Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan harus dapat
melakukan manajemen yang baik dalam pelayanan yang diberikan. Dalam hal
ini, bidan sebagai manager memiliki peran dalam memanage segala sesuatu
yang berkaitan dengan kliennya sehingga dapat tercapai tujuan yang
diharapkan.
Dengan mempelajari teori manajemen kebidanan, diharapkan seorang
bidan dapat menjadi manajer yang baik dalam organisasi yang dipimpinnya.
Dan sebaliknya, seorang bidan juga dapat melakukan pekerjaan yang baik
ketika menjadi bawahan dalam suatu sistem organisasi kebidanan. Demikian
pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan
harus menjadi manager yang baik dalam rangka pemecahan masalah dari klien
tersebut.
Untuk itu penulis menyususn makalah dengan judul Manajemen
Kebidanan agar dapat memahami manajerial dalam manajemen kebidanan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi sasaran dalam manajemen kebidanan?
2. Bagaimana proses dalam manajemen kebidanan?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam manajemen kebidanan?
4. Bagaimana implementasi dalam manajemen kebidanan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sasaran dalam manajemen kebidanan.
2. Untuk mengetahui proses dalam manajemen kebidanan.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam manajemen kebidanan.
4. Untuk mengetahui implementasi dalam manajemen kebidanan.

BAB II
MANAJEMEN KEBIDANAN

A. Sasaran Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidanan tidak hanya diimplementasikan pada asuhan
kebidanan pada individu akan tetapi dapat juga diterapkan di dalam

1
pelaksanaan pelayaanan kebidanan yang ditujukan kepada keluarga dan
masyarakat. Manajemen kebidanan mendorong para bidan menggunakan cara
yang teratur dan rasional sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat
dalam memecahkan masalah klien dan terwujudnya kondisi ibu dan anak yang
sehat.
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa permasalahan kesehatan
ibu dan anak yang ditangani oleh bidan harus menggunakan metode dan
pendekatan manajemen kebidanan.
Ruang lingkup kebidanan sesuai dengan lingkup dan tanggungjawab bidan
maka sasaran manajemen kebidanan ditunjukan kepada baik individu ibu dan
anak, keluarga maupun kelompok masyarakat, meliputi: bayi baru lahir, bayi
dan balita, anak perempuan, remaja putri, wanita pra nikah, wanita usia subur,
ibu/wanita dengan sistem reproduksi, wanita hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan
menyusui, KB, klimakterium, menopause.
Individu sebagai sasaran didalam asuhan kebidanan disebut klien. Yang
dimaksud klien di sini ialah setiap individu yang dilayani oleh bidan baik itu
sehat maupun sakit. Klien yang sakit disebut pasien. Upaya menyehatkan dan
meningkatkan status kesehatan keluarga akan lebih efektif bila dilakukan
melalui ibu baik didalam keluarga maupun didalam kelompok masyarakat.
Di dalam pelaksanaan manajemen kebidanan, bidan memandang keluarga
dan kelompok masyarakat sebagai kumpulan individi-individu yang berada di
dalam suatu ikatan sosial dimana ibu memegang peran sentral.
Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan di dalam setiap
melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan
tanggungjawab bidan.

B. Proses Manajemen Kebidanan


Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh
American College Nurse Midwife (ACNM) terdiri dari :
1. Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang
lengkap dan relevan dengan melakukan pengajian yang komprehensif
terhadap kesehatan setiap klien,termasuk mengupulkan riwayat kesehatan
dan pemeriksa fisik.

2
2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interprestasi
data dasar.
3. Mengindentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam
menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan
bersama klen.
4. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan
dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
5. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
6. Secara pribadi bertanggungjawab terthadap implementasi rencana
individual.
7. Melakukan konsultasi,perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan
berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu,dalam situasi
darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan
dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

C. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan


Hellen Varney, mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari
lima langkah menjadi tujuh langkah yaitu mulai dari pengumpulan data
sampai dengan evaluasi, dengan pertimbangan, sebagai berikut :
1. Bidan mempunyai fungsi yang penting dalam asuhan yang mandiri,
kolaborasi dan melakukan rujukan yang tepat.
2. Bidan dituntut untuk mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi
kehamilan.
3. Bidan memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal
dan merujuk kasus.
Pelayanan kebidanan melalui proses Manajemen kebidanan sebagai berikut:
Langkah I: Tahap pengumpulan semua data bedasarkan untuk menilai
keadaan pasien

3
Pada langkah ini dilakukan pengumpulan informasi yang akurat dan
lengkah dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara :
1. Anamnesa
Biodata
Riwayat Menstruasi
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Biospsikospiritual
Pengetahuan Klien
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda
vital.
3. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
4. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Catatan terbaru dan sebelumnya
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada
dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien Bidan mengumpulkan data
dasar awal yang lengkap. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama
akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-
langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan
perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal
yang perlu disampaikan kepada dokter.
Langkah ini merupakan tindakan bidan dalam pengumpulan semua data
yang dibutuhkan untuk menilai keadaan pasien kebidanan secara keseluruhan.
Meliputi data Subjektif maupun Objektif
a. Data Subjektif terdiri dari:

4
Biodata, data demografi, Riwayat kesehatan termasuk berdaftar
kecelakaan, Riwayat Menstruasi, Riwayat obstetri, Ginekologi, Nifas, Ibu
laktasi, Bio psikospiritual ibu. Keluhan panggul, Haid, Pergerakan janin
kurang. Data yang sudah dikumpulkan dikaji ualng apakah sudah tepat,
lengkap dan akurat.
b. Data Objektif terdiri dari :
1. Pemeriksaan fisik (sesuai kebutuhan) dan tanda-tanda vital pada
pemeriksaan fisik, Penderita (ibu) tetap menuntun dari sebelum hamil.
2. Pemeriksaan khusus meliputi (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan
Perkusi) pada pemeriksaan penunjang khusus terasa gerak janin
berkurang dan air ketuban terasa kurang.
3. Pemeriksaan penunjang (Laboratorium, Disenstric, USG)
Langlah II: menginterpretasikan data dasar dengan diagnosis atau
masalah.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinerpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik.
Diagnosa Kebidanan:
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan.
Sebagai contoh: wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses
persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut
tidak termasuk dalam kategori nomenklatur standar diagnosa tetapi tentu
akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut
dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Didukung oleh klinikal judgement dalam praktik kebidanan
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

5
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak
dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosa.
Data data yang sudah dikumpulkan diinerpretasikan sehingga ditemukan
masalah diagnosa yang spesifik.
Diagnosa :
1. Lama kehamilan
2. Janin Hidup
3. Persentasi Kepala (bokong) tunggal, atau gamely, punggung kiri atau
punggung kanan.
Masalah : Cemas Kebutuhan Support Mental Pengawasan yang ketat
Terminasi kehamilan.

Langkah III: Mengidentifikasi diagnosa masalah potensial dan


mengantisipasinya.
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa ini menjadi
benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang
aman.
Contoh: seorang wanita dengan pemuaian uterus yang berlebihan, bidan
harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang
berlebihan tersebut. Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan
perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-
tiba terjadiperdarahan post partum yang disebabkan oleh antonia uteri karena
pemuaian uterus yang berlebih.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa
potensial tidak terjadi sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang

6
bersifat antisipasi yang rasional atau logis. Kaji ulang apakah diagnosa atau
masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
Contoh :
Diperoleh diagnosa : kala I fase aktif dengan PEB
Masalah : kehamilan tidak diinginkan
Diagnosa potensial : eklamsi
Masalah potensial : ganguan psikologis pada post partum
Antisipasi masalah atau diagnosis potensial : pemberian antikonvulsan
(MgSO4) dan memberi dukungan psikologi.

Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk


melakukan konsultasi dan kolaborasi.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah empat mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan
hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu
wanitatersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengindikasikan untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau
anak(misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia
bahu, atau nilai AFGAR yang rendah)
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu inervensi
dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak
merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklamsia, kelainan
panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius,
bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti

7
pekerjaan sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir.
Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk
menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam
manajemen kebidanan.

Langkah V: Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh dengan tepat


dan rasional
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasikan atau di antisipasi.
Pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
diidentifikasikan dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berjaitan
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti
apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang
berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis. Dengan
kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspek asuahan. Setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh keduabelah pihak,yaitu oleh bidan dan klien,agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan
rencana tersebut. Oleh karena itu,pada langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama
klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang
up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan
dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan
klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu
data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan
asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

8
Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan engan efesien dan aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan efisien dan aman. Perencanaan ini
bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap
memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaanya, misalnya
memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana dalam situasi
dimana bidan berkolaborasoi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan
bersama yangmenyeluruh tersebut. Manajemen efisien akan menyangkut waktu
dan biaya serta meningkatkan dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua
rencana asuhan dilaksanakan.

Langkah VII : Melakukan evaluasi ke-efektifan asuhan


Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi ke-efektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi :
1. Pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai kebutuhan sebagai mana telah diidentifikasi dalam diagnosa dan
masalah.
2. Kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian
belum efektif.
3. Kalau proses manajemen asuhan tidak efektif maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan melalui manajemen untuk mengidentifikasi
mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian
terhadap rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang
memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi
pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung didalam
situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik,
maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

9
Dari langkah tersebut sebagai perbandingan apakah rencana asuhan yang
telah dilaksanakan sudah efektif, maka dilakukan pencatatan asuhan kebidanan
yang diterapkan dalam bentuk SOAP.

S= Subjektif Informasi atau data yang diperoleh dari pasien yang


didapat melalui anamnesa.
O= Objektif Data hasil Pemeriksaan Fisik serta diagnostik yang
dilakukan bidan dan pendukung lain dari
laboratoirium, juga catatan medis lain.
A= Assesment Analisa dan Interpretasi berdasarkan data yang
terkumpul dibuat kesimpulan berdasarkan data
subjektif dan objektif.
a. Diagnosa
b. Antisipasi Diagnosa atau masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera
P= Penatalaksanaan Merupakan gambaran pendokumentasian dari
tindakan. Evaluasi didalamnya termasuk :
1. Asuhan mandiri
2. Kolaborasi
3. Tes Diagnostik atau lab
4. Konseling
5. Follow up

D. Implementasi Manajemen Kebidanan


a. Identifikasi dan analisis masalah
Bila seorang pasien/klien datang meminta bantuan pada bidan, maka
langkah awal dari kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi
masalah kemudian menganalisis masalah tersebut. Bidan mulai
mewawancarai klien untuk menggali data subjektif.
Data subjektif
1) Biodata mencakup identitas klien :
a. Nama yang jelas dan lengkap. Bila perlu ditanyakan nama
penggilan sehari-hari. Bagi pasien anak, ditanyakan nama orant tua
atau wali.
b. Umur dicatat dalam hitungan tahun. Untuk balita ditanyakan umur
dalam hitungan tahun dan bulan.

10
c. Alamat ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila
diperlukan keadaan mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan
juga dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungannya.
d. Pekerjaan klien ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh pekerjaan terhadap permasalaha kesehatan pasien.
Pekerjaan orang tua bila pasien anak balita.
e. Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama klien
akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
f. Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku
kesehatan seseorang. Untuk anak balita perlu ditanyakan
pendidikan orang tua atau walinya.
2) Riwayat menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan: menarche, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya darah yang keluar, aliran darah yang keluar, mentruasi
terakhir, adakah dismenorhe, gangguan sewaktu menstruasi
(metrorhagi, menoraghi), gejala premenstrual.
3) Riwayat perkawinan
Kawin : . Kali
Usia kawin pertama : . Kali
4) Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Jumlah kehamilan dan kelahiran : G (gravida), P (para), A
(abortus), H (hidup).
b. Riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat
melahirkan, lamanya melahirkan, cara melahirkan.
c. Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan, missal : preeklampsi, infeksi, dll.
5) Riwayat ginekologi
Pengalaman yang berkaitan dengan penyakit kandungan mencakup :
infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker, system reproduksi,
operasi ginekologis.
6) Riwayat keluarga berencana

11
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi,
efek samping, alasan berhenti (bila tidak memakai lagi), lamanya
menggunakan alat kontrasepsi.
7) Riwayat kehamilan sekarang
Waktu mandapat haid terakhir, keluhan berkaitan dengan kehamilan.
8) Gambaran penyakit yang lalu.
Ditanyakan untuk mengetahui apakh ada hubungannya dengan
masalah yang dihadapi oleh klien. Misalnya penyakit campak atau
cacar air sewaktu kecil, penyakit jantung, hipertensi, dll. Apakah
pernah diirawat di RS ? kapan ? berapa lama ? penyakit apa ? dan lain
sebagainya.
9) Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit terhadap
gangguan kesehatan pasien. Riwayat keluarga yang perlu ditanyakan
misalnya jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan, kehamilan
kembar.
10) Keadaan sosial budaya
Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan antara lain :
jumlah anggota keluarga, dukungan moral dan material dari keluarga,
pandangan, dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan, kebiasaan-
kebiasaan yang menguntungkan dan merugikan, pandangan terhadap
kehamilan, persalinan dan anak baru lahir.

Data objektif
Data objektif dikumpulkan melalui :
1) Pemeriksaan fisik
2) Pemeriksaan khusus.
3) Pemeriksaan penunjang.

Analisa data
Menentukan diagnose. Di dalam diagnosis unsur-unsur berikut perlu
dicantumkan yaitu :
a. Keadaan pasien / klien (khusus bagi ibu hamil dan melahirkan
termasuk keadaan bayinya).
b. Masalah utama dan penyebabnya.
c. Masalah potensial.

12
d. Prognosis.

Penatalaksanaan
Melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan.
a. Rencana tindakan
Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, bidan menyusun
rencana tindakan yang harus dilakukan kepada kliennya. Rencana
tindakan tersebut berisikan tujuan dan hasil yang akan dicapai dan
langkah-langkah kegiatan termasuk rencana evaluasi.
Tujuan di dalam rencana kegiatan menunjukkan perbaikan-
perbaikan yang diharapkan. Misalnya, tujuan asuhan pada ibu dalam
keadaan inpartu adalah menyelesaikan persalinan dengan baik. Hasil
dari tindakan adalah ibu yang melahirkan dan anak yang dilahirkan
dalam keadaan sehat dan selamat.
Langkah-langkah tindakan dilakukan berdasarkan masalah yang
dihadapi oleh pasien / klien. Langkah-langkah tindakan merupakan
upaya intervensi untuk mengatasi masalah. Misalnya, ibu yang dalam
keadaan inpartu, dan kurang siap untuk melahirkan secara fisiologis,
maka di dalam langkah-langkah tindakan yang dilakukan oleh bidan
ialah member dorongan agar ibu memiliki kemampuan kuat untuk
melahirkan dan kemudian memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan persalinan.
Rencana evaluasi dibuat untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan tindakan dilakukan.
Di dalam rencana evaluasi ditentukan sasaran yang akan dicapai.
Misalnya, dalam evaluasi ibu di masa persalinan, maka criteria
evaluasi antara lain :
a. Tekanan darah, denyut nadi dalam batas normal.
b. Keadaan his : kekuatan, frekuensi, dan lamanya semakin
bertambah sewaktu mendekati kala II.
c. DJJ harus selalu positif.
d. Turunnya kepala bayi semakin maju melalui saluran persalinan.
e. Pembukaan serviks semakin melebar (lengkap dengan garis
menengah sekitar 10 cm )
b. Tindakan pelaksanaan

13
Tindakan yang dilakukan oelh bidan sesuai dengan rencana yang
telah disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang
telah lazim diikuti atau dilakukan. Misalnya, di dalam melakukan
tindakan pada kasus partus kala II, bidan melakukan prosedur :
1. Ibu mengedan sewaktu his menguat
2. Menekan dinding perineum agar tidak robek
3. Mempermudah gerak rotasi kepala bayi
4. Mengeluarkan bahu dan seterusnya sampai bayi lahir dengan
sempurna.
Di dalam tahap ini, bidan melakukan observasi sesuai dengan
criteria evaluasi yang telah direncanakan. Bila bidan perlu memberikan
infus atau pemberian obat, maka tindajan tersebut dilakukan sesuai
dengan prosedur tetap yang berlaku.
Berbagai hal yang perlu mendapat perhatian di dalam tahap
pelaksanaan ini ialah :
1) Intervensi yang dilakukan harus verdasarkan prosedur tetap yang
lazim dilakukan.
2) Pengamantan dilakukan secara cermat dan tepat sesuai dengan
criteria evaluasi yang ditetapkan.
3) Pengendalian keadaan pasien/klien sehingga secara berangsur-
angsur menuju kondisi kesehatan yang diharapakn.
Di dalam melaksanakan tindakan, bidan dapat melakukan asuhan
secara mandiri untuk kasus-kasus yang di dalam batas
kewenangannya. Bila bidan menemukan kasus di luar batas
kewenangannya di dalam melakukan tindakan, maka pasien/klien
tersebut dirujuk ke rumah sakit (dengan dokter atau tenaga kesehatan
lainnya pada kasus-kasus tertentu.
c. Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi sesuai dengan criteria yang telah
ditetapkan di dalam rencana kegiatan. Tujuan evaluasi adalah untuk
mengetahui kemajuan hasil dari tindakan yang dilakukan. Semakin
dekat hasil tindakan yang dilakukan dengan sasaran yang ditetapkan

14
didalam criteria evaluasi, tindakan akan mendekati keberhasilan yang
diharapakan.
Misalnya, ibu telah menyelesaikan persalinan. Di dalam evaluasi
menunjukkan tekanan darah dan denyut nadi normal, bayi lahir dengan
selamat dan tidak ada kelainan, serta plasenta keluar denganspontan,
dan tidak terjadi pendarahan setelah partus.
Maka hasil evaluasi menunjukkan bahwa tujuan pertolongan
persalinan tercapai, dan hasilnya ibu dapat menyelesaikan persalinan
dengan selamat dalam keadaan sehat, disertai bayi yang dilahirkan
juga dalam keadaan sehat.
Hasil evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan asuhan lebih lanjut
bila diperlukan, atau sebagai bahan peninjauan terhadap langkah-
langkah di dalam proses manajemen sebelumnya oleh karena tindakan
yang dilakukan kurang berhasil.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pada dasarnya untuk melakukan manajemen kebidanan memang harus
melewati beberapa tahap. Seperti dikemukakan Hellen Varney ada 7 langkah
sedangkan dari depkes menyatakan 5 langkah. Pada prinsipnya masing-
masing pendapat sama, hanya berbeda dalam cara pendokumentasiannya.
Namun dalam penerapannya nanti tidaklah harus kaku menggunakan 5
langkah atau 7 langkah yang perlu diingat bahwa dalam manajemen
kebidanan tersebut dilakukan secara sistematis dengan metode pendekatan
tertentu dalam membantu pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak.
Secara umum konsep manajemen kebidanan berkualitas meliputi :
1. Manajemen dilakukan melalui pendekatan dengan mengidentifikasi
kebutuhan konsumen.
2. Meliputi seluruh kegiatan.
3. Meliputi seluruh aspek pelayanan dan dedikasi aktif seluruh staf untuk
mengidentifikasi seluruh konsumen.
4. Memberikan pelayanan secara berkesinambungan.

15
5. Memonitor kepuasan konsumen.
6. Memahami kebutuhan dan memantau perubahan yang terjadi melalui
pemantauan ulang.
7. Meningkatkan sumber daya untuk mengembangkan kualitas tindakan dab
pelayanan khusus secara tetap melalui prosedur dan system informasi yang
fleksibel.

16

Вам также может понравиться