebabnya.

Imunodefisiensi

Penyakit-penyakit yang menyebabkan terganggunya sistem imun seperti HIV, dan


transplantasi organ akan memperparah penyakit infeksi pernapasan karena daya
tahan tubuh pasien akan melemah dan tidak akan mampu melawan bakteri
penyebab infeksi.

Alergi
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, alergi dapat menyebabkan inflamasi mukosa
sehingga inflamasi tersebut dapat memblokade saluran eustasia, dan otitis media
dapat berkembang

Populasi Perkotaan

Daerah perkotaan yang penuh polusi dan debu dapat memicu alergi dan iritasi
mukosa, sehingga dapat menyebabkan blockade saliran eustasia.

Diagnosa pertama pada usia yang sangat muda

Pada usia sangat muda terjadi infeksi, kemungkinan kekambuhan dapat terjadi,
sebab menandakan sistem imun bawaan tidak dapat mengatasi infeksi.
Berhubungan dengan predisposisi genetis.

1.4 Tanda-Tanda dan Gejala

Pada penyakit otitis media akan timbul tanda-tanda dan gejala akut seperti :
otalgia/nyeri telinga, iritabilitas, adanya tarikan dalam telinga,cairan hidung/ingus,
hidung tersumbat, batuk, sulit tidur, nyeri dan demam (terjadi pada kurang dari
25% pasien). Gejala-gejala tersebut diikuti perubahan pada membrane timfani,
dimana membrane timfani menjadi memerah, menggelembung, dan tidak dapat
bervibrasi (nonmotil). Otoskopi pneumatik atau timpanometri menunjukkan
gendang telinga tidak bergerak, adanya cairan di saluran telinga tengah dengan
etiologi bakteri.

Gejala otitis media akut dapat diatasi pada waktu lebih dari 1 minggu. Rasa sakit
dan demam dapat diatasi setelah 2 hingga 3 hari, dan kebanyakan anak-anak
menjadi asimtomatik setelah 7 hari. Setelah lebih dari 7 hari gendang telinga
berangsur-angsur kembali normal, nanah berubah menjadi cairan jernih. Pada fase
ini, terjadi otitis media dengan effusi, dan pada fase ini infeksi sudah tidak terjadi
lagi, sehingga terapi antibiotik tidak diperlukan lagi.

1.5 Diagnosis

Kombinasi gejala seperti nyeri telinga dan menurunnya kemampuan mendengar


(20-50 dB) hearing testing

Observasi/pemeriksaan fisik langsung gendang telinga dengan cairan di


belakangnya

Instrumen penunjang : otoscope untuk melihat penonjolan gendang telinga,


tympanometry (mengukur perubahan tekanan udara), pure tone audiometry
(menilai gangguan dengar/ tuli konduktif), pneumatoscopy untuk melihat
penurunan mobilitas gendang telinga

Tes laboratorium : pewarnaan gram, kultur, dan sensitivitas dari cairan dalam
telinga tengah bila dilakukan tympanocentesis (merupakan metode diagnosa
dengan mengambil cairan yang terdapat pada telinga tengah selama infeksi
menggunakan jarum melewati membrane timfani).

1.6 Terapi Non Farmakologi dan Farmakologi

Tujuan pengobatan otitis media akut adalah pengurangan tanda dan gejala,
eradikasi infeksi, dan pencegahan komplikasi. Menghindari pemberian antibiotik
yang tidak diperlukan pula untuk mengatasi masalah resistensi S. pneumonia.

1.6.1 Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan antara lain :

Pembedahan pemasukan tabung tympanostomi adalah salah satu cara yang efektif
untuk mencegah kambuhnya kembali otitis media. Tube kecil ini ditempatkan di
bagian inferior membrane timfani dengan prosedur pembedahan menggunakan
anastesi umum, sehingga telinga tengah dapat teraerasi (terpapar ke lingkungan
luar dan memungkinkan drainase cairan). Anak-anak dengan otitis media kambuhan
yang mengalami kekambuhan tiga kali dalam enam bulan, atau lebih dari empat
kali dalam satu tahun, dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan terapi ini.

Cara lain adalah dengan melakukan Myringotomy, dimana dilakukan insisi terhadap
membrane timfani, sehingga cairan dapat keluar melalui lubang telinga. Membran
Timfani akan kembali normal setelah beberapa waktu, bergantung pada besar
lubang yang dibuat.

1.6.2 Terapi Farmakologi

1.6.2.1 Terapi Pokok

Terapi otitis media dapat dibagi menjadi:

1. Delayed Antimicrobial Therapy

Pada anak-anak, virus otitis media dapat disembuhkan tanpa antibiotik. Anak-anak
dengan bakteri otitis media membutuhkan antimikroba. Dengan atau tanpa
penanganan, sekitar 60% anak-anak dengan otitis media akut menjadi bebas dari
gejala dalam 24 jam. Antibiotik digunakan untuk mengurangi durasi gejala
(termasuk nyeri dan tangisan) sekitar 1 hari. Delayed therapy menurunkan
kegunaan antibiotik sekitar 30%, menurunkan efek samping, dan meminimalkan
resistensi bakteri.

Pasien yang dipilih untuk delayed therapy adalah anak-anak umur 6 bulan sampai 2
tahun, jika gejala yang timbul tidak parah. Anak-anak dalam rentang umur tersebut
dengan gejala yang parah, dan dengan umur kurang dari 6 bulan, harus menerima
terapi antibiotik. Delayed therapy tidak dianjurkan untuk anak-anak yang
mempunyai gejala yang parah. Jika dilakukan delayed therapy, dilakukan
pengobatan nyeri, seperti pengobatan dengan ibuprofen atau asetaminofen sangat
dianjurkan. Jika kondisi memburuk dalam 48 sampai 72 jam, antibiotik harus
digunakan. Pengobatan dengan antibiotik harus segera dilakukan jika terjadi
peningkatan gejala secara tiba-tiba, dan pencegahan mastoiditis dan meningitis.

2. Antimicrobial Therapy

Otitis media akut berbeda dengan otitis media dengan efusi. Antimikroba
diindikasikan hanya pada mula-mula tanpa adanya efusi lebih dari 3 bulan pada
otitis media dengan efusi. Efusi telinga bagian tengah berlanjut setelah terapi
antimikroba selesai, tetapi tidak membutuhkan penanganan kembali. Amoxicillin
adalah obat pilihan untuk otitis media akut. Amoxicillin dosis tinggi (80 sampai 90
mg/kg per hari) dianjurkan. Penggunaan amoxicillin tersebut mempunyai risiko
infeksi pneumococcal resisten penisilin. Amoxicillin mempunyai profil
farmakodinamik yang paling baik (waktu MIC pada cairan telinga tengah lebih dari
40% interval dosis) yang dapat melawan drug-resistant S. Pneumoniae. Amoxicillin
mempunyai sejarah aman yang lama, memiliki spektrum dekat, dan tidak mahal.
Konsentrasi amoxicillin yang lebih tinggi pada cairan telinga tengah akibat dosis
yang lebih tinggi dapat menyebabkan drug-resistant dari S. Pneumoniae meskipun
dengan peningkatan MIC. Pada pasien dengan tingkat keparahan sedang (otalgia
parah dan temperature >39C (102,2F)), dianjurkan pengobatan dengan
amoxicillin-klavulanat.

Pengobatan yang Dianjurkan untuk Otitis Media Akut :

First Line

Amoxicillin dosis tinggi 8090 mg/kg/hari

Terbagi dua kali sehari

Alternatif:

Clindamycin 3040 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga.

Вам также может понравиться